Review terhadap RPJM dan RKPD Kabuapten

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM RPJP DAN RKPD
KABUPATEN SLEMAN PERIODE 2011-20151
(Oleh: Ahmad Muhlasul Wr.)2

A. Visi-Misi

RPJM

Kabupaten

Sleman

Periode

2011-2015:

Pendahuluan
Pada periode tahun 2011-2015, Kabupaten Sleman dipimpin oleh Drs. H.
Sri Purnomo, M. Si. yang berpasangan dengan Hj. Yuni Setia Rahayu, SS. Sri
Purnomo sejatinya adalah wakil bupati sebelumnya Drs. Ibnu Subiyanto yang
menjabat selama satu periode dan sebelum menjabat sebagai bupati juga menjabat

sebagai wakil bupati dari Drs. H. Arifin Ilyas yang hanya menjabat satu periode
juga.
Pasangan ini, yang didukung oleh PDIP, PAN, dan Gerindra (Pilkada
2010), mengalahkan 6 pasangan lainnya dengan perolehan suara cukup tinggi
yaitu 35,3% dari total suara.
Dilihat dari perolehan suara, pasangan tersebut bisa dikatakan cukup
legitimate karena didukung sebagian besar pemilih. Untuk melandasi seluruh
program pemerintahannya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Kabupaten Sleman 2011-2015, pasangan ini menetapkan visi yang merupakan
cita-cita yang ingin dicapai, yaitu “Terwujudnya masyarakat Sleman yang lebih
sejahtera lahir batin, berdaya saing, dan berkeadilan gender pada tahun 2015”.
Untuk melaksanakan visi pembangunan tersebut, pemerintah daerah
menetapkan misi yang harus dicapai, yaitu: (1) Meningkatkan tata kelola
pemerintahan yang baik melalui peningkatkan kualitas birokrasi dalam
memberikan pelayanan prima bagi masyarakat; (2) Meningkatkan kualitas
pelayanan pendidikan dan kesehatan yang terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat; (3) Meningkatkan kemandirian ekonomi, pemberdayaan ekonomi
rakyat dan penanggulangan kemiskinan; (4) Memantapkan pengelolaan prasarana
dan sarana, sumberdaya alam dan lingkungan hidup; (5) Meningkatkan
pemberdayaan dan peran perempuan di segala bidang.

1 Ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebijakan Publik yang diampu oleh Bpk. Dr.
Norma. Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Program Studi Konsentrasi Islam,
Pembangunan dan Kebijakan Publik.
2 Ahmad Muhlasul Wr. adalah mahasiswa Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Program Studi Konsentrasi: Islam, Pembangunan dan Kebijakan Publik dengan NIM: 1520010047.

1

Pelaksanaan visi misi tersebut akan tertuang dalam bentuk RPJM dan
RKPD yang berlandaskan pada RPJP kabupaten sleman tahun 2006-2025 yang
telah ditetapkan oleh Perda no. 7 tahun 2005. Adapun RPJM untuk tahun 20112015 telah ditetapkan oleh Perda sleman nomor 2 tahun 2014 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun 2010 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011-2015.
Salah satu hal menarik dari Perda tersebut adalah bahwa Perda untuk
RPJM 2011-2015 baru ditetapkan dengan Perda pada tahun 2014.

B. Agenda Setting: Analisis Kondisi Perempuan di Kabupaten Sleman
Pemberdayaan perempuan merupakan misi terakhir dari kelima misi
pasangan bupati Drs. H. Sri Purnomo, M. Si. dan Hj. Yuni Setia Rahayu, SS.
Untuk menggambarkan bagaimana Kabupaten Sleman menyusun program

pemberdayaan perempuan dalam RPJM dan RKPD mereka, maka perlu kiranya
melihat bagaimana Analisis Kondisi (Agenda Setting) yang tertuang dalam RPJM
kabupaten Sleman periode 2011-2015.
Jumlah perempuan di Kabupaten Sleman antara tahun 2008-2012 relatif
berimbang dengan jumlah laki-laki. Berikut adalah gambaran data tentang
perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan antara tahun yang bersangkutan
(Tabel: 2.1).
Tabel 2.1
51.5
51

51

50.5

50.44

50.12
49.88


50
49.56

49.5
49

50.3

50.29

49.7

49.71

Prosentase Laki-laki
Prosentase Perempuan

49

48.5

48
2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil 2012
Data di atas mengatakan bahwa pada tahun 2008-2010 jumlah laki lebih
banyak dari perempuan. Namun pada dua tahun selanjutnya jumlah perempuan
lebih banyak daripada laki-laki.


