Ekonomi Inovasi dan Pola Kolaborasi THM

Ekonomi Inovasi dan Pola Kolaborasi THM :Strategi Menghadapi Asean
Economic Community (AEC) 2015

Isnu Rahadi Wiratama, Hendro Dwiyatno, Chabibah Nur Afida, Dian Bastiyan K, Imam
Garaudy, Andre Wijaya MP, Muhammad Arifin
Kelas 7A Program DIV Akuntansi Reguler, STAN, Tangerang Selatan
Kelas7areguler@gmail.com
Abstrak –
Akhir 2015 Indonesia akan memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN atau ASEAN Economic Community. Dimana
keberhasilan Indonesia memanfaatkan pembukaan pasar yang luas dalam masyarakat ASEAN akan banyak
tergantung kepada kualitas pembangunan ekonomi kita dan peningkatan daya saing. Kualitas pembangunan ekonomi
yang tinggi yang didukung oleh daya sainginternasional yang tinggi, kualitas manusia yang unggul,logistik yang
efisien, serta kelembagaan yang baik akan membuat Indonesia siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Untuk
itu kita berharap agar pemerintah baru serta otoritas ekonomi lainnya mengubah pengelolaan ekonominya,
peningkatan daya saing negara melalui THM, perbaikan nerca perdagangan intra-extra ASEAN. Sehingga kita siap
menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Kata Kunci: innovation driven economic, neraca perdagangan, neraca pembayaran.
1
1.1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sepuluh negara-negara anggota ASEAN
(Assosiation of South East Asian Nation) akan
segera memasuki tahapan baru dalam
perekonomian kawasan yang dikenal sebagai
ASEAN Economic Community 2015 (AEC 2015),
dimanapada tahapan perekonomian ini menjadi
tonggak resmi terjadinya pembebasan arus faktor
produksi tenaga kerja terampil dan investasi
padaruang lingkup kawasan Asia Tenggara.
Namun
dalam
menyongsong
situasi
perekonomian tersebut, masih terdapat banyak
indikator perekonomian yang masih belum
menunjukkan
tanda-tanda
positif
yang

menjanjikan bagi perekonomian kawasan dalam
memasuki era awal implementasi AEC 2015.
Belum disepakatinya harmonisasi tarif eksternal
untuk perdangan non-anggota, sementara akan
terjadi aliran bebas faktor produksi tenaga kerja
terampil dan modal, akan menyisakan
pertanyaan besar terkait masalah-masalah yang
mungkin muncul.
Laporan terakhir Sekretariat ASEAN
pada
“ASEAN
Economic
Community
Scorecard” pada tahun 2012 serta studi Pillai
(2013) dinyatakan bahwa implementasi AEC
2015 pada Tahapan 1 (2008-2009), Tahapan
2(2010-2011) dan Tahapan 3 (2012-2013) telah
mencapai total pemenuhan terhadap 73,0% dari
total target. Hal ini menunjukkan bahwa hingga
batas akhir 31 Desember 2015 para pemimpin

negara ASEAN harus bekerja keras dalam
memastikan bahwa 27,0% target tersisa mampu
dicapai di tengah berbagai tantangan yang ada.

1.2
1.
2.

3.

1.3

1.
2.
3.
4.

Tujuan
Adapun tujuan penulisan paper ini adalah sebagai
berikut :

Untuk menambah pemahaman penulis terkait
topik Sektor Internasional khususnya tentang
Asean Economic Community.
Untuk menganalisis secara empiris kesiapan
Indonesia
menghadapi
Asean
Economic
Community melalui indikator neraca perdagangan
ekstra-ASEAN, neraca perdagangan intraASEAN dan Global Competitiveness Index.
Untuk menganalisis pendekatan ekonomi inovasi
dan Triple Helix Model sebagai Strategi
Menghadapai Asean Economic Community.
Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam paper
ini sebagai berikut :
Bagaimana kesiapan Indonesia menghadapi Asean
Economic Community melalui indikator neraca
perdagangan ekstra-ASEAN?
Bagaimana kesiapan Indonesia menghadapi Asean

Economic Community melalui indikator neraca
perdagangan intra-ASEAN?
Bagaimana kesiapan Indonesia menghadapi Asean
Economic Community melalui indikator Global
Competitiveness Index?
Bagaimana ekonomi inovasi dan Triple Helix
Model digunakan sebagai sebagai Strategi
Menghadapai Asean Economic Community?

2

LANDASAN TEORI

2.1

Neraca Pembayaran (Balance of Payment)
Hady (2001:59) mendefinisikan balance
of payment (BOP) adalah suatu catatan yang

1.


2.

3.

4.

2.2

disusun secara sistematis tentang seluruh
transaksi ekonomi yang meliputi perdagangan
barang/jasa, transfer keuangan dan moneter
antara penduduk (resident) suatu negara dan
penduduk luar negeri (rest of the world) untuk
suatu periode waktu tertentu, biasanya satu
tahun.Neraca pembayaran adalah suatu catatan
yang sistematis mengenai transaksi ekonomi
yang dilakukan oleh penduduk (residen) suatu
negara dengan penduduk negara lainnya (non
residen) dalam jangka waktu tertentu (Sugiyono,

2002). Dengan kata lain neraca pembayaran
mencatat nilai barang dan jasa serta volume
modal netto yang masuk dan keluar dari suatu
negara untuk suatu periode tertentu, biasanya
dua belas bulan (Jackson, 2009).Secara garis
besar neraca pembayaran meliputi:
Current Account
Meliputi transaksi yang berkaitan dengan
ekspor dan impor terhadap barang dan jasa.
Melalui pos transaksi ini akan terlihat jelas
apakah neraca perdagangan suatu negara surplus
atau bahkan defisit.
Capital Account
Mencakup arus modal masuk sebagai
inflow dan arus modal keluar (outflow). Adapun
inflow dapat meliputi modal resmi maupun
bentuk modal lainnya.
Errors and Omissions
Errors and Ommissions sebagai kesalahan
yang belum diperhitungkan atau kesalahan yang

diabaikan. Pada model perhitungan IMF 2.2.1
(International Monetary Fund) merupakan neraca
penyeimbang yang memberi makna defisit atau
surplus
neraca
pembayaran
pada
tahunpencatatan.
Reserve
Bahwa pada cara yang disajikan oleh IMF
merupakan perkembangan cadangan devisa dari
tahun sebelum pencatatan sampai pada saat
pencatatan atau yang lazim dinyatakan sebagai
monetary movement.
Asean Economic Community (AEC)
MEA adalah bentuk integrasi ekonomi
ASEAN
dalam
artian
adanya

system
perdagaangan bebas antara Negara-negara asean.
Indonesia dan sembilan negara anggota ASEAN
lainnya telah menyepakati perjanjian Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN
Economic Community (AEC).
Pada KTT di Kuala Lumpur pada
Desember 1997 Para Pemimpin ASEAN
memutuskan untuk mengubah ASEAN menjadi
kawasan yang stabil, makmur, dan sangat
kompetitif dengan perkembangan ekonomi yang
adil, dan mengurangi kemiskinan dan
kesenjangan sosial-ekonomi (ASEAN Vision

