Efek Paparan Timbal Si Logam Berat Yang
Efek Paparan Timbal Terhadap Kesehatan Manusia dan Fungsi Otak Buah Hati
Disusun oleh:
Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Anditha Nur Nina
1406543170
Andreas Billy Falian
1406574163
Rumaisha Milhan
1406622061
Saat ini lingkungan sarat akan bahan pencemar. Kecenderungan pencemaran setelah
perang dunia kedua mengarah pada dua hal, yaitu pembuangan senyawa kimia tertentu terutama
akibat kegiatan industri dan transportasi, dan penggunaan produk bioksida. Beberapa bahan
pencemar pada lingkungan adalah karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NO), sulfur dioksida
(SO2), dan partikel. Partikel merupakan padatan yang sangat halus, umumnya berukuran kurang
dari 10 µ, dan dapat melayang-layang di udara. Ketika kita bernapas, padatan ini dapat masuk ke
dalam saluran pernapasan kita. Semakin kecil ukuran partikel yang ikut masuk ketika kita
bernapas, maka semakin besar kemungkinan untuk sampai ke paru-paru. Partikel yang banyak
terdapat di lingkungan di antaranya adalah debu dan timbal.
Timbal atau Plumbum (Pb) merupakan unsur alami yang sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari dan tersedia dalam bentuk biji (WHO, HECA tanpa tahun dalam Suherni
2010). Timbal biasanya digunakan dalam cat, agen antikarat atau antikorosi, industri, dan
pertambangan. Timbal adalah bahan tambahan (aditif) pada bahan bakar minyak khususnya bensin
karena dapat memperbaiki mutu bakar. Timbal juga berfungsi sebagai anti knocking (anti letup),
antioksidan, diaktifator logam, anti pengembunan, dan zat pewarna.
Meski bermanfaat, timbal adalah bahan pencemar berbahaya di lingkungan. Keberadaan
timbal pada komponen lingkungan yaitu air, tanah, dan udara memungkinkan transmisi
pencemaran timbal menjadi lebih luas. Sumber pencemaran timbal di udara adalah emisi gas buang
kendaraan bermotor. Produksi industri seperti pembuatan baterai, industri cat, dan industri keramik
menggunakan timbal dalam prosesnya. Proses produksi ini menghasilkan limbah cair mengandung
timbal. Limbah diserap oleh tanah dan mencemari air sekaligus tanah.
Selain mencemar, timbal dapat masuk ke tubuh manusia. Timbal merupakan bahan kimia
kelompok logam berat. Menurut Palar (1994) logam berat adalah bahan kimia golongan logam
yang sama sekali tidak dibutuhkan tubuh. Terlepasnya timbal ke atmosfir dalam bentuk gas dan
partikel dapat masuk ke tubuh melalui pernapasan dengan jumlah kecil. Jumlah ini berakumulasi
di dalam tubuh sehingga menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan jika terakumulasi
berlebihan. Orang dengan akumulasi timbal tinggi berpotensi penyakit jantung, tekanan darah
tinggi, gangguan reproduksi, gangguan pendengaran, dan sebagainya.
Kadar timbal dalam darah merupakan indikator pajanan eksternal yang digunakan sebagai
petunjuk langsung jumlah timbal yang sesungguhnya masuk dalam tubuh. Kadar timbal dalam
tubuh manusia diukur melalui darah, sekret, jaringan lunak, dan jaringan mineral. Spesimen
biomarker yang mewakili keberadaan timbal adalah darah dan urin. Kadar maksimum timbal
dalam darah yang masih dianggap aman pada anak-anak sesuai dengan standar WHO dalam
Depkes (2001) adalah 10 µg/dl darah, sedangkan pada dewasa adalah 10- 25 µg/dl darah.
Tingkat keparahan akibat timbal pada orang dewasa digolongkan menjadi 4 kategori
seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Empat Kategori Timbal dalam Darah Orang Dewasa
Kategori
µg Pb/100ml Darah
Deskripsi
A
120
Penyerapan mencapai tingkat bahaya dengan
tanda-tanda keracunan ringan sampai berat
Sumber: Palar, 1994
Masuknya timbal secara berlebihan ke dalam tubuh mengakibatkan keracunan oleh
persenyawaan timbal yang disebut plubism (Darmono, 2001). Besarnya tingkat keracunan timbal
menurut WHO (1977) dalam Naria (1999) dipengaruhi oleh:
1. Umur.
Anak-anak mengabsorbsi timbal lebih banyak dari orang dewasa dan lebih rentan sehingga
dapat terjadi efek keracunan pada kandungan timbal yang rendah dalam darah.