2

Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Sleman rata-rata 1,53 %, dan
untuk melihat tingkat usia produktif laki-laki dan perempuan menurut usia mereka
bisa kita lihat pada tabel berikut ini (Tabel: 2.2 & 2.3)
Tabel 2.2

Jumlah Laki-laki Menurut Usia
90,000
80,000
70,000
60,000
50,000
40,000
30,000
20,000
10,000
0

Tabel 2.3


Jumlah Perempuan Menurut Usia
100,000
90,000
80,000
70,000
60,000
50,000
40,000
30,000
20,000
10,000
0

Pada kedua tabel di atas terlihat bahwa jumlah lansia lebih banyak
dibanding jumlah usia produktif. Ini artinya, beban ekonomi masyarakat produktif
lebih banyak digunakan untuk membiayai para lansia. Secara keseluruhan jumlah

3


laki-laki dan perempuan di kabupaten Slaman antara tahun 2008-2012 sebagai
berikut (Tabel: 2.5):
Tabel 2.5

Perbandingan Jumlah Laki-laki dan Perempuan
1,200,000
1,000,000
800,000
600,000
400,000
200,000
0

2008

2009

2010

2011


2012

Rata-rata harapan hidup masyarakat Sleman antara tahun 2008-2012
adalah 76,08 di mana perempuan mempunya angka harapan hidup yang lebih
tinggi, yaitu 77,12 dibanding laki-laki 76,08 tahun.
Dari data di atas, maka yang perlu dilihat lagi adalah bagaimana partisipasi
perempuan dalam pemberdayaan masyarakat? Berikut data antara tahun 20082012 tentang partisipasi perempuan dalam lapangan pekerjaan pemerintah
maupun non pemerintah, serta tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan dari
tahun ke tahun (Tabel: 2.6).
Tabel 2.6
120
100

94.89

96.39

59.68


58.62

80
60

96.6
91.22

54.22

40

92.59

91.74

55.7

55.17
46.52


38.37

Lembaga Pemerintah
Lembaga Swasta
Partisipasi Angkatan Kerja
Perempuan

20
0
2007

0
2008

0
2009

2010

2011

2012

2013

Data tersebut menginformasikan bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja
perempuan meningkat dari tahun ke tahun terutama sejak tahun 2010, namun
partisipasi perempuan di sektor swasta menurun drastis, sedangkan di sektor
pemerintahan relatif berimbang antara partisipasi perempuan dan laki-laki.

4

Artinya adalah bahwa program pemberdayaan perempuan di Kabupaten Sleman
sedikit banyak berpengaruh pada meningkatnya partisipasi angkatan kerja
perempuan, meski dengan catatatan bahwa partisipasi mereka di sektor swasta
menurun drastis dibanding dengan partisipasi laki-laki.
Diakui atau tidak, analisis kondisi (Agenda Setting) dari permasalahan
perempuan di Kabupaten Sleman cukum minim, sehingga menjadikan masalah
pemberdayaan perempuan sebagai salah satu misi pemerintahan Sleman
diharapkan membantu memecahkan masalah-masalah ketimpangan gender dalam
masyarakat. Namun sepintas, jika melihat beberapa data yang sangat terbatas di
atas, bisa dikatakan bahwa Kabupaten Sleman tidak mempunyai masalah berarti
dengan permasalahan gender. Tingkat partisipasi perempuan relatif berimbang
dengan tingkat partisipasi laki-laki. Sebenarnya, menjadikan pemberdayaan
perempuan sebagai misi lebih pada memperjelas kondisi riil perempuan dengan
penambahan-penambahan data yang lebih baik.

C. Arah

Umum

Kebijakan

Pembangunan

Perintah

Daerah

Kabupaten Sleman 2011-2015
Dalam RPJM Kabupaten Sleman ditetapkan arah umum kebijakan
pemerintah daerah dari tahun ke tahun, yaitu:
1.

Pada tahun 2011 pembangunan diarahkan pada pemulihan pasca bencana
alam gunung Merapi pada aspek sosial dan ekonomi masyarakat melalui
pendekatan pemberdayaan masyarakat dengan memantapkan pencapaian
aspek pendidikan dan kesehatan.

2.

Pada tahun 2012 pembangunan masih tetap diarahkan pada pemulihan
paska bencana alam gunung Merapi dan bencana lainnya pada aspek
sosial dan ekonomi masyarakat melalui pendekatan pemberdayaan
masyarakat yang berkeadilan

dengan menjaga danmemantapkan

pencapaian pada aspek pendidikan, kesehatan dan ketersediaan
infrastruktur.
3.

Pada tahun 2013 pembangunan diarahkan pada penanggulangan
kemiskinan yang didukung oleh penguatan ekonomi masyarakat melalui
fasilitasi dan pelayanan yang lebih optimal dari birokrasi pemerintahan

5

serta mempertahankan pencapaian di bidang pendidikan dan kesehatan
dan ketersediaan infrastruktur.
4.

Pada tahun 2014 pembangunan diarahkan pada penguatan ekonomi
masyarakat yang didukung oleh peningkatan infrastruktur wilayah yang
lebih memadai dan keadaan sosial dan keamanan yang kondusif.

5.

Pada tahun 2015 pembangunan diarahkan pada pemantapan ekonomi
yang didukung oleh pemantapan bidang pendidikan, kesehatan, dan
infrastruktur.

Pada setiap perincian arah kebijakan tersebut dimuat program-program yang
sesuai dengan visi-misi daerah (kepala daerah). Dan untuk selanjutnya
bagaimana arah umum bersinergi dengan program yang dibuat kita akan lihat
dalam penjabaran selanjutnya berikut ini, khususnya terkait dengan
pemberdayaan perempuan.