2020).
Pada KTT Bali pada bulan Oktober 2003,
para pemimpin ASEAN menyatakan bahwa
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan
menjadi tujuan dari integrasi ekonomi regional
pada tahun 2020, ASEAN Security Community

dan Komunitas Sosial-Budaya ASEAN dua pilar
yang tidak terpisahkan dari Komunitas ASEAN.
Semua pihak diharapkan untuk bekerja secara
yang kuat dalam membangun Komunitas
ASEAN pada tahun 2020.
Selanjutnya,
Pertemuan
Menteri
Ekonomi ASEAN yang diselenggarakan pada
bulan Agustus 2006 di Kuala Lumpur, Malaysia,
sepakat untuk memajukan Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) dengan target yang jelas dan
jadwal untuk pelaksanaan.
Pada KTT ASEAN ke-12 pada bulan
Januari 2007, para Pemimpin menegaskan
komitmen mereka yang kuat untuk mempercepat
pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun
2015 yang diusulkan di ASEAN Visi 2020 dan
ASEAN Concord II, dan menandatangani
Deklarasi Cebu tentang Percepatan Pembentukan

Komunitas ASEAN pada tahun 2015 Secara
khusus, para pemimpin sepakat untuk
mempercepat
pembentukan
Komunitas
Ekonomi ASEAN pada tahun 2015 dan untuk
mengubah ASEAN menjadi daerah dengan
perdagangan bebas barang, jasa, investasi, tenaga
kerja terampil, dan aliran modal yang lebih
bebas.
Karakteristik Dan Unsur Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA)
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
adalah realisasi tujuan akhir dari integrasi
ekonomi yang dianut dalam Visi 2020, yang
didasarkan pada konvergensi kepentingan
negara-negara
anggota
ASEAN
untuk
memperdalam dan memperluas integrasi
ekonomi melalui inisiatif yang ada dan baru
dengan batas waktu yang jelas. dalam
mendirikan Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA), ASEAN harus bertindak sesuai dengan
prinsip-prinsip terbuka, berorientasi ke luar,
inklusif, dan berorientasi pasar ekonomi yang
konsisten dengan aturan multilateral serta
kepatuhan terhadap sistem untuk kepatuhan dan
pelaksanaan komitmen ekonomi yang efektif
berbasis aturan.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
akan membentuk ASEAN sebagai pasar dan
basis produksi tunggal membuat ASEAN lebih
dinamis dan kompetitif dengan mekanisme dan
langkah-langkah untuk memperkuat pelaksanaan
baru yang ada inisiatif ekonomi; mempercepat
integrasi regional di sektor-sektor prioritas;
memfasilitasi pergerakan bisnis, tenaga kerja
terampil
dan
bakat;
dan
memperkuat

kelembagaan mekanisme ASEAN. Sebagai
langkah awal untuk mewujudkan Masyarakat
Ekonomi ASEAN,
Pada saat yang sama, Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) akan mengatasi
kesenjangan pembangunan dan mempercepat
integrasi terhadap Negara Kamboja, Laos,
Myanmar dan VietNam melalui Initiative for
ASEAN Integration dan inisiatif regional
lainnya.
Bentuk Kerjasamanya adalah :
1. Pengembangan sumber daya manusia dan
peningkatan kapasitas;
2. Pengakuan kualifikasi profesional;
3. Konsultasi lebih dekat pada kebijakan makro
ekonomi dan keuangan;
4. Langkah-langkah pembiayaan perdagangan;
5. Meningkatkan infrastruktur
6. Pengembangan transaksi elektronik melalui eASEAN;
7. Mengintegrasikan industri di seluruh wilayah
untuk mempromosikan sumber daerah;
8. Meningkatkan keterlibatan sektor swasta untuk
membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA).
Pentingnya perdagangan eksternal terhadap
ASEAN dan kebutuhan untuk Komunitas
ASEAN secara keseluruhan untuk tetap melihat
ke
depan,
karakteristik utama Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA):
1. Pasar dan basis produksi tunggal,
2. Kawasan ekonomi yang kompetitif,
3. Wilayah pembangunan ekonomi yang merata
4. Daerah terintegrasi penuh dalam ekonomi global.
Karakteristik ini saling berkaitan kuat.
Dengan
Memasukkan
unsur-unsur
yang
dibutuhkan dari masing-masing karakteristik dan
harus memastikan konsistensi dan keterpaduan
dari unsur-unsur serta pelaksanaannya yang tepat
dan saling mengkoordinasi di antara para
pemangku kepentingan yang relevan.
2.3
Innovation-Driven Economic (Ekonomi inovasi)
Ekonomi Inovasi oleh Dan Robles
didefinisikan sebagai Innovation economics is an
economic doctrine that reformulates the
traditional model of economic growth so that
knowledge, technology, entrepreneurship, and
innovation are positioned at the center of the
model rather than seen as independent forces that
are largely unaffected by policy.
Teori ini diperkenalkan oleh Schumpeter
pertama kali dikemukakan dalam bukunya yang
berbahasa Jerman pada tahun 1911, lalu pada
tahun 1934 diterbitkan dengan berbahasa Inggris
yang berjudul The Theory of Economic
Defelopment.
Kemudian
Joseph
Alois
Schumpeter menggambarkan teorinya yang lebih
lanjut tentang proses pembangunan dan faktor
utama yang menentukan pembangunan dalam

bukunya yang berjudul Business Cycles pada
tahun 1939.
Salah satu pendapat Schumpeter yang
penting adalah landasan teori pembangunannya
yaitu keyakinannya bahwa system kapitalisme
merupakan system yang paling baik untuk
menciptakan pembangunan ekonomi yang pesat.
Namun demikian, Schumpeter meramalkan
secara pesimis bahwa dalam jangka panjang
system kapitalisme akan mengalami kemandegan
(stagnasi). Pendapat ini sama dengan kaum
klasik.
Proses perkembangan ekonomi menurut
Schumpeter, faktor utama yang menyebabkan
perkembangan ekonomi adalah proses inovasi
dan pelakunya adalah para innovator atau
entrepreneur (wiraswasta). Kemajuan ekonomi
suatu masyarakat hanya bisa diterapkan dengan
adanya inovasi oleh para entrepreneur. Dan
kemajuan ekonomi tersebut diartikan sebagai
peningkatan output total masyarakat.
Dalam
membahas
perkembangan
ekonomi, Schumpeter membedakan pengertian
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
ekonomi walaupun keduanya merupakan sumber
peningkatan output masyarakat. Menurut
Schumpeter pertumbuhan ekonomi adalah
peningkatan output masyarakat yang disebabkan
oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi
yang digunakan dalam proses produksi
masyarakat tanpa adanya perubahan “teknologi”
produksi itu sendiri. Misalnya kenaikan out put
yang disebabkan oleh pertumbuhan stok modal
tanpa perubahan teknologi produksi yang lama.
Sedangkan pembangunan ekonomi adalah
kenaikan out put yang disebabkan oleh inovasi
yang dilakukan oleh para wiraswasta. Inovasi ini
berarti perabaikan “teknologi” dalam arti luar,
miasalnya penemuan produk baru, pembukaan
pasar baru dsb. Inovasi tersebut menyangkut
perbaikan kuantitatif dari system ekonomi itu
sendiri yang bersumber dari kreatifitas para
wiraswastanya.
Pembangunan ekonomi berawal pada
suatu lingkungan social, polotik, dan teknologi
yang menunjang kreatifitas para wiraswastanya.
Adanya lingkungan yang menunjang kreatifitas
akan menimbulkan beberapa wiraswasta perintis
yang mencoba menerapkan ide ide baru dalam
kehidupan ekonomi. Mungkin tidak semua
perintis tersebut akan berhasil dalam melakukan
inovasi. Bagi yang berhasil melakukan inovasi
tersebut akan menimbulkan posisi monopoli bagi
pencetusnya. Posisi monopoli ini akan
menghasilkan keuntungan di atas keuntungan
normal yang diterima para pengusaha yang tidak
berinovasi. Keuntungan monopolistis ini
merupakan imbalan bagi para innovator dan
sekaligus juga merupakan rangsangan bagi para
calon innovator. Hasrat untuk berionovasi

