Perbup Nomor 43 Tahun 2011 tentang Izin Usaha Rekreasi dan Hiburan Umum

BUPATI PAKPAK BHARAT
PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT
NOMOR 43 TAHUN 2011
TENTANG
USAHA REKREASI DAN HIBURAN UMUM
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI PAKPAK BHARAT,
Menimbang: a. bahwa untuk membina dan memberdayakan kepariwisataan di daerah,
perlu dilakukan pengaturan kegiatan usaha rekreasi dan hiburan umum;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf “a”,
dipandang perlu mengatur usaha rekreasi dan hiburan umum dalam suatu
Peraturan Bupati.
Mengingat:

1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 13, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3406);
2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten
Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Humbang
Hasundutan di Provinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4272);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);
4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5049);
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu;
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di Daerah;
7. Keputusan Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi Nomor KM.70 /
PW.105 / MPPT.85 tentang Peraturan Usaha Rekreasi dan Hiburan Umum;
8. Keputusan Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi Nomor KM.3 /
PW.003 / MPPT-86 tentang Perizinan Usaha di Bidang Pariwisata Pos dan

Telekomunikasi;
9. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Pakpak Bharat (Lembaran Daerah
Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2008 Nomor 6, Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Nomor 59);
10. Peraturan Bupati Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rincian Tugas Pokok dan
Fungsi Masing-Masing Jabatan Pada Lembaga Teknis Daerah Kabupaten
1

Pakpak Bharat (Berita Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2009
Nomor 4);
11. Peraturan Bupati Nomor 15 Tahun 2009 tentang Pendelegasian Sebagian
Wewenang Pengurusan Perizinan dan Non Perizinan Kepada Kepala
Kantor Pelayanan Perizinan Satu Pintu dan Penanaman Modal Kabupaten
Pakpak Bharat (Berita Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2009
Nomor 68, Tambahan Berita Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Nomor 3).
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:

PERATURAN BUPATI TENTANG USAHA REKREASI DAN HIBURAN

UMUM
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Pakpak Bharat.
2. Bupati adalah Bupati Kabupaten Pakpak Bharat.
3. Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Perhubungan, Pertamanan dan Kebersihan selanjutnya
disebut DISBUDPARHUBMANSIH adalah Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Perhubungan,
Pertamanan dan Kebersihan Kabupaten Pakpak Bharat.
4. Kepala DISBUDPARHUBMANSIH adalah Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata,
Perhubungan, Pertamanan dan Kebersihan Kabupaten Pakpak Bharat.
5. Kantor Pelayanan Perizinan Satu Pintu dan Penanaman Modal selanjutnya disebut
KP2SP-PM adalah Kantor Pelayanan Perizinan Satu Pintu dan Penanaman Modal
Kabupaten Pakpak Bharat.
6. Kepala KP2SP-PM adalah Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Satu Pintu dan
Penanaman Modal Kabupaten Pakpak Bharat.
7. Petugas adalah pegawai yang ditunjuk oleh Kepala KP2SP-PM yang bertugas
melaksanakan rangkaian proses pelayanan perizinan dan non perizinan di KP2SP-PM

mulai dari melayani informasi dan pengaduan, menerima dan menolak berkas,
memverifikasi berkas, mencetak dan mengolah data perizinan dan membantu tim teknis.
8. Tim Teknis adalah kelompok kerja yang terdiri dari unsur-unsur Satuan Kerja Perangkat
Daerah teknis terkait yang mempunyai kewenangan untuk memberikan pelayanan
perizinan.
9. Usaha rekreasi dan hiburan umum adalah setiap usaha komersial yang ruang lingkup
kegiatannya menyediakan fasilitas rekreasi dan hiburan umum.
10. Pengusaha rekreasi dan hiburan umum yang selanjutnya disebut pengusaha adalah
orang pribadi atau badan yang memiliki rekreasi dan hiburan umum.
11. Taman rekreasi adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan berbagai jenis
fasilitas untuk memberikan kesegaran jasmani dan rohani yang mengandung unsur
hiburan, pendidikan dan kebudayaan sebagai usaha pokok di suatu kawasan tertentu dan
dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan dan minum serta akomodasi.
12. Gelanggang renang adalah usaha yang menyediakan tempat fasilitas untuk berenang,
taman dan arena bermain anak-anak sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan
penyediaan jasa pelayanan makan dan minum.
13. Pemandian alam adalah usaha yang menyediakan tempat fasilitas untuk mandi dengan
memanfaatkan sumber air, air panas atau air terjun sebagai usaha pokok di suatu
kawasan tertentu dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan dan
minum serta akomodasi.

