Makalah Tentang Pungli i pb

Nama : Evi Fatimah
NPM : 153112351540007

Makalah Tentang Pungli
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sering sekali muncul masalah dalam pelayanan pemerintah terhadap
masyarakat yang mencerminkan ketidakpuasan masyarakat terhadap
pelayanan public pemerintah, antara lain pelayanan yang mahal, kaku
dan berbelit-belit, sikap dan tindakan aparat, pelayanan yang suka
menuntut imbalan, kurang ramah, arogan, lambat dan fasilitas pelayanan.
Maraknya pungutan liar (pungli) terhadap pembuatan Kartu Tanda
Penduduk (KTP) membuat masyarakat enggan untuk mengurusnya. Sudah
bukan rahasia lagi bahwa saat ini pelayanan public di Indonesia secara
umum masih sangat buruk. Berbagai peraturan yang dibuat dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan public seolah tidak member dampak
apapun kepada masyarakat. Berbagai tindakan menyimpang dari aparat
pelayanan public (public servant) tidak juga berkurang, bahkan cenderung
menjadi-jadi.

Citra buruk semakin diperparah dengan isu yang sering muncul ke
permukaan, yan g berhubungan dengan kedudukan dan kewenangan
pejabat public, yakni pungutan liar (pungli) yang beranekaragam
bentuknya, serta lambatnya pelayanan dan diikuti dengan prosedur yang
berbelit-belit.
Pungutan liar (pungli) adalah jenis pelnggaran hukum yang masuk
kategori korupsi. Meski demikian, praktek pungli jamak terjadi di dalam
birokrasi di Indonesia karena lemahnya pengawasan dan supervise di
kalangan instansi pemerintahan. Meski sejumlah lembaga pengawasan
internal dan eksternal telah di bentuk, budaya pungli di kalangan birokrasi
tidak kunjung berkurang apalagi di hilangkan. Pada umumnya, pungutan
liar dilakukan petugas pelayanan public kategori kelas rendah. Motifnya
adalah untuk menambah penghasilan akibat gaji resmi para birokrat ratarata masih tergolong rendah. Adanya kesempatan, lemahnya pengawasan
dan rendahnya etika birokrat menjadi faktor pendorong suburnya perilaku
korupsi melalui pungutan liar.
Dalam proses pelayanan public, posisi masyarakat sangat rentan
menjadi korban pungutan liar karena daya tawar yang rendah.
Masyarakat dipaksa menyerahkan sejumlah uang tambahan karena
ketiadaan lembaga pengawasan yang efektif untuk memaksa birokrat
yang kerap melakukan pungutan liar. Selain itu, pengaduan masyarakat


kerap kali tidak mendapatkan tanggapan yang memadai dari inspektorat
sebagai pengawas internal. Pada sisi lain, masyaraktpun kerap
menyumbang kontribusi terhadap tumbuh suburnya praktek pungutan liar
dengan cara membiasakan diri memberi uang tanpa mampu bersika kritis
melakukan penolakan pembayaran diluar biaya resmi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pungli
Pungutan liar (pungli) adalah perbuatan yang dilakukan oleh
seseorang atau Pegawai Negeri atau Pejabat Negara dengan meminta
pembayaran sejumlah uang yang tidak sesuai atau tidak berdasarkan
peraturan yang berkaitan dengan pembayaran tersebut. Hal ini sering
disamakan dengan korupsi, pemerasan dan penipuan.
Tingginya tingkat ketidakpastian pelayanan sebagai akibat adanya
prosedur pelayanan yang panjang dan melelahkan menjadi penyebab dari
semakin banyaknya masyarakat yang menyerah ketika berhadapan
dengan pelayanan public yang korupsi. Hal ini merupakan salah satu
factor yang menyebabkan masyarakat cenderung semakin toleran

