Hakikat dan Pengertian Epistemologi dala

Hakikat dan Pengertian Epistemologi dalam Kajian Filsafat
Ilmu
www.ahmaddahlan.net /2015/10/hakikat-dan-pengertian-epistemologi-dan-Epistimologi-filsafat-ilmu.html

Hakikat dan Pengertian Epistemologi dalam Kajian Filsafat Ilmu
Ahmad Dahlan. Pada perkembangan ilmu terutama pada bidang kajian filsafat terdapat hal pokok yang menjadi
cabang kajian mengenai cara manusia berfikir. Ketiga cabang tersebut merupakan Ontology, Epistemologi
dan Aksiologi.
Epistemologi berasal dari kata “Episteme” yaitu pengetahuan dan juga “logos yang bermakna ilmu, uraian atau
alasan sehingga secara etimologi, epistemologi dapat diartikan sebagai teori tentang ilmu pengetahuan atau
Theory of Knowledge.
Epistemologi merupakan sebuah kajian ilmu yang sangat populer dan menjadi hal yang paling menarik. Secara
sederhana Epistemologi merupakan pokok bahasan yang mengkaji tentang pengetahuan serta kaitannya
dengan kebenaran yang hakiki. Epistemologi menjadi pembahasan menarik ketika dikaitkan dengan ketuhanan
karena kebenaran yang hakiki hanya akan dimiliki oleh tuhan, oleh karena itu hakikat dari kebenaran hakiki
yang dijadikan subjek dalam Epistemologi menjadi hal yang mustahil untuk didapatkan oleh pemikiran dan rasa
dari manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan.

Keterkaitan antara Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi.
Pada kajian ilmu filsafat keberadaan tiga cabang yakni ontology, Epistemologi dan Aksiologi adalah tiga hal yang


memiliki peranan-peranan secara terpisah. Hal ini muncul karena ketiga cabang dari sub filsafat ini memiliki
aturan dan pola dalam pikiran manusia. Ketika berbicara mengenai Epistemologi berarti seseorang akan
berbicara mengenai usaha serta upaya yang dilakukan untuk menggali informasi mengenai suatu fakta dapat
terjadi. Hal ini pula yang menjadi pembeda yang sangat jelas terhadap ontologi dan aksiologi

Pengertian Epistemologi
Seperti yang telah dijelaskan di atas, Epistemologi adalah suatu cabang filsafat yang mengkaji tentang usaha
dan upaya untuk mencari tahu suatu kebenaran secara hakiki. Epistemologi akan terus mengkaji tentang suatu
fakta sampai pada batas yang tidak dapat dikaji lagi. Batasan dari epistemologi merupakan adalah batasan dari
pola pikir manusia, sehingga kebenaran sejati yang tidak dapat dicapai oleh manusia adalah milik tuhan semata.
Musa Asy’arie menjelaskan bahwa hakikat dari epistemologi merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk
mencari hakikat dari sebuah ilmu. Usaha yang dilakukan dalam mencari kebenaran dari sekedar trial and error
tetapi dilakukan secara sistematis dan disertai dengan metode-metode yang bersesuaian dengan objek dari
kajian ilmu. Pada kajian ilmu pendidikan yang bersifat sains dapat disimpulkan bahwa fakat sains harus
didapatkan dan dikaji melalui sebuah percobaan pengamatan dalam bentuk sains pula. Pendapat dari beberapa
sumber yang tidak dapat dipertanggungjawabkan secara saintis tidak boleh dijadikan rujukan yang berlaku alas
kebenaran dalam menjelaskan kejadian alam.
Sejarah mencatat bahwa alas agama telah menjadi alat yang digunakan oleh otoritas yang salah mengartikan
ayat ilahi dan meletakkan pengartian mutlak pada pemuka agama tanpa didasari fakta sains. Galilei Galileo
adalah salah satu ilmuwan terkemuka di Italia yang menjadi korban. Ia dihukum karena menemukan suatu

kebenaran yang bertentangan dengan pandangan gereja mengenai alam semesta. Fakta ini mendukung bahwa
kajian dari epistemologi sangat penting untuk menghindari kejadian di Italia sekitar 3 abad silam.
Lebih luas mengenai epistemologi, Dagobert D’ Runes, seorang ahli filsafat dari Universitas Vienna
menyatakan bahwa Hakikat dari Epistemologi merupakan upaya dalam mekaji sumber dari kebenaran atau ilmu
secara structural. Metode yang digunakan dalam mengkaji kebenaran harus menggunakan metode yang valid
sehingga hasil yang didapatkan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Tujuan dari penjelasan ini
merupakan upaya untuk menghindari kejadian yang bisa berakibat buruk pada peradaban manusia.
Masalah utama yang dihadapi dari kajian Epistemologi secara menyeluruh pada ilmu sains adalah bagaimana
cara mengetahui pengetahuan secara hakiki. Jumlah disiplin ilmu yang sangat banyak dengan pendekatan yang
banyak pula membuat kajian mengenai hakikat dari suatu obyek ilmu menjadi sangat susah dan membutuhkan
pengabdian yang panjang hanya untuk mencari kebenaran yang jumlahnya setitik.

