Model Pembelajaran Integrasi E-Learning Berbentuk CD-Multimedia dengan Pembelajaran Berorientasi Life Skill untuk Meningkatkan Proses Sains Fisika (Study Eksperimen di SMP N 12 Padang) - Universitas Negeri Padang Repository

LAPORAN AKHlR
HlBAH PENELlTlAN

Model Pembelajaran lntegrasi E-Learning berbentuk CD-Multimedia
dengan Pembelajaran Berorientasi Life Skill untuk Meningkatkan
Proses Sains Fisika (Study Eksperimen di SMP N 1 2 Padang)

, , h r i .r

Oleh:

..k.,j:!L.,:~$

.!,

,!..
>

-1
f


: ,

L

-,

,. .

,

s..:,:r

!I ;* i81
-.'I. b

Dra Syakbaniah, d ~, -j, Ic,~ , LL , ~ T-..C,.:~~~
Dra. Festiyed, MS !( L~ 2SI~..4 1 3 - 5k11.5
i t ' c

At: I d s


;.'-

,

..-

-

---

--.

.

--<

---

._..


-

.-

p u ~ c r a l a~ xl > ~ r : ~ , , ~ ~

--- -

.-.-'.

-.

Garnbar 2 Kerucut Pengalaman Edgare Dale
Gambar 2, memperlihatkan rentangan tingkat pengalaman dari yang bersifat
langsung hingga ke pengalaman melalui simbol-simbol komunikasi, yang
merentang dari yang bersifat kongkrit ke abstrak. Tingkatan pengalaman ini
tentunya memberikan implikasi tertentu terhadap pemilihan metode dan bahan
pembelajaran, khususnya dalam pengembangan pembelajaran. Pemikiran Edgar
Dale tentang Kerucut Pengalaman (Cone of Experience) ini merupakan upaya

awal untuk memberikan alasan atau dasar tentang keterkaitan antara teori belajar
dengan komunikasi audiovisual. Secara sederhana perolehan pengalaman belajar
adalah sebagai berikut :

Gambar 2.3 Kerncut Perolehan Pengalarnan Belajar
(httv:Nwww.vroiectcepi.blo~s,spot.co~)

Jadi dari Gambar 2.3 bahwa belajar bukan hanya membaca atau mendengar saja
tapi lebih dari itu belajar merupakan - satu kesatuan yang terintegrasi sehingga
tercipta suatu proses belajar yang maksimal. Seseorang dapat memprogram dirinya
dalam konteks belajar tersebut untuk dapat mengerti suatu ilmu baru dengan
metode-metode khusus yang dimilikinya. Inilah yang membedakan kualitas belajar
seorang yang satu dengan proses belajar orang lain. Kedudukan media cukup
penting artinya dalam meningkatkan kadar informasi yang kita ingat (70%)
dibandingkan dengan pembelajaran melalui metode ceramah (20%). Jadi media
mempunyai kemampuan untuk menarik perhatian, mempengaruhi sikap maupun
tingkah laku.
c. Sebagai Bahan Belajar Interaktif

Berkernbangnya ilmu dan teknologi, membawa perubahan pula pada learning

matterial atau bahan belajar. Sebelum berkembangnya teknologi komputer bahan
belajar yang pokok digunakan dalam dunia pendidikan adalah semua yang bersifat
Printed Matterial, sepet-ti halnya buky modul, makalah, majalah, koran, tabloid,
jurnal, hand out I~flet,buklet dan sebagainya yang semuanya menggunakan bahan
tercetak. Adanya perubahan dalam bidang teknologi khususnya teknologi
informasi, membawa paradigma baru pada learning matterial dan Learning
Method. Produk TI dewasa ini telah memberikan alternatif berupa bahan belajar
yang dapat digunakan dan diakses oleh siswa yang tidak dalam bentuk kertas
namun berbentuk CD, DVD, Flashdisk dan lain lain. Inti dari bahan tersebut
adalah berupa program/so&are

yang dapat dirnanfaatkan apakah sekedar

mengambil data, membaca, download bahkan sampai berinteraksi antara program
dengan siswa clan guru dengan memanfaatkan komputer sebagai perangkat utama.

d. Sebagai teknologi Cetak (Printed Technology)
Teknologi cetak sesuai defenisis B. Seels and Rita C. Richey (1994), adalah
cara untuk memproduksi atau menyarnpaikan bahan, seperti buku-buku dan
bahan-bahan visul yang statis, terutama melalui proses percetakan mekanis atau

foto grafis. Bahan pembelajaran dapat dikemas dalam bentuk printed matterial
yaitu bahan-bahan yang tercetak, misalnya modular, pembelajaran terprogram,

bahan ajar suplemen, booklet, liflet, dan lain-lain. Dengan pendekatan teknologi
pendidikan pengemasan bahan ajar perlu memperhatikan aspek-aspek diantaranya:
keterbacaan visual, belajar tuntas, menarik minat, reinforcemen. Keterbacaan
visual adalah bahan ajar harus memiliki keterbacaan yang tinggi oleh pengguna
diantaranya pemilihan gambar atau ilustrasi sesuai dengan temafisi. Penggunaan
bahasa simple sesuai dengan kaidah dan tingkat kesulitan bahasan (skup d m
seqwence) sesuai dengan tingkatan usia pembaca Selain itu diperhatikan juga
aspek pemil ihan warna dan penggunaan outline.
3. Implementasi E-Learning Berbentuk CD-Multimedia

E-learning E-learning adalah pembelajaran jarak jauh (distance learning) yang
memanfaatkan teknologi komputer, jaringan komputer dadatau Internet. Elearning memungkinkan pembelajar untuk belajar melalui komputer di tempat
mereka

masing-masing

tanpa


hams

secara

fisik

pergi

mengikuti

pelajaranlperkuliahan di kelas. E-learning sering pula dipahami sebagai suatu
bentuk pembelajaran berbasis web yang bisa diakses dari intranet di jaringan lokal
atau internet. Sebenamya materi e-learning tidak harus didistribusikan secara online baik melalui jaringan lokal maupun internet, distribusi secara off-line

menggunakan media CD/DVD pun termasuk pola e-learning. Dalam ha1 ini
aplikasi dan materi belajar dikembangkan sesuai kebutuhan dan didistribusikan
melalui media CDDVD, selanjutnya pembelajar dapat memanfatkan CDDVD
tersebut dan belajar di tempat di mana dia berada atau dikenal dengan CDMultimedia.
Pemanfaatan


komputer

dalam

bidang

pembelajaran

adalah

dapat

merencanakan bahan belajar yang interaktif. Interaktif berarti hams ada sekurangkurangnya dua pihak yang terlibat dalam proses belajar itu. Yang pertarna
tentunya pemakai bahan belajar, d m yang kedua bahan belajarnya sendiri. Bahan
belajar itu hams dapat menanggapi 'ulah' atau langkah yang dilakukan oleh
pemakai. Tanggapan atau 'response' harus sanggup memaharni langkah yang
diambil oleh pemakai, dan bahwa tanggapan tersebut bersifat mendidik.
(B-Soeprapto, 1987). Untuk dapat menghasilkan tanggapan yang mendidik, perlu
bahan ajar tersebut menyimpan sejurnlah 'kepintaran'. Itulah sebabnya bahwa


bahan belajar interaktif baru hadir dan berkembang dalam dunia pendidikan
setelah kehadiran mesin komputer. Komputer dimaknai sebagai bahan
pembelajaran sekaligus sebagai alat bantu untuk menguasai sebuah kompetensi
berbantuan komputer. Dalam ha1 ini kornputer telah diprogram sedemikian rupa
sehingga siswa dibimbing secara bertahap dengan menggunakan prinsip
pembelajaran tuntas untuk menguasai kompetensi. Dalarn ha1 ini posisi komputer
tidak ubahnya sebagai guru yang behngsi sebagai : fasilitator, motivator,
transmiter, clan evaluator.
Patrick Suppes dikenal sebagai pakar, pelopor, dan pengembang pengajaran
yang menggunakan komputer untuk menyampaikan materi pelajaran Proses
pembelajaran ini dikenal dengan nama "ComputerAssisted Instruction" atau CAI.
Ia orang pertarna yang mengenalkan program CAI untuk semua bidang disiplin
ilmu (Taylor,1980). Dan CAI sesuai pendapat Grady (1983:133):

"The term

Computer Assisted Instruction describes an activivity where by the computer is
used as the "means" of problem solving, drill, and practice, simulation, or
tutorial experience".


Program-program komputer pengajaran dikenal sebagai courseware dengan
istilah-istilah yang beraneka ragam. Menurut Alessi dan Trollif (1991) programprogram ini dikenal dengan istilah sebagai berikut: Computer Assisted
Instructional (CAI) atau Computer Based Education (CBE) atau Instructional
~ssistedLearning (LGL) atau Instructional Application of Computer (IAC) atau
Computer Based Instruction (CBI). Di dalam penelitian ini digunakan istilah
"Computer Assisted Instructional " atau disingkat CAI

dan dalam bahasa

Indonesia diartikan "PembelajaranBerbantuan Komputer"
Menurut Luerhrnan (1991) beberapa program Pembelajaran Berbantuan
Komputer terkenal dapat diprogram untuk pembelajaran yang efektif sebagai alat
untuk menyampaikan materi pelajaran yang berhubungan dengan keterampilan
dasar dan masalah pendidikan pada tahap remedial. Hanafin dan Peck (1980)
merumuskan program ini sebagai suatu paket bahan belajar atau aktivitas belajar
yang disampaikan melalui komputer. Karakteristik penting dalam peralatan
komputer yang digunakan untuk program ini adalah fleksibilitas sistem dalam
menangani input dan informasi output. Materi pelajaran dapat ditetapkan


sebelumnya tanpa h m s selalu menggantungkan sepenuhnya kepada guru dan
membuat para siswa lebih termotivasi untuk belajar. Dalarn ha1 ini komputer
digunakan sebagai alat yang membantu untuk mempelajari berbagai materi
pelajaran.
Sedang keuntungan pembelajaran menggunakann komputer adalah:
a)

Meningkatkan perhatian

siswa terhadap pelajaran, memberikan varisi

terhadap pola konvensional.
b)

Meningkatkan motivasi dan daya dorong untuk terus belajar sesuai dengan
alur program yang ditawarkan, dengan reward yang terprogram dalam
komputer.

c)

Dapat digunakan untuk pembelajaran secara individual, tidak terbatas pada
ruang kelas, dapat digunakan dimana saja.

d)

Mengakomodasi keberagaman kemampuan siswa antara lower, middle dan
higher.

e)

Dengan kemampuan multimedia yang meliputi unsur video, animasi,
bunyi, grafis dan teks menjadikan pembelajaran interaktif menjadi lebih
hidup, dan tidak membosankan bagi siswa.

4. Kedudu kan CD-Multimedia dalam Pem belajaran

Pembelajaran menggunakan teknologi komputer rnemilliki tiga hngsi,
yaitu : Pertama, komputer dapat berhngsi sebagai alat (tools), dalarn ha1 ini
komputer digunakan sebagai alat bantu bagi siswa untuk membantu pembelajaran,
misalnya dalam mengolah kata, mengolah angka, membuat unsur grafis, membuat
database, membuat program administrative untuk siswa, guru dan stag data
kepegawaian, keungan dan sebagainya. Kedua, komputer behngsi sebagai ilmu
pengetahuan (science). Dalam ha1 ini komputer sebagai bagian dari disiplin ilmu
yang harus dikuasai oleh siswa. Misalnya teknologi komputer dipelajari oleh
beberapa jurusan di perguruan tinggi seperti informatika, manajemen informasi,
ilmu komputer. Dalam pembelajaran di sekolah sesuai kurikulum KTSP 2006
terdapat mata pelajaran TIK sebagai ilmu pengetahuan yang hams dikuasai siswa
semua kompetensinya. Ketiga, komputer berfungsi sebagai bahan dan alat bantu
14

untuk pembelajaran. Dalam ha1 ini teknologi dimalcnai sebagai bahan
pembelajaran sekaligus sebagai alat bantu untuk menguasai sebuah kompetensi
berbantuan komputer. Dalam ha1 ini komputer telah diprogam sedemikian rupa
sehingga siswa dibirnbing secara bertahap dengan menggunakan prinsip
pembelajaran tuntas untuk menguasai kompetensi. Dalam ha1 ini posisi teknologi
tidak ubahnya sebagai guru yang behngsi sebagai : fasilitator, motivator,
transmiter, dan evaluator.
5. Model Pembelajaran Berorientasi Kecakapan Hidup (Lve Skill)
Pengembangan kurikulum fisika berorientasi kecakapan hidup menyajikan
kerangka

operasional

yang

melukiskan

hubungan

empat

komponen

pengembangan yang bersifat hirarkhis, yaitu (1) masalah-masalah fisika yang
terkait dengan dunia nyata, (2) kecakapan hidup yang diperlukan untuk
memecahkan masalah-masalah dunia nyata, (3) pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang mendukung pembentukan kecakapan hidup, dan (4) pokok bahasan
atau sub pokok bahasan fisika yang menjadi substansi kurikulum fisika
berorientasi kecakapan hidup. Sedang pokok bahasan fisika

dikembangkan

dengan mengacu pada pengembangan fisika yang ditujukan untuk mendidik siswa
agar mampu mengembangkan observasi, eksperimentasi, dan berpikir taat asas
(Depdiknas, 2003). Jadi perurnusan tersebut didasari oleh tujuan pelajaran fisika,
yakni mengamati, memahami, dan memanfaatkan gejala-gejala alam yang
melibatkan zat (materi) clan energi. Kemarnpuan observasi dan eksperimentasi ini
lebih ditekankan pada melatih kemarnpuan berpikir eksperimental yang mencakup
tata laksana percobaan dengan mengenal peralatan yang digunakan dalam
pengukuran baik di laboratorium, maupun di alam sekitar kehidupan siswa.
Proses dan hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor dari
dalarn (internal) maupun faktor dari luar (eksternal). Menurut Suryabrata (1982:
27) yang termasuk faktor internal adalah faktor fisiologis dan psikologis (misalnya
kecerdasan motivasi berprestasi dan kemarnpuan kognitif), sedangkan yang
termasuk faktor eksternal adalah faktor lingkungan dan instrumental (misalnya

guru, kurikulum, media dan model pembelajaran). Bloom (1982:

11)

mengemukakan tiga faktor utarna yang mempengaruhi h a i l belajar, yaitu

kemampuan kognitif, motivasi berprestasi dan kualitas pembelajaran. Kualitas
pembelajaran adalah kualitas kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dan ini
menyangkut model pembelajaran yang digunakan.
Implementasi pendidikan kecakapan hidup dapat mempertimbangkan
beberapa model, antara lain adalah (Saryono, Djoko: 2002): (1) model integratif,
(2) model komplementatif, dan (3) model diskrit .
Dalam model integratif, implernetasi pendidikan kecakapan hidup melekat dan
terpadu dalam program-program kurikuler, kurikulum yang ada, dan atau mata
pelajaran yang ada. Berbagai program kurikuler d m mata pelajaran yang ada
seharusnya bermuatan atau berisi kecakapan hidup. Model ini memerlukan
kesiapan dan kemampuan tinggi dari sekolah, kepala sekolah, dan guru mata
pelajaran. Kepala sekolah dan guru harus pandai dan cekatan menyiasati dan
menjabarkan kurikulum, mengelola pembelajaran, dan mengembangkan penilaian.
Ini berarti, mereka hams kreatif, penuh inisiatif, dan kaya gagasan.
Keuntungannya, model ini relatif murah, tidak membutuhkan ongkos mahal, dan
tidak menambah beban sekolah terutama kepala sekolah, guru, dan siswa.
Dalam model komplementatif, irnplementasi pendidikan kecakapan hidup
dimasukkan dan atau ditambahkan ke dalam program pendidikan kurikuler dan
struktur kurikulum yang ada; bukan mata pelajaran. Pelaksanaannya bisa berupa
menambahkan mata pelajaran kecakapan hidup dalam struktur kurikulum atau
menyelenggarakan program kecakapan hidup dalam kalender pendidikan. Model
ini tentu saja membutuhkan waktu tersendiri, guru tersendiri di bidang kecakapan

hidup, dan ongkos yang relatif besar. Selain itu, penggunaan model ini dapat
menambah beban tugas siswa dan guru selain beban finansial sekolah. Meskipun
demikian, model ini dapat digunakan secara optimal dan intensif untuk
membentuk kecakapan hidup pada siswa.
Dalam model diskrit, implementasi pendidikan kecakapan hidup dipisahkan
dan dilepaskan dari program-program kurikuler, kurikulum reguler, dan atau mata
pelajaran @embelajaran kurikuler). Pelaksanaannya dapat berupa pengembangan
program kecakapan hidup yang dikemas dan disajikan secara khusus kepada
siswa. Penyajiannya bisa terkait dengan program kokurikuler atau bisa juga
berbentuk program ekstrakurikuler. Model ini membutuhkan persiapan yang

matang, ongkos yang relatif besar, dan kesiapan sekolah yang baik. Selain itu,
model ini memerlukan perencanaan yang baik agar tidak salah penerapan.
Meskipun demikian, model ini dapat digunakan membentuk kecakapan hidup
siswa secara komprehensif dan leluasa.
Pada penelitian ini dipilih model integratif, dimana kecakapan hidup
melekat dan terpadu dalarn mata pelajaran.

6. Strategi Pembelajaran

Konsep dasar strategi pembelajaran meliputi: (1) menetapkan sfesifikasi
clan kualifikasi perubahan perilaku belajar, (2) menentukan pilihan berkenaan
dengan pendekatan terhadap masalah pembelajaran, memilih prosedur, dan
metode pembelajaran. (3) norma dan kriteria keberhasilan kegiatan pembelajaran.
Strategi dapat diartikan sebagai suatu garis-garis besar untuk bertindak dalam
rangka mencapai

sasaran

yang telah

ditentukan.

