TUGAS TEORI HUKUM PENANAMAN MODAL ASING
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Setiap negara selalu berusaha meningkatkan pembangunan, kesejahteraan dan
kemakmuran rakyatnya. Usaha tersebut dilakukan dengan berbagai cara yang berbeda antara
satu negara dengan negara lainnya. Salah satu usaha yang selalu dilakukan oleh negara adalah
menarik sebanyak mungkin investasi asing masuk ke negaranya.1 Menarik investasi masuk
sebanyak mungkin ke dalam suatu negara didasarkan pada suatu mitos yang menyatakan bahwa
untuk menjadi suatu negara yang makmur, pembangunan nasional harus diarahkan ke bidang
industri. Untuk mengarah kesana, sejak awal negara-negara tersebut dihadapkan kepada
permasalahan minimnya modal dan teknologi yang merupakan elemen dasar dalam menuju
industrialisasi. Jalan yang ditempuh untuk mengatasi masalah tersebut adalah mengundang
masuknya modal asing dari negara-negara maju ke negara berkembang.2
Penanaman modal merupakan sektor utama yang sangat mempengaruhi negara-negara
di dunia untuk menggerakkan roda perekonomian negara. Penanaman modal asing dapat
berperan dalam pembangunan ekonomi, meningkatkan produksi, memberi perluasan
kesempatan kerja, mengolah sumber-sumber potensi ekonomi di dalam negeri. Penanaman
modal asing diharapkan dapat pula ikut berperan dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat
dan pembangunan ekonomi pada umumnya. Penanaman modal asing juga dipandang sebagai
bidang yang sangat menguntungkan bagi negara tuan rumah (host state), karena dengan adanya
penanaman modal asing ini, negara penerima modal asing dapat menjamin dan mengalihkan
modal dalam negeri yang tersedia untuk digunakan bagi kepentingan publik. 3 Penanaman
modal asing ke negara sedang berkembang pada prinsipnya bersangkutan dengan tiga hal
pokok yaitu ekonomi, politis dan hukum. Tiga faktor tersebut mempunyai pengaruh besar
terhadap masuknya modal asing ke suatu negara.4
1
Ahmad Yulianto, “Peranan Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA) dalam Kegiatan Investasi”,
Jurnal Hukum Bisnis, Vol 22, Tahun 2003, hlm 39.
2
Ridwan Khairandy,”Peranan Perusahaan Penanaman Modal Asing Joint Venture dalam Ahli Teknologi di
Indonesia”, Jurnal Hukum Bisnis, Vol 228, Tahun 2003, hlm 51.
3
M. Somarajah, 1994, The International Law on Foreign Investment, Cambridge U.P, Cambridge, hlm. 5.
4
Sumantoro, 1984, Bunga Rampai Permasalahan Penanaman Modal dan Pasar Modal, Binacipta, Bandung, hlm.
29.
Kegiatan penanaman modal asing dari negara maju ke negara berkembang sebagian
besar dilakukan oleh perusahaan multinasional (multinational Corporations). Penanaman
modal asing langsung dari perusahaan multinasional dianggap sebagai strategi yang paling
tepat untuk meningkatkan pembangunan ekonomi daripada pinjaman luar negeri atau
pembelian lisensi, kontrak manajemen dan sebagainya yang harus dicari sendiri oleh
perusahaan dalam negeri.5 Tujuan penanaman modal dijadikan ’mercusuar’ dalam kebijakan
penanaman modal yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM),
Departemen Teknis terkait dan Pemerintah Daerah. Tujuan dimaksud harus mampu
mengarahkan kebijakan dasar penanaman modal yang diatur dalam Pasal 4 Undang – undang
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal atau biasa disebut UU Penanaman Modal. 6
Kebijakan dasar penanaman modal tersebut adalah untuk [1] mendorong terciptanya iklim
usaha nasional yang kondusif bagi penanaman modal untuk penguatan daya saing
perekonomian nasional; dan [2] mempercepat peningkatan penanaman modal.7
Masuknya modal asing bagi perekonomian Indonesia merupakan tuntutan keadaan baik
ekonomi maupun politik Indonesia. Alternatif penghimpunan dana pembagunan perekonomian
Indonesia melalui investasi modal secara langsung jauh lebih baik dibandingkan dengan
penarikan dana international lainnya seperti pinjaman luar negeri. 8 Penanaman modal harus
menjadi bagian dari penyelengaraan perekonomian nasional dan ditempatkan sebagai upaya
untuk
meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi
nasional,
menciptakan
lapangan
kerja,
meningkatkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan
kemampuan teknologi nasional, mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu sistem
perekonomian yang berdaya saing.9 Modal asing yang dibawa oleh investor merupakan hal
yang sangat penting sebagai alat untuk mengintegrasikan ekonomi global. Selain itu, kegiatan
investasi akan memberikan dampak positif bagi negara penerima modal, seperti mendorong
pertumbuhan bisnis, adanya supply teknologi dari investor baik dalam bentuk proses produksi
maupun teknologi.10 Di era reformasi, Pemerintah justru berupaya menarik sebanyak mungkin
5
Albert Widjaya, 1982, Impak Kegiatan Perusahaan Multinasional Terhadap Keadaan Sosial dan Politk di
Indonesia, Binacipta, Bandung, hlm. 221.
6
Penjelasan Atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. 5 h
7
http://gubugpengetahuan.blogspot.com diakses tanggal 19 November 2016.
8
Undang-undang Nomor. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Penjelasan umum alenia ke 2.
9
Delisa A. Ridgway dan Mariya A.Talib, ”Globalization and Development: Free Trade, Foreign Aid, Investment
and The Rule of Law”, California Western International Law Journal, Vol 33, Spring 2003, hal. 335.
10
Jonh W. Head, Pengantar Umum Hukum Ekonomi, Jakarta, Proyek Elips, 1997, hal 71.
investasi asing melalui rentetan kunjungan kenegaraan ke luar negeri, privatisasi BUMN,
penegakkan supremasi hukum, serta revisi terhadap berbagai undang-undang yang menyangkut
bisnis dan investasi perpajakkan, ketenagakerjaan dan seterusnya. Semua upaya ini tentu
bertujuan menciptakan iklim dunia usaha dalam negeri yang lebih kondusif demi meningkatkan
capital inflow yang pada gilirannya diharapkan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Oleh
karena itu, peranan PMA di Indonesia cukup mendukung juga perkembangan kehidupan ekonomi
sesuai dengan konsep hukum dalam kegiatan ekonomi dan cita-cita hukum ekonomi Indonesia.
Beberapa pandangan dari para ahli berusaha menjelaskan bagaimana Investor –
investor asing dapat masuk ke negara berkembang. Pada dasarnya negara berkembang seperti
indonesia sangat membutuhkan peran investor dalam memajukan kehidupan ekonomi.
Berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Para ahli banyak faktor yang mempengaruhi negara
maju untuk melakukan investasi kepada negara – negara berkembang. Maka dari itu dalam
makalah yang berjudul “Kajian Teori Hukum Dalam Penanaman Modal Asing di Indonesia
berdasarkan Undang – undang No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal” penulis merasa
tertarik untuk menelaah lebih lanjut apa saja teori – teori yang mempegaruhi investor asing
untuk menanamkan modalnya di Indonesia dan bagaimana pengaturan mengenai penanaman
modal asing di Indonesia berdasarkan teori para ahli.
2. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana teori – teori yang diungkapkan oleh Para Ahli mengenai penanaman modal
asing?
2.
Bagaimana praktek dan pengaturan penanaman modal asing berdasarkan ketentuan
dalam Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2005 tentang Penanaman Modal?
3. Tujuan Penulisan
Dalam penulisan ini, adapun tujuan penulisan makalah yang hendak dicapai oleh
penulis meliputi 2 hal yaitu :
1. Tujuan Objektif
a. Untuk mengetahui apa saja teori – teori yang diungkapkan oleh Para Ahli
mengenai penanaman modal asing ke negara berkembang.
b. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan penanaman modal asing
berdasarkan Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2005 tentang Penanaman
Modal Asing.
2. Tujuan Subjektif
Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teori Hukum sebagai salah satu syarat
untuk lulus mata kuliah tersebut di Magister Hukum Universitas Gadjah Mada.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Teori - Teori yang Diungkapkan oleh Para Ahli Mengenai Penanaman Modal Asing
ke Negara Berkembang.
Peran penting dari Penanaman Modal Asing (PMA) sebagai salah satu sumber
penggerak pembangunan ekonomi yang pesat selama era Orde Baru tidak bisa disangkal.
Selama periode tersebut, pertumbuhan arus masuk PMA ke Indonesia memang sangat pesat,
terutama pada periode 80-an dan bahkan mengalami akselerasi sejak tahun 1994. Juga, tidak
bisa dipungkiri bahwa pertumbuhan investasi dan PMA pada khususnya di Indonesia selama
era Soeharto tersebut didorong oleh stabilitas politik dan sosial, kepastian hukum, dan
kebijakan ekonomi yang kondusif terhadap kegiatan bisnis di dalam negeri, yang semua ini
sejak krisis ekonomi 1997 hingga saat ini sulit sekali tercapai sepenuhnya
Pesatnya arus masuk PMA ke Indonesia selama periode pra-krisis 1997 tersebut tidak
lepas dari strategi atau kebijakan pembangunan yang diterapkan oleh Soeharto waktu itu yang
terfokus pada industrialisasi selain juga pada pembangunan sektor pertanian. Untuk
pembangunan industri, pemerintah Orde Baru menerapkan kebijakan substitusi impor dengan
proteksi yang besar terhadap industri domestik. Dengan luas pasar domestik yang sangat besar
karena penduduk Indonesia yang sangat banyak, tentu kebijakan proteksi tersebut merangsang
kehadiran PMA. Dan memang PMA yang masuk ke Indonesia terpusat di sektor industri
manufaktur. Baru pada awal dekade 80-an, kebijakan substitusi impor dirubah secara bertahap
ke kebijakan promosi eksport. Sejak krisis 1997 hingga sekarang pertumbuhan arus masuk
PMA ke Indonesia masih relatif lambat jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga yang
juga terkena krisis yang sama seperti Thailand, Korea Selatan dan Filipina. Bahkan hingga
tahun 2001 arus masuk net PMA ke Indonesia negatif dalam jumlah dollar yang tidak kecil, dan
setelah itu kembali positif terkecuali tahun 2003. Arus masuk net negatif itu disebabkan banyak
PMA yang menarik diri atau pindah lokasi ke negara-negara tetangga.
Dengan demikian, kehadiran PMA bagi negara sedang berkembang sangat diperlukan
untuk mempercepat pembangunan ekonomi. Modal asing membantu dalam industrialisasi,
pembangunan modal dan menciptakan kesempatan kerja, serta keterampilan teknik. Melalui
modal asing terbuka daerah-daerah dan tergarap sumber-sumber baru. Resiko dan kerugian
pada tahap perintisan juga tertanggung, selanjutnya modal asing mendorong pengusaha
setempat untuk bekerjasama. Modal asing juga membantu mengurangi problem neraca
pembayaran dan tingkat inflasi, sehingga akan memperkuat sektor usaha negara dan swasta
domestic dari negara tuan rumah atau yang sering disebut host country. Menurut beberapa
pandangan dari Para Ahli terdapat beberapa teori Investor asing berkeinginan untuk
menanamkan modalnya ke negara – negara berkembang, teori dari para ahli tersebut adalah
sebagai berikut :
A. Teori Raymond Vernon (The Product Cycle Theory atau Teori Siklus Produk)
The Product Cycle Theory atau Teori Siklus Produk ini dikembangkan oleh
Raymond Vernon (1966). Teori ini paling cocok diterapkan pada investasi asing
secara langsung (foreign direct investment) dalam bidang manufacturing, yang
merupakan usaha ekspansi awal perusahaan-perusahaan negara-negara maju seperti
Amerika dengan mendirikan pabrik-pabrik untuk membuat barang-barang sejenis di
negara lain.11 Hubungan antara induk perusahaan dan pendirian pabrik-pabrik
sejenisnya untuk membuat barang yang sama atau serupa di negara lain disebut
investasi “Horizontaly Intergrated”. The Product Cycle Theory ini menyatakan
bahwa setiap teknologi atau proses produksi dikerjakan melalui tiga fase yaitu:
pertama, fase permulaan atau inovasi; kedua, fase perkembangan proses; ketiga, fase
pematangan atau fase standardisasi.12 Setiap fase tipe perekonomian negara
mempunyai keunggulan/keuntungan komparatif atau principle of comparative
advantage di dalam memproduksi barang-barang atau komponen produksinya
Selama fase ini perusahaan-perusahaan negara maju seperti Amerika menikmati
posisi monopoli karena kemampuan teknologinya belum tersaingi.13 Fase kedua
proses manufacturing dan tempat produksi di luar negeri yang kemasukan aliran
modal asing. Fase ketiga standarisasi proses manufacturing memungkinkan
peralihan lokasi produksi ke negara berkembang terutama negara-negara industri
baru (Newly Industrializing Countries) yang mempunyai keunggulan tingkat upah
rendah.14
11
Erman Rajagukguk, Hukum Investasi (Bahan Kuliah), (Jakarta: UI Press, 1995), hIm. 3-5.