1.
2.
3.

1.
2.

1.
2.
3.
4.
5.

1.
2.

terdorong oleh adanya harapan memperoleh 3
PEMBAHASAN
keuntungan monopolistis tersebut.
3.1
Kesiapan Menghadapi MEA : Analisis Neraca
Inovasi mempunyai 3 pengaruh yaitu :
Perdagangan Indonesia vs negara-negara
Diperkenalkannya teknologi baru
ASEAN
Menimbulkan keuntungan yang lebih (keuntungan
Isu daya saing produk Indonesia di
monopolistis) yang merupakan sumber dana penting
tataran ASEAN masihperlu menjadi perhatian
bagi akumulasi modal
serius dimana nerara perdagangan Indonesia
Inovasi akan di ikuti oleh timbulnya proses peniruan
masih mencatatkan nilai negatif terhadap negara(imitasi) yaitu adanya pengusaha-pengusaha lain
negara utama di kawasan seperti Singapura,
yang meniru teknologi baru tersebut
Malaysia, Thailand dan Vietnam. Bahkan apabila
Proses peniruan (imitasi) pada akhirnya
dicermati secara lebih lanjut maka sesungguhnya
akan di ikuti oleh investasi (akumulasi modal)
neraca perdagangan Indonesia terhadap negara
oleh para peniru (imitator) tersebut. Proses
ASEAN secara umum hingga kondisi perpeniruan ini mempunyai pengaruh berupa :
Oktober 2014 mencatatkan nilai yang negatif
Menurunnya keuntungan monopolistis yang
sebesar -8164,71 Juta USD.
dinikmati oleh para innovator
Hal ini menunjukkan bahwaIndonesia
Penyebaran teknologi baru di dalam masyarakat,
walaupun secara kumulatif sudah mulai
berarti teknologi tersebut tidak lagi menjadi
mencatatkan nilai neraca perdagangan yang
monopoli pencetusnya.
positif, namun pada tataran ASEAN, Indonesia
Kesemua proses yang dijelaskan di atas
masih mengalami masalah serius dalam kinerja
meningkatkan out put masyarakat dan secara
perdagangan dan daya saing produk. Hal ini
keseluruhan merupakan proses pembangunan
harus menjadi perhatian serius sehingga AEC
ekonomi. Dan menurut Schumpeter, sumber
2015 tidak menjadikan Indonesia hanya menjadi
kemajuan ekonomi yang lebih penting adalah
“penonton pinggir” dari aktivitas perekonomian
pembangunan ekonomi tersebut.
yang semakin terbuka dan kehilangan
Faktor-faktor Penunjang Inovasi :
kesempatan untuk mendapatkan nilai tambah dan
Menurut Schumpeter ada 5 macam
peningkatan kesejahteraan secara optimal dari
kegiatan yang termasuk sebagai inovasi yaitu :
keleluasaan arus perdagangan barang, jasa dan
Di perkenalkannya produk baru yang sebelumnya
investasi.
tidak ada
Di perkenalkannya cara berproduksi baru
Pembukaan daerah-daerah pasar baru
Tabel 1. Neraca Perdagangan Indonesia dengan ASEAN
Penemuan sumber-sumber bahan mentah baru
2009-2014 (Juta USD)
Perubahan organisasi industry sehingga efisiensi
industry
Menurut Schumpeter hanya mereka yang
berani mencoba dan melaksanakan ide-ide baru
yang bisa disebut entrepreneur sedangakan
pengusaha yang secara hanya mengelola secara
rutin perusahaannya bukan entrepreneur
melainkan hanyalah seorang manajer. Kunci
dalam proses inovasi adalah terdapatnya
lingkungan yang menunjang inovasi tersebut.
Menurut Schumpeter, system kapitalis dan bebas
berusaha yang didukung oleh lembaga-lembaga
social politik yang sesuai merupakan lingkungan
yang paling subur bagi timbulnya innovator dan
inovasi. Hanya dalam system inilah menurutnya
semangat berinovasi paling tinggi.
Selain itu ada 2 faktor lain yang
menunjang terlaksananya inovasi yaitu :
Tersedianya cadangan ide-ide baru secara memadai.
Adanya system perkreditan yang bisa menyediakan 3.2
Kesiapan Menghadapi MEA : Analisis Neraca
dana bagi para entrepreneur merealisir ide-ide
Perdagangan Negara-Negara ASEAN
tersebut jadi kenyataan.
Perdagangan
intra-ASEAN
ternyata
belum cukup mampu untuk menunjukkan
manfaatnya secara optimal pada pemberian nilai
tambah bagi perekonomian kawasan. Selain isu
klasik mengenai proporsiperdagangan intraASEAN yang masih belum cukup tinggi

dibandingkan
dengan
perdagangan
intra
kerjasama kawasan ekonomi yang ada lainnya di
internasional, ternyata secara nilai tambah dan
keseimbangan perdagangan intra-ASEAN belum
cukup menjanjikan sebagai arus perdagangan
yangmenguntungkan
bagi
negara-negara
ASEAN.
Negara-negara
ASEAN
lebih
berpotensi mencatatkan neraca perdagangan
yang positif pada perdagangan ekstra-ASEAN
dibandingkan
perdagangan
intra-ASEAN,
kecuali Malaysia sebagai satu-satunya negara
yang konsisten pada periode 2009 hingga 2013.
Walaupun secara kumulatif, terutama
pada rentang waktu 2012 dan 2013 ekspor netto
ekstra-ASEAN
justru
mencatatkan
nilai
rekapitulasi yang negatif namun sesungguhnya
nilai ekspor netto yang positif dalam intraASEAN
didominasi
oleh
segelintir
perekonomian saja yaitu Singapura dan
Thailand. Untuk itu, para pengambil kebijakan di
ASEAN perlu kembali merumuskan kebijakan
agar ASEAN tetap mampu menjadi sumber
pendorong kesejahteraan bagi negara anggota
dan
kawasannya
terutamadalam
aspek
perdagangan internasional karena sesungguhnya
itulah yang menjadi esensi awal semangat yang
mendorong negara-negara ASEAN sepakat untuk
membangun kerjasama perekonomian di
kawasan.