D. Agenda dan Program Pemberdayaan Perempuan dalam RPJM
Kabupaten Sleman (2011-2015)
Untuk melihat seberapa jauh Pemerintah Kabupaten Sleman Yogyakarta
menindaklanjuti Misi Pemberdayaan Perempuan maka kita lihat dari bagaimana
rumusan program yang dibuatnya dalam RPJM periode yang dimaksud.
Pertama, pada misi Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik
melalui peningkatan kualitas birokrasi dalam memberikan pelayanan prima bagi
masyarakat, RPJM Sleman menempatkan program pemberdayaan perempuan
pada indikator sasaran yang ketiga, yang berbunyi: Perempuan terlatih pada
daerah rawan bencana. Dalam hal ini, pemerintah daerah Kabupeten Sleman
membari mandat kepada SKPD Badan Penanggulangan Bencana Daerah untuk
meningkatkan tingkat keterlatihan perempuan dalam tanggap bencana.
Kedua, pada misi Kedua: Meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan
dan kesehatan yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat, RPJM Sleman
menyasar Kelompok Kesenian Perempuan sebagai sasaran programnya. Dalam
hal ini, pemerintah daerah Kabupeten Sleman membari mandat kepada SKPD
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk menjadikan Kelompok Kesenian
Perempuan sebagai sasaran.

6

Ketiga, pada misi yang kelima sendiri, yaitu: Meningkatkan pemberdayaan
dan peran perempuan di segala bidang, tergambar program pemerintah dalam
RPJP sebagai berikut (Tabel: 4.1):
Tabel 4.1
Misi: Meningkatkan pemberdayaan dan peran perempuan di segala bidang
Tujuan: Meningkatkan kualitas hidup perempuan
Sasaran:
2. Meningkatnya pelayanan terhadap perempuan dan anak, dengan Indikator Sasaran:
a. Pelayanan terhadap pemempuan dan anak korban kekerasan (100%), dengan Strategi:
 Meningkatkan peran perempuan dalam segala aspek pembangunan melalui
peningkatan akses ekonomi, sosial budaya dan politik, dengan Arah Kebijakan:
 Meningkatkan kualitas perlindungan dan pelayanan terhadap perempuan dan
anak.
 Dengan Program: program keserasian kebijakan peningkatan kualitas anak
dan perempuan, dengan Target: 100 % (2016) dari sebelumnya (2010) yang
80%, dengan Penanggung Jawab SKPD: Badan Keluarga Berencana
Perencanaan Perempuan dan Pemberdayaan Masyarakat.
b. Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan layanan bantuan
hukum (50%), dengan Strategi:
 Meningkatkan kualitas perlindungan dan pelayanan terhadap perempuan dan
anak, dengan Arah Kebijakan:
 Meningkatkan kualitas perlindungan dan pelayanan terhadap perempuan dan
anak.
 Dengan Program: penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender,
dengan Target: 75 % (2016) dari sebelumnya (2010) yang 50%, dengan
Penanggung Jawab Kecamatan Tempel.
c. Lembaga PUG yang aktif, dengan Strategi:
 Meningkatkan peran perempuan dalam segala aspek pembangunan melalui
peningkatan akses ekonomi, sosial budaya dan politik, dengan Arah Kebijakan:
 Meningkatkan kualitas sumberdaya perempuan dalam pembangunan.
 Dengan Program: penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender,
dengan Target: 77 % (2016) dari sebelumnya (2010) yang 50%, dengan
Penanggung Jawab Kecamatan Ngemplak.
d. Pemenuhan hak-hak Anak, dengan Strategi:
 Meningkatkan peran perempuan dalam segala aspek pembangunan melalui
peningkatan akses ekonomi, sosial budaya dan politik, dengan Arah Kebijakan:
 Meningkatkan kualitas perlindungan dan pelayanan terhadap perempuan dan
anak.
 Dengan Program: penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender,
dengan Target: 78 % (2016) dari sebelumnya (2010) yang 74%, dengan
Penanggung Jawab Kecamatan Depok, Kec. Moyudan, Kec, Seyegan, Kec.
Gamping, Kec. Mlati, Kec. Berbah, Kec. Prambanan, Kec. Kalasan, Kec.
Ngaglik, Kec. Sleman, Kec. Turi, Kec. Pakem, Kec. Cangkringan, Kec.
Miggir; dan SKPD Badan Keluarga Bencana Pemberdayaan Perempuan
dan Pemberdayaan Masyarakat.
f. Rasio anak perempuan terhadap anak laki-laki di tingkat pendidikan dasar, yang iukur
melalui angka partisipasi murni anak perempuan terhadap anak laki-laki, dengan
Strategi:
 Meningkatkan kualitas sumber daya perempuan dalam pembangunan, dengan
Arah Kebijakan:
 Meningkatkan kualitas sumberdaya perempuan dalam pembangunan.
 Dengan Program: Peningkatan peran serta dan kesetaraan gender dalam
pembangunan, dengan Target: 97,83 % (2016) dari sebelumnya (2010)
yang 96,90 %, dengan Penanggung Jawab SKPD Badan Keluarga Bencana
Pemberdayaan Perempuan dan Pemberdayaan Masyarakat.

