Tunggakan Pajak Dideterminasi Oleh Perkembangan Kuantitas Sumber Daya Manusia Seksi Penagihan dan Jumlah Wajib Pajak (Pada KPP Pratama Bandung Bojonagara Periode 2010-2015)
Lampiran 6 Daftar Riwayat Hidup
Daftar Riwayat Hidup
Data PribadiNama : Kenny Nurasriani Jenis Kelamin : Perempuan Tempat,Tanggal Lahir : Bandung, 10 April 1994 Kewarganegaraan : Indonesia Status Perkawinan : Belum Menikah Tinggi, Berat Badan: 156 cm, 60 kg Kesehatan : Baik Agama : Islam Alamat Lengkap : Taman Kopo Indah 1 blok A No. 45 Kab.Bandung No. HP : 085795374486 E-mail : [email protected]
Pendidikan
Formal
- - 1998-2000 : TK Bunda Asuh Nanda, Taman Kopo Indah Bandung
2000-2006 : SDN Taman Kopo Indah(Gentra Masekdas), Bandung 2006-2009 :SMPN 2 Margahayu, Kab.Bandung 2009-2012 :SMA Pasundan 1 Bandung 2012 :Universitas Komputer Indonesia(UNIKOM)
Kenny Nurasriani
21112169
TUNGGAKAN PAJAK DIDETERMINASI OLEH
PERKEMBANGAN KUANTITAS SUMBER DAYA
MANUSIA SEKSI PENAGIHAN DAN
JUMLAH WAJIB PAJAK
( Pada KPP Pratama Bandung Bojonagara Periode 2010-2015 )
TAX ARREARS DETERMINED DEVELOPMENTS BY
QUANTITY OF HUMAN RESOURCES SECTION BILLING AND
NUMBER OF TAXPAYERS
(In KPP Pratama Bandung Bojonagara Period 2010-2015)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Program Strata 1 Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Program Studi Akuntansi
Oleh:
Nama : Kenny Nurasriani
NIM : 21112169
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, shallawat serta salam semoga selalu tercurah pada junjungan kita Nabi Muhamad SAW, karena
, sehingga
atas Rahmat dan karunia-Nya kita masih selalu mendapat perlindungan
penulis dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul
“Tunggakan Pajak Dideterminasi Oleh Perkembangan Kuantitas Sumber Daya Manusia dan Jumlah
. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memenuhi persyaratan
Wajib Pajak”
penulisan skripsi semester genap 2016 di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan
Akuntansi S1 Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung.Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima segala bentuk saran dan kritik yang bersifat membangun yang dapat berguna bagi semua pihak.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terutama pembimbing dan penguji yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini baik secara moril maupun materiil, khususnya kepada:
1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.
2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, S.E., Spec. Lic., selaku Dekan Fakultas Ekonomi sekaligus dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi.
3. Siti Kurnia Rahayu, SE.,M.Ak.,Ak.,CA., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.
4. Wati Aris Astuti, SE., M.Si selaku sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
5. Sri Dewi Anggadini, SE., M. Si., selaku wali dosen 4 AK 5.
6. Seluruh dosen Akuntansi yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis.
7. Seluruh Staf Karyawan di KPP Pratama Bandung Bojonagara yang telah memberikan informasi dan masukan kepada penulis.
8. Yang tercinta kedua orangtua saya, Iwa Suherwan dan Asih Suliasih yang telah memberikan segala kasih sayang, doa dan perhatian yang begitu besar.
9. Adik- adikku, Doni Mulia Suherwan, Lizty Latifah, Iqbal Aditya Rachman yang selalu memberikan bimbingan, doa dan motivasi bagi penulis.
10. Sahabat-sahabatku, Teguh Pramutiana Putera, Winda Yulianti, Vionia Devi Dellafian, Rani Rachmawati, Erizka Fauzi, Kamila N, Rifa Tanzila R dan Yolawanda Agustin yang selalu mendorong dan memberikan bantuan secara moril maupun materiil.
11. Teman-teman seperjuangan 4 AK 5 yang memberikan bantuan dan kontribusinya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
12. Semua pihak yang telah membantu, memberikan semangat serta doanya kepada penulis, yang tidak dapat penulis sampaikan satu per satu. Terima kasih banyak.
Hanya doa dan ucapan syukur yang dapat penulis panjatkan, semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan Bapak, Ibu, Saudara dan teman-teman sekalian. Akhir kata, semoga penelitian ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.
Bandung, Agustus 2016 Penulis
Kenny Nurasriani NIM : 21112169
DAFTAR PUSTAKA
A,Erwan., dan Dyah Ratih. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan Administrasi Publik dan Masalah-Masalah Sosial. Yogyakarta: Gava Media .hlm.47. Adrian Sutedi, S.H.,M.H.2011.Hukum Pajak.Jakarta:Sinar Grafika. Chairuddin Syah Nasution. 2003. Analisis Potensi dan Pertumbuhan
Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) di Indonesia Periode 1990
- –2000, Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 2 Juni. hlm. 29-33.