14. Padang golf adalah usaha yang menyediakan tempat fasilitas olah raga golf di suatu
kawasan tertentu sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa
pelayanan makan dan minum.
15. Kolam renang adalah usaha yang hanya menyediakan fasilitas kolam renang untuk
masyarakat sebagai usaha pokok.
16. Kolam memancing adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk
memancing sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa
pelayanan makan dan minum.
2

17. Gelanggang bermain dan ketangkasan adalah suatu usaha yang menyediakan tempat
dan fasilitas untuk permainan ketangkasan dan atau mesin permainan sebagai usaha
pokok dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan dan minum.
18. Gelanggang bola gelinding (bowling) adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan
fasilitas untuk olah raga bowling sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan
penyediaan jasa pelayanan makan dan minum.
19. Rumah billiard adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk bermain
billiard sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan
makan dan minum.
20. Karaoke/kafe adalah suatu usaha yang menyediakan jasa pelayanan untuk menyanyi

yang diiringi dengan alat musik disertai penyediaan jasa pelayanan makan dan minum.
21. Bioskop adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk memutar film
sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan
dan minum.
22. Sarana dan fasilitas olah raga adalah suatu usaha yang menyediakan peralatan atau
perlengkapan untuk berolah raga atau ketangkasan baik di darat, air maupun udara, dan
dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan dan minum.
23. Diskotik adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk menari dengan
diiringi musik yang disertai atraksi pertunjukan tanpa pertunjukan lantai dan menyediakan
jasa pelayanan makan dan minum.
24. Panti pijat adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk pijat sebagai
usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan dan
minum.
25. Pusat/pasar seni dan pameran adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan
fasilitas untuk memamerkan, menjual atau mendemonstrasikan kegiatan atau karya seni.
26. Dunia fantasi adalah suatu usaha yang menyediakan tempat atau kawasan dan fasilitas
untuk mempertunjukkan karya seni fantastis.
27. Teater/panggung terbuka adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas
untuk mempertunjukkan seni budaya di tempat terbuka (tanpa atap) dan dapat dilengkapi
dengan penyediaan jasa pelayanan makan dan minum.

28. Teater tertutup adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk
pertunjukan pentas seni budaya dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan
makan dan minum.
29. Teater satwa dan pentas pertunjukan satwa adalah suatu usaha yang menyediakan
tempat dan fasilitas untuk memelihara berbagai jenis satwa dan untuk mempertunjukkan
permainan dan ketangkasan serta dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan
makan dan minum.
30. Fasilitas wisata tirta dan rekreasi air adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan
fasilitas, peralatan dan perlengkapan untuk berekreasi di air dan dapat dilengkapi dengan
penyediaan jasa pelayanan makan dan minum.
31. Pusat kebugaran atau health center adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan
fasilitas untuk melakukan latihan kesegaran jasmani dan rohani sebagai usaha pokok dan
dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan dan minum.
32. Pertunjukan temporer adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk
mengadakan pertunjukan dalam waktu tertentu sebagai usaha pokok dan dapat
dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan dan minum.
33. Bazaar adalah pasar untuk pameran dan penjualan barang-barang kerajinan, makanan
dan sebagainya.
34. Persetujuan prinsip adalah persetujuan yang diberikan Kepala DISBUDPARHUBMANSIH
kepada pengusaha untuk dapat mendirikan usaha rekreasi dan hiburan umum.

BAB II
RUANG LINGKUP USAHA REKREASI DAN HIBURAN UMUM
Pasal 2
Ruang lingkup usaha rekreasi dan hiburan umum adalah:
a. taman rekreasi;
b. gelanggang renang;
c. pemandian alam;
d. padang golf;
3

e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.

o.
p.
q.
r.
s.
t.
u.
v.
w.
x.

kolam renang;
kolam pemancingan;
gelanggang permainan dan ketangkasan;
gelanggang bola gelinding (bowling);
rumah billiard;
karaoke/kafe;
bioskop;
sarana dan fasilitas olah raga;
diskotik;

panti pijat;
mandi uap;
pusat pasar seni dan pameran;
dunia fantasi;
teater panggung terbuka;
teater panggung tertutup;
teater satwa dan pentas pertunjukan satwa;
fasilitas wisata tirta dan rekreasi air;
pusat kebugaran atau health center;
pertunjukan temporer;
bazaar.
Pasal 3

