Survei dan Pemetaan Daerah Rawan Banjir dengan Menggunakan Citra Penginderaan Jauh di Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Air Dingin Kota Padang - Universitas Negeri Padang Repository

pTiiEzGI
UNIV. IYEGERI BADANG

LAPORAN PENELITIAN
SURVEI DAN PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DENGAN

MENGGUNAKAN CITRA PENGINDERAAN JAUH Dl DAERAH ALIRAN
SUNGAI @AS) BATANG AIR DINGW KOTA PADANG

Oleh:
Prof. Dr. Eri Barlian, M.Si

Dra. Emawati, M.Si

PENELITLAN IN1 DWIAYAI OLEH :
DIPA UNP No. 471e/UN35.2/PG/2012
Tanggal 1 Agustus 2012

UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012


HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Penelitian

: Survei dan pemetaan Daerah Rawan Banjir dengan

menggunakan citra penginderaan jauh di Daerah Aliran
Sungai (DAS) Batang Air Dingin Kota Padang
2. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap
b. Jenis Kelamin
c. NIP
d. Jabatan Struktural
e. Jabatan Fungsional
f. Fakultas
g. Pusat Penelitian

: Prof. Dr.Eri Barlian, M.Si
: Laki-laki
: 196107241987031003

: Guru Besar
: Program Pascasarjana
: Program Pascasarjana

h. Alamat
i. TeleponRaks.
j. Alamat Rumah

: Air Tawar Padang
: 0751-7051 147
: Perumdam IV Blok S no 5

k. TeleponRaks~E-mail
I. e-mail.

Tunggul Itam Padang
: 08 126609578Raks. 075 1-445088
eribarlian@yahoo.com

-


.

3. Jangka Waktu Penelitian
: 6 Bulan
4. Jumlah Biaya yang Diusulkan: Rp. 7.500.000,OO

-,

f

,-I..

.

. 3

Padang, Desember 20 12
Ketu Peneliti,


.

Mengetahui,
.Direktur PPS UNP

, '

NIP. 19

.7 ,

.

-L

'*

4

J


r ~ e t u a ' ~ e m b aPenelitian
aa

a

%
:

&(;

Prof. ~ r . h r ~arlian,
i
M.Si
NIP. 196107241987031003

(pr. A h e n Bentri M.Pd,)

NIP. 19610722 198602 1 002


Ringkasan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mtuk : 1,

Mengetahui kemampuan citra

penginderaan jauh untuk identifikasi pemetaan penggunaan lahan pada DAS Batang Air
Dingin, 2 Mengetahui kemampuan citra penginderaan jauh untuk identifikasi pemetaan

bentukahan pada DAS Batang Air Dingin, 3 Menganalis karakteristik banjir badasarkan
unit-unit bentuklahan DAS Batang Air Dingin, 4 Membuat peta rawan banjir berdasarkan
peta bentuklahan dan karakteristik banjir DAS Batang Air Dingin, 5 Mengevaluasi tingkat
kerincian dan ketelithnidofmasi dari citra penginderaan jauh dalam menyajikan data daerah
rawan banjr.

Latar belakaug: Hampir setiap hujan datang sebagian daemh yang berada di
daerah aliran sungai @AS) Air Dingin mengalami banjir, seperti daerah Bungo Pasang,
Sudah banyak korban harta benda, rumah ternak, tanaman p 4 a n yang rusak dm bahkan
membawa kematian

. Telah


banyak usaha penanggulangan banjir yang dibuat oleh

pemerintah seperti pembangunan dam di sebagian kiri kanan Batang

Air Dingin,

pernindahm penduduk (relokasi) dari daerah rawan banjir ke daerah yang dianggap lebih
aman dari bencana banjir. Akan tetapi baik diduga atau tidak, bencana banjir tetap hadir. Hal
ini mungkin disebabkan belum tersedianya peta daerah aliran banjir yang memberi informasi
tentang daerah-daerah yang berpeluang besar mendapat banir, akibatnya hingga kini
penduduk masih membangun daerah permukiman di kawasan rentan banjir.
Pemetmm daerah banir secara konvensional seperti pengukuran langsung,
pengumpulan data clan pemetaan banjir di lapangan akan rnemakan waktu dan biaya yang

tinggi. Hal ini disebabkan pada saat banjir terjadi, pekejaan tersebut m a t sulit dilaksmakan,
akibat kumngnya sarana untuk menjangkau daerah yang kena banjir, didukung lagi oleh
kondisi cuaca yang bur& Dengan demikian perlu adanya teknik survey dan pemetaan
daerah rawan banjir yang memerlukan waktu yang relative cepat dengan hasil yang
mempunyai kebenaran yang tinggi. Survei darat (gound survey) dan pemanfaatan citra satelit

yang beresolusi tinggi telah banyak digunakan sebagai alat utama (basic roo0 untuk
pemetaan daerah rawan banjir tersebut. Deutch, et, al; 1973).

Pemanfaatan citra penginderaan jauh beresolusi tinggi seperti foto udara untuk
memetakan daerah rawan banjir mendasarkan pada karakter fenomena geomorfologis dan
hidrologis suatu daerah aliran sungai digunakan sebagai alat untuk mendeliniasi dan
memetakan daerah rawan banjir oleh beberapa peneliti seperti : O-Ya (1971); Watts dan

Smith (1972); Benson clan Waltes (1973); Halberg, Hoyer clan Rango (1 973); Meijerink
(1975); Verstappen (1975); Currey (1977); Reeves (1973) dan Dibyosaputro (1984,1988 dan
1991).

Metode Penelitian :Bahan -bahan yang dapat digunakan di dalam pemetaan daerah
rawan banjir antara lain : Foto dara panlcromatik hitam putih DAS Air Dingin ,skala 1: 5000

tahun 1974, 1: 10 000 tahun 1989;Peta Topografi Sumatra Barat Lembar Pada Diproduksi
Oleh Jan Top TNI-AD, Dicetak Tahun 1985 Skala 1:50.000 . Peta Geologi Lembar Padang
Skala 1:250.000, Peta Geomorfologi Bagian Kota Padang Skala 1: 20.000 Oleh Oya Tahun
1983, Kertas Kalkir. Alat 4 a t yang digunakan didalam penelitian adalah: Stereoskop


cerrnin, Bor tanah,, Palu geologi, Kompas tipe bruto, Lensa pembesar, Pita ukur, Abney
level. Penelitian dilakukan daIam 6 (enam) tahap terdiri dari : 1) tahap persiapan, 2) tahap
interprestasi foto udara, 3) tahap kerja lapangan, 4) tahap interpetasi ulang, 5)tahap analisi
data, 6) tahap penulisan lapangan. Dari data yang sudah dipmleh dilahkzm analisis dm simulasi
model dengan perangkat analisis Arc View 3.3 (Suwedi et al., 2006)..