Nindyo Pramono, Perkembangan Arus Investasi Ditinjau Dan Perspektif Hukum Bisnis, Jurnal Legislasi
Indonesia, Vol. 3 Nomor (Jakarta: DitJen Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan HAM RI, Juni
2006), hlm. 4.
13
Ibid,. Hlm. 35.
14
Ibid., hlm. 6.
12
The Product Cycle Theory membantu menjelaskan bahwa perusahaan
multinasional dan persaingan oligopoli, perkembangan dan penyebaran teknologi
industri merupakan unsur-unsur penentu utama terjadinya perdagangan dan
penempatan lokasi-lokasi aktivitas ekonomi secara global melalui investasi dan
timbulnya strategi perusahaan yang mengimplementasikan perdagangan dan
produksi di luar negeri. The Industrial Organization Theory Vertical Integration
atau Teori Organisasi Industri Integrasi Vertikal, teori ini cocok diterapkan pada
new multinationalism country atau negara multinasionalisme baru dan pada
investasi yang terintegrasi secara vertikal, yakni produksi barang di beberapa pabrik
yang menjadi input bagi pabrik-pabrik lain dan suatu perusahaan yang sejenis. 15
Pendekatan teori ini berawal dari pemahaman bahwa biaya-biaya untuk bisnis di
luar negeni dengan investasi baik direct ataupun indirect harus mencakup biayabiaya lain yang dipikul perusahaan lebih banyak dan pada biaya-biaya yang
diperuntukkan hanya untuk rsekadan mengekspor barang dari pabnik-pabrik dalam
negeri; oleh karena itu perusahaan harus memiliki keunggulan kompensasi atau
“Compensating Advantages” atau “keunggulan spesifik seperti kealihan teknis
manajerial, keadaan perekonomian yang memungkinkan perolehan sewa secara
monopoli untuk openasi perusahaannya di negara-negara lain.16
B. Teori Alan M. Rugnan
Teori Alan M. Rugman, bahwa penanaman modal asing atau Foreign Direct
Investment (FDI) dipengaruhi oleh variabel lingkungan dan vaniabel internalisasi.
Tiga jenis variabel lingkungan yang menjadi perhatian yaitu: ekonomi, non
ekonomi, dan pemerintah.17 Variabel ekonomi biasanya berupa tenaga kerja dan
modal, teknologi dan tersedianya sumber daya alam dan keterampilan manajemen.
Menyusun sistem fungsi produksi keseluruhan suatu bangsa yang didefinisikan
meliputi semua masukan faktor yang terdapat dalam masyarakat. 18 Variabel non
ekonomi meliputi variabel politik, sosial dan budaya masyarakat setiap negara
15
Ibid., hlm. 6.
Ibid., hlm. 7.
17
Nindyo Pramono, op. cit., hlm. 7-8.
18
Ibid.
16
mempunyai kekhasan masing-masing.19 Bahwa kenyataannya setiap negara
sesungguhnya mempunyai faktor spesifik negara yang khas. Faktor ketiga adalah
variabel pemerintah yang harus diperhatikan oleh perusahaan penanaman modal
asing di mana modal asing akan masuk. Setiap negara mempunyai kekhususan
merek politiknya sendiri. Para politisi mencerminkan faktor spesifik lokasi bangsa.
Selalu tendapat keragaman dalam campur tangan pemenintah dalam bisnis
internasional (investasi).
C. Teori Kindleberger
Menurut teori hukum ini aspek yang paling sensitif dalam perekonomian
internasional adalah aspek investasi langsung atau direct investment. Amerika Serikat
dan Inggris berusaha membatasi investasi langsung oleh perusahaan-perusahaan yang
berdomisili di dalam batas-batas kedua negara ini untuk membatasi tekanan pada neraca
pembayaran mereka. Teori investasi langsung atau direct investment mempunyai
banyak implikasi, yaitu :
a. Investasi langsung tidak akan terjadi dalam industri di mana ada persaingan murni.
b. Perusahaan penanam modal tidak berkepentingan untuk mengadakan usaha bersama
atau joint venture dengan pengusaha setempat karena akan berusaha memiliki sendiri
seluruh keuntungan; dan pada saat bersamaan para penanam modal setempat tentu
tidak mau membeli saham-saham dan perusahaan induk serta penghasilan
keseluruhan penanam modal menjadi kabur atau samarsamar dibandingkan dengan
keadaan setempat yang dapat membawa banyak keuntungan sebagaimana mereka
lihat.
c. Investasi langsung terjadi menurut dua arab industri yang sama, hal mi tidak akan
terjadi apabila kegiatan didasarkan atas tingkat-tingkat laba umum. Hal mi untuk
sebagian merupakan kejadian yang khas dalam persaingan oligopoli yaitu setiap
perusahaan harus bertindak seperti dilakukan perusahaan yang lain untuk
menghindarkan agar perusahaan lain tidak mendapatkan laba secara tidak terduga.
D. Teori Robbock & Simmond
Teori Robbock & Simmond melakukan pendekaatan melalui pendekatan global,
pendekatan pasar yang tidak sempurna, pendekatan internalisasi, model siklus produk,
produksi internasional, model imperialisasi Marxis. Melalui pendekatan global,
kekuatan internal yang memengaruhi penanaman modal asing yaitu pengembangan
teknologi atau produk baru, ketergantungan pada sumber bahan baku, memanfaatkan
19
Ibid.
mesin-mesin yag sudah usang, mencari pasar yang lebih besar. Kekuatan eksternal
yang memengaruhi penanaman modal asing yaitu pelanggan, pemerintah, ekspansi ke
luar negeri dari pesaing dan pembentukan Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE).
Muchammad Zaidun dalam orasi ilmiahnya, mengemukakan teori-teori yang berkaitan
dengan kepentingan negara dalam bidang investasi, tinjauannya adalah dari sudut pandang
kepentingan pembangunan ekonomi, yaitu melihat segi kepentingan ekonomi yang menjadi
dasar pertimbangan perumusan kebijakan, lazimnya meminjam teori-teori ekonomi
pembangunan sebagai dasar pijakan kebijakan hukum investasi yang cukup populer, antara
lain:20
1. Teori Klasik dan Neo Klasik (The Classical and Neo Classical Theory on Foreign
Investment)
Teori
ekonomi
klasik
dalam
penanaman
modal
asing menyatakan
bahwa penanaman modal asing secara keseluruhan menguntungkan ekonomi
negara penerima modal. Terdapat beberapa faktor yang mendukung pandangan
teori klasik dan neo klasik, yaitu:
Pertama, merupakan fakta bahwa modal asing yang dibawa ke negara pemilik
modal menjamin bahwa modal nasional/domestic yang tersedia dapat digunakan
untuk kepentingan pembangunan dan kepentingan masyarakat. Masuknya modal
dan penanaman modal asing kembali oleh penanaman modal asing yang berasal dari
keuntungan yang tidak dikembalikan ke negaranya, akan meningkatkan tabungan
dari negara penerima modal. Penghasilan pemerintah melalui pajak meningkat dan
pembayaran pembayaran lain juga akan meningkat. Lebih jauh lagi, modal asing
yang masuk ke negara penerima modal mengurangi pembatasan neraca pembayaran
dari negara penerima modal. Secara umum, penanaman modal meningkatkan
aktivitas ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.21
Pendukung dari teori neo klasik ini lebih jauh lagi berpendapat bahwa
penanaman modal asing meningkatkan persaingan di bidang industri dengan
20
M. Sornarajah, 2010, The International Law on Foreign Investment, Cambridge University Press, Cambridge
USA, hlm. 45.
21
An Chandrawulan, 2011, Hukum Perusahaan Multinasional, Liberalisasi Hukum Perdagangan Internasional
dan Hukum Penanaman Modal, P.T. Alumni, Bandung, hlm. 58.
pengembangan produktivitas. Penanaman modal asing juga memperluas pasar bagi
produsen negara penerima modal untuk memasarkan barang -barangnya ke pasaran
dunia, membawa pada persaingan yang lebih besar dan kesempatan untuk
pengalihan teknologi.22 Teori neo - klasik telah memainkan peranan yang sangat
penting dalam mempengaruhi prinsip dasar dari hukum internasional dalam bidang
penanaman modal asing. Kebanyakan perjanjian bilateral di bidang penanaman
modal di antara negara - negara percaya bahwa masuknya penanaman modal asing
akan mendorong pembangunan
ekonomi dan membawa kemakmuran ekonomi
negara mereka.23
2. Teori Kebergantungan (The Depency Theory)
Teori
ini didasari
oleh
banyaknya
penanaman
modal
asing yang
dilakukan oleh perusahaan - perusahaan multinasional yang berkantor pusat
di negara maju dan beroperasi melalui anak -anak perusahaannya di negara
berkembang. Teori ini menyatakan bahwa perusahaan multinasional dalam
menanamkan
hanyalah
modalnya
untuk
di
negara berkembang
kepentingan induk
perusahaan
dengan
dan
kebijakan
pemilik
global
saham
dari
perusahaan multinasional tersebut yang berada di negara penanam modal. Negara
pemilik modal menjadi
negara berkembang
sentral
melayani
ekonomi
di
kepentingan
dunia,
sedangkan
dari negara
pemilik
negara modal.
Pembangunan menjadi tidak mungkin dalam suatu negara berkembang sebagai
pelaku ekonomi yang tidak penting kecuali dapat mengubah situasi dengan
negara berkembang menjadi pusat ekonomi melalui penanaman modal asing.24
Menurut
berkembang
22
teori
tidak
menghasilkan
Penanaman
modal
pemasukan
di negara
penerima
berkembang
dirasakan
lamban
Ibid.
Ibid., hlm. 54-55.
24
M. Sornarajah, Op.cit., hlm. 57.
25
Ibid.
23
kebergantungan,
asing
menahan
penanaman
pembangunan
pertumbuhan
modal
asing
ekonomi
yang berarti.
ekonomi
dan kenaikan
modal. 25 Perkembangan ekonomi
karena
di negara
negara
berbagai alasan. Pertama, penanaman
modal
asing
langsung
yang
banyak dilakukan
oleh
perusahaan
multinasional biasanya menegakkan kebijakan global bagi kepentingan negara negara maju yang kantor pusat dan pemilik sahamnya berada di negara
pemilik modal. Negara pemilik modal dari penanaman modal asing menjadi
pusat ekonomi negara penerima modal hanya sebagai pelayan ekonomi yang
tidak penting bagi pusat ekonomi.
Kedua, masuknya
terdapat
ketentuan
atau
bahwa
mengalirnya
modal
modal
yang
ke
ditanam
negara berkembang,
dan keuntungan yang
diperoleh di negara penerima modal asing dapat dikembalikan ke negaranya.
Berdasarkan ketentuan ini, dalam praktik penanaman modal asing mengembalikan
baik modal asal maupun keuntungan dua kali lipat dari modal yang mereka bawa.
Ketiga, penanaman
modal
asing
menggunakan
kekayaan
alam tanpa
memerhatikan kepentingan dan kebutuhan setempat, sebagai kibatnya mereka
kehilangan pekerjaan dan mengalami kebangkrutan.Penanaman
berdasarkan
teori
multinasional
dan
kebergantungan
membuat
hanya
modal
menguntungkan
kebergantungan
negara
asing
perusahaan
berkembang
dalam
membangun ekonominya bergantung kepada penanaman modal asing dan tidak
bermanfaat bagi negara penerima modal. Pada kenyataannya, di dunia saat ini
dengan dikuranginya bantuan dana resmi terhadap negara-negara berkembang,
penanaman modal menjadi sumber pendanaan yang penting bagi pembangunan
proyek-proyek besar. Lebih jauh lagi, keberadaan teori kebergantungandalam
penanaman modal asing langsung tetap dipertahankan di era globalisasi.26
3. Teori Penengah (The Middle Path Theory)
Teori
ini
muncul
sebagai
reaksi
dari
negara - negara berkembang
dalam mengubah pandangannya terhadap perusahaan multinasional. Negara negara
berkembang
mulai
percaya
diri
dalam menghadapi
perusahaan
multinasional dan perusahaan multinasionalpun meninggalkan perannya sebagai
alat dari kebijakan luar negeri negara pemilik modal. Teori penengah dikenal juga
sebagai teori yang mengedepankan
26
Ibid., hlm. 65.
peran
pemerintah atau negara dalam
melakukan strategi
pembangunan
ekonomi
khususnya di negara - negara
berkembang. Menurut teori ini, negara- negara harus merumuskan dan menyusun
serta
mengikuti
tujuan -tujuan
yang
tidak
mudah dilakukannya sebagai
permintaan atau kepentingan dari kelompok - kelompok sosial, kelas - kelas atau
masyarakat dalam wilayahnya.27
4. Teori Interfensi Negara (Government Intervention Theory)
Pendukung teori ini berpendapat, perlindungan terhadap invant industries di
negara-negara berkembang dan kompetensi dengan industri di negara-negara maju
merupakan hal yang esensial bagi pembangunan nasional (Grabowski). Teori ini
melihat pentingnya peran negara yang otonom yang mengarahkan langkah
kebijakan ekonomi termasuk investasi, peran negara dipercaya akan bisa
mengintervensi pasar untuk mengoreksi ketimpangan pasar dan memberikan
perlindungan kepada invant industries, kepentingan masyarakat, pengusaha
domestik dan perlindungan lingkungan. Peran negara juga dapat memberi
perlindungan bagi kepentingan para investor termasuk investor asing.
