Makalah Kewarganegaraan HAM . docx

MAKALAH
“NEGARA HUKUM DAN HAM”
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan
Dosen Pengampu : Imron Choeri, M.H.

Disusun oleh : (kelompok 7)
Kelas 1 PAI A2
1. Sa’adatul Kholili

(171310003876)

2. Agus Ichsanudin

(171310003880)

3. M. Ichlasul Amal

(171310003850)

4. Livia N.A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA (UNISNU) JEPARA
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat, sehingga kami dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang mungkin
sangat sederhana.
Makalah ini berisikan tentang “Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia
(HAM)”. Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi dan
juga berguna untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangat diarapkan untuk kesempurnaan makalah ini.

Jepara, 20 Oktober 2017

Penyusun

ii


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHLUAN.....................................................................................................1
1.1

Latar Belakang..........................................................................................1

1.2

Rumusan Masalah.....................................................................................1

1.3

Tujuan Penulisan.......................................................................................1

BAB II.....................................................................................................................2

PEMBAHASAN.....................................................................................................2
2.1

Pengertian Negara Hukum........................................................................2

2.2

Ciri Negara Hukum...................................................................................3

2.3

Makna Indonesian sebagai Negara Hukum...............................................3

2.4

Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM).....................................................4

2.5

Sejarah HAM.............................................................................................5


2.6

Perkembangan Hak Asasi Manusia di Indonesia......................................8

2.7

Pengertian Pengadilan HAM dan Sistem Pengadilan HAM...................10

2.7.1

Pengadilan HAM..............................................................................10

2.7.2

Sistem Peradilan HAM....................................................................10

BAB III..................................................................................................................11
PENUTUP.............................................................................................................11
3.1


Kesimpulan..............................................................................................11

3.2

Saran........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

iii

BAB I
PENDAHLUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, Pendidikan Kewraganegaraa sebenarnya sudah
diajarkan

dan

dikembangkan


di

berbagai

dunia,

walaupun

menggunakan bermacam-macam nama atau istilah. Berkaitan dengan
adanya

penyempurnaan

kurikulum

mata

kuliah


pengembangan

kepribadian, maka pendidikan kewarganegaraan memiliki paradigma
(kerangka berpikir) baru, yaitu pendidikan kewarganegaraan berbasis
Pancasila. Sehingga para penerus bangsa bisa lebih memahami arti dari
Negara yang memiliki hukum dan arti hak asasi manusia.Dalam
makalah ini akan membahas lebih dalam mengenai ruang lingkup
Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan negara hukum?
2. Bagaimana ciri-ciri negara hukum?
3. Apa makna Indonesia sebagaimana negara hukum?
4. Apa yang dimaksud dengan Hak Asasi Manusia (HAM)?
5. Bagaimana sejarah HAM?
6. Bagaimana perkembangan HAM di Indonesia?
7. Apa yang dimaksud dengan pengandilan HAM dan sistem
pengadilan HAM?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian negara hukum
2. Mengetahui ciri-ciri negara hukum

3. Mengetahui makna Indonesia sebagai negara hukum
4. Mengetahui pengertian HAM
5. Mengetahui sejarah HAM
6. Mengetahui perkembangan HAM di Indonesia
7. Mengetahui pengadilan HAM dan sistem pengadilan HAM

1

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Negara Hukum
Gagasan negara hukum di Indonesia yang demokratis telah
dikemukakan oleh para pendiri negara Republik Indoneisa (Dr. Tjipto
Mangoenkoesoemo dan kawan-kawan) sejak hampir satu abad yang lalu.
Walapun pembicaraan pada waktu itu masih dalam konteks hubungan
Indonesia (Hindia Belanda) dengan Belanda. Misalnya melalui gagasan
Indonesia (Hindia Belanda) berparlemen, berpemerintahan sendiri, dimana
hak politik rakyatnya diakui dan dihormati. Jadi, cita-cita negara hukum
yang demokratis telah lama bersemi dan berkembang dalam pikiran dan
hati para perintis kemerdekaan bangsa Indonesia. Namun, ada pendapat

yang mengatakan cita-cita negara hukum yang demokratis pertama kali
dikemukakan

dalam

sidang

Badan

Penyelidikan

Usaha-usaha

Kemerdekaan Indoneisa (BPUPKI) adalah tidak memiliki dasar historis
dan bisa menyesatkan.
Pengertian