Diaz Priantara.2012. Perpajakan Indonesia. Jakarta. hlm.135. Dionisius Toni Kridtiyawan. 2014.Analisis Pengaruh Tunggakan Pajak
Kendaraan Bermotor terhadap Penerimaan Pendapatan Asli
Daerah.Surakarta.Direktorat Jendral Pajak. 2009. Pelaksaan Penagihan dengan Surat Paksa:Jakarta. Direktorat Jendral Pajak.329 Penanggung Pajak Dicegah Ke Luar Negeri, 29
Disandera.Senin,
6 Juli 2015 - 12:44 from
Djoko Slamet Surjoputro.2009. Buku Panduan Hak dan Kewajiban Wajib Pajak. Jakarta:Direktorat Penyuluhan Pelayanan dan Humas. hlm. 3.
Drajad Wibowo.2011. Postur APBN 2012 Dinilai Berisiko Tinggi.Pada Bisnis
online, Selasa
2 September 2014. From world wide web:http://m.bisnis.com/finansial/read/20110817/9/44155/postur-apbn 2012-dinilai-berisiko-tinggi Dwiputri Adimuktini; Dian Rosdiana; M.K, Deddy dan Iwan. 2006. Work/Life Balance: Tren atau Tuntutan Pekerjaan. Daya Dimensi Indonesia, Edisi 10.halaman 2.
Edi Slamet Irianto, Direktur Pemeriksaan dan Penagihan DJP. Kurang Pegawai
Ditjen Pajak Tak Bisa Periksa Semua Orang. Kamis, 25 Feb 2016 19:37
WIB Erly Suandy.2000. Hukum Pajak. Jakarta:Salemba Empat.hlm.84.
Fuad Rahmany .2011.Buku Panduan Sensus Pajak Nasional; Direktorat Jenderal Pajak. Fuad Rahmany,.Tunggakan Pajak Rp 71 Triliun Belum Juga Dilunasi.Senin, 05/12/2011 10:43 WIB from triliun-belum-juga-dilunasi Gujarati Damodar N.2003. Ekonometrika Dasar.Jakarta:Erlangga.172-406.
Gunadi. 2011. Panduan Komprehensif Pajak Penghasilan. Jakarta: Bee Media.Indonesia. Gunadi.2004.Reformasi Administrasi Perpajakan Dalam Rangka Kontribusi
Menuju Good Governance.Pidato pengukuhan Guru Besar Luar Biasa
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.Universitas Indonesia. hlm 116-117 Gunawan. 2012.Medanbisnisdaily.com,. 2 Januari.
Hadari Nawawi. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:Bumi Aksara. Helen Olviane. FAKTOR-FAKTOR YANG
2013. “ANALISIS
MEMPENGARUHI TUNGGAKAN PAJAK”. Vol 2, No 2 B41108032.Pontianak.
Ikbal Hasan. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik.Jakarta: Bumi Aksara.hlm.4. Judisseno Rimsky K. 2002
. “Sistem Moneter Dan Perbankan Di Indonesia”.Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.
Kepala Kanwil DJP Jawa Barat I, Yoyok Satiotomo. Total Pendapatan APBN 70
Persen dari Pajak . Oleh: Bisri Mustofa 24 Februari, 2016- 14:24 from
http://www.pikiran-rakyat.com/ekonomi/2016/02/24/362219/totalpendapatan-apbn-70
persen-dari-pajak
Kristiadi, JB.2002. Masalah Sekitar Peningkatan Pendapatan Asli Daerah.Jakarta.Alumni.hlm.167. M Suparmoko. 2000. Keuangan Negara Dalam Teori dan Praktek Yogyakarta: BPFE UGM. hlm.93. Malayu Hasibuan S.P. 2003.Manajemen Dasar, Pengertian dan
Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Edisi Revisi 2009, Yogyakarta, Penerbit Andi. hlm.121. Mardiasmo.2002. Perpajakan. Yogyakarta: Penerbit Andi.hlm.37-38. Menkeu, Martowardoyo .2011. 21 Desember. Media Indonesia.com Novialia.2012.Pengaruh Penagihan Pajak Aktif Terhadap Realisasi Pencairan
Tunggakan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Taman Sari
Dua.Jakarta.Nur Azman dan Lena Farida.2013. Optimalisasi Pemungutan Pajak Restoran.
Jurnal Kebijakan Publik, Volume 4, Nomor 2, Oktober P.J.A Adriani. 2003. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Jakarta: Pt.Gramedia.hlm.2 Panca Kurniawan, dan Bagus Pamungkas.2006. Penagihan Pajak di Indonesia.
Malang : Bayumedia Publishing. hlm.1. Priana, Wirasaputra. Terapkan Pidana Pajak. 8 September 2015 from Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH.2002.
“Teori Perpajakan dan Kasus”. Jakarta: salemba empat.hlm. 42.