terhadap praktik pungutan liar dalam penyelenggaraan pelayanan public.
Pungutan liar merupakan perbuatan-perbuatan yang disebut sebagai
perbuatan pungli sebenarnya merupakan suatu gejala social yang telah
ada di Indonesia, sejak Indonesia masih dalam masa penjajahan dan
bahkan jauh sebelum itu. Namun penamaan perbuatan itu sebagai
perbuatan pungli, secara nasional baru diperkenalkan pada bulan
September 1977, yaitu saat Kaskomkaptib yang bertindak selaku Kepala
Operasi Tertib bersama Menpan dengan gencar melancarkan Operasi
Tertib (OPSTIB), yang sasaran utamanya pungli.
Pada masa undang-undang No. 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi, dikeluarkan Instruksi Presiden No. 9 Tahun 1977
tentang Operasi Penertiban (1977-1981), dengan tugas membersihkan
pungutan liar, penertiban uang siluman, penertiban aparat pemda dan
departemen. Untuk memperlancar dan mengefektifkan pelaksanaan
penertiban ini ditugaskan kepada Mentri Negara Penertiban Aparatur
Negara, untuk mengkoordinir pelaksanaannya dan Pangkopkamtib untuk
membantu Departemen/Lembaga pelaksanaannya secara operasional
(Wijayanto,2010:672).
Pungutan liar juga termsuk dalam kategori kejahatan jabatan, di mana
dalam konsep kejahatan jabatan di jabarkan bahwa pejabat demi

menguntungkan diri sendiri atau orang lain, menyalahgunakan
kekuasaannya untuk memaksa seseorang untuk memberikan sesuatu,
untuk membayar atau menerima pembayaran dengan potongan, atau
untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri.
Dalam rumusan korupsi pada pasal 12 huruf e UU No. 20 Tahun 2001
berasal dari pasal 12 UU No. 31 Tahun 1999 sebagai tindak pidana
korupsi, yang kemudian dirumuskan ulang pada UU No. 20 Tahun 2001

(Tindak Pidana Korupsi), menjelaskan defnisi pungutan liar adalah suatu
perbuatan yang dilakukan pegawai negeri atau penyelenggara yang
dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum , atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya
memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima
pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi
dirinya sendiri.
Istilah lain yang dipergunakan oleh masyarakat mengenai pungutan
liar atau pungli adalah uang sogokan, uang pelican, salam temple dan
lain-lain. Pungutan liar pada hakekatnya adalah interaksi antara petugas
dengan masyarakat yang didorong oleh berbagai kepentingan pribadi
(Soedjono,1983:15).


2.2 Contoh Kasus Pungli
“Pungutan parkir tidak seragam”
Tarif yang tak seragam dan tak diberi karcis kepada pengguna jasa parkir,
jamak ditemukan di lapangan. Juru parkir mengklaim tarif parkir sesuai
perda, mobil pribadi Rp. 2000, mobil box Rp. 3000, roda dua Rp. 1000 tapi
ada juga yang membayar Rp. 2000. Hampir semua jalan raya di ibukota
Sumbar ini, dikenai uang parkir tanpa karcis, bukan saja dijalan umum, di
masjid, di perkantoran pemerintah dan kawasan pemukiman pun tidak
luput dipalak tukang parkir.
“DPRD Kotim Endus pungutan liar di pasar PPM Sampi”
Ketua komisi IV DPRD Kotim Jainudin Karim meminta aparat penegak
hukum harus mampu menciptakan rasa nyaman, jangan sampai ada
pembiaran terhadap pungutan liar yang tidak jelas. Menurut dia pasar
mempunyai peranan penting dalam menyemarakan perekonomian di kota
Sampit. Karena itu, para pedagang dan pembeli tidak pantas dibebani
dengan pungutan-pungutan, sekalipun mereka tidak ada yang tidak ada
yang berani complain secara terang-terangan.
“Pungutan Liar atas nama organisasi adat”
Usaha pemkot Kotamobagu untuk menggenjot perekonomian daerah