negara

hukum


selalu

menggambarkan

adanya

penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan negara yang didasarkan atas
hukum. Pemerintah dan unsur-unsur lembaga didalamnya dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya terkait oleh hukum yang berlaku.
Dalam negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan
kedaulatan hukum atau (supremasi hukum) dan bertujuan untuk
menyelenggarakan ketertiban hukum. Dasar yuridis bagi negara Indonesia
sebagai negara hukum tertera pada Pasal 1 (ayat 3) UUD Negara RI 1945
(amandemen ketiga), “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”. Konsep
negara hukum mengarah pada tujuan terciptanya kehidupan demokratis,
dan terlindungi hak asasi manusia, serta kesejahteraan yang berkeadilan.
Konsepsi negara hukum Indonesia dapat dimasukkan dalam
konsep negara hukum dalam arti material atau negara hukum dalam arti
luas. Pembuktiannya dapat kita lihat dari perumusan mengenai tujuan


2

3

berbegara sebagaimana tertuan dalam pembukaan UUD Negara RI
1945 Alinea IV. Bahwasannya negara bertugas dan bertanggungjawab
tidak hanya melindungi segenap bangsa indonesia dan tumpah darah
Indonesia tetapi juga memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Bukti
lain yang menjadi dasar yuridis bagi keberadaan negara hukum Indonesia
dalam arti material, yaitu pada: Bab XIV Pasal 33 dan Pasal 34 UUD
Negara RI 1945, bahwa negara turut aktif dan bertanggung jawab atas
perekonomian negara dan kesejahteraan rakyat.1
2.2 Ciri Negara Hukum
Negara hukum memiliki sejumlah ciri, yaitu sebagai berikut.
a. HAM terjamin oleh undang-undang.
b. Supremasi hukum.
c. Pembagian kekuasaan (triaspolitika) demi kepastian hukum.
d. Persamaan kedudukan dimuka hukum.
e. Peradilan administrasi dalam perselisihan.
f. Kebebasan menyatakan pendapat, bersikap dan berorganisasi.
g. Pemilihan umum yang bebas.
h. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.
2.3 Makna Indonesian sebagai Negara Hukum
Bukti yuridis atas keberadaan negara hukum Indonesia dalam arti
material tersebut harus dimaknai bahwa negara Indonesia adalah negara
hukum dinamis, atau negara kesejahteraan yang membawa implikasi bagi
para penyelenggara negara untuk menjalankan tugas dan wewenangnya
secara luas dan komprehensif, dilandasi ide-ide kreatif dan inovatif.

1

Syahrial Syarbaini. 2014. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi. Bogor:
Penerbit Ghalia Indonesia.

4

Makna negara Indonesia sebagai negara hukum dinamis, esensinya adalah
hukum nasional Indonesia harus tampil akomodatif, adaptif dan progresif.
2.4 Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)
Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi HAM dan
Kebebasan dasar sebagai hak yang kodrati melekat dan tidak terpisahkan
dari setiap manusia yang harus dilindungi, dihormati dan ditegakkan demi
peningkatan martabat Kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan dan
kecerdasan serta keadilan.
Menurut definisi Prof. Mr. Koentjoro Poerbopranoto (1976), Hak
Asasi adalah yang bersifat asasi artinya hak-hak yang dimiliki manusia
menurut kodratnya yang tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya, sehingga
bersifat suci.
John Locke, HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh
Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati.
Penjelasan menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang HAM adalah sebagai berikut: HAM adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakikat dan keberdaan manusia sebagai makhluk Tuhan
YME dan merupakan anugerahnya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi
dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi
kehormatan seta perlindungan rakyat dan martabat manusia. Kewajiban
dasar manusia adalah seperangkat kewajiban yang apabila tidak
dilaksanakan tidak memungkinkan terlaksanakan dan tegaknya hak asasi
manusia.
Pernyataan sedunia tentang Hak-Hak Asasi Manusia, Pasal 1;
“Setiap orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak
yang sama. Mereka dikaruniai akal dan budi dan hendaknya bergaul satu
sama lain dalam persaudaraan.”
Hakikat HAM merupakan upaya menjaga keselamatan, eksistensi
manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara kepentigan
perseorangan dengan kepentingan umum. Begitu juga upaya menghormati,

