Materialisme Historis dan Sosiologi Perb (1)

M aterialisme Historis dan Sosiologi Perburuhan :
1
Coretan Pengantar Diskusi
Pendahuluan

Kolapsnya ‘komunisme’ di akhir dekade 1980-an dan aw al 1990-an dipandang oleh banyak orang sebagai
konfirmasi bahw a kapit alisme adalah ‘kondisi alamiah’ umat manusia. Bahw a kapit alisme sesuai dengan
hukum alam dan kecenderungan dasariah manusia sehingga set iap penyimpangan daripadanya akan
menemui kepedihan. Namun menjelang akhir dekade 1990-an krisis menerpa Asia dan disusul dengan krisis
Eropa 2007 dan Amerika tahun 2008. Hingga det ik ini surat -surat kabar luar negeri, khususnya, dengan
cemas memperhat ikan t anda-t anda w akt u pemulihan kapit alisme. Periode di ant ara momen-momen krisis
it u juga kit a saksikan meluasnya aksi-aksi prot es ent ah dengan nama ‘gerakan ant i-kapit alis’, ‘ant iglobalisasi’, at au ‘ant i-neoliberalisme’ yang kesemuanya sama dalam hal : kesadaran akan adanya konflik
ant ara kebut uhan orang banyak dengan peraihan laba. M ulai dari problem upah buruh hingga problem
degradasi ekologis.
Namun kapit alisme selalu mampu menarik dirinya keluar dari krisis dan set iap upaya it u selalu melet akkan
landasan bagi krisis yang baru dan lebih parah. Apapun usaha dan sarana yang dikerahkan unt uk
membat asi at au memperbaiki kehancuran akibat krisis selalu akan ada lebih banyak orang yang sama
menderit anya akibat pengobat annya, sama seperti diakibat kan oleh penyakit nya. Kesadaran akan
2
kapit alisme sebagai penyakit menimbulkan kembali minat bagi banyak orang selain unt uk membeli juga
melihat kembali apa yang t elah dit ulis oleh Karl M arx beberapa rat us t ahun lalu dan mencari t elisikan

relevansinya. Para pembeli karya M arx kebanyakan adalah para mahasisw a muda yang t idak puas t erhadap
3
arah jalannya kehidupan yang dibuat oleh para pendahulu. Sement ara bagi pebisnis, minat it u dibaca
4
sebagai peluang bisnis dan karya-karya M arx serta sket sa w ajahnya menjadi ‘fashion’ tent unya.
Namun diant ara banyak gerakan yang menolak kapit alisme, gerakan buruh adalah salah sat u yang paling
t ua diant ara gerakan lainnya, kecuali gerakan t ani. Gerakan yang mempunyai hari jadinya sendiri dan
5
6
7
diperingat i di seluruh matra bumi yakni darat , laut dan udara . Pert anyaannya, dimana let ak sosiologi
M arx dalam sistem filsafat mat erialisme historis guna dapat menjelaskan perkembangan kapit alisme dan
ket ert indasan buruh?
Pert anyaan it u mengarahkan kit a pert ama pada evolusi mat erialisme historis hingga kajian t ent ang kelas
sosial. M eski bukan sat u-sat unya konsep, kelas sosial menempat i lokasi sentral dalam sosiologi M arx.
Dalam analisa kelas inilah sosiologi M arx dibangun dengan menyandarkan dirinya pada mat erialisme
hist oris/ t eori sejarah perkembangan masyarakat . Sent ralit as it u t idak mengherankan apabila kit a
menengok kembali sejarah sains sosial abad 18 dimana sosiologi dan ekonomi-polit ik t umbuh saling
beriringan sebagai hasil dari t ransformasi kapit alisme perdagangan dan ke indust ri. Keduanya dicakup
sebagai mat erialisme historis. Alur berpikir di art ikel ini menggunakan sumber material yang berasal dari

t eks M art in Suryajaya berjudul Kisi-kisi M ist eri Inkarnasi dalam Jurnal Problem Filsafat No.9, t eks Origin of
Capit alism : A Longer View dari Ellen M eiksin-Wood, dan Nicos Poulant zas tent ang Kelas Sosial. Sert a
sedikit tambahan sumber unt uk melengkapi ket iga t eks ut ama di at as.

1

Sebagian pokok-pokok pikiran ut ama ini diadapt asi dan disarikan dari argumen M art in Suryajaya dalam Jurnal
Problem Filsafat . Terima kasih kepada M art in Suryajaya at as ijin copy left -nya.
2
Das Capit al penjualannya naik hingga 300% hanya di Jerman saja. Bahkan M ast erCard mengeluarkan seri kart u
hut ang bergambar Karl M arx. ht t p:/ / www.t heguardian.com/ books/ 2008/ oct / 15/ marx-germany-popularit y-financialcrisis
3
ht t p:/ / news.bbc.co.uk/ 2/ hi/ europe/ 7679758.st m
4
ht t p:/ / boingboing.net / 2012/ 07/ 03/ karl-marx-on-a-mast ercard.ht ml. George Simmel, salah sat u kont ribut or
berdirinya disiplin Sosiologi,
5
Para buruh yg bekerja di darat .
6
Para buruh kelaut an sepert i ABK, nelayan2 kecil, kuli pelabuhan, dsb

7
Para buruh t ransport asi udara

1

Sekilas sejarah perkembangan konsep M aterialisme Historis dalam M arxisme.

M at erialisme historis merupakan kerangka penjelas yang pokok dalam bangunan t eori M arx t ent ang
masyarakat . M asyarakat yang dibedahnya melalui t eori nilai kerja. Konsep it u muncul paling jelas pert ama
kalinya dalam ‘ German Ideology’ . Lahirnya ‘ German Ideology boleh dikat akan sebagai kelanjut an evolusi
pemikiran M arx t ent ang pent ingnya relasi sosial yang diret as sejak umur 17 t ahun dalam esai akhir sekolah
8
menengahnya berjudul ‘ Refeksi t ent ang Pilihan Profesi Seorang Pemuda’. Art inya, kesadaran akan peran
fakt or-faktor obyekt if sebagai penent u ide-ide subyekt if t elah muncul embrionya sejak ia muda. Evolusi it u
berlanjut ket ika M arx muda (19 t ahun) mulai gandrung akan filsafat dan berniat membangun suat u ‘sistem
dasar baru met afisika’ dengan beranjak mencari idea di dalam realit as it u sendiri. Bat u-bat u fondasi
konsept ual ia kumpulkan dan disusun sat u persat u unt uk digunakan membangun sist em filsafat nya. M arx
t idak pernah det ermist ik dan ia paham pent ingnya peran relasi-relasi sosial dalam membent uk
individualit as. Konsekuensinya, meski ia menghapus ilusi t ent ang ‘ot onomi individu’, ia membuka ruang
bagi ket akniscayaan. Hal it u ia sampaikan di dalam disert asinya saat berumur 25 t ahun t ent ang