bersifat operasional dan belum menyentuh
pembangunan yang lebihbersifat fundamental,
misalkan pembangunan sumber daya manusia.
Data Human Development Index (HDI)
yang dikeluarkan oleh Perserikatan BangsaBangsa menunjukkan bahwa 50% negara
anggota ASEAN masih berada pada tahapan
pembangunan sumber daya manusia berkualitas
sedang bahkan khusus untuk Myanmar masih
dikategorikan
sebagai
negara
dengan
pembangunan sumber daya manusia berkualitas
rendah. Namun pada dasarnya terdapat berbagai
perubahan-perubahan teknis yang dilakukan oleh
negara-negara di kawasan dalam meningkatkan
daya saingnya, seperti yang dialami oleh Brunei
Darussalam, Indonesia, Singapura, Thailand dan
Vietnam yang mulai menerapkan penggunaan
teknolog informasi dalam berbagai aktivitas
perizinan bisnis dan perpajakan. Bahkan Laos
dan Myanmar juga melakukan perbaikan sistem
dengan membenahi sistem perpajakan nasional
agar menjadi lebih mudah dan efisien. Namun
ternyata segala perbaikan yang dilakukan ini
belum mampu mendongkrak peringkat dari
negara-negara kawasan ASEAN padaberbagai
indikator global, dikarenakan perubahan
sistematis yang dilakukan masih terbatas pada
aspek-aspek
operasional
dan
mengenyampingkan halhal yang lebih bersifat
fundamental seperti pembangunan sumber daya
manusia sehingga perubahan tersebut belum
dapat dikatakan sebagai perbaikan daya saing
yang optimal.

Tabel 2. Neraca Perdagangan Negara-Negara ASEAN;
2009-2013 (Miliar USD)
Tabel.3. Perbandingan Indikator Daya Saing Negara
Anggota ASEAN:
GCI, EDB dan HDI

3.3

Kesiapan Menghadapi MEA : Analisis Daya
Saing Indonesia versi World Economy Forum
Daya saing (competitiveness) menjadi
elemen yang penting dalam dinamika persaingan
terutama di era globalisasi atau maupun sekedar
di tahapan regionalisasi sebagaimana yang dituju
oleh AEC 2015 saat ini. Menurut World Bank
(2014), negara-negara di kawasan ASEAN perlu
memberikan perhatian yang lebih pada upaya- 3.4
upaya pembangunan daya saing melalui upayaupaya untuk membangun tingkat produktifitas
yang lebih tinggi disertai dengan investasi yang
cukup pada pendidikan dan pelatihan generasi
muda. Namun ternyata arah pembangunan daya
saing berbagai negara di kawasan ini ternyata
masih hanya berfokus pada pembangunan yang

Triple
Helix
Model
(THM)
Bertema
Knowledge-Based Innovation (KBI) di China
China adalah salah satu negara yang
sangat pesat pertumbuhan ekonominya. Pesatnya
pembanunan ekonomi China sangat terkait
dengan upaya optimalisasi pengembangan dan
pemanfaatan pengetahuna dan teknologi di
negaranya.

Pengembangan ilmu pengetahun dan
teknologi yang berorientasi pembangunan sistem
inovasi nasional untuk pembangunan ekonomi
sudah ditekankan dalam National Technology
and Innovation Conference sejak 1999.
Pemerintah China berkomitmen memperkuat
gagasan abru tentang memberdayakan potensi
bangsa.
Pemerintah
China
menyerukan
rakyatknya untuk menjadi innovation-oriented
society pada 2020, dan menjadi pemimpin global
di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Rencana
tersebut
berdampak
meningkatkanya secara tajam total biaya untuk
kegiatan penelitian dan pengembangan selama
15 tahun ke depan, yaitu semula 1,23% dari GDP
pada 2004 menjadi 2,5% dan meningkat lebih
besar lagi pada 2020. Pemerintah China berharap
negaranya kelak menjadi saah satu dari lima
besar negara di dunia sebagai negara terbanyak
jumlah (paten) penemuan yang dihasilkan para
ilmuwan/warganya. Bahkan karya-karya ilmiah
dari para ilmuwan China diharapkan pula yang
paling banyak dikutip di dunia (Cao, et al.,2006).
Semua itu bermuara dari keinginan
China untuk menjadi negara inovatif yang
berbasis pengetahuna atau dikenal sebagai
Knowledge-Based-Innovation (KBI). Penerapan
ilmu pengetahun dan strategi inovasi teknologi
membutuhkan interaksi yang erat dan
berkesinambungan di antara berbagai lembaga
penelitian, perguruan tinggi, industri, dan
instansi pemerintah.
Dalam konteks ini, implementasi model
THM idak sepeti THM yang menempatkan
universitas sebagai sumber utama imu
penegtahuan, menjadikan dua elemen;universitas
dan lembaga penelitian negara. Universitas
dianggap lembaga pengajaran dan pemberian
ilmu
pengetahuan
bukan
pemain
ekonomi.Adapun lembaga-lembaga penelitian
negara tidak hanya memainkan pean penting
dalam proyek penelitian nasional di bidang
teknologi melalui National Key Laboratories dan
memberikan
panduan
kebijakan
kepada
pemerintah pusat dan daerah, tetapi juga
memprakarsai dan melaksanakan program KBI
baru di berbagai perusahaan, litbang pusat, dan
zona-zona pembangunan berteknologi tinggi dan
baru untuk teknologi komunikasi.
3.5
Selain itu, model THM yang semula
berfokus pada interaksi tiga elemen (universitaspemerintah-industri),
penelitian
akademis/inovasi THM di China didominasi oleh
interaksi antara Industri Chan, Universitas Xue,
dan Lembaga Penelitian Yan yang berda di
bawah kebijaka pemerintah. Peran pemerintah
ketika mempromosikan KBI jarang disebutkan
dan dianalisis dalam literatur yang ada meskipun
Li dan Tan (2006) menjelaskan, pemerintah
harus
mempromsikan,
mengkoordinasikan,

mengawasi, dan mengevaluasi kolaborasi antara
universitas dan industri.
Ada dua jenis inovasi yang muncul dari
kolaborasi atara pemerintah, universitas/lembaga
penelitian dan industri. Pertama, inovasi yang
difukuskan pada ilmu pengetahun berbasis
inovasi dan transfer teknologi,yakni dari
universitas/lembaga penelitian untuk industri.
Kedua, inovasi teknologi yang difokuskan pada
pengembangan kapasitas inovasi perusahaan
melalui kolaborasi antara universitas, industri,
dan lembaga peneitian.
Kolaborasi antara pemerintah pusat dan
daerah juga penting dalam mendukung
pengembangan inovasi THM. Misalnya,
perjanjian kerja sama antara Departmen
Pendidikan dan Provinsi Guandong dalam
memprosikan THM yang bertumpu pada KBI.
Kerja sama yang ditandatangani pada awal 2007
dengan anggaran khusus dialokasikan untuk
memastikan kolaborasi universitas, industri,
lembaga
penelitaian
dan
pengembangan
(litbang).
Peran pemerintah dalam penerapan ilu
pengetahua dan teknologi inovasi di China adaah
sebagai pemegang keputusan. Pemerintah
cenderung bertindak sebagai pemimpin atas
lemga akedemis dan industri, ketimbang sebagai
mira kolaborator dalam jaringan inovasi THM.
Gambar 1. THM Model In China