Robert L, Mathis. dan Jackson Jhon H.2006. Human Source Management, alih bahasa.Jakarta:Salemba Empat. hlm.3. Rudi Hidayat, Charoline Cheisviyanny.2013.Pengaruh Kualitas Penetapan Pajak
Dan Tindakan Penagihan Aktif Tehadap Pencairan Tunggakan
Pajak.JurnalWRA, Vol. 1, No.1, AprilSellimariati Wakano, Zulkifli Bokiu dan Lukman Pakaya.2013.Analisis Faktor
faktor yang mempengaruhi efektivitas Pendapatan Asli Daerah Pemerintah
Kota Gorontalo.Gorontalo.Singgih Santoso.2002. SPSS Versi 11.5 Cetakan kedua Jakarta: Gramedia. hlm.393.
Singgih Santoso.2012. Analisis SPSS pada Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex Media Komput indo. hlm.241.
Siti Resmi.2007. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.hlm.40.
Siti Resmi.2008. Perpajakan Teori dan Kasus. Edisi Keempat. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.hlm.19. Siti Resmi.2009. Perpajakan. Edisi Kelima. Jakarta : Penerbit Salemba Empat. hlm.10. Stevanus Sujoko dan Yuliawati.2007. Metode Penelitian .Metode Penelitian Untuk Akuntansi.Jakarta : Ghalia Indonesia.hlm.7.
Sugiyono .2003. Metode Penelitian Bisnis. Edisi
1.Bandung: ALFABETA.hlm.14. Sugiyono .2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,dan R&D.Bandung: ALFABETA.hlm.21-286. Sugiyono.2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.Bandung: ALFABETA.hlm.32. Sugiyono.2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.Bandung: ALFABETA.hlm. 58-279. Sugiyono.2012. Memahami penelitian Kualitatif .Bandung: ALFABETA.hlm.55-256. Sulaiman.2011.Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tunggakan Pajak.Nusa Tenggara Timur. Sumarsono.
“Tunggakan pajak kendaraan capai Rp 1,3 Triliun”
From
Surat Edaran Direktur Jendral Pajak nomor SE-26/PJ.2/1988 tentang Kriteria WP Efektif dan WP Non Efektif.
Surat Edaran Direktur Jendral Pajak yang telah beberapa kali mengalami perubahan dan terakhir nomor SE-89/PJ/2009 tentang Tata Cara Penanganan Wajib Pajak Non Efektif. Umi Narimawati. 2010.Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Penerbit Genesis. hlm.41-89.
Undang-undang No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan. faktor-faktor yangVinelia Augustina Marpaung.2007. “Analisis mempengaruhi tunggakan pajak di Sumatera Utara”. Medan.
Waluyo L.2008. Teknik dan Metode Dasar dalam Mikrobiologi. Universitas Muhammadiyah .Malang :Malang Press.hlm.23. Wiryawan.2016.Kepala Seksi Penagihan KPP Bandung Bojonagara.Bandung
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS
2.1. Kajian Pustaka
Pada kajian pustaka akan dibahas beberapa pengertian mengenai pajak, sumber daya manusia, wajib pajak dan tunggakan pajak.
2.1.1. Pajak
2.1.1.1. Pengertian Pajak
Didalam melaksanakan pembangunan nasional sebagai pengamalan dari pancasila yang bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat dan oleh karena itu pula dikelola untuk meningkatkan peran serta masyarakat sesuai dengan kemampuannya, maka untuk mewujudkan tujuan dalam melaksanakan dan meningkatkan pembangunan nasional, salah satu sumber penerimaan negara yang sangat menunjang untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Menurut Prof. Dr. P.J.A Adriani yang telah diterjemahkan oleh R. Santoso B rotodiharjo dalam buku “Pengantar Ilmu Hukum Pajak” (2003:2) mengemukakan bahwa:
“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang
oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
“ M enurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro. SH., dalam buku “Teori Perpajakan dan Kasus” (2002:42) mengemukakan bahwa definisi pajak adalah:
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjuk. Dan yang dugunakan untuk membayar pe ngeluaran umum.”
Pengertian yang lain dari pajak di kemuakan oleh Djajadiningrat dalam Judisseno (2002):
“Pajak sebagai suatu kewajiban untuk menyerahkan sebagian kekayaan kepada negara disebabkan oleh suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah, serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa balik dari negara secara langsung untuk memelihara kesejahteraan umum.” Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pajak adalah iuran wajib yang dibayarkan kepada negara berdasarkan undang-undang. Hal tersebut bersifat memaksa. Dengan tidak mendapatkan timbal balik secara langsung demi mensejahterakan rakyat dalam pembangunan negara.
2.1.1.2. Fungsi Pajak
Sebagaimana dari pembahasan mengenai pajak diatas terdapat dua fungsi pajak yaitu:
1. Fungsi Penerimaan (Budgeter) Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Contoh: Dimasukannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam Negeri.