2. Jenis kelamin.
Wanita lebih rentan daripada pria.
3. Musim panas akan meningkatkan daya racun timbal.
4. Peningkatan asam lambung akan meningkatkan absorbsi timbal.
5. Peminum alkohol lebih rentan terhadap timbal.
Gambar 1. Dampak Lanjutan Distribusi Timbal pada Penurunan Sistem Hb
Sumber: Environmental Health Criteria 165” (WHO), 1995
Gambar 1 menunjukkan pengaruh timbal terhadap kesehatan yang dimulai dari distribusi
timbal dalam darah. Timbal menyebabkan gangguan sintesa darah dan anemia. Distribusi timbal
dalam darah menurunkan sistem Hb (Hemoglobin). Penurunan sistem Hb berdampak pada
endokrin ginjal, erythropoietic, hati, dan sistem saraf.
Timbal dalam tubuh mempengaruhi sistem saraf. Sistem saraf terbagi menjadi sistem saraf
tepi dan sistem saraf pusat. Otak adalah salah satu sistem saraf pusat. Gangguan neurologi
(susunan saraf) akibat tercemar timbal berupa ataxia , stupor, dan coma . Paparan timbal menahun
menyebabkan lead encephalopathy (ensefalopati timbal) atau abnormalitas fungsi dan struktur
otak. Gambaran klinis yang timbul adalah rasa malas, gampang tersinggung, sakit kepala, tremor,
halusinasi, gampang lupa, sukar konsentrasi, dan menurunnya kecerdasan.
Efek pencemaran timbal terhadap kerja otak lebih sensitif pada anak-anak daripada orang
dewasa. Anak dengan kadar Pb darah 40-80 µg/100 ml darah dapat timbul gejala gangguan
hematologis, namun belum tampak gejala ensefalopati timbal. Gejala yang timbul pada
ensefalopati timbal antara lain rasa canggung, mudah tersinggung, dan penurunan pembentukan
konsep. Gejala tidak spesifik yang timbul pada paparan timbal anak usia 21 bulan sampai 18 tahun
berupa hiperaktifitas atau gangguan psikologis. Paparan timbal pada anak juga dapat menyebabkan
kejang tubuh dan neuropati perifer. Apabila sejak bayi sudah mulai terpapar oleh timbal, maka
pengaruhnya pada profil psikologis dan penampilan pendidikan akan tampak pada umur 5-15
tahun.
Untuk melihat hubungan kadar timbal dalam darah dengan IQ (Intelegent Quotient),
dilakukan penelitian pada anak berusia 3-15 tahun dengan kondisi sosial-ekonomi dan etnis yang
sama. Sampel dengan kadar timbal 40-60 µg/ml mempunyai IQ lebih rendah dibandingkan sampel
dengan kadar Pb kurang dari 40 µg/ml. Pada dewasa muda sekitar umur 17 tahun tidak tampak
hubungan antara Pb dengan IQ. Penelitian lain menunjukkan paparan timbal menyebabkan anak
selain hiperaktif juga susah belajar, kurang peduli, dan agresif.
Meskipun bermanfaat dalam beberapa industri seperti cat dan pengolahan minyak bumi,
timbal berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan. Oleh karenanya, sebaiknya pencegahan terhadap
paparan timbal dilakukan sedini mungkin. Hal ini bertujuan agar anak-anak memiliki otak yang
cerdas agar tumbuh menjadi manusia yang dapat membangun bangsanya.
Referensi:
Indria, C. (2006). Toksikologi Logam Berat B3 dan Dampaknya Terhadap Kesehatan. Jurnal
Kesehatan Lingkungan, 2(2), 129 -142.
Minarti, F., Setiani, O. and Joko, T. (2015). Hubungan Paparan Timbal dengan Kejadian
Gangguan Fungsi Hati Pada Pekerja Pengecoran Logam di CV. Sinar Baja Cemerlang
Desa Bakalan, Ceper Kabupaten Klaten, 14(1), pp.1-6.
Muliyadi, M. (2015). Paparan Timbal Udara Terhadap Timbal Darah, Hemoglobin, Cystatin C
Serum Pekerja Pengecatan Mobil. Kemas, 11(1), p.87.
Naria, E. (2005). Mewaspadai Dampak Bahan Pencemar Timbal (Pb) di Lingkungan Terhadap
Kesehatan. Jurnal komunikasi penelitian, 17(4), 66-72.
