Koperasi dan Pengembangan Agribisnis. docx

“Koperasi dan Pengembangan Agribisnis ”
Mochamad Setyadi

“Koperasi dan Pengembangan Agribisnis ”
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengkaji kisah sukses dari berbagai koperasi, terutama koperasi di
Indonesia, kiranya dapat disarikan beberapa faktor kunci dalam pengembangan
dan pemberdayaan koperasi. yaitu antara lain : Pemahaman pengurus dan
anggota akan jati diri koperasi (co-operative identity) yang antara lain dicitrakan
oleh pengetahuan mereka terhadap ‘tiga serangkai’ koperasi, yaitu pengertian
koperasi, nilai-nilai koperasi dan prinsip-prinsip gerakan koperasi (International
Co-operative Information Centre, 1996). Pemahaman akan jati diri koperasi
merupakan poin penting dalam mengimplementasikan jati diri tersebut pada
segala aktifitas koperasi. Aparatur pemerintah terutama departemen yang
membidangi masalah koperasi perlu pula untuk memahami secara utuh dan
mendalam mengenai perkoperasian. Badan usaha baik yang berbentuk
perusahaan maupun koperasi ada kemungkinan memiliki sifat dan pola kerja
sama, namun tidak dapat menamakan dirinya koperasi. Karena banyak model
pendekatan kerja sama atau usaha bersama yang tidak sesuai dengan prinsip
dasar koperasi dan bahkan melanggar ketentuan perundangan yang berlaku.

Koperasi sejati harus mampu menggalang semangat kerja sama yang dilandasi
oleh prinsip-prinsip dasar koperasi sebagai instrumen untuk mewujudkan tujuan
bersama.
Dalam praktiknya memang prinsip dasar koperasi selalu berinteraksi dengan
lingkungan baik fisik, politik, ekonomi, maupun sosial di mana koperasi yang
bersangkutan berada. Namun proses penyesuaian terhadap lingkungan tersebut
tidak harus mengorbankan jati diri koperasi. Karena prinsip-prinsip dasar
perkoperasian merupakan esensi dari dasar koperasi sebagai badan usaha dan
merupakan ciri khas dan jati diri koperasi yang membedakannya dari badan
usaha atau organisasi lainnya.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :
1. Mahasiswa mampu memahami lebih lanjut tentang jatidiri koperasi :
definisi, nilai, dan prinsip-prinsip koperasi.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menjelaskan permasalahan
koperasi dengan kaitan jatidiri koperasi.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami keunggulan koperasi bila
dibandingkan dengan organisasi ekonomi lainnya.


1.3 Manfaat
Setelah membaca tulisan ini, pembaca akan semakin memahami
jatidiri koperasi. Selain itu, pembaca akan dapat mengetahui definisi, nilai,
dan prinsip-prinsip koperasi dalam perekonomian bangsa. Dan akhirnya
akan didapat solusi untuk mengatasi masalah internal koperasi dengan
anggota dan dengan organisasi ekonomi lain.
II. PEMBAHASAN

2.1 Jatidiri Koperasi
2.1.a Pengertian koperasi
(1). Dalam ILO recommendation nomor 127 pasal 12 (1) dirumuskan
bahwa koperasi adalah suatu kumpulan orang-orang yang berkumpul
secara sukarela untuk berusaha bersama mencapai tujuan bersama
melalui organisasi yang dikontrol secara demokratis, bersama-sama
berkontribusi sejumlah uang dalam membentuk modal yang diperlukan
untuk mencapai tujuan bersama tersebut dan bersedia turut bertanggung
jawab menanggung resiko dari kegiatan tersebut, turut menikmati
manfaat usaha bersama tersebut, sesuai dengan kontribusi permodalan
yang diberikan orang-orang tersebut, kemudian orang-orang tersebut
secara bersama-sama dan langsung turut memanfaatkan organisasi tadi.

(2). Menurut Internasional Cooperative Allience (ICA) Koperasi adalah
perkumpulan dari orang-orang yang bersatu secara sukarela untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi-aspirasi ekonomi, sosial
dan budaya bersama, melalui perusahaan yang mereka milik bersama
dan mereka kendalikan secara demokratis,
(3). Menurut Undang-Undang nomor 25 tahun 1992 (Pasal 1 ayat 1)
koperasi adalahBadan usaha yang beranggotaan orang-orang yang
berkumpul secara sukarela (pasal 5 ayat I a.) untuk mencapai
kesejahteraaan (pasal 3) memodali bersama (pasal 4.1) dikontrol secara
demokratis (pasal 5 ayat b) orang-orang itu disebut pemilik danpangguna
jasa koperasi yang bersangkutan (pasal 17 ayat 1)
(4). Dari berbagai pengertian koperasi Ibnu Soedjono (2000), salah
seorang pakar koperasi yang pemikiran-pemikirannya perlu dipahