ANALISIS PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, KUALITAS AUDIT DAN MANAJEMEN LABA TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 - 2012)

  

ANALISIS PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, MEKANISME

CORPORATE GOVERNANCE, KUALITAS AUDIT DAN MANAJEMEN

LABA TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa

  

Efek Indonesia tahun 2010 - 2012)

1) 2)

  

Mirda Ratna Sari , Sri Rahayu

1)

  Program Studi Akuntansi, Universitas Telkom Jl. Telekomunikasi No. 1 Bandung mirdafumi@gmail.com

  2)

  Program Studi Akuntansi, Universitas Telkom Jl. Telekomunikasi No. 1 Bandung srirahayu@telkomuniversity.ac.id

  

Abstrak - Laporan keuangan dinyatakan berintegritas apabila laporan keuangan tersebut memenuhi kualitas

reliability dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umun sehingga menampilkan kondisi keuangan

yang sebenarnya. Laporan keuangan yang reliable dapat digunakan dalam pengambilan keputusan baik bagi

manajemen maupun pihak investor untuk pengambilan kepustusan yang benar. Faktanya pada saat ini banyak

terjadi kasus manipulasi yang dapat membuktikan bahwa kurang integritasnya laporan keuangan dalam

penyajian informasi bagi para pengguna. Beberapa diantaranya, terdapat kasus yang melibatkan Kantor

Akuntan Publik sebagai pihak ekternal, belum diterpakannya mekanisme Good Corporate Governance yang

baik, kualitas audit serta manajemen laba.

Pada penelitian ini integritas laporan keuangan diukur dengan menggunakan indeks conservatism. Dengan

populasi perushaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 sampai tahun 2012,

dan sampel dipilih berdasarkan purposive sampling sebanyak 30 perusahaan. Analisis data digunakan analisis

regresi berganda dengan menggunakan pendekatan Common Effect (PLS).

  

Hasil penelitian menunjukkan bahwa independensi auditor, mekanisme corporate governance, kualitas audit

dan manajemen laba secara simultan tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Dalam hal ini,

lamanya tingkat auditor dalam memberikan jasa kepada klien, banyaknya komisaris independen, kepemilikan

manajerial, kepemilikan institusional, komite audit, kualitas audit, serta manajemen laba tidak mencerminkan

pengaruhnya terhadap integritas laporan keuangan. Dilihat secara parsial menunjukkan bahwa hanya variabel

manajemen laba yang memiliki pengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan, sedangkan variabel

lain seperti independensi auditor, komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,

komite audit tidak memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Penelitian ini bermanfaat untuk

memberikan masukan bagi auditor agar selalu meningkatkan independensi serta pemahamannya pada suatu

industry tertentu, bagi perusahaan selalu meningkatkan kinerjanya yang berpedoman pada corporate

governance, serta bagi BAPEPAM untuk lebih tegas memberikan sanksi terkait dengan lamanya hubungan KAP

dengan perusahaan.

  Kata kunci : Corporate governance, Independensi auditor, Integritas laporan keuangan, Manajemen laba

I. PENDAHULUAN

  Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Belkaoui (2006:212) menjelaskan bahwa laporan keuangan merupakan salah satu sumber utama informasi keuangan yang penting bagi sejumlah pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Pada tahun 2009, kasus overstead dialami oleh PT Waskita Karya. Kasus ini bermula ketika auditor menemukan adanya kelebihan pencatatan laba bersih sejak 2004-2007 berkisar Rp 400 milyar. Akibatnya tiga direksi dari PT Waskita Karya dinonaktifkan oleh Kementrian Negara BUMN 2013).

  Manipulasi data akuntansi mengindikasikan bahwa belum diterapkannya mekanisme good

  corporate governance yang baik dalam perusahaan

  tersebut. Selain itu kasus pada PT. KAI yang mengalami kerugian karena PT. Kereta Api Indonesia telah tiga tahun tidak dapat menagih pajak pihak ketiga. Tetapi, dalam laporan keuangan itu, pajak pihak ketiga dinyatakan sebagai pendapatan. Padahal, berdasarkan standar akuntansi keuangan, ia tidak dapat dikelompokkan dalam bentuk pendapatan atau asset. Dengan demikian, kekeliruan dalam pencatatan transaksi atau perubahan keuangan telah terjadi di sini. Di lain pihak, PT Kereta Api Indonesia memandang bahwa kekeliruan pencatatan tersebut hanya terjadi karena perbedaan persepsi mengenai pencatatan piutang yang tidak tertagih. Terdapat pihak yang menilai bahwa piutang pada pihak ketiga yang tidak tertagih itu bukan pendapatan. Sehingga, sebagai konsekuensinya PT Kereta Api Indonesia seharusnya mengakui menderita kerugian sebesar Rp. 63 milyar. Sebaliknya, ada pula pihak lain yang berpendapat bahwa piutang yang tidak tertagih tetap dapat dimasukkan sebagai pendapatan PT Kereta Api Indonesia sehingga keuntungan sebesar Rp. 6,90 milyar dapat diraih pada tahun tersebut 2013). Kasus tersebut mengindikasikan bahwa belum adanya mekanisme

