PEMANFAATAN DANA BAGI HASIL PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA BANDAR LAMPUNG

  PEMANFAATAN DANA BAGI HASIL PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA BANDAR LAMPUNG (Jurnal Ilmiah) Oleh OTI DWI MAGISTYA Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM Pada Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

  

ABSTRAK

PEMANFAATAN DANA BAGI HASIL PAJAK KENDARAAN

BERMOTOR DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

Oti Dwi Magistya, Prof.dr.Yuswanto, S.H.,M.H., Marlia Eka Putri, S.H.,

M.H.

  Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35145

  Email : Kota Bandar Lampung merupakan salah satu penerima Dana Bagi Hasil Pajak Kendaraan Bermotor dari Provinsi Lampung dengan proporsi tiga puluh persen(30%). Berdasarkan ketentuan Pasal 94 UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang kemudian diatur lebih lanjut dalam Peraturan Daerah Provinsi Lampung Perda Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah. Permasalahan dalam penelitian : 1) Bagaimanakah pemanfaatan dana bagi hasil pajak kendaraan bermotor di Kota Bandar Lampung? 2) Faktor-faktor apakah yang menjadi penghambat dalam pemanfaatan dana bagi hasil pajak kendaraan bermotor? Penelitian ini menggunakan pendekatan hukum normatif dan empiris. Jenis data yaitu data Primer dan data Sekunder yang dikumpulkan melalui kegiatan wawancara dan melalui penelitian dokumentasi. Analisis data yang digunakan yaitu Analisis deskriptif kualitatif Hasil dari penelitian menunjukan: 1) Pemanfaatan dana bagi hasil pajak kendaraan bermotor di Kota Bandar Lampung didalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 pada pasal 8 ayat (5) yang menyebutkan bahwa hasil penerimaan PKB sebesar paling sedikit 10%, termasuk yang dibagihasilkan kepada Kabupaten/kota dan dialokasikan untuk pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan, mengenai pemanfaatan dana bagi hasil pajak kendaraan bermotor dari triwulan pertama dan kedua mengalami peningkatan Pemanfaatan dana bagi hasil pajak kendaraan bermotor ini difokuskan untuk pendidikan seperti olimpiade sains tingkat nasional, infrastruktur seperti perbaikan jalan, bangun jalan,aspal dan peningkatan jalan, dana bagi hasil pajak kendaraan bermotor juga dimanfaatkan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan pemberantas penyakit. akan tetapi realisasi dana bagi hasil tersebut masih terganjal karena Pemerintah Provinsi belum membayar dana bagi hasil tersebut dari triwulan pertama dan kedua alasannya bahwa dana-dana tersebut telah dipakai untuk kepentingan menutupi hutang-hutang Pemerintah Provinsi kepada kota Bandar Lampung pada Tahun 2015 yang lalu 2) Faktor penghambat yaitu : a) Terlambatnya Pemerintah Provinsi Dalam Membayar Dana Bagi Hasil

  Oti Dwi Magistya

  sehingga jadi kendala dalam memprediksi atau menetapkan target pada tahun berikutnya, c) Adanya ketentuan hukum yang belum sejalan anatara satu dan lainnya, ini menyulitkan bagi Kabupaten/kota dalam memanfaatkan dana bagi hasil Pajak Kendaraan Bermotor.

  Kata Kunci : Pemanfaatan, Dana Bagi Hasil, Pajak Kendaraan Bermotor

  

ABSTRACT

UTILIZATION OF FUNDS FOR MOTORCYCLE VEHICLE RESULTS IN

CITY OF BANDAR LAMPUNG

By

Oti Dwi Magistya, Prof.dr.Yuswanto, S.H.,M.H., Marlia Eka Putri, S.H.,

M.H.

  Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35145

  Email : Bandar Lampung City is one of the recipients of the Tax on Motor Vehicle Tax from Lampung Province with the proportion of thirty percent (30%). Based on the provision of Article 94 of Law no. 28 of 2009 on Regional Tax and Regional Retribution which is further stipulated in the Provincial Regulation of Lampung Province Regulation No.1 of 2011 on Local Taxes Problems in research: 1) How is the utilization of tax-sharing fund of vehicle in Bandar Lampung City? 2) What factors are the obstacles in the utilization of motor vehicle tax sharing? This research uses normative and empirical legal approach. Types of data are Primary data and Secondary data collected through interview activities and through documentation research. Data analysis used is qualitative descriptive analysis The result of the research shows: 1) The utilization of tax-sharing fund in Bandar Lampung City in the Law Number 28 Year 2009 in Article 8 paragraph (5) stating that the acceptance of PKB is at least 10%, including those distributed to Regency / municipality and allocated for road construction and / or maintenance, regarding the utilization of vehicle tax-sharing funds from the first and second quarter increased The utilization of the motor vehicle tax is focused on education such as national science olympiad, infrastructure such as road improvement, road building, asphalt and road improvement, motor vehicle tax sharing also used to maintain and improve health and prevent and eradicate the disease. but the realization of the profit-sharing fund is still hampered because the Provincial Government has not paid the profit sharing fund from the first quarter and secondly the reason that the funds has been used for the purpose of covering the debts of the Provincial Government to the city of Bandar Lampung in the Year 2015 ago 2) The inhibiting factors are:

  a) Late Provincial Government In Paying Profit Sharing To Municipal Government, b) The lack of clarity in tax revenue share so that constraints in

  Oti Dwi Magistya

  that have not been aligned between one and Moreover, this makes it difficult for regencies / municipalities to utilize the revenue sharing of motor vehicle taxes.

