Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Berorientasi Literasi Sains pada Model Pembelajaran Exclusive

ABSTRAK
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU
BERORIENTASI LITERASI SAINS PADA MODEL
PEMBELAJARAN EXCLUSIVE

Oleh
Muhammad Rohli

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan ke beberapa guru SMP/MTs diperoleh
bahwa semua guru menyatakan perlu adanya pengembangan perangkat
pembelajaran berorientasi literasi sains. Karena seperti halnya yang terdapat pada
SMP Negeri 1 Bandar Lampung, diketahui bahwa perangkat pembelajaran IPA
yang digunakan di SMP Negeri 1 Bandar Lampung berupa silabus, RPP, LKS,
dan buku siswa tersebut berdasarkan kurikulum 2013 hanya mendorong siswa
untuk menguasai materi dari segi kognitif, afektif, dan psikomotorik saja, namun
belum menanamkan kemampuan literasi sains kepada siswa. Dengan
mempertimbangkan masalah tersebut, maka peneliti mengembangkan perangkat
pembelajaran yang berorientasi literasi sains pada pembelajaran IPA Terpadu
dengan menggunakan model pembelajaran exclusive.

Metode pengembangan ini menggunakan pendekatan research and development

atau penelitian dan pengembangan. Langkah-langkah penelitian ini berpedoman
pada desain penelitian pengembangan media instruksional oleh Borg and Gall

Muhammad Rohli
yang meliputi delapan langkah, yaitu: potensi dan masalah, mengumpulkan
informasi, mendesain produk, melakukan validasi ahli, perbaikan desain, uji coba
produk kelas terbatas, revisi produk, dan uji coba pemakaian.

Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa produk berupa perangkat pembelajaran IPA
terpadu berorientasi literasi sains pada model pembelajaran exclusive telah teruji
dan dinyatakan efektif digunakan sebagai media pembelajaran berdasarkan
perolehan penilaian efektif, kognitif, dan psikomotorik. Penilaian kognitif sebesar
78,5% siswa uji tuntas KKM dengan hasil belajar secara keseluruhan berkriteria
baik. Penilaian afektif sebesar 100% dengan mengisi instrumen penilaian oleh
siswa dengan kriteria sangat baik. Penilaian psikomotorik sebesar 78,5%
berkriteria baik, dimana siswa melakukan dua kegiatan pembelajaran. Dan
terakhir, diperoleh tanggapan siswa terhadap perangkat pembelajaran yang
dikembangkan sangat baik dengan skor 3,77 (skor maksimal 4).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dihasilkan perangkat pembelajaran

berorientasi literasi sains, yang telah teruji sesuai teori dengan kualitas sangat
menarik, dinyatakan efektif digunakan sebagai media pembelajaran dengan
tanggapan siswa sangat baik.

Kata kunci: penelitian pengembangan, perangkat pembelajaran, literasi sains, dan
model pembelajaran exclusive.

iii

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU
BERORIENTASI LITERASI SAINS PADA MODEL
PEMBELAJARAN EXCLUSIVE

Oleh
Muhammad Rohli

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada

Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 06 Ramadhan 1413 H atau bertepatan
dengan tanggal 10 Maret 1992 M, anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan
Bapak Slamet dan Ibu Misinah.

Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 1 Way Kandis Bandar
Lampung yang diselesaikan pada Tahun 2004, kemudian melanjutkan di MTs
Negeri 2 Bandar Lampung yang diselesaikan pada Tahun 2007 dan masuk MA
Negeri 1 Model Bandar Lampung yang diselesaikan pada Tahun 2010. Pada tahun
2010 penulis diterima di Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan

MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidkan Universitas Lampung melalui jalur
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Sebagai salah satu mata kuliah wajib, penulis pernah mengikuti Kuliah Kerja
Lapangan (KKL) ke Bali, Malang, Yogyakarta, dan Bandung pada tahun 2012.
Penulis menyelesaikan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 1
Suoh Lampung Barat pada tahun 2013. Penulis juga menyelesaikan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) di Dusun Sukamarga, Pekon Sukamarga, Kecamatan Suoh,
Kabupaten Lampung Barat pada tahun 2013.

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
(QS. Al-Insyiroh : 6)
Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang
lemah. Namun masing-masing ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah untuk
mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan
kepada Allâh (dalam segala urusanmu) serta janganlah
sekali-kali engkau merasa lemah
(HR. Muslim)

Dahulukanlah urusan agama atas apapun urusan lainnya. Dan janganlah kamu jemu
dan bosan untuk terus menjalaninya.
(Muhammad Al-Fatih)
Setiap masalah pasti akan berakhir dan akan berganti dengan sebuah kebahagiaan,
ingatlah setiap apapun masalah yang Allah beri pasti akan ada jalan keluarnya,
dan percayalah setiap masalah itu pasti ada hikmahnya.
(Muhammad Rohli)

PERSEMBAHAN

Segala puji syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang selalu memberikan
limpahan rahmat dan karunia-Nya. Dengan kerendahan hati, kupersembahkan
lembaran-lembaran sederhana karya kecilku ini kepada:
1. Bapak dan Ibu tersayang yang senantiasa dengan sepenuh hati memberikan
segala yang terbaik untukku yang takkan mungkin ananda balas walau sampai
akhir hayat. Mudah-mudahan kelak dapat lebih banyak memberikan
kebahagiaan dan membuat kalian bangga.
2. Adikku tersayang Muhammad Ridwan yang selalu menyayangiku serta turut
memberi semangat dan doa dalam setiap langkahku.
3. Mbakku tersayang, Linda Novitasari dan Lelpa Janita yang selalu memberi

masukkan, semangat, dan doanya.
4. Keluarga besar dari Bapak dan Ibuku yang selalu memberikan perhatian,
kasih sayang dan iringan doa untuk keselamatan, kesehatan dan
kesuksesanku.
5. Almamaterku tercinta Universitas Lampung.