melalui optimalisasi perekonomian di lingkungan pasar tradisonal,
ternyata dimanfaatkan oknum tertentu. Informasi yang diberikan
sejumlah pedagang pasar tradisional, terjadi beberapa pungutan liar yang
dilakukan oleh sejumlah oknum tidak bertanggung jawab dengan
mengatasnamakan organisasi kesukuan yang ada di Kotamobagu. “ Kami
telah diminta uang sebesar Rp. 15000 – Rp. 60000 dengan alasan uang
itu sebagai iuran untuk mereka di organisasi kesukuan, mengingat kami
juga masuk dalam organisasi tersebut. Padahal sepengetahuan kami hal
itu tidak pernah disepakati ataupun dibahas sebelumnya”, ujar sartini,
salah satu pedagang di pasar tradisional Gogagoman di tempatnya
berjualan.
“Pungli pasar Cibitung disoal”
Praktek pungli di pasar induk Cibitung kembali dikeluhkan para pedagang.
Mereka mengkalaim setiap harinya dipungut Rp. 10000 dengan rincian
uang kebersihan Rp. 2000, keamanan pasar Rp. 3000, dan paguyuban Rp.
5000. “ pemungutan langsung mendatangi ruko-ruko di setiap local yang

ada di pasar. Tapi gak tentu juga jadwal pungutannya. Kadang pukul
12.00 WIB sudah tidak ada pungutan lagi”, ujar salah satu pedagang.
Sementara itu sekretaris Paguyuban Pedagang Pasar Induk Cibitung,

Supriyadi, membantah kalau paguyuban telah melakukan pungutan
kepada setiap pedagang. “ hanya ada kebersihan dan keamanan pasar
aja. Sementara paguyuban tidak melakukan pungutan”. Ia menegaskan
kalau paguyuban sudah diberi upah atau honor dari swadaya kebersihan
keamanan yang dipungut.
“surat tertbuka untuk walikota Jogja”
Pungutan liar di pasar giwangan ternyata sudah terjadi lama menurut
pengakuan pedagang. Dan ternyata oknum yang melakukan pungutan ini
adalah seorang PNS aktif di Jogja dan anehnya Kepala Dinas Pasar
Pengelolaan Pasar juga tidak mengetahui kasus ini atau berpura-pura
tidak tahu, seperti yang diberitakan oleh sebuah media cetak di Jogja.
Melalui surst pembaca ini kami menyerukan kepada warga Jogja untuk
menolak segala pungutan liar apapun itu bentuknya. Kami juga meminta
dan memohon kepada walikota Jogja, yang terhormat Bapak Haryadi
Suyuti yang telah terpilih secara demokratis, harus dan wajib mampu
menuntaskan kasus tercela ini sampai ke akar-akarnya. Walau kasus ini
terbilang kecil tapi tetap saja yang namanya pungutan liar telah merusak
hakikat gerakan anti korupsi. Untuk itu kami minta Bapak Walikota
Yogyakarta untuk dapat bersikap tegas dan menuntaskan kasus pungli ini.
“pungli menggeroroti Negara kita”

Persoalan pungli di Indonesia sama parahnya dengan aktiftas mafa
hukum. Sebab pungli di tanah air tidak hanya terjadi di birokrasi
melainkan sudah meluas sampai ke lapisan masyarakat. Pungli
merupakan persoalan yang sering kali dipandang sebelah mata. Padahal,
pungli memberikan dampak yang signifkan terhadap perekonomian
Negara. Hal ini disebabkan karena pungli telah terjadi di seluruh sector
pemerintahan. Pungli itu sendiri tercatat sebagai persoalan yang sangat
merugikan Negara. Hal ini terlihat dengan adanya kasus pungli yang
berhasil di bongkar di kantor pelayanan utama Bea dan Cukai Tanjung
Priok mencapai 500 juta . kerugian bukan hanya dialami Negara tetapi
juga industry domestic secara keselouruhan. Tidak hanya itu Gabungan
Elektronik (Gobel) juga mengestimasikan, kerugian Negara yang terjadi
akibat pungli di lingkungan pelabuhan mencapai 3 triliun per tahun.
Dampak kerugian industry akibat kehilangan pangsa pasar elektronik 27,7
triliun sedangkan kontribusi industry nasional hanya 15 triliun. Sementara
itu, asosiasi pertekstilan Indonesia melaporkan, konsumsi tekstil dan
produk tekstil mencapai 1,2 juta ton. Produksi dalam negeri hanya
350.000 ton. Besarnya pasar berpotensi masuknya produk illegal yang
merugikan Negara sekitar 900 juta dollar AS. Dan masih banyak lagi
kasus-kasus pungli diluar sana.