  Keywords: Utilization, Profit Sharing Fund, Motor Vehicle Tax

I. PENDAHULUAN

  Pembangunan daerah merupakan bagian dari upaya pembangunan nasional yang pada hakekatnya merupakan upaya terencana untuk meningkatkan kapasitas Pemerintahan daerah sehingga tercipta suatu kemampuan yang handal dan profesional dalam memberikan pelayanan pada masyarakat.

  1

  untuk merealisasikan pembangunan daerah yang merata membutuhkan dana yang cukup besar, dana tersebut bisa berasal dari pinjaman luar negeri, sektor migas maupun non migas. Selain pinjaman luar negri dan migas maupun non migas, ketersediaan dana daerah dapat di peroleh dari sektor pajak. Pajak menurut Aristanti Widyaningsi adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa secara langsung, dan pajak dipungut penguasa berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.

  yang sangat berpengaruh dalam menopong pembiayaan dalam merealisasikan pembangunan daerah. Besar kecilnya pendapatan dari sektor pajak akan menentukan kapasitas anggaran daerah dalam membiayai pengeluaran daerah baik untuk pembangunan maupun untuk membiayai belanja rutin Dalam negara, tiap-tiap pemungutan pajak membawa kewajiban untuk meninggikan kesejahteraan umum 1 Bohari, Pengantar Hukum Pajak, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012), hlm. 23. 2 Aristanti, Widyaningsih, Hukum Pajak dan Perpajakan, (Bandung: Alfabeta, 2013),

  Negara memungut pajak membawa harus berusaha meninggikan sejahtera masyarakat. Negara dapat saja membebani rakyatnya berbagai macam pajak yang memberatkan untuk satu atau dua tahun tanpa adanya reaksi apa pun,akan tetapi tidaklah adil,jika pengorbanan rakyat itu tidak dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan rakyat banyak Pajak bukan saja sebagai kewajiban belaka, melainkan juga adalah hak dari pembayar pajak (wajib pajak) dimana rakyat selaku pembayar pajak melalui wakil-wakilnya di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dapat mempertanyakan: untuk apa pajak itu? Banyak negara-negara yang memiliki Pemerintahan yang sudah maju, maka tiap kenaikan tarif pajak selalu di pertanyakan oleh rakyat melalui wakil wakilnya dan bila perlu menggunakan haknya untuk memprotesnya, dan kadang kadang undang-undang yang diusulkan itu (undang-undang tentang kenaikan tarif pajak) tidak mendapat persetujuan dari parlemen, sehingga undang-undang itu tidak bisa diberlakukan Betapa tidak, karena setiap pemungutan pajak adalah penyerahan hasil keringat rakyat yang diperoleh dengan susah payah. Pemungutan pajak adalah suatu kekuasaan, yang dimiliki negara demikian besarnya, bahkan hukumnya dapat dibuat negara sendiri. Justru karena itulah harus disertai dengan pengabdian kepada rakyat dan kepada kesejahteraan umum, sehingga menjelma menjadi keadilan, sebab kekuasaan tanpa pengabdian adalah kebuasan, pengabdian tanpa kekuasaan adalah ketidak berdayaan,

2 Pajak merupakan sumber penerimaan

  kewajiban tanpa hak adalah adalah kerakusan. Sumber penerimaan daerah provinsi yang berasal dari pajak adalah Pajak Kendaraan Bermotor (PKB). Dari sekian banyak pajak daerah, salah satu jenis pajak yang bersumber pendapatannya cukup besar adalah pajak Kendaraan Bermotor. seperti yang diatur di Pasal 1 angka ke-12 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 definisi pajak kendaraan bermotor sebagai berikut :

  “Pajak kendaraan bermotor, yaitu pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaran bermotor yang dioperasikan di air “

  Dasar pengenaan pajak kendaraan bermotor Pasal 5 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 yaitu hasil perkalian dari 2 (dua) unsur pokok : a.

  Nilai Jual Kendraan Bermotor; b. Bobot yang mencerminkan secara relatife tingkat kerusakan jalan dan/atau pencemaran lingkungan akibat penggunaan Kendaraan Bermotor

  Kendaraan bermotor merupakan objek pajak bagi provinsi Lampung yang memberikan kontribusi cukup (PAD) karena hampir semua masyarakat membutuhkan dan mempunyai kendaraan bermotor, kendaraan bermotor di pandang penting untuk membantu dalam kelancaran transportasi bagi kegiatan masyarakat luas.

  Berdasarkan Pasal 84 Peraturan Daerah Provinsi LampungNo. 2 tahun 2011 sebagaimana pula diatur dalam

  Pasal 94 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 menyatakan bahwa :

  1. Hasil penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota sebesar 30%

  2. Pembagian bagi hasil Pajak bagian Pemerintah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dibagi dengan memperhatikan dan didasarkan kepada : a.

  50% aspek pemerataan b.