5

melindungi, dan menjunjung tinggi HAM menjadi kewajiban dan
tanggung jawab bersama antara individu, pemerintah (Aparatur pemerintah
baik sipil ataupun militer), dan negara.
2.5 Sejarah HAM
Sejarah Hak Asasi Manusia diawali dari bangkitnya kesadaran
manusia bahwa sebagai akibat dari kesewenang-wenangan penguasa pada
masa lalu sudah tidak dapat dipertahankan lagi, rakyat merasakan
kesengasaran, kepedihan akibat dari tindakan-tindakan penguasa atau
pemerintah yang sudah melewati batas kemanusiaan, manusia semakin
sadar bahwa setiap manusia yang dilahirkan di atas bumi ini mempunyai
hak dan kewajiban yang sama, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun
pengaturan atau yang mengatur hidup itu sendiri.
Kesadaran manusia itu sudah terlihat dari semenjak zaman Mesir
Kuno (6000 tahun Sebelum Masehi) dimana telah terjadi perjuangan
pengakuan terhadapan hak asasi manusia. Dalam perjuangan tersebut
Socrates dan Plato (filsuf dan negarawan Yunani) sebagai pelopor dan
peletak dasar pengakuan hak-hak asasi manusia, yang mengajarkan
bagaimana mengkritik pemerintah/penguasa yang tidak berdasarkan
keadilan dan kesejahteraan rakyat serta kebijaksanaan yang semena-mena.
Kesewenangan-wenangan raja Inggris John Lockland (1199-1216)
dalam pemerintahan sehingga terjadi protes keras di kalangan para
bangsawan. Protes tersebut melahirkan sebuah piagam yang dikenal
dengan nama Magna Charta (1215), suatu dokumen yang mencatat namanama orang bangsawan yang diberikan jaminan perlindungan oleh raja
John Lockland. Di dalam piagam ini pengertian hak asasi manusia belum
sempurna karena terbatas hanya memuat perlindungan terhadap hak-hak
kaum bangsawan dan gerja saja.
Pada tahun 1628 di Inggris terjadi pertentangan antara raja Charles
I dengan parlemen yang terdiri dari utusan rakyat (The House of
Sommons) yang menghasilkan petition of rights. Petisi ini membuat

6

ketentuan bahwa penetapan pajak dan hak-hak istimewa harus dengan izin
parlemen dan bahwa siapa pun tidak boleh ditangkap tanpa tuduhantuduhan yang sah. Perjuangan hak-hak asasi manusia yang lebih nyata
pada tahun 1689 ketika raja Whilhem III melancarkan revolusi. Revolusi
besar ini mengawali babak baru kehidupan demokrasi di Inggris dengan
suatu perpindahan kekuasaan dari tangan raja kepada parlemen. Bill of
Rights (1689) merupakan suatu undang-undang yang diterima oleh Inggris
setelah berhasil dalam pemerintahan revolusi yang dilancarkan sebagai
perjuangan hak-hak asasi rakyat.
Declaration des droits del homme et du Cituyen (Pernyataan hakhak asasi manusia dan warga negara) di Prancis tahun 1789, merupakan
suatu naskah yang dicetuskan pada permulaan Revolusi Prancis sebagai
perlawanan terhadap kesewenang-wenangan dari rezim lama. Montesquieu
Rousseua menyusun teori baru untuk menentang kekuasaan mutlak yang
dipegang oleh Raja, Montesquieu menamakan teorinya dengan Trias
Politica yaitu teori pemisahan kekuasaan dalam pemerintahan yaitu
pemisahan

kekuasaan

antara:

Eksekutif

Legislatif

(kekuasaan

membuat

(kekuasaan

undang-undang),

memerintah),

dan

Yudikatif

(kekuasaan pengadilan). Sedangkan Jean Jacques Rousseau dengan teori
hukumnya: du Contract Social: menyatakan bahwa negara dilahirkan
bebas, tidak boleh dibelenggu oleh manusia manapun termasuk raja.
Pandangan-pandangan ini menimbulkan semangat bagi rakyat umumnya,
khususnya rakyat-rakyat yang tertindas untuk memperjuangkan hak-hak
asasi mereka.
Pemerintahan raja yang sewenang-wenang dan kaum bangsawan
yang feodalistik menimbulkan kebencian di kalangan rakyat Prancis. Pada
zaman pemerintahan Raja Louis XVI yang lemah, rakyat Prancis baru
berani membentuk Assembles Nationale, yaitu dewan nasional sebagai
perwakilan rakyat bangsa Prancis. Masyarakat Prancis baru berani
mengubah struktur pemerintahan baru dari kerajaan yang feodalisme
menjadi pemerintahan baru.