Bidang analisis ekonomi atas hukum atau “Economic Analysis of Law”
muncul pertama kali melalul pemikiran utilitarianisme Jeremy Bentham yang
menguji secara sistemik bagaimana orang bertindak berhadapan dengan insentifinsentif hukum dan mengevaluasi hasil-hasil menurut ukuran-ukuran kesejahteraan
sosial (social welfare). Jeremy Bentham menerapkan, salah satu prinsip dan aliran
utilitarianisme ke dalam lingkungan hukum yaitu manusia akan bertindak untuk
mendapatkan kebahagiaan yang sebesar-besarnya dan mengurangi penderitaan.
Bentham berpendapat, pembentuk undang-undang hendaknya dapat melahirkan
undang-undang yang dapat mencerminkan keadilan bagi semua individu. Berpegang
dengan prinsip di atas, perundang-undangan itu hendaknya dapat memberikan
kebahagiaan yang besar bagi sebagian besar masyarakat (the greatest happiness for
the greatest number).28
27
28
Ibid.
Lili, Rasjidi, Filsafat Hukum, (Bandung: CV Remaja Karya, 1988),hlm, 51.
Prinsip-prinsip hukum ekonomi internasional harus ditaati oleh Indonesia
agar dapat menarik para investor asing menanamkan modalnya. Prinsip ini adalah
prinsip ‘fair and equitable’ dan prinsip tanggung jawab negara sebagai kerangka
acuan dan/atau sebagai dasar pengaturan penanaman modal asing. Tujuannya adalah
untuk mewujudkan perlakuan yang sama (most favourable nation/MFN) antara
investor asing dan investor dalam negeni. Para investor asing yang akan
menanamkan modalnya di Indonesia terutama di daerah, pada umumnya
mengharapkan aturan-aturan hukum penanaman modal yang memberikan
kemudahan, perlindungan hukum dan kepastian hukum. Adanya sistem hukum yang
memberi keadilan dan kepastian hukum membuat para investor asing tidak
mengalihkan modalnya ke negara lain.
Penyerapan prinsip-prinsip hukum penanaman modal dalam rangka
menciptakan iklim penanaman modal yang baik adalah untuk mewujudkan
harmonisasi hukum penanaman modal. Hal ini didasarkan pemikiran bahwa
peraturan yang seragam mengenai penanaman modal akan berdampak bagi
masyarakat dan pemenintah untuk menyerap penanaman modal dan mengarahkan
pemerintah membeni jalan keluar. Hal ini dapat dilihat dari salah satu dari tiga hal
penting yang diperintahkan oleh konsiderans undang-undang ini, yakni: harmonisasi
peraturan penanaman modal dengan perubahan perekonomian global dan kewajiban
internasional Indonesia dalam berbagai kerja sama internasional dengan tetap
mengacu kepada kedaulatan politik dan ekonomi nasional.29 Peraturan yang seragam
akan menjamin dan memberi kemudahan kepada investor atau perusahaan untuk
mudah masuk memobilisasi sumber daya, dan memberikan keuntungan pendapatan
daerah dan kewenangan yang diatur dalam undang-undang. Peranan pemerintah
dalam menciptakan iklim investasi diperlukan untuk mengatasi kegagalan pasar
(market failure) atau kegagalan laissez faire mencapai efisien, Dalam hal mengatasi
kegagalan tersebut pemerintah dapat melakukan intervensi melalui hukum dan
peraturan.
29
Mahmul, Siregaar, Undang- Undang Penanaman Modal dan PenyelesaianSengketa Perdagangan Internasional
Dalam Kegiatan Penanarnan Modal, JurnalHukum Bisnis, Volume 26 Nomor 4, (Jakarta: Yayasan
PengembanganHukum Bisnis, 2007), hlm. 22.
Pemerintah mengatur dunia usaha dan transaksi untuk meminimalkan
information asymetries dan mencegah monopoli. Dalam praktik, pemerintah
acapkali gagal mengurangi kegagalan pasar, bahkan tidak jarang intervensi dan
pemerintah malah memperburuk iklim investasi. Untuk mengatasi hal tersebut,
pemerintah perlu menyusun kerangka acuan yang jelas agar kompetisi berjalan
dengan baik. Pengaturan yang baik akan menciptakan persaingan antar dunia usaha
sehingga hanya perusahaan efisien yang dapat bertahan hidup. Kondisi mi pada
gilirannya akan menguntungkan konsumen.
2.
Penanaman Modal Asing Berdasarkan pengaturan Undang – Undang Nomor 25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
Undang-Undang Dasar 1945 menganut paham kedaulatan rakyat Indonesia yang
mencakup baik aspek demokrasi politik maupun aspek demokrasi ekonomi. Berdasarkan kedua
doktrin demokrasi tersebut, sistem sosial di Indonesia dapat dikembangkan menurut prinsipprinsip demokrasi yang seimbang, sehingga menumbuhkan kultur demokrasi sosial yang
kokoh. Dianutnya prinsip demokrasi ekonomi dan paham ekonomi pasar sosial dapat dilihat
pada ketentuan Bab XIV UUD 1945. Ketentuan konstitusi tersebut harus mendasari perumusan
berbagai ketentuan mengenai perekonomian dan kesejahteraan sosial di Indonesia. Pelaksanaan
ketentuan konstitusi di bidang ekonomi tentu akan selalu bersentuhan dengan kecenderungan
perkembangan masyarakat. Saat ini, pelaksanaan paham “welfare state” yang memberikan
pembenaran konseptual terhadap kecenderungan intervensi pasar negara hendaknya dibatasi
demi perkembangan dunia usaha yang sehat.30
Sebagaimana diketahui bahwa hukum ialah untuk kepentingan masyarakat di mana
hukum tersebut berlaku. Pengertian dan sendi-sendi pokok yang dominan dalam hukum
maupun peraturan perundang-undangan ialah tujuan negara, fungsi negara dan alat
perlengkapan negara. Tujuan negara Indonesia adalah :31
1.Mencerdaskan kehidupan bangsa
2.Memajukan kesejahteraan umum
30
Jimly Asshidiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, Serpihan Hukum, Media,dan HAM ,
Konstitusi Press, Jakarta, 2006, Hlm. 153.
31
Padmo Wahjono, Penjajagan Suatu Sistem Hukum Nasional Menuju Suatu Kerangka Hukum Nasional, Dalam
Majalah Hukum Nasional Nomor 1, 1984, Badan Pembinaan Hukum Nasional,Jakarta, 1984, Hlm. 10.
3.Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.
Rumusan tujuan negara ini menunjukkan dengan jelas masyarakat bernegara yang bagaimana
yang akan kita rakit dengan menggunakan peraturan perundang-undangan sebagai alat (law as
a tool of social engineering). Dalam konsep ini maka hukum adalah kesadaran keadilan dari
rakyat. Negara yang menjalankan pemerintahannya berdasarkan atas kekuasaan hukum dan
bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban hukum dinamakannegara hukum32
Pada negara hukum, dalam setiap pelaksanaan tindakan apapun baik oleh pemerintah
maupun
oleh
warga
negara
harus
didasari
kepastian
hukum
dan
harus
dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Dalam kehidupan bernegara yang berdasarkan atas
hukum, maka semua hubungan antara seseorang dengan lainnya, atau antara seseorang dengan
alat-alat pemerintahan dan alat-alat negara diatur oleh peraturan-peraturan hukum. 33 Hal ini
sesuai dengan tujuan dari adanya hukum yang tertuju kepada cita kedamaian hidup antar
pribadi (het recht wil de vrede). Karena itu sering dikatakan bahwa penegak hukum itu
bekerja“to preserve peace”. Keadaan damai yang menjadi tujuan akhir norma hukum terletak
pada keseimbangan antara dimensi lahiriah dan batiniah yang menghasilkan keseimbangan
antara ketertiban dan ketentraman, antara keamanan dan ketenangan.34 Konsep ini pada
akhirnya mengarah kepada konsep negara kesejahteraan (welfare state). Dengan adanya konsep
welfare state ini, berarti pula bahwa tanggung jawab negara terhadap perekonomian sebagai
salah satu tulang punggung pembangunan negara sangat tinggi. Perkembangan dunia usaha
sebagai bentuk perwujudan perkembangan ekonomi Indonesia yang cepat telah memperbesar
jumlah transaksi dagang. Hal ini harus diimbangi dengan landasan hukum yang baik dan sesuai
dengan perkembangan dunia usaha. Untuk itu perlu dilakukan upaya reformasi peraturan
perundang-undangan terutama yang berkaitan dengan dunia usaha dan investasi. Tanpa adanya
struktur hukum baru, Indonesia akan terhambat dalam memasuki era ekonomi global. Hal ini
juga berarti akan menghilangkan keunggulan komparatif di bidang ekonomi saat ini.
Penanaman modal merupakan unsur penting dalam menunjang keberhasilan program
pembangunan ekonomi nasional. Selain harus menjadi bagian dari penyelengaraan
32
Musthafa Kamal Pasha, Pancasila UUD 1945 Dan Mekanisme Pelaksanaannya, MitraGama Widya,
Yogyakarta, 1988, Hlm. 111.
33
Ibid.
34
Jimly Asshiddiqie, Perihal Undang-Undang,Konstitusi Press, Jakarta, 2006, Hlm. 4.
perekonomiaan nasional, penanaman modal juga harus ditempatkan sebagai upaya untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan
pembangunan ekonomi berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi
nasional, mendorong pembangunan ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan kesejahteraan
masyarakat dalam sistem perekonomian yang berdaya saing. Peraturan penanaman modal
diperlukaan agar kegiatan modal di Indonesia dapat berjalan sesuai dengan tujuan
pembangunan (khususnya modal asing) tidak merugikan kepentingan pembangunan Indonesia.
Masalah modal asing di Indonesia sudah sejak awal kemerdekaan menjadi bagian dari
pemikiran aktual program ekonomi Indonesia. Hal ini berkaitan dengan konsep perubahan
ekonomi dari ekonomi kolonial ke ekonomi nasional. Secara esensial konsep ekonomi nasional,
salah satu dimensinya adalah sebuah perekonomian dimana pemilikan, pengawasan, dan
pengelolaan dibidang ekonomi berada ditangan golongan pribumi.
Dalam rangka mengatasi masalah-masalah yang muncul dalam penanaman modal,
sistem hukum dan sistem ekonomi harus dapat bersinergi dan saling mendukung secara positif.
Sebagai gambaran sinergisitas antara sistem hukum dan sistem ekonomi, Negara mengatur
sistem penanaman modal dalam UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal yang dapat
memberikan jaminan perlindungan dan kepastian hukum dengan tetap memperhatikan
kepentingan ekonomi nasional yang berlandaskan demokrasi ekonomi dan sesuai dengan tujuan
bernegara. Ketentuan hukum dan peraturan tentang penanaman modal harus tetap disesuaikan
dengan perkembangan di era globalisasi, karena perekonomian dunia ditandai dengan
kompetisi antar bangsa yang semakin kompetitif, sehingga kebijakan penanaman modal harus
didorong untuk menciptakan daya saing perekonomian nasional guna mendorong integrasi
perekonomian Indonesia menuju perekonomian global.
Indonesia mempunyai falsafah hidup/ideologi pancasila, yang sekaligus menjadi
Grundnorm/kaedah dasar bagi sistem hukum Indonesia. lazimnya sistem hukum dan sistem
ekonomi berhubungan erat dengan ideologi yang dianut suatu Negara. Penjabaran kelima sila
dalam Pancasila termaktub dalam pembukaan UUD Tahun 1945, dan dituangkan dalam pasalpasal dan batang tubuh UUD Tahun 1945, sehingga semua peraturan perundang-undangan di
Republik Indonesia (termasuk dalam bidang ekonomi) tidak boleh bertentangan dengan UUD
Tahun 1945 dan pancasila. Selain menegaskan asas ekonomi nasional, UUD Tahun 1945 juga
menyiratkan nilai nasionalisme ekonomi. Rumusan nasionalisme ekonomi secara deduktif telah
diformulasikan dalam Pembukaan dan Pasal 33 UUD 1945. Pasal 33 UUD 1945 memuat
ketentuan mengenai semangat kebersamaan, semangat kekeluargaan, wadah usaha, dan
sumber-sumber ekonomi yang harus digunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran
rakyat. Pengaturan kebijakan tentang penanaman modal asing secara resmi untuk pertama
kalinya diatur dalam Undang - Undang No. 78 Tahun 1958 tentang Penanaman Modal Asing,
akan tetapi karena pelaksanaan undang-undang ini banyak mengalami hambatan, undangundang tersebut dicabut dengan Undang - Undang No. 16 Tahun 1958. Sejak zaman orde baru,
kebijakan penanaman modal terbuka bagi para investor asing yang akan menanamkan
modalnya di Indonesia. Dengan mensahkan Undang - Undang No. 1 Tahun 1967 Tentang
Penanaman Modal Asing yang kemudian direvisi dengan Undang - Undang No. 11 Tahun 1970
Tentang Penanaman Modal Asing, selain mengeluarkan peraturan kebijakan tentang
penanaman modal asing, pemerintah juga mengeluarkan peraturan tentang penanaman modal
dalam negeri, yaitu UU No. 6 tahun 1968 jo UU No. 12 Tahun 1970 penanaman modal asing
dan penanaman modal dalam negeri.