  50% aspek potensi yang diperhitungkan berdasarkan :

  1. Potensi jumlah kendaraan sebesar 50%

  2. Potensi wilayah sebesar 50% . Dana Bagi Hasil (DBH) merupakan hak daerah atas pengelolaan sumber- sumber penerimaan negara yang dihasilkan dari masing-masing daerah, yang besarnya ditentukan atas daerah penghasilan yang didasarkan atas ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Contoh dana bagi hasil yang bersumber dari pajak Provinsi adalah dana bagi hasil Pajak Kendaraan Bermotor Pemanfaatan Dana Bagi Hasil Pajak keluhan Kabupaten/kota karena Pemerintah Provinsi Lampung tidak pernah tepat membayarkan apa yang menjadi hak Kabupaten/kota, Pemanfaatan Dana Bagi Hasil Pajak kendaraan bermotor, seharusnya ditujukan untuk perbaikan kerusakan jalan dan/atau pencemaran lingkungan akibat penggunaan Kendaraan bermotor, yang merupakan kewajiban setiap Pemerintah Kabupaten/kota. akan tetapi, ternyata di Kota Bandar Lampung terganjal dana bagi hasil Pajak tri wulan pertama 2016 Pemanfaatan dana bagi hasil sendiri adalah amanat undang-undang sebagai dana perimbangan keuangan antara Pusat dan Daerah atau Provinsi dengan Kabupaten untuk menata dan mengatur daerahnya sendiri sesuai dengan kebijakan otonomi daerah yang diperlakukan oleh Pemerintah Pusat agar Pemerintah Daerah dapat lebih mandiri dan tertata dalam mengelola daerahnya. Sesuai dengan UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah, menyatakan Otonomi Daerah adalah hak, kewenangan, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

  merupakan kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan 3 Nurmayani, Hukum Administrasi Daerah,

  Universitas Lampung, Lampung, 2015, hlm

  aspirasi masyarakat dalam sistem

  4 Untuk mengurus rumah tangga daerah

  sebaik-baiknya, maka daerah memerlukan sumber-sumber keuangan untuk pembiayaan pembangunan yang sangat besar.

  Pasal 285 UU No. 23 Tahun 2014 menyatakan Sumber Pendapatan Daerah tersebut terdiri atas:

  a. Pendapatan Asli Daerah (PAD), meliputi : 1.

  Pajak Daerah 2. Retribusi Daerah 3. Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan,dan

  4. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah b. Pendapatan Transfer, meliputi:

  1. Transfer Pemerintah Pusat

  2. Transfer antardaerah

  c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah. Pendapatan daerah sebagai sumber penerimaan daerah sendiri perlu terus ditingkatkan agar dapat menanggung sebagian beban belanja yang diperlukan untuk penyelenggaraan Pemerintah dan kegiatan pembangunan yang setiap tahun meningkat sehingga kemandirian Otonomi Daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab dapat dilaksanakan. PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah perundang-undangan. Upaya yang di lakukan dalam mendukung PAD adalah dengan dibentuknya UU No. 28 Tahun 2009 4 Yuswanto, Hukum Pajak Daerah, Program

3 Daerah Otonom

  Pascasarjana Program Magister Hukum, tentang Pajak Daerah dan Retribusi

  1. Pajak Provinsi meliputi :

  f. Pajak Parkir

  2. Faktor-faktor apakah yang menjadi penghambat dalam 5 Romi, Rinando, Pemprov belum bayarkan

  Bagaimanakah pemanfaatandana bagi hasil pajak kendaraan bermotor di kota Bandar Lampung ?

  belakang, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1.

  5 Berdasarkan uraian pada latar

  Wali Kota Bandar Lampung Herman belum menerima dana bagi hasil pajak tri wulan pertama 2016. Padahal Pemerintah Provinsi Lampung ternyata masih memiliki hutang Rp 30 miliar dana bagi hasil tahun lalu yang ternyata belum dibayarkan.Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Bandar Lampung terganjal dana bagi hasil pajakkendaraan bermotor yang belum dicairkan oleh Pemerintah provinsi Lampung. Kepala Biro Keuangan Pemerintah Provinsi Lampung Minhairin mengakui pihaknya belum membayarkan dana bagi hasil pajak milik kabupaten/kota triwulan pertama dan kedua tahun 2016, namun menurut Minhairin tahun 2015 semua sudah dibayarkan. Bagi hasil pajak kendaraan bermotor, sudah di bayarkan pada tahun 2015. Minhairin menjelaskan, dana bagi hasil dari sektor pajak, wewenang dinas pendapatan Daerah sehingga pihaknya harus menunggu terlebih dahulu realisasi pendapatan dari Dispenda.

  Undang-undang tersebut memiliki semangat untuk melaksanakan kebijakan dalam hal penyempurnaan sistem pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD), pemberian kewenangan yang lebih besar kepada daerah di bidang perpajakan, dan peningkatan efektifitas pengawasan. Penguatan dilakukan dengan cara menambah jenis PDRD, memperluas basis PDRD yang sudah ada, mengalihkan beberapa jenis pajak pusat menjadi pajak daerah, serta memberikan diskresi kepada daerah dalam menetapkan tarif. Perluasan basis pajak dimaksudkan untuk penguatan PAD agar daerah dapat melaksanakan otonomi secara lebih nyata dan bertanggung jawab.

  h. Pajak Air Tanah i. Pajak Sarang Burung Walet j. PBB Perkotaan dan Perdesaan k. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.

  g. Pajak Mineral Bukan Logam

  e. Pajak Penerangan Jalan

  a. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

  d. Pajak Reklame

  c. Pajak Hiburan

  b. Pajak Restoran

  a. Pajak Hotel

  2. Pajak Kabupaten/Kota meliputi :

  d. Pajak Air Permukaan dan Pajak Rokok.

  c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB)

  b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)

  dana bagi hasil pajak tahun 2016 milik kabupaten/kota. Senin,13 Juni 2016 , pemanfaatan dana bagi hasil

II. METODE PENELITIAN

  Pendekatan masalah pada penelitian ini menggunakan 2 pendekatan yaitu secara yuridis empiris dan secara yuridis normatif

  Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan, data sekunder diperoleh dengan mempelajari dan mengkaji literatur- literatur, dan perundang-undangan. Data sekunder ini menghasilkan bahan hukum sekunder, terdiri dari :

  Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

  Nomor 28 Tahun 2007 Tentang ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan c. Undang-Undang

  Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah b. Undang-Undang

  1. Bahan Hukum Primer Bahan Hukum Primer, yaitu bahan yang bersumber dari peraturan perundang- undangan dan dokumen hukum yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat karena di buat dan di umumkan secara resmi oleh pembentuk hukum yang berwenang, di antaranya adalah: a.

