CAIRAN Pertolongan Pertama dan Utama Pad

CAIRAN
Pertolongan Pertama dan Utama 
Pada Demam Berdarah
By : dr. Insanul Kamilah

Negara Indonesia merupakan negara dengan penyakit endemik Demam
Berdarah Dengue (DBD). Hal ini ditandai oleh peningkatan kejadian DBD
terutama pada musim peralihan hujan-kemarau. Penyakit DBD dapat
berakibat fatal bahkan menyebabkan kematian bila tidak segera ditangani
secara dini. Hal ini dapat dicegah bila mengenal gejala DBD dan memberikan
penanganan yang tepat sejak awal.
Demam berdarah (DB) dan atau demam berdarah dengue (DBD) adalah
penyakit demam akut yang ditemukan di daerah tropis. Salah satu varian
klinik infeksi virus dengue, yang ditandai oleh gejala panas 2- 7 hari dan
pada saat panas turun disertai / disusul dengan gangguan hemostatik dan
kebocoran plasma (plasma leakage). Penyakit ini disebabkan oleh suatu virus
yang menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem
pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan. Hal ini
juga yang berakibat pasien DBD menjadi kekurangan cairan atau dehidrasi.
Dehidrasi atau kehilangan cairan pada pasien Demam Berdarah dapat terjadi
akibat gangguan keseimbangan cairan / hemostasis pada pembuluh darah

kapiler. Dehidrasi dapat pula terjadi karena suhu tubuh yang tinggi (demam)
sebagai reaksi tubuh terhadap infeksi virus. Kehilangan cairan bisa pula
terjadi karena adanya perdarahan, muntah, dan buang air kecil maupun
besar.

Jika cairan yang hilang tersebut tidak segera digantikan, dapat

menyebabkan dehidrasi berat bahkan berakibat pada kematian.

TERAPI CAIRAN merupakan pilihan pertama dan utama pada penyakit
Demam Berdarah. Cairan yang diberikan dapat berupa air putih, cairan infus
maupun cairan elektrolit. Pemilihan cairan yang diberikan disesuaikan
dengan kondisi pasien.
Bila masih dalam kondisi yang memungkinkan untuk diberikan secara per
oral (melalui minum), maka dapat diberikan air putih atau cairan yang
mengandung elektrolit. Cairan tubuh terdiri dari air dan ion, sehingga
kehilangan air dan ion dapat digantikan melalui cairan yang mengandung
elektrolit. Berikan cairan dengan jumlah tidak terlalu banyak namun dengan
frekuensi yang cukup sering. Secara praktis, kebutuhan rumatan pada pasien
dewasa dengan berat badan 50 kg, adalah sebanyak kurang lebih 2000

ml/24 jam; sedangkan pada kebocoran plasma yang terjadi sebanyak 2,5-5%
dari berat badan sebanyak 1500-3000 ml/24 jam. Jadi secara rata-rata
kebutuhan cairan pada DBD dengan hemodinamik yang stabil adalah antara
3000-5000 ml/24 jam.
Bila kondisi pasien tidak memungkinkan untuk diberikan minum secara terus
menerus (selalu dimuntahkan), maka jalur infus merupakan pilihan untuk
menggantikan cairan tubuh yang hilang. WHO menganjurkan terapi kristaloid
sebagai cairan standar pada terapi DBD karena dibandingkan dengan koloid,
kristaloid lebih mudah didapat dan lebih murah. Penggunaan kristaloid
dalam tatalaksana DBD aman dan efektif.