2. Fungsi Mengatur (Regulerend) Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur dan melaksanakan kebijakan- kebijakan dibidang sosial dan ekonomi. Contoh: Dikenakannya pajak yang tinggi terhadap minuman keras dan terhadap barang mewah pula, sehingga penggunaanya dapat ditekan dan dibatasi.
2.1.1.3. Jenis-Jenis Pajak
Dalam hukum pajak terdapat pembagian jenis-jenis pajak yang dibagi dalam berbagai kelompok pajak. Pengelompokan jenis pajak dapat dibagi atas:
1. Berdasarkan Golongan Pajak dapat dikelompokan menjadi dua yaitu:
a. Pajak langsung adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh) yang harus dibayar atau ditanggung oleh pihak-pihak tertentu yang memperoleh penghasilan tersebut.
b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa, atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak , misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terjadi karena terdapat pertambahan nilai terhadap barang atau jasa. Pajak ini dibayarkan oleh produsen tetapi dapat dibebankan kepada konsumen baik secara eksplisit maupun implisit (dimasukan dalam harga jual barang atau jasa).
2. Berdasarkan Sifatnya Pembagian pajak menurut sifatnya dimaksudkan pembedaan dan pembagiannya berdasarkan ciri
- – ciri prinsip:
a. Pajak Subjektif adalah yang pengenaanya memerhatikan keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memerhatikan keadaan subjeknya. Contoh: dalam PPh terdapat subjek pajak (wajib pajak) dan harus memerhatikan keadaan pribadu wajib pajak (status perkawinan, banyaknya tanggungan, dan lainnya), hal ini selanjutnya digunakan untuk menentukan besarnya penghasilan yang tidak kena pajak.
b. Pajak Objektif adalah pajak yang pengenaannya memerhatikan objeknya baik berupa denda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memerhatikan keadaan subjek pajak maupun tempat tinggal.
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) serta Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
3. Berdasarkam Pemungutannya Pajak dapat dikelompokan menjadi dua yaitu:
a. Pajak Negara (Pajak Pusat) adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara pada umumnya.
Contoh: PPh, PPN, PPnBM, serta Bea Perolehan Hak katas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
b. Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah tingkat I (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten/kota) dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing.
Contoh: Pajak Provinsi yaitu pajak kendaraan bermotor dan pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan, sedangkan Pajak Kabupaten/Kota yaitu pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, parkir dan lainnya.
2.1.1.4. Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak menurut Siti Resmi (2009:10), yaitu:
1. Official Assesment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciri-cirinya: a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus.
b. Wajib Pajak bersifat pasif.
c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus.
2. Self Assesment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang. Ciri-cirinya: a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri.
b. Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang.
c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
3. With Holding System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang menurut Wajib Pajak. Ciri-cirinya: Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.
2.1.2. Sumber Daya Manusia
2.1.2.1. Pengertian Sumber Daya Manusia
Menurut Nawawi (2001) pengertian Sumber daya manusia yaitu: “Sumber daya manusia adalah manusia yang bekerja dilingkungan suatu organisasi (disebut juga personil, tenaga kerja, pekerja atau karyawan).
” Hasibuan (2003:244) Pengertian Sumber Daya Manusia adalah “Kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu. Pelaku dan sifatnya dilakukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya.
” Adapun pengertian Sumber Daya Manusia menurut Mathis dan Jackson
(2006:3) adalah sebagai berikut:
“SDM adalah rancangan sistem-sistem formal dalam sebuah organisasi untuk memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi.
” Berdasarkan dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sumber daya manusai adalah manusia yang bekerja untuk suatu organisasi sehingga tujuan organisasi tersebut dapat tercapai. Bisa juga diartikan sebagai bakat manusia yang mampu dibidangnya. Maka sumber daya manusia sangat dibutuhkan oleh suatu organisasi.
2.1.2.2. Indikator Sumber Daya Manusia
Jumlah SDM seksi penagihan yang tidak signifikan sebagai indikator dari sumber daya manusia diperoleh dari data pada KPP Bandung Bojonagara.
2.1.3. Wajib Pajak
2.1.3.1 Pengertian Wajib Pajak
Berikut ini merupakan definisi mengenai Wajib Pajak menurut beberapa sumber, yaitu: Waluyo (2008:23) menjelaskan bahwa: “Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
” Siti Resmi (2008:19) menjelaskan bahwa: “Wajib Pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu.
” Undang-undang No. 28 Tahun 2007 menjelaskan bahwa:
“Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan.
” Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa wajib pajak ini terdiri dari dua jenis yaitu wajib pajak Orang Pribadi dan wajib pajak
Badan yang memiliki hak dan kewajiban perpajakan.