7

g. Rasio melek huruf perempuan terhadap lakilaki usia 15-24 tahun, yang diukur melalui
angka melek huruf, dengan Strategi:
 Meningkatkan kualitas sumber daya perempuan dalam pembangunan, dengan
Arah Kebijakan:
 Meningkatkan kualitas sumberdaya perempuan dalam pembangunan.
 Dengan Program: Peningkatan peran serta dan kesetaraan gender dalam
pembangunan, dengan Target: 99,70 % (2016) dari sebelumnya (2010)
yang 84,76 %, dengan Penanggung Jawab SKPD Badan Keluarga Bencana
Pemberdayaan Perempuan dan Pemberdayaan Masyarakat.
2.

Meningkatnya partisipasi perempuan dalam pembangunan, dengan Indikator Sasaran:
a. Partisipasi perempuan di eksekutif Pemerintah, dengan Strategi:
 Meningkatkan peran perempuan dalam segala aspek pembangunan melalui
peningkatan akses ekonomi, sosial budaya dan politik, dengan Arah Kebijakan:
 Meningkatkan kualitas sumberdaya perempuan dalam pembangunan.
b.

Keterwakilan perempuan dalam DPRD, dengan Strategi:
 Meningkatkan peran perempuan dalam segala aspek pembangunan melalui
peningkatan akses ekonomi, sosial budaya dan politik, dengan Arah Kebijakan:
 Meningkatkan kualitas sumberdaya perempuan dalam pembangunan.

b. Penduduk perempuan bekerja dari angkatan kerja, dengan Strategi:
 Meningkatkan peran perempuan dalam segala aspek pembangunan melalui
peningkatan akses ekonomi, sosial budaya dan politik, dengan Arah Kebijakan:
 Meningkatkan kualitas sumberdayaperempuandalam pembangunan.

Gambaran ketiga dari arah kebijakan pemerintah Sleman dalam RPJM
periode 2011-2015 menjelaskan pada kita bahwa Strategi dan Arah Kebijakan
yang dibuat masih sangat normatif bahkan cenderung sama satu sama lain. Kita
bisa lihat bahwa strategi dan Arah Kebijakan untuk poin “keterwakilan perempuan
dalam DPRD” sama persis dengan strategi dan Arah Kebijakan rasio melek huruf,
misalnya, yang mana keduanya sejatinya mempunyai arah yang berbeda. Lebih
menarik lagi, bahwa penanggung jawab pelaksana dari masing-masing program
tidak selamanya dilakukan oleh SKPD melainkan, beberapa, dilimpahkan kepada
Kecamatan. Dan bila dilihat nanti pada porsi penganggaran, maka akan terlihat
bahwa dilipilihnya kecamatan-kecamatan yang dimaksud sepertinya lebih pada
persoalan bagi-bagi anggaran.
Selain itu, Arah kebijakan yang berupa (1) Partisipasi perempuan di
ekskutif; (2) Keterwakilan perempuan dalam DPRD, dan; (3) Angkatan tenaga
kerja perempuan rupanya tidak mendapat porsi program sama sekali. Arah
kebijakan peningkatan partisipasi perempuan dalam pembangunan justru
dialihakan reprersentasi arahnya pada: rasio melek huruf dan tingkat pendidikan.
Terlihat juga bahwa dalam RPJM ini urusan perempuan tidak bisa
dipisahkan dengan urusan anak, di mana setiap program keperempuanan dianggap

8

mempunyai keterkaitan signifikan terhadap permasalahan anak. Artinya RPJM ini
berasumsi bahwa perempuan dan anak adalah dua hal yang saling menguatkan.
Keempat, dalam Arah Kebijakan Umum dan Program Pembangunan,
Pemerintah Kabupaten Sleman mempunya 34 Kebijakan Umum dan Program
Pembangunan, yang meliputi 26 urusan wajib (prioritas) dan 8 urusan pilihan (non
prioritas) yaitu:
1.

Urusan Wajib Pendidikan

2.

Urusan Wajib Kesehatan

3.

Urusan Wajib Pekerjaan Umum

4.

Urusan Wajib Perumahan

5.

Urusan Wajib Penataan Ruang

6.

Urusan Wajib Perencanaan Pembangunan

7.

Urusan Wajib Perhubungan

8.

Urusan Wajib Lingkungan Hidup

9.

Urusan Wajib Pertanahan

10. Urusan Wajib Kependudukan dan Catatan Sipil
11. Urusan wajib Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
12. Urusan Wajib Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
13. Urusan Wajib Sosial
14. Urusan Wajib Tenaga Kerja
15. Urusan Wajib Koperasi dan UKM
16. Urusan Wajib Penanaman Modal Daerah
17. Urusan Wajib Kebudayaan
18. Urusan Wajib Kepemudaan dan Olah Raga
19. Urusan Wajib Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
20. Urusan Wajib Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi
Keuangan Daerah Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian.
21. Urusan Wajib Ketahanan Pangan
22. Urusan Wajib Pemberdayaan Masyarakat Desa