Dikaitkan

dengan

pembelajaran, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan
guru,siswa dalarn bentuk kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah
digariskan, seperti:
a. Pengidentifikasian dan penetapan spesifiakasi dan kuali fikasi hasil yang
harus dicapai dan menjadi sasaran usaha tersebut. dengan
mem pertimbangkan aspirasi masyarakat yang memerlukannya.
b-Pertimbangan dan pemilihan pendekatan yang efektif untuk mencapai
sasaran.

c. Pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak awal
sampai akhir.
d. Pertimbangan dan penetapan tolok ukur dan ukuran baku yang akan
digunakan untuk menilai keberhasilan usaha yang dilakukan.
Kalau diterapkan dalam konteks pembelajaran fisika, keempat strategi dasar
tersebut bisa diterjemahkan menjadi: (I).mengidentifikasi dan menetapkan
spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku kepribadian siswa berorientasi
life skill, dengan tekanan pada proses sains, (2).memilih sistem pendekatan
belajar

mengajar berdasarkan pengintegrasian

Cd multimedia dalam

pembelajaran, (3).memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik

belajar mengajar yang dianggap paling tepat, efektif, sehingga dapat dijadikan
pegangan oleh para guru dalam menunaikan kegiatan mengajamya, dan (4)
menetapkh norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria dan
standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam
melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar, yang selanjutnya akan
dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem instruksional yang
bersangkutan secara keseluruhan.

7. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan Lembar Diskusi Siswa (LDS)

Pada Kurikulum 2004 memuat Standar Kompetensi lintas Kurikulum

N0.9 menyatakan bahwa siswa dapat menunjukkan motivasi dan percaya diri
dalam belajar, mampu bekerja mandiri, dan mampu bekerja sama dengan orang
lain. Salah satu cara untuk memenuhi harapan tersebut adalah dengan
menggunakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dalam kegiatan belajar
mengajar. Ada beberapa pengertian LKS yang berkembang, antara lain
(Depdikbud) "Lembar kegiatan siswa berasal dari tedemahan student work sheet
merupakan suatu lembaran (bukan buku-buku) yang berisi pedoman bagi
siswa untuk melakukan kegiatan yang terprogramV.Sedangkan menurut Mita
(2006) bahwa Lembar Kegiatan Siswa ada1ah:"Lembaran duplikat yang
dibagikan guru kepada tiap siswa di suatu kelas untuk melakukan kegiatan
(aktivitas mengajar)". Jadi dapat dikatakan bahwa Lembar Kegiatan Siswa
adala

Dokumen yang terkait

Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Berorientasi Literasi Sains pada Model Pembelajaran Exclusive

6 26 58

Penerapan Metoda Belajar Berorientasi Pengetahuan Awal Diikuti Kerja Kelompoik Laboratorium Berbentuk Jigsaw Pada Perkuliahan Fisika Dasar I FMIPA Universitas Negeri Padang - Universitas Negeri Padang Repository

0 3 99

Efektifitas Pembelajaran Model Konstruktivisme Berdasarkan Strategi Konflik Kognitif Dalam Pelajaran Fisika Di SMU (Studi Eksperimental di SMU Negeri Kotamadya Padang ) - Universitas Negeri Padang Repository

0 2 88

Pengembangan Model Pembelajaran Fisika SMA Berbasis Graphic Organizers Melalui Pendekatan Belajar Kooperatif Teknik STAD - Universitas Negeri Padang Repository

0 0 88

Pengembangan VCD Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD - Universitas Negeri Padang Repository

0 0 16

Variasi Pembelajaran Fisika Sebagai Penstimulasian Multiple Intelligences Peserta Didik - Universitas Negeri Padang Repository

0 0 31

Pengembangan Model Pembelajaran Sosiologi - Universitas Negeri Padang Repository

0 0 85

Pengembangan Model Pembelajaran Menulis Karangan Narasai: Studi pada SD N 15 Ulu Gadut Padang - Universitas Negeri Padang Repository

0 0 90

Pengembangan Model Pembelajaran Geografi Berbasis Lingkungan - Universitas Negeri Padang Repository

0 3 109

Peningkatan Hasil Beljar dengan Menggunakan Multimedia Interaktif Model Drill And Practice dalam Pembelajaran TI&K (Studi Eksperimen pada siswa kelas VII SMPN 8 Padang) - Universitas Negeri Padang Repository

0 2 36