Konsep Double Helix Model (DHM) Ghana :
Pengungkit Daya Saing Ekspor
Publikasi Internasional Trade Center
(2011)
yang
mengulas
Pubic
Private
Collaboration for Rxport Success sebagai tema
utamanya, menyebutkan beberapa studi kasus di
negara-negara yang melakukan kolaborasi antara
sektor publik dan swasta. Ghana merupakan
salah
satu
negera
yang
sukses
mengimplementasikan konsep kolaborasi antara
pemerintah dan pengusaha dalam menigkatkan
kinerja operaional kepabeanan yang secara

langsung mendukung sektor ekspor di Ghana
melaui proyek Ghana Community Network
Service Limited (GCNet).
Kolaborasi antara pemerintah dan
pengusaha inimenghasilkan suatu sistem yang
dinamakan
TradeNet.
TradeNet
adalah
komunitas
jaringan
perdagangan
yang
terintegrasi. Sistem TradeNet mempersingkat
waktu perizinan, menaikkan pendapatan cukai,
mengurangi kesalahan karena entri data,
menjamin transparansi, serta meningkatkan
konsistensi dalam setiap proses yang dilakukan.
TradeNet mendorong peningkatan yang
signifikan terhadap daya saing ekspor di Ghana,
terutama bagi perusahaan skala kecil dan
menungah. Hal ii, antara lain disebabkan oleh
cepatnya penerbitan ijin elektronik, serifikasi,
dan pengiriman ke otoritas tujuan ekspor.
Secara umum, ada lima hal utama yang
mendorong keberhasilan pproyek kerjasama
pemerintah dan swasta, yaitu :
1.

2.

3.

4.

5.

3.6

Pemerintah mendukung keberlangsungan proyek
yang disertai pemberian investasi langsung. Hal ini
menggambarkan komitmen yang kuat dari
pemerintah demi kesuksesan seluruh proyek.
Teknologi yang digunakan terbukti sukses seperti
diimplemetasikan di Singapura. Ini membuktikan
inovasi membawa hasil dan memberikan gambaran
serta kepercayaan stakeholders dan minta kerjasama,
terkait performa dan inovasi yang dapat dilakukan.
Seluruh mitra kerja potensial diundang untu
bergabung, terutama yang dianggap kredibel. Bahkan
beberapa di antaranya memiliki bisnis di level
internasional, serta signidikan dengan pengalaman di
proyek-proyek IT yang komprehensif. Mereka bukan
operator tanpa pengalaman, melainkan entitas
bereputasi dan berpotensi menjalankan proyek
dengan baik.
Model bisnis GCNet akan memastikn bahwa sistem
ini efektif untuk kepetingan bersama dari semua
pemangku kepentingan. Hal ini berarti, sistem
dirancang untuk berkelanjutan dan memilki
pembiayaan tersendiri.
Kersajama pemerntah-swasta dikelola secara baik
oleh tim profesioanal yang lagsung bertanggung
jawab ke dewan direksi. GCNet mematuji prinsipprinsip tata kelola perusahaan yang baik serta
menerapkan kode etik yang tinggi.
Dampak Realisasi Double Helix Model (DHM)
di Thailand: Pemimpin Sektor Otomotif di Asia
Tenggara
Publikasi International Trade Center
(2011) pernah mengupas kesuksesan Thailand
dalam membangun inovasi pengembangan
jaraingan otomotif skala regional dan gloobal.
Gambar di bawah ini menunjukkan akselerasi

ekspor mobil yang dilakukan negara tersebut
dalam kurun waktu 1990 hingga 2009.
Selam dua dekade terakhir, Thailand telah
muncul sebagai pusat produksi otomotif di pasar
regional dan global yang terus berkembang.
Ekspansi yang cepat di industri otomotif
berdampak terbentukya jarringan peneydia suku
cadang dan kompeonen otomotif di Thailand
meningkat signifikan. Thailand pun kemudian
disebut sebagai Detroit of the East, yang
sebagian besar pemain utamanya berasal dari
industri
otomotif
internasional
dengan
menggunakan negara sebegai motor penggerak.
Pola kolaborasi diawali dengan kebijakan
pemerintah yang mengundang berbagai produsen
otomotif untuk mendirikan pabrik perakitan di
dalam
negeri.
Pemerintah
memberikan
kemudahan dan insentif menguntungkan bagi
produsen otomotif tersebut.Secar tidak langsung
melalui kebijakan ini, Thailand juga memperoleh
keuntungan melalui penjualan bahan baku dari
dalam negeri. Selain itu, keadaan ini bisa
berpengaruh positif bagi pertumbuhan industri
otomotif lokal meskipun belum dilakukan dalam
skala besar. Ini merupakan proses persiapan
Thailand untuk masuk ke industri otomotif
secara utuh.
Kebijakan proaktif di sektor industri di
Thailand, telah dianggap membawa kesuksesan
besar dari program yang dikelola pihak swasta
dengan strategi yang berorientasi pasar. Selama
dua dekade terakhir, Thailand telah menjadi
pusat produksi kendaraan untuk pasar regional
dan global.Ekspansi yang tebilang cepat di
Industri otomotif telah meahirkan kemampuan
untuk memproduksi suku cadang dan komponen
dalam negeri, yang akhirnya meningkatkan
kualtas komponen lokal untuk mobil-mobil
pproduksi Thailand.
Kunci dari penerapan DHM di Thailand,
yaiyu menjadikan UKM mereka sebagai rantai
pasok
produk
otomotif
untuk
skal
global.Thailand
paham
bagaimana
memaksimalkan kapasitas UKM mereka agar
memilki daya saing internasional pada sektor ini.
Kini, proses manufaktur dan produksi
initi komponen otomotif masih didominasi oelhe
perusahaan luar negeri. Adapun perusahaan lokal
terlibat di jaringan produksi sebagai pemasok
komponen-komponen
sederhana
untuk
kendaraan. Sistem ini membuat semua
pemangku kepentingan memperoleh keuntungan
dari kolaborasi yang dilakukan di selutuh
produksi.