  corporate governance yang baik dalam perusahaan.

  Karena masing-masing pihak manajemen mempunyai persepsi yang berbeda-beda. Selain dari pihak perusahaan, eksternal auditor juga mendapatkan perhatian lebih terhadap banyaknya kasus-kasus manipulasi akutansi seperti ini. Akuntan publik dalam setiap penugasan audit sering terjadi benturan-benturan kepentingan yang dapat mempengaruhi independensi dan obyektifitasnya (Salfauz dan Muid, 2012).

  Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 tentang pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) bahwa pemberian jasa audit dilakukan oleh KAP paling lama untuk enam tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama tiga tahun buku berturut-turut. Seluruh perusahaan yang telah go public dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia wajib memenuhi kewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) sebelum dipublikasikan kepada publik sesuai dengan keputusan BAPEPAM No. Kep. 17/PM/2002. Dari kedua peraturan diatas dapat diketahui bahwa fungsi dari auditor eksternal bagi perusahaan yang telah go public sangatlah signifikan sehingga perlu dijaga dan diawasi tentang independensi dan kompetensi dari auditor tersebut (Hardiningsih, 2010).

  Independensi seorang auditor berarti auditor harus mandiri dan terpisah dari berbagai kegiatan yang diperiksa. Auditor dianggap mandiri apabila dapat melaksanakan pekerjaannya secara bebas dan objektif. Kemandirian auditor sangat penting terutama dalam memberikan penilaian yang tidak memihak (Herry, 2010:73).

  Adanya hubungan positif antara kualitas audit dan KAP berdasarkan dua hal, yang pertama adalah alasan reputasi dan yang kedua adalah alasan kelayakan (deeppocket) yang dimiliki oleh KAP (Salfauz dan Muid, 2012:2). Auditor spesialis industri mempunyai intensif yang lebih besar untuk mengaudit lebih akurat karena mereka memiliki lebih banyak hubungan spesifik dengan klien yang akan hilang apabila mereka memberikan laporan yang tidak akurat. Selain itu auditor spesialis industri memiliki sumber daya yang lebih baik dan kompeten daripada auditor umumnya, maka mereka terancam oleh tuntutan hukum pihak ketiga yang lebih besar pula bila mereka tidak menghasilkan laporan audit yang tidak akurat (Lennox, 1999 dalam Astria, 2011). Masyarakat sangat membutuhkan independensi seorang auditor atas pendapatnya dalam penyajian laporan keuangan karena sangat berpengaruh dalam pengambilan keutusan dalam berinvestasi. Sehingga dalam memberikan jasa auditnya KAP dituntut untuk meningkatkan profesionalitasnya.

  Hardiningsih (2010 : 69) menyebutkan bahwa tingginya independensi auditor tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan, sedangakan dalam Salfauz dan Muid (2012 : 9), independensi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Mekanisme corporate

  governance yang mempunyai variabel berupa

  komisaris independen, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan, sedangkan komite audit berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan (Christiantie dan Christiawan, 2013). Untuk variabel kualitas audit dan manajemen laba menurut Hardiningsih (2010 : 71) tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan, sedangkan menurut penelitian Salfauz dan Muid (2012 : 10) kualitas audit dan manajemen laba berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan Dari hasil penelitian sebelumnya yang telah disebutkan diatas, terdapat inkonsistensi penelitian pada beberapa variabel. Sehingga penelitian ini masih relevan untuk diteliti kembali. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, peneliti ingin menganalisa lebih jauh mengenai beberapa variabel yang berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris independensi auditor, mekanisme

  corporate governance (komisaris independen, kepemilikan

  manajerial, kepemilikan institusional, komite audit), kualitas audit dan manajemen laba berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012.