Setelah berlaku kurang lebih 40 tahun, kebijakan penanaman modal asing dan
penanaman modal dalam negeri tersebut diganti dengan UU No. 25 Tahun 2007 Tentang
Penanaman Modal (UUPM). Kebijakan baru ini maksudkan untuk memenuhi tantangan dan
kebutuhan untuk mempercepat perkembangan perekonomian nasional melalui konstruksi
pembangunan hukum nasional dibidang penanaman modal yang berdaya saing dan berpihak
kepada kepentingan nasional. Sejak berlakunya UUPM, maka terjadi perubahan secara
signifikan tentang kebijakan penanaman modal di Indonesia. Undang-Undang Penanaman
Modal merupakan salah satu bagian dari paket perbaikan kebijakan iklim investasi yang
dikeluarkan melalui Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2006 yang salah satu programnya
adalah mengubah Undang-Undang Penanaman Modal yang memuat prinsip-prinsip dasar,
antara lain: perluasan definisi modal, transparansi, perlakuan sama investor domestik dan asing
(di luar Negative List), dan Dispute Settlement. Paket perbaikan kebijakan ini didanai oleh
Bank Dunia melalui utang program yaitu, Development Policy Loan (DPL) III sebesar US$ 600
juta, utang dalam bentuk technical assistance ini adalah utang jangka pendek yang mulai
disepakati sejak bulan Desember 2006 dan berakhir pada bulan Maret 2007 (Putusan
Mahkamah Konstitusi, Nomor 21-22/PUU-V/2007). Sebagaimana dijelaskan dalam Ketentuan
Umum UUPM, modal adalah aset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang dimiliki oleh
penanam modal yang memiliki nilai ekonomis, sedangkan yang dimaksud dengan Penanaman
modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri
maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.
Dikaji dari bentuk kebijakannya, maka UUPM secara langsung mengabungkan kebijakan
penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri melalui satu undang-undang.
Pembentukan Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
didasarkan pada semangat untuk menciptakan iklim penanaman modal yang kondusif sehingga
Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Asing mengatur hal - hal
yang dinilai penting, antara lain yang terkait dengan cakupan undang - undang, kebijakan dasar
penanaman modal, bentuk badan usaha, perlakuan terhadap penanaman modal, bidang usaha,
serta keterkaitan pembangunan ekonomi dengan pelaku ekonomi kerakyatan yang diwujudkan
dalam pengaturan mengenai pengembangan penanaman modal bagi usaha mikro, kecil,
menengah, dan koperasi, hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanam modal, serta fasilitas
penanaman modal, pengesahan dan perizinan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan
penanaman modal yang di dalamnya mengatur mengenai kelembagaan, penyelenggaraan
urusan penanaman modal, dan ketentuan yang mengatur tentang penyelesaian sengketa.
Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, kemudian menjadi dasar
dalam setiap pelaksanaan penanaman modal di Negara, melihat sangat pentingnya peranan
penanaman modal maka harus di atur secara baik sesuai dengan kondisi yang ada pada
masyarakat.
Menurut Undang - Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Asing,
Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal
dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di Negara Republik
Indonesia. Penanaman Modal Asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha
di Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang
menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal
dalam negeri.35
Sedangkan Pasal 1 ayat (3) Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2007 memberi
pengertian penanaman modal asing sebagai kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha
di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang
35
Pasal 1 Undang – Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal Asing.
menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanaman modal
dalam negeri. Penanaman modal asing ini dapat dilakukan baik oleh perorangan warga negara
asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di
wilayah Negara Republik Indonesia.36 Adapun Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
memberikan pengertian apa yang dimaksud dengan modal yaitu aset dalam bentuk uang atau
bentuk lain yang bukan uang yang dimiliki oleh penanaman modal yang mempunyai nilai
ekonomis.37 Batasan penanaman modal asing adalah perseorangan negara asing, badan usaha
asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah Negara
Republik Indonesia. Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2007 tidak memperinci bidang apa
yang diperbolehkan bagi penanaman modal asing langsung. Pasal 2 menyatakan bahwa
ketentuan dalam undang - undang ini berlaku bagi penanaman modal di semua sektor di
wilayah Negara Republik Indonesia adalah penanaman modal langsung dan tidak termasuk
penanaman modal tidak langsung atau portofolio.
Dari hal tersebut di atas, terlihat bahwa Undang - undang ini hanya mengatur
penanaman modal asing yang dilakukan secara langsung.
Sedangkan mengenai bidang -
bidang usaha tidak terdapat dalam Undang - undang ini, tetapi terdapat dalam peraturan
pelaksanaan yang berupa Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007 tentang Kriteria Dan
Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka
Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal dan Peraturan Presiden RI Nomor 77 tahun
2007 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan
Persyaratan di Bidang Penanaman Modal serta Peraturan Presiden RI Nomor 111 tahun 2007
tentang Perubahan Terhadap Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2007. Mengenai penanaman
modal asing langsung, terdapat 3 komponen yang berbeda, yaitu :38
1. Kepemilikan modal (equity capital) yaitu pembelian sejumlah saham dari suatu
perusahaan oleh penanaman modal asing di suatu negara selain di negaranya;
2. Penanaman modal kembali di negara tempat modal ditanam yang berasal dari
keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan penanam modal asing yang seharusnya
36
Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
Pasal 1 ayat (7) Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
38
Peter Malanczuk, International Law Provisions for the Protection of Foreign Investment, Public Lecture on
Public International Law, State University of Padjajaran, Bandung, hlm. 4.
37
modal tersebut dikembalikan ke negara asal modal (reinvestedearning). Hal ini
biasanya dilakukan oleh anak perusahaan yang berada di negara tersebut;
3. Pinjaman antar perusahaan (intracompany loans) yaitu peminjaman sejumlah modal
baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang yang dilakukan di lingkungan intern
dari perusahaan tersebut antara induk perusahaan dan anak perusahaan.
Menurut Pasal 3 ayat (1) Undang -Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal,
penanaman modal di Indonesia diselenggarakan berdasarkan asas - asas sebagai berikut:
1.Kepastian hukum
Asas dalam negara hukum yang meletakkan hukum dan ketentuan
peraturan perundang- undangan sebagai dasar dalam setiap kebijakan dan tindakan dalam
penanaman modal.
2.Keterbukaan
Keterbukaan berarti atas hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang kegiatan
penanaman modal.
3.Akuntabilitas
Asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir penyelenggaraan penanaman
modal harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan peundang- undangan.
4.Perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara.
Asas perlakuan pelayanan non diskriminasi berdasarkan ketentuan
peraturan perundang - undangan, baik antara penanaman modal dalam negeri dan
penananm modal dari suatu negara asing dan penanamanmodal dari negara asing lainnya.
5.Kebersamaan
Asas yang mendorong peran seluruh penanam modal secara bersama -sama dalam kegiatan
usahanya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.
6.Efisiensi Berkeadilan
Asas yang mendasari penanaman modal dengan mengedepankan
efisiensi berkeadilan dalam usaha untuk mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif dan
berdaya guna.
7.Berkelanjutan
Asas yang secara terencana mengupayakan berjalannya proses pembangunan melalui
penanaman modal untuk menjamin kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek
kehidupan baik masa kini maupun masa yang akan datang.
8.Berwawasan lingkungan
Asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan
perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup.
9.Kemandirian
Asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap mengedepankan potensi bangsa dan
negara dengan tidak menutup diri pada masuknya modal asing demi terwujudnya
pertumbuhan ekonomi.
10.Keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional
Asas yang berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah dalam kesatuan
ekonomi nasional.
Tujuan dari penanaman modal asing antara lain menurut Pasal 3 ayat (2) Undang -Undang
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal sebagai berikut:
1.Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional;
2.Menciptakan lapangan kerja;
3.Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan;
4.Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional;
5.Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional;
6.Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan;
7.Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang
berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri;
8.Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan ketentuan Pasal 5 Undang - Undang No. 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal, untuk penanaman modal asing (PMA), dilakukan dalam bentuk Perseroan
Terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di wilayah Negara Republik
Indonesia. Mengenai pendirian dan pengesahan badan usaha Penanaman Modal Asing yang
berbentuk Perseroan Terbatas dilakukan sesuai dengan ketentuan UU No. 40 Tahun 2007
tentang PT. Bahwa terkait dengan PMA, di dalam Penjelasan Pasal 8 Ayat 2 Huruf a UU No.
40 tahun 2007 tentang PT bahwa pada saat mendirikan Perseroan diperlukan kejelasan
mengenai kewarganegaraan pendiri. WNA atau badan hukum asing diberikan kesempatan
untuk mendirikan badan hukum Indonesia yang berbentuk Perseroan sepanjang UU yang
mengatur bidang usaha Perseroan tersebut memungkinkan. Bagi perusahaan penanam modal
yang akan melakukan kegiatan usaha wajib memperoleh izin sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku yang diperoleh melalui pelayanan terpadu satu pintu.
Pelayanan terpadu satu pintu dilakukan dengan tujuan untuk membantu penanam modal dalam
memperoleh kemudahan pelayanan perizinan, fasilitas fiskal, dan informasi mengenai
penanaman modal. Ketentuan mengenai penanaman modal asing merujuk pada ketentuan
dalam pasal lain dalam UUPM, yaitu pasal 5 ayat 2 yang menyatakan bahwa Penaman modal
asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan
dalam wilayah Negara Republik Indonesia. Kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.
Adapun mekanisme permodalannya dapat dilakukan dengan cara:
a. Mengambil bagian saham pada saat pendirian perseroan tebatas;
b. Membeli saham; dan
c. Melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengertian penanaman modal asing dalam UUPM, hanyalah mencakupi penanaman modal
asing yang bersifat langsung (foreign direct investment). Penanaman modal langsung diartikan
bahwa pemilik modal menanggung resiko dari investasi tersebut dan pemilik modal secara
langsung menjalankan perusahaannya yang besangkutan di wilayah Indonesia.
UPMA dalam Pasal 23 menegaskan, bahwa dalam bidang-bidang usaha yang terbuka
bagi modal asing dapat diadakan kerja-sama antara modal asing dengan modal nasional dengan
mengingat ketentuan dalam Pasal 3 di atas. Pemerintah menetapkan lebih lanjut bidang-bidang
usaha, bentuk-bentuk dan cara-cara kerjasama antara modal asing dan modal nasional dengan
memanfaatkan modal dan keahlian asing dalam bidang ekspor serta produksi barang-barang
dan jasa-jasa. Pengertian modal nasional dalam Undang-undang ini meliputi modal Pemerintah
Pusat dan Daerah, Koperasi dan modal swasta nasional. Adapun keuntungan yang diperoleh
perusahaan modal asing sebagai hasil kerjasama antara lain modal asing dan modal nasional
tersebut pada Pasal 23 setelah dikurangi pajak-pajak serta kewajiban-kewajiban lain yang harus
dibayar di Indonesia, diizinkan untuk ditransfer dalam valuta asli dari modal asing yang
bersangkutan seimbang dengan bagian modal asing yang ditanam.39
Untuk menanamkan
modal di Indonesia, investor asing harus terlebih dahulu meneliti Daftar Negatif Investasi
(DNI) yang berisi sektor usaha yang tertutup sama sekali terhadap semua bentuk penanaman
modal, hanya tertutup untuk Penanaman Modal Asing, dan yang masih terbuka dengan
persyaratan tertentu.
Sebagaimana diatur dalam Perpres No. 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Persyaratan
Penyusunan Bidang Usaha yang Tertutup dan Terbuka dengan Persyaratan di bidang
39
Pasal 24 Undang – Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Penanaman Modal dan Perpres No. 77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup
dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di bidang Penanaman Modal. Selain dari
yang terdaftar, semua sektor terbuka untuk investor asing dengan kepemilikan hingga 100%.
Persetujuan Penanaman Modal Asing akan dikeluarkan oleh Badan Koordinasi Penanaman
Modal (BKPM) di Jakarta. Peran PMA sebagai sumber penting peralihan teknologi dan
knowledge lainnya. Peran ini bisa lewat dua jalur utama. Pertama, lewat pekerja-pekerja lokal
yang bekerja di perusahaan-perusahaan PMA. Saat pekerja-pekerja tersebut pindah ke
perusahaan-perusahaan domestik, maka mereka membawa pengetahuan atau keahlian baru dari
perusahaan PMA ke perusahaan domestik. Kedua, lewat keterkaitan produksi atau
subcontracting antara PMA dan perusahaan-perusahaan lokal, termasuk usaha kecil dan
menengah.