‘ Perbandingan Filsafat Alam Demokrit os dan Epikuros’ yang mew acanakan ciri dasar tegangan ant ara
keniscayaan (necessity) dan keberubahan (cont ingency).
Pada karya berikut nya t ent ang ‘ Pengant ar Krit ik at as Filsafat Hukum Hegel’ perlahan mulai nampak
kehadiran materialisme hist oris melalui radikalisasi fungsi krit ik dalam filsafat. Wakt u it u cuaca filsafat
Jerman dipenuhi oleh sederet pemikir muda pasca-Hegel yang semuanya mengusung Krit isisme sebagai
perlaw anan t erhadap kondisi t eorit ik di Jerman. Kaum muda Jerman kala it u menyerukan krit ik at as agama,
at as berhala-berhala dan at as ‘rezim di luar diri’. Sebuah krit ik at as t ransendensi. Dalam semangat krit ik itu
9
M arx menulis bahw a agama adalah candu masyarakat. Namun harus dipahami bahw a M arx t idak berhent i
sampai di sit u karena jika demikian krit ik t ersebut dapat jat uh ke dalam candu krit ik agama . Dengan kata
lain, candu krit ik ideologi . Krit ik ideologi yang berhent i hanya sebagai krit ik ideologi jat uh menjadi ideologi
it u sendiri . Sehingga sat u-sat unya cara t idak memfosil dalam krit ik at as fosil adalah t erjun ke dalam krit ik
10
ekonomi-polit ik. Di sini pengert ian ‘krit ik’ yang berevolusi dari Kant menjadi lebih radikal di dalam M arx
persis karena ia jangkarkan krit ik it u pada kont eks sit uasi mat erial .
Proses perumusan materialisme hist oris sebagai teori tent ang masyarakat berjalan seiring dengan krit ik dan
oto-krit ik keras yang dijalani M arx bersama Engels. Hingga akhirnya t erbit lah karya monument al pert ama
yang dit ulis keduanya t ahun 1846 berjudul ‘ German Ideology’ dengan int ensi “ membuat perhit ungan
11
dengan suara hat i filosofis kami yang t erdahulu” , demikian t ulis mereka.

Buku t ersebut secara eksplisit
membuka medan t empur t eorit ik kepada mereka yang masih memegang kepercayaan bahw a ide/ gagasan

8

M aximilien Ruben dan M argaret M anale, M arx Wit hout M yt h : A Chronological St udy of His Life and Work, Oxford,
Basil Blackw ell, 1975, hal. 11. Hal it u bukan berart i pada umur 17 t ahun M arx sudah menemukan mat erialisme
hist oris.
9
Karl M arx, A Cont ribut ion t o t he Crit ique of Hegel’s Philosophy of Right , Int roduct ion dalam Karl M arx, Early Writ ings,
t erj. Rodney Livingst one dan Gregor Bent on, London, Penguin, 1992, hal. 244.
10
Pandangan M arx ini bert entangan diamet ral t erhadap mereka yang menoleh pada kat egori M arx Tua dan M arx
M uda. M ereka memposisikan alienasi hakikat diri manusia sebagai konsep penjelas (explanat ory concept ) realit as
ekonomi-polit ik ket imbang sebagai sesuat u yang mest i dijelaskan oleh realit as ekonomi-polit ik it u. Pandangan it u
merupakan subversi asumsi non-M arxian, persisnya Weberian t ent ang disenchanment of t he w orld , ke dalam fondasi
M arxisme. Hegel mest i dipaksa berjalan di at as kaki M arx, bukan sebaliknya, sehingga dapat memperlihat kan bahw a
alienasi, ket idakot ent ikan, dan kegalauan pemuda/ i alay adalah refleksi dari hubungan-hubungan ekonomi-polit ik. Jika
sebaliknya yang t erjadi maka M arx adalah pemikir Romant ik yang melihat ket idakmanusiawian t eknologi dan birokrasi
sert a kehidupan yang t idak berpihak pada publik. M arxisme lant as menjadi t idak ilmiah karena ia berubah menjadi

filsafat moral yang ‘ ngenes melihat alienasi manusia.
11
Yang dimaksud melancarkan krit ik mendalam t erhadap para filsuf dari sayap Hegelian M uda spt Bauer, St irner, dan
Feuerbach. Kalimat ini pent ing unt uk diingat sebagai penanda put usnya hubungan M arx dan Engels dengan seluruh
varian filsafat Hegelian, baik kiri maupun kanan.

2

12

sebagai (penent u) realitas dengan variasi sudut pandangnya masing-masing.
M arx dan Engels
melancarkan krit ik at as krit isisme/ krit ik ideologi yang berujung pada pencarian basis mat erial dari
krit isisme it u sendiri . Krit ik ideologi karenanya mest i dit ransformasi menjadi krit ik ekonomi-polit ik. Krit ik
ekonomi-polit ik M arx it ulah yang secara konsept ual disebut sebagai mat erialisme historis.
M aterialisme Historis sebagai Landasan Sosiologi M arx.

Rumusan mat erialisme hist oris sejak ‘ German Ideology’ beranjak dari premis dasar pandangan mereka
t ent ang sejarah masyarakat . “ Premis pert ama dari seluruh sejarah manusia ialah keberadaan individu13
individu manusia yang hidup” , t ulis mereka. Unt uk hidup manusia perlu makan. Baru set elah it u mereka

beragama, pat uh pada hukum, berspekulasi—singkat nya, berkebudayaan. Hal it u t idak menolak peran
kebudayaan/ ideologi t et api kebudayaan/ ideologi bersifat komplementer. Orang yang t idak makan t idak
akan ada dan orang yang t idak ada t ent u t ak bisa berkebudayaan . Demikian t esis sederhana materialisme
hist oris. Terdengar sederhana, seolah common sense. Namun pot ensi argumen yang melandasi tesis
t ersebut sangat kuat : Orang yang hidup bisa berkebudayaan bisa t idak (kebebasan) t api orang yang t idak
hidup past i t idak bisa berkebudayaan (det erminasi). Unt uk it u manusia berhubungan/ bert aut an sat u
14
dengan lainnya dan dengan alam guna mempert ahankan keber ada an hidupnya. Kesalingt aut an secara
sosial it u adalah relasi sosial produksi. Relasi ini hanya berkait an dengan relasi kepemilikan sarana-sarana
produksi misalnya t uan-budak, t uan t anah-pet ani penggarap, majikan-buruh. Relasi kepemilikan ini
15
melibatkan dua aspek yait u, pert ama , hak milik ekonomis, kendali ekonomi nyat a at as sarana-sarana
produksi yait u kekuasaan menempatkan sarana-sarana produksi unt uk dipergunakan at au membuang
produk yang didapat kannya. Kepemilikan ini harus dipahami sebagai kepemilikan ekonomi riil, kendali at as
alat -alat produksi, dan harus dibedakan dari kepemilikan yuridis yang dilindungi hukum dan merupakan
bagian dari suprast rukt ur. Tent u saja, hukum pada umumnya merat ifikasi kepemilikan ekonomi, namun ada
kemungkinan bahw a bentuk kepemilikan yuridis t idak diikut i dengan kepemilikan ekonomi riil. Tuan t anah
di pedesaan adalah kelas pemilik lahan bukan karena pendapat annya yang besar t et api karena mereka

12


Feuerbach mengkrit ik agama sebagai proyeksi diri manusia dan mengajak unt uk kembali pada mat erialisme yang
inderawi. Konsekuensi t eorit isnya, krit ik Feuerbach at as idealisme (dalam rupa ‘agama’) berhent i pada suat u dokt rin
t ent ang realit as inderawi sebagai esensi kemanusiaan. Konsekuensi polit isnya, sosialisme lebih mirip pembagian isi
sebot ol vodka secara merat a dalam suasana rukun/ guyub para peminum Ciu. Bruno Bauer mempromosikan ‘sikap
krit is’ t erhadap kenyat aan. Bersikap krit is didasari pada t eori sebagai inst rumen emansipasi dari realit as. Art inya,
kalau pikiran sama dengan kenyat aan maka krit ik at as pemikiran berart i secara langsung t ransformasi at as kenyat aan.
Konsekuensi polit iknya, mist ifikasi at as peran kelas menengah t erpelajar yang mampu bert eori segala agen pembebas
ket ert indasan masyarakat . Sement ara St irner menolak segala bent uk ‘sist em’ yang mengat asi individu. St irner
berupaya membukt ikan keot ent ikan, keunikan, dan kedaulat an individu sembari menjust ifikasi kepemilikan privat . Ia
mengesampingkan segala bent uk pengaruh ekopol at as manusia dengan cara meradikalkan ide modern-borjuis
t ent ang ot onomi individu. Tepat nya, moralit as borjuis t ent ang kedaulat an individu-pemilik. Ia melupakan bahwa
‘keunikan’ individu adalah hasil mass product ion (lihat Simmel t t g fashion). Konsekuensi polit iknya, penolakan
membabi but a t erhadap segala bent uk ot orit as dan organisasi. Terakhir, kelompok pengusung Sosialisme Sejat i at au
Sosialisme Filosofis at au para Hegelian Kiri. Berbeda dengan Perancis dan Inggris, perkembangan kapit alisme Jerman
yang masih set engah feodal-set engah kapit alis sangat lambat . Cuaca dikuasai masih konservat isme, romant isme,
kesibukan berdebat t ent ang met afisika. Jadi gagasan Sosialisme yang sudah dikongkrit kan oleh perdebat an ekonomipolit ik di Perancis diabst rakkan kembali oleh sosialis Jerman yang mendaku t idak membela kepent ingan prolet ariat
melainkan kepent ingan kemanusiaan abst rak sepert i kodrat manusia, kepet ingan manusia secara umum, yang t idak
t ermasuk kelas apapun, yang t ak punya realit as, yang hanya eksis dalam ranah berkabut fant asi filsafat . Konsekuensi
polit isnya, kegemaran akan abst raksi kosong menyebabkan mereka memusuhi Komunisme yang bagi mereka berisi

‘t endensi dest rukt if’ dan mengut amakan harmoni universal ant ar-manusia abst rak yang bergandengan t angan sepert i
hippies.
13
Karl M arx dan Frederick Engels, The German Ideology, M oscow, Progress Publisher, 1976, hal. 29-30
14
Relasi ganda.
15
Nicos Poulant zas, On Social Classes, dalam New Left Review I/ 78, M aret -April 1973, hal.28

3

mempunyai kendali nyat a at as lahan dan petani penggarap dan dengan demikian mereka secara efekt if
16
sebagai pemilik lahan.
Kedua , kepunyaan (possession), kapasit as unt uk menempatkan secara efekt if sarana-sarana produksi ke
dalam proses kerja. Dalam kasus modus produksi feodal, misalnya, meskipun t uan t anah memiliki
kepemilikan baik yuridis dan ekonomis at as t anah, namun para pet ani penggarap mempunyai sebidang
t anahnya yang dilindungi oleh adat . Kepunyaan it u tidak bisa direbut begit u saja oleh t uan t anah. Dalam
cara produksi yang demikian, eksploit asi dilakukan dengan ekst raksi langsung dari surplus t enaga kerja,
dalam bent uk kerja t ak dibayar berupa barang (bagi hasil). Dalam art i kat a lain, relasi sosial produksi

adalah relasi diantara kelompok sosial yang dilihat dalam kaitannya dengan kepemilikan alat produksi
dan dengan demikian adalah relasi kelas.

Namun bent uk relasi sosial produksi dit ent ukan oleh t ingkat perkembangan tenaga-tenaga
produktif/ forces of product ion yang tertentu. Karena bent uk relasi produksi hanya dapat dimengert i dalam
kerangka perkembangan t enaga produkt if tert ent u maka it u art inya relasi produksi bersifat historis. Ciri
hist orisnya dapat diperiksa dari komponen konsept ual yang t ercakup dalam t enaga produkt if yait u sarana
produksi/ means of product ion (inst rumen produksi dan bahan ment ah) dan tenaga kerja / labor. Inst rumen
produksi sepert i perkembangan t eknologi (termasuk sains), ket ersediaan bahan baku dan sat uan t enaga
kerja yang ada t idak t iba-t iba muncul melainkan berkembang t ingkat annya. Jika demikian pada faktor
perkembangan t enaga produkt if t erlet ak dasar pembagian kerja dalam masyarakat / social division of
labor. Jadi, apabila dikat akan perkembangan t enaga produkt if menent ukan relasi sosial produksi maka
konsekuensinya, pembagian kerja menentukan sistem kepemilikan. Relasi sosial produksi dan t enaga
produkt if adalah dua elemen dari yang disebut dengan corak atau modus produksi / mode of product ion.
Persis pada t it ik dimana pembagian kerja terkait dengan sist em kepemilikan berdasarkan relasi kelas di sit u
pula it ulah sosiologi M arxis menemukan landasan ilmiahnya. Singkat nya, sosiologi M arx adalah bagian dari
sist em filsafat mat erialisme hist oris dan (relasi) kelas merupakan konsep sent ralnya.
M arx mengat akan bahw a ket ika t ingkat perkembangan t enaga produkt if seperti t eknologi produksi, sains,
penget ahuan, dan t enaga kerja bergerak melampaui relasi sosial produksi yang cocok maka relasi sosial it u
‘menghambat ’ perkembangan t enaga produkt if selanjut nya. Disini, perkembangan t enaga produktif

mensyarat kan perombakan relasi sosial produksi. Begit u perombakan it u terjadi maka muncul modus
produksi yang baru. Begit u seterusnya. Jadi pembagian kerja t idak t erjadi begit u saja at au ‘alamiah’ sepert i
dinyat akan para ahli sosiologi at au ekonomi-polit ik klasik.
Ilust rasi sejarah t ransformasi di at as secara umum dapat diihat dari sejarah indust rialisasi di Inggris.
Berkembangnya tenaga produkt if berupa mesin uap, gagasan sains t ent ang alam mekanis, meluasnya
gagasan t ent ang kebebasan di kalangan kelas borjuasi Eropa abad 18, disokong dengan reorganisasi
kepemilikan t anah pert anian guna mendukung pasokan bahan baku di pabrik mengubah relasi kelas ant ara
t uan t anah dengan kelas baru produsen dan indust rialis. Disahkannya Undang-undang Gandum
menghadirkan kontradiksi ant ara kelas pemilik t anah (kelas yang paling lama bert ahan dan t erw akili di
parlemen Inggris) dan kelas baru produsen dan indust rialis (yang t idak t erw akili). Kelas pemilik t anah ingin
memaksimalkan keunt ungan mereka dari pert anian dengan menjaga harga panen komodit i biji gandum
t et ap t inggi. Sement ara indust rialis pangan ingin memaksimalkan keunt ungan mereka dari pembuat an rot i
dengan mengurangi upah buruh pabrik mereka. Di sini para buruh mengalami kesulit an karena mereka
t idak bisa bekerja di pabrik-pabrik jika upah mereka t idak cukup unt uk memberi makan keluarga mereka.
Oleh karena it u dalam prakt eknya harga gabah t et ap dijaga t inggi dengan harapan upah pabrik akan tet ap
t inggi juga sehingga bisa membeli makanan. Jadi dimat a indust riaw an sebagai kelas sosial baru produsen,
UU Gandum meningkatkan keunt ungan dan kekuasaan kelas pemilik t anah. Penghapusan kelas pemilik
t anah w akt u it u menjadi landasan bagi peningkat an yang signifikan kekuasaan kelas baru unt uk mendorong

16

Unt uk kasus Indonesia, lihat UU Agraria t ent ang pengat uran hak milik bagi warga negara luar negeri dan t eknikt eknik unt uk mengakali kepemilikan ini. Juga kasus t anah di UniSoviet yang secara efekt if berada di dalam kendali
direkt ur perusahaan negara dan birokrat part ai, bukan di t angan kelas pekerja.

4

perdagangan bebas. M aka dari it u M arx mengakui bahw a revolusi sosial pertama dipelopori oleh kaum
borjuis.
17

Pada aras polit ik suprast rukt ur , konjungt ur perubahan relasi sosial produksi/ sistem kepemilikan yang baru
yait u hak milik pribadi t urut mengubah bent uk kekuasaan formal dari kerajaan menjadi negara. Unsur yang
relevan dari rivalit as ant ar dinast i feodal adalah kekayaan brankasnya, sumber fiskal dari mana dinast i it u
mengumpulkan dan mendapat kan penghasilannya/ hart a. Sement ara, meluasnya pemahaman t ent ang
kebebasan hak milik dan perkembangan indust ri memunculkan perubahan gagasan bahw a kapit al bukan
lagi dipahami sebagai milik raja t et api pribadi individu ekonomi. Individu ekonomi ini direpresent asikan
pada kelas produsen baru (borjuasi kot a) yang mempunyai kesadaran progresif bahw a pajak dimengerti
bukan sebagai bent uk upeti ket ert undukan pada raja melainkan sebagai kont rak polit ik dengan negara. Dari
sit u kemudian mereka menunt ut adanya perw akilan di parlemen. Kont rak merupakan elemen yuridis
pert ukaran. Pert ukaran dimungkinkan karena adanya ekuvalensi/ keseukuran apa yang dipert ukarkan.
Polit ik yang lama pada aras suprast rukt ur yakni ketert undukan pada raja lewat upet i berubah bent uk
menjadi polit ik berdasarkan kont rakt ual-yuridis. Konsekuensi, pembent ukan inst it usi-inst it usi negara yang
memberi perlindungan, sist em perw akilan, dan pelayanan kepada kelas borjuasi kot a merupakan hasil
perubahan relasi sosial yang baru di baw ah kapit alisme indust ri.
Tent u saja t ransformasi relasi sosial produksi sebelumnya dari kapit alisme perdagangan berbasis pert anian
ke indust ri bukan t anpa pert umpahan darah. Kelas pemilik t anah t idak sert a merta hengkang begit u saja
t anpa mempert ahankan diri dan kelas borjuasi kot a menghendaki keset araan dan kebebasan dalam
pengelolaan kapital. Perang 30 t ahun di Eropa antara pendukung Kat olisisme dan Prot est ant isme dan
18
19
perang-perang lainnya merupakan bagian dari proses panjang evolusi perubahan bent uk relasi sosial
dari modus produksi yang sat u ke yang lain. Dan proses it u t idak t erjadi dalam w akt u singkat melainkan
akumulat if hingga berjejal, bert umpuk pada suat u konjungt ur sejarah t ertent u yang memungkinkan
t erjadinya revolusi. Singkat nya, di dalam proses perubahan modus produksi t ert ent u t erkandung
kont radiksi int ernal ant ara perkembangan t enaga produkt if dan relasi sosial produksi. Kontradiksi itulah
20
dimensi politis modus produksi dan perjuangan kelas berlokasi di sit u, bukan di luar kont radiksi.
Karena t idak ada relasi produksi t anpa ada t enaga produkt if dan sebaliknya, int eraksi keduanya merupakan
keniscayaan sejarah terlepas dari bent uknya yang kont ingen. M aka modus produksi dengan demikian
bersifat ekonomi-polit ik. Ekonomi digunakan mengkaji elemen-elemen dasar dari landasan keberadaan
masyarakat dan polit ik mengkaji relasi int ernal (kont radiksi) dalam modus produksi it u. Tet api perlu dicat at
bahw a ilust rasi di at as adalah cont oh umum sement ara sist em filsafat mat erialisme historis (sosiologi dan
ekonomi-polit ik) M arx sembari memaparkan kat egori-kategori umum juga menekankan spesifitas. Nah,
17

Polit ik di sini berbeda dengan dari polit ik yang implisit dalam ekonomi-polit ik. Polit ik di sini dalam bent uk yang luas
dan bermain di aras sosial, kult ural, relijius, egal, dst . Perbedaannya dapat dilihat pada cat at an kaki no.19 di bawah.
18
Sejak awal t erbent uknya ket ent araan, kelas pekerja selalu hadir di garis t erdepan t iap medan pert empuran.
M erekalah yang gugur dalam jumlah paling besar di set iap kesempat an bent uran ant ar pasukan. M erekalah yang
dikenal sebagai " t ent ara jalan kaki" (foot soldier), " umpan peluru" (cannon fodder), " kuda beban" (grunt s), at au
ist ilah-ist ilah lain yang pada dasarnya merendahkan derajat mereka yang harus berkorban paling dahulu dan paling
besar dalam t iap pert empuran ini. Sejak pert ama kali masyarakat berkelas menampakkan bat ang hidungnya di muka
bumi, rakyat pekerja t elah dikerahkan unt uk membela kepent ingan kelas berkuasa. M emang, sejak masyarakat
t erbelah menjadi kelas-kelas yang saling bert arung, ket ent araan t idak lagi merupakan pekerjaan sampingan melainkan
pekerjaan purna-wakt u. Tent ara purna-wakt u (st anding army) inilah yang just ru menjadi ciri masyarakat berkelas. Ken
Budha Kusumandaru, M ilit erisme dan Posisi Kelas Kaum M iskin Perkot aan : Analisis Kelas t erhadap Kasus-kasus
Kekerasan Kot a, makalah t idak dit erbit kan.
19
Ellen M eiksin-Wood , The Origin of Capit alism : A Longer View , London and Newy York, Verso, 2002.
20
Polit ik dalam kerangka relasi int ernal corak/ modus produksi ialah polit ik yang spesifik, yakni polit ik ekonomi, at au
polit ik sejauh ia berurusan dengan reorganisasi sarana produksi. Polit ik inilah yang menent ukan polit ik dalam bent uk
luas t adi. Di sini pula t elak akar teori front dalam pemikiran M arx. Front M arxian t idak dibangun at as dasar kedekat an
kult ural at au bahkan ideologis (sebab ini mendasarkan front pada spekulasi), melainkan pert ama-t ama at as dasar
hubungan-hubungan ekonomis yang obyekt if. Lihat M art in Suryajaya, Kisi-kisi M ist eri Inkarnasi, dalam Jurnal Problem
Filsafat No.9, Thn. I, M ei 2009, hal. 16 dan 18.

5

ranah spesifit as dikemudian hari t urut diisi oleh sosiologi sebagai sains yang memeriksa unsur-unsur sosial
spesifik dalam sejarah perkembangan masyarakat di periode t ert ent u . Di sit u terlihat jelas bahw a selain
sosiologi, pembacaan spesifit as realit as kapit alisme juga perlu diperiksa oleh ilmu penget ahuan t ent ang
sejarah yang dalam bahasa M arx,” Konsepsi sejarah ini berganung pada kemampuan kit a mengungkap
proses produksi yang nyat a...konsepsi ini t idak menjelaskan prakt erk dari ide t et api dari menjelaskan
pembent ukan ide-ide dari prakt ek mat erial...Konsepsi ini menunjukkan bahw a sit uasi membent uk manusia
21
sebanyak manusia mencipt akan sit uasi ” .
Sebagai penut up, salah sat u cont oh karya sosiologis M arx yang menekankan pada spesifit as sejarah
t erdapat pada teks ‘ Kerja-Upahan dan Kapit al ’ yang pert ama kali terbit dalam bent uk art ikel berseri di surat
kabar Neue Rheinische Zeit ung 4 April 1849, t iga tahun set elah ‘ German Ideology’. Art ikel berseri ini
berisikan kumpulan ceramah M arx di Klub Pekerja Jerman (German Workingmen’s Club ) di Brussels pada
1847. Dalam Bab Pendahuluan M arx mengatakan bahw a t ulisan ini bert ujuan unt uk, “ memeriksa secara
lebih dekat kondisi ekonomi di at as mana berdiri keberadaan kelas kapit alis sert a kekuasaan kelasnya, dan
22
juga perbudakan para pekerja.” Dalam pamflet ini, juga dibahas basis ekonomi dari kont radiksi yang t ak
t erdamaikan ant ara kelas kapit alis dengan pekerja. Disamping M anifest o Komunis, pamflet ini merupakan
pengant ar yang bagus unt uk mengenal ciri sosiologi dan krit ik ekonomi polit ik M arx karena bent uknya yang
ringkas.
Eksaminasi : Tentang Immaterial Labour

Di abad ini proses kerja dalam kapitalisme terus mengalami perubahan. Perubahan it u berasal dari
kont radiksi di dalam corak produksi kapitalis indust ri pasca PD II. Corak t ersebut bert ransformasi dan hasil
t ransformasi it u seringkali disebut dengan corak produksi kapit alisme finansial yang berbasis pada sistem
manajemen post -Taylor. Corak ini disumbang oleh sekurangnya t iga unsur t enaga produkt if, komunikasiinformasi dan t ransport asi sert a cara sat uan kerja diorganisasikan. Out put produksi dari corak kapit alisme
finansial adalah komodit as imaterial berupa informasi, penget ahuan, dan jasa sert a kapit al it u sendiri. Jadi
kapit alisme finansial adalah self-expansion kapit alisme indust ri pasca PD II.
Jadi cerit anya begini. Seluruh karakt erist ik ekonomi post -indust ri, baik pada ranah sektor indust ri maupun
masyarakat, sekarang ini dit andai oleh merekahnya bent uk-bent uk klasik dari produksi ‘imat erial’. Pada
periode indust ri sebelumnya, akt ivit as-akt ivit as sepert i periklanan, riset dan pengembangan, produksi
pirant i lunak, fot ografi—singkat nya, unsur kreat if dari kerja int elek yang dit ujukan memberi nilai t ambah
pada barang produksi manufakt ur diorganisasikan dalam gilda-gilda yang secara spasial t erkonsent rasi.
Disebut ‘lit bang perusahaan’. Namun saat ini seiring dengan t ransformasi bent uk-bent uk kerja di era
kapit alisme finansial, t erjadi apa yang dinamakan desent ralisasi proses produksi sehingga membuat seluruh
akt ivit as ekonomi masyarakat beroperasi sebagai ‘campur aduk berbagai jenis pabrik’. Bat as-bat as ant ara
‘kerja’ dan kehidupan sosial individu t elah runt uh dimana gilda-gilda yang sebelumnya t erkonsent rasi, kini
t ersebar dan dikordinasi lew at teknologi komunikasi-informasi dan t ransport asi. Jarak dan w akt u dipotong
sedemikian rupa sehingga hasilnya adalah ‘ just -in-t ime product ion’.
Berbagai bent uk akt ivit as dari produksi komodit i yang imat erial memaksa kit a mengkaji ulang pengert ian
t ent ang ‘kerja’ dan ‘t enaga kerja’. Proses produksi komodit i t ersebut menunt ut kombinasi berbagai unsur
dalam menghasilkan jenis komodit i imateril t ertentu sepert i, kapasitas int elekt ual yang menghasilkan
kreat ivit as, keterampilan manual unt uk mengkombinasikan kreat ivit as it u, imajinasi, keahlian t eknis,
ket erampilan kew irausahaan dalam mengelola hubungan-hubungan sosial, dan pembangunan kerangka
kerja sama unt uk membingkai kesemua unsur di at as. Kerja imat erial semacam it u dalam dirinya eksis
dalam bent uk jejaring dan arus informasi, bukan lagi dalam bent uk bengkel-bengkel kerja.
21

Anom Ast ika, Nubuat Pendekar Syair Berdarah di Bukit M eriang : Tent ang Logika Produksi Komodit i dan Polit ik Et ika
‘Int elekt ual’ dan ‘M assa’ , Bagian Pert ama, dalam Problem Filsafat , No.2, Thn.I, Januari 2012, hal. 25.
22
Persisnya “ t o examine more closely t he economic condit ions t hemselves upon w hich is founded the exist ence of t he
capit alist class and it s class rule, as w ell as t he slavery of t he w orkers” (hlm. 16). Lihat M ohamad Zaki Hussein,
Kont radiksi Kerja-Upahan dan Kapit al , dalam Indoprogress, Edisi VIII/ 2013. ht t p:/ / indoprogress.com/ lbr/ ?cat =59

6

Tat a organisasi sosial dari kerja imaterial t idak selalu mudah kit a kenali karena t idak dibat asi dan t idak
dit ent ukan oleh sekat -sekat dinding pabrik. Lokasi t ata organisasi it u berada di luar kerangka pemahaman
masyarakat umum tent ang ‘kerja’ karena ia berada di alam virt ual menggunakan sarana-sarana t eknologi
komunikasi dan informasi. Unit -unit kerja produkt ifnya kecil dan kadang sangat kecil, t erdiri dari sat u orang
individu, sert a dit at a khusus unt uk proyek-proyek kerja ad hoc dan eksis hanya dalam durasi yang singkat.
Lingkaran proses produksi komodit i imat erial menjadi akt if ket ika dibut uhkan oleh si kapit alis. Begit u suat u
proyek pekerjaan selesai maka siklus proses produksi it u meredup dan individu pekerja kembali menguap
jadi jejaring dan arus informasi. M encari lagi proyek produksi komodit i imat eril yang dapat dikerjakannya.
Karakterist ik pekerjaan jenis ini di kot a-kot a met ropolit an secara jelas dit andai oleh keadaan hidup yang
selalu gent ing (precariousness), eksploitasi berlebihan, mobilit as yang t inggi, dan hirarki disiplin kerja yang
ket at . Jadi di belakang predikat ‘pekerja konsult an independen’ yang eksis sebenarnya adalah seorang
prolet ariat int elekt ual. Predikat ‘pekerja independen’ disandangkan kepadanya oleh t uan yang
mengeksploit asinya. Disamping it u, pekerjaan semacam it u menunt ut adanya fungsi manajerial t ert ent u,
yakni kemampuan merawat hubungan-hubungan sosial dengan siapapun di dalam orbit jaringan kerja
produksi komodit i imaterial. Kualit as kerja bukan hanya dit ent ukan oleh kapasit as profesional dalam
menghasilkan isi komoditas yang berciri kult ural melainkan juga kemampuannya mengelola akt ivit asakt ivit as pribadinya sendiri, sekaligus fungsi sebagai kordinator para pekerja komodit i imaterial lainnya
yang berada dalam siklus proses produksi.
Ada banyak cerita dimana pekerja komodit i imat eril seringkali harus pont ang-pant ing mengerjakan banyak
jenis pekerjaan secara serent ak dalam w akt u yang singkat . Typhus, kelelahan parah, insomnia, depresi,
kerusakan met abolisme tubuh merupakan sebagian dari sahabat dekat para pekerja jenis ini karena
eksistensi kerja demikian menyulit kannya unt uk membedakan w akt u ist irahat dengan w akt u kerja. Apa
yang mengiringi keseluruhan w akt u hidup seorang individu adalah kerja mencari nafkah dan kebimbangan
berada di persimpangan jalan kapan harus melakukan kerja produksi dan kapan harus mengkonsumsi
w akt u rekreat if. Akt ifnya secara bersamaan baik kerja produksi dan rekreasi meraw at jalinan hubungan
sosial dengan klien kemudian dimat erialkan di dalam dan oleh proses komunikasi. Peluang bisnis kedua
akt ivit as t ersebut dit angkap oleh para perusahaan bisnis t eknologi komunikasi informasi serta seluruh
rant ing sektoralnya. Tingginya kont ribusi finansial sekt or jasa telekomunikasi dari t ahun ke t ahun dalam
laporan BPS memperlihatkan st rat egisnya sektor tersebut dalam membent uk dan mempert ahankan cara
hidup pekerja komodit i imat erial.
Fungsi dari ‘immat erial labor’ adalah memberi bent uk, memat erialkan apa yang disebut ‘kebut uhan’, ‘cit ra
/ imaji’, ‘rasa’, dan sebagainya. Pada gilirannya produk-produk hasil olah kerja it u menjadi produsen
pendorong pemenuhan ‘kebut uhan’, ‘cit ra / imaji’, ‘rasa’, dsb dalam diri set iap orang. Apa yang mereka
t aw arkan seolah menjadi suat u keharusan unt uk saya penuhi. Kekhasan komodit i yang dihasilkan dari
t enaga kerja imaterial t erlet ak pada subst ansi nilai gunanya yang dihasilkan dengan cara memberi sunt ikan
muat an informat if dan kult ural. M isalnya, para ahli kesehat an dan t eknik pert anian di universit as,
konsult an pemasaran, dan periklanan secara kolekt if merumuskan iklan pangan yang memaparkan
informasi komposisi nut risi dan manfaat produk pertanian sehingga produk tersebut diket ahui ‘gunanya’.
Padahal kit a t ahu pada saat yg sama bahw a nilai nut risi produk pert anian saat ini umumnya lebih rendah
dari sebelumnya karena penggunaan secara eksesif pupuk kimia berbasis nit rogen, phospat dan pot assium
t elah merusak nut risi t anaman yang ada di tanah. Akibat nya, kit a harus membeli lebih banyak jumlah
kuant it as suat u produk pangan unt uk mencapai pemenuhan nilai nut risi yang sesuai st andar kesehat an.
Nilai guna yang berciri informat if dan kult ural it u t idak hilang dalam t indakan mengkonsumsi melainkan
diperluas, dit ransformasi, dan mencipt akan suat u lingkungan komunit as konsumen yang ideologis,
misalnya paguyuban konsumen produk ramah lingkungan, asosiasi konsumen pangan organik yang didanai
oleh M onsanto, Cargill, atau Unilever. Jadi bent uk akt ivit as dari produksi komodit i yang imat erial, t ata
organisasi sosial dari kerja imaterial, karakt erist ik pekerjaan, dan fungsi t ersebut saya kira yang
membedakan 'immaterial labor' dari periode kapit alisme a la Taylorism sebelumnya.

7

Pekerja di universit as sebenarnya juga t idak luput dari bent uk akt ivit as dari produksi komodit i yang
imat erial, t ata organisasi sosial dari kerja imaterial, karakt erist ik pekerjaan dan fungsi sepert i saya jelaskan
di at as. Lalu apakah dosen, misalnya, dapat disebut sebagai bagian dari kelas pekerja? Jika beranjak dari
posisi t ent ang t esis ‘immat erial labor’ di at as maka ya, dosen merupakan bagian dari kelas pekerja. Cara
produksi komodit i imat erial yang dilakukan oleh dosen dalam periode proyek komersialisasi pendidikan
neolib pada prinsipnya sama. M isalnya, bent uk akt ivit as dari produksi komodit i imaterial ‘memberi jasa
pelayanan perkuliahan’ dilakukan dengan mengerahkan (a) kapasit as intelekt ual dosen unt uk secara kreat if
menghasilkan met ode perkuliahan yang at rakt if, (b) lew at ket erampilan manual mengoperasikan pirant i
lunak audio-visual dan t eknologi pelayanan kuliah lainnya, dan (c) posisinya dalam mengampu mat a kuliah
dan proyek-proyek penelitian dit ent ukan dari seberapa t erampil ia mengelola hubungan sosial dengan
sesama kolega dan mahasisw a agar t idak t erkena pemecat an. Inst rumen unt uk menjaga agar seorang
dosen mampu mengelola hubungan sosial it u dit andai dengan adanya borang evaluasi mahasisw a at as
proses perkuliahan, borang evaluasi manajemen universit as berbasis TQM , peer evaluat ion, dab
sebagainya.
Penutup

M enolak kekelindanan ant ara polit ik dan sains—menolak pendasaran saint ifik at as polit ik—berarti
menyat akan bahw a polit ik mest i dibasiskan pada sesuat u yang ekst ernal t erhadap sains. Sesuat u yang
eksternal it u bisa apa saja, mulai dari nilai-nilai moral, agama, hobi, kenakalan remaja, pergaulan bebas,
krisis paruh baya, invasi alien, khayalan siang bolong, dan lain sebagainya. Dengan kat a lain, polit ik
dibasiskan pada obskurantisme yang menghindari segala bent uk just ifikasi ilmiah. M anolak kepeloporan
organisasional, yang merupakan mat erialisasi visi t ent ang polit ik yang berbasis sains, berart i menyat akan
bahw a polit ik ialah soal mengekspresikan apa yang kebet ulan melint as di benak masing-masing individu
dan memperjuangkannya sambil menolak adanya krit eria obyekt if t ent ang kebenaran yang dipakai
mengevaluasi lalu-lint as ekspresi it u. Dengan demikian, set iap individu at au kelompok individual t ampil
dalam individualit asnya yang unik. Seorang yang percaya bahw a sat e adalah makanan t erenak di dunia
akan memperjuangkan secara polit ik kepercayaannya agar dirat ifikasi dalam UUD. Sement ara kelompok
pecint a pet ak umpet akan memperjuangkan secara polit ik agar masyarakat diat ur berdasarkan prinsip
23
pet ak umpet . Art inya, politik jadi soal art ikulasi gosip.
Penolakan prinsip sent ralisme demokrat ik sebagai prinsip kepeloporan organisasional sama dengan
pengakuan at as efekt ivit as daya kreat if self-int erest manusia. Bahw a ada benarnya manusia mempunyai
daya kreat if diri t et api pengakuan t ersebut just ru juga meletakkan landasan bagi munculnya self-int erest
lainnya. Jika demikian maka t idak masuk akal masyarakat sebagai gejala sui generis bisa ada dari setanset an yang saling bersaing. Di sini let ak inkonsist ensi pandangan bahw a ‘set iap orang adalah pelaku
perubahan’.
Penghindaran at as mist ifikasi di at as mensyarat kan penerimaan at as Sosialisme ilmiah yang dirumuskan
dalam dist ingsinya dengan sosialisme ut opis. George Lukacs menunjukkan let ak soal ant ara keduanya di
dalam pamflet yang dit ulis beberapa saat set elah Lenin meninggal. Lukacs menulis, ‘ Tujuan dari realisme
Lenin, realpolit ik-nya, adalah penghausan t ot al at as segala bent uk ut opianisme, pemenuhan konkrit at as isi
program M arx : sebuah t eori yang menjadi prakt is, sebuah t eori t ent ang prakt ik.[...] Ut opianisme
revolusioner (sosialisme ut opis.mb) adalah sat u upaya unt uk mengangkat diri dengan jalan menarik
rambut nya sendiri, unt uk mendarat dengan sekali lompat an ke sebuah dunia yang sepenuhnya baru,
ket imbang melalui pemahaman—dengan bant uan dialekt ika—t ent ang evolusi dialekt is yang baru dari yang
lama .’ It ulah dist ingsi t ajam ant ara sosialisme utopis dengan sosialisme ilmiah. Sosialisme utopis at au
‘ut opianisme revolusioner’ mensyarat kan sejenis lompat an iman menuju t at anan yang serbamembebaskan secara serent ak. Sosialisme ilmiah at au ‘realisme Lenin’ mensyarat kan penyelidikan t ent ang
t ransformasi dari yang lama ke yang baru. Yang pert ama bergerak di t at at an iman, yang kedua bergerak di