7

Perjuangan rakyat Amerika Serikat tentang hak-hak asasi disusun
dalam bentuk suatu undang-undang yang dinamakan dengan Bill of Rights
(1789). Gagasan perjuangan hak asasi di negara ini banyak mempengaruhi
terhadap perjuangan hak asasi manusia di Prancis dalam tahun yang sama.
Declaration of Independence Pernyataan Kemerdekaan Rakyat Amerika
Serikat), 4 Juli 1776, yaitu “Semua orang diciptakan sama, hak hidup, hak
kebebasan, dan mengejar kebahagiaan.”
Franklin D. Roosevelt, Presiden Amerika Serikat (1941) pada awal
Perang Dunia II merumuskan naskah hak asasi yang terkenal dengan
istilah “The Four Fredooms” (empat kebebasan), yaitu:
a. Freedom of speech.
b. Freedom of religion.
c. Freedom from fear.
d. Freedom from want.
Sementara Presiden Rusia “Thiodore Mondroow Wilson” (1963),
mengusulkan dalam Undang-Undang Dasar mencantumkan “Hak atas
Pekerjaan, Istirahat dan Pendidikan”.
Setelah Perang Dunia II berakhir timbullah gagasan untuk
merumuskan hak asasi manusia dalam suatu naskah Internasional. Yang
akhirnya pada tanggal 10 Desember 1948, tewujud dan berhasil
merumuskan “Universal Declaration of Human Rights” (Pernyataan
Sedunia tentang Hak-Hak Asasi Manusia) yang dinyatakan oleh negaranegara yang tergabung dalam Perserikatan Bansa-Bangsa (PBB). Hal ini
merupakan tonggak pengakuan Hak Asasi Manusia dunia Internasional.
Pada tanggal 16 Desember 1966, sidang PBB berhasil menyepakati
tiga traktat Internasional, yaitu:
a. The International Covenant of Civil and Political Rights, memuat
hak-hak sipil dan hak-hak politik, misalnya seperti persamaan hak
pria dan wanita.
b. Optional Protocol, yaitu untuk memberikan kemungkinan pada
setiap orang untuk mengajukan kepada The Human Rights

8

Committe di PBB terhadap pelanggaran hak-hak asasi manusia
dengan ketentuan bahwa yang bersangkutan telah berupaya
mengantisipasinya melalui pengadilan yang ada di negaranya.
c. The International Covenant of Economic, Social, and Cultural
Rights, berisikan antara lain tentang syarat-syarat dan nilai-nilai
bagi sistem ekonomi, sosial dan budaya.
Universal Declaration of Human Rights menyatakan bahwa setiap
orang mempunyai:


Hak untuk hidup.


Kemerdekaan dan keamanan badan.


Hak untuk diakui kepribadiannya menurut hukum.


Hak untuk rapat dan berkumpul.


Hak untuk mendapatkan jaminan sosial.


Hak untuk mendapatkan pekerjaan.


Hak untuk berdagang.


Hak untuk mendapatkan pendidikan.


Hak untuk turut serta dalam gerakan kebudayaan dalam
masyarakat.


Hak untuk menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan
keilmuan.2

2.6 Perkembangan Hak Asasi Manusia di Indonesia
Rumusan Hak Asasi di Indonesia berkembang sejak awal persiapan
kemerdekaan saat terbentuknya BPUPKI yang diketuai oleh KRT Rajiman
Widodiningrat dengan anggota-anggotanya.
Badan ini melaksanakan sidangnya yang I (pertama) pada tanggal
29 Mei sampai 1 Juni 1945 dan sidang yang II (kedua) pada tanggal 10
2

Wirman Burhan. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan, Pancasila, dan Undang-Undang

Dasar 1945. Jakarta: Rajawali Press.