SANWACANA

Segala puji dan syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena atas segala
limpahan nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Berorientasi Literasi Sains
Pada Model Pembelajaran Exclusive”. Penulis menyadari bahwa terdapat banyak
bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika
4. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I dan pembimbing

akademik yang telah memotivasi, membimbing, dan mengarahkan penulis
selama penulisan skripsi.
5. Bapak Wayan Suana, S.Pd., M.Si., selaku Dosen Pembimbing II atas
kesabarannya dalam memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada
penulis selama menyelesaikan skripsi.
6. Bapak Drs. Nengah Maharta, M.Si., selaku Dosen Pembahas yang banyak
memberikan masukan dan kritik yang bersifat positif dan membangun.

ix

7. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Fisika Universitas Lampung, yang telah
membimbing penulis dalam perkuliahan di Universitas Lampung.
8. Bapak Antomi Saregar, M.Pd, M.Si,. selaku evaluator uji ahli desain, terima
kasih atas waktu dan masukannya.
9. Bapak Khoirul Anwar, S.Pd., selaku evaluator uji ahli materi, terima kasih
atas waktu dan masukannya.
10. Bapak Imam Fadli, S.Pdi., selaku Kepala MTs Ulul Albab Lampung Selatan
yang telah memberi izin dan arahan selama penelitian.
11. Bapak dan Ibu dewan guru MTs Ulul Albab Lampung Selatan beserta staf tata
usaha yang membantu penulis dalam melakukan penelitian.

12. Siswa kelas VIIA MTs Darul Ulum Lampung Selatan atas bantuan dan
kerjasamanya.
13. Sahabat-sahabatku Yusron, Yudhi, Didi, Ferry, Ibnu, Risky, Aan, Tawag,
Andi, Andrian, Asep, Hadi, Tama, Ajo, Ridwan, Haikal, Andre, Made, Anton,
Kak Hamadin, Kak Afif, Kak Sulaiman, Kak Beni dan seluruh keluarga besar
pendidikan fisika.
14. Ustadz-ustadzku, Ust. Maryanto, Ust. Irfan, Ust Nur Ahmad, Ust Nurdin, dan
lainnya yang memberi saran-saran yang membangun selama perkuliahan.
15. Kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

Penulis berdoa semoga semua amal dan bantuan mendapat pahala serta balasan
dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan semoga skripsi ini bermanfaat. Aamiin.
Bandar Lampung, 16 April 2015
Penulis,

Muhammad Rohli

x

DAFTAR ISI


Halaman
ABSTRAK ..................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... v
SURAT PERNYATAAN .............................................................................. vi
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... vii
MOTTO ......................................................................................................... viii
PERSEMBAHAN .......................................................................................... ix
SANWACANA .............................................................................................. x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
C. Tujuan Pengembangan ...................................................................... 4
D. Manfaat Pengembangan .................................................................... 5
E. Ruang Lingkup Pengembangan ........................................................ 5

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Perangkat Pembelajaran .................................................................... 7
B. Literasi Sains ..................................................................................... 11
C. Model Pembelajaran Exclusive ......................................................... 17
D. Perubahan di Sekitar Kita …………………....................................... 22

III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ............................................................................... 30
B. Prosedur Penelitian Pengembangan .................................................. 30
1.
2.
3.
4.
5.
6.

7.
8.

Potensi dan Masalah .....................................................................
Mengumpulkan Informasi ............................................................
Desain Produk ..............................................................................
Validasi Desain ............................................................................
Perbaikan Desain ..........................................................................
Uji Coba Produk ............................................................................
Revisi Produk ................................................................................
Uji Coba Pemakaian .....................................................................

32
32
33
33
34
34
34
35

C. Data dan Teknik Pengumpulan Data.................................................. 35
D. Teknik Analisis Data........................................................................... 36

IV. HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengembangan .......................................................................... 39
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Potensi dan Masalah ......................................................................
Mengumpulkan Informasi .............................................................
Desain Produk ...............................................................................
Validasi Desain .............................................................................
Perbaikan Desain ..........................................................................
Uji Coba Produk ...........................................................................
Revisi Produk ...............................................................................
Uji Coba Pemakaian .....................................................................

39
40
41
42
43
44
45
45

B. Pembahasan ....................................................................................... 48
1. Produk yang Berorientasi Literasi Sains ...................................... 48
2. Keefektifan LKS dari Hasil Belajar Siswa ................................... 51
3. Tanggapan Siswa terhadap Produk yang Dikembangkan ............ 53

V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ........................................................................................... 54
B. Saran ................................................................................................. 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

2.1 Siklus Model Pembelajaran Exclusive...................................................

20

2.2 Prinsip Intekasi Model Pembelajaran Exclusive....................................

21

2.3 Perubahan Wujud Zat ...........................................................................

23

3.1 Prosedur Pengembangan Produk............................................................ 31
4.1 Grafik Skor Hasil Uji Kemenarika......................................................... 45

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

3.1 Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban............................................. 37
3.2 Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas..............

38

3.3 Konversi Skor Penilaian Hasil Belajar Kognitif .................................

38

4.1 Hasil Analisis penilaian Kognitif........................................................... 47
4.2 Hasil Analisis Penilaian Afektif............................................................. 47
4.3 Hasil Penilaian Tanggapan Siswa.......................................................... 48

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1. Skenario Pengembangan dan Spesifikasi Produk yang
Dikembangkan...................................................................................

58

2. Kisi-kisi Penyusunan Angket Instrumen Analisis Kebutuhan Guru
...........................................................................................................