  Kualitas audit menurut Financial Accounting Committee (2000) dalam Hardiningsih (2010) menyatakan bahwa kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan

  Audit adalah proses sistematis mengenai mendapatkan dan mengevaluasi secara objektif bukti yang berkaitan dengan penilaian mengenai berbagai kegiatan dan peristiwa ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara penilaian- penilaian tersebut dan membentuk kriteria serta menyampaikan hasilnya kepada pengguna yang berkepentingan (Hall dan Singleton (2009: 3).

  2.3 Kualitas Audit

  dibahas diantaranya komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan komite audit. Komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Kepemilikan manajerial adalah proporsi pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (direktur dan komisaris) (Diyah dan Erman, 2009). Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain (Tarjo, 2008). Komite audit memiliki tanggung jawab yang besar dalam menyiapkan audit, melakukan ratifikasi terhadap sistem pengendalian internal, dan memecahkan perselisihan dalam peraturan akuntansi (George, 2003 dalam Jamaan, 2008).

  governance terdapat beberapa proksi yang akan

  dalam meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham dan stakeholders lainnya yang memberikan suatu struktur yang memfasilitasi penentuan sasaran-sasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja (Komsiyah, 2004). Dalam mekanisme corporate

  governance merupakan salah satu elemen kunci

  9) Corporate governance merupakan seperangkat tata hubungan diantara manajemen perseroan, direksi, komisaris, pemegang saham dan para pemangku kepentingan lainnya. Corporate

  2.2 Corporate Governance Menurut Organizaton for Economic Cooperation and Development (OECD) dalam Wulandari (2011:

II. LANDASAN TEORI

2.1 Independensi Auditor

  dalam waktu 6 tahun atau kurang dari 6 tahun, sedangkan angka 0 jika KAP melakukan audit lebih dari 6 tahun.

  dummy angka 1 untuk KAP yang melakukan audit

  Independensi seorang auditor berarti auditor harus mandiri dan terpisah dari berbagai kegiatan yang diperiksa. Auditor dianggap mandiri apabila dapat melaksanakan pekerjaannya secara bebas dan objektif. Kemandirian auditor sangat penting terutama dalam memberikan penilaian yang tidak memihak (Herry, 2010:73). Tolok ukur yang dapat digunakan untuk mengukur independensi seorang auditor adalah lamanya hubungan antara klien dan auditor dalam menjalankan tugas pengauditannya. Dalam hubugan auditor-klien terdapat tendensi bahwa seiring dengan berjalannya waktu, auditor secara berangsur menyesuaikan dengan berbagai keinginan manajemen dan kemudian tidak bertindak sepenuhnya independen (Hardininsih, 2010). Mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 tentang pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) bahwa pemberian jasa audit dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut- turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Sehingga independensi diukur dengan menggunakan lamanya hubungan Kantor Akuntan Publik (KAP) menjadi auditor pada perusahaan klien dengan variabel

  auditors are usually CPA’s who are either individual practitioners or members of public accounting firms who render professional auditing services to clients” (Boynton, 2006:10).

  Elder, R.J., et. al, (2010: 5) Auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang digunakan dan harus kompeten untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akan dikumpulkanguna mencapai kesimpulan yang tepat se telah memeriksa bukti tersebut. “Independent

  independensi. Kualitas audit sebagai suatu kemungkinan (joint probability) dimana seorang auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi kliennya. Auditor spesialis industri menggambarkan keahlian dan pengalaman audit seorang auditor pada bidang industri tertentu yang diproksikan dengan jasa audit pada bidang industri tertentu. Auditor tersebut memiliki pengetahuan yang spesifik dan mendalam serta berpengalaman dalam suatu bidang industri tertentu (Hardinignsih, 2010). Penelitian-penelitian sebelumnya membedakan kualitas auditor berdasarkan perbedaan big four dan non big four dan ada juga yang menggunakan spesialisasi industri auditor untuk memberi nilai bagi kualitas audit ini seperti penelitian (Mayangsari, 2003). Kualitas audit dapat menunjukkan betapa pentingnya peran auditor dalam melakukan tugasnya untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan sehingga diperoleh laporan keuangan yang dapat diandalkan dan wajar.

  konservatisme neraca. C-score menunjukkan tingkat estimasi cadangan akibat penggunaan metoda akuntansi konservatif. Dalam penelitian ini integritas laporan keuangan diukur dengan menggunakan indeks conservatism yang dikemukan Penman dan Zhang (2002) dalam Jama’an (2008) yang menjelaskan akuntansi konservatif dan kualitas laba bergantung pada pertumbuhan investasi perusahaan.