Hasil Penelitian; Berdasarlran Identifbsi dan klasifikasi terhadap bentuk

penggunaan lahan pada DAS Batang Air Dingin terdiri dari permukiman, perdaganganlpasar,
sarana pendidikan, sawah, lahan kososng, sagu, nipah, dan hutan. Hasil identifikasi foto
udara p a n k r o d hitam putih terhadap bentuklahan yang ada di daerah penelitian adalah:
Komplek perbukitan Mllkanik, lereng perbukitan vulkanik, Fluvio vulkanik, Rawa belakang,
Kipas alluvial, Bura Muda, GisikBura tua, Depresi antar beting, dan dataran banjir.
Karakteristik banjir berdasarkan unit bentuklahan di DAS Batang Air Dingin terdiri
dari:Lamanya genangan banjir berkisar antara 3 jam sampai 20 jam. b, dalamnya banjir

berkisar antara beberapa cm sanpai 1 m. c, kkwensi banjir berkisar antara 2 - 9 kali dalam
setahun. Daerah tingkat Kerawanan di daerah banjir DAS Batang Air Dingin adalah: a)
Sangat rawan (sebagian Bungo pasang, sebagian parupuk Tabing) b), Rawan ( Sebagian
Dadok Tunggul Itam, Sebagian Baypas Bungo Pasang), c) Aman (Lubuk Minturun, Air


...
111

Dingin, dan Sungai Lareh.Tingkat ketelian hasil interpretmi dm pemetaan penggunam lahan

adalah 88% dan pemetaan 80%.

PENGANTAR
Kegiatan penelitian mendukung pengembangan ilmu serta terapannya. Dalam ha1
ini, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang berusaha mendorong dosen untuk
melakukan penelitian sebagai bagian integral dari kegiatan mengajarnya, baik yang secara
langsung dibiayai oleh dana Universitas Negeri Padang maupun dana dari sumber lain
yang relevan atau bekerja sama dengan instansi terkait.
Sehubungan dengan itu, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang
bekerjasama dengan Pimpinan Universitas, telah memfasilitasi peneliti untuk
melaksanakan penelitian tentang Survei dan pemetaan daerah Rawan Banjir dengan
Menggunakan Citra Penginderaan jauh di Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Air
Dingin Kota Padang, sesuai dengan Surat Penugasan Pelaksanaan Penelitian
Pengembangan Fakultas dan Pasca Sarjana Universitas Negeri Padang Tahun Anggaran

20 12 Nomor: 47 1e m 35.21PGI20 12 Tanggal 1 Agustus 20 12.
Kami menyambut gembira usaha yang dilakukan peneliti untuk menjawab berbagai
permasalahan pembangunan, khususnya yang berkaitan dengan permasalahan penelitian
tersebut di atas. Dengan selesainya penelitian ini, Lembaga Penelitian Universitas Negeri
Padang akan dapat memberikan informasi yang dapat dipakai sebagai bagian upaya
penting dalam peningkatan mutu pendidikan pada umumnya. Di sarnping itu, hasil
penelitian ini juga diharapkan memberikan masukan bagi instansi terkait dalam rangka
penyusunan kebijakan pembangunan.
Hasil penelitian ini telah ditelaah oleh tim pembahas usul dan laporan penelitian,
kemudian untuk tujuan diseminasi, hasil penelitian ini telah diseminarkan ditingkat
Universitas. Mudah-mudahan penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pada
umumnya dan khususnya peningkatan mutu staf akademik Universitas Negeri Padang.
Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak
yang membantu terlaksananya penelitian ini, terutama kepada pimpinan lembaga terkait
yang menjadi objek penelitian, responden yang menjadi sampel penelitian, dan tim pereviu
Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang. Secara khusus, kami menyampaikan
terima kasih kepada Rektor Universitas Negeri Padang yang telah berkenan memberi
bantuan pendanaan bagi penelitian ini. Kami yakin tanpa dedikasi dan kerjasama yang
terjalin selama ini, penelitian ini tidak akan dapat diselesaikan sebagaimana yang
diharapkan dan semoga kerjasama yang baik ini akan menjadi lebih baik lagi di masa yang
akan datang.
Terima kasih.

Padang, Desember 2012
Ketua Lembaga Penelitian
- - . ~niversitas~ d ~ ePadang,
r i
,-.

.;

.'a,

'

-

,

.
,

.

i

.. .

'

,

~ e n t r iM.Pd.
,
,".:2~1L~96-l
..
0722 198602 1 002
'

-,.il
Ur.
,-'G.
.. ..
..

Tujnan penelitian ini d a h untnk : 1, Merxgetahui kemampuan citra pen@jauh untuk identifikasi pemetaan penggunaan lahan pada DAS Batang Air Dingin, 2
Mengetahui kemampuan citra penginderaan jmh untuk identifikasi pemetaan bentukahan
pada DAS Batang Air Dmgin, 3 MenganaIis kamkteristik banjir bedasarkan unit-unit
bentuklahan DAS Batang Air Dingin, 4 Membuat peta rawan banjir berdasarkan peta
bentuklahan dan karakteristik banjir DAS Batang Air Dingin, 5 Mengevaluasi tingkat
kerincian clan ketelitianinformasi dari citra pen,ginderaan jauh dalam menyajikan data daerah
rawan banjr.
Metode Penelitian ini Bahan -bahan yang dapat digunakan di dalam pemetaan
daerah rawan banjir antara lain :Foto dara pankromatik hitam putih DAS Air Dingin ,skala
1: 5000 tahun 1974, 1: 10 000 tahun 1989.Pet.a Topografi Sumatra Barat Lembar Pada
Diproduksi Oleh Jan Top TNI-AD, Dice* Tahun 1985 Skala 1:50.000 . Peta Geologi
Lembar Padang Skala 1:250.000, Peta Geomorfologi Bagian Kota Padang Skala 1: 20.000
Oleh Oya Tahun 1983, Kertas Kalkir. Alat -slat yang digunakan didalam penelitian adalah:
Stereoskop cermin, Bor tanah,, Palu geologi, Kompas tipe bruto, Lensa pembesar, Pita ukur,
Abney level. Penelitian dilakukan dalam 6 ( e m ) tahap terdiri dari :1) tahap persiapan, 2)
tahap interprestasi foto udara, 3) tahap kerja lapangan, 4) tahap interpetasi ulang, 5)tahap
analisi data, 6) tahap penulisan lapangan. Dari data yang sudah diperoleh dilakukan analisis dan
simulasi model dengan petangkat analisis Arc View 3.3 (Suwedi et al., 2006).
Hasil penelitian ini adalah: Berdasarkan I d e n t i h i dan klasifikasi terhadap bentuk
penggunaan lahan pada DAS Batang Air Dingin terdiri dari permukiman, perdaganganlpasar,
sarana pendidikan, sawah, lahan komsng, sagu, nipah, dan hutan. Hasil identifbsi foto

udara pankrornatik hitam putih terhadap bentuklahan yang ada di daerah penelitian adalah.
KompIek perbukitan vulkanik, Iereng perbukitan vulkanik, Fluvio vulkanik, Rawa belakang,
Kipas alhruial, Bura Muda, GisiIdBura tua, Depresi antar beting, clan dataran banjir.
Karakteristik banjir berdasarkan unit bentuklahan di DAS Batang Air Dingin terdiri
dari:Lamanya genangan banjir berkisar antara 3 jam sampai 20 jam. b, dalamnya banjir
berkisar antara beberapa cm sanpai 1 m. c, frekwensi banjir berkisar antara 2 - 9 kali dalam
setahun. Daerah tingkat Kerawanan di daerah banjir DAS Batang Air Dingin adalah: a)
Sangat rawm (sebagian Bungo pasang, sebagian pampuk Tabing) b), Rawan ( Sebagian
Dadok Tunggul Itam, Sebagian Baypas Bungo Pasang), c) Aman (Lubuk Minturun, Air
Dingin, dan Sungai Lareh.Tingkat keteiian hasil interpretasi dan pernetaan penggunaan lahan
adalah 88% dan pernetaan 80%.
Kata kunci: Survei dan pemetgan ,Daerah Rawan Banjir ,citra penginderaan jauh ,Daerah Aliran
I

Sungai @AS) Batang Air Dingin

DAFTAR IS1

Halarnan Pengesahan .............................................................................

i

..

Ringkasan Penelitian ..............................................................................

11

..............................................................................................

iv

Abstrak

Kata Pengantar ...................................................................................... vi
Daftar isi

.............................................................................................

1

BAB I . Pendahuluan ................................................................................ 1
A.
B.
C.
D.

Latar Belakang .............................................................................. 2
Perumusan Masalah ........................................................................3
Tujuan Penelitian ........................................................................... 4
Manfaat Penelitian .......................................................................... 4

BAB I1. Tinjauan Pustaka

...........................................................................

6

A. Penggmaan Foto Udara Untuk Mengidentifikasi Daerah Banjir ................. 6
B. Penelaahan daerah rawan banjir, kerentanan. dan bahaya banjir ................. 8
BAB I11. Metode Penelitian

......................................................................... 13

A . Metode Pendekatan .......................................................................... 13
B. Bahan dan Alat Penelitian .................................................................. 13
C. Tahapan Penelitian ........................................................................... 16
BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan .......................................................16
A.
B.
C.
D.

Keadaan Wilayah Penelitian ............................................................... 16
Identifikasi Pemetaan Penggunaan Lahan pada DAS Batang Air Dingin .......... 16
Identifikasi Pemetaan BentukLahan pada DAS Batang Air Dingin .................. 19
Karakteristik Banjir di DAS Batang Air Dingin ........................................ 22
E. Peta Tingkat Kerawanan Banjir di DAS Batang Air Dingin ........................... 29
F. Uji Ketelitian Interpretasi dan Pemetaan .................................................. 31

BAB V . Kesimpulan dan Kesimpulan

..............................................................3 3

Daftar Pustaka ..........................................................................................

33

BAB I

PEIYDAHULUrn

Sejak dahulu sebagian besar penduduk di dunia hidup dan bermukirn di

d a e d sekitar sungai. Hal ini disebabkan oleh banyak factor pendmng, diantamnya
kondisi tanah yang subur, p k a n a%p g mudab dan stabil, aksesibiitas yang tinggi
(h.ansportasi mudah) dm kemmpuan d a d sekitar untuk menopang kehidupan
ekonomi mereka. Permukiman di daerah sekitar sungai seperti pada tamggul a i m ,

dataran allwial, dataan banjir d m dataran alluvial pantai tm.&ima disaat curah hujan
tinggi d m diiingi oleh pasang naik maka air sungai akan mduap. Hal ini dapat
mengakibat krjadinya h j i r d m dapat men&-

malapetslka yang merugikan

penddtlk q m t i hancumya tanaman pertanian, harts benda, bahkan m g g u t
nyawa perrduduk yang b m u k i i di cfaerah tersebut.
Banjir menrpakan salah satu bentuk bencana alam yang sangat merisaukan
penduduk yang tinggal di daerah rawan banjir, karena factor curah hujan yang tinggi
atau bahk;m banjir sangat perlu dideteksi dengan cara menentukan genangan, lama
genangan, kedalaman genangan, frekwensi banjir, dm mengetahui surnber penyebab
banjir itu sendiri. Bencana banjir menrpakan interaksi antara manusia dengan alam
yang diak'batkan oleh system penyesuaian manusia dalarn m e m a n f a a h alam dan
system alam itu sendiri. Dalam ha1 ini banjir merupakan aspek intemksi antara
manusia dalarn mencoba memanfaatkan alam yang berguna dan rnenghindari alam
yang &pat merugikan manusia itu send"$ (Kates, 1970 dalarn Dibyo Saputra, 1997)
Daerah Aliran Sungai @AS) Air Dingin Padang addah &ah satu kawasan
potensial sebagai daerah permukiman dan pertanian yang subur, daerah ini merupakan
pemasok sayur-sayuran dan hem untuk kota Padang. Narnun

perkembangan

penduduk yang relative tinggi dan tuntutan pernekaran wilayah kota Padang maka
sebagian lahan pertanian di DAS Batang Air Dingin telah beralih fbngsi menjadi
daerah permukiman.

Pembangunan permukiman dan sarana prasarana perrnukiman yang tidak
mempertimbangkan keseimbangan lingkungan dan kemampuan lahan akan
memfasilitasi terjadinya erosi, genangan dan banjir. Pada waktu hujan turun maka
hasil kikisan tanah permukaan akan terbawa masuk daerah aliran sungai atau aliran

draenase. Disaat hujan reda atau sudah berhenti ,maka hasil erosi akan mengendap
pada dasar sungai yang menyebabkan tejadinya pendangkalan dasar sungai, sehingga

bila musim hujan datang, sungai akan mudah meluap dan akan menyebabkan daerah
aliran sungai ini banjir.
Hampir setiap hujan datang sebagian berah yang berada di daerah aliran

sungai @AS) Air Dingin mengaiami banjir, seperti ctaerah b g o Pasang, Sudah
banyak korban harta benda, rumah ternak, tanaman pertmian yang rusak dan bahkan
membawa kematian . Telah banyak usaha penanggu1angan banjir yang dibuat oleh
pemerintah seperti pembangunan dam di sebagian kiri kanan Batang Air Dingin,
pemindahan penduduk (relokasi) dari daerah rawan banjir ke daerah yang dianggap
lebih aman dari bencana banjir. Akan tetapi baik diduga atau tidak, bencana banjir
tetap hadii. Hal inf mungkii disebabkan belurn tersedianya peta daerah atiran banjir
yang memberi infomasi tentang daerafi-daerah yang berpeluang besar mendapat
banir, akibatnya hingga kini penduduk masih membangun daerah perrnukiman di
kawasan rentan banjir.
Survey daerah rawan banjir pada daerahdaerah yang dapat dilanda banjir
dapat didekati dengan smvey geomorfologi di dataran rendah secara rinci, dengan
mendasarkan pada survey geomorfologi, suatu d a d dapat diielompokkan dan

dipetakan dalam unit-unit geomorfologis dan lebih lanjut dari unit tersebut dapat
dikelompokkan lagi kedalam unit-unit bentuk lahan. Unit-unit bentuk lahan
tersebutdapat memberi informasi tingkat kerawanan bencana banjir serta karalcteristik
banjir (misalnya; frekuensi, kedalaman, lama genangan, luas genaangan dan bahkan
mungkin penyebab banjir). Oleh karena itu survey geomorfologi rinci suatu dataran
alluvial, dataran banjir maupun daerah rendah lainnya bersarna-sama dengan studi
lapangan tentang akumulasirtimbunan lempung, pasir, krikil dan kerakal akan &pat
memperkhkm sejarah perkembangan daerah tersebut a k a i i t terjadinya banjir pada
masa lampau (0-Ya,
1973)

Pemetaan daerah banir secara konvensional seperti pengukuran langsung,
pengurnpulan data dan pemetaan banjir di lapangan akan memakan waktu dan biaya
yang tinggi. Hal ini.disebabkan pada saat banjir terjadi, pekerjaan tersebut amat sulit
dilaksanakan, akibat kurangnya sarana untuk menjangkau daerah yang kena banjir,
didukung lagi oleh kondisi cuaca yang buruk. Dengan demikian perlu adanya teknik
survey dan pemetaan daerah rawan banjir yang memerlukan waktu yang relative cepat
dengan hasil yang mempunyai kebenaran yang tinggi. Survei darat (gound survey)
dan paanfaatan citra satelit yang beresolusi tinggi telah banyak digunakan sebagai
alat utarna (basic roo0 untuk pemetaan daerah rawan banjir tersebut Deutch, et, al;
1973).

Pemanfaatan citra penginderaan jauh beresotusi tinggi seperti foto udara
untuk memetakan daerah rawan banjir mendasarkan pada karakter fenomena
geomorfologis dan hidrologis suatu daerah diran sungai digunakan sebagai alat untuk
mendeliniasi dan mernetakan daerah rawan banjir oleh beberapa peneliti seperti : 0Ya (1971); Watts dan Smith (1972); Benson dan Waltes (1973); Haberg, Hoyer dan
Rango (1973); Meijetink (1975); Verstappen (1975); Currey (1977); Reeves (1973)
dan Dibyosaputro (1984,1988 dan 1991).
Kenampakan b e d lahan dan unit geomwfologi,relief, pola aliran sungai,
dan satuan bentuMahan sebagai petunjuk penentuan daerah rawan banju dikenali pada
foto udara, apalagi foto udara @at m e m b e r i i gambaran objek secara tiga dimensi,
sehingga p e n g u h Iereng dan pengukuran beda tinggi suatn daerah dapat
dilakukan. Berdasarkan pokok pikiran dan fiikta di atas, maka penelitian ingin
melaknkan penelitian dmgan judul Survei dan Pemetaan Daerah Rawan Banjir
Dengan menggnnakan Citra Penginderaa Jaob di Daerab Aliran Snngai @AS)
Batang Air Dingin Kota Padang,

B. Pernmusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat & m u s h permasalahan penelitian sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah kernarnpm citra penginderaan jauh untuk identifikasi untuk

identifikasi dan pemetaan penggunaan lahan pada DAS Batang Air Dingin

2. Bagaimanakah kemampuan citra penginderaan jauh untuk identifikasi clan
pemetaan satuan bentuklahan pada DAS Batang Air Dingin

3. Bagaimanakah karakteristik banjir berdasarkan bentuMahan pada DAS Batang
Air Dingin
4. Bagaimanakah pernetaan rawan banjir berdasarkan data bentuklahan dan

karakteristik banjir pada DAS Batang Air Dingm
5. Seberapa jauh tingkat kerincian dan tingkat ketelitian informasi dari citra

penginderaan jauh dalam menyajikan data daerah rawan banjir.

C. Tujuan penelitian
1. Mengetahui kemampuan citra penginderaan jauh untuk identifikasi pemetaan

penggunaan lahan pada DAS Batang Air Dingin
2. Mengetahui kemampuan citra penginderaan jauh untuk identifhsi pernetaan

bentukahan pada DAS Batang Air Dingin
3. Menganalis karakteristik banjir bedasarkan unit-unit bentuklahan DAS Batang

Ku Dingin
4. Membuat peta rawan banjk berdasarkan peta bentuklahan dan karakteristik banjir

DAS Batang Air Dingin
5. Mengevahmsi tingkat kerincian dan ketelitianinfomasi dari citra penginderaan

jauh dalam menyajikan data daerah rawan banjr.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini M
i dari manfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahwq manfaat bagi peneliti, dan manfaat bagi pemegang kebijakan.

1. Manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan adalah dapat dirumuskan teori,
proses kegiatan penelitian (metodologi, analisis, dan kesimpulan) yang mencirikan
berkembangnya ilmu dm pengetahuan di bidang penataan penggunaan lahan dan
permukiman pada kawasan rawan banjir
2. Manfaat bagi peneliti addah dapat berkembangnya kemampuan penalaran dalam

rangka membentuk kemandirian peneliti dalam melakukan penelitian yang
original.

3. Manfaat bagi pemegang kebijakan adalah sebagai dasar untuk mengembangkan

kebijakan penataan ruang kawasan rawan banjir di DAS Batang Air dingin Kota
Padang dan daerah lain yang mempunyai karakteristik yang sama

BAB n.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
Penggunaan foto udara untuk mengidentifikasi daerah banjir.

Penginderaan jauh merupakan suatu cara untuk memperoleh suatu informasi
dan suatu objek tanpa kontak langsung dengan objek tersebut. Secara khusus maka
tknik pengindraan jauh dapat dipantulkan atau dipancarkan oleh objek tanpa kontak
langsung dari objek yang diindera, sehingga semua abjek yang ada dipermukaan bumi
yang tidak terlalu kecil dan tidak terlindungi oleh objek lain, semua tergambar dalam
objekpenginderaan jauh. Gambaran tersebut tampak dengan bentuk (ujud) ukuran dan
letak yang sesuai dengan bentuk (ujud) dan letak di lapangan (Sutanto, 1982)
Data penginderaan jauh telah banyak digunakan untuk berbagai bidang ilmu.
Foto udara merupakan bagian dari citra Penginderaan Jauh dapat ditimbulkan
gambaran tiga dimensional apabila pengamatannya dilakukan dengan alat disebut
stereoskop. Gambaran tiga dimensional ini sangat menguntungkan karena ; 1)
menyajikan model medan yang jelas, 2) relief lebih jelas karena adanya pembesaran
vertical, 3) memungkinkan pengukuran volume ; 4) memungkinkan pengukuran
lereng (Sutanto, 1986).
Selanjutnya Sutanto (1986) mengatakan pengukuran objek merupakan bagian
vital dalam interpretasi citra, tanpa mengenal identitas dan jenis objek tergambar pada
citra tidak mungkin dilakukan analisis untuk memecahkan masalah yang sedang
dihadapi. Prinsip pengenalan objek pada citra didasarkan atas penyidikan karakteristik
atributnya pada citra. Karakteristik objek yang yang tergambar pada citra dan
digunakan untuk mengenali objek yang disebut unsur interpretasi citra. Unsur
interpretasi terdiri dari 9 (Sembilan) butir ; rona, ukuran, bentuk, tekstur, pila, tinggi,
bayangan, situs dan asosiasi.
Foto udara pangkromatik hitam putih digunakan untuk menentukan unit-unit
permukaan lahan (Terrain Mapping Unit =TMU), dideliniasi didasarkan atas
kenampakan fisiografi dan informasi bantuan (Darmawan.M dan Suriadi, A. B,
19973). Menurut Gunawan (1993) interprestasi foto udara secara manual dengan
enggunakan seteoroskop cermin sampai saat sekarang masih relevan untuk
6

memperoleh detail objek permukaan bumi yang tergambar dalarn foto udara
menggambarkan objek permukaan bumi secara lengkap dengan kenarnpakannya di
lapangan, namun kenyataannya yang digambarkan terutama kenampakan pemukaan.
Oleh karena itu untuk diidentifikasi objek yang tidak Nampak pada permukaan
ditafsir melalui objek-objek permukaan tersebut dengan cara membuat sintesis

berdasarkan hubungan atau keterkaitannya.
Gay (1976) dalam Gunawan (1993) menyatakan berbagai macarn pendekatan
yang dapat digunakan untuk membantu &lam menjelaskan hubungan atau
keterkaitan antar parameter lahan, salah satu pendekatan yang dapat digunakan
adalah pendekatan analisis bentangan lahan (landscape approach). Berbagai
parameter termasuk dalam parameter-pmameter permukaan, maka dipilih parameter
yang benar-benar terkait, apakah merupakan unsur-unsur utama ataukah hanya faktor
sekunder yang ikut menentukan atau mempengaruhi
Ada 7 (tujuh) unsur pola dasar yang dapat digunakan oleh penafsir foto udara