(1) Tempat rekreasi dan hiburan umum sebagaimana dimaksud Pasal 2 huruf j, m dan o
hanya dapat dilaksanakan apabila merupakan satu kesatuan dalam usaha hotel dan
penginapan.
(2) Untuk usaha rekreasi dan hiburan umum sebagaimana dimaksud Pasal 2 huruf g, i dan n
harus berjarak sekurang-kurangnya 1 (satu) kilometer dari lokasi sekolah, tempat-tempat
ibadah.
(3) Untuk usaha rekreasi dan hiburan umum sebagaimana dimaksud Pasal 2 huruf x

kegiatan dan tempatnya dapat bersifat permanen atau temporer.
BAB III
PERIZINAN
Bagian Kesatu
Persetujuan Prinsip
Pasal 4
(1) Pengusaha yang akan mendirikan atau memperluas usaha rekreasi dan hiburan umum
harus terlebih dahulu memiliki persetujuan prinsip dari Bupati melalui Kepala
DISBUDPARHUBMANSIH.
(2) Permohonan persetujuan prinsip dapat diperoleh apabila pimpinan atau penanggung
jawab usaha rekreasi dan hiburan umum mengajukan permohonan kepada Bupati melalui
KP2SP-PM dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut:
a. fotokopi atau identitas diri;
b. fotokopi akta pendirian badan usaha;
c. rencana pembangunan dan studi kelayakan;
(3) Persetujuan prinsip tidak dapat dipindahtangankan.
(4) Persetujuan prinsip selesai paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah berkas dinyatakan
lengkap dan benar.
(5) Persetujuan prinsip untuk usaha rekreasi dan hiburan umum sebagaimana dimaksud
Pasal 2 huruf a, b, c, d, e, f, g, h, I, j, k, l, m, n, o, p, q, r, s, t, u, v dan huruf x yang tempat
dan kegiatannya permanen berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang 1
(satu) kali.
(6) Apabila setelah lewat waktu 1 (satu) tahun sejak dikeluarkannya persetujuan prinsip,
pengusaha belum memulai pembangunan maka persetujuan prinsip batal demi hukum
dan tidak dapat diperpanjang.
(7) Persetujuan prinsip untuk usaha rekreasi dan hiburan umum sebagaimana dimaksud
Pasal 2 huruf w dan huruf x yang tempat dan kegiatannya temporer berlaku selama 1
(satu) bulan dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali.
4

(8) Apabila setelah lewat waktu 1 (satu) bulan sejak dikeluarkannya persetujuan prinsip,
pengusaha belum memulai kegiatan maka persetujuan prinsip batal demi hukum dan
tidak dapat diperpanjang.
Bagian Kedua
Tata Cara Memperoleh Persetujuan Prinsip
Pasal 5
Tata cara memperoleh persetujuan prinsip sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
Peraturan Bupati ini adalah sebagai berikut :
(1) Pemohon mengambil dan mengisi formulir yang telah disediakan oleh KP2SP-PM;
(2) Apabila pengurusan dikuasakan maka pemohon wajib melampirkan surat kuasa yang
bermaterai cukup dan ditandatangani oleh pemilik atau pengurus atau
penanggungjawab usaha.
(3) Formulir permohonan dan kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dibuat rangkap 3 (tiga).
(4) Petugas meneliti kelengkapan dan kebenaran berkas permohonan yang diajukan oleh
pemohon;
(5) Apabila berkas belum lengkap maka petugas akan mengembalikan berkas permohonan
untuk dilengkapi dan dapat diajukan kembali setelah diperbaiki dan atau dilengkapi.
(6) Berkas yang dinyatakan lengkap dan benar akan diproses lebih lanjut dengan membuat
resi
penerimaan
berkas
dan
menyerahkan
1
(satu)
rangkap
ke
DISBUDPARHUBMANSIH;
(7) Tim teknis melakukan peninjauan lapangan untuk mengecek kelayakan izin usaha dan
menerbitkan berita acara pemeriksaan lapangan paling lama 2 (dua) hari kerja.
(8) Setelah melalui pertimbangan Kepala DISBUDPARHUBMANSIH menerbitkan
persetujuan prinsip paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah berita acara pemeriksaan
lapangan diterbitkan.
(9) Apabila setelah melakukan pertimbangan Kepala DISBUDPARHUBMANSIH tidak
menyetujui pemberian persetujuan prinsip maka Kepala DISBUDPARHUBMANSIH
wajib membuat laporan kepada Bupati melalui KP2SP-PM tentang alasan penolakan
paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah salinan berkas diterima dari KP2SP-PM dan
paling lama 9 (sembilan) hari kerja KP2SP-PM menyampaikan surat penolakan kepada
pemohon.
(10) Tata cara untuk mendapatkan perpanjangan persetujuan prinsip sama dengan tata cara
mengurus persetujuan prinsip baru serta melampirkan persetujuan prinsip yang lama.
Bagian Ketiga
Izin Usaha
Pasal 6
(1) Pengusaha yang akan mengoperasikan usaha rekreasi dan hiburan umum harus terlebih
dahulu memiliki izin usaha dari Bupati melalui KP2SP-PM.
(2) Permohonan izin usaha dapat diperoleh apabila pimpinan atau penanggungjawab usaha
rekreasi dan hiburan umum mengajukan permohonan kepada Bupati melalui KP2SP-PM
dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut:
a. fotokopi identitas diri;
b. fotokopi persetujuan prinsip;
c. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
d. fotokopi izin gangguan (HO);
e. dokumen pengelolaan lingkungan.
(3) Persyaratan pendaftaran ulang:
a. surat permohonan kepada Bupati melalui KP2SP-PM;
b. fotokopi identitas diri;
c. izin usaha yang asli.
(4) Persyaratan penggantian izin usaha karena rusak:
a. surat permohonan kepada Bupati melalui KP2SP-PM;
b. fotokopi identitas diri;
c. fotokopi izin usaha yang rusak;
d. dokumen pendukung lainnya.
(5) Persyaratan penggantian izin usaha karena hilang:
a. surat permohonan kepada Bupati melalui KP2SP-PM;
5