“kapten kapal di muara Angke keluhkan pungli oleh oknum
TNI”
Para kapten kapal tradisional di kepulauan seribu, Jakarta Utara, resah
dengan adanya pungli yang besarnya antara Rp. 50000 – Rp. 500000 per
kapal. Mereka menyebutkan seorang oknum TNI berinisial AS yang

menjadi pelaku pungli. Pungli itu dilakukan di kawasan dermaga
pelabuhan perikanan Muara Angke, Jakarta utara dan di pelelangan ikan
muara angke, salah seorang kapten kapal tradisional kepulauan seribu
yang beroperasi di pelabuhan perikanan muara angke, kepada warta kota
mengaku oknum AS menarik “jatah preman” Rp. 50000 per kapalnya
untuk hari senin sampai jumat. Sedangkan akhir pekan yakni sabtu dan
minggu, besaran uang pungli Rp. 200000 hingga Rp. 500000.
“Orangtua siswa pertanyakan pungli uang bangku hingga Rp.
4000000 per siswa di Mts 39 Jakarta”
Sejumlah orangtua murid telah mengadukan hal ini kepada kantor
kementrian agama serta meminta mediasi dari pemerintah provinsi DK
Jakarta untuk dilakukan secara komprehensif. Kami selaku komite
sekolah, sudah lebih dari tujuh kali ke kantor kementrian agama sebagai
institusi yang menaungi sekolah-sekolah agama negeri, dan sudah pernah

di mediasi oleh pemprov DKI dengan didudukan bersama antara kita
selaku komite sekolah, orangtua murid dengan kanwil agama dan kepala
sekolah. Pihak kami memprotes kebijakan sekolah tentang adanya
dugaan pungli dengan dalih uang bangku yang besarnya bervariasi antara
2-4 juta. Selain itu pungli lain yang juga terjadi berupa uang bangku, uang
perpisahan, uang pendalaman materi, uang asuransi dan lain-lain tanpa
membicarakan dengan orangtua siswa terlebih dahulu.
“jalan rusak buka peluang untuk pungutan liar”
Jalan rusak yang terjadi di sejumlah kabupaten, terutama di ruas jalan
penghubung jalur lalu lintas Sumatra dan jalur lalu lintas timur jadi lokasi
pungli oleh warga atau oknum tertentu. Rusdi ppengemudi angkutan
barang mengatakan, pungli oleh warga atau pihak tertentu dilakukan
dengan pura-pura mau menutup lobang dan memandu kendaraan supaya
tidak terjebak ke dalam lubang. “Mereka meminta imbalan” katanya.
Tamrin pengemudi bus antarkota dalam provinsi menyatakan, saat
melintas jalan rusak di jalan penghubung Jalinsum, banyak warga yang
mengutip uang di jalan “ mereka beralatkan cangkul, parang dan lainnya
seolah-olah mau menimbun lubang di jalan dan ikut memandu kendaraan
namun jalan yang di tutup tidak pernah tuntas,” kata tamrin.
“tidak berdaya hadapi pungutan liar”