Ruang Lingkup Epistemologi.
Pandangan tentang ruang lingkup dari kajian Epistemologi akan mencakup tentang keseluruhan objek yang ada
di muka bumi. Hakikat dari cakupan objek epistemologi sangat luas dan tidak berbatas. Ketika seluruh ilmu dan
objek yang ada di di bumi telah dikaji dengan sangat mendalam, manusia masih harus mencari tahu mengenai
segala sesuatu yang ada di luar bumi, sebagai contoh bulan dan matahari. Objek ini akan terus berkembangan
secara terus menerus sampai akhirnya tidak memiliki ujung jika pandangan dikaitkan dengan temuan Stephen
Hawking mengenai alam semesta.
Beberapa pandangan ahli mengenai kajian epistemology hanya terbatas pada pada tataran konsepsi dan dari

asal-usul sumber ilmu pengetahuan secara konceptual-filofis. Suparno, guru besar Universitas Sanata Dharma
memiliki pandangan bahwa epistemologi membicarakan sebuah proses pembentukan ilmu pengetahuan secara
ilmiah, di sisi lain aspek-aspek yang dianggap iiku berpengaruh justru diabaikan dalam pembahasan
epistemologi atau paling tidak kurang begitu diperhatikan.
Kecenderungan memandang Epistemologi dalam batasan mengenai sumber atau metode dari sebuah
pengetahuan dapat di kembangkan muncul akibat adanya pembatasan pembahasan mengenai ontology dan
aksiologi. Pembatasan ini berfungsi untuk membatasi secara eksplisit perbedaan antara ketiga sub filsafat yang

dimaksud namun kurang memperhatikan bahwa keberlakuan dari epistemologi mencakup ontology dan
aksiologi.

Hakikat Pengetahuan dalam pandangan Epistemologi.
Secara Umum, epistemologi berbicara mengenai kajian Pengetahuan (Knowledge) serta peran dari
pengetahuan. Terdapat dua pandangan yang besar mengenai pengetahuan yakni “Pengetahuan tentang
bagaimana” dan Akuantisasi Pengetahuan. Sebagai contoh yang sangat sederhana Pengetahuan tentang
bagaimana cara mendapatkan sesuatu. Di Dalam matematika telah diketahui secara luas bahwa 2 + 2 = 4, hal
ini juga akan berlaku pada penambahan dua buah apel ditambah dengan dua buah apel akan menghasilkan
buah apel. Sedangkan pada kenyataan sebuah rujukan semisal waktu dan alamat bukanlah hal yang dapat
dijumlahkan begitu saja, dalam hal ini dibutuhkan pengkajian lebih bijak mengenai angka, bahwa tidak semua
angka dapat dijumlahkan begitu saja.

Pengetahuan dapat diartikan sebagai informasi yang disadari atau telah diketahui secara sadar oleh seseorang.
Garis besar dari pengetahuan dapat berupa deskripsi, konsep, hipotesis atau dugaan, sebuah prosedur yang
digunakan untuk mencari tau keberlakuan suatu dugaan atau mencari faktor yang menjadi penyebab terjadinya
sesuatu. Pengetahuan juga dapat diartikan sebagai pemahaman mengenai gejala yang diperolehi oleh seorang
manusia sebagai buah dari akal pikiran manusia.
Pengetahuan digunakan oleh manusia berdasarkan kapasitas berfikir dari orang melakukan berpikir. Sumber
dari pengetahuan dapat berupa cita, rasa dan karsa mengenai sebuah objek. Sebagai contoh sederhana
seseorang akan mengetahui mengenai enak atau tidaknya suatu menu makanan dengan mencicipi masakan.
Pengetahuan akan semakin luas jika si pencicip menjoba menduga rasa yang ada pada masakan yang dicicipi
dan mencoba membuat hal serupa berdasarkan dugaan yang telah dibangun pada saat mencoba. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan sebuah proses mengkombinasikan informasi yang
didapatkan dan sebuah potensi dalam menindaklanjuti informasi tersebut.