Disusun oleh:
Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Anditha Nur Nina
1406543170
Andreas Billy Falian
1406574163
Rumaisha Milhan
1406622061
Saat ini lingkungan sarat akan bahan pencemar. Kecenderungan pencemaran setelah
perang dunia kedua mengarah pada dua hal, yaitu pembuangan senyawa kimia tertentu terutama
akibat kegiatan industri dan transportasi, dan penggunaan produk bioksida. Beberapa bahan
pencemar pada lingkungan adalah karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NO), sulfur dioksida
(SO2), dan partikel. Partikel merupakan padatan yang sangat halus, umumnya berukuran kurang
dari 10 µ, dan dapat melayang-layang di udara. Ketika kita bernapas, padatan ini dapat masuk ke
dalam saluran pernapasan kita. Semakin kecil ukuran partikel yang ikut masuk ketika kita
bernapas, maka semakin besar kemungkinan untuk sampai ke paru-paru. Partikel yang banyak
terdapat di lingkungan di antaranya adalah debu dan timbal.
Timbal atau Plumbum (Pb) merupakan unsur alami yang sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari dan tersedia dalam bentuk biji (WHO, HECA tanpa tahun dalam Suherni
2010). Timbal biasanya digunakan dalam cat, agen antikarat atau antikorosi, industri, dan
pertambangan. Timbal adalah bahan tambahan (aditif) pada bahan bakar minyak khususnya bensin
karena dapat memperbaiki mutu bakar. Timbal juga berfungsi sebagai anti knocking (anti letup),
antioksidan, diaktifator logam, anti pengembunan, dan zat pewarna.
Meski bermanfaat, timbal adalah bahan pencemar berbahaya di lingkungan. Keberadaan
timbal pada komponen lingkungan yaitu air, tanah, dan udara memungkinkan transmisi
pencemaran timbal menjadi lebih luas. Sumber pencemaran timbal di udara adalah emisi gas buang
kendaraan bermotor. Produksi industri seperti pembuatan baterai, industri cat, dan industri keramik
menggunakan timbal dalam prosesnya. Proses produksi ini menghasilkan limbah cair mengandung
timbal. Limbah diserap oleh tanah dan mencemari air sekaligus tanah.
Selain mencemar, timbal dapat masuk ke tubuh manusia. Timbal merupakan bahan kimia
kelompok logam berat. Menurut Palar (1994) logam berat adalah bahan kimia golongan logam
yang sama sekali tidak dibutuhkan tubuh. Terlepasnya timbal ke atmosfir dalam bentuk gas dan
partikel dapat masuk ke tubuh melalui pernapasan dengan jumlah kecil. Jumlah ini berakumulasi
di dalam tubuh sehingga menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan jika terakumulasi
berlebihan. Orang dengan akumulasi timbal tinggi berpotensi penyakit jantung, tekanan darah
tinggi, gangguan reproduksi, gangguan pendengaran, dan sebagainya.
Kadar timbal dalam darah merupakan indikator pajanan eksternal yang digunakan sebagai
petunjuk langsung jumlah timbal yang sesungguhnya masuk dalam tubuh. Kadar timbal dalam
tubuh manusia diukur melalui darah, sekret, jaringan lunak, dan jaringan mineral. Spesimen
biomarker yang mewakili keberadaan timbal adalah darah dan urin. Kadar maksimum timbal
dalam darah yang masih dianggap aman pada anak-anak sesuai dengan standar WHO dalam
Depkes (2001) adalah 10 µg/dl darah, sedangkan pada dewasa adalah 10- 25 µg/dl darah.
Tingkat keparahan akibat timbal pada orang dewasa digolongkan menjadi 4 kategori
seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Empat Kategori Timbal dalam Darah Orang Dewasa
Kategori
µg Pb/100ml Darah
Deskripsi
A
120
Penyerapan mencapai tingkat bahaya dengan
tanda-tanda keracunan ringan sampai berat
Sumber: Palar, 1994
Masuknya timbal secara berlebihan ke dalam tubuh mengakibatkan keracunan oleh
persenyawaan timbal yang disebut plubism (Darmono, 2001). Besarnya tingkat keracunan timbal
menurut WHO (1977) dalam Naria (1999) dipengaruhi oleh:
1. Umur.
Anak-anak mengabsorbsi timbal lebih banyak dari orang dewasa dan lebih rentan sehingga
dapat terjadi efek keracunan pada kandungan timbal yang rendah dalam darah.