Gambar 2. Akseletasi ekspor mobil
Thailand

3.7

Studi Kasus: Analisis Dampak Liberalisasi
Perdagangan terhadap Indonesia: Perdagangan
Bebas Indonesia-Jepang
Hubungan kerjasama di bidang ekonomi
antara Jepang dan Indonesia telah terjalin lebih
dari setengah abad. Selama itu pula, Jepang telah
turut berperan dalam mendorong pembangunan
ekonomi Indonesia. Peran Jepang dalam
perekonomian Indonesia dapat ditinjau dari tiga
aspek, meliputi sektor perdagangan, investasi,
dan kerjasama ekonomi. Di bidang perdagangan
internasional (ekspor-impor), Jepang adalah
mitra dagang terbesar Indonesia. Begitu pula
halnya dengan bidang investasi, investor-investor
Jepang memainkan peran terbesar dalam
penanaman modal langsung (foreign direct
investment).
Kemudian,
Jepang
juga
memberikan bantuan dalam jumlah yang besar
dalam skema kerjasama ekonomi sebagai upaya
mendukung pembangunan di Indonesia. Dalam
perdagangan internasional, Jepang merupakan
negara mitra dagang terbesar dalam hal eksporimpor Indonesia. Pada periode 2006-2010,
ekspor Indonesia memiliki tren yang meningkat,
sementara impor Indonesia dari Jepang.juga
meningkat di tingkat yang lebih tinggi. Neraca
perdagangan IndonesiaJepang juga terus
mengalami surplus walaupun trennya cenderung
menurun akibat peningkatan impor lebih besar
dari peningkatan ekspor. Komoditas yang
diperdagangkan antara kedua negara juga
beragam, sesuai dengan keunggulan komparatif
dan daya saing kedua negara. Jepang mengimpor
komoditas, seperti minyak bumi, gas alam cair,
batubara, hasil tambang, udang, tekstil dan
produk tekstil, mesin, perlengkapan listrik, dan
lain-lain.
Sedangkan,
Indonesia
sendiri
mengimpor mesin-mesin dan suku cadang (spare
parts), produk plastik dan kimia, baja,
perlengkapan listrik, suku cadang elektronik,
mesin alat transportasi, dan suku cadang mobil
(kementrian perdagangan:2014). Indonesia dan
Jepang merupakan dua negara yang satu sama
lain saling membutuhkan.

Kerjasama ekonomi Indonesia dan
Jepangsudah terjadi sangat lama sekali sekitar 55
tahun, Walau sejarah mencatat kisah suram
penjajahan Jepang di Indonesia, saat ini kedua
negara telah membina hubungan persahabatan
yang sangat erat yang berlandaskan hubungan
kerjasama dan pertukaran di berbagai bidang
seperti politik, ekonomi, kebudayaan dan
sebagainya. Hubungan persahabatan seperti ini,
bukanlah sesuatu yang dapat dibangun dalam
sehari saja. Di Indonesia ada sekitar 11.000
orang Jepang, sebaliknya di Jepang terdapat
lebih 24.000 orang Indonesia. Perusahaanperusahaan Jepang yang beroperasi di Indonesia
berjumlah lebih dari 1000 perusahaan, di mana
bekerja 300.000 orang Indonesia. Sementara itu,
di Indonesia terdapat lebih dari 85.000 orang
yang belajar Bahasa Jepang, jumlah ini terbesar
di Asia Tenggara dan menempati kedudukan ke-6
di 86 dunia.Kerjasama Indonesia dan Jepang
sangat menguntungkan bagi kedua belah pihak
karena antara dua negara ini saling
membutuhkan dibidang ekonomi(Rusmiyati,
Heni. 2014. Interview of “ IJEPA” Kementrian
Perdagangan Republik Indonesia, Jl. M.I.
Ridwan Rais No.5, Jakarta Pusat).
Melalui Framework Agreement telah
menyepakati dua macam skema penurunan tarif
bea masuk dalam rangka IJEPA, antara lain: (1)
skema tarif prefensi umum, skema ini telah
menyepakati sekitar 35 persen pos tarif bea
masuk Indonesia akan diturunkan menjadi 0%
(nol persen), sedangkan Jepang menurunkan
sekitar 80 persen pos tarifnya. (2) Skema Tarif
User Spesific Duty Freee Scheme (USDFS).
USDFS adalah skema pemberian penetapan tarif
bea masuk 0% (nol persen) atas impor bahan
baku dari Jepang yang digunakan dalam kegiatan
proses produksi oleh industri-industri tertentu
yang telah disepakati termasuk yang bergerak di
bidang kendaraan angkut bermotor dan
komponenkomponennya.
Kesepakatan perdagangan bebas dalam
bingkai kesepakatan kerjasama ekonomi secara
bilateral yang pertama kali Indonesia lakukan
dengan negara mitra adalah IJEPA (IndonesiaJapan Economic Partnership Agreement).
Perjanjian tersebut disusun guna menghasilkan
manfaat bagi kedua pihak secara fair, seimbang,
dan terukur melalui liberalisasi akses pasar,
fasilitasi, dan kerjasama melalui pengembangan
kapasitas untuk sektor-sektor industri prioritas.
Terdapat 11 bidang yang dicakup dalam
kesepakatan IJEPA antara lain perdagangan
barang, pengaturan terkait asal barang dan
prosedur
kepabeanan.
Penandatanganan
perjanjian tersebut telah dilakukan oleh baik

kepala negara Indonesia dan Jepang pada tanggal
20 Agustus 2007 di Jakarta.
IJEPA sebagai salah satu bentuk FTA
khusus telah berlangsung efektif hampir
mencapai empat tahun, dan karenanya menarik
untuk dikaji dampaknya sejauh ini bagi
perekonomian Indonesia dan Jepang. Adapun
tujuan dari penilaian dampak suatu FTA adalah
untuk mengetahui apakah tujuan suatu FTA
dapat dipenuhi (Plummer 2010). Salah satu
bidang perjanjian yang penting untuk dievaluasi
dampaknya atau perlu dilakukan penilaian
dampak adalah bidang atau sektor perdagangan
3.8
barang IJEPA
Dampak positif tersebut akan signifikan
bila IJEPA dapat mendorong kesetaraan
perlakuan di kawasan ataupun secara
multilateral. Namun manfaat dari IJEPA akan
tergerus manakala Indonesia dan Jepang
membuat banyak kesepakatan FTA baru dengan
negara-negara
lain
yang
menciptakan
kesenjangan perlakuan dengan negara mitra FTA
sebelumnya. Secara ideal, kesepakatan FTA
menyeluruh tanpa diskriminasi di kawasan atau
secara multilateral akan memberikan manfaat
peningkatan kesejahteraan yang signifikan bagi
negara-negara anggotanya
Dalam level mikro, pembukaan akses
pasar yang lebih luas sebagai salah satu tujuan
dari pembentukan IJEPA akan menciptakan iklim
kompetisi antara pelaku usaha Indonesia dan
Jepang. Iklim serupa terjadi pula dalam level
makro. Melalui FTA akan terjadi persaingan
antara kedua negara dalam menciptakan
kesejahteraan yang akan meningkatkan daya
saing keduanya. Sebagaimana dinyatakan
Aiginger (2006), peningkatan daya saing suatu
negara dapat berjalan seiring sejalan dengan
peningkatan daya saing negara lainnya.
sumber : Aiginger, Karl. 2006. “Competitiveness: From a
Dangerous Obsession to a Welfare Creating Ability with
Positive Externalities”. Journal of Industry, Competition,
and Trade 6: 161–177
Grafik 1 : Perkembangan Ekspor Impor Migas dan Non
Migas Indonesia-Jepang