Dalam praktik pelaksanaan penanaman modal sering ditemukan Perjanjian - perjanjian
bilateral antar negara berkenaan upaya promosi dan perlindungan terhadap kegiatan penanaman
modal (asing). Di wilayah negara Republik Indonesia sendiri telah ditandatangani berbagai
perjanjian bilateral menyangkut
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Setiap negara selalu berusaha meningkatkan pembangunan, kesejahteraan dan
kemakmuran rakyatnya. Usaha tersebut dilakukan dengan berbagai cara yang berbeda antara
satu negara dengan negara lainnya. Salah satu usaha yang selalu dilakukan oleh negara adalah
menarik sebanyak mungkin investasi asing masuk ke negaranya.1 Menarik investasi masuk
sebanyak mungkin ke dalam suatu negara didasarkan pada suatu mitos yang menyatakan bahwa
untuk menjadi suatu negara yang makmur, pembangunan nasional harus diarahkan ke bidang
industri. Untuk mengarah kesana, sejak awal negara-negara tersebut dihadapkan kepada
permasalahan minimnya modal dan teknologi yang merupakan elemen dasar dalam menuju
industrialisasi. Jalan yang ditempuh untuk mengatasi masalah tersebut adalah mengundang
masuknya modal asing dari negara-negara maju ke negara berkembang.2
Penanaman modal merupakan sektor utama yang sangat mempengaruhi negara-negara
di dunia untuk menggerakkan roda perekonomian negara. Penanaman modal asing dapat
berperan dalam pembangunan ekonomi, meningkatkan produksi, memberi perluasan
kesempatan kerja, mengolah sumber-sumber potensi ekonomi di dalam negeri. Penanaman
modal asing diharapkan dapat pula ikut berperan dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat
dan pembangunan ekonomi pada umumnya. Penanaman modal asing juga dipandang sebagai
bidang yang sangat menguntungkan bagi negara tuan rumah (host state), karena dengan adanya
penanaman modal asing ini, negara penerima modal asing dapat menjamin dan mengalihkan
modal dalam negeri yang tersedia untuk digunakan bagi kepentingan publik. 3 Penanaman
modal asing ke negara sedang berkembang pada prinsipnya bersangkutan dengan tiga hal
pokok yaitu ekonomi, politis dan hukum. Tiga faktor tersebut mempunyai pengaruh besar
terhadap masuknya modal asing ke suatu negara.4
1
Ahmad Yulianto, “Peranan Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA) dalam Kegiatan Investasi”,
Jurnal Hukum Bisnis, Vol 22, Tahun 2003, hlm 39.
2
Ridwan Khairandy,”Peranan Perusahaan Penanaman Modal Asing Joint Venture dalam Ahli Teknologi di
Indonesia”, Jurnal Hukum Bisnis, Vol 228, Tahun 2003, hlm 51.
3
M. Somarajah, 1994, The International Law on Foreign Investment, Cambridge U.P, Cambridge, hlm. 5.
4
Sumantoro, 1984, Bunga Rampai Permasalahan Penanaman Modal dan Pasar Modal, Binacipta, Bandung, hlm.
29.
Kegiatan penanaman modal asing dari negara maju ke negara berkembang sebagian
besar dilakukan oleh perusahaan multinasional (multinational Corporations). Penanaman
modal asing langsung dari perusahaan multinasional dianggap sebagai strategi yang paling
tepat untuk meningkatkan pembangunan ekonomi daripada pinjaman luar negeri atau
pembelian lisensi, kontrak manajemen dan sebagainya yang harus dicari sendiri oleh
perusahaan dalam negeri.5 Tujuan penanaman modal dijadikan ’mercusuar’ dalam kebijakan
penanaman modal yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM),
Departemen Teknis terkait dan Pemerintah Daerah. Tujuan dimaksud harus mampu
mengarahkan kebijakan dasar penanaman modal yang diatur dalam Pasal 4 Undang – undang
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal atau biasa disebut UU Penanaman Modal. 6
Kebijakan dasar penanaman modal tersebut adalah untuk [1] mendorong terciptanya iklim
usaha nasional yang kondusif bagi penanaman modal untuk penguatan daya saing
perekonomian nasional; dan [2] mempercepat peningkatan penanaman modal.7
Masuknya modal asing bagi perekonomian Indonesia merupakan tuntutan keadaan baik
ekonomi maupun politik Indonesia. Alternatif penghimpunan dana pembagunan perekonomian
Indonesia melalui investasi modal secara langsung jauh lebih baik dibandingkan dengan
penarikan dana international lainnya seperti pinjaman luar negeri. 8 Penanaman modal harus
menjadi bagian dari penyelengaraan perekonomian nasional dan ditempatkan sebagai upaya
untuk
meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi
nasional,
menciptakan
lapangan
kerja,
meningkatkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan
kemampuan teknologi nasional, mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu sistem
perekonomian yang berdaya saing.9 Modal asing yang dibawa oleh investor merupakan hal
yang sangat penting sebagai alat untuk mengintegrasikan ekonomi global. Selain itu, kegiatan
investasi akan memberikan dampak positif bagi negara penerima modal, seperti mendorong
pertumbuhan bisnis, adanya supply teknologi dari investor baik dalam bentuk proses produksi
maupun teknologi.10 Di era reformasi, Pemerintah justru berupaya menarik sebanyak mungkin
5
Albert Widjaya, 1982, Impak Kegiatan Perusahaan Multinasional Terhadap Keadaan Sosial dan Politk di
Indonesia, Binacipta, Bandung, hlm. 221.
6
Penjelasan Atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. 5 h
7
http://gubugpengetahuan.blogspot.com diakses tanggal 19 November 2016.
8
Undang-undang Nomor. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Penjelasan umum alenia ke 2.
9
Delisa A. Ridgway dan Mariya A.Talib, ”Globalization and Development: Free Trade, Foreign Aid, Investment
and The Rule of Law”, California Western International Law Journal, Vol 33, Spring 2003, hal. 335.
10
Jonh W. Head, Pengantar Umum Hukum Ekonomi, Jakarta, Proyek Elips, 1997, hal 71.
investasi asing melalui rentetan kunjungan kenegaraan ke luar negeri, privatisasi BUMN,
penegakkan supremasi hukum, serta revisi terhadap berbagai undang-undang yang menyangkut
bisnis dan investasi perpajakkan, ketenagakerjaan dan seterusnya. Semua upaya ini tentu
bertujuan menciptakan iklim dunia usaha dalam negeri yang lebih kondusif demi meningkatkan
capital inflow yang pada gilirannya diharapkan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Oleh
karena itu, peranan PMA di Indonesia cukup mendukung juga perkembangan kehidupan ekonomi
sesuai dengan konsep hukum dalam kegiatan ekonomi dan cita-cita hukum ekonomi Indonesia.
Beberapa pandangan dari para ahli berusaha menjelaskan bagaimana Investor –
investor asing dapat masuk ke negara berkembang. Pada dasarnya negara berkembang seperti
indonesia sangat membutuhkan peran investor dalam memajukan kehidupan ekonomi.
Berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Para ahli banyak faktor yang mempengaruhi negara
maju untuk melakukan investasi kepada negara – negara berkembang. Maka dari itu dalam
makalah yang berjudul “Kajian Teori Hukum Dalam Penanaman Modal Asing di Indonesia
berdasarkan Undang – undang No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal” penulis merasa
tertarik untuk menelaah lebih lanjut apa saja teori – teori yang mempegaruhi investor asing
untuk menanamkan modalnya di Indonesia dan bagaimana pengaturan mengenai penanaman
modal asing di Indonesia berdasarkan teori para ahli.
2. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana teori – teori yang diungkapkan oleh Para Ahli mengenai penanaman modal
asing?
2.
Bagaimana praktek dan pengaturan penanaman modal asing berdasarkan ketentuan
dalam Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2005 tentang Penanaman Modal?
3. Tujuan Penulisan
Dalam penulisan ini, adapun tujuan penulisan makalah yang hendak dicapai oleh
penulis meliputi 2 hal yaitu :
1. Tujuan Objektif
a. Untuk mengetahui apa saja teori – teori yang diungkapkan oleh Para Ahli
mengenai penanaman modal asing ke negara berkembang.
b. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan penanaman modal asing
berdasarkan Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2005 tentang Penanaman
Modal Asing.
2. Tujuan Subjektif
Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teori Hukum sebagai salah satu syarat
untuk lulus mata kuliah tersebut di Magister Hukum Universitas Gadjah Mada.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Teori - Teori yang Diungkapkan oleh Para Ahli Mengenai Penanaman Modal Asing
ke Negara Berkembang.
Peran penting dari Penanaman Modal Asing (PMA) sebagai salah satu sumber
penggerak pembangunan ekonomi yang pesat selama era Orde Baru tidak bisa disangkal.
Selama periode tersebut, pertumbuhan arus masuk PMA ke Indonesia memang sangat pesat,
terutama pada periode 80-an dan bahkan mengalami akselerasi sejak tahun 1994. Juga, tidak
bisa dipungkiri bahwa pertumbuhan investasi dan PMA pada khususnya di Indonesia selama
era Soeharto tersebut didorong oleh stabilitas politik dan sosial, kepastian hukum, dan
kebijakan ekonomi yang kondusif terhadap kegiatan bisnis di dalam negeri, yang semua ini
sejak krisis ekonomi 1997 hingga saat ini sulit sekali tercapai sepenuhnya
Pesatnya arus masuk PMA ke Indonesia selama periode pra-krisis 1997 tersebut tidak
lepas dari strategi atau kebijakan pembangunan yang diterapkan oleh Soeharto waktu itu yang
terfokus pada industrialisasi selain juga pada pembangunan sektor pertanian. Untuk
pembangunan industri, pemerintah Orde Baru menerapkan kebijakan substitusi impor dengan
proteksi yang besar terhadap industri domestik. Dengan luas pasar domestik yang sangat besar
karena penduduk Indonesia yang sangat banyak, tentu kebijakan proteksi tersebut merangsang
kehadiran PMA. Dan memang PMA yang masuk ke Indonesia terpusat di sektor industri
manufaktur. Baru pada awal dekade 80-an, kebijakan substitusi impor dirubah secara bertahap
ke kebijakan promosi eksport. Sejak krisis 1997 hingga sekarang pertumbuhan arus masuk
PMA ke Indonesia masih relatif lambat jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga yang
juga terkena krisis yang sama seperti Thailand, Korea Selatan dan Filipina. Bahkan hingga
tahun 2001 arus masuk net PMA ke Indonesia negatif dalam jumlah dollar yang tidak kecil, dan
setelah itu kembali positif terkecuali tahun 2003. Arus masuk net negatif itu disebabkan banyak
PMA yang menarik diri atau pindah lokasi ke negara-negara tetangga.
Dengan demikian, kehadiran PMA bagi negara sedang berkembang sangat diperlukan
untuk mempercepat pembangunan ekonomi. Modal asing membantu dalam industrialisasi,
pembangunan modal dan menciptakan kesempatan kerja, serta keterampilan teknik. Melalui
modal asing terbuka daerah-daerah dan tergarap sumber-sumber baru. Resiko dan kerugian
pada tahap perintisan juga tertanggung, selanjutnya modal asing mendorong pengusaha
setempat untuk bekerjasama. Modal asing juga membantu mengurangi problem neraca
pembayaran dan tingkat inflasi, sehingga akan memperkuat sektor usaha negara dan swasta
domestic dari negara tuan rumah atau yang sering disebut host country. Menurut beberapa
pandangan dari Para Ahli terdapat beberapa teori Investor asing berkeinginan untuk
menanamkan modalnya ke negara – negara berkembang, teori dari para ahli tersebut adalah
sebagai berikut :
A. Teori Raymond Vernon (The Product Cycle Theory atau Teori Siklus Produk)
The Product Cycle Theory atau Teori Siklus Produk ini dikembangkan oleh
Raymond Vernon (1966). Teori ini paling cocok diterapkan pada investasi asing
secara langsung (foreign direct investment) dalam bidang manufacturing, yang
merupakan usaha ekspansi awal perusahaan-perusahaan negara-negara maju seperti
Amerika dengan mendirikan pabrik-pabrik untuk membuat barang-barang sejenis di
negara lain.11 Hubungan antara induk perusahaan dan pendirian pabrik-pabrik
sejenisnya untuk membuat barang yang sama atau serupa di negara lain disebut
investasi “Horizontaly Intergrated”. The Product Cycle Theory ini menyatakan
bahwa setiap teknologi atau proses produksi dikerjakan melalui tiga fase yaitu:
pertama, fase permulaan atau inovasi; kedua, fase perkembangan proses; ketiga, fase
pematangan atau fase standardisasi.12 Setiap fase tipe perekonomian negara
mempunyai keunggulan/keuntungan komparatif atau principle of comparative
advantage di dalam memproduksi barang-barang atau komponen produksinya
Selama fase ini perusahaan-perusahaan negara maju seperti Amerika menikmati
posisi monopoli karena kemampuan teknologinya belum tersaingi.13 Fase kedua
proses manufacturing dan tempat produksi di luar negeri yang kemasukan aliran
modal asing. Fase ketiga standarisasi proses manufacturing memungkinkan
peralihan lokasi produksi ke negara berkembang terutama negara-negara industri
baru (Newly Industrializing Countries) yang mempunyai keunggulan tingkat upah
rendah.14
11
Erman Rajagukguk, Hukum Investasi (Bahan Kuliah), (Jakarta: UI Press, 1995), hIm. 3-5.