Sudah banyak diketahui, banyak wajib pajak terdaftar yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya. Oleh karena itu terdapat beberapa istilah Wajib Pajak Efektif dan Wajib Pajak Non Efektif. Menurut Surat Edaran Direktur Jendral Pajak nomor SE-26/PJ.2/1988 tentang Kriteria WP Efektif dan WP Non Efektif, pengertian Wajib Pajak Efektif adalah wajib pajak yang memenuhi kewajiban perpajakannya dengan memenuhi kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa dan atau Tahunan sebagaimana mestinya. Sedangkan, Wajib Pajak Non Efektif adalah Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya.
Menurut Surat Edaran Direktur Jendral Pajak yang telah beberapa kali mengalami perubahan dan terakhir nomor SE-89/PJ/2009 tentang Tata Cara Penanganan Wajib Pajak Non Efektif apabila memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut:
1. Selama 3 (tiga) tahun berturut-turut tidak pernah melakukan pemenuhan kewajiban perpajakan baik berupa pembayaran pajak maupun penyampaian SPT Masa dan/atau SPT Tahunan.
2. Tidak diketahui/ditemukan lagi alamatnya.
3. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia tetapi belum diterima pemberitahuan tertulis secara resmi dari ahli warisnya atau belum mengajukan penghapusan NPWP.
4. Secara nyata tidak menunjukan adanya kegiatan usaha.
5. Wajib Pajak badan yang telah bubar tetapi belum ada Akta Pembubarannya atau belum ada penyelesaian likuidasi (bagi badan yang sudah mendapat pengesahan dari instansi yang berwenang).
6. Wajib Pajak orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada atau bekerja di luar negeri lebih dari 183 dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan.
Wajib Pajak Non Efektif dapat pula berubah status menjadi Wajib Pajak Efektif apabila:
1. Menyampaikan SPT masa atau SPT tahunan;
2. Melakukan pembayaran pajak;
3. Diketahui adanya kegiatan usaha dari wajib pajak;
4. Diketahui alamat WP; atau 5. Mengajukan permohonan untuk diaktifkan kembali.
2.1.3.2. Kewajiban dan Hak Wajib Pajak
Mardiasmo (2002:37-38) mengungkapkan mengenai kewajiban dan hak wajib pajak sebagai berikut: 1) Kewajiban Wajib Pajak 1. Mendaftarakan diri untuk mendapatkan NPWP.
2. Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar.
3. Mengisi dengan benar SPT (SPT diambil sendiri), dan memasukan ke Kantor Pelayanan Pajak dalam batas waktu yang telah ditentukan.
4. Menyelenggarakan pembukuan/pencatatan.
5. Jika diperiksa wajib pajak:
a. Memperlihatkan dana tau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek yang terutang pajak.
b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan.
6. Apabila dalam waktu mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen serta keterangan yang diminta, wajib pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk merahasiakan, maka kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan pemeriksaan.
2) Hak-hak Wajib Pajak 1. Mengajukan surat keberatan.
2. Menerima tanda bukti pemasukan SPT.
3. Melakukan pembetulan SPT yang telah dimasukan.
4. Mengajukan permohonan penundaan pemasukan SPT.
5. Mengajukan permohonan penundaan atau pengangsuran pembayaran pajak.
6. Mengajukan permohonan perhitungan pajak yang dikenakan dalam surat ketetapan pajak.
7. Meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
8. Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan sanksi, serta pembetulan surat ketetapan pajak yang salah.
9. Memberi kuasa kepada orang untuk melaksanakan kewajiban pajaknya.
10. Apabila wajib pajak dipotong oleh pemberi kerja, wajib pajak berhak meminta bukti pemotongan PPh pasal 21 kepada pemotong pajak, mengajukan surat keberatan dan permohonan pajak.
2.1.3.3. Indikator Wajib Pajak
Jumlah wajib pajak sebagai indikator dari wajib pajak diperoleh dari data pada KPP Bandung Bojonagara.
2.1.4. Tunggakan Pajak
2.1.4.1 Pengertian Tunggakan Pajak
Pengertian tunggakan pajak menurut Panca Kurniawan dan Bagus Pamungkas (2006:1) menyatakan bahwa :
“Tunggakan Pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan.”
Pengertian tunggakan pajak menurut Erly Suandy (2000:84) sebagai berikut: “Tunggakan pajak adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam masa pajak, dalam tahun pajak atau dalam bagian tahun pajak menurut ketentuan peraturan perundang-
Pengertian tunggakan pajak menurut Siti Resmi (2007:40) sebagai berikut: “Tunggakan pajak adalah jumlah piutang pajak yang belum lunas sejak dikeluarkannya ketetapan pajak, dan jumlah piutang pajak yang belum lunas yang sebelumnya dalam masa tagihan pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Keputusan Pembetulan dan Putusan Banding.
” Berdasarkan dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tunggakan pajak adalah jumlah piutang pajak yang masih harus dibayar berupa sanksi administrasi baik denda maupun bunga, sejak penerbitan surat ketetapan pajak.
Dikarenakan tunggakan pajak yang belum lunas dari tahun ke tahun tidak berkurang bahkan cenderung terus mengalami peningkatan, maka perlu dilakukan tindakan antisipasi dengan penagihan pajak agar penunggak pajak melunasi tunggakan pajaknya. Salah satu diantaranya yakni dengan melakukan penagihan aktif menggunakan Surat Paksa. Menurut Mardiasmo (2009:121) mengenai pengertian surat paksa adalah
“Surat perintah membayar hutang pajak dan biaya penagihan pajak. Surat paksa mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum yang sama dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hokum tetap.” Menurut Dirjen Pajak (2009:19), menjelaskan mengenai pelaksaan penagihan dengan surat paksa: “Apabila atas jumlah pajak yang masih harus dibayar, yang berdasarkan Surat Tagihan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surata Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding serta Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah, yang tidak dibayar oleh Penanggung Pajak sesuai dengan jangka waktu pelunasan, dilaksanakan penagihan pajak dengan Surat Paksa. Apabila jumlah utang pajak tidak atau kurang bayar sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran atau sampai dengan tanggal jatuh tempo penundaan pembayaran, atau Wajib Pajak tidak memenuhi angsuran pembayaran pajak, penagihannya dilaksanakan dengan surat paksa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan.” Berdasarkan penjelasan tersebut maka wajib pajak yang memiliki utang pajak dan tidak juga melaksanakan pembayaran utang tersebut maka dilakukan penagihan pajak melalui Surat Paksa.
2.1.4.2. Indikator Tunggakan Pajak
Indikator tunggakan pajak menurut Diaz Priantara (2012:135), yaitu Jumlah tunggakan pajak. Jumlah utang pajak termasuk sanksi administrasi berupa bunga yang belum dilunasi oleh wajib pajak.
2.2. Kerangka Pemikiran
2.2.1. Tunggakan Pajak dipengaruhi oleh Sumber Daya Manusia
Tunggakan Pajak dipengaruhi oleh kuantitas Sumber Daya Manusia seksi penagihan berikut dalam teori menurut Kristiadi (2002:167) yang dicantumkan pada penelitian Azman dan Lena (2013) menyatakan bahwa kondisi keterbatasan sumber daya manusia dan sarana prasarana berdampak pada tindakan penagihan berkaitan dengan tunggakan pajak yang masih harus ditagih. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting dalam administrasi perpajakan.
Operasionalisasi kegiatan pemajakan mulai dari tahap perencanaan, penagihan, penyetoran dan pembukuan atau pelaporan sangat dipengaruhi oleh aparatur yang
Gunadi (2004:116-117) dalam teori yang
mengelola bidang perpajakan. Menurut
dipaparkan pada penelitian Rudi dan Charoline (2013) bahwa peningkatan frekuensi
dan mutu penagihan pajak lebih diperlukan mengingat semakin besarnya jumlah
tunggakan pajak. Jika tidak ada pembinaan serta kesinambungan antara hak dan
kewajiaban wajib pajak dan aparatur pajak, maka akan menghasilkan suatu ketetapan
yang pada akhirnya hanya akan menambahkan jumlah pajak yang sulit untuk
dicairkan. Sehingga semakin minim frekuensi kuantitas SDM aparat tunggakan
pajak akan mengalami peningkatan.
Kemudian dari hasil penelitian terdahulu Novialia (2012) bahwa penagihan pajak yang dilakukan tidak efektif dan dalam hal kontribusi dari tindak penagihan yang dilakukan aparat, penagihan pajak sedang dalam memberikan kontribusi bagi penerimaan dari pembayaran tunggakan pajak. Adapun penelitian Helen (2013) berjudul
“Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Tunggakan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pon tianak” melalui kesimpulan penelitiannya yaitu menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tunggakan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pontianak antara lain faktor internal, yaitu kualitas dan kuantitas sumber daya manusia pada seksi penagihan. Selli (2013) hasil penelitiannya menunjukan bahwa daya tanggap petugas dan sanksi hukum sebesar 33.93%, kualitas SDM 22.32% berkontribusi besar terhadap efektifitas penerimaan PAD sedangkan kuantitas SDM berkontribusi kecil 3.63% terhadap efektifitas penerimaan PAD. Sedangkan kesimpulan dari penelitian Dionisius (2014) adalah besarnya tunggakan pajak kendaraan bermotor yang terjadi setiap tahunnya memiliki pengaruh dalam penerimaan Pendapatan Asli Daerah.
Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu maka Tunggakan Pajak dipengaruhi oleh kuantitas Sumber Daya Manusia seksi penagihan.
Sumber Daya Manusia Tunggakan Pajak
(SDMP) (TP) Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran SDMP ke TP2.2.2. Tunggakan Pajak dipengaruhi oleh Jumlah Wajib Pajak
Tunggakan pajak dipengaruhi oleh jumlah wajib pajak menurut teori dari Adrian (2011:222) bahwa tunggakan pajak/utang pajak harus dipenuhi oleh beberapa unsur yakni tax base atau dasar pengenaan pajak, tax rate atau jumlah tarif pajaknya, dan tax payers atau jumlah wajib pajak. Adapun menurut Edi (2013:185) sejumlah wajib pajak tidak banyak mengetahui atau bahkan kurang kepedulian terhadap tunggakan pajaknya. Dapat disimpulkan secara logika semakin bertambah jumlah wajib pajak yang tidak sadar akan kewajibannya maka tunggakan pun akan meningkat. Sedangkan tunggakan pajak dapat terpenuhi oleh beberapa faktor penting salah satunya jumlah wajib pajak.
Terdapat beberapa penelitian terdahulu memberi hasil kesimpulan mengenail jumlah wajib pajak terhadap tunggakan pajak yaitu Vinelia (2007) dengan judul penelitian “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tunggakan pajak di Sumatera Utara” disimpulkan bahwa penelitian ini menunjukan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara, jumlah wajib pajak, tingkat inflasi, dan kondisi ekonomi secara serempak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan tunggakan pajak di Sumatera Utara. Kemudian penelitian dari Sulaiman (2011) Penelitian ini menunjukkan bahwa Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Inflasi dan Jumlah Wajib Pajak secara simultan atau bersama-sama berpengaruh tidak signifikan terhadap jumlah tunggakan pajak dan secara parsial baik Jumlah Wajib Pajak, Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Inflasi juga berpengaruh tidak signifikan terhadap jumlah tunggakan pajak
Berdasarkan penelitian terdahulu dan teori yang ada maka dapat disimpulkan bahwa Tunggakan Pajak dipengaruhi oleh Jumlah Wajib Pajak.
Jumlah Wajib Pajak Tunggakan Pajak
(JWP) (TP) Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran JWP ke TPDilihat dari kerangka pemikiran gambar berikut menyajikan Paradigma Penelitian teoritis untuk pengembangan hipotesis pada penelitian ini. Metode penelitian menggunakan persamaan. Persamaan pertama pemahaman mengenai Tunggakan Pajak dipengaruhi oleh kuantitas Sumber Daya Manusia seksi penagihan. Kemudian, pada persamaan Tunggakan Pajak dipengaruhi oleh Jumlah Wajib Pajak. Pada bagian ini akan ditampilkan gambar paradigma penelitian yang akan ditunjukan pada gambar berikut:
Sumber Daya Manusia Penagihan (SDMP)
H1
Tunggakan Pajak (TP)
H2
Jumlah Wajib Pajak (JWP)
Gambar 2.3 Paradigma Penelitian2.3. Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono (2010:96), “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta fakta empiris yang diper oleh melalui pengumpulan data.” Berdasarkan tujuan penelitian yang dideduksi melalui kerangka pemikiran yang ada pada paradigma maka hipotesis penelitian yang dideduksi sebagai berikut: H1: Tunggakan Pajak dipengaruhi oleh kuantitas Sumber Daya Manusia seksi penagihan H2: Tunggakan Pajak dipengaruhi oleh Jumlah Wajib Pajak
TUNGGAKAN PAJAK DIDETERMINASI OLEH PERKEMBANGAN KUANTITAS SUMBER DAYA MANUSIA SEKSI PENAGIHAN DAN
JUMLAH WAJIB PAJAK
(Pada KPP Pratama Bandung Bojonagara Periode 2010-2015)
TAX ARREARS DETERMINED DEVELOPMENTS BY QUANTITY OF HUMAN RESOURCES SECTION BILLING AND NUMBER OF
TAXPAYERS
(In KPP Pratama Bandung Bojonagara Period 2010-2015)
Oleh:
Kenny Nurasriani
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Program Studi Akuntansi
Universiatas Komputer Indonesia
Email:
ABSTRACT
In 2016 the shortage of human resources occur in the billing section on KPP Bandung Bojonagara which should have been when thenumber of employees increases, the tax arrears will be reduced. This causes the billing system as the bailiff and others experiencing difficulties
in collection of tax arrears. In 2015, taxpayers with more than 15,000 the number of taxpayers in arrears to hundreds of million rupiah exceed
the number of taxpayers. Thus, the amount of tax arrears in the tax offices which should increase if the number of taxpayers increased the
amount of arrears will be reduced. The purpose of this study to analyze the Tax Arrears quantity determined by the Human Resources
Development Section Billing and Tax Payers in KPP Pratama Bandung Bojonagara Period 2010-2015.The research method in this research is descriptive and verification method with quantitative approach. To determine the tax arrears
were determined by the Human Resources Development Section Quantity Billing and Tax Payers testing data using Multiple Linear Regression,
Classical Assumption Test and t test on hypothesis testing.These results indicate that the tax arrears are not influenced by the quantity of human resources billing section. Meanwhile, tax arrears influenced by the number of taxpayers.