64

3. Angket Analisis Pengungkap Kebutuhan Guru SMP/ MTs..............

65

4. Kisi-kisi Penyusunan Instrument Angket Uji Ahli Materi................

68

5. Angket Instrumen Uji Ahli Materi.....................................................

72

6. Kisi-kisi Penyusunan Instrument Angket Uji Ahli Desain.................

78

7. Angket Instrumen Uji Ahli Desain.....................................................

80

8. Kisi-kisi Penyusunan Instrument Uji Kemenarikan...........................

83

9. Angket Instrumen Uji Kemenarikan..................................................

85

10. Kisi-kisi Soal Kognitif.......................................................................

88

11. Instrumen Penilaian Kognitif.............................................................

100

12. Instrumen Penilaian Afektif...............................................................

108

13. Instrumen Penilaian Psikomotorik.....................................................

111

14. Instrumen Tanggapan Siswa..............................................................

115

15. Hasil Angket Kebutuhan Guru...........................................................

117

16. Identifikasi Materi……………………..............................................

119

17. Tahapan dan Prosedur Pengembangan…….......................................

123

18. Hasil Uji Materi..................................................................................

129

19. Hasil Uji Desain..................................................................................

130

20. Hasil Uji Kemenarikan.......................................................................

132

21. Komentar, Saran, dan Masukan..........................................................

133

22. Silabus................................................................................................

134

23. RPP.....................................................................................................

140

24. LKS.....................................................................................................

151

25. Buku Siswa.........................................................................................

177

26. Perolehan Hasil Nilai Kognitif............................................................

215

27. Perolehan Hasil Nilai Afektif..............................................................

216

28. Perolehan Hasil Nilai Psikomotorik....................................................

218

29. Perolehan Data Hasil Tanggapan Siswa.............................................. 222

xvii

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam dunia pendidikan, pemerintah khususnya kementrian pendidikan dan
kebudayaan selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan secara
menyeluruh, baik dari jenjang TK, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, hingga
Perguruan Tinggi. Seringnya kita mendengar perubahan kurikulum merupakan
salah satu langkah pemerintah untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan
Indonesia. Tahun 2013 pemerintah melakukan perubah kurikulum, dari kurikulum
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) menjadi kurikulum 2013. Namun
di penghujung tahun 2014 dikembalikan lagi menjadi kurikulum KTSP walaupun
ada beberapa sekolah yang masih bertahan dengan kurikulum 2013. Di dalam
kurikulum sendiri terdapat sesuatu yang penting dalam mendukung proses
pembelajaran yaitu perangkat pembelajaran.

Pembelajaran tidak terlepas dari perangkat pembelajaran, karena perangkat
pembelajaran merupakan sesuatu yang penting untuk disiapkan sejak dini sebelum
proses pembelajaran dilakukan. Perangkat pembelajaran adalah perlengkapan
berupa sekumpulan media atau sarana yang digunakan oleh guru dan siswa
sebagai petunjuk dan pedoman dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan

,

2
adanya perangkat pembelajaran tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik
dan menjadikan proses pembelajaran lebih efektif.

Melalui perangkat pembelajarannya seorang guru perlu membangun kemampuan
literasi sains kepada peserta didik. Ini semua dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas mutu pendidikan khususnya dalam bidang IPA. Literasi
sains adalah kemampuan seseorang untuk memahami sains, mengkomunikasikan
sains (lisan maupun tulisan), serta menerapkan pengetahuan sains untuk
memecahkan masalah sehingga memiliki sikap dan kepekaaan yang tinggi
terhadap diri dan lingkungannya dalam mengambil keputusan berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan sains. Dengan memiliki kemampuan literasi sains ini,
peserta didik dapat menguasai materi IPA baik itu kognitif, afektif, maupun
psikomotor.

Berdasarkan penelitian PISA (Programme for International Student Assessment)
Indonesia termasuk rendah dalam hal literasi sains. Indonesia telah menjadi
partisipan PISA semenjak tahun 2000, namun hasil yang didapatkan masih kurang
memuaskan. Pada evaluasi literasi sains, tahun 2000 Indonesia menduduki
peringkat ke-38 dari 41 negara peserta, tahun 2003 menduduki peringkat ke-38
dari 40 negara peserta, pada tahun 2006 menduduki peringkat ke-50 dari 57
negara peserta dan pada tahun 2009 Indonesia menduduki peringkat ke-57 dari 65
peserta.

Selain membangun literasi sains, dalam pembelajaran IPA terpadu seorang guru
perlu memilih model pembelajaran yang tempat, sehingga peserta didik dapat

,

3
mudah menerima materi yang mereka pelajari. Model pembelajaran itu sendiri
adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu
dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

Dalam pembelajaran kita mengenal banyak sekali model pembelajaran salah
satunya, yaitu model pembelajaran exclusive. Model pembelajaran exclusive
merupakan model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori
metakognisi. Kata exclusive sendiri merupakan kependekan dari Exploring,
Clustering, Simulating, Valuing dan Evaluating. 1) Exploring adalah mencari
informasi, 2) Clustering adalah mencari kesamaan informasi, 3) Simulating adalah
simulasi paham, sadar dan siaga (PS2), 4) Valuing adalah menginternalisasi
(internalized) nilai-nilai yang diperoleh, sehingga tumbuh kemauan daan
kemapuan yang kuat untuk menerapkan dan membiasakannya dalam kehidupan
sehari-hari. 5) Evaluating adalah mengevaluasi jalannya keseluruhaan proses
pembelajaran.

Dengan menerapkan model pembelajaran ini dalam pembelajaran IPA terpadu
yang berorientasi literasi sains pada perangkat pembelajaran, diharapkan dapat
meningkatkan kualitas mutu pendidikan di Indonesia, sehingga akan didapati hasil
belajar peserta didik yang membanggakan. Selain itu, diharapkan proses
pembelajaran akan lebih efektif baik bagi guru maupun siswa dan tujuan
pembelajaran akan mudah tercapai.

,

4
Setelah dilakukannya penelitian pendahuluan kebeberapa guru SMP dinyatakan
bahwa belum ada sekolah yang menggunakan perangkat pembelajaran IPA
terpadu yang berorientasi literasi sains dengan menggunakan model pembelajaran
exclusive dan mereka beranggapan bahwa perlu dikembangkan perangkat
pembelajaran tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut, telah dilakukan
penelitian dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu
Berorientasi Literasi Sains pada Model Pembelajaran Exclusive”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian
pengembangan ini adalah diperlukan pengembangan perangkat pembelajaran IPA
terpadu berupa silabus, RPP, LKS, dan buku siswa dengan tema perubahan di
sekitar kita yang berorientasi literasi sains menggunakan model pembelajaran
exclusive.

C. Tujuan Pegembangan

Sesuai dengan permasalahan yang telah diteliti, tujuan dari penelitian ini, yaitu
menghasilkan produk perangkat pembelajaran IPA terpadu berupa silabus, RPP,
LKS, dan buku siswa dengan tema menyediakan air bersih ketika musim hujan
yang berorientasi literasi sains menggunakan model pembelajaran exclusive.

,

5
D. Manfaat Pengembangan

Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi guru dan siswa untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran yang berorientasi literasi sains dengan menggunakan model
pembelajaran exclusive.

E. Ruang Lingkup Pengembangan

Untuk menghindari terjadinya kesalah pahaman terhadap masalah yang akan
dibahas, maka ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut:
1. Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan media atau sarana yang
digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas,
serangkaian perangkat pembelajaran yang harus dipersiapkan seorang guru
dalam menghadapi pembelajaran di kelas. Perangkat pembelajaran ini
diantaranya terdiri dari: Silabus, RPP, LKS, dan buku siswa
2. Literasi sains adalah kemampuan seseorang untuk memahami sains,
mengkomunikasikan sains (lisan maupun tulisan), serta menerapkan
pengetahuan sains untuk memecahkan masalah sehingga memiliki sikap dan
kepekaaan yang tinggi terhadap diri dan lingkungannya dalam mengambil
keputusan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sains.
3. Model pembelajaran exclusive merupakan model pembelajaran yang
dikembangkan berdasarkan teori metakognisi. Kata-kata exclusive sendiri
merupakan kependekan dari Exploring, Clustering, Simulating, Valuing dan
Evaluating.

,

6
4. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan mencakup materi IPA terpadu
secara tematik dengan tema “Perubahan di Sekitar Kita”.
5. Subjek uji coba validasi pengembangan ini melalui pakar sains. Adapun
untuk memeroleh data mengenai komponen model produk yang perlu
diperbaiki dan difiksasi selama tahap uji coba digunakan subjek penelitian
siswa MTs Ulul Albab Lampung Selatan.

,

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Perangkat Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran tidak lepas dari perangkat pembelajaran. Karena
perangkat pembelajaran merupakan perlengkapan seorang guru dalam melakukan
proses pembelajaran. Wahyana (2001: 49) mengemukakan bahwa:
Perangkat dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai
perlengkapan, sedangkan pembelajaran adalah usaha-usaha yang
terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi
proses belajar dalam diri siswa. Jadi perangkat pembelajaran dapat
diartikan sebagai alat kelengkapan yang digunakan untuk
pembelajaran
Akbar (2012: 1) mengemukakan bahwa “Perangkat pembelajaran adalah sejumlah
bahan, alat, media, petunjuk dan pedoman yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran.”
Berdasarkan uraian tersebut dapatlah dikemukakan bahwa perangkat
pembelajaran adalah perlengkapan berupa sekumpulan bahan, alat, media atau
sarana yang digunakan oleh guru dan siswa sebagai petunjuk dan pedoman dalam
proses pembelajaran di kelas. Dari pengertian ini kita dapat mengetahui bahwa
perangkat pembelajaran merupakan hal yang penting dalam proses pembelajaran.
Karena perangkat pembelajaran ini dapat dijadikan sebagai pedoman baik guru
maupun siswa.

8
Akbar (2012: 3) mengatakan bahwa:
Perangkat pembelajaran atau yang sering disebut sebagai Kurikulum
merupakan bagian yang penting dari sebuah proses pembelajaran.
Tetapi tak bisa dipungkiri bahwa masih banyak guru yang tidak
memiliki perangkat pembelajaran saat mengajar. Bahkan yang lebih
memprihatinkan bahwa perangkat pembelajaran digunakan hanya
sebatas administrasi dan formalitas, dalam artian bahwa sang guru
mengaplikasikan sesuatu yang berbeda dari perangkat mengajarnya.

Dari ungkapan di atas kita dapat mengetahui bahwa pentingnya perangkat
pembelajaran dalam proses pembelajaran di kelas. Namun kebayakan guru
sekarang menjadikan perangkat pembelajaran hanya sebatas administrasi dan
formalitas saja. Ini semua menyalahi keberfungsian perangkat pembelajaran
dalam dunia pendidikan. Banyak guru yang mengabaikan pentingnya perangkat
pembelajaran dalam proses pembelajaran merupakan salah satu faktor rendahnya
kualitas mutu pendidikan di Indonesia.

Ada beberapa alasan mengapa perangkat pembelajaran merupakan hal yang
penting dalam proses pembelajaran. Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa
perangkat pembelajaran begitu penting bagi seorang guru, diantaranya adalah:
1. Perangkat pembelajaran sebagai panduan
Perangkat pembelajaran memberi panduan apa yang harus dilakukan seorang
guru di dalam kelas. Memberi panduan dalam mengembangkan teknik
mengajar dan memberi panduan untuk merancang perangkat yang lebih baik.
2. Perangkat pembelajaran sebagai tolak ukur
Guru dapat mengevaluasi diri nya sendiri sejauh mana perangkat
pembelajaran yang telah dirancang teraplikasi di dalam kelas. Hal ini penting
untuk terus meningkatkan profesionalime seorang guru.

9
3. Perangkat pembelajaran sebagai peningkatan profesionalisme
Profesionalisme seorang guru dapat ditingkatkan dengan Perangkat
pembelajaran. Artinya perangkat pembelajaran tidak hanya sebagai
kelengkapan administrasi saja. Tetapi lebih sebagai media peningkatan
profesionalisme.
4. Mempermudah
Memiliki perangkat pembelajaran sangat mempermudah seorang guru dalam
membantu proses fasilitasi pembelajaran. Dengan perangkat pembelajaran,
seorang guru bisa dengan mudah menyampaikan materi hanya dengan melihat
perangkatnya tanpa harus banyak berpikir dan mengingat.

Jadi dapat kita ketahui bahwa perangkat pembelajaran merupakan hal yang
penting untuk disiapkan sejak dini sebelum proses pembelajaran dilakukan. Selain
untuk panduan atau pedoman, perangkat pembelajaran dapat dijadikan guru
sebagai bahan evaluasi diri agar kedepannya lebih baik lagi. Kemudian perangkat
pembelajaran dapat mempermudah guru dalam mengajar sehingga akan menjadi
guru yang profesional. Dengan ini semua, tujuan pembelajaran dapat tercapai
dengan baik dan proses pembelajaran akan lebih efektif.

Dalam perangkat pembelajaran terdapat beberapa komponen yaitu terdiri dari
1. Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian,
alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Selain itu silabus juga

10
merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam
materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian.
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP merupakan panduan kegiatan guru dalam kegiatan pembelajaran
sekaligus uraian kegiatan siswa yang berhubungan dengan kegiatan guru.
Rencana pelaksanaan pembelajaran juga dapat diartikan sebagai rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai
satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam
silabus.
3. Buku Siswa
Buku siswa adalah sumber belajar berupa tulisan yang digunakan siswa untuk
menunjang kegiatan pembelajaran.
4. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Sanjaya (2010: 27) menguraikan bahwa:
Lembar kerja siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk
melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar
kegiatan ini dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek
kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek
pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi.
Sehingga dapat kita ketahui bahwa LKS merupakan panduan siswa yang
digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah dalam pengembangan aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. LKS sekarang berubah fungsi,
dimana pada mulanya LKS merupakan lembar kerja siswa, namun sekarang
banyak yang menjadikan LKS sebagai lembar soal siswa. Dengan fungsi

11
yang berubah ini pengembangan yang didapat siswa hanya pada aspek
kognitif saja, sedangkan afektif, dan psikomotorik tidak didapatkan.

Perangkat pembelajaran merupakan sesuatu yang harus dimiliki oleh seorang
guru, baik itu silabus, RPP, buku siswa, maupun LKS. Keempat komponen
tersebut saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.
Dengan adanya perangkat pembelajaran berupa silabus, RPP, buku siswa, dan
LKS maka pembelajaran di kelas akan efektif.

B. Literasi Sains
Literasi sains (science literacy, LS) berasal dari gabungan dua kata latin, yaitu
literatus, artinya ditandai dengan huruf, melek huruf, atau berpendidikan dan
scientia, yang artinya memiliki pengetahuan. Menurut DeBoer (2000: 582-601),
orang yang pertama menggunakan istilah literasi sains adalah Paul de Hart Hurt
dari Stanford University. Menurutnya, secience literacy berarti tindakan
memahami sains dan mengaplikasikannya dalam kehidupan masyarakat.

Progremme for Internasional Student Assessment (PISA) (2006), berpendapat
bahwa:
Literasi (sains) adalah kemampuan menggunakan pengetahuan (sains)
untuk mengidentifikasi permasalahan dan menarik kesimpulan
berdasarkan bukti-bukti dalam rangka memahami serta membuat
keputusan tentang alam dan perilakunya serta perubahan yang
dilakukan terhadap alam melalui serangkaian aktivitas manusia.

Adurrahman, dkk (2012: 2) berpendapat bahwa:
Literasi sains merupakan pemahaman akan pengetahuan yang bersifat
aktif yaitu suatu pengetahuan dan pemahaman mengenai konsep dan

12
proses sains yang akan memungkinkan seseorang untuk membuat
suatu keputusan dengan pengetahuan yang dimilikinya, serta turut
terlibat dalam hal kenegaraan, budaya dan pertumbuhan ekonomi,
termasuk di dalamnya kemampuan spesifik yang dimilikinya. Literasi
sains juga dapat diartikan sebagai pemahaman atas sains dan
aplikasinya bagi kebutuhan masyarakat, sehingga dapat digunakan
untuk menyelesaikan masalah-masalah yang kerap terjadi di
masyarakat.

Dari beberapa pendapat di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa, Literasi
sains adalah kemampuan seseorang untuk memahami sains, mengkomunikasikan
sains (lisan maupun tulisan), serta menerapkan pengetahuan sains untuk
memecahkan masalah sehingga memiliki sikap dan kepekaaan yang tinggi
terhadap diri dan lingkungannya dalam mengambil keputusan berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan sains.

Tujuan pendidikan sains adalah meningkatkan kompetensi peserta didik untuk
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dalam berbagai situasi. Dengan kompetensi
itu, peserta didik akan mampu belajar lebih lanjut dan hidup di masyarakat yang
saat ini banyak dipegang oleh perkembangan sains dan teknologi. Dengan begitu,
para peserta didik dapat berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakat. Berbagai
pendapat ahli mengenai konsep literasi sains dan tingkat kepentingannya untuk
dikuasai dan dimiliki oleh peserta didik memberikan sebuah gambaran betapa
pemahaman mengenai literasi sains ini merupakan sesuatu yang sangat
fundamental, terutama bagi guru dan semua pihak yang terkait dalam pendidikan
sains.

13
National Science Teacher Assosiation (NSTA) (2006) mengemukakan bahwa:
Seseorang yang memiliki literasi sains adalah orang yang
menggunakan konsep sains, mempunyai keterampilan proses sains
untuk dapat menilai dalam membuat keputusan sehari-hari kalau ia
berhubungan dengan orang lain, lingkungannya, serta memahami
interaksi antara sains, teknologi dan masyarakat, termasuk
perkembangan sosial dan ekonomi.
Sedangkan menurut Poedjiadi (2005: 2) mengatakan bahwa:
Seseorang yang memiliki kemampuan literasi sains dan teknologi
adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menyelesaikan
masalah dengan menggunakan konsep-konsep sains yang diperoleh
dalam pendidikan sesuai dengan jenjangnya. Pengembangan literasi
sains sangat penting karena ia dapat memberi kontribusi bagi
kehidupan sosial dan ekonomi, serta untuk memperbaiki pengambilan
keputusan ditingkat masyarakat dan personal.

Dengan demikian kemampuan literasi sains perlu untuk dimiliki oleh seseorang
terutama peserta didik. Karena dengan kemampuan tersebut peserta didik dapat
menyelesaikan masalah dengan cara menggunakan konsep sains dalam
kehidupannya sehari-hari. Sehingga para peserta didik dapat berguna bagi dirinya
sendiri dan masyarakat, baik itu interaksinya dengan orang lain maupun
lingkungannya.

Orang yang memiliki kemampuan literasi sains memiliki banyak, diantaranya
yaitu: 1. Menggunakan konsep-konsep sains, keterampilan proses dan nilai
apabila ia mengambil keputusan yang bertanggung jawab dalam kehidupan
sehari-hari; 2. Mengetahui bagaimana masyarakat mempengaruhi sains dan
teknologi serta bagaimana sains dan teknologi mempengaruhi masyarakat; 3.
Mengetahui bahwa masyarakat mengontrol sains dan teknologi melalui
pengelolaan sumber daya alam; 4. Menyadari keterbatasan dan kegunaan sains

14
dan teknologi untuk meningkatkan kesejahteraan manusia; 5. Memahami sebagian
besar konsep-konsep sains, hipotesis, dan teori sains dan mampu
menggunakannya; 6. Menghargai sains dan teknologi sebagai stimulus intelektual
yang dimilikinya; 7. Mengetahui bahwa pengetahuan ilmiah bergantung pada
proses-proses inkuiri dan teori-teori; 8. Membedakan antara fakta-fakta ilmiah dan
opini pribadi; 9. Mengakui asal-usul sains dan mengetahui bahwa pengetahuan
ilmiah itu tentatif; 10. Mengetahui aplikasi teknologi dan pengambilan keputusan
menggunakan teknologi; 11. Memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup
untuk memberikan penghargaan kepada penelitian dan pengembangan teknologi;
12. Mengetahui sumber-sumber informasi dari sains dan teknologi yang dipercaya
dan menggunakan sumber-sumber tersebut dalam pengambilan keputusan
(Toharudin, dkk. 2011: 13).

Dengan ciri-ciri tersebut, dapat kita ketahui bahwa apabila literasi sains dimiliki
oleh peserta didik maka peserta didik mampu untuk menyelesaikan masalah
dengan menggunakan konsep-konsep sains, mengenal teknologi yang ada beserta
dampaknya, mempunyai keterampilan proses sains untuk dapat menilai dalam
membuat keputusan sehari-hari kalau ia berhubungan dengan orang lain,
lingkungannya, serta memahami interaksi antara sains, teknologi dan masyarakat,
termasuk perkembangan sosial dan ekonomi.

Dalam pengukuran literasi sains, Toharudin, dkk. (2011: 8) menetapkan tiga
dimensi besar literasi sains, yakni konten sains, proses sains, dan konteks aplikasi
sains. Secara rinci PISA memaparkan dimensi literasi sains sebagai berikut:

15
1. Kandungan Literasi Sains (konten sains)
Dalam dimensi konsep ilmiah (scientific concepts), peserta didik perlu
menangkap sejumlah konsep kunci atau esensial untuk dapat memahami
fenomena alam tertentu dan perubahan-perubahan yang terjadi akibat kegiatan
manusia. Hal ini merupakan gagasan besar pemersatu yang berupaya
menjelaskan aspek-aspek lingkungan fisik.
2. Proses Literasi Sains (proses sains)
Proses literasi sains dalam PISA mengkaji kemampuan peserta didik untuk
menggunakan pengetahuan dan pemahaman ilmiah, seperti kemampuan
peserta didik untuk mencari, menafsirkan dan memperlakukan bukti-bukti.
PISA menguji lima proses semacam itu, yakni: (i) mengenali pertanyaan
ilmiah, (ii) mengidentifikasi bukti, (iii) menarik kesimpulan, (iv)
mengkomunikasikan kesimpulan, dan (v) menunjukkan pemahaman konsep
ilmiah.
3. Konteks Literasi Sains (konteks aplikasi sains)
Konteks literasi sains dalam PISA lebih pada kehidupan sehari-hari daripada
kelas dan laboratorium. Sebagaimana dengan bentuk-bentuk literasi lainnya,
konteks melibatkan isu-isu yang penting dalam kehidupan secara umum
seperti juga terhadap kepedulian pribadi. Pertanyaan-pertanyaan dalam PISA
dikelompokkan menjadi tiga area tempat sains deterapkan, yaitu : (i)
kehidupan dan kesehatan, (ii) bumi dan lingkungan, (iii) serta teknologi.

Dalam penelitian PISA Indonesia termasuk rendah dalam hal literasi sains.
Indonesia telah menjadi partisipan PISA semenjak tahun 2000, namun hasil yang

16
didapatkan masih kurang memuaskan. Pada evaluasi literasi sains, tahun 2000
Indonesia menduduki peringkatke-38 dari 41 negara peserta, tahun 2003
menduduki peringkat ke-38 dari 40 negara peserta, pada tahun 2006 menduduki
peringkat ke-50 dari 57 negara peserta dan pada tahun 2009 Indonesia menduduki
peringkat ke-57 dari 65 peserta. Dengan demikian bisa dikatakan secara umum
kemampuan literasi sains siswa belum memadai dan menggambarkan kualitas
mutu pendidikan di Indonesia masih rendah (Rohayati, 2013: 1).

Sedangkan menurut penelitian TIMSS (Trends in International Mathematics and
Science Study) Indonesia masih rendah dalam hal literasi sains. Pada tahun 1999
Indonesia berada pada peringkat 32 dari 38 negara, tahun 2003 Indonesia berada
pada peringkat 37 dari 46 negara, dan tahun 2007 Indonesia berada pada peringkat
35 dari 49 negara. Indonesia masih kalah dengan Negara berkembang lainnya
seperti Korea, Hong Kong, Singapura, Thailand, Malaysia, dan Filipina
(Toharudin, dkk. 2011: 16-17).

Menurut Firman (2007: 5) menyatakan bahwa:
Salah satu penyebab rendahnya pencapaian literasi sains siswa
Indonesia dikarenakan kurangnya pembelajaran yang melibatkan
proses sains, seperti memformulasikan pertanyaan ilmiah dalam
penyelidikan, menggunakan pengetahauan yang dimiliki untuk
menjelaskan fenomena alam serta menarik kesimpulan berdasarkan
fakta yang diperoleh melalui penyelidikan
Dilihat dari beberapa penelitian di atas dapat dikatakan peserta didik di Indonesia
memiliki kemampuan literasi sains yang rendah, bahkan Indonesia masih kalah
dengan Negara-negara tetangga seperti Singapura, Thailand, Malaysia, dan
Filipina. Ini semua merupakan PR kita bersama untuk meningkatkan kemampuan

17
peserta didik dalam hal literasi sains sehingga akan mendapatkan kualitas mutu
pendidikan yang lebih baik. Untuk memperbaikinya dapat dilakukan dengan cara
melibatkan proses sains dalam pembelajaran, seperti memformulasikan
pertanyaan ilmiah dalam penyelidikan, menggunakan pengetahauan yang dimiliki
untuk menjelaskan fenomena alam serta menarik kesimpulan berdasarkan fakta
yang diperoleh melalui penyelidikan.

C. Model Pembelajaran Exclusive
Secara umum istilah “model” diartikan sebagai kerangka konseptual yang
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam pengertian
lain, “model” juga diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda yang
sesungguhnya, seperti globe yaitu model dari bumi yang kita tempati. Dalam
uraian selanjutnya, istilah model digunakan untuk menunjukkan pengertian yang
pertama sebagai kerangka konseptual.
Joyce & Weil (2001: 3) mendefinisikan
Model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian,
model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar.
Winataraputra (2001: 34) berpendapat bahwa:

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai
pedoman dalam pembelajaran.
Atas dasar pemikiran tersebut, maka yang dimaksud dengan “model
pembelajaran” adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang

18
sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan
para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Dengan demikian aktivitas belajar mengajar benar-benar merupakan kegiatan
bertujuan yang tertata secara sistematis.

Dalam proses pembelajaran seorang guru harus tepat dalam memilih model
pembelajaran yang akan digunakan sehingga tujuan pembelajaran mudah tercapai.
Viyanti (2012: 221) mengatakan bahwa:
Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara/gaya belajar mereka
sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal ada
berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya, kita (guru) harus
ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk
segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model
pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat
materi bahan ajar, fasilitas dan media yang tersedia, dan kondisi guru
itu sendiri.
Jadi sebagai seorang pengajar harus memilih model pembelajaran yang tepat
dengan memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas dan media
yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri. Ini semua harus dilakukan agar
pembelajaran lebih optimal.

Dalam pembelajaran kita mengenal banyak sekali model pembelajaran seperti:
Contextual Teaching and Learning (CTL), Cooperative Learning (CL), Problem
Based Learning (PBL), Teams Games Tournament (TGT), Student Teams
Achievement Division (STAD), Jigsaw, Two Stay-Two Stay (TS-TS), Debate,
Role Playing, Talking Stick, Demonstration, Take and Give, dan masih banyak

19
lainnya. Namun model pembelajaran yang akan digunakan dalam pengembangan
perangkat pembelajaran ini adalah model pembelajaran exclusive.

Dengan model pembelajaran ini siswa dapat memiliki kemampuan metakognisi.
sehingga siswa dapat mengembangkan pemahaman konsep karena dengan
kemampuan metakognisi, siswa dapat mengkontruksi pengetahuan,
mengaplikasikan konsep-konsep, dan memperdalam konsep-konsep sehingga
melahirkan jawaban dan argumentasi ilmiah yang mempresentasikan pemahaman.
Model exclusive memiliki lima fase/tahapan, sesuai dengan kata exclusive sendiri.
Dimana exclusive merupakan singkatan dari lima kata yaitu: Exploring,
Clustering, Simulating, Valuing dan Evaluating. Exploring merupakan tahap awal,
yaitu siswa diminta mencari informasi sebanyak mungkin mengenai tema yang
sedang dipelajari setelah guru melakukan apresepsi. Clustering merupakan tahap
kedua, guru dan siswa mencari kesamaan-kesamaan informasi yang didapat
sehingga guru dan siswa berdiskusi untuk mengkonfirmasi data sebelum dilakukan
simulasi. Simulating merupakan tahap ketiga, pada tahap ini siswa diajak untuk
melakukan simulasi. Valuing merupakan tahap keempat, Pada tahap ini siswa diajak
untuk menginternalisasi (internalized) nilai-nilai yang diperoleh melalui diskusi dan
simulasi, sehingga tumbuh kemauan daan kemapuan yang kuat untuk menerapkan
dan membiasakannya dalam kehidupan sehari-hari. Dan terakhir pada tahap kelima
yaitu Evaluating, mengevaluasi jalannya keseluruhaan proses pembelajaran

sehigga memperoleh sejumlah rumusan rekomendasi-rekomendasi perbaikan pada
kegiatan pembelajaran berikutnya. Dalam tahap ini, juga ternyata dari hasil

20
evaluasi masih ada hal-hal yang perlu digali lebih dalam, tahap Exploring dapat
dilakukan kembali dan begitu seterusnya seperti sebuah siklus seperti Gambar 2.1.