untuk menggolongkan bentuk-bentuk lahan clan bentangan lahan : 1) topografi, 2)
pola-pola penggalian (draenase), 3) tekstur pergalian, 4) tipe parit (gully tipes), 5)
rona foto dan tekstur foto, 6) pola vegetasi dan, 7) pola tata guna lahan.
Sifirt-sifat jelas dari bentuklahan adalah bentuk tiga dirnensinya yang mudah
dianalisis dalam satu pasang foto udara yang stereoskopis. Jadi penafsir dapat
meneatukan secara cepat jika topografi adalah relatif rata atau curam, berbukit bulat
atau runcing. Keterangan yang banyak ini memberikan informasi geologi dan tanah
merupakan suatu petinjuk yang baik mengenai sifat-sifat tanah.
Pola-pola penggalian yang berhubungan etat dengan topografi dan curah hujan
merupakan sifat yang paling penting untuk klasifikasi bentanglahan. Menurut
Zuidam (1972) erosi aliran menghasilkan banyak tipe lemah yang menunjukkan
corak-corak topografi yang mengungkapkan litologi, keadaan e m i dan sejarah
geomorfologi kawasan tersebut selama erosi. Pola-pola pengaliran yang mudah

nampak pada foto udara menggambarkan sampai ke tingkat yang berbeda litologi
dan struktur suatu daerah.
Pain (1993) m e n g a t a h suatu analisis topografi dan pola pengaliran
memberikan informasi kepada seoran penafsir foto udara, keterangan tentang
lapangan dasar, struktur geologi, bahan induk tanah, erosi dan banjir pada suatu
daerah. Ada 7 (tujuh) pola pengaliran yaitu ;1) dendritic, 2) parallel atau sejajar, 3)
7

trails (jeruji), 4) persegi panjang, 5) radial, 6) tak teratur (derariged) dan 7) internal.
Tekstur pengaliran berbeda dengan tekstur foto udara, tekstur pengaliran
berhubungan dengan jumlah dan jarak pengaliran (dengan atau tanpa sungai
permanen). Pola draenasi dan tekstur pengaliran penting bagi penafsir foto untuk
mendapatkan petunjuk tentang struktur geologi, bentuklahan dan penneabilitas
seluruh tanah (way, 1973). Rona foto menunjukkan wama kelabu dari hitam sampai
putih tekstur foto menunjukkan kekasaran atau kehalusan kelompok objek, rona
emnunjukkan ciri-ciri pennukaan yang dipengaruhi oleh tipe tanah,kelembaban
tanah, dan tipe-tipe vegetasi (Paine, 1993) Vegetasi seringkali menghalangi
penafsiran foto untuk mengamati tanah tetapi vegetasi dapat memberikan petunjuk
yang berguna mengenai keadaan tanah.Pola penggunaan lahan yang salah akan
memfasilitasi terjadinya bencana alam seperti erosi, banjir dan longsor serta
kekeringan.
Menurut Susilo (1994) musibah banjir yang terjadi di Sumatera tahun 1992
sebagai kelanjutan kemarau panjang tahun lalu, asap tebal kebakaran hutan yang
berbulan-bulan, dapat diidentifikasi dari citra NOAA. Selain itu pemetaan daerah
banjir dengan menggunakan foto udara telah dilakukan oleh Vestappen (1975),
Dibyosputro (1991) telah melakukan penelitian dengan memanfaatkan foto udara
untuk memetakan daerah rawan banjir yang mendasarkan pada karakter fenomena
geomorfologis dan hidrologis suatu daerah aliran sungai (DAS).
Dibyosaputro (1997) mengatakan bahwa fenomena petunjuk daerah sasaran
banjir selain didasarkan atas bentuk lahan juga dapat diidentifikasi dari aspek
lingkungan yaitu : 1) tubuh perairan, 2) kenampakan morfologi detil lahan rendah,
3) penggunaan lahanlpenutup lahan, 4) kondisi kelembaban tanah. Fenomena
tersebut dapat dengan cepat dideteksi dengan tingkat kebenaran relative tinggi
dengan interpretasi foto udara atau citra lain meskipun pada citra tersebut tidak ada
fenomena actual tentang kejadian banjir.
B. Pemetaan daerah rawan banjir, kerentanan dan Bahaya Banjir
Banjir adalah meluapnya air sungai melampaui tanggul mengenai daerah
rendah terutama sekitar sungai (Ward, 1978). Luapan itu terjadi karena adanya debit
sungai yang tinggi, sehingga tidak mampu menampung debit tersebut, ha1 ini sama

dengan definisi banjir yang ditetapkan dalarn PP no. 35 tahun 1991. Selanjutnya
Ward (1 978) menyatakan bahwa kondisi yang mendukung terjadinya banjir dapat
dikefompokkan pada dua fenomena, yaitu:
1. Karakteristik DAS yang stabil (stableBasin Caracteristic)
2. Karakteristik DAS yang berubah (Vuriabel Basin Curacteristk)
Karakteristik DAS yang stabil tersebut meliputi: luas DAS, bentuk DAS,
kemiringan lermg, kerapatm aliran, jenis batuan dan tanah pada d a d aliran sungai.
Karakteristik DAS yang timbul berkaitan dengan iklim dan penggunaan l a b .
Studi tentang banjir dan genangan tidak dapat lepas dari penelitian sehingga
karakteristik alur sungai dan geornorfologi dataran rendah daerah sekitar
sungaitembut.

Hujan

lebat

merupakan

salah

satu

factor

Mi yang

menyebabkanterjadinyabanjir. Selain hujan deras yang terjadi secara local memegang

peranan penting pula terhadap terjadinya banjir, genangan, tenrtama apabila terjadi di
daerah ledok fluvial dan dataran banjir yang secara kontinyu mempunyai
kelembababan tanah tinggi. Oleh karena itu, dengan terjadinya hujan tersebut air
hujan akan langsung segera menjadi aliran permukaan. Hal ini disebabkan karena
tidak adanya air hujan yang meresap ke dalarn lapisan tanah,

Ward (1978)menggambarkan secara skematis beberapa penyebab banjir pada
gambar berikut:

Garnbar 1: faktor-faktor penyebab banjir
Bahaya banjir (Natural hazard) merupakan suatu aspek interaksi antara
manusia dan alam yang muncul dari proses yang telah umum terjadi dimana manusia
pada urnurnnya mencoba mencari dan memanfaatkan alam yang menguntungkan dan
menjauhi alam yang membahayakan lagi kehidupan rnereka. Bahaya alam terjadi
sebagai akibat dari adanya interaksi antara pengaturan alam oleh suatu system
penggunaan alam oleh manusia dengan system kejadian alam itu sendiri. Proses
tersebut menjadi kemungkinan pendudukan manusia (permukimm) disuatu d

d

akan mengalami bencana alam secara berulang (Kats, 1970)
Banjir akan menjadi bencana apabila banjir tersebut menyebabkan terganggunya
alctititas manusia, oieh karena itu bencana banjir tidak hanya berdampak secara fisik

saja, akan tetapi merupakan suatu fenomena yang mempengaruhi kondisi sosial
ekonomi. Menurut Hewitt dan Burton (dalam Ward, 1978), bencana alam banjir
mencakup banyak aspek seperti kerusakan bangunan, erosi, hilangnya jiwa manusia,
hilangnya harta kekayaan, rusaknya system air, kerusakan aktifitas sosial, ekonomi
seperti transportasi dan komunikasi serta hancurnya lahan pertanian.
Hampir sebagian daerah yang rendah (rawa), dataran banjir (lahan rendah
terutama dataran banjir sekitar sungai) mengalami banjir. Dikawasan ini bencana

alam mungkin terjadi. Variasi kerusakan di d a d rawan banjir, baik secara
keruangan maupun waktu, merupakan proses melibatkan banyak faktor. Parker dan