Armen seorang supir angkot kesal dengan banyaknya pungutan liar di
sepanjang rute angkotnya. Namun ia tidak bias berbuat apa-apa karena
jika menolak membayar pungutan-pungutan itu, ia khawatir tidak
diperbolehkan beroperasi lagi di rute tersebut. Pungutan itu membuat
penghasilannya berkurang. Organisasi angkutan darat kota bekasi yang
mewadahi angkutan umum di kota bekasi tidak pernah mewajibkan para
sopir membayar pungutan di berbagai tempat. Ketua organda Hotman
Pane mengatakan jangankan berbagai pungutan, wacana organda
memungut Rp 5000 per hari kepada setiap angkot telah dibatalkan ,
karena para sopir angkot kompak mendemo organda dan tidak mau
membayar iuran tersebut. “iuran yang untuk kemaslahatan saja
dibatalkan, apalagi pungutan yang tidak jelas gitu, tidak ada”, tukasnya.
“membuat KTP Elektronik warga Lamtim Dikenakan biaya Rp
100 ribu”

Dinas kependudukan dan catatan sipil kabupaten Lampung Timur
melakukan pungutan liar kepada masyarakat yang ingin membuat e-ktp.
Evi mengaku harus membayar 150 ribu untuk membuat KTP Elektronik.
“KTP Elektronik saya hilang dan saya mau membuat ktp baru. Saya ke
kantor kecamatan untuk meminta rekomendasi guna dibawa ke
disdukcapil dan saya harus membayar 50 ribu. Disdukcapil dimintai lagi
100 ribu. Memang dalam hitungan jam ktp saya sudah jadi”ungkapnya.
Dia dibuat bingung dengan petugas yang meminta bayaran. Harusnya
gratis tapi masih saja dipungut bayaran. Disdukcapil perlu ditertibakan
dari praktek pungutan liar. Kepala selsi pelayanan dokumen penduduk
disdukcapil Deny Kurniawan menerangkan masyarakat yang ingin
membuat ktp elektronik atau mengganti ktp-el yang hilang langsung
silahkan langsung ke disdukcapil. Bagi yang kehilangan ktp-el harus
menyertakan laporan dari kepolisian. “Buat ktp-el, kartu keluarga, dan
akta gratis dan tidak dipungut biaya sesuai dengan UU administrasi
kependudukan. Kalau ada yang tarik biaya itu tidak benar. Kalau yang
mintai duit itu calo, ya mungkin saja”, tegasnya.

2.3 Faktor Penyebab Pungutan Liar
A. Aspek Individu Pelaku
1.
Sifat tamak manusia;
2.
Moral yang kurang kuat;
3.
Penghasilan yang kurang mencukupi;
4.
Kebutuhan hidup yang mendesak;
5.
Gaya hidup yang konsumtif;
6.
Malas atau tidak mau kerja;
7.
Ajaran agama yang kurang diterapkan.
B.
1.
2.
3.

Aspek Organisasi
Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan;
Tidak adanya kultur organisasi yang benar;
System akuntabilitas yang benar di instansi pemerintah yang kurang
memadai;
4.
Penyalahgunaan wewenang. Jabatan atau kewenangan seseorang
dapat melakuakan pelanggaran disiplin oleh oknum yang melakukan
pungutan liar;
5.
Lemahnya system control dan pengawasan oleh atasan;
6.
Kelemahan sistim pengendalian manajemen.

2.4 Tindak Pidana Pungutan Liar
Dalam kasus tindak pidana pungutan liar tidak terdapat secara pasti
dalam KUHP, namun demikian pungutan liar dapat disamakan dengan
perbuatan pidana penipuan, pemerasan dan korupsi yang diatur dalam
KUHP sebagai berikut :
1.
Pasal 368 KUHP : “Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan
diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa orang lain