9

sampai 17 Juli 1945. Kemudian pada tanggal 7 Agustus 1945, BPUPKI
dibubarkan dan dilanjutkan dengan pembentukan PPKI (Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia). Kedua badan ini dibentuk untuk mempersiapkan
Kemerdekaan Indonesia.
Sebagai hasil nyata dari Badan ini adalah lahirnya Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945.
Pada awal pembicaraan dalam penyusunan Undang-Undang Dasar timbul
beberapa pendapat tentang pencantuman dan pernyataan mengenai Hak
Asasi Manusia. Muh. Hatta dan Muh. Yamin setuju dimasukkannya hakhak asasi ke dalam pasal-pasal UUD dengan alasan bahwa apabila tidak
dimasukkan ke dalam UUD, mereka khawatir di kemudian hari negara
Indonesia menjadi negara kekuasaan atau timbulnya penindasan. Oleh
karena itu, jikalau kita hendak betul-betul mendasarkan negara kita pada
kekeluargaan, paham tolong-menolong, paham gotong royong dan
keadilan sosial. Enyahkanlah tiap-tiap pikiran individualisme dan
liberalisme daripadanya.
Sedangkan Soepomo berpendapat tidak dibutuhkan suatu jaminan
terhadap hak-hak asasi manusia maupun kemerdekaan individu terhadap
negara. Sebab pada dasarnya dalam negara integralistik tidak pernah ada
pertentangan antara negara dan individu. Soekarno lebih cenderung
dengan hak-hak sosial atau keadilan sosial, manusia bukan saja
mempunyai kemerdekaan suara, kemerdekaan membrikan hak suara,
mengadakan persidangan dan rapat, jikalau tidak ada keadilan sosial, buat
apa hak asasi kalau tidak dapat mengisi perut/kelaparan.
Dari hasil pemikiran-pemikiran tersebut di atas diambil suatu
kesepakatan bahwa hak asasi manusia perlu dicantumkan dalam UndangUndang Dasar.
Setelah UUD tahun 1945 diamandemen pada tahun 1999, tahun
2000, tahun 2001 dan tahun 2002. Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945
(Amandemen) secara eksplisit diatur dalam Pasal 28 huruf A sampai
dengan huruf J.

10

2.7 Pengertian Pengadilan HAM dan Sistem Pengadilan HAM
2.7.1

Pengadilan HAM
Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus yang berada di

lingkungan Pengadilan Umum. Berkedudukan di daerah kabupaten
atau daerah kota yang daerah hukumnya meliputi daerah hukum
Pengadilan Negeri yang bersangkutan. Untuk Daerah Khusus Ibukota
Jakarta, Pengadilan HAM berkedudukan di setiap Wilayah Pengadilan
Negeri yang bersangkutan.
Pengadilan HAM bertugas dan berwenang memeriksa dan
memutuskan perkara pelanggaran HAM yang berat, serta perkara
pelanggaran HAM yang berat yang dilalukakan di luar batas teritorial
wilayah negara Republik Indonesia. Tidak berwenang memeriksa dan
memutus perkara pelanggaran HAM yang berat yangdilakukan oleh
seseorang yang berumur di bawah 18 (delapan belas) tahun pada saat
kejahatan dilakukan.
2.7.2

Sistem Peradilan HAM
Perkara pelanggaran HAM yang berat dilakukan berdasarkan

ketentuan Hukum Acara Pidana:
a. Penangkapan
b. Penahan
c. Pemeriksaan Kasasi
d. Penyelidikan
e. Penyidikan
f. Penuntutan

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Negara Indonesia merupakan Negara Hukum seperti yang tertera
pada pasal 1 ayat (3) UUD Negara RI 1945 (Amandemen Ketiga). Dalam
Negara Hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan
kedaulatan hukum dan bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban
hukum.
HAM adalah hak-hak yang melekat pada diri manusia, dan tanpa
hak-hak itu, manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia. Hak
tersebut diperoleh bersama dengan kehadirannya di dalam kehidupan
masyarakat. UU No.39/1999 tentang HAM mendefinisikkan HAM sebagai
seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan yang Maha Esa.
3.2 Saran
Di Indonesia pada kenyataannya masih belum emnjamin HAM
masyaraktnya. Dibutuhkan keseriusan pemerintah dalam mempelopori
penegakan HAM di Indonesia. Tidak hanya pemerintah saja, namun
partisipasi dan kontribusi masyarakat juga masih sangat dibutuhkkan demi
terciptanya Negara Indonesia yang aman dan tentram. Para penerus bangsa
khususnya mahasiswa sudah semestinya membantu pemerintah dalam
penegakan HAM di Indonesia. Perbaikan dan penataan ulang kondisi
HAM di Indonesia sangat penting demi terwujudnya Good Government,
maka dari itu saatnya kita para penerus bangsa segera menyingkirkan
segala jenis hambatan, tantangan, serta apa saja yang dapat emnganggu
terwujudnya penegakan HAM di Indonesia.

11

DAFTAR PUSTAKA
Syarbaini, Syahrial. 2014. Pendidikan Kewarganegaraan untuk
Perguruan Tinggi. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
Burhan, Wirman. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan, Pancasila,
dan Undang-Undang Dasar 1945. Jakarta: Rajawali Press.

12