Penning-Rose11 (dalam Ward, 1978) mengemukakan bahwa faktor yang peling
penting terhadap bencana banjir adalah penggunaan lahan, kedalaman air banjir, lama
genangan banjir keceptan aliran air serta sedimen yang terangkat oleh air banjir

tersebut.
Pernetaan daerah mwan banjir akan melibatkan fenomena geomorfologi
dim-

bentuknya sebagai tempat sasaran banjir d m hidrologi khususnya air b a q u

menempati bentuk Mum tersebut. Bentuklahan datrvan alluvial clan dasar fluvid
pantai memegang peranan penting didalam survey kerentanan banjir. Hal hi
dikarenakan kedua IJent.uk lahan tersebut mencemhkan efek atau proses
geomorfologi dan hidrologi masa lampau yang pengatusan eksternal dan internal yang

berarti mempunyai k-tan

erat dengan penyebaran genangan (inundation).

Dataran alluvial di kipas alluvial berkembang oleh adanya perulangan kejadian banjir
yang terjadi di masa lampau dan sekarang bentuk iahan tersebut dapat digunakan

untuk rnenjelaskan kerentanan banjir saat sekarang. Dengan demikian, studi pola
lokasiieruangan di bentuklahan melalui kajian geomorfologi adalah dapat dijadikan
titik awal survey kerentanan banjir (Dibyo Saputro, 1984).
Menurut Oya (1971), Huges (1980) dan Ventqpen (1983) hal-ha1 penting
yang harus dipelajari untuk surey dan pemetaan kerawanan dan bahaya banjir
meliputi: relief mikro, unit geomorfologi termasuk sifat dakhil yang berkaitan dengan
banjir, endapan sedimen clan karakteristik alur sungai.
Disamping bentuk lahan, fenomena unsur Iingkungan yang lain seperti kondisi
tanah, bentuk dan pola penggunaan lahdpenutup lahansangat membantu dalam
indentifikasi dan perbaikan claerah-daed sasaran banjir. Hal ini dikarenakan kedua
bentuklahan tersebut mencerminkan efek atau proses geomorfologi dan hidrologi

masa lampau. Kedua bentuk lahan yang dihasilkan tersirat kondisi pengatusan
eksternal dan internal yang berarti keterkaitan erat dengan penyebaran genanga
(im&on).

Datmn alluvial di kapas alluvial berkembang oleh adanya perulangan

kejadian banjir yang terjadi dimasa lampau dan sekarang bentuk lahan tersebut dapat
digunakan untuk rnenjelaskan kerentanan banjir saat sekarang. Dengan demikian studi
pola lokasiieruangan di bentulahan melalui kajian geomorfologi adalah dapat
dijadikan titik awal survey kerentanan banjir (Dibyosaputro).

Menurut Oya (1971), Huges (1980) dan Vesteppen (1983) hal-ha1 penting
yang hams dipelajari untuk survey dan pemetaan kerawanan dan bahaya banjir
meliputi: relief mikro, unit geomorfologi termasuk sifat dakhlil yang berkaitan dengan
banjir, endapan sedimen dan karakteristik alur sungai.
Disarnping bentuklahan, fenomena unsur linkungan yang lain seperti kondisi
tanah bentuk dan pola penggunaan lahdpermtup M a n sangat membantu dalam

identifikasi dm penetapan daerah-daerah sasaran banjir.
Aspek lingkungan yang dapat dijadikan petunjuk banjir adalah:
a. Tubnhperairan.
b. Keampuan geomorfologi detil lahan rendah
c. Pengunaan lahanlpenuhrp lahan

d Fenomena hasil aktif adaptasi (tangai, sungai penatur)
Faktor hidrologi dalam kajian kerawanan dan bahaya banjir adalah hujan,
debit sungai clan morfometri saluran. Variabel yang dimaksud adalah tebal clan lama
hujan yang berlangsung yang dapat digunakan untuk menentukan intensitas hujan
serta kondisi sebaran hujan di DAS. Hujan dengan intensitas tinggi clan terjadi dalam
jangka waktu pendek mempunyai kemungkinan kecil untukterjadinya banjir, akan
tetapi dengan inesitas yang sama atau lebih rendah terjadi dalam jangka waktu lama
mernpunyai kemungkinan besar untuk terjadinya banjir.
Debit sungai merupakan variabel aktif penyebab terjadinya banju. Dalam
konteks pemetaan daerah rawan banjir dan bahaya banjir, besarnya debit sungai
penyebab banjir adalah ha1 penting yang hams dikaji perbedaan debit penyebab banju
akan berakiit pada luas, lama dn kedalaman genangan banjir (Dibyosaputro, 1997).

METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan
Unit analisis yang pakai dalam penelitian ini adalah suatu bentuk lahan. Oleh
karena itu peneliti dilaksanakan dengan pendekatan yang sesuai, yaitu pendekatan
morfogenetik.
Salah satu pendekatan morfogenetik adalah ditinjau dari aspek morfodinamik.
Aspek morfodinamik mencakup proses eksogenetik, seperti banjir, kekeringan dan
lonsor. Aspek morfostruktur meliputi struktur geologi yang terbentuk oleh proses
endogenetik, seperti sesar dan gunung api. Berdasarkan pertanyaan tersebut,
pendekatan morfogenetik sangat sesuai untuk penelitian daerah rawan banjir.

B. Bahan Dan Alat Penelitian
Bahan -bahan yang dapat digunakan di dalam pemetaan daerah rawan banjir
antara lain :
1.

Foto dara pankromatik hitam putih DAS Air Dingin , skala 1: 5000 tahun 1974,
1: 10000tahun 1989.

2.

Peta Topografi Sumatra Barat Lembar Pada Diproduksi Oleh Jan Top TNI-AD,
Dicetak Tahun 1985 Skala 1:50.000 .

3.

Peta Geologi Lembar Padang Skala

4.

Peta Geomorfologi Bagian Kota Padang Skala 1: 20.000 Oleh Oya Tahun 1983

5.

Kertas Kalkir

Alat -alat yang digunakan didalam penelitian adalah
1. Stereoskop cermin
2. Bor tanah
3. Palu geologi

4. Kompas tipe bruton
5. Lensa pembesar

6. Pita ukur
7. Abney level

C.