  Sumber : Data diolah 2013

  K_AUD? 1.702773 1.795506 0.948352 0.3457 KU_AUD? 0.331201 0.587285 0.563952 0.5743 MNJ_LB? -0.819666 0.332036 -2.468606 0.0156

  INDP? 0.052679 0.375536 0.140278 0.8888 KOMI? 1.937885 1.610216 1.203493 0.2322 KPMJ? 1.286796 1.046319 1.229832 0.2223 KPIN? 0.217073 0.630494 0.344290 0.7315

  Tabel 2. Uji t-Parsial Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

  Berdasarkan pengujian statistic F nilai probability (F-statistic) lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Sehingga variabel bebas yaitu Indepensi auditor, komisaris independen, kpemilikan manajerial, kepemilikan insttitusional, komite audit, kualitas audit dan manajemen laba secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu integritas laporan keuangan. Uji statistic t yang dilakukan dpat dilihat pada table berikut :

  III. PEMBAHASAN

  conservatism index (C-score) sebagai proksi

  2.4 Manajemen Laba

  Pengukuran integritas laporan keuangan yang diproksikan dengan konservatisme ditentukan menggunakan asumsi metode perusahaan yang digunakan yaitu metode persediaan, penyusutan, metode amortisasi, dan pengakuan biaya riset (Widya, 2005). Conservatism sebagai praktik untuk mengurangi earning dan menurunkan net asset Penman dan Zhang (2002) menggunakan

  Integritas laporan keuangan adalah laporan keuangan yang menampilkan kondisi suatu perusahaan yang sebenarnya tanpa ada yang ditutup-tutupi atau disembunyikan. Laporan keuangan dinyatakan berintegritas apabila laporan keuangan tersebut memenuhi kualitas reability dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum, Kieso et.al.(2008 : 6). Laporan keuangan yang reliable dapat digunakan dalam pegambilan keputusan baik bagi manajemen maupun pihak investor untuk melakukan pengambilan keputusan yang benar.

  2.5 Integritas Laporan Keuangan

  menggunakan model Jones

  accruals yang dihitung dengan menselisihkan total accruals dan nondiscretionary accruals dengan

  Manajemen laba merupakan tindakan yang sulit dihindari. Manajemen laba terjadi ketika para manajer menggunakan pertimbangan mereka dalam pelaporan keuangan dan struktur transaksi untuk mengubah laporan keuangan dengan tujuan menyesatkan beberapa pemangku kepentingan mengenai kondisi kinerja ekonomi perusahaan atau untuk memengaruhi hasil-hasil kontraktual yang bergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan (Belkaoui, 2006: 75). Manajemen laba diukur dengan menggunakan Discrectionary

  Variabel independensi auditor tidak memiliki pegaruh yang signfikan terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan manufaktur. Hal ini terjadi karena tidak semua perusahaan dalam sampel penelitian sudah patuh terhadap peraturan pemerintah berkaitan dengan lama hubungan KAP dan auditor. Bahwa masih ada perusahaan yang dalam kurun waktu tahun 2010 sampai 2012 yang belum berganti KAP selama lebih dari 6 tahun atau akuntan publik lebih dari 3 tahun. Hasil penelitian tersebut menunjukkan arah koefisien positif yang berarti bahwa jika independensi seorang auditor semakin tinggi, maka integritas laporan keuangan perusahaan akan semakin baik.

  Komisaris independen tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan emiten industri manufaktur. Kondisi ini terjadi karena dewan komisaris pada sampel perusahaan dalam penelitian ini relatif kecil yaitu 0,37 orang, sehingga kurang mampu memberikan pengawasan yang terlalu besar dari tindakan manajemen, termasuk di dalamnya tindakan integritas laporan keuangan. Arah koefisien positif menunjukkan bahwa semakin tinggi presentase dari komisaris independen dalam perusahaan akan berdampak pada integritas laporan keuangan yang semakin baik.

  Kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan emiten industri manufaktur secara parsial. Kondisi ini terjadi karena kepemilikan manajerial dalam penelitian ini terlalu kecil, yaitu rata-rata 0,1 persen, sehingga kurang berperan dalam pengambilan keputusan tentang manajemen perusahaan, termasuk di dalamnya integritas laporan keuangan. Koefisien menunjukkan arah positif yang berarti bahwa jika presentase kepemilikan manajerial tinggi maka integritas laporan keuangan perusahaan akan semakin baik. Secara teoritis ketika kepemilikan manajemen rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer akan meningkat.

  Kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan emiten industri manufaktur. Kondisi ini terjadi karena kepemilikan institusional banyak berperan di luar manajemen perusahaan, sehingga kebijakan manajemen seperti integritas laporan keuangan kurang bisa dipengaruhi oleh kepemilikan institusional. Arah koefisien positif menunjukkan bahwa jika semakin tinggi kepemilikan institusional maka akan semakin baik pula integritas laporan keuangan suatu perusahaan tersebut.

  Komite audit tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan emiten industri manufaktur. Hasil pengujian ini bertentangan dengan Keputusan Ketua BAPEPAM, Keputusan Menteri BUMN, dan Undang-undang BUMN yang menyatakan bahwa pembentukan komite audit merupakan suatu keharusan, dimana komite audit merupakan salah satu komite yang memiliki peranan penting dalam corporate

  governance . Data hasil perhitungan menunjukkan

  bahwa sudah semua perusahaan mempunyai komite audit, namun pada kenyataannya peran komite audit belum efektif. Hal ini dimungkinkan karena perusahaan hanya menekankan pada kepatuhan terhadap peraturan dan belum mengevaluasi tingkat keefektifan dari komite audit tersebut.

  Kualitas audit tidak memiliki pengaruh

  signifikan terhadap integritas laporan keuangan emiten industri manufaktur. Arah positif menunjukkan ada kecenderungan bahwa semakin tinggi tingkat kualitas audit menunjukkan semakin tinggi keahlian auditor (spesialisasi) maka semakin tinggi pula tingkat integritas laporan keuangan, dimana dalam penelitian ini variabel kualitas audit diproksikan dengan auditor spesialis industri yang berkaitan dengan kompetensi auditor dalam mengaudit satu bidang industri. Penelitian ini menemukan hasil yang menyatakan bahwa hanya 7 perusahaan dari perusahaan sampel telah menggunakan auditor spesialis industri. Hal ini terjadi karena ukuran 15% suatu KAP disebut sebagai auditor spesialis industri belum dapat mencerminkan keseluruhan dari proses bisnis suatu industri terhadap ukuran integritas laporan keuangan suatu perusahaan.

  Manajemen laba memiliki pengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan emiten industri manufaktur. Kondisi ini terjadi karena manajeman laba merupakan suatu tindakan oleh manajemen sehingga dapat mempengaruhi laba yang dilaporkan dalam leporan keuangan. Manajemen laba merupakan campur tangan manajemen dalam pelaporan keuangan ekaternal dengan tujuan menguntungkan dirinya sendiri (manajer). Ini dapat menyebabkan pengguna laporan keuangan salah eprsepsi dalam pengambilan keputusan investasi, karena laporan keuangan tersebut menjadi tidak berintegritas tinggi. Arah koefisien negatif menunjukkan bahwa jika tingkat manajemen laba yang dilakukan manajemen dalam suatu perusahaan semakin kecil, maka integritas laporan keuangan akan semakin baik.

  IV. KESIMPULAN

  Berapa lama tingkat auditor dalam memberikan jasa audit kepada klien selama berganti dalam kurun waktu 6 tahun, banyak tidaknya jumlah komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, serta komite audit, dan kualitas audit maka tidak akan berpengaruh pada integritas laporan keuangan. Sedangkan manajemen laba memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Artinya jika manajemen laba semakin kecil maka integritas perusahaan akan semakin baik.

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan input alternatif terhadap berbagai pertimbangan kebijakan peraturan perundang-undangan untuk lebih meningkatkan independensi seorang auditor serta pemahaman auditor terhadap suatu industri tertentu sehingga berdampak positif pada kualitas audit yang diberikan. Hal ini berkaitan dengan independensi auditor serta kualitas audit yang bertujuan agar auditor selalu memberikan jasa yang berkualitas serta sikap profesional dan kompeten. Pandangan kepada BAPEPAM-LK agar lebih tegas dalam memberikan sanksi berkaitan dengan peraturan Menteri Keuangan No.17/PMK.01/2008 tentang lamanya hubungan KAP dengan perusahaan klien yang tercermin dalam variabel independensi auditor yang menunjukkan bahwa masih ada beberapa perusahaan yang belum patuh terhadap peraturan. Dan bagi Perusahaan di Indonesia dapat meningkatkan kinerja usahanya dengan berpedoman pada corporate governance yang baik, berkaitan dengan variabel mekanisme

  corporate governance diantaranya komisaris

  Sugiyono. (2012). Statistika untuk Penelitian.