9

23. Urusan Wajib Statistik
24. Urusan Wajib Kearsipan
25. Urusan Wajib Komunikasi dan Informatika
26. Urusan Wajib Perpustakaan
27. Urusan Pilihan Pertanian
28. Urusan Pilihan Kehutanan
29. Urusan Pilihan Energi dan Sumber Daya Mineral
30. Urusan Pilihan Pariwisata
31. Urusan Pilihan Kelautan dan Perikanan
32. Urusan Pilihan Perdagangan
33. Urusan Pilihan Peindustrian
34. Urusan Pilihan Transmigrasi
Terlihat di situ bahwa pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
dimasukkan pada kategori urusan wajib (prioritas) pemerintah.
Dalam Kebijakan Umum Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak, pemerintah Kabupaten Sleman mempunyai dua kebijakan umum, yaitu: (1)
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang keadilan gender; dan (2)
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam perlindungan terhadap perempuan dan
anak; yang untuk itu maka pemerintah daerah mempunyai beberapa program
pembangunan berkaitan dengan hal tersebut, yaitu, (a) program keserasian
kebijakan peningkatan kualitas anak dan perempuan; (b) program penguatan
kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak; (c) program peningkatan
kualitas hidup dan perlindungan perempuan; (d) program peningkatan peran serta
dan kesetaraan gender dalam pembangunan.
Sampai titik ini, arah kebijakan dan program pembangunan pemerintah
dalam persoalan perempuan dan anak masih pada tataran yang sangat normatif.
Bahkan kita tidak melihat keterkaitan yang saling mengkonfirmasi antara misi,
strategi, arah kebijakan, dan langkah pembangunan pemerintah daerah Kabupaten
Sleman pada tataran yang sangat spesifik dan kongkrit.

10

E. Porsi Anggaran untuk Agenda dan Program Pemberdayaan
Perempuan dalam RPJM Kabupaten Sleman (2011-2015)
Untuk melihat lebih jelas tentang (1) keseriusan Pemerintah Kabupaten
Sleman dalam memberdayakan perempuan, serta (2) singkronisasi antara arah
kebijakan, dan program pembangunan, dapat kita lihat pada porsi anggaran yang
dialokasikan untuk ini.
Berikut adalah gambaran jumlah APBD Kabupaten Sleman periode 20112015 berkenaan dengan Program Wajib dan Program Pilihan (Tabel 5.1)
Tabel 5.1
1,200,000,000,000.00

1,000,000,000,000.00

493,614,778,599.96
459,572,000,765.48
425,529,222,931.00

800,000,000,000.00
391,487,445,096.52
357,445,667,262.04
600,000,000,000.00
24,303,735,894.00
22,636,926,522.00
20,960,117,150.00
469,301,042,705.96
19,283,307,778.00
436,935,074,243.48
400,000,000,000.00
17,606,498,406.00
404,569,105,781.00
372,204,137,318.52
339,839,168,856.04
200,000,000,000.00

0.00
2011

2012

Program Wajib

2013
Program Pilihan

2014

2015

Jumlah Total

Data di atas memberikan gambaran bahwa APBD Kabupaten Sleman
meningkat dari tahun ke tahun sekitar 20%.
Berikut adalah tabel porsi anggaran untuk agenda pemberdayaan
perempuan dalam RPJM 2011-2015 (Tabel: 5.2):

11

Tabel 5.2
Jumlah Alokasi Anggaran Untuk Pemberdayaan Perempuan pada LPJM Kab. Sleman Periode 2011-2015
2,500,000,000

2,000,000,000

1,991,668,960
1,854,312,480
1,716,956,000
1,579,599,520
1,500,000,000 1,442,243,040
Jumlah Anggaran
1,000,000,000

500,000,000

0
2011

2012

2013

2014

2015

Sedangkan untuk pembagiannya sesuai programnya bisa kita lihat pada tabel
berikut 5.3:
Tabel 5.3
Perincian Alokasi Anggaran Untuk Pemberdayaan Perempuan pada LPJM Kab. Sleman Periode 2011-2015
1,600,000,000
1,400,000,000
1,200,000,000
1,000,000,000
800,000,000
600,000,000
400,000,000
200,000,000
0
2011

2012

2013

2014

2015

Jika diprosentasekan maka akan dilihat sebagai berikut: Tabel 5.4
Tabel 5.4

12

Prosentase Program Pemberdayaan Perempuan Periode 2011-2015
8.15

12.81

7.92

Program keserasian kebijakan
peningkatan kualitas anak dan
perempuan
Program penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender
dan anak
Program peningkatan kualitas
hidup dan perlindungan
perempuan
Program peningkatan peran
serta dan kesetaraan gender
dalam pembangunan

71.11

Data di atas menjelaskan bahwa porsi terbesar dari keseluruhan program
penguatan pemberdayaan perempuan dialokasikan untuk program penguatan
kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak yang mencapai 71,11 % dari
tahun ke tahun.
Jika angaran pemberdayaan perempuan tersebut kita lihat dari keseluruhan
jumlah APBD Kabupaten Sleman dari tahun ke tahun pada periode 2011-2015
hanya sebesar 0,40% dan tidak ada peningkatan dari tahun ke tahun. Anggaran ini
sangat rendah mengingat program pemberdayaan perempuan ini merupakan salah
satu program unggulan dari keseluruhan program kepala daerah.