  Data primer, yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data diperoleh dengan wawancara dan informasi dari Kepala Badan Keuangan Daerah Provinsi, Badan pengelolaan keungan dan aset Daerah Kota Bandar Lampung 3.2.2. Data sekunder.

  1. Pendekatan secara yuridis empiris, yaitu dilakukan dengan meneliti secara langsung ke lapangan untuk melihat secara langsung ke lapangan demi mengetahui apakah peraturan perundang- undangan mengenai pemanfaatan dana bagi hasil pajak kendaraan bermotor sudah berjalan sepenuhnya atau tidak, serta melakukan wawancara dengan beberapa responden yang di anggap dapat memberikan informasi terkait permasalahan di atas.

  3.2.1. Data Primer.

  penelitian ini adalah data pimer dan data sekunder.

  2.2. Sumber dan Jenis Data

2.1. Pendekatan Masalah

  Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat ), Jakarta: Rajawali Pers, 2001, hlm.

  6

  2. Pendekatan secara yuridis normatif, yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang di teliti pada penelitian ini.

6 Soerjono Soekanto & Sri Mamudji,

  d. Peraturan Daerah Provinsi Tentang Pajak Daerah

  2) Peraturan Daerah Nomor 31

  Keuangan dan Aset Daerah Kota Bandar Lampung. Kamis,16 November 2017.

  Sepeda motor 8 AklimSahadi, Bidang Perbendaharaan

  Jenis-jenis kendaraan bermotor antara lain : 1)

  3) Pajak Bahan Kendaraan Bermotor

  Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB)

  Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) 2)

  Tahun 2014 Tentang Pajak Daerah. Terdapat 5 (lima) jenis pajak yang diatur antara lain: 1)

  Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;

  2. Bahan Hukum Sekunder Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer, misalnya: rancangan undang-undang, hasil-hasil penelitian, hasil karya pakar hukum, dan sebagainya.

  Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah dalam konteks ini, ada beberapa jenis pajak yang dikelola oleh Badan Pendapatan Daerah. Besar kecilnya pajak daerah yang dikelola akan sangat berpengaruh pada kemampuan keuangan daerah dalam membiayai dan melaksanakan pembangunan. Dasar hukum pengenaan pajak daerah adalah: 1)

  8 Pajak

  Berdasarkan hasil Penelitian dengan Bapak Aklim Sahadi selaku Bidang Perbendaharaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Bandar Lampung.

  3.1. Pemanfaatan Dana Bagi Hasil Pajak Kendaraan Bermotor di Kota Bandar Lampung

  III. PEMBAHASAN

  Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif, yaitu dengan mengangkat fakta keadaan, variabel, dan fenomena-fenomena yang terjadi selama penelitian dan menyajikan dengan apa adanya. Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian yang bersifat sosial adalah analisis secara deskriptif kualitatif, yaitu proses pengorganisasian dan pengurutan dalam keadaan pola, kategori dan satu urutan dasar sehingga dapat dirumuskan sesuai dengan tujuan penelitian. Dengan kata lain analisis deskriptif kualitatif merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan 7 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, data deskriptif yaitu apa yang tertulis dan/atau lisan dan perilaku yang nyata.

  3. Bahan Hukum Tersier Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, antara lain kamus hukum, indeks majalah hukum, jurnal penelitian hukum, dan bahan-bahan diluar bidang hukum, seperti majalah, surat kabar, serta bahan-bahan hasil pencarian yang bersumber dari internet berkaitan dengan masalah yang diteliti.

  7

2.3. Analisis Data

  2) Mobil Penumpang Mobil Bus

  4) Mobil Barang

  5) Kendaraan khusus

  Pajak kendaraan bermotor ialah pajak atas kepemilikan dan / atau penguasaan kendaraan bermotor ; kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih beserta gandengannya yang digunakan di jalan umum, dan digerakan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dipungut oleh Samsat (sistem pelayanan manunggal satu atap) yang merupakan ujung tombak dari Dinas Pendapatan Provinsi Lampung selaku koordinator pendapatan keuangan Provinsi Lampung. Dana Bagi Hasil (DBH) merupakan hak daerah atas pengelolaan sumber- sumber penerimaan negara yang dihasilkan dari masing-masing daerah, yang besarnya ditentukan atas daerah penghasilan yang didasarkan atas ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Bagi Hasil Pajak Provinsi di dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 94 ayat (1) sebagian diperuntukan bagi Kabupaten/kota di wilayah Provinsi yang bersangkutan dengan ketentuan sebagai berikut :

  a. Hasil penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik nama kendaraan bermotor diserahkan kepada

  Kabupaten/kota sebesar 30%

  b. Hasil penerimaan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor diserahkan kepada Kabupaten

  /kota sebesar 70%

  c. Hasil penerimaan Pajak Kabupaten/kota sebesar 70%

  d. Hasil penerimaan Pajak Air Permukaan diserahkan kepada Kabupaten/kota sebesar 50%

  Dana Bagi Hasil adalah bagian Daerah dari Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, dan penerimaan dari sumber daya alam.

  Merupakan alokasi yang dasarnya memperhatikan potensi Daerah penghasilan. Dari pengertian tersebut, yang perlu di garis dibawahi yaitu alokasi daerah atas potensi daerah berpenghasilan. Logikanya apabila daerah itu berpenghasilan tinggi (bisa dari SDA atau pajak) maka akan mendapatkan DBH tinggi pula, akan tetapi dalam kenyataannya Dana Bagi Hasil yang diterapkan di Indonesia masih jauh dari yang diharapkan, yakni belum adil dan terkesan masih diskriminasi. Dana Bagi hasil Pajak Kendaraan Bermotor dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Lampung dengan cara memungut hasil pajak kendaraan bermotor melalui Samsat kemudian dana wajib pajak tersebut menjadi sumber dana penerimaan daerah yang wajib dibagi hasil antara provinsi dengan daerah kabupaten untuk membiayai infrastruktur jalan.

  Provinsi Lampung merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang berupaya dalam meningkatkan dan mengoptimalkan pajak daerah dan retribusi daerah. Keduanya merupakan salah satu komponen penting pendapatan daerah dalam meningkatkan PAD, karena pentingnya peranan tersebut, mengakibatkan pemerintah daerah selalu berusaha untuk meningkatkan penerimaannya. Pajak daerah besar kontribusinya sementara untuk retribusi daerah pemerintah masih terus berusaha mengoptimalkannya. Pajak daerah menurut Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan. Pajak daerah yang dipungut oleh provinsi Lampung adalah Pajak kendaraan bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB). Pajak daerah merupakan sumber penerimaan PAD yang sangat penting dalam pembiayaan daerah. Besar kecilnya pajak daerah mempengaruhi kapasitas anggaran dalam membiayai pengeluaran,baik untuk pembangunan maupun anggaran rutin. Hasil pungutan pajak daerah atau lebih tepatnya jenis pajak provinsi berupa pajak kendaraan bermotor harus dibagi hasil dengan kabupaten /kota yang berasal dari pajak provinsi ditetapkan lebih lanjut dengan peraturan daerah provinsi. Dalam rangka pemerataan pembangunan dan peningkatan kemampuan keuangan kabupaten/kota dalam membiayai fungsi pelayanan kepada masyarakat, pajak provinsi dibagi hasilkan kepada kabupaten/kota, dengan proporsi sebagai berikut:

  Sumber : Pasal 94 UU No. 28 Tahun 2009 Objek pajak kabupaten/kota dalam satu provinsi bersifat lintas daerah kabupaten/kota, gubernur berwenang untuk merealokasikan hasil penerima pajak tersebut kepada daerah kab/kota terkait.Objek pajak yang bersifat lintas daerah kabupaten/kota adalah objek pajak yang memberikan manfaat bagi beberapa daearah kabupaten/kota, tetapi objek pajak tersebut hanya dipungut pada satu atau beberapa daerah kabupaten/kota.

  Realokasi tersebut dilakukan oleh gubernur atas dasar kesepakatan yang dicapai antar daerah kabupaten/kota yang terkait persetujuan DPRD kabupaten/kota yang bersangkutan. Kesepakatan yang dicapai adalah kesepakatan antar bupati/walikota yang disetujui DPRD kabupaten/kota yang bersangkutan.

  NO Jenis Pajak Provinsi Kab/Kot

  1

  2

  3

  4

  5 Pajak kendaran bermotor Bea balik nama kendaraan bermotor Pajak bahan bakar kendaraan bermotor Pajak air permukaan Pajak rokok

  70% 70% 30% 50% 30%

  30% 30% 70% 50% 70% Bahwa untuk jenis pajak provinsi kabupaten/kota yang bagiannya diatur lebih lanjut dengan peraturan daerah provinsi. Oleh karena Pajak Kendaraan Bermotor ini merupakan salah satu jenis pajak provinsi, maka untuk tiap daerah kabupaten/kota yang memungut Pajak Kendaraan Bermotor akan mendapatkan bagian bagi hasil dari pemungutan pajak tersebut dari provinsi yang bersangkutan. Hal ini terkait dengan peraturan tentang Pajak Kendaraan Bermotor yang disebutkan dalam UU No. 28 Tahun 2009 yang kemudian diatur lebih lanjut dalam peraturan daerah provinsi yaitu Perda Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah. Dalam Keputusan Gubernur Lampung Nomor:G/432/III.20/HK/2016 Tentang Penetapan Perhitungan Dana Bagi Hasil Pajak Daerah Provinsi Triwulan I Kepada Kabupaten/Kota se Provinsi Lampung Tahun 2016 disebutkan bahwa untuk. Perhitungan Dana Bagi Hasil Pajak Daerah Provinsi yaitu Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) dan Pajak Air Permukaan (PAP) bagian Pemerintah Kabupaterr/Kota seProvinsi Lampung untuk Tahun Anggaran 2016 yaitu sebesar Rp. 142.138.950.000(Seratus Empat Puluh Dua Milyar Seratus Tiga Puluh Delapan Juta Sembilan Ratus Lima Puluh Ribu rupiah). Sedangkan Keputusan Gubernur Lampung No:G/469/III.20/HK/2016 Tentang Penetapan Perhitungan Dana Bagi Basil Pajak Daerah Provinsi Triwulan II Kepada Kabupaten/Kota Se-Provinsi Lampung Tahun 2016 yaitu sebesar Rp. 150.888.350.000,-

  Ratus Delapan Puluh Delapan Juta Tiga Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah). Didalam UU No. 28 Tahun 2009 juga terdapat ketentuan baru terkait Pajak Kendaraan Bermotor, yaitu pada pasal 8 ayat (5) yang menyebutkan bahwa hasil penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor sebesar paling sedikit 10% termasuk yang dibagihasilkepada kabupaten/kota, dialokasikan untuk pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan serta peningkatan moda dan sarana transportasi umum. Hal ini dikenal dengan istilah earmarking. Bahwa hasil penerimaan PKB dan BBNKB sebesar 10% termasuk yang dibagihasilkan kepada kabupaten atau kota, dialokasikan untuk : pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan serta peningkatan moda dan sarana transportasi. Dengan demikian untuk alokasi dari penerimaan PKB pada kabupaten/kota ini harus melalui proses bagi hasil terlebih dahulu. Setelah daerah kabupaten/kota menerima bagian bagi hasil Pajak Kendaraan Bermotor tersebut maka dapat dihitung jumlah dana bagi hasil yang seharusnya dialokasi (di- earmark) untuk pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan serta peningkatan moda dan sarana transportasi umum. Bahwa dilihat dari Rekap Penetapan Perhitungan Dana Bagi Hasil Pajak Daerah Provinsi Triwulan I & IV Kepada Kabupaten/Kota Se-Provinsi Lampung Tahun 2016

  Tabel 1. Mengenai Perhitungan Dana Bagi Hasil Pajak Daerah Provinsi Triwulan I & Triwulan IV Tahun 2016 N O KABUPATEN /KOTA PKB JUMLA H DBH

  1

  2

  3

  4 BANDAR

  LAMPUNG BANDAR LAMPUNG BANDAR LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 4,462,25 5,074 5,469,44 4,342 5,800,93 1,597 4,779,51 4,565

  4,462,255 ,074 5,469,444 ,342 5,800,931 ,597 4,779, 514,565

  TOTAL

  20,512,14 5,578

  Bahwa menurut peneliti dari uraian tabel diatas mengenai dana bagi hasil pajak kendaraan bermotor Provinsi Lampung kepada Kota Bandar Lampung dari triwulan pertama sampai keempat berjumlah Rp. 20.512.145.578 (Dua Puluh Miliyar Lima Ratus Dua Belas Juta Seratus Empat Puluh Lima Ribu Lima Ratus Tujuh Puluh Delapan Rupiah) dan dari hasil penelitian yang didapatkan pemanfaatan dana bagi hasil pajak kendaraan bermotor ini difokuskan untuk pendidikan seperti olimpiade sains tingkat nasional, infrastruktur seperti perbaikan jalan, bangun jalan,aspal dan peningkatan jalan, dana bagi hasil pajak kendaraan bermotor juga dimanfaatkan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan pemberantas penyakit, dan yang akan memanfaatkan dana bagi hasil tersebut adalah dinas terkait, dengan mekanisme mengajukan Rencana

  Kerja Anggaran, di dalam Rencana kegiatan-kegiatan apa saja yang ingin dilakukan, setelah itu mengajukannya ke Bidang anggaran, setelah bidang anggaran menyetujui barulah di buat Dokumen Pelaksanaan Anggaran.

  9

  akan tetapi realisasi dana bagi hasil tersebut masih terganjal karena Pemerintah Provinsi belum membayar dana bagi hasil tersebut dari triwulan pertama dan kedua alasannya bahwa dana-dana tersebut telah dipakai untuk kepentingan menutupi dana talangan Pemerintah Provinsi kepada kota Bandar Lampung pada Tahun 2015 yang lalu, Jadi Pemprov Lampung berhutang kepada Pemkot Lampung dari tri wulan 1 s/d 2 Tahun 2016 sekitar Rp. 9.931.699.416 (Sembilan Miliyar Sembilan Ratus Tiga Puluh Satu Juta Enam Ratus Sembilan Puluh Sembilan Ribu Empat Ratus Enam Belas rupiah) Padahal Pembangunan daerah di Bandar Lampung sendiri merupakan pembangunan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik. Agar dapat mewujudkan tujuan tersebut, maka pemerintah daerah memerlukan dana dari Pemerintah Provinsi berupa dana Bagi Hasil. Jika kita melihat pada Undang- Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pengertian kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya 9 AklimSahadi, Bidang Perbendaharaan

  Keuangan dan Aset Daerah Kota Bandar yang berfungsi untuk mengubah suatu tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan di air. Atas kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor maka masyarakat akan dikenai pajak berupa pajak kendaraan bermotor PKB merupakan satu dari lima jenis pajak yang termasuk ke dalam pajak provinsi dan merupakan sumber pendapatan daerah yang penting untuk membiayai pemerintahan daerah dan juga pembangunan daerah. Ada lima manfaat PKB bagi daerah, lima manfaat tersebut adalah : 1)

  Merupakan salah satu sumber pendapatan daerah; 2)

  Berguna untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah;

  3) Berguna untuk pembangunan dan atau pemeliharaan jalan serta peningkatan moda dan sarana transportasi umum

  4) Membantu peningkatan pendapatan Kabupaten/Kota;

  5) Meningkatkan ketenangan dan kepastian hukum bagi wajib pajak.

  Perlu diingat bahwa minimal 10% (sepuluh persen) hasil penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor termasuk di dalamnya yang di bagihasilkan kepada Kabupaten/Kota di alokasikan untuk pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan serta peningkatan moda dan sarana transportasi umum.

  Pemanfaatan dana bagi hasil pajak Kota Bandar Lampung ini pun tak lain untuk memperkuat strategi peningkatan pendapatan daerah demi membangun infrastruktur di Kota Bandar Lampung mengingat Pajak Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang merupakan salah satu unsur penting dalam struktur APBD Kota Bandar sebagai sumber pembiayaan dan investasi pembangunan daerah dari sektor Pemerintah. Pelaksanaan berbagai program dan kegiatan yang dituangkan dalam APBD sangat ditentukan oleh besaran pendapatan daerah yang mampu direalisasikan pada tahun berjalan, oleh karenanya pengelolaan pendapatan daerah menjadi sangat penting dan relevan.