Tahap Penelitian

a. Populasi
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh daerah aliran
sungai (DAS) Batang Air Dingin. Akan tetapi memingingat luasnya daerah
penelitian , yang akan diteliti secara keseluruhan, maka pengambilan data
penelitian dilapangan dilakukan secara sampling.
b. Sampel

Pengambilan sanpel dalam penelitian ini berguna untuk melakukan
pengarnatan, pengukuran dan analisis daerah rawan bencana banjir. Pengambilan
sampel didasarkan atas satuan bentuk lahan., satuan lahan yang dijadikan sampel
adalah Dataran banjir, Depresilcekungan antar gisik, gisik, dan rawa belakang.

c. Tahap- tahap penelitian
Penelitian dilakukan dalam 6 (enam) tahap terdiri dari : 1) tahap persiapan, 2)
tahap interprestasi foto udara, 3) tahap kerja lapangan, 4) tahap interpetasi ulang,
5)tahap analisi data, 6) tahap penulisan lapangan.
I. Tahap persiapan, pada tahap ini dilakukan studi pustaka, penyiapan foto udara,
peta-peta tematik yang dibutuhkan dari perizinan penelitian. Orientasi medan
dilakukan pengenalan awal daerah penelitian sebelum dilakukan interprestasi
foto udara adar dapat gambar yang jelas tentang daerah penelitian
2. Tahap interpretasi foto udara, dengan mengenal ciri-ciri spektural, spasial dan

stereoskopik dari objek yang di amati. Pengenalan dari masing-masing objek foto
udara, didasarkan pada unsure-unsur interpretasi cirri untuk bentuk lahan yaitu:
rona, pola, pengenalan terkstur pengaliran, tipe parit (gully types), topografi, pola
vegetasi dan pola tataguna lahan. Interpretasi foto udara ditunjukan untuk
memperoleh data mengenais atau bentuk lahan, penggunaan lahanltutupan lahan
dan kemiringan lereng. Peta-peta hasil intrepertasi ini dioverlaykan untuk
menentukan batas daerah rawan bencana banj ir.

3. Tahap kerja lapangan, pada tahap ini diawali dengan mencocokan peta daerah
rawan banjir sementara untuk survey pemetaan di lapangan. Kemudian di
lakukan pengukuran debit, analisi hidrologi seperti imbangan air ,aliran
14

dan

wawancara

dengan

penduduk

yang

di

landa

banjir.

Dengan

memkombinasikan data hasil analisis hidrologi ,geornorfologi (bentuk lahan) ini
dapat lah di susun secara tepat sebaran berbagai kelas kerawanan banjir.
4. Tahap-tahap intepretasi ulang, dilakukan untuk merevisi peta-peta sementara atas
kesalahan dan identifikasi daerah rawan banjir, serta melengkapi data hasil
interpretasi yang belum didapat pa& waktu interpretasi foto udara

5. Tahap analisis data, daerahdaerah yang biasa mengalami diciduk dengan
karakteristik tanahnya

, khusunya ada adatidaknya bercak tanah. Data hasil

wawancara penduduk dan fenomena bekas tinggi muka air akibat penggenangan,
fiekuensi setiap tahunya dan lama data analisis laboratoriurn dan data wawancara
penduduk dianalisis untuk memperoleh tekstur tingkat kerawanan bahaya banjir.

6. Tahapan penulisan laporandan pekerjaan kartografiakhir dilakukan setelahsernua
dan peta-peta diselesaikan sehingga didapatkan petayang baik dan tulisan yang
udah dimengerti, peta akhir dari laporan ini adalah peta daerah rawan banjir di

daerah DAS Air Dingin Padang skala 1:50.000.

BAB. IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Wilayah Penelitian.

Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Air Dingin adalah hilir dari sungai Lubuk
Minturun yang bermuara di Muaro Panjalinan kota Padang. Adapun daerah yang
berada di DAS Air Dingin ini antara lain sebagian Air Tawar, Parupuk Tabing,
Tabing, Bungo Pasang, Koto Panjang Ikur Koto, adapun daerah Lubuk Minturun
terletak pada bagian tengah dan hulu Batang Air Dingin.
DAS Batang Air Dingin merupakan daerah yang yang paling banyak digunakan
sebagai kawasan permukiman, terutama DAS yang berada pada bagian hilir. Tetapi
semenjak terjadinya beberapa gempa besar dan adanya isu tsunamidi Kota Padang,
penduduk yang tinggal di bagian hilir sudah mulai mengalihkan pilhan ke bagian
tengah DAS Batang Air Dingin seperti daerah Lubuk Minturun, Sungai lareh, dan
bahkan Air Dingin.
1. Identifikasi pemetaan penggunaan lahan pada DAS Batang Air Dingin
Identifikasi dan klasifikasi terhadap bentuk penggunaan lahan pada DAS Batang
Air Dingin terdiri dari permukiman, perdaganganlpasar, sarana pendidikan, sawah,
lahan kososng, sagu, nipah, dan hutan.
a.

Permukiman

Identifikasi penggunaan lahan untuk permukiman dalam penelitian ini, permukiman
dibagi henjadi tiga kategori yakni 1) permukiman jarang, bila sewtiap hektar lahan
terdapat bangunan rumah kurang dari 40% dari luas lahan, 2) permukiman sedang bila
terdapat bangunan rumah 40 - 70%, dan 3) permukiman padat, bila terdapat bangunan
rumah lebih dari 70%. Berdasarkan susunan keruangannya permukiman dapat
dibedakan atas permukiman teratur dan permukiman tidak teratur. Permukiman
teratur yang biasanya dibangun oleh Perum Perumnas, Real estate dan Developer
dikategorikan kepada permukiman padat. Permukiman teratur teratur dikenal dari
rona abu-abu abu-abu cerah sampai agak gelap, tekstur kasar, bentuk persegi, ukuran

b.

W a n perdagangan

Penggunaan lahan untuk perdagangan terdiri dari pasar dan ruko, pada foto uadara
pankromatik hitam putih dapat dikenali dari rona abu-abu cerah sampai gelap, tekstur
kasar, tekstur kasar, pola teratur, bentuk persegi panjang dan bujw sangkar, ukuran
bervariasi situs di damah datar, asosiasi daerah permukiman dan sarana transportasi.

Selain itu juga dideteksi adanya deretan bangunan bertingkat dan tidak bertingkat
yang saling berdekatan dan merupakan bangunan pertokoan. Kawasan pasar yang
ada di DAS Batang Air Dingin adalah Pasar Simpang Tabiig yang merupakan pasar
local dan berdiri sejak tahun 1990.

c.

Lahan kawasan sarana pendidikan

Penggunaan lahan untuk sarana pendidikan diketahui dari rona abu-abu cerah,
tekstur kasar, pola teratur, bentuk persegi panjang, persegi empat, leter U, L, ukuran
luas, situs pada dataran rendah, clan asosiasi lapangan olah raga, sarana tramportasi,

adanya beberapa bangunan besar yang saling b e r d e b , lahan yang digunakan

untuk perguruan tinggi relative lebih luas dari yang la-mya. Adapun kampus
perguruan tinggi yang ada di DAS Batang Air Dingin adalah ATIP (Akademi
Teknologi Industri Padang).
d.

Persawahan

Bentuk penggunaan lahan untuk sawah dikenal dari rona cerah sampai abu-abu
gelap, tekstur halus, pola teratur, bentuk persegi panjang, ukuran bewariasi, situs di
daerah datar, asosiasi dekat saluran irigasi dan sungai. Areal persawahan di daerah
penelitian pada umumnya terdapat di bentuklahan fluvial dan fluvio vulkanik.
e.

Lahan kosong/tidak digunakan

Lahan kosong ditentukan dari rona abu-abu cerah sampai dengan putih, tekstur halus,
bentuk persegi, ukuran bervariasi, situs daerah datar sampai dengan berbukit. Pada
daerah perbukitan, lahan kosong kadang-kadang terdapat pada daerah yang telah
mengalami pengkisan/tererosi.

f.

Kebun campuran

Kebun campuran diidentifikasi dari rona cerah sampai abu-abu, tekstur kasar, pola

teratur dan talc teratur, bentuk tajuk seperti bitang, bulat dan berbunga, ukuran
bervariasi, situs di daerah datar d m berbukit, selain ditutupi oleh kebun campuran,
tanaman terbanyak adalah kelapa, dan tanaman buah-buahan.
g.