dengan kekerasa atau ancaman kekerasan, untuk memberikan sesuatu
barang, yang seluruhnya atau sebagian adalah milik orang lain, atau
supaya memberikan hutang maupun menghapus piutang, diancam,
karena pemerasan, dengan pidana penjara paling lama Sembilan tahun.
2.
Pasal 415 KUHP: “ Seorang pegawai negeri atau orang lain yang
ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum terus menerus atau
sementara waktu, yang dengan sengaja menggelapkan uang atau suratsurat berharga yang disimpan karena jabatannya, atau membiarkan uang
atau surat berharga itu diambil atau digelapkan oleh orang lain, atau
menolong sebagai pembantu dalam melakukan perbuatan tersebut,
diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun”.
3.
Pasal 418 KUHP: “Seorang pegawai negeri yang menerima hadiah atau
janji padahal diketahui atau sepatutnya harus diduganya , bahwa hadiah
atau janji itu diberikan karena kekuasaanatau kewenangan yang
berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang
member hadiah atau janji itu ada hubungan dengan jabatannya, diancam
dengan pidana penjara paling lama enam bulan atau pidana denda paling
banyak empat ribu lima ratus rupiah”.
4.
Pasal 423 KUHP : “ Pegawai negeri yang dengan maksud
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum,
dengan menyalahgunakan kekusaannya memaksa orang lain untuk
menyerahkan sesuatu, melakukan suatu pembayaran, melakukan
pemotongan terhadap suatu pembayaran atau melakukan suatu
pekerjaan untuk pribadi sendiri, dipidana dengan pidana penjara selamalamnya enam tahun”.
Berdasarkan ketentuan pidana tersebut diatas, kejahatan
pungutan liar dapat dijerat dengan tindak pidana di bawah ini :
a.
Tindak pidana penipuan
Penipuan dan pungutan liar adalah tindak pidana yang mana
terdapat unsure-unsur yang sama dan saling berhubungan, antara lain
untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum
dengan rangkaian kebohongan untuk atau agar orang lain menyerahkan
barang atu sesuatu kepadanya.
b.
Tindak pidana pemerasan
Penipuan dan pungutan liar adalah tindak pidana yang mana
terdapat unsure-unsur yang sama dan saling berhubungan, antara lain
untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum
dengan rangkaian kekerasan atau dengan ancaman agar orang lain
menyerahkan barang atau sesuatu kepadanya.
c.
Tindak pidana korupsi
Tindak pidana korupsi yang sangat erat kaitannya dengan
kejahatan jabatan ini, karena rumasan pada pasal 415 pasal penggelapan
dalam KUHP diadopsi oleh UU No. 31 tahun 1999 yang kemudian
diperbaiki oleh UU No. 20 tahun 2001, yang dimuat dalam pasal 8.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Secara umum pungli diartikan sebagai pungutan yang dilakukan
secara tidak sah atau melanggar aturan, oleh dan untuk kepentingan
pribadi. Menurut KPK pungli termasuk gratifkasi yang merupakan
kegiatan melanggar hukum dimana pelakunya dapat dikenakan pidana

penjara maupun pidana denda. Pungutan liar (pungli) adalah perbuatan
yang dilakukan oleh seseorang atau Pegawai Negeri atau Pejabat Negara
dengan meminta pembayaran sejumlah uang yang tidak sesuai atau tidak
berdasarkan peraturan yang berkaitan dengan pembayaran tersebut.
Pungutan liar (pungli) adalah jenis pelnggaran hukum yang masuk
kategori korupsi. Pungutan liar juga termsuk dalam kategori kejahatan
jabatan, di mana dalam konsep kejahatan jabatan di jabarkan bahwa
pejabat demi menguntungkan diri sendiri atau orang lain,
menyalahgunakan kekuasaannya untuk memaksa seseorang untuk
memberikan sesuatu, untuk membayar atau menerima pembayaran
dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri.

3.2 Saran
Seharusnya pemerintah menindaklanjuti pelaku pungli dengan tegas
sesuai dengan peraturan dan hukum yang berlaku. Kemudian pemerintah
juga harus melakukan investigasi lebih dalam kepada pelaku pungli untuk
menjaring oknum-oknum lain yang mungkin terlibat.

DAFTAR PUSTAKA

http://fokusjambi.com/post/detail/pungutan-liar-dalam-pelayananpublik.html
http://sucifebriani94.blogspot.co.id/2015/05/analisa-masalah-pungutanliar.html

http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2016/10/pengertian-pungutan-liarpungli.html?m=1