Pola Kolaborasi Triple Helix Model (THM)
sebagai Strategi Hegemoni Pasar ASEAN
Dari pembahasan di atas, dapat
dikemukakan kembali yang memulai pola THM
di negara maju seperti Amerika Serikat justru
para akademisi dari suatu universitas. Adapun
pola THM di China terjadi berkat dorongan
pemerintah kepada para akademisi, baik yang
tergabung dalam institusi universitas maupun
lembaga penelitian. Para akademisi/ peneiti
itulah yang menghasilkan hak paten di China,
kemudian ha paten ini akan dieksekusi oleh
pengusaha dan menjadikannya sebagai produkproduk komersial yang berskala global.
Di Amerika Serikat dan China, akademisi
terlibat secara aktif dalam pola THM. Adapun di
negara-negara berkembang seperti Thailand,
India, Ghana, pemerintah yang menjadi
penggerak utama dan hanya pada pola DHM.
Peran akademisi belum begitu optimal di negaranegara itu.
Dengan merujuk kepada kajian dan
perbandingan tersebut, maka pola THM yang
dilakukan di China dengan mengkombinasikan
pola DHM di India, memungkinkan untuk
diimpementasikan di Indonesia. Pola THM
seperti di Amerika Serikat, nampaknya belum
bisa diterapkan di Indonesia mengingat masih
lemahnya peran akademisi untuk terlibat setara
dengan pemeritah dan pengusaha.
Peran akademisi di China sangat
ditonjokan. Sebab pemerintah memberikan
fasilitas khusus termasuk dengan mendirikan
pusat penelitian dan pengembangan yang
memadai agar mereka bisa maksimal dalam
menjalankan perannya. Pola ini dibutuhkan
Indonesia karena di negara ini masih minim
fasilitas penelitian dan pengembangannya dan
belum
kompatibel
dengan
pengusaha.
Bagaimana degan pola DHM di India? Pola
DHM di India yang masih berorientasi menyerap
tenaga kerja, relevan pula diterapkan di
Indonesia karena dapat mengurani jumah
pengangguran yang tinggi.

MP3EI yang dicanagkan pemerintah
Indonesia bisa dikatakan membentuk pola DHM.
MP3EI mengoptimalkan hasil sumber daya
alami sebagai keunggulan komparatif yang
bernilai tambah. Pemerintah aktif memetakan
keberadaan daya unggul komoditas Indonesia da
membaginya menjadi enam koridor utama.
Masing-masing koridor memiliki daya tarik yang
unik. Hal ini hampir serupa tetapi tidak sama
dengan pola DHM Integrated Textile Park yang
ada di beberapa negara bagian India seperti
Punjab dan Bungalore.
Terkait pola DHM ini, pemerintah
cenderung
terfokus
pada
penyediaan,
perencanaan, dan investasi yang melibatkan
skema pemerintah-pengusaha. Jika skema
pemerintah-pengusaha nilai proyeknya terlalu
besar, maka sulit melibatkan pengusaha muda
yang umumnya berkecimpung dalam UKM. Isu
ini harus direspon dan ditindaklanjuti oleh
MP3EI, dengan memfasilitasi pengusaha muda
yang berpotensi tinggi. Pengusaha muda
semestinya didorong berperan sebagai pelaksana,
praktisi, sekaligus pelaku utama penggerak
perekonomian bangsa. Apalagi, dalam upaya
mengurangi pengangguran dan mengentaskan
kemiskinan, peran pengusaha terbukti sangat
signifikan.
Pemerintah
dapat
mengoptimalkan
potensi
mereka,
termasuk
memberinya
pengeahuan
dan
membantunya
mengimplementasikan
pengetahuan
(dari
kalangan akademisi) yang beroreientasi pada
terciptanya produk dan jasa yang inovatif dan
kompetitif guna merebut pasar ASEAN. Di
antara para pengusaha mudanya pun harus saling
membantu dan berbagi wawasan agar terwujud
kesadaran bersama dan kesiapan menghadapi
MEA 2015.
Isu penting lain yang perlu ditanggapi
segara adalah mentransfomasikan pola MP3EI
yang cenderung DHM menjadi THM.
Pemerintah perlu melengkapi MP3EI dengan
melibatkan penuh peran akademisi. Apabila di
China, pemereintahannya mendorong akademisi
sebagai pusat produksi paten, maka di Indonesia,
pemerintah pun dapat mendorong akademis
memajukan
pengusaha[,
baik
melalui
manajemen, teknologi, inovasi, dan kreativitas.
Setiap koridor yang ada pada perencanaan
MP3EI mesti melibatkan peran akademisi
setempat, yakni universitas lokal, dan lembaga
penelitian dan pengembangan lokal. Pemerintah
berperan sebagai penyedia dana berkelanajutan
untuk menghidupkan peran akademisi tersebut.

Pemerintah dapat mengoptimalkan peran
akademisi agar melakukan pengkajian dan
pengembangan bisnis bagi kemajuan bisnis para
pengusaha muda Indonesia. Hal ini penting
karena mayoritas pengusaha muda Indonesia
berskala UKM. Modal yang mereka miliki tidak
memadai untuk mengembangkan bisnisnya
menjadi industri berdaya saing internasional.
Akademisi juga dapat berperan sebagai
pelaku sosialisasi atas segla bentuk informasi
dari pemerintah dan pengusaha muda dengan
cara mengedukasi dan diseminasi. Akademisi
bisa dikerahkan untuk menjadi konsultan bagi
emerintah dalam membuat kebijakan yang
berkaitan dengan usaha Indonesia merebut pasar
ASEAN. Bentuk peran akademisi sebagai
konsultan yaitu menghimpun segala kumpulan
data, informasi, hasil analisis bahkan prediksi
kondisi ekonomi, politik, sosial atau mengenai
kecenderungan pasar, bahkan perubahan dalam
isu regional dan global.
Komite khusus yang direncanakan
dibentuk untuk agenda MEA diharapkan bisa
menjembatani
kelemahan
terkait
peran
akademisi dan kendala yang dihadapi pengusaha
muda, khususnya UKM. Komiter khusus usulan
pemerintah sebaiknya segera ditindaklanjuti
secara progresif. Apabila inisiatif awalnya
Komite ini diketuai oleh Menteri Koordinator
Perekonomian, Sebaiknya distrukturkan secara
formal seperti pola THM China.
Di Komite khusus ini ditunjuk ketua
pelaksana yang sebaiknya dari pemerintah
selevel wakil menteri. Anggota-anggotanya
merupakan para ahli dari pengusaha dan
akademisi untuk melanjutkan pelaksanaan
MP3EI yang masih butuh penambahan
kepentingan MEA.
Perwakilan pemerintah berasal dari
pejabat kunci Kementerian Riset dan Teknologi,
Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian
BUMN, Kementerian Perdagangan, Kementerian
Peridusrian, Kementerian Keuangan, Bappenas,
dan BKPM yaang memahami dinamika ASEAN.
Perwakilan
pengusaha
diutamakan
dari
Himpunan
Pengusaha
Muda
Indonesia
(HIPMI),karena mereka yang paling banyak
berkecimpung di area kewirausahaan dan
tersebar diberbagai daerah. Inovasi dan
kreativitas juga dimilki oleh mereka. Perwakilan
akademisi berasal dai LIPI, universitas yang ada
di enalm koridor dan lembaga litbang.
Posisi Indonesia terhadap mitra dagang
ASEAN unggul pada sektor alaminya seperti
produk olahan kayu, produk olahan pertanian,
produk olahan karet, dan perikanan. Adapun di