  Kota Bandar Lampung sebagai daerah otonom mempunyai kewajiban untuk mampu menggerakkan fungsi pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat dan pelayanan publik, oleh karenanya diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan sumber-sumber pendapatan daerah sebagaimana telah diatur dalam peraturan perundangan yang berlaku. Beberapa strategi pemanfaatan dana bagi hasil pajak kendaraan bermotor dalam peningkatan pendapatan daerah yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung untuk menutup terjadinya kesenjangan fiskal adalah :

  1) Penguatan Regulasi Pendapatan

  Daerah Dengan diberlakukannya UU No

  28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang memuat jenis-jenis penerimaan pajak daerah dan para wajib pajak, kewenangan daerah, Pemerintah masyarakat Daerah bersama-sama dengan pengguna fasilitas DPRD telah melakukan revisi pelayanan Badan terhadap beberapa Peraturan Layanan Umum Daerah (Perda) yang merupakan Daerah peraturan pelaksanaan dalam c)

  Melakukan kegiatan kegiatan pemungutan PAD, pemeriksaan (audit) khusunya mengenai pajak daerah pajak dan retribusi dan retribusi daerah di Kota kepada para wajib Bandar Lampung. pajak atau wajib retribusi yang diduga

  Salah satu bentuk upaya ini melakukan adalah revisi atas Perda Nomor 1 pembayaran pajak Tahun 2011 tentang Pajak atau retribusi lebih Daerah yang memuat 11 jenis rendah dari nilai pajak daerah yang pemungutan kewajibannya; nya menjadi kewenangan

  d) Secara intensif

  Pemerintah Kota Bandar melakukan Lampung. penagihan

  2) piutang/tunggakan

  Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan Daerah pajak e)

  Pemutakhiran dan Upaya yang dilakukan dalam peremajaan data kegiatan intensifikasi dan objek pajak dengan ekstensifikasi pendapatan daerah melakukan ini, terbagi dalam beberapa pendataan ulang langkah yang disesuaikan dengan terhadap objek pajak sektor penerimaannya sebagai daerah; berikut : f)

  Meningkatkan kualitas&kuantitas a.

  Pendapatan Asli Daerah baik terhadap sarana (PAD) prasarana maupun

  Upaya intensifikasi yang suberdaya manusia dilakukan untuk untuk menunjang mengoptimalkan sektor pelaksanaan

  PAD adalah : pemungutan pajak.

  a) kajian Melakukan terhadap para wajib langkah-langkah ekstensifikasi pajak, wajib retribusi untuk mengoptimalkan sektor dan badan layanan PAD dilakukan dalam bentuk: umum daerah guna a)

  Melakukan optimalisasi potensi sosialisasi mengenai penerimaan; peraturan teknis

  b) Meningkatkan terbaru mengenai kualitas pelayanan pemungutan pajak bagi daerah, retribusi daerah, serta masyarakat memahami secara baik sehingga meningkatkan kesadaran untuk melaksanakan kewajibannya.

  b) Meningkatkan kerja sama dengan pihak perbankan atau PT.

  Bank Pembangunan Daerah Lampung dalam hal ini pembayaran pajak secara

  payment online system .

  c) Meningkatkan koordinasi dengan pihak ketiga (PPAT/ Notaris dan BPN) b.

  Dana Perimbangan Langkah intensifikasi pada sektor pendapatan ini adalah dengan melakukan pembaharuan data komponen yang menjadi indikator penentu besaran alokasi dana perimbangan. Di samping itu, Pemerintah daerah Kota Bandar Lampung juga melakukan upaya ekstensifikasi dalam bentuk berkonsultasi langsung ke Kementerian terkait dan ditindaklanjuti dengan pengiriman proposal yang jika dipenuhi maka akan dialokasikan kedalam bentuk DAK c. Lain-lain

  Pendapatan Daerah yang Sah

  Upaya intensifikasi yang optimalisasi penerimaan dari sektor ini dengan melakukan pembaharuan data (updating) komponen yang menjadi indikator penghitungan besaran Dana Bagi Hasil Pajak dan Bantuan Keuangan dari Pemerintah Provinsi, Dana Penyesuaian, dan Dana Insentif Daerah Bidang Pendidikan. Target pendapatan Pemerintah Kota Bandar Lampung pada Tahun Anggaran 2016 sebagai mana tertuang dalam APBD Perubahan Kota Bandar Lampung Tahun Anggaran 2016 adalah sebesar Rp2.618.785.917.617,98 dan dapat direalisasikan sebesar Rp2.057.086.652.010,39 atau mencapai 78,55% sebelum dilakukan audit oleh BPK-RI. PAD terealisasi sebesar Rp483.379.398.034,84 atau mencapai 63,79 persen dari target sebesar Rp757.745.187.987,05. Dana Perimbangan terealisasi sebesar Rp1.376.175.794.387,00 dan atau mencapai 88,28% dari target sebesar Rp1.558.844.622.136,38. Sementara Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah terealisasi sebesar Rp197.531.459.588,55 atau mencapai 65,37 persen dari target sebesar Rp302.196.107.494,55. Adapun rincian rencana dan realisasi pendapatan dapat dilihat pada tabel berikut

  Tabel III. Komposisi Pendapatan Pemerintah Kota Bandar Lampung TA. 2016 (Sebelum dilakukan audit BPK-RI) TAHUN ANGGARAN 2016 SETELAH PERUBAHAN URAIAN NO. ANGGARAN REALISASI