Hubungan antara Epistemologi, Metode dan Metodologi.
Pada pembahasan epistemologi sering muncul kata metode yang digunakan dalam mencari kebenaran.
Kesalahan mendefinisikan epistemologi hanya terbatas pada cara atau upaya yang dilakukan dalam mencari
hakikat kebenaran membuat makan dari kajian filsafat epistemologi tergeser. Peter R. Senn, Guru besar dari
Wright College, menekankan bahwa prosedur merupakan sebuah cara untuk mencari tahu secara sistematis
dan prosedur sedangkan metodologi merupakan sebuah pengkajian yang mendalam tentang prosedur-prosedur
yang ada pada metode tersebut. Kata logos dari metodologi merepresentasikan ilmu yang membahas tentang

metoda. Metodologi merupakan sebuah disiplin yang mengkaji metode secara konseptual mengenai
permasalahan yang didapatkan pada saat melakasanakan prosedur-prosedur.
Sebagai cabang ilmu yang mempelajari metode, Metodologi merupakan kajian teoritik tentang berbagai metode.
Kajian teoritik ini selanjutnya membahas mengenai kelebihan dan kelemahan dalam karya ilmiah. Penemuan
metodologi baru dan juga menjadikan kajian dari sistem dalam teknis-teknik penerapan metode dalam mencari
ilmu pengetahuan.
Kaitan antara metode dalam penelitian pada ilmu methodologi selanjutnya akan membahas tentang dua
pendekatan yang paling sering digunakan dalam penelitian. Beberapa peneliti pemula menyusun sebuah
paradigma penelitian secara terbatas yakni pendekatan kuantitatif atau kualitatif. Penjelasan metode salah
diartikan dengan jenis data yang muncul sehingga kuantitatif cenderung memunculkan angka sedangkan
kualitatif memunculkan data kualitatif, sehingga akhirnya muncul pendekatan penelitian mix metode yang
banyak salah diartikan oleh peneliti, dosen-dosen pembimbing dalam penelitian mahasiswa terutama di
Indonesia. Terlebih bagi mereka yang tidak mengkaji secara hakiki mengenai bidang yang mereka jelaskan.
Perbedaan pendekatan kualitatif dan kuantitatif sangat berbeda dan tidak saling berpotongan didaerah manapun
pada kajian kedua pendekatan tersebut. Paradigma yang seharusnya dibangun dalam penelitian kuantitatif
adalah pendekatan positivisme sehingga gejala yang diamati adalah gejala sebab akibat, data yang muncul

boleh dianalisis secara statistik, Inferensial maupun statistic deskriptif, ataupun dengan cara deskriptif murni.
Ketidakmunculan angka bukanlah sebuah tanda penelitian ini merupakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan
Kualitatif dalam penelitian menggunakan pendekatan naturalisme atau fenomenologis dengan kata lain

postpositivism. Pendekatan ini lebih digunakan untuk mengetahui ciri-ciri dari suatu fenomena sebab yang
muncul secara menyeluruh dan tidak membatasi pada kemungkinan yang mengeneralkan penyebab yang ada
dengan fenomena yang sedang terjadi.
Pada proses mendefinisikan sesuatu seseorang harus bergerak dari fakta yang benar dan secara holistik
mencakup keseluruhan batasan yang ada. Sangat jelas bahwa keterbatasan dari metode dan metodologi
merupakan kajian dari wilayah Epistemologi itu sendiri.

Peranan dan Pengaruh Epistemologi.
Peranan Epistemologi sangat besar dalam peradaban dan tingkat pendidikan manusia, karena suatu
peradaban dipengaruhi oleh pengetahuan. Kejadian yang terjadi di Italia mengenai nasib dari Galileo Galilei
tentunya memberi dampak yang besar bagi peradaban manusia. Penghukuman yang diberlakukan atas dirinya
membuat ilmuwan lain akan membatasi diri dari kajian yang mungkin menyinggung masalah agama. Bayaran
akan sangat mahal, yakni keterbatasan dalam ilmu pengetahuan dan dampak panjangnya tidak berjalannya
sebuah peradaban. Usaha Galileo menunjukkan betapa besar peran epistemologi dalam peradaban manusia
dibandingkan dengan dogma yang dikeluarkan oleh segelintir orang yang hanya beralaskan sumber yang
terbatas. Dengan kata lain, kalam ilahi yang muncul pada kitab-kitab agamais yang ada tidak bisa dijadikan
referensi dalam mengambil sebuah tindakan. Perlu sebuah sebuah pembuktian dari kalam tersebut atau dengan
bahasa yang lebih agamais, Manusia tidak memiliki kemampuan untuk memahami kalam tersebut secara tepat.
Kalimat ini terdengar seperti doktrin yang bertolak belakang dengan kajian Epistemologi namun pada
dasarnya manusia memiliki pembenaran bahwa kebenaran Hakiki hanya memiliki Ilahi, meskipun tidak satupun

diantara kita pernah melihatnya secara langsung.
Silahkan Masukkan Email anda untuk mendapatkan pemberitahuan dari Artikel terbaru Ahmaddahlan.net: