Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak

Perkembangan Peserta Didik
Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak dan Remaja

Disusun Oleh :
Nicky Oktafiani

(1401050060)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
PURWOKERTO
2015

Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak dan Remaja
Mengenai Persimpangan Kreativitas, Amabile menekankan bahwa keberhasilan dalam
perwujudan kreativitas ditentukan oleh tiga factor yang saling terkait, dan titik pertemuan antara
ketig factor inilah yang menentukan keunggulan kreatif, yaitu keterampilan dalam bidang
tertentu,

keterampilan


berpikir

dan

bekerja

kreatif,

dan

motivasi

intrinsic.

Penelitian Dacey (1989) membandingkan karakteristik keluarga yang anak remajanya sangat
kreatif, dengan keluarga yang anak remajanya biasa saja. Hasil penelitian ini menunjukkan peran
besar dari lingkungan keluarga; dalam keluarga dengan remaja kreatif, tidak banyak aturan
diberlakukan dalam kelaurga dibandingkan keluarga yang biasa. Banyak diantara remaja yang
kreatif pernah mengalami masa krisis atau trauma dalam hidup mereka. Orang tua mengukur

tanda-tanda kekereatifan anak sudah pada usia dini, dan mereka mendorong dan memberi banyak
kesempatan untuk mengmbangkan bakat anak. Banyak dari orang tua keluarga kreatif
mempunyai hobi yang dikembangkan di samping karier mereka. Orang tua dan anak dari
keluarga kreatif sama-sama berpendapat bahwa peranan sekolah tidak penting dalam
pengembangan kreativitas anak. Tetapi remaja kreatif cendrung untuk bekerja lebih keras
daripada teman sekolah mereka. Agaknya dominasi dari belahan otak kanan (yang diasumsikan
dengan fungsi kreatif) lebih kuat pada kelompok remaja yang kreatif.
Pada dasarnya penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu: penyesuaian pribadi dan
penyesuaian sosial. Untuk lebih jelasnya kedua aspek tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
1. Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri
sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia
menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu
bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi
ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab, dongkol.
kecewa, atau tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak

adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas,
rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya.
2. Penyesuaian Sosial

Setiap individu hidup di dalam masyarakat. Di dalam masyarakat tersebut terdapat proses
saling mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola
kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang
mereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari.
Dalam bidang ilmu psikologi sosial, proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial.
Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi
dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di
sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum. Dalam
hal ini individu dan masyarakat sebenarnya sama-sama memberikan dampak bagi komunitas.
Individu menyerap berbagai informasi, budaya dan adat istiadat yang ada, sementara komunitas
(masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau karya yang diberikan oleh sang individu.
Kedua hal tersebut merupakan proses pertumbuhan kemampuan individu dalam rangka
penyesuaian sosial untuk menahan dan mengendalikan diri. Pertumbuhan kemampuan ketika
mengalami proses penyesuaian sosial, berfungsi seperti pengawas yang mengatur kehidupan
sosial dan kejiwaan.
Dalam mengembangkan kreativitas ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Antara lain;
1. Menghargai Eksistensi Remaja.
2. Eksistensi Siswa Dalam Kehidupannya.

DAFTAR PUSTAKA


Hewitt, K, Rayner (2006). A lonely World, Jakarta, November 2003, Prestasi Pustakarya.
Paul Gorski, Paradigm Shiifd For Education and The Question dalam www. Edchange.org
Syah, M. (2002). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : Rosda Karya.