b. fotokopi identitas diri;
c. surat keterangan hilang dari pihak berwajib ;
d. dokumen pendukung lainnya.
(6) Persyaratan perubahan izin sama dengan persyaratan izin usaha baru dengan
melampirkan izin aslinya.
(7) Izin usaha tidak dapat dipindahtangankan.
(8) Izin usaha rekreasi dan hiburan umum masih sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 huruf
a, b, c, d, e, f, g, h, i, j, k, l, m, n, o, p, q, r, s, t, u, v dan huruf x yang kegiatan dan
tempatnya permanen berlaku selama masih menjalankan usahanya, dengan ketentuan
wajib didaftar ulang setiap 1 (satu) tahun sekali.
(9) Izin usaha rekreasi dan hiburan umum masih sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 huruf
v dan huruf x yang kegiatan dan tempatnya temporer berlaku selama 2 (dua) bulan dan
dapat diperpanjang kembali.
Pasal 7
(1) Usaha rekreasi dan hiburan umum yang seluruh modalnya dimiliki oleh Warga Negara
Indonesia yang dapat berbentuk usaha perorangan atau badan sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(2) Usaha rekreasi dan hiburan umum yang modalnya patungan antara Warga Negara
Indonesia dan Warga Negara Asing harus berbentuk badan usaha Perseroan Terbatas
(PT).
Bagian Keempat
Tata Cara Memperoleh Izin Usaha
Pasal 8
Tata cara memperoleh izin usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) Peraturan
Bupati ini adalah sebagai berikut :
(1) Pemohon mengambil dan mengisi formulir yang telah disediakan oleh KP2SP-PM;
(2) Apabila pengurusan izin dikuasakan maka wajib melampirkan surat kuasa yang
bermaterai cukup dan ditandatangani oleh pemilik atau pengurus atau
penanggungjawab usaha.
(3) Formulir permohonan dan kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dibuat rangkap 3 (tiga).
(4) Petugas meneliti kelengkapan dan kebenaran berkas permohonan yang diajukan oleh
pemohon;
(5) Apabila berkas belum lengkap maka petugas akan mengembalikan berkas permohonan
untuk dilengkapi.
(6) Berkas yang dinyatakan telah lengkap dan benar akan diproses lebih lanjut dengan
membuat resi penerimaan berkas.
(7) Berkas akan dipelajari oleh petugas dan jika dianggap perlu Kepala KP2SP-PM dapat
menugaskan tim teknis dan/atau petugas melakukan peninjauan lapangan dan selesai
paling lama 2 (dua) hari kerja.
(8) KP2SP-PM menerbitkan izin usaha yang telah memenuhi persyaratan paling lama 5
(lima) hari kerja setelah berkas dinyatakan telah lengkap dan benar.
(9) Apabila permohonan izin usaha belum memenuhi persyaratan, maka KP2SP-PM akan
menyurati pemohon tentang alasan penolakan paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah
berkas dinyatakan telah lengkap dan benar.
(10) Perubahan, pendaftaran ulang izin usaha selesai paling lama 3 (tiga) hari kerja.
(11) Pengurusan penggantian izin usaha karena rusak atau hilang selesai paling lama 2
(dua) hari.
BAB IV
KEWAJIBAN DAN HAK
Bagian Kesatu
Kewajiban
Pasal 9
Pengusaha berkewajiban:
a. mengadakan pembukuan perusahaan sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
6

