Tahap Tahap Perkembangan Pancasila docx

Tahap-Tahap Perkembangan Pancasila
Menurut Asvi Warman Adam, mulai dari penggagasan ide tentang Pancasila
hingga Pancasila itu terbentuk dibagi dalam empat tahap yang melewati beberapa
pemerintahan di Indonesia. Beliau menyebutnya sebagai Empat Gelombang Pancasila,
gelombang pertama adalah saat penciptaan, gelombang kedua adalah masa perdebatan,
gelombang ketiga dilakukan rekayasa dan gelombang keempat adalah penemuan
kembali.
Pada gelombang pertama ini Soekarno dan beserta anggota Tim Sembilan
merumuskan tentang dasar negara yangb kemudian akan dicantumkan dalam
Pembukaan UUD 1945. Dalam pembukaan tersebut dicantumkan “dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Namun Hatta kemudian
menerima pesan bahwa masyarakat Indonesia Timur keberatan akan “tujuh kata”
tersebut dan tidak bersedia bergabung dalam Indonesia jika itu tetap dicantumkan.
Setelah dirundingkan kembali, “tujuh kata” tersebut dihilangkan dan disempurnakan
dalam “Ketuhanan yang Maha Esa” yang dapat meng-cover agama-agama yang ada di
belahan timur, tengah maupun barat. UUD 1945 kemudian disahkan pada 18 Agustus
1945 tanpa mempermasalahkan lagi syariat islam.
Pada gelombang kedua, tahun 1955 dibentuk badan KOnstituante yang akan
merancang kembali PAncasila. Dinamakan masa perdebatan karena hal utama yang
diperdebatkan adalah apakah Pancasila sebagai dasar negara atau ideologoi lain. Partai
islam serta beberapa tokoh islam seperti Hamka mengajukan islam sebagai dasar

negara sementara partai nasionalis tetap mempertahankan Pancasila sebagai dasar
negara. Oleh Soekarno, akhirnya badan Konstituante dibubarkan pada tanggal 1 Juli
1959 dan Indonesia kembali berdasar kepada Pancasila.
Pada Masa Rekayasa, nilai-nilai Pancasila direduksi pada masa pemerintaha
Soeharto. Pancasila. Pancasila dijadikan sebagai asas tunggal untuk setiap organisasi
masyarakat dan partai politik. TAP MPR tentang Penataran Pancasila yang dikeluarkam
pada tahun 1978 dikampanyekan secara nasional keseluruh elemen pemerintahan dan
pendidikan. Pancasila hanya dijadikan sebagai objek hafalan dan hasil dari penataran
yang dilakukan selama 10 tahun itu tidak memiliki hasil yang jelas.
Pada Masa Penemuan Kembali, BP7 (Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) dibubarkan, sedangkan penataran P4
(Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) dihapuskan. Pancasila tetap
diajarkan dalam sekolah dan perguruan tinggi. Hari lahir Pancasila yang pada masa
pemerintahan Soeharto dilarang, mulai diperingati kembali. Ancaman ekonomi dan
perpecahan antar-elemen masyarakat kembali merujuk pada sesuatu yang dapat
merekatkan persatuan dan kesatuan yakni Pancasila.
Untuk “menemukan kembali” nilai-nilai Pancasila yang semakin hari semakin
tereduksi oleh globalisasi dan liberalisasi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
Menurut Talcott Parsons dalam bukunya “Social System” ada empat paradigma fungsi
yang harus dilakukan oleh masyarakat untuk tetap eksis dan lestari.


Pertama, pattern maintenance, kemampuan memelihara sistem nilai budaya yang
dianut karena budaya adalah endapan perilaku manusia. Budaya masyarakat itu
akan berubah karena terjadi transformasi nilai dari masyarakat terdahulu ke
masyarakat kemudian, tetapi dengan tetap memelihara nilai-nilai yang
dianggapnya luhur, karena tanpa hal itu akan terbentuk masyarakat baru yang
lain.
2. Kedua, kemampuan masyarakat beradaptasi dengan dunia yang berubah dengan
cepat. Sejarah membuktikan banyak peradaban masyarakat yang telah hilang
karena tidak mampu beradaptasi dengan perubahan dunia. Masyarakat yang
mampu menyesuaikan diri dengan perubahan serta memanfaatkan peluang yang
timbul akan unggul.
3. Ketiga, adanya fungsi integrasi dari unsur-unsur masyarakat yang beragam secara
terus-menerus sehingga terbentuk kekuatan sentripetal yang kian menyatukan
masyarakat itu.
4. Keempat, masyarakat perlu memiliki goal attainment atau tujuan bersama yang
dari masa ke masa bertransformasi karena terus diperbaiki oleh dinamika
masyarakatnya dan oleh para pemimpinnya. ( Husodo, Siswono Yudo. 2005.
“Pancasila dan Keberlanjutan NKRI”. Kompas, 2 Juli.)
1.


Pendapat Parsons di atas dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengembalikan nilainilai Pancasila yang semakin memudar. Keempat peradigma fungsi Parsons harus
diimplementasikan masyarakat Indonesia agar dapat tetap hidup dan berkembang yang
terkristalisasi dalam Pancasila sebagai ideology. Kemampuan masyarakat yang tetap
mampu bertahan di tengah arus liberalisasi dan globalisasi dengan tetap
mempertahankan nilai-nilai budaya adalah salah satu caranya. Kebudayaan kini menjadi
salah satu yang paling rentan terhadap ancaman tersebut. Nilai-nilai luhur tetap terus
dijaga dapat mempererat persatuan dan kesatuan bangsa.
Hampir sama dengan Asvi Warman Adam, Kenneth E. Boulding membagi tahap
perkembangan
ideology
menjadi
tiga
tahapan: Emergence (kemunculan),
Decline (kemunduran) dan Resurgence of Ideologies (kebangkitan kembali suatu
ideology). Dalam hal ini, kita harus berusaha untuk membangkitkan kembali ideology
Pancasila. Pancasila perlu disosialisasikan kepada masyarakat Indonesia, karena yang
perlu kita masing-masing sadari bahwa dalam sejarah kita mungkin telah melewati Fase
Decline namun pada kenyataannya kita masih berada dalam fase tersebut. Keberhasilan
Pancasila sebagai suatu ideologi akan diukur dari terwujudnya kemajuan yang pesat,

kesejahteraan yang tinggi, dan persatuan yang mantap dari seluruh rakyat Indonesia.
Untuk itu, peran kaum terpelajarlah yang dapat mengartikulasikan keinginan rakyat
yang seharusnya untuk maju dan menjawab tantangan yang dihadapi bangsa sekarang
ini dengan bersatu padu. Konsep dan praktik kehidupan yang Pancasilais terutama
harus diwujudkan dalam keseharian para pemimpin, para penguasa, para pengusaha,
dan kaum terpelajar Indonesia untuk menjadi pelajaran masyarakat luas.

Perkembangan Pancasila di Indonesia
Pancasila I (menurut sidang BPUPKI):
1. Kebangsaan Indonesia.
2. Internasionalisme atau peri-kemanusiaan.
3. Mufakat atau demokrasi.
4. Kesejahteraan sosial.
5. Ke- Tuhanan.
Pancasila II (menurut Piagam Jakarta)
1. Ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemelukpemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila III ( menurut sidang PPKI) dan dipakai sampai sekarang.
1. Ke-Tuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
6. Dan terbentuklah dasar negara Indonesia Pancasila dengan isi yang kita ketahui
sekarang.
Tetapi inti dari sila pancasila merupakan gabungan semua ideologi yang ada di dunia ini.
 Tuhan, yaitu sebagai kausa prima (Agama).
 Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial(Internasionalisme)
 Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian tersendiri(Nasionalisme)
 Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja dsn gotong royong
(Demokrasi).
 Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang menjadi
haknya (Sosialisme).

Dari uraian itu maka Pancasila merupakan sebuah ideologi yang lengkap dan

sempurna bagi sebuah terbentuknya negara.

FUNGSI DAN KEDUDUKAN PANCASILA

1. Pancasila Sebagai Dasar Negara
Dasar negara merupakan alas atau fundamen yang menjadi pijakan dan mampu memberikan
kekuatan kepada berdirinya sebuah negara. Negara Indonesia dibangun juga berdasarkan pada suatu
landasan atau pijakan yaitu Pancasila. Pancasila, dalam fungsinya sebagai dasar negara, merupakan
sumber kaidah hukum yang mengatur negara Republik Indonesia, termasuk di dalamnya seluruh
unsur-unsurnya yakni pemerintah, wilayah dan rakyat. Pancasila dalam kedudukannya seperti inilah
yang merupakan dasar pijakan penyelenggaraan negara dan seluruh kehidupan negara Republik
Indonesia.
Pancasila sebagai dasar negara mempunyai arti menjadikan Pancasila sebagai dasar untuk
mengatur penyelenggaraan pemerintahan. Konsekuensinya adalah Pancasila merupakan sumber
dari segala sumber hukum. Hal ini menempatkan Pancasila sebagai dasar negara yang berarti
melaksanakan nilai-nilai Pancasila dalam semua peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh
karena itu, sudah seharusnya semua peraturan perundang-undangan di negara Republik Indonesia
bersumber pada Pancasila. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia mempunyai implikasi
bahwa Pancasila terikat oleh suatu kekuatan secara hukum, terikat oleh struktur kekuasaan secara
formal, dan meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai dasar negara (Suhadi,

1998). Cita-cita hukum atau suasana kebatinan tersebut terangkum di dalam empat pokok pikiran
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 di mana keempatnya sama hakikatnya dengan Pancasila.
Empat pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut lebih lanjut terjelma ke
dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945. Barulah dari pasal-pasal Undang-Undang Dasar
1945 itu diuraikan lagi ke dalam banyak peraturan perundang-undangan lainnya, seperti misalnya
ketetapan MPR, undang-undang, peraturan pemerintah dan lain sebagainya.

2. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup
Setiap manusia di dunia pasti mempunyai pandangan hidup. Pandangan hidup adalah suatu
wawasan menyeluruh terhadap kehidupan yang terdiri dari kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur.
Pandangan hidup berfungsi sebagai pedoman untuk mengatur hubungan manusia dengan sesama,
lingkungan
dan
mengatur
hubungan
manusia
dengan
Tuhannya.

Pandangan hidup yang diyakini suatu masyarakat maka akan berkembang secara dinamis dan

menghasilkan sebuah pandangan hidup bangsa. Pandangan hidup bangsa adalah kristalisasi nilainilai yang diyakini kebenarannya maupun manfaatnya oleh suatu bangsa sehingga darinya mampu
menumbuhkan tekad untuk mewujudkannya di dalam sikap hidup sehari-hari.
Setiap bangsa di mana pun pasti selalu mempunyai pedoman sikap hidup yang dijadikan acuan di
dalam hidup bermasyarakat. Demikian juga dengan bangsa Indonesia. Bagi bangsa Indonesia, sikap
hdup yang diyakini kebenarannya tersebut bernama Pancasila. Nilai-nilai yang terkandung di dalam
sila-sila Pancasila tersebut berasal dari budaya masyarakat bangsa Indonesia sendiri. Oleh karena
itu, Pancasila sebagai inti dari nilai-nilai budaya Indonesia maka Pancasila dapat disebut sebagai
cita-cita moral bangsa Indonesia. Cita-cita moral inilah yang kemudian memberikan pedoman,
pegangan atau kekuatan rohaniah kepada bangsa Indonesia di dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Pancasila di samping merupakan cita-cita moral bagi bangsa Indonesia,
juga sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia. Pancasila sebagaimana termuat dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 adalah hasil kesepakatan bersama bangsa Indonesia yang pada waktu
itu diwakili oleh PPKI. Oleh karena Pancasila merupakan kesepakatan bersama seluruh masyarakat
Indonesia maka Pancasila sudah seharusnya dihormati dan dijunjung tinggi.

3. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa Indonesia

Ideologi berasal dari kata ‘idea’ = gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita.
‘logos’= ilmu. Kata idea berasal dari kata bahasa Yunani ‘eidos’=bentuk. ‘Idein’=melihat.
Secara harfiah, Ideologi adalah ilmu pengetahuan tentang ide-ide (the science of ideas), atau ajaran

tentang pengertian-pengertian dasar.
Ideologi menurut Kamus Umum Bhs Indonesia adalah keyakinan yang dicita-citakan sebagai
dasar pemerintahan negara. Sedangkan pengertian ‘ideologi’ secara umum adalah kumpulan
gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan, kepercayaan-kepercayaan yang menyeluruh dan
sistematis, yang menyangkut dan mengatur tingkah laku sekelompok manusia tertentu dalam
pelbagai bidang kehidupan yang menyangkut bidang politik (termasuk bidang pertahanan dan
keamanan),
bidang
sosial,
bidang
kebudayaan,
dan
bidang
keagamaan.
Di dalam Pancasila telah tertuang cita-cita, ide-ide, gagasan-gagasan yang ingin dicapai bangsa
Indonesia. Oleh karena itu Pancasila dijadikan Ideologi Bangsa.
Ideologi Terbuka dan Ideologi Tertutup
Ideologi Terbuka merupakan suatu sistem pemikiran terbuka sedangkan ideologi tertutup
merupakan suatu sistem pemikiran tertutup. Ciri khas Ideologi tertutup :
1. ideologi itu bukan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat, melainkan cita-cita satu

kelompok orang yang mendasari suatu program untuk mengubah dan membaharui
masyarakat. Hal ini berarti demi ideologi masyarakat harus berkorban untuk menilai
kepercayaan ideologi dan kesetiaannya sebagai warga masyarakat.
2. Isinya bukan hanya berupa nilai-nilai dan cita-cita tertentu melainkan terdiri dari tuntutantuntutan
konkret
dan
operasional
yang
keras.
Jadi ideologi tertutup bersifat totaliter dan menyangkut segala segi kehidupan.
Ciri khas ideologi terbuka :
1. nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari
suatu kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat itu sendiri.
2. dasarnya bukan keyakinan ideologis sekelompok orang, melainkan hasil musyawarah.
3. tidak diciptakan oleh negara melainkan digali dan ditemukan masyarakat itu sendiri.
4. Isinya tidak operasional. Menjadi operasional ketika sudah dijabarkan ke dalam
perangkat peraturan perundangan.
Jadi ideologi terbuka adalah milik seluruh rakyat dan masyarakat dalam menemukan dirinya,
kepribadiannya di dalam ideologi tersebut.
4. Pancasila sebagai Sumbet Segala Sumber Hukum

Sebagai sumber dari segala hukum atau sebagai sumber tertib hukum Indonesia maka Setiap
produk hukum harus bersumber dan tidak boleh bertentangan dengan Pancasila. Pancasila
tercantum dalam ketentuan tertinggi yaitu Pembukaan UUD 1945, kemudian dijelmakan atau
dijabarkan lebih lanjut dalam pokok-pokok pikiran, yang meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945,

yang pada akhirnya dikongkritisasikan atau dijabarkan dari UUD1945, serta hukum positif lainnya.
Pancasila sebagai dasar filsafat negara, pandangan hidup bangsa serta idiologi bangsa dan negara,
bukanlah hanya untuk sebuah rangkaian kata- kata yang indah namun semua itu harus kita
wujudkan dan di aktualisasikan di dalam berbagai bidang dalam kehidupan bermasarakat,
berbangsa dan bernegara.
5. Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa Indonesia
Pancasila dalam pengertian ini adalah seperti yang dijelaskan dalam teori "Von Savigny"
bahwa setiap Volksgeist (jiwa rakyat/jiwa bangsa) Indonesia telah melaksanakan Pancasila. Dengan
kata lain, lahirnya Pancasila bersamaan dengan adanya bangsa Indonesia.
6. Pancasila Sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia
Pancasila dalam pengertian ini adalah bahwa sikap, tingkah laku, dan perbuatan Bangsa
Indonesia mempunyai ciri khas. Artinya, dapat dibedakan dengan bangsa lain, dan kepribadian
bangsa Indonesia adalah Pancasila. Oleh karena itu, Pancasila disebut juga sebagai kepribadian
bansa Indonesia.
7. Pancasila Sebagai Cita-Cita dan Tujuan Nasional
Artinya cita-cita luhur Bangsa Indonesia tegas termuat dalam Pembukaan UUD 1945 karena
Pembukaan UUD 1945 merupakan perjuangan jiwa proklamasi, yaitu Jiwa Pancasila. Dengan
demikian, Pancasila merupakan Cita-Cita dan Tujuan Nasional Bangsa Indonesia (Alinea II dan IV
Pembukaan UUD 1945).
8. Pancasila Sebagai Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia
Pancasila disahkan bersama-sama dengan disahkannya UUD 1945 oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945. PPKI ini merupakan wakil-wakil dari
seluruh rakyat Indonesia yang mengesahkan perjanjian luhur tersebut.