Lahan untuk Lapangan t e h g

Identifikasi lahan yang digunakan untuk lapangan terbang dikenali dari rona abu-abu
cerah sampai abu-abu gelap, tekstur halus, pola teratur, bentuk oval, ukuran luas,
situs pada daerah datar, asosiasi adanya landasan pacu prsawat terbang dan menara.
Lapangan terbang di DAS Batang Air Dingin yang dikenai dengan Bandara Tabiig
saat ini tidak lagi digunakan sebagai bandara komersil, karena telah beroperasinya
bandara internasional Minangkabau di Ketaping Kabupaten Padang Pariaman,
sehingga bandara Tabiig saat ini hanya berfimgsi sebagai bandara pesawat TNI
angkatan udara .
h.

Hutan

Pengenalan tehadap hutan dari rona ah-abu gelap sampai cerah, tekstur kasar,
bentuk tajuk bulat, bulat dan berbunga, ukuran luas, situs di d a d miring sampai
bergunung. Daerah pegunungan dan perbukitan di hulu DAS Batang Air Dingin
umumnya ditutupioleh hutan.
i.

Sagu dan Nipah

Sagu dan nipah diidentifikasi dari rona abu-abu gelap, tekstur halus sampai sedang,
pola ti&

teratur, ukuran bervariasi, situs di daerah rawa, daerah bekas laguna di

belakang bura pasir dan rawa belakang. Tapi saat ini lahan yang ditutupi nipah sudah
banyak yang berdih h g s i menjadi daerah permnkirnan, terutarna di pantai parupuk
tabing dm m u m panjalinan yang merupakan muara Batang Air Dingin.
Untuk mengetahui persentasi luas masinginasing bentuk penggunaan lahan
dapat disajikan pada table berikut:

Tabel 1
Penggunaan Lahan di DAS Batang Air Dingin
No
1
2
3
4
5
6
7

Penggunaan Lahan
Hutan
Kebun campuran
Lahan kosong
Perkimukiman
Rawa (Nipah dan Sagu)
Lahan PerdaganganPasar
Sawah
I Luas keseluruhan (total loas)
Sumber :Pengolahan data primer, 2012

Luas ((Ha)
10932,O 132
637,4 156
116,4148
815,8032
541,8855
1s
610,5004

Distribusi bentuk penggunaan lahan ini dapat dilihat pada gambar

1

ate@
'

penggunaan lahan DAS Batang Air Dingin)

B. Identifikasi dan pemetaan satuan bentnklahan pada DAS Batang Air Dingin
Pengenalan krhadap bentuklahm pada foto udara dapat menjadi parameter
penentu untuk identifikasi daerah rawan banjir. Pada fato udara pankromatik hitam
putih, pengenalan tahadap bentuklahan dapat diidentifrkasi melalui rona, tekstur,
bentuk,

ukuran, pola serta situs dan asosiasi. Hasil identifikasi foto udara

pankromatik hitam putih terfiadap bentuklahan yang ada di daerah penelitian adalah:
Komplek perbukitan vulkanik, lereng perbukitan vulkanik, Fluvio vulkanik, Rawa
belakang, Kipas alluvial, Bura Muda, GisikBura tua, Depresi antar beting, dan
dataran banjir.
1.

Bentnklahan asal wlkanik, tenliri dari satuan bentoklahan:

Bentuklahan asal vulkanik yang ada di DAS Air Dingin adalah Komplek perbukitan

vulkanik, Lereng perbukitan vulkanik, Fluvio vu;kanik Bentuklahan asal vulkanik
yang ada di DAS Air Dingin saat ini secara umum tidak berpotensi sebagai daerah
banjir, karena bentuklahan ini merupakan daerah huh dan tengah a l i Batang Air
Dingin dengan topografi miring dan bergelombang, satuan bentuklahan inipun
mempunyai ketinggian lebih dari 50 meter diatas permukaan laut.

Komplek perbukitan vulkaaik
Komplek perbukitan vulkanik dari rona cerah sampai abu-abu gelap, pola
tidak teratur, tekstur kasar, situs pada daerah perbukitan vulkanik yang mempunyai
19

ketinggian 75 m - 300m. Komplek perbukin vulkanik berada di bagian timur (hulu
Batang Aior Dingin). Lereng curam sampai terjal dengan kemiringan 15

- > 40%.

Menurut data dari peta geologi lembar Padang (1992) bahwa bentuklahan ini tersusun
dari batuan gunung api oligo miosen, lava bersusun andesit, basalt, breksi, dan tuff
terubah dan terminerallm. Karakteristik bentuklahan di atas dituangkan pada table

berikut Untuk jelasnya dapat dilihat pada table 2
Tabel 2

r: Hasil pengolahan data primer, 2012

2. BentukIahan asal fluvial

Bentuklahan asal fluvial terdiri dari: Kipas alluvial, datan banju, dan Rawa
belakang diketahui dari rona abu-abu cerah, tekstur halus sampai sedan% bentuk
memanjang sungai, situs daerah datar sampai agak miring, dan asosiasi aliran sungai.
Tanggual alam terdapat pada kiri kanan hamper sepanjang DAS Batang Air Dingin,
Rawa belakang dan Dataran banjir. Rawa belakang diketahui dari rona abu-abu
cerah sarnpai gelap, pola memanjang berliku dan kadang-kadang tidak teratur, tekstur
halus sampai sedang, dan situs di belakang tanggul alam, jenis batuan sedimen,
material permukaan liat sampai pasir halus. Draenase jelek, jenis tanah gleisol,
sebagian rawa belakang di daerah penelitian d i i i oleh pohon nipah dan pohon
sagu serta jenis-jenis tumbuhan rawa lainnya. Akhir-akhir ini daerah rawa belakang

telah banyak dijadikan sebagai areal perrnukiman, bahkan semenjak terjadinya gempa
besar pada tanggal 30 September 2012 dan Wembangnya isu tsunami di Kota

Padang maka satuan bentuklahan rawa belakang di sekitar Baypass, Bungo Pasang,
dan Koto Panjang dijad~bnsebagai pusat pemerintahan kota dan saat ini telah
dibangun sarana clan prasarana perkantoran. Satuan bentuklahan ini hampir setiap

PETA BENTUK LAHAN
DAS AIR DlNGlN
KOTA PADANG
Skala: 1:99.313

N

Kab. Padang Pariaman
/

KETERANGAN

f
-

Bandar Udara

Rel Kereta Api
Batas Kota
T Sungai

Sarnudera

I-.-'---:
B~~~~~

~

Bentulahan
KMlpleks Perb*bn VuLanik
Lemg Pefbukilsn Wkanlk
w r a n ~~uvio
~ulkanik

m-wakong
Mpa6AIuvlel

Bure Tun I Ghlk
Burs Pasir muda

Depmsl Antar Boting Gkik
Datnrm Aluvbl
--

-

Fmyeksl :Trans=
Mercator
oaturn
:W G S - 1 ~ Slstem Odd :Grld UTM Zone 47 S

Dibuat Oleh :
Dra. Ernawati M.Si

Tahun 2012
Ll N I

sumbar

FU R n 1 : s . m ~ n b1974, ~wa~opopmn
Lembar Padan0 150.000 (1985) hn Pem Osolori 1:250.OM)

l

~

hujan lebat digenani banjir, apalagi kalau diiringi pasang naik, seperti terlihat pada
gambar di bawah ini:

Gambar 2 :Kawasan perrnukiman pada satuan bentuklahan rawa beiakang
DAS Air Dingin yang digenangi banjir, tanggal 18 N