F. Target Kinerja Pemberdayaan Perempuan di Kabupaten Sleman
Periode 2011-2015
Dari keseluruhan program dan anggaran yang telah dicanangkan di atas,
Pemerintah Kabupaten Sleman menargetkan kinerja yang harus dicapai. Dengan
besaran anggaran yang hanya 0,40% tak heran jika target yang dicanangkan hanya
dikisaran 50% saja. Berikut perinciannya (Tabel 6.1)
Tabel 6.1

13

Prosentase Target Kinerja Pemberdayaan Perempuan
120

100

2011-2015

80

60

40

20

0
2011

2012

2013

2014

2015

Data di atas menunjukkan bahwa target yang ingin dicapai bisa
dikategorikan jauh dari ambisius bahkan beberapa menargetkan di bawah capaian
tahun 2010. Bahkan untuk indeks pembangunan gender pun pemerintah daerah
terkesan enggan berambisi membuat kenaikan indeks yang signifikan. Hal ini
tentu saja berkaitan dengan jumlah alokasi anggaran yang hanya 0,40% (Tabel
6.2).
Tabel 6.2

14

Target Indeks Pembangunan Gender 2011-2015
76.5
76

75.9

75.78

75.5
75

74.98

74.5

Series 1

74.8

74.7
74.1

74
73.5
73
2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

Terlihat bahwa kenaikan yang ditargetkan tak lebih dari 1 ½ % dengan
anggaran pengarusutamaan gender yang justru paling maksimal di antara program
yang lain.
Demikianlah

gambaran

arah,

kebijakan,

program,

dan

anggaran

Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman tentang pemberdayaan perempuan di mana
hal itu termasuk salah satu misi yang dikampanyekan dari pasangan bupati …. ….
Dari rencana pembangunannya saja dapat kita lihat bahwa sejatinya
Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman kurang mempunya ambisi serius untuk
menangani program yang satu ini.

G. Perkembangan Impelementasi Arah, Kebijakan, dan Program
Pemberdayaan Perempuan periode RPJM 2011-2015 dari tahun ke
tahun
Untuk

melihat

seberapa

jauh

arah

dan

agenda

pembangunan

pemberdayaan perempuan di atas diimplementasikan, maka perlu kiranya kita
memperhatikan beberapa evaluasi (LPPJ) terhadap RKPD dari tahun ke tahun.
Pertama, RKPD tahun 2011. Pada tahun ini arah umum kebijakan
pembangunan Kabupaten Sleman adalah: Pada tahun 2011 pembangunan
diarahkan pada pemulihan pasca bencana alam gunung Merapi pada aspek sosial
dan ekonomi masyarakat melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat dengan
memantapkan pencapaian aspek pendidikan dan kesehatan.

15

Untuk urusan pemberdayaan perempuan, dalam evaluasi terhadap RKPD
tahun 2011 tergambar sebagai berikut.
Menurut laporan (evaluasinya) yang dirilis pemerintah daerah, tercatat ada
beberapa inovasi yang dilakukan pada tahun ini berkenaan dengan pemberdayaan
perempuan, yaitu: (1) Terlaksananya sosialisasi dan simulasi PKDRT di semua
desa dan kecamatan se Kabupaten Sleman; (2) Terlaksananya revitalisasi
penyaluran modal UP-2K-PKK; (3) Terbentuknya gugus tugas kabupaten layak
anak; Terbentuknya Forum Layak Anak Seleman; (4) Terbentuknya forum
penanganan korban kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Berikut capaian indikator pemberdayaan perempuan antara tahun 20072011 (Tabel 7.1).

Tabel 7.1

16

Pencapaian Indikator Pemberdayaan Perempuan
120

100
95.31

94.89

96.39

96.6

92.3

91

2007-2011

80

60
58.47

59.68

58.62
46.52

40

22

20

4.6
0
2007

4
2008

3.6
2009

3.4
2010

2011

Sedangkan jika kita bandingkan antara capaian dan target, maka akan
terlihat sebagai berikut (Tabel 7.2):
Tabel 7.2

17

Indikator Pemberdayaan Perempuan Antara Target dan Capaian
120

100
92.3

80

60
54
46.52
43.34
40

28.4
20

0 0
Target 2011

0
Capaian 2011

Pada matrik ini terlihat bahwa begitu banyak program yang tidak
mencapai target atau malah mandeg dan tidak mengalami progres atau bahkan
menurun.
Yang menarik adalah bahwa dalam RPJM tercatat jika anggaran
pemberdayaan perempuan dan anak sebesar Rp. 1.442.243.040,- (satu miliar
empat ratus empat puluh dua juta dua ratus empat puluh tiga ribu empat puluh