23

M art in Suryajaya, Kisi-kisi M ist eri Inkarnasi, dalam Jurnal Problem Filsafat No.9, Thn. I, M ei 2009

8

t at aran mat eri realit as hist oris. Bagaimana penyelidikan ini dijalankan? Apa prinsip-prinsipnya? Lukacs
menyebut soal dialekt ika.
Kit a hidup di sebuah era dimana sains dipandang hanya berfungsi inst rument al dan kerapkali just ru
dipandang sebagai fakt or alienat if t erhadap eksistensi manusia. Ilmu pengetahuan dengan pendasaran
metodologis yang ket at dianggap hanya sebagai salah sat u bagian dari banyak model konst ruksi kebenaran
sepert i misalnya kebiasaan kult ural, kepercayaan mist is-puit is, dsb. Bahkan t ak jarang keseluruhan ilmu
penget ahuan dipandang hanya sebagai efek kekuasaan t ert ent u, suat u bent uk rezim penget ahuan yang
melayani rezim kepent ingan t ert ent u. Dengan begitu, ilmu penget ahuan secara keseluruhan disamakan
dengan ideologi dan, oleh karena it u, dipandang berciri relat if. Demikianlah, M arxisme direduksi menjadi
sekedar krit ik ideologi . Kebenaran M arxisme sebagai sains dikeroposkan menjadi sekedar st udi krit ik
kebudayaan. Implikasinya t idak t erlalu mengenakkan : kapit alisme menyerap krit ik kebudayaan dan
mengubahnya jadi komodit i yang dapat dipasarkan. M isal, simbol-simbol budaya yang t adinya digunakan
sebagai perlaw anan sepert i musik-musik indie, punk, Che Guevara, bahkan M arx sendiri diubah menjadi
dagangan. Sement ara realit as relasi ekonomi-polit ik kerja upahan yang mendasari produksi dan reproduksi
masyarakat dimana simbol-simbol it u dihasilkan t et ap t idak tersent uh.
Ket ika M arxisme diident ikkan dengan krit ik ideologi dan krit ik ideologi ini berangkat dengan asumsi t iada
dist ingsi ant ara sains dan ideologi (bahw a segala sesuat unya ideologis, relatif t erhadap kuasa), maka
sejat inya M arxisme it u sendiri dibuat jadi ideologi semat a, dibuat jadi sist em kepercayaan yang posisinya
relat if t erhadap sistem-sist em kepercayaan lainnya. M arxisme, dengan kata lain, direduksi menjadi
relat ivisme sehari-hari . Artinya, t idak ada w acana yang benar, semua w acana bersifat relat if dan t ak lebih
dari sekedar efek kuasa. Jika M arxisme dibaca secara relat ivis dan dilucut i dari kapasit asnya sebagai sains,
lant as apa krit eria dasar dari pembacaan at as sebuah sit uasi? Tak pelak lagi : suat u percampuran ant ara
sent imen, mood, kegalauan bat in dan frase-frase hafalan yang mengemuka dalam konsep-konsep abst rak
sepert i Kemanusiaan, Kebebasan, Penindasan, Keadilan, dan sederet konsep lainnya yang t ak dihubungkan
dengan kondisi mat erial obyekt if bagi keberadaannya. M arxisme diyakini karena kebet ulan sedang jadi
t rend fashion, bukan karena M arxisme benar adanya. Konsekuensinya, ia akan jat uh pada kasuisme,
romant isisme, dan akhirnya barbarisme.
M arxisme yang benar adanya berart i bahwa ia bersifat ilmiah. Lant as apa yang dimaksud menjadi ilmiah?
M enjadi ilmiah adalah soal paham akan kenyat aan yang berada di luar subyek penahu. M enget ahui ‘bat u’
bukanlah menget ahui kesan kit a t ent ang ‘bat u’ melainkan menget ahui ‘bat u’ it u sendiri t erlepas dari kesan
kit a t ent angnya. Jadi apabila ingin memilah mana sains dan mana ideologi maka proses it u harus dimulai /
mensyarat kan pemilahan ant ara esensi dan penampakan . “ Segala sains akan mubazir apabila bent uk
penampakan dari sesuat u secara langsung ident ik dengan esensinya ,” t ulis M arx. Tugas sains adalah
mencapai penget ahuan tent ang esensi sesuat u dan bukan kesan-kesan yang nampak dari sesuat u.
M at erialisme Dialekt is sebagia met ode analisa sit uasi dengan demikian, berurusan dengan prosedur unt uk
mencapai pengetahuan t ent ang esensi sit uasi, bukan keragaman fenomenalnya. M aterialisme dialekt is
menunt un kit a unt uk memusat kan pencarian pada syarat mat erial minimal dari adanya sesuat u yang jika
konfigurasi elemen material minimal yang diperlukan dari adanya sit uasi it u hilang maka keseluruhan
sit uasi akan t umbang.

##############################

9