Keywords: human resources, taxpayer, tax arrears
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Penelitian
Pajak merupakan salah satu instrumen kebijakan fiskal yang dinamis, penerapannya harus senantiasa mengikuti dinamika
perekonomian, baik domestik maupun internasional (Rosdiana, 2006). Penerimaan pemerintahan meliputi penerimaan pajak, penerimaan yang
diperoleh dari hasil penjualan barang dan jasa yang dimiliki dan dihasilkan oleh pemerintah, pinjaman pemerintah, mencetak uang dan
sebagainya (Suparmoko, 2000:93). Tidak hanya pajak penjulan barang dan jasa saja, setiap orang yang sudah mempunyai penghasilan akan
dikenakan pajak tentunya yang kita kenal dengan Pajak Penghasilan (PPh). Terdapat dua subjek pajak yang menjadi sasaran pengenaan pajak
penghasilan yaitu Pajak Penghasilan Orang Pribadi dan Pajak Penghasilan Badan. Kedua hal tersebut lah yang menjadi pusat perhatian bagi
setiap kantor pajak dalam menangani urusan pajaknya. Masih banyak lagi jenis pajak yang lain yang harus dilakukan oleh setiap wajib pajak
sehingga membantu pemasukan pada keuangan negara. Sesuai falsafah undang-undang perpajakan, membayar pajak bukan hanya
merupakan kewajiban, tetapi merupakan hak dari setiap warga negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap pembiayaan
negara dan pembangunan nasional (Djoko Slamet, 2009:3).Pajak memegang peranan yang sangat vital bagi bangsa dan negara. Keberlangsungan dan kemandirian sebuah bangsa ditopang oleh
pajak, karena penerimaan pajak menyokong 70% dari total pendapatan APBN (Yoyok Satiotomo, 2016). Kepercayaan yang diberikan oleh
pemerintah sesuai dengan sistem perpajakan yang dianut oleh pemerintah yakni sistem self assessment yang berarti sistem pemungutan yang
memberi kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, melaporkan utang pajaknya yang tertuang dalam Surat Pemberitahuan (SPT)
kemudian menyetor kewajiban perpajakannya (Djoko Slamet, 2009:3). Pajak yang dibayar oleh wajib pajak dimaksudkan untuk membantu
pemerintah dalam membiayai keperluan penyelenggaraan kenegaraan yakni pembangunan nasional, dimana pelaksanaan pembangunan
nasional diatur dalam Undang-Undang Perpajakan untuk tujuan kesejahteraan bangsa dan negara. Akan tetapi, saat ini tidak diherankan lagi
banyak pula yang tidak menunaikan kewajiabannya dalam membayar pajak. Realisasi penerimaan pajak yang belum mencapai target sebagai
dampaknya. Seiring bertambahnya wajib pajak diindikasi tunggakan pajak pun senantiasa mengikuti dari tahun ke tahun.Tunggakan Pajak merupakan pajak yang masih harus dibayar. Hal ini sering ditangani oleh setiap kantor pajak. Dari jutaan masyarakat
masih banyak yang belum membayar pajaknya. Untuk itu pemerintah akan menertibkannya sehingga penerimaan negara naik (Fuad Rahmany,
2011). Penerimaan negara dari pajak belum sebagaimana diharapkan memang, karena masih besarnya jumlah tunggakan pajak itu sendiri.
Ditjen Pajak mencatat total piutang pajak hingga Juni lalu mencapai Rp 72,3 triliun atau meningkat Rp 18,3 triliun dari posisi Desember 2010
yang sebesar Rp 54 triliun. Adapun, nilai piutang pajak yang kedaluwarsa dalam periode yang sama mencapai Rp 4,5 triliun atau naik Rp 2,6
triliun. Piutang pajak dikategorikan kedaluwarsa jika selama lima tahun tidak dapat ditagih (Fuad Rahmany, 2011). Dilihat dari pernyataan
tersebut piutang yang tidak dapat tertagih menyebabkan status penerimaan negara belum optimal sampai saat ini. Sehingga fungsi-fungsi yang
melekat pada pajak yaitu Budgeter sebagai sumber dana pemerintah untuk pembangunan dan Regulerend sebagai fungsi mengatur kebijakan
pemerintah pun akan terhambat.Penerimaan negara yang masih belum terkumpul dengan maksimal perlu dilakukan pembenahan sehingga tunggakan pajak nantinya
tidak akan semeningkat saat ini yang menjadi hambatan setiap tahunnya. Pada kenyataannya dalam beberapa tahun terakhir Direktorat Jendral
Pajak selalu gagal mencapai target dalam APBN (Drajad Wibowo, 2011). Diharapkan wajib pajak Orang Pribadi maupun Badan dapat patuh
dan membayar tunggakan pajaknya sesegera mungkin agar dapat mendapat timbal balik walaupun secara tidak langsung berupa kemakmuran
yang akan diterima. Kemungkinan dikarenakan pengetahuan wajib pajak yang masih minim mengenai kewajiban membayar pajaknya seperti
apa dan bagaimana cara memenuhi kewajiban tersebut. Peningkatan sosialisasi memang perlu diterapkan kepada masyarakat. Sistem