Nindyo Pramono, Perkembangan Arus Investasi Ditinjau Dan Perspektif Hukum Bisnis, Jurnal Legislasi
Indonesia, Vol. 3 Nomor (Jakarta: DitJen Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan HAM RI, Juni
2006), hlm. 4.
13
Ibid,. Hlm. 35.
14
Ibid., hlm. 6.
12
The Product Cycle Theory membantu menjelaskan bahwa perusahaan
multinasional dan persaingan oligopoli, perkembangan dan penyebaran teknologi
industri merupakan unsur-unsur penentu utama terjadinya perdagangan dan
penempatan lokasi-lokasi aktivitas ekonomi secara global melalui investasi dan
timbulnya strategi perusahaan yang mengimplementasikan perdagangan dan
produksi di luar negeri. The Industrial Organization Theory Vertical Integration
atau Teori Organisasi Industri Integrasi Vertikal, teori ini cocok diterapkan pada
new multinationalism country atau negara multinasionalisme baru dan pada
investasi yang terintegrasi secara vertikal, yakni produksi barang di beberapa pabrik
yang menjadi input bagi pabrik-pabrik lain dan suatu perusahaan yang sejenis. 15
Pendekatan teori ini berawal dari pemahaman bahwa biaya-biaya untuk bisnis di
luar negeni dengan investasi baik direct ataupun indirect harus mencakup biayabiaya lain yang dipikul perusahaan lebih banyak dan pada biaya-biaya yang
diperuntukkan hanya untuk rsekadan mengekspor barang dari pabnik-pabrik dalam
negeri; oleh karena itu perusahaan harus memiliki keunggulan kompensasi atau
“Compensating Advantages” atau “keunggulan spesifik seperti kealihan teknis
manajerial, keadaan perekonomian yang memungkinkan perolehan sewa secara
monopoli untuk openasi perusahaannya di negara-negara lain.16
B. Teori Alan M. Rugnan
Teori Alan M. Rugman, bahwa penanaman modal asing atau Foreign Direct
Investment (FDI) dipengaruhi oleh variabel lingkungan dan vaniabel internalisasi.
Tiga jenis variabel lingkungan yang menjadi perhatian yaitu: ekonomi, non
ekonomi, dan pemerintah.17 Variabel ekonomi biasanya berupa tenaga kerja dan
modal, teknologi dan tersedianya sumber daya alam dan keterampilan manajemen.
Menyusun sistem fungsi produksi keseluruhan suatu bangsa yang didefinisikan
meliputi semua masukan faktor yang terdapat dalam masyarakat. 18 Variabel non
ekonomi meliputi variabel politik, sosial dan budaya masyarakat setiap negara
15
Ibid., hlm. 6.
Ibid., hlm. 7.
17
Nindyo Pramono, op. cit., hlm. 7-8.
18
Ibid.
16
mempunyai kekhasan masing-masing.19 Bahwa kenyataannya setiap negara
sesungguhnya mempunyai faktor spesifik negara yang khas. Faktor ketiga adalah
variabel pemerintah yang harus diperhatikan oleh perusahaan penanaman modal
asing di mana modal asing akan masuk. Setiap negara mempunyai kekhususan
merek politiknya sendiri. Para politisi mencerminkan faktor spesifik lokasi bangsa.
Selalu tendapat keragaman dalam campur tangan pemenintah dalam bisnis
internasional (investasi).
C. Teori Kindleberger
Menurut teori hukum ini aspek yang paling sensitif dalam perekonomian
internasional adalah aspek investasi langsung atau direct investment. Amerika Serikat
dan Inggris berusaha membatasi investasi langsung oleh perusahaan-perusahaan yang
berdomisili di dalam batas-batas kedua negara ini untuk membatasi tekanan pada neraca
pembayaran mereka. Teori investasi langsung atau direct investment mempunyai
banyak implikasi, yaitu :
a. Investasi langsung tidak akan terjadi dalam industri di mana ada persaingan murni.
b. Perusahaan penanam modal tidak berkepentingan untuk mengadakan usaha bersama
atau joint venture dengan pengusaha setempat karena akan berusaha memiliki sendiri
seluruh keuntungan; dan pada saat bersamaan para penanam modal setempat tentu
tidak mau membeli saham-saham dan perusahaan induk serta penghasilan
keseluruhan penanam modal menjadi kabur atau samarsamar dibandingkan dengan
keadaan setempat yang dapat membawa banyak keuntungan sebagaimana mereka
lihat.
c. Investasi langsung terjadi menurut dua arab industri yang sama, hal mi tidak akan
terjadi apabila kegiatan didasarkan atas tingkat-tingkat laba umum. Hal mi untuk
sebagian merupakan kejadian yang khas dalam persaingan oligopoli yaitu setiap
perusahaan harus bertindak seperti dilakukan perusahaan yang lain untuk
menghindarkan agar perusahaan lain tidak mendapatkan laba secara tidak terduga.
D. Teori Robbock & Simmond
Teori Robbock & Simmond melakukan pendekaatan melalui pendekatan global,
pendekatan pasar yang tidak sempurna, pendekatan internalisasi, model siklus produk,
produksi internasional, model imperialisasi Marxis. Melalui pendekatan global,
kekuatan internal yang memengaruhi penanaman modal asing yaitu pengembangan
teknologi atau produk baru, ketergantungan pada sumber bahan baku, memanfaatkan
19
Ibid.
mesin-mesin yag sudah usang, mencari pasar yang lebih besar. Kekuatan eksternal
yang memengaruhi penanaman modal asing yaitu pelanggan, pemerintah, ekspansi ke
luar negeri dari pesaing dan pembentukan Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE).
Muchammad Zaidun dalam orasi ilmiahnya, mengemukakan teori-teori yang berkaitan
dengan kepentingan negara dalam bidang investasi, tinjauannya adalah dari sudut pandang
kepentingan pembangunan ekonomi, yaitu melihat segi kepentingan ekonomi yang menjadi
dasar pertimbangan perumusan kebijakan, lazimnya meminjam teori-teori ekonomi
pembangunan sebagai dasar pijakan kebijakan hukum investasi yang cukup populer, antara
lain:20
1. Teori Klasik dan Neo Klasik (The Classical and Neo Classical Theory on Foreign
Investment)
Teori
ekonomi
klasik
dalam
penanaman
modal
asing menyatakan
bahwa penanaman modal asing secara keseluruhan menguntungkan ekonomi
negara penerima modal. Terdapat beberapa faktor yang mendukung pandangan
teori klasik dan neo klasik, yaitu:
Pertama, merupakan fakta bahwa modal asing yang dibawa ke negara pemilik
modal menjamin bahwa modal nasional/domestic yang tersedia dapat digunakan
untuk kepentingan pembangunan dan kepentingan masyarakat. Masuknya modal
dan penanaman modal asing kembali oleh penanaman modal asing yang berasal dari
keuntungan yang tidak dikembalikan ke negaranya, akan meningkatkan tabungan
dari negara penerima modal. Penghasilan pemerintah melalui pajak meningkat dan
pembayaran pembayaran lain juga akan meningkat. Lebih jauh lagi, modal asing
yang masuk ke negara penerima modal mengurangi pembatasan neraca pembayaran
dari negara penerima modal. Secara umum, penanaman modal meningkatkan
aktivitas ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.21
Pendukung dari teori neo klasik ini lebih jauh lagi berpendapat bahwa
penanaman modal asing meningkatkan persaingan di bidang industri dengan
20
M. Sornarajah, 2010, The International Law on Foreign Investment, Cambridge University Press, Cambridge
USA, hlm. 45.
21
An Chandrawulan, 2011, Hukum Perusahaan Multinasional, Liberalisasi Hukum Perdagangan Internasional
dan Hukum Penanaman Modal, P.T. Alumni, Bandung, hlm. 58.
pengembangan produktivitas. Penanaman modal asing juga memperluas pasar bagi
produsen negara penerima modal untuk memasarkan barang -barangnya ke pasaran
dunia, membawa pada persaingan yang lebih besar dan kesempatan untuk
pengalihan teknologi.22 Teori neo - klasik telah memainkan peranan yang sangat
penting dalam mempengaruhi prinsip dasar dari hukum internasional dalam bidang
penanaman modal asing. Kebanyakan perjanjian bilateral di bidang penanaman
modal di antara negara - negara percaya bahwa masuknya penanaman modal asing
akan mendorong pembangunan
ekonomi dan membawa kemakmuran ekonomi
negara mereka.23
2. Teori Kebergantungan (The Depency Theory)
Teori
ini didasari
oleh
banyaknya
penanaman
modal
asing yang
dilakukan oleh perusahaan - perusahaan multinasional yang berkantor pusat
di negara maju dan beroperasi melalui anak -anak perusahaannya di negara
berkembang. Teori ini menyatakan bahwa perusahaan multinasional dalam
menanamkan
hanyalah
modalnya
untuk
di
negara berkembang
kepentingan induk
perusahaan
dengan
dan
kebijakan
pemilik
global
saham
dari
perusahaan multinasional tersebut yang berada di negara penanam modal. Negara
pemilik modal menjadi
negara berkembang
sentral
melayani
ekonomi
di
kepentingan
dunia,
sedangkan
dari negara
pemilik
negara modal.
Pembangunan menjadi tidak mungkin dalam suatu negara berkembang sebagai
pelaku ekonomi yang tidak penting kecuali dapat mengubah situasi dengan
negara berkembang menjadi pusat ekonomi melalui penanaman modal asing.24
Menurut
berkembang
22
teori
tidak
menghasilkan
Penanaman
modal
pemasukan
di negara
penerima
berkembang
dirasakan
lamban
Ibid.
Ibid., hlm. 54-55.
24
M. Sornarajah, Op.cit., hlm. 57.
25
Ibid.
23
kebergantungan,
asing
menahan
penanaman
pembangunan
pertumbuhan
modal
asing
ekonomi
yang berarti.
ekonomi
dan kenaikan
modal. 25 Perkembangan ekonomi
karena
di negara
negara
berbagai alasan. Pertama, penanaman
modal
asing
langsung
yang
banyak dilakukan
oleh
perusahaan
multinasional biasanya menegakkan kebijakan global bagi kepentingan negara negara maju yang kantor pusat dan pemilik sahamnya berada di negara
pemilik modal. Negara pemilik modal dari penanaman modal asing menjadi
pusat ekonomi negara penerima modal hanya sebagai pelayan ekonomi yang
tidak penting bagi pusat ekonomi.
Kedua, masuknya
terdapat
ketentuan
atau
bahwa
mengalirnya
modal
modal
yang
ke
ditanam
negara berkembang,
dan keuntungan yang
diperoleh di negara penerima modal asing dapat dikembalikan ke negaranya.
Berdasarkan ketentuan ini, dalam praktik penanaman modal asing mengembalikan
baik modal asal maupun keuntungan dua kali lipat dari modal yang mereka bawa.
Ketiga, penanaman
modal
asing
menggunakan
kekayaan
alam tanpa
memerhatikan kepentingan dan kebutuhan setempat, sebagai kibatnya mereka
kehilangan pekerjaan dan mengalami kebangkrutan.Penanaman
berdasarkan
teori
multinasional
dan
kebergantungan
membuat
hanya
modal
menguntungkan
kebergantungan
negara
asing
perusahaan
berkembang
dalam
membangun ekonominya bergantung kepada penanaman modal asing dan tidak
bermanfaat bagi negara penerima modal. Pada kenyataannya, di dunia saat ini
dengan dikuranginya bantuan dana resmi terhadap negara-negara berkembang,
penanaman modal menjadi sumber pendanaan yang penting bagi pembangunan
proyek-proyek besar. Lebih jauh lagi, keberadaan teori kebergantungandalam
penanaman modal asing langsung tetap dipertahankan di era globalisasi.26
3. Teori Penengah (The Middle Path Theory)
Teori
ini
muncul
sebagai
reaksi
dari
negara - negara berkembang
dalam mengubah pandangannya terhadap perusahaan multinasional. Negara negara
berkembang
mulai
percaya
diri
dalam menghadapi
perusahaan
multinasional dan perusahaan multinasionalpun meninggalkan perannya sebagai
alat dari kebijakan luar negeri negara pemilik modal. Teori penengah dikenal juga
sebagai teori yang mengedepankan
26
Ibid., hlm. 65.
peran
pemerintah atau negara dalam
melakukan strategi
pembangunan
ekonomi
khususnya di negara - negara
berkembang. Menurut teori ini, negara- negara harus merumuskan dan menyusun
serta
mengikuti
tujuan -tujuan
yang
tidak
mudah dilakukannya sebagai
permintaan atau kepentingan dari kelompok - kelompok sosial, kelas - kelas atau
masyarakat dalam wilayahnya.27
4. Teori Interfensi Negara (Government Intervention Theory)
Pendukung teori ini berpendapat, perlindungan terhadap invant industries di
negara-negara berkembang dan kompetensi dengan industri di negara-negara maju
merupakan hal yang esensial bagi pembangunan nasional (Grabowski). Teori ini
melihat pentingnya peran negara yang otonom yang mengarahkan langkah
kebijakan ekonomi termasuk investasi, peran negara dipercaya akan bisa
mengintervensi pasar untuk mengoreksi ketimpangan pasar dan memberikan
perlindungan kepada invant industries, kepentingan masyarakat, pengusaha
domestik dan perlindungan lingkungan. Peran negara juga dapat memberi
perlindungan bagi kepentingan para investor termasuk investor asing.