2. Jenis kelamin.
Wanita lebih rentan daripada pria.
3. Musim panas akan meningkatkan daya racun timbal.
4. Peningkatan asam lambung akan meningkatkan absorbsi timbal.
5. Peminum alkohol lebih rentan terhadap timbal.
Gambar 1. Dampak Lanjutan Distribusi Timbal pada Penurunan Sistem Hb
Sumber: Environmental Health Criteria 165” (WHO), 1995
Gambar 1 menunjukkan pengaruh timbal terhadap kesehatan yang dimulai dari distribusi
timbal dalam darah. Timbal menyebabkan gangguan sintesa darah dan anemia. Distribusi timbal
dalam darah menurunkan sistem Hb (Hemoglobin). Penurunan sistem Hb berdampak pada
endokrin ginjal, erythropoietic, hati, dan sistem saraf.
Timbal dalam tubuh mempengaruhi sistem saraf. Sistem saraf terbagi menjadi sistem saraf
tepi dan sistem saraf pusat. Otak adalah salah satu sistem saraf pusat. Gangguan neurologi
(susunan saraf) akibat tercemar timbal berupa ataxia , stupor, dan coma . Paparan timbal menahun
menyebabkan lead encephalopathy (ensefalopati timbal) atau abnormalitas fungsi dan struktur
otak. Gambaran klinis yang timbul adalah rasa malas, gampang tersinggung, sakit kepala, tremor,
halusinasi, gampang lupa, sukar konsentrasi, dan menurunnya kecerdasan.
Efek pencemaran timbal terhadap kerja otak lebih sensitif pada anak-anak daripada orang
dewasa. Anak dengan kadar Pb darah 40-80 µg/100 ml darah dapat timbul gejala gangguan
hematologis, namun belum tampak gejala ensefalopati timbal. Gejala yang timbul pada
ensefalopati timbal antara lain rasa canggung, mudah tersinggung, dan penurunan pembentukan
konsep. Gejala tidak spesifik yang timbul pada paparan timbal anak usia 21 bulan sampai 18 tahun
berupa hiperaktifitas atau gangguan psikologis. Paparan timbal pada anak juga dapat menyebabkan
kejang tubuh dan neuropati perifer. Apabila sejak bayi sudah mulai terpapar oleh timbal, maka
pengaruhnya pada profil psikologis dan penampilan pendidikan akan tampak pada umur 5-15
tahun.
Untuk melihat hubungan kadar timbal dalam darah dengan IQ (Intelegent Quotient),
dilakukan penelitian pada anak berusia 3-15 tahun dengan kondisi sosial-ekonomi dan etnis yang
sama. Sampel dengan kadar timbal 40-60 µg/ml mempunyai IQ lebih rendah dibandingkan sampel
dengan kadar Pb kurang dari 40 µg/ml. Pada dewasa muda sekitar umur 17 tahun tidak tampak
hubungan antara Pb dengan IQ. Penelitian lain menunjukkan paparan timbal menyebabkan anak
selain hiperaktif juga susah belajar, kurang peduli, dan agresif.
Meskipun bermanfaat dalam beberapa industri seperti cat dan pengolahan minyak bumi,
timbal berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan. Oleh karenanya, sebaiknya pencegahan terhadap
paparan timbal dilakukan sedini mungkin. Hal ini bertujuan agar anak-anak memiliki otak yang
cerdas agar tumbuh menjadi manusia yang dapat membangun bangsanya.
Referensi:
Indria, C. (2006). Toksikologi Logam Berat B3 dan Dampaknya Terhadap Kesehatan. Jurnal
Kesehatan Lingkungan, 2(2), 129 -142.
Minarti, F., Setiani, O. and Joko, T. (2015). Hubungan Paparan Timbal dengan Kejadian
Gangguan Fungsi Hati Pada Pekerja Pengecoran Logam di CV. Sinar Baja Cemerlang
Desa Bakalan, Ceper Kabupaten Klaten, 14(1), pp.1-6.
Muliyadi, M. (2015). Paparan Timbal Udara Terhadap Timbal Darah, Hemoglobin, Cystatin C
Serum Pekerja Pengecatan Mobil. Kemas, 11(1), p.87.
Naria, E. (2005). Mewaspadai Dampak Bahan Pencemar Timbal (Pb) di Lingkungan Terhadap
Kesehatan. Jurnal komunikasi penelitian, 17(4), 66-72.