18

rupiah). Namun pada kenyataannya dalam RKPD tahun 2011 anggaran berubah
menjadi hanya Rp. 725.022.500,- (tujuh ratus dua puluh lima juta dua puluh dua
ribu lima ratus rupiah) atau 0,20% dari keseluruhan APBD Kabupaten Sleman
2011.
Pemerintah Kabupaten Sleman dalam evaluasinya terhadap RKPD 2011
mengatakan bahwa dana tersebut terserap 99,79% atau sejumlah Rp.
723.493.000,- padahal dalam rilis laporannya banyak hal yang tidak direalisasikan
atau bahkan menurun dari tahun sebelumnya.
Kedua, RKPD tahun 2012. Pada tahun ini arah umum kebijakan
pembangunan Kabupaten Sleman diarahkan pada pemulihan paska bencana alam
gunung Merapi dan bencana lainnya pada aspek sosial dan ekonomi masyarakat
melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat yang berkeadilan dengan menjaga
danmemantapkan pencapaian pada aspek pendidikan, kesehatan danketersediaan
infrastruktur.
Untuk urusan pemberdayaan perempuan, dalam evaluasi terhadap RKPD
tahun 2012 tergambar sebagai berikut.
Menurut laporan (evaluasinya) yang dirilis pemerintah daerah, tercatat ada
beberapa inovasi yang dilakukan pada tahun ini berkenaan dengan pemberdayaan
perempuan, yaitu: (1) Terlaksananya sosialisasi dan simulasi PKDRT di semua
desa dan kecamatan se Kabupaten Sleman; (2) Terlaksananya revitalisasi
penyaluran modal UP-2K-PKK; (3) Terbentuknya gugus tugas kabupaten layak
anak; Terbentuknya Forum Layak Anak Seleman; (4) Terbentuknya forum
penanganan korban kekerasan terhadap perempuan dan anak. Hal ini sama persis
dengan yang dilaporkan pada evaluasi RKPD tahun 2011.
Komposisi laporan yang dirilis masih sama dengan yang diporkan dalam
hasil evaluasi terhadap kinerja pemerintah daerah pada tahun 2011. Di antaranya
adalah sebagai berikut (Tabel 7.3):

19

Tabel 7.3

Pencapaian Indikator Pemberdayaan Perempuan
120

100
94.89

96.39

92.59

96.6

91

2008-2012

80

60

59.68

58.62

55.17
46.52

38.37
40

20

41.91

18

4
0
2012

2008

3.6
2009

20

3.4
2010

2011

Sedangkan jika kita bandingkan antara capaian dan target, maka akan
terlihat sebagai berikut (Tabel 7.4):
Tabel 7.4

Indikator Pemberdayaan Perempuan Antara Target dan Capaian
120

100

80

60
55

44.21

42.16

40

38.37
34.63

20

18

0 0
Target 2012

Capaian 2012

Pada matrik ini terlihat bahwa begitu banyak program yang tidak
mencapai target atau malah mandeg dan tidak mengalami progres atau bahkan
menurun.

21

Sama

seperti

halnya

2011

pemerintah

tidak

punya

data

pertumbuhan/perkembangan yang lengkap dari program yang dicanangkan dari
tahun ke tahun.
Ketiga, RKPD tahun 2013. Pada tahun ini arah umum kebijakan
pembangunan Kabupaten Sleman diarahkan pada penanggulangan kemiskinan
yang didukung oleh penguatan ekonomi masyarakat melalui fasilitasi dan
pelayanan yang lebih optimal dari birokrasi pemerintahan serta mempertahankan
pencapaian di bidang pendidikan dan kesehatan dan ketersediaan infrastruktur.
Laporan evaluasi untuk RKPD 2013 sama dengan laporan pada tahuntahun sebelumnya dan tidak ada pembaharuan berkaitan dengan pemberdayaan
wanita.
Keempat, RKPD tahun 2014. Pada tahun ini arah umum kebijakan
pembangunan Kabupaten Sleman Pada tahun 2014 pembangunan diarahkan pada
penguatan ekonomi masyarakat yang didukung oleh peningkatan infrastruktur
wilayah yang lebih memadai dan keadaan sosial dan keamanan yang kondusif.
RKPD 2014 melansir bahwa anggaran untuk pemberdayaan perempuan
pada tahun ini adalah Rp. 1.308.325.480,- dengan tingkat realisasi 99,51% yaitu
sekitar 1.301.877.144,- atau hanya sekitar 0,28% dari keseluruhan APBD
Kabupeten Sleman. Anggaran ini berbeda dengan yang dicanangkan dalam RPJM
yaitu sebanyak Rp. 1.854.312.480,- atau berkurang sekitar 500 juta rupiah.
Dari keseluruhan anggara tahun 2014, hal itu dirinci lagi sesuai program
pemerintah dalam hal pemberdayaan perempuan menjadi (Tabel 7.5):

22

Tabel 7.5

Prosentase Program Pemberdayaan Perempuan Periode 2014

69,024,130 130,149,470
88,847,900

Program keserasian kebijakan
peningkatan kualitas anak dan
perempuan
Program penguatan kelembagaan pengarusutamaan
gender dan anak
Program peningkatan kualitas
hidup dan perlindungan
perempuan
Program peningkatan peran
serta dan kesetaraan gender
dalam pembangunan