Exploring

Evaluating

Clustering

P2S

Valuing

Simulating

Gambar 2.1 Siklus Model Pembelajaran Exclusive (Abdurrahman, dkk. 2012:10)

Model pembelajaran exclusive ini dapat dikembangkan untuk memacu siswa
berperan aktif dalam setiap fase pembelajarannya. Siswa diharapkan mampu dan
mengajukan pendapatnya. Model pembelajaran ini menuntut siswa untuk aktif dan
terlibat saling tukar pikiran, berkolaborasi, berkomunikasi, dan bersimulasi samasama untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan sehingga diharapkan
siswa mampu mengembangkan kemampuannya. Model pembelajaran ini hampir
sama dengan model pembelajaran Student Center Learning (SCL) dimana siswa
dijadikan pusat perhatian dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa berperan
aktif dalam kelas dan guru berperan sebagai fasilitator.

21
Dalam model pembelajaran exclusive yang berbasis metakognitif, guru
memposisikan diri sebagai fasilitator yang menyediakan sumber-sumber belajar,
mendorong siswa untuk belajar menyelesaikan masalah metakognitif, memberi
motivasi, reward dan memberikan bantuan kepada siswa agar dapat belajar dan
mengkonstruksi pengetahuannya secara optimal. Interaksi yang terjadi adalah
interaksi timbal balik antara guru siswa, dan bahan ajar (sumber belajar).

Dengan kata lain model pembelajaran exclusive berbasis metakognitif
dikembangkan untuk pendekatan yang bersifat low structure artinya pembelajaran
berpusat pada siswa, dalam hal ini guru hanya berperan sebagai fasilitator,
motivator, dan moderator. Penekanan pada model ini adalah implementasi strategi
kognitif, mengontrol, dan mengevaluasi sendiri cara belajar siswa dalam sistem
interaksi timbal balik seperti pada Gambar 2.2.

Guru

Bahan Ajar

Siswa

Gambar 2.2 Prinsip Intekasi Model Pembelajaran Exclusive (Abdurrahman, dkk. 2012:11)

22
Dari gambar di atas dapat kita ketahui bahwa terjadi timbal balik antar guru,
siswa, dan bahan ajar, ketiganya saling berkaitan. Pembelajaran berpusat pada
siswa, dalam hal ini guru hanya berperan sebagai fasilitator, motivator, dan
moderator dan bahan ajar sebagai pendukung dalam proses pembelajaran.

D. Perubahan di Sekitar Kita
Materi pembelajaran IPA terpadu dengan tema “Perubahan di Sekitar Kita”
merupakan pembelajaran tematik. Sehingga pembelajaran ini mencakum tiga ilmu
pengetahuan yaitu Fisika, Biologi, dan Kimia. Pada pembelajaran tematik ini
dengan tema “Perubahan di Sekitar Kita” dikembangkan menjadi beberapa
subtema sebagai berikut:
1. Perubahan fisika
Perubahan fisika merupakan perubahan pada zat yang tidak menghasilkan zat
jenis baru. Misal, beras yang ditumbuk menjadi tepung. Beras yang ditumbuk
menjadi tepung, hanya menunjukkan bentuk dan ukuran yang berubah, tetapi
sifat molekul zat pada beras dan tepung tetap sama. Contoh-contoh perubahan
yang merupakan perubahan fisika diantaranya:
a. Perubahan Wujud
Dalam perubahan wujud ini, contoh yang merupakan perubahan fisikan
dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya peristiwa es
yang mencair. Dalam perubahan ini tidak terbentuk zat jenis baru. Karena
es adalah air, yang membeku menjadi padat,mempunyai sifat air (tidak

23
terbentuk zat jenis baru). Perubahan wujud zat, baik zat padat, zat cair, dan
zat gas secara umum dapat digambarkan dalam Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Perubahan Wujud Zat (http://arifkristanta.wordpress.com/ 2012/10/)

Berdasarkan gambar di atas, zat dari wujud yang satu ke wujud yang
lainnya dapat dijelaskan sebagai berikut.
1) Membeku yaitu perubahan wujud zat dari cair ke padat
2) Mencair atau melebur yaitu perubahan wujud zat dari padat ke cair
3) Menyublim (mengkristal) yaitu perubahan wujud zat dari gas ke padat
4) Menyublim yaitu perubahan wujud zat dari padat ke gas
5) Menguap yaitu perubahan wujud zat dari cair ke gas
6) Mengembun yaitu perubahan wujud zat dari gas ke cair

24
b. Perubahan Bentuk
Contoh dari perubahan bentuk adalah ketika bejana besi dipanaskan
bentuknya berubah menjadi lebih besar karena memuai, sebaliknya jika
didinginkan bentuknya berubah menjadi lebih kecil atau menyusut.
c. Perubahan Warna
Contoh dari perubahan warna adalah besi hitam akan berubah warna
menjadi berpijar merah jika dipanaskan, setelah dingin akan menjadi hitam
kembali.
d. Melarut
Sesendok gula pasir dimasukkan ke dalam air lalu diaduk,gula pasir akan
menghilang dan air akan berasa manis. Jadi gula pasir berubah menjadi
larutan.

2. Perubahan Kimia
Perubahan kimia merupakan perubahan suatu zat yang menghasilkan zat baru.
Perubahan kimia merupakan perubahan yang bersifat kekal. Contoh dari
perubahan kimia adalah kayu ketika dibakar akan berubah menjadi arang.
Perubahan kimia dicirikan dengan terbentuknya gas, terbentuknya endapan,
terjadinya perubahan warna, dan terjadinya perubahan suhu. Berikut ini adalah
contoh dari perubahan kimia.
a. Pembentukan gas
Dalam pembentukan gas, kita dapat menemukannya dalam aktivitas seharihari kita, yaitu bernafas. Saat kita menghirup nafas, maka kita akan

25
menghirup oksigen kemudian setelahnya kita akan mengeluarkan gas baru
berupa karbondioksuda.
b. Pembentukan endapan
Reaksi peng