  % PENDAPATAN (Rp) PENDAPATAN (Rp)

PENDAPATAN DAERAH

  1. PENDAPATAN ASLI DAERAH Pajak Daerah 519.869.360.000,00 324.667.322.496,99 62,45 Hasil Retribusi Daerah 85.694.131.500,00 49.653.325.819,00 57,94 Hasil Pengelolaan Kekayaan 10.938.000.000,00 10.886.472.354,14 99,53 Daerah yang Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli 141.243.696.487,05 98.172.277.364,71 69,51 Daerah yang Sah Jumlah Pendapatan Asli 757.745.187.987,05 483.379.398.034,84 63,79 Daerah

DANA PERIMBANGAN

  2 Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil 114.083.062.136,38 58.853.611.600,00 51,59 Bukan Pajak Dana Alokasi Umum 1.053.232.762.000,00 1.053.232.762.000,00 100,00 Dana Alokasi Khusus 391.528.798.000,00 264.089.420.787,00 67,45 Jumlah Pendapatan Dana 1.558.844.622.136,38 1.376.175.794.387,00 88,28 Perimbangan

LAIN-LAIN PENDAPATAN 3.

  Pendapatan Hibah 95.425.681.178,55 95.425.681.178,55 100,00 Dana Bagi Hasil Pajak dari 201.770.426.316,00 97.105.778.410,00 48,13 Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi 0,00 0,00 0,00 Khusus Dana Insentif Daerah 5.000.000.000,00 5.000.000.000,00 100,0 Jumlah Pendapatan Lain-Lain 302.196.107.494,55 197.531.459.588,55 65,37 Pendapatan Daerah yang Sah

  Sumber : BPKAD Kota Bandar Lampung Per Tanggal 31 Desember 2016

  Dari tabel tersebut di atas terlihat melampaui target yang diharapkan, untuk itu komponen-komponen pendapatan khususnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih perlu terus ditingkatkan dalam rangka meningkatkan kemandirian daerah tanpa harus memberatkan masyarakat. Bahwa menurut peneliti apa yang telah diuraikan diatas tersebut mengenai pemanfaatan dana bagi hasil pajak kendaraan bermotor di Kota Bandar Lampung belum cukup maksimal. Bahwa sikap Pemprov Lampung yang belum membayarkan dana bagi hasil kepada Pemkot Lampung dari tri wulan 1 s/d 2 Tahun 2016 sekitar Rp. 9.931.699.416 (Sembilan Miliyar Sembilan Ratus Tiga Puluh Satu Juta Enam Ratus Sembilan Puluh Sembilan Ribu Empat Ratus Enam Belas rupiah) akan menghambat pemajuan kinerja daerah Manfaat dana bagi hasil pajak kendaraan bermotor selain untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), tujuan utama penerapan pajak kendaraan bermotor adalah untuk pembangunan atau pemeliharaan jalan serta peningkatan moda dan sarana transportasi umum

  Menurut Aklim Sahadi selaku Bidang Perbendaharaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Bandar Lampung.

  Disetiap negara pada umumnya masyarakat secara otomatisakan menimbulkan hambatan-hambatan dalam pemanfaatan dana bagi hasil pajak kendaraan bermotor tak lain 1.

  Terlambatnya Pemerintah

  Provinsi Dalam Membayar Dana Bagi Hasil Kepada Pemerintah Kota

  Realisasi dana bagi hasil tersebut masih terganjal karena Pemerintah Provinsi belum membayar dana bagi hasil tersebut dari triwulan pertama dan kedua alasannya bahwa dana- dana tersebut telah dipakai untuk kepentingan menutupi hutang-hutang Pemerintah Provinsi kepada kota Bandar Lampung pada Tahun 2015 yang lalu, Jadi Pemkot belum memasukan dana bagi hasil dalam APBD perubahan karena belum dibayarkan bulan ini atau bulan depan. Bahwa yang belum dibayarkan yakni triwulan satu dan dua tahun 2016, lalu triwulan satu dan triwulan dua 2017. Secara otomatis Pemkot belum bisa merealisasikan dana bagi hasil tersebut sehingga berdampak terhambatnya percepatan pembangunan dan perbaikan infrastruktur di Kota Bandar Lampung.

  2. Kurang jelasnya dalam dana bagi hasil pajak sehingga jadi kendala dalam memprediksi atau menetapkan target pada tahun berikutnya 3. Adanyaketentuan hukum yang belum sejalan anatara satu dan lainnya, ini menyulitkan bagi Kabupaten/kota dalam memanfaatkan dana bagi hasil Pajak Kendaraan Bermotor.

3.2. Faktor-faktor penghambat Pemanfaatan Dana Bagi Hasil Pajak Kendaraan Bermotor di Kota Bandar Lampung

IV. PENUTUP

4.1. Kesimpulan

  1. Pemanfaatan Dana Bagi Hasil Pajak Kendaraan Bermotor Di Kota Bandar Lampung Didalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pada pasal

  8 ayat (5) yang menyebutkan bahwa hasil penerimaan PKB sebesar paling sedikit 10%, termasuk yang dibagihasilkan kepada kabupaten/kota, dialokasikan untuk pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan serta peningkatan moda dan sarana transportasi umum, mengenai pemanfaatan dana bagi hasil pajak kendaraan bermotor dari triwulan pertama dan kedua mengalami peningkatan yakni jumlah dana bagi hasil Tahun 2016 pada triwulan pertama mencapai Rp. 4,462,255,074, dan triwulan kedua mencapai Rp. 5,800,931,597

  ,