b. mencegah penggunaan tempat usaha dari kegiatan- kegiatan yang dapat mengganggu
keamanan dan ketertiban umum, penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang, serta
yang melanggar kesusilaan;
c. memasang tarif tanda masuk pada tempat yang jelas dan mudah dilihat oleh tamu;
d. memberikan
laporan
perkembangan
kegiatan
usaha
kepada
Kepala
DISBUDPARHUBMANSIH setiap tahun, paling lambat pada bulan kedua tahun
berikutnya;
e. mengasuransikan pengguna jasa yang memanfaatkan usaha rekreasi dan hiburan umum.
Pasal 10
(1) Pengusaha harus menaati perizinan kerja, keselamatan kerja dan jaminan sosial tenaga
kerja sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Pengusaha wajib meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karyawan sesuai dengan
tugas dan fungsinya untuk meningkatkan pelayanan.
Bagian Kedua
Hak
Pasal 11
Pengusaha berhak:
a. memperoleh pembinaan dari pemerintah daerah untuk kelangsungan usahanya;
b. menyelenggarakan kegiatan usahanya sesuai dengan izin yang dimiliki;
c. mendapatkan perlindungan dari pemerintah daerah untuk kelangsungan usahanya sesuai
izin yang dimiliki.
BAB V
PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
Bagian Kesatu
Pembinaan
Pasal 12
(1) Pembinaan terhadap usaha rekreasi dan hiburan umum dilakukan oleh Bupati melalui
DISBUDPARHUBMANSIH dan dapat bekerjasama dengan instansi terkait.
(2) Bupati melalui DISBUDPARHUBMANSIH dapat meminta laporan mengenai yang
dianggap perlu kepada pimpinan usaha.
Bagian Kedua
Pengawasan dan Pengendalian
Pasal 13
(1) Dalam rangka melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatan usaha
rekreasi dan hiburan umum Kepala DISBUDPARHUBMANSIH melakukan koordinasi
secara berkala dengan instasi terkait dan tokoh masyarakat.
(2) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan sewaktu-waktu
apabila diperlukan.
(3) DISBUDPARHUBMANSIH dapat melakukan pemeriksaan ditempat usaha dan secara
berkala melakukan penelitian terhadap kondisi usaha dan persyaratan secara teknis.
Bagian Ketiga
Peran Serta Masyarakat
Pasal 14
(1) Masyarakat mempunyai kesempatan seluas-luasnya untuk berperan serta dalam
membantu upaya pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatan usaha rekreasi dan
hiburan umum.
(2) Masyarakat wajib melaporkan kepada instansi yang berwenang apabila mengetahui
adanya pelanggaran kegiatan usaha rekreasi dan hiburan umum.
(3) Pemerintah daerah dan atau instansi lain yang berwenang wajib memberikan jaminan
keamanan dan perlindungan kepada pelapor sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

7

BAB VI
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 15
(1) Pengusaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan Pasal
10 dapat dikenakan sanksi berupa pencabutan izin usaha.
(2) Pencabutan izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan setelah
diberikan peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu
masing-masing 30 (tiga puluh) hari kalender.
(3) Khusus untuk izin usaha rekreasi dan hiburan umum sebagaimana dimaksud pada Pasal
2 huruf w dan x yang tempat dan kegiatannya temporer, pencabutan izin usaha dilakukan
setelah diberikan peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang
waktu masing-masing 2 (dua) hari kerja.
(4) Pencabutan izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam
Keputusan KP2SP-PM.
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 16
(1) Izin usaha rekreasi dan hiburan umum yang telah dikeluarkan oleh pejabat yang
berwenang dinyatakan tetap berlaku dengan ketentuan wajib melakukan pendaftaran
ulang berdasarkan Peraturan Bupati ini.
(2) Pemilik usaha rekreasi dan hiburan umum yang telah melakukan kegiatan usaha sebelum
berlakunya Peraturan Bupati ini wajib mengajukan perizinan berdasarkan Peraturan
Bupati ini.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 17
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Bupati ini sepanjang mengenai pelaksanaannya
diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.
Pasal 18
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini
dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Pakpak Bharat.
Ditetapkan di Salak
pada tanggal 02 Nopember 2011
BUPATI PAKPAK BHARAT,
dto
REMIGO YOLANDO BERUTU
Diundangkan di Salak
pada tanggal 02 Nopember 2011
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN PAKPAK BHARAT,
dto
HOLLER SINAMO
BERITA DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT TAHUN 2011
NOMOR 148
8