Bidang analisis ekonomi atas hukum atau “Economic Analysis of Law”
muncul pertama kali melalul pemikiran utilitarianisme Jeremy Bentham yang
menguji secara sistemik bagaimana orang bertindak berhadapan dengan insentifinsentif hukum dan mengevaluasi hasil-hasil menurut ukuran-ukuran kesejahteraan
sosial (social welfare). Jeremy Bentham menerapkan, salah satu prinsip dan aliran
utilitarianisme ke dalam lingkungan hukum yaitu manusia akan bertindak untuk
mendapatkan kebahagiaan yang sebesar-besarnya dan mengurangi penderitaan.
Bentham berpendapat, pembentuk undang-undang hendaknya dapat melahirkan
undang-undang yang dapat mencerminkan keadilan bagi semua individu. Berpegang
dengan prinsip di atas, perundang-undangan itu hendaknya dapat memberikan
kebahagiaan yang besar bagi sebagian besar masyarakat (the greatest happiness for
the greatest number).28
27
28
Ibid.
Lili, Rasjidi, Filsafat Hukum, (Bandung: CV Remaja Karya, 1988),hlm, 51.
Prinsip-prinsip hukum ekonomi internasional harus ditaati oleh Indonesia
agar dapat menarik para investor asing menanamkan modalnya. Prinsip ini adalah
prinsip ‘fair and equitable’ dan prinsip tanggung jawab negara sebagai kerangka
acuan dan/atau sebagai dasar pengaturan penanaman modal asing. Tujuannya adalah
untuk mewujudkan perlakuan yang sama (most favourable nation/MFN) antara
investor asing dan investor dalam negeni. Para investor asing yang akan
menanamkan modalnya di Indonesia terutama di daerah, pada umumnya
mengharapkan aturan-aturan hukum penanaman modal yang memberikan
kemudahan, perlindungan hukum dan kepastian hukum. Adanya sistem hukum yang
memberi keadilan dan kepastian hukum membuat para investor asing tidak
mengalihkan modalnya ke negara lain.
Penyerapan prinsip-prinsip hukum penanaman modal dalam rangka
menciptakan iklim penanaman modal yang baik adalah untuk mewujudkan
harmonisasi hukum penanaman modal. Hal ini didasarkan pemikiran bahwa
peraturan yang seragam mengenai penanaman modal akan berdampak bagi
masyarakat dan pemenintah untuk menyerap penanaman modal dan mengarahkan
pemerintah membeni jalan keluar. Hal ini dapat dilihat dari salah satu dari tiga hal
penting yang diperintahkan oleh konsiderans undang-undang ini, yakni: harmonisasi
peraturan penanaman modal dengan perubahan perekonomian global dan kewajiban
internasional Indonesia dalam berbagai kerja sama internasional dengan tetap
mengacu kepada kedaulatan politik dan ekonomi nasional.29 Peraturan yang seragam
akan menjamin dan memberi kemudahan kepada investor atau perusahaan untuk
mudah masuk memobilisasi sumber daya, dan memberikan keuntungan pendapatan
daerah dan kewenangan yang diatur dalam undang-undang. Peranan pemerintah
dalam menciptakan iklim investasi diperlukan untuk mengatasi kegagalan pasar
(market failure) atau kegagalan laissez faire mencapai efisien, Dalam hal mengatasi
kegagalan tersebut pemerintah dapat melakukan intervensi melalui hukum dan
peraturan.
29
Mahmul, Siregaar, Undang- Undang Penanaman Modal dan PenyelesaianSengketa Perdagangan Internasional
Dalam Kegiatan Penanarnan Modal, JurnalHukum Bisnis, Volume 26 Nomor 4, (Jakarta: Yayasan
PengembanganHukum Bisnis, 2007), hlm. 22.
Pemerintah mengatur dunia usaha dan transaksi untuk meminimalkan
information asymetries dan mencegah monopoli. Dalam praktik, pemerintah
acapkali gagal mengurangi kegagalan pasar, bahkan tidak jarang intervensi dan
pemerintah malah memperburuk iklim investasi. Untuk mengatasi hal tersebut,
pemerintah perlu menyusun kerangka acuan yang jelas agar kompetisi berjalan
dengan baik. Pengaturan yang baik akan menciptakan persaingan antar dunia usaha
sehingga hanya perusahaan efisien yang dapat bertahan hidup. Kondisi mi pada
gilirannya akan menguntungkan konsumen.
2.
Penanaman Modal Asing Berdasarkan pengaturan Undang – Undang Nomor 25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
Undang-Undang Dasar 1945 menganut paham kedaulatan rakyat Indonesia yang
mencakup baik aspek demokrasi politik maupun aspek demokrasi ekonomi. Berdasarkan kedua
doktrin demokrasi tersebut, sistem sosial di Indonesia dapat dikembangkan menurut prinsipprinsip demokrasi yang seimbang, sehingga menumbuhkan kultur demokrasi sosial yang
kokoh. Dianutnya prinsip demokrasi ekonomi dan paham ekonomi pasar sosial dapat dilihat
pada ketentuan Bab XIV UUD 1945. Ketentuan konstitusi tersebut harus mendasari perumusan
berbagai ketentuan mengenai perekonomian dan kesejahteraan sosial di Indonesia. Pelaksanaan
ketentuan konstitusi di bidang ekonomi tentu akan selalu bersentuhan dengan kecenderungan
perkembangan masyarakat. Saat ini, pelaksanaan paham “welfare state” yang memberikan
pembenaran konseptual terhadap kecenderungan intervensi pasar negara hendaknya dibatasi
demi perkembangan dunia usaha yang sehat.30
Sebagaimana diketahui bahwa hukum ialah untuk kepentingan masyarakat di mana
hukum tersebut berlaku. Pengertian dan sendi-sendi pokok yang dominan dalam hukum
maupun peraturan perundang-undangan ialah tujuan negara, fungsi negara dan alat
perlengkapan negara. Tujuan negara Indonesia adalah :31
1.Mencerdaskan kehidupan bangsa
2.Memajukan kesejahteraan umum
30
Jimly Asshidiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, Serpihan Hukum, Media,dan HAM ,
Konstitusi Press, Jakarta, 2006, Hlm. 153.
31
Padmo Wahjono, Penjajagan Suatu Sistem Hukum Nasional Menuju Suatu Kerangka Hukum Nasional, Dalam
Majalah Hukum Nasional Nomor 1, 1984, Badan Pembinaan Hukum Nasional,Jakarta, 1984, Hlm. 10.
3.Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.
Rumusan tujuan negara ini menunjukkan dengan jelas masyarakat bernegara yang bagaimana
yang akan kita rakit dengan menggunakan peraturan perundang-undangan sebagai alat (law as
a tool of social engineering). Dalam konsep ini maka hukum adalah kesadaran keadilan dari
rakyat. Negara yang menjalankan pemerintahannya berdasarkan atas kekuasaan hukum dan
bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban hukum dinamakannegara hukum32
Pada negara hukum, dalam setiap pelaksanaan tindakan apapun baik oleh pemerintah
maupun
oleh
warga
negara
harus
didasari
kepastian
hukum
dan
harus
dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Dalam kehidupan bernegara yang berdasarkan atas
hukum, maka semua hubungan antara seseorang dengan lainnya, atau antara seseorang dengan
alat-alat pemerintahan dan alat-alat negara diatur oleh peraturan-peraturan hukum. 33 Hal ini
sesuai dengan tujuan dari adanya hukum yang tertuju kepada cita kedamaian hidup antar
pribadi (het recht wil de vrede). Karena itu sering dikatakan bahwa penegak hukum itu
bekerja“to preserve peace”. Keadaan damai yang menjadi tujuan akhir norma hukum terletak
pada keseimbangan antara dimensi lahiriah dan batiniah yang menghasilkan keseimbangan
antara ketertiban dan ketentraman, antara keamanan dan ketenangan.34 Konsep ini pada
akhirnya mengarah kepada konsep negara kesejahteraan (welfare state). Dengan adanya konsep
welfare state ini, berarti pula bahwa tanggung jawab negara terhadap perekonomian sebagai
salah satu tulang punggung pembangunan negara sangat tinggi. Perkembangan dunia usaha
sebagai bentuk perwujudan perkembangan ekonomi Indonesia yang cepat telah memperbesar
jumlah transaksi dagang. Hal ini harus diimbangi dengan landasan hukum yang baik dan sesuai
dengan perkembangan dunia usaha. Untuk itu perlu dilakukan upaya reformasi peraturan
perundang-undangan terutama yang berkaitan dengan dunia usaha dan investasi. Tanpa adanya
struktur hukum baru, Indonesia akan terhambat dalam memasuki era ekonomi global. Hal ini
juga berarti akan menghilangkan keunggulan komparatif di bidang ekonomi saat ini.
Penanaman modal merupakan unsur penting dalam menunjang keberhasilan program
pembangunan ekonomi nasional. Selain harus menjadi bagian dari penyelengaraan
32
Musthafa Kamal Pasha, Pancasila UUD 1945 Dan Mekanisme Pelaksanaannya, MitraGama Widya,
Yogyakarta, 1988, Hlm. 111.
33
Ibid.
34
Jimly Asshiddiqie, Perihal Undang-Undang,Konstitusi Press, Jakarta, 2006, Hlm. 4.
perekonomiaan nasional, penanaman modal juga harus ditempatkan sebagai upaya untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan
pembangunan ekonomi berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi
nasional, mendorong pembangunan ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan kesejahteraan
masyarakat dalam sistem perekonomian yang berdaya saing. Peraturan penanaman modal
diperlukaan agar kegiatan modal di Indonesia dapat berjalan sesuai dengan tujuan
pembangunan (khususnya modal asing) tidak merugikan kepentingan pembangunan Indonesia.
Masalah modal asing di Indonesia sudah sejak awal kemerdekaan menjadi bagian dari
pemikiran aktual program ekonomi Indonesia. Hal ini berkaitan dengan konsep perubahan
ekonomi dari ekonomi kolonial ke ekonomi nasional. Secara esensial konsep ekonomi nasional,
salah satu dimensinya adalah sebuah perekonomian dimana pemilikan, pengawasan, dan
pengelolaan dibidang ekonomi berada ditangan golongan pribumi.
Dalam rangka mengatasi masalah-masalah yang muncul dalam penanaman modal,
sistem hukum dan sistem ekonomi harus dapat bersinergi dan saling mendukung secara positif.
Sebagai gambaran sinergisitas antara sistem hukum dan sistem ekonomi, Negara mengatur
sistem penanaman modal dalam UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal yang dapat
memberikan jaminan perlindungan dan kepastian hukum dengan tetap memperhatikan
kepentingan ekonomi nasional yang berlandaskan demokrasi ekonomi dan sesuai dengan tujuan
bernegara. Ketentuan hukum dan peraturan tentang penanaman modal harus tetap disesuaikan
dengan perkembangan di era globalisasi, karena perekonomian dunia ditandai dengan
kompetisi antar bangsa yang semakin kompetitif, sehingga kebijakan penanaman modal harus
didorong untuk menciptakan daya saing perekonomian nasional guna mendorong integrasi
perekonomian Indonesia menuju perekonomian global.
Indonesia mempunyai falsafah hidup/ideologi pancasila, yang sekaligus menjadi
Grundnorm/kaedah dasar bagi sistem hukum Indonesia. lazimnya sistem hukum dan sistem
ekonomi berhubungan erat dengan ideologi yang dianut suatu Negara. Penjabaran kelima sila
dalam Pancasila termaktub dalam pembukaan UUD Tahun 1945, dan dituangkan dalam pasalpasal dan batang tubuh UUD Tahun 1945, sehingga semua peraturan perundang-undangan di
Republik Indonesia (termasuk dalam bidang ekonomi) tidak boleh bertentangan dengan UUD
Tahun 1945 dan pancasila. Selain menegaskan asas ekonomi nasional, UUD Tahun 1945 juga
menyiratkan nilai nasionalisme ekonomi. Rumusan nasionalisme ekonomi secara deduktif telah
diformulasikan dalam Pembukaan dan Pasal 33 UUD 1945. Pasal 33 UUD 1945 memuat
ketentuan mengenai semangat kebersamaan, semangat kekeluargaan, wadah usaha, dan
sumber-sumber ekonomi yang harus digunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran
rakyat. Pengaturan kebijakan tentang penanaman modal asing secara resmi untuk pertama
kalinya diatur dalam Undang - Undang No. 78 Tahun 1958 tentang Penanaman Modal Asing,
akan tetapi karena pelaksanaan undang-undang ini banyak mengalami hambatan, undangundang tersebut dicabut dengan Undang - Undang No. 16 Tahun 1958. Sejak zaman orde baru,
kebijakan penanaman modal terbuka bagi para investor asing yang akan menanamkan
modalnya di Indonesia. Dengan mensahkan Undang - Undang No. 1 Tahun 1967 Tentang
Penanaman Modal Asing yang kemudian direvisi dengan Undang - Undang No. 11 Tahun 1970
Tentang Penanaman Modal Asing, selain mengeluarkan peraturan kebijakan tentang
penanaman modal asing, pemerintah juga mengeluarkan peraturan tentang penanaman modal
dalam negeri, yaitu UU No. 6 tahun 1968 jo UU No. 12 Tahun 1970 penanaman modal asing
dan penanaman modal dalam negeri.
Setelah berlaku kurang lebih 40 tahun, kebijakan penanaman modal asing dan
penanaman modal dalam negeri tersebut diganti dengan UU No. 25 Tahun 2007 Tentang
Penanaman Modal (UUPM). Kebijakan baru ini maksudkan untuk memenuhi tantangan dan
kebutuhan untuk mempercepat perkembangan perekonomian nasional melalui konstruksi
pembangunan hukum nasional dibidang penanaman modal yang berdaya saing dan berpihak
kepada kepentingan nasional. Sejak berlakunya UUPM, maka terjadi perubahan secara
signifikan tentang kebijakan penanaman modal di Indonesia. Undang-Undang Penanaman
Modal merupakan salah satu bagian dari paket perbaikan kebijakan iklim investasi yang
dikeluarkan melalui Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2006 yang salah satu programnya
adalah mengubah Undang-Undang Penanaman Modal yang memuat prinsip-prinsip dasar,
antara lain: perluasan definisi modal, transparansi, perlakuan sama investor domestik dan asing
(di luar Negative List), dan Dispute Settlement. Paket perbaikan kebijakan ini didanai oleh
Bank Dunia melalui utang program yaitu, Development Policy Loan (DPL) III sebesar US$ 600
juta, utang dalam bentuk technical assistance ini adalah utang jangka pendek yang mulai
disepakati sejak bulan Desember 2006 dan berakhir pada bulan Maret 2007 (Putusan
Mahkamah Konstitusi, Nomor 21-22/PUU-V/2007). Sebagaimana dijelaskan dalam Ketentuan
Umum UUPM, modal adalah aset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang dimiliki oleh
penanam modal yang memiliki nilai ekonomis, sedangkan yang dimaksud dengan Penanaman
modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri
maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.
Dikaji dari bentuk kebijakannya, maka UUPM secara langsung mengabungkan kebijakan
penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri melalui satu undang-undang.
Pembentukan Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
didasarkan pada semangat untuk menciptakan iklim penanaman modal yang kondusif sehingga
Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Asing mengatur hal - hal
yang dinilai penting, antara lain yang terkait dengan cakupan undang - undang, kebijakan dasar
penanaman modal, bentuk badan usaha, perlakuan terhadap penanaman modal, bidang usaha,
serta keterkaitan pembangunan ekonomi dengan pelaku ekonomi kerakyatan yang diwujudkan
dalam pengaturan mengenai pengembangan penanaman modal bagi usaha mikro, kecil,
menengah, dan koperasi, hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanam modal, serta fasilitas
penanaman modal, pengesahan dan perizinan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan
penanaman modal yang di dalamnya mengatur mengenai kelembagaan, penyelenggaraan
urusan penanaman modal, dan ketentuan yang mengatur tentang penyelesaian sengketa.
Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, kemudian menjadi dasar
dalam setiap pelaksanaan penanaman modal di Negara, melihat sangat pentingnya peranan
penanaman modal maka harus di atur secara baik sesuai dengan kondisi yang ada pada
masyarakat.
Menurut Undang - Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Asing,
Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal
dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di Negara Republik
Indonesia. Penanaman Modal Asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha
di Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang
menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal
dalam negeri.35
Sedangkan Pasal 1 ayat (3) Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2007 memberi
pengertian penanaman modal asing sebagai kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha
di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang
35
Pasal 1 Undang – Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal Asing.
menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanaman modal
dalam negeri. Penanaman modal asing ini dapat dilakukan baik oleh perorangan warga negara
asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di
wilayah Negara Republik Indonesia.36 Adapun Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
memberikan pengertian apa yang dimaksud dengan modal yaitu aset dalam bentuk uang atau
bentuk lain yang bukan uang yang dimiliki oleh penanaman modal yang mempunyai nilai
ekonomis.37 Batasan penanaman modal asing adalah perseorangan negara asing, badan usaha
asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah Negara
Republik Indonesia. Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2007 tidak memperinci bidang apa
yang diperbolehkan bagi penanaman modal asing langsung. Pasal 2 menyatakan bahwa
ketentuan dalam undang - undang ini berlaku bagi penanaman modal di semua sektor di
wilayah Negara Republik Indonesia adalah penanaman modal langsung dan tidak termasuk
penanaman modal tidak langsung atau portofolio.
Dari hal tersebut di atas, terlihat bahwa Undang - undang ini hanya mengatur
penanaman modal asing yang dilakukan secara langsung.
Sedangkan mengenai bidang -
bidang usaha tidak terdapat dalam Undang - undang ini, tetapi terdapat dalam peraturan
pelaksanaan yang berupa Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007 tentang Kriteria Dan
Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka
Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal dan Peraturan Presiden RI Nomor 77 tahun
2007 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan
Persyaratan di Bidang Penanaman Modal serta Peraturan Presiden RI Nomor 111 tahun 2007
tentang Perubahan Terhadap Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2007. Mengenai penanaman
modal asing langsung, terdapat 3 komponen yang berbeda, yaitu :38
1. Kepemilikan modal (equity capital) yaitu pembelian sejumlah saham dari suatu
perusahaan oleh penanaman modal asing di suatu negara selain di negaranya;
2. Penanaman modal kembali di negara tempat modal ditanam yang berasal dari
keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan penanam modal asing yang seharusnya
36
Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
Pasal 1 ayat (7) Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
38
Peter Malanczuk, International Law Provisions for the Protection of Foreign Investment, Public Lecture on
Public International Law, State University of Padjajaran, Bandung, hlm. 4.
37
modal tersebut dikembalikan ke negara asal modal (reinvestedearning). Hal ini
biasanya dilakukan oleh anak perusahaan yang berada di negara tersebut;
3. Pinjaman antar perusahaan (intracompany loans) yaitu peminjaman sejumlah modal
baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang yang dilakukan di lingkungan intern
dari perusahaan tersebut antara induk perusahaan dan anak perusahaan.
Menurut Pasal 3 ayat (1) Undang -Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal,
penanaman modal di Indonesia diselenggarakan berdasarkan asas - asas sebagai berikut:
1.Kepastian hukum
Asas dalam negara hukum yang meletakkan hukum dan ketentuan
peraturan perundang- undangan sebagai dasar dalam setiap kebijakan dan tindakan dalam
penanaman modal.
2.Keterbukaan
Keterbukaan berarti atas hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang kegiatan
penanaman modal.
3.Akuntabilitas
Asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir penyelenggaraan penanaman
modal harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan peundang- undangan.
4.Perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara.
Asas perlakuan pelayanan non diskriminasi berdasarkan ketentuan
peraturan perundang - undangan, baik antara penanaman modal dalam negeri dan
penananm modal dari suatu negara asing dan penanamanmodal dari negara asing lainnya.
5.Kebersamaan
Asas yang mendorong peran seluruh penanam modal secara bersama -sama dalam kegiatan
usahanya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.
6.Efisiensi Berkeadilan
Asas yang mendasari penanaman modal dengan mengedepankan
efisiensi berkeadilan dalam usaha untuk mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif dan
berdaya guna.
7.Berkelanjutan
Asas yang secara terencana mengupayakan berjalannya proses pembangunan melalui
penanaman modal untuk menjamin kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek
kehidupan baik masa kini maupun masa yang akan datang.
8.Berwawasan lingkungan
Asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan
perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup.
9.Kemandirian
Asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap mengedepankan potensi bangsa dan
negara dengan tidak menutup diri pada masuknya modal asing demi terwujudnya
pertumbuhan ekonomi.
10.Keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional
Asas yang berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah dalam kesatuan
ekonomi nasional.
Tujuan dari penanaman modal asing antara lain menurut Pasal 3 ayat (2) Undang -Undang
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal sebagai berikut:
1.Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional;
2.Menciptakan lapangan kerja;
3.Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan;
4.Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional;
5.Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional;
6.Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan;
7.Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang
berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri;
8.Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan ketentuan Pasal 5 Undang - Undang No. 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal, untuk penanaman modal asing (PMA), dilakukan dalam bentuk Perseroan
Terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di wilayah Negara Republik
Indonesia. Mengenai pendirian dan pengesahan badan usaha Penanaman Modal Asing yang
berbentuk Perseroan Terbatas dilakukan sesuai dengan ketentuan UU No. 40 Tahun 2007
tentang PT. Bahwa terkait dengan PMA, di dalam Penjelasan Pasal 8 Ayat 2 Huruf a UU No.
40 tahun 2007 tentang PT bahwa pada saat mendirikan Perseroan diperlukan kejelasan
mengenai kewarganegaraan pendiri. WNA atau badan hukum asing diberikan kesempatan
untuk mendirikan badan hukum Indonesia yang berbentuk Perseroan sepanjang UU yang
mengatur bidang usaha Perseroan tersebut memungkinkan. Bagi perusahaan penanam modal
yang akan melakukan kegiatan usaha wajib memperoleh izin sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku yang diperoleh melalui pelayanan terpadu satu pintu.
Pelayanan terpadu satu pintu dilakukan dengan tujuan untuk membantu penanam modal dalam
memperoleh kemudahan pelayanan perizinan, fasilitas fiskal, dan informasi mengenai
penanaman modal. Ketentuan mengenai penanaman modal asing merujuk pada ketentuan
dalam pasal lain dalam UUPM, yaitu pasal 5 ayat 2 yang menyatakan bahwa Penaman modal
asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan
dalam wilayah Negara Republik Indonesia. Kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.
Adapun mekanisme permodalannya dapat dilakukan dengan cara:
a. Mengambil bagian saham pada saat pendirian perseroan tebatas;
b. Membeli saham; dan
c. Melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengertian penanaman modal asing dalam UUPM, hanyalah mencakupi penanaman modal
asing yang bersifat langsung (foreign direct investment). Penanaman modal langsung diartikan
bahwa pemilik modal menanggung resiko dari investasi tersebut dan pemilik modal secara
langsung menjalankan perusahaannya yang besangkutan di wilayah Indonesia.
UPMA dalam Pasal 23 menegaskan, bahwa dalam bidang-bidang usaha yang terbuka
bagi modal asing dapat diadakan kerja-sama antara modal asing dengan modal nasional dengan
mengingat ketentuan dalam Pasal 3 di atas. Pemerintah menetapkan lebih lanjut bidang-bidang
usaha, bentuk-bentuk dan cara-cara kerjasama antara modal asing dan modal nasional dengan
memanfaatkan modal dan keahlian asing dalam bidang ekspor serta produksi barang-barang
dan jasa-jasa. Pengertian modal nasional dalam Undang-undang ini meliputi modal Pemerintah
Pusat dan Daerah, Koperasi dan modal swasta nasional. Adapun keuntungan yang diperoleh
perusahaan modal asing sebagai hasil kerjasama antara lain modal asing dan modal nasional
tersebut pada Pasal 23 setelah dikurangi pajak-pajak serta kewajiban-kewajiban lain yang harus
dibayar di Indonesia, diizinkan untuk ditransfer dalam valuta asli dari modal asing yang
bersangkutan seimbang dengan bagian modal asing yang ditanam.39
Untuk menanamkan
modal di Indonesia, investor asing harus terlebih dahulu meneliti Daftar Negatif Investasi
(DNI) yang berisi sektor usaha yang tertutup sama sekali terhadap semua bentuk penanaman
modal, hanya tertutup untuk Penanaman Modal Asing, dan yang masih terbuka dengan
persyaratan tertentu.
Sebagaimana diatur dalam Perpres No. 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Persyaratan
Penyusunan Bidang Usaha yang Tertutup dan Terbuka dengan Persyaratan di bidang
39
Pasal 24 Undang – Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Penanaman Modal dan Perpres No. 77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup
dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di bidang Penanaman Modal. Selain dari
yang terdaftar, semua sektor terbuka untuk investor asing dengan kepemilikan hingga 100%.
Persetujuan Penanaman Modal Asing akan dikeluarkan oleh Badan Koordinasi Penanaman
Modal (BKPM) di Jakarta. Peran PMA sebagai sumber penting peralihan teknologi dan
knowledge lainnya. Peran ini bisa lewat dua jalur utama. Pertama, lewat pekerja-pekerja lokal
yang bekerja di perusahaan-perusahaan PMA. Saat pekerja-pekerja tersebut pindah ke
perusahaan-perusahaan domestik, maka mereka membawa pengetahuan atau keahlian baru dari
perusahaan PMA ke perusahaan domestik. Kedua, lewat keterkaitan produksi atau
subcontracting antara PMA dan perusahaan-perusahaan lokal, termasuk usaha kecil dan
menengah.
Dalam praktik pelaksanaan penanaman modal sering ditemukan Perjanjian - perjanjian
bilateral antar negara berkenaan upaya promosi dan perlindungan terhadap kegiatan penanaman
modal (asing). Di wilayah negara Republik Indonesia sendiri telah ditandatangani berbagai
perjanjian bilateral menyangkut