1,020,303,950

Rupanya terjadi realokasi besar-besara terhadap bidang pemberdayaan
wanita ini bila dibanding dengan RPJM yang dibuat sebelumnya.
Untuk laporan lainnya, masih berlaku laporan tahun 2011 dan 2012.
Kelima, RKPD tahun 2015. Pada tahun ini arah umum kebijakan
pembangunan Kabupaten Sleman diarahkan pada pemantapan ekonomi yang
didukung oleh pemantapan bidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur.
RKPD 2015 melansir bahwa anggaran untuk pemberdayaan perempuan
pada tahun ini adalah Rp. 1.667.858.500,- dengan tingkat realisasi 98,37% yaitu
sekitar Rp. 1.640.595.772,- atau hanya sekitar 0,33% dari keseluruhan APBD
Kabupeten Sleman yang tertera dalam RPJM 2011-2015 untuk APBD 2015 yang
sebanyak Rp. 493.614.778.599,-.
Dari keseluruhan anggara tahun 2015, hal itu dirinci lagi sesuai program
pemerintah dalam hal pemberdayaan perempuan menjadi (Tabel 7.6):

23

Tabel 7.6

Prosentase Program Pemberdayaan Perempuan Periode 2014

91,164,500 139,830,000
130,120,000

Program keserasian kebijakan
peningkatan kualitas anak dan
perempuan
Program penguatan kelembagaan pengarusutamaan
gender dan anak
Program peningkatan kualitas
hidup dan perlindungan
perempuan
Program peningkatan peran
serta dan kesetaraan gender
dalam pembangunan

1,396,284,000

Seperti halnya pada tahun 2014, rupanya terjadi realokasi besar-besara
terhadap bidang pemberdayaan wanita ini bila dibanding dengan RPJM yang
dibuat sebelumnya.
Untuk laporan lainnya, masih berlaku laporan tahun 2011 dan 2014.
Indeks Pembangunan Gendernya pun yang dilaporkan masih indeks tahun 2011.

H. Kesimpulan
Dari pengamatan terhadap RPJM dan RKPD periode 2011-2015, dapat
kita simpulkan beberapa hal penting berikut:
1.

Salah satu yang krusial yang terjadi pada RPJM & RKPD Kabupaten Sleman
periode 2011-2015 adalah minimnya agenda setting khususnya terkait dengan
pemberdayaan perempuan. Agenda setting ini sejatinya menjadi penting
sekali untuk memberikan landasan bagi arah kebijakan, program, dan porsi
anggaran yang akan diajukan dan disahkan. Minimnya agenda setting
(pemetakan masalah) terkait pemberdayaan perempuan di Kabupaten Sleman
menampakkan kekeliruan mendasar dan besar kemungkinan akan berakibat
pada program tak tepat sasaran.

24

2.

Terjadi banyak sekali perubahan/penyimpangan/ketidaksingkronan antara
kebijakan, program yang ada di RPJM dan di RKPD terutama pada poin
tindakan teknis (program satuan), terkait Pemberdayaan Perempuan.

3.

Pada program yang bersifat umum, terkait Pemberdayaan Perempuan, bisa
dikatakan sudah cukup sinkron.

4.

Hasil evaluasi pada masing-masing RKPD tidak menyuguhkan data yang
lengkap sesuai program yang dicantumkan di RPJM.

5.

Ada banyak sekali program yang tertera di RPJM yang tidak ditemukan
ujungnya di RKPD, terkait Pemberdayaan Perempuan.

6.

Ada banyak sekali program di RKPD yang tidak dicantumkan secara eksplisit
di RPJM, terkait Pemberdayaan Perempuan.

7.

Ada banyak sekali kesimpangsiuran data terkait laporan target dan capaian.
Misalnya RKPD 2014 yang justru mencantumkan hasil evaluasi 2011 & 2012
dan tidak mencantumkan hasil evaluasi 2014 yang justru dibutuhkan.

8.

Kesimpangsiurang data juga terjadi antara laporan evaluasi pada satu RKPD
dengan laporan evaluasi pada RKPD yang lain.

9.

Kesimpangsiuran data tersebut tidak hanya terjadi pada target dan capaian,
melainkan besaran anggaran antara yang tercantum dalam RPJM dan RKPD.

10. Dengan kondisi sedemikian, maka lapaoran dari RPJM dan RKPD yang ada
bisa dikatakan cukup membingungkan.
11. Meskipun menjadi salah satu misi dari pemerintah daerah, pemberdayaan
perempuan rupanya tidak mendapatkan porsi perhatian yang layak. Hal ini
tercermin dari (1) buruknya kinerja pemerintah dalam hal ini (tercermin
dalam laporannya); (2) alokasi dana yang hanya 0,40 % dari keseluruhan
anggaran, dan terus menurun dari tahun ke tahun (mekipun dalam RPJM
dianggarkan untuk naik, namun faktanya dalam RKPD terus menurun).
12. Bahkan untuk kenaikan Indeks Pembangunan Gender pun Pemerintah Sleman
hanya menargetkan kenaikan tak lebih dari 1 ½ %.

Target Indeks Pembangunan Gender 2011-2015
78
76
74
72
2009

74.98
2010

74.1
2011

74.7
2012

74.8
2013

25

75.78
2014

Series 1

75.9
2015

2016

Sumber BPS Kab. Sleman
Demikian penelusuran jejak pemberdayaan perempuan dalam RPJM dan
RKPD Kabupaten Sleman periode 2011-2015.

26