sektor otomotif, tekstil serta pakaian, dan 
elektronik, posisi Indonesia tidak terlalu
menonol. Sektor-sektor tersebut telah ditetapkan
sebagai sebagai sektor pionir yang akan
diintegrasikan pada pasar bebas ASEAN 2015.
Apabila sektor-sektor di atas dipadukan
dengan sektor-sektor acuan MP3EI seperti
minyak, gas, batu bara, kelapa sawit, perkapalan, 
telematika, baja, makanan, tembaga, bauksit, 
aluminium, nikel dan pariwisata, maka
diharapkan, Indonesia dapat menjadi pemimpin

pasar MEA.

Gagasan pola THM ini harus didukung
dengan nilai-nilai
konstruktif dari unsur 
pemerinta, pengusaha musa, dan akademisi.
Tujuannya untuk memperkuat peran utama yang
dipapakan.

Nilai-nilai konstruktif yang harus
dilakukan pemerintah untuk menyukseskan
Indonesia sebagai pemimpin pasar MEA :



















Membangun usaha yang tangguh dan berkometisi
secara maksimal sebagai kunci utama kemajuan
bangsa.
Nilai-nilai konstruktif yang harus
diterapkan oleh akademisi dalam mendukung
pola THM dan merebut pasar ASEAN :
Menjaga stabilitas politik dan ekonomi Indonesia.
Sebagai
sumber
pengetahuan,
riset,
dan
pengembangan yang mendukung industri untuk bisa
bersaing di pasar regional.
Mentransfer laboratory know-how ke pihak industri.
Menjadi pusat inkubator bisnis untuk mendukung
sektor industri lokal.
Sebagai fasilitator yang melayani jasa riset, konsutan,
edukasi, pelatihan untuk meningkatkan awareness
seluruh masayarakat Indonesia.
Diseminasi hasil kegiatan ilmiah, forum, dan analsisi
kepada masyarakat luas dalam bentuk buku atau
edukasi umum.

Sumber : Darwis, Yuliandre. 2014. Masyarakat Ekonomi
ASEAN 2015 Prospek Pengusaha Muda Indonesia
Menjaga stabilitas politik dan ekonomi Indonesia.
Jakarta : Kencana
Pemerintah bertanggung jawab menciptakan iklim Berjaya di Pasar ASEAN.
Prenadamedia Group. Cetakan Pertama hal 55-63
yang kondusif.
Mengalokasikan annggaran yang memadai dalam
4
PENUTUP
mempersiapkan Indonesia di Kancah MEA 2015.
Akhir 2015 Indonesia akan memasuki
Memberikan payung hukum bagi pengusaha muda
Masyarakat
Ekonomi
ASEAN
atau
untuk megelola dan melindungi bisnisanya.
ASEANEconomic
Community.
Dimana
Menyediakan infrastruktur yang dibutuhkan oleh
keberhasilan
Indonesia
memanfaatkan
sektor Industri dan akademisi.
pembukaan pasar yang luas dalam masyarakat
Memberikan kredit mikro unuk para pelaku usaha
ASEAN akan banyak tergantung kepada kualitas
terutama di daearah agar dapat berkembang
pembangunan
ekonomi
kita.
Tegas dalam pemberantasan korupsi
Kualitaspembangunan ekonomi yang tinggi yang
Memberikan perlindungan dan pelayanan sosial
didukung oleh daya sainginternasional yang
kepada masyarakat.
tinggi, kualitas manusia yang unggul,logistik
yang efisien, serta kelembagaan yang baik akan
Nilai-nilai konstruktif yang harus
membuat Indonesia siap menghadapi MEA.
diterapkan oleh pengusaha muda dalam
Untuk itu kita berharap agar pemerintah baru
mendukung pola THM dan merebut pasar
serta otoritas ekonomi lainnya mengubah
ASEAN :
pengelolaan ekonominya, agar tren penurunan
pertumbuhan ekonomi dapat dibalik peningkatan
Menjaga stabilitas politik dan ekonomi Indonesia
daya saing negara melalui THM, perbaikan nerca
Menghasilkan prosduk dan jasa yang inovatif,
perdagangan intra-extra ASEAN. Sehingga kita
kompetitif, dan berdaya saing tinggi.
siap menghadapi MEA.
Mengambl
langkah-langkah
inovatif
untuk
mengembangakan teknologi dan metode produksi 5
REFERENSI
demi memeangkan persaingan regional.
Menjadi inisiator, fasilitator, dan pelatih di kalangan
Aiginger, Karl. 2006. “Competitiveness: From a
pengusaha muda untuk mendorong kesiapan
Dangerous Obsession to a Welfare Creating Ability
menghadapi pasar ASEAN 2015.
with Positive Externalities”. Journal of Industry,
Mengadakan berbagai forum diskusi dan bertukar
Competition, and Trade 6: 161–177
pikiran.
Darwis, Yuliandre. 2014. Masyarakat Ekonomi
Turut mengintegrasikan ekonomi Indonesia agar
ASEAN 2015 Prospek Pengusaha Muda Indonesia
mampu bersaing dengan negara lain di Asia
Berjaya di Pasar ASEAN. Jakarta : Kencana
Tenggara.
Prenadamedia Group. Cetakan Pertama hal 55-63

Tulus Tambunan.2012. Perekonomian Indoneia:
Kajian Teoritis dan Empiris. Jakarta : Ghalia
Indonesia.
Zuhal. 2013. Gelombang Ekonomi Inovasi. Jakarta:
Gramedia.
http://www.weforum.org/reports/
http://www.doingbusiness.org/rankings
http://hdr.undp.org/en/2014-report
http://www.kemendag.go.id/id/economic-profile
http://www.asean.org/resources/publications/aseanpublications/item/asean-economic-communityhandbook-for-business-2012
http://www.asean.org/images/resources/2014/May/A
ECKeyMessagesBooklet_FINAL30Apr2014.pdf
http://www.asean.org/archive/5187-10.pdf
http://www.asean.org/resources/fact-sheets
http://www.asean.org/news/item/external-tradestatistics-3
http://www.setneg.go.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=7911
http://sepengetahuanku.blogspot.com/2013/04/teori-inovasi-schumpeterdalam.html