  Kieso, Donald. E, Jerry J. Waygandt, dan Terry D.

  Warfield. (2008). Akuntansi Intermediate Jilid 1 . Jakarta: Erlangga. Komite Nasional Kebijakan Corporate

  Governance . (2004). Pedoman Good Corporate Governance . Jakarta.

  Mayangsari, Sekar. (2003). Pengaruh Independensi, Kualitas Audit, Mekanisme Corporate

  Governance terhadap Integritas Laporan

  Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi VI. Mentri Keuangan. (2008). Peraturan Mentri

  Keuangan Republik Indonesia No.17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik. Jakarta.

  Bandung: Alfabeta. Tarjo. (2008). Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan

  Akuntansi Keuangan. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia. Jamaan. (2008). Pengaruh Mekanisme Corporate

  Institusional dan Leverage terhadap Manajemen Laba. Universitas Negeri Semarang.

  Widya. (2005). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pilihan Perusahaan Terhadap Akuntansi Konservatisme. Jurnal Riset

  Akuntansi Indonesia, Vol 8 No 2. Hal 138- 157.

  Wulandari, Retno Etty. (2011). Good Corporate Governance. Jakarta: LKDI. (7 November 2013)

  (20 November 2013) Biodata Penulis Mirda Ratna Sari, memperoleh gelar Sarjana

  Ekonomi (SE), Program Studi S1 Akuntansi, Universitas Telkom Bandung, lulus tahun 2014

  Sri Rahayu, memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

  Governance, dan Kualitas Kantor Akuntan Publik Terhadap Integritas Informasi Laporan Keuangan. Universitas Diponegoro.

  Simposium Nasional Akuntansi X Makasar. Ikatan Akuntan Indonesia. (2012). Standar

  independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan komite audit serta dapat meningkatkan pengawasan manajemen dengan memperhitungkan tingkat manajemen laba pada perusahaan.

  Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Reputasi KAP terhadap Aktivitas Manajemen Laba. Business Accounting Review Vol 1. Daniel Salfauz T.P, Dul Muid. (2012). Pengaruh

  REFERENSI

  Astria T. (2011). Analisis Pengaruh Audit Tenure, Struktur Corporate Governance, dan Ukuran KAP terhadap Integritas Laporan Keuangan.

  Universitas Diponegoro. Belkaoui, Ahmed R. (2006). Accounting Theory.

  Jakarta: Salemba Empat. Boynton C.William, Raymon N. Johnson. (2006).

  Modern Auditing . Eighth Edition. New York: John Wiley & Sons, Inc.

  Brigham, Eugene F.F dan Houston. (2006).

  Manajemen Keuangan Buku I Edisi 8. Jakarta: Erlangga. Christiantie, Jane dan Yulius Jogi. (2013). Analisis

  Independensi, Mekanisme Corporate

  Corporate Governance, dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan.

  Governance, Kualitas Audit dan Manajemen Laba terhadap Integritas Laporan Keuangan. Diponegoro Journal of Accounting Vol 1 No 2.

  Diah dan Erman. (2009). Pengaruh Dewan Komisaris, Kepemilikan Institusional dan Ukuran Perusahaan terhadap Integritas Laporan Keuangan. Universitas Padang.

  Elder J. Randal., Mark S. Beasley, Alvin A. Arens., dan Amir Abadi Jusuf. (2011). Jasa Audit dan Assurance. Jakarta: Salemba Empat. Enoch, Kenneth Okpala. (2012). Audit Commite

  and Integrity of Financial Statement: A Preventive Mechanism for Corporate Failure.

  Australian Jounal of Business and Management Research Vol.2 No.8. Hall A. James., Tommie Singleton. (2009). Audit

  Teknologi Informasi dan Assurance. Jakarta: Salemba Empat. Hardiningsih, Pancawati. (2010). Pengaruh

  Independensi, Corporate Governance, dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan. Kajian Akuntansi, ISSN: 1979- 4886 Vol.2 No.1.

  Herawaty Arleen dan Susiana. (2007). Analisis Pengaruh Independensi, Mekanisme

  (SE), Jurusan Akuntansi Universitas Widyatama Bandung, lulus tahun 1999. Memperoleh gelar Magister Akuntansi (M. Ak.) Program Pasca Sarjana Magister Akuntansi Universitas Padjadjaran Bandung, lulus tahun 2008. Serta gelar Akuntan (Ak.) pada program PPAk. Universitas Widyatama Bandung. Saat ini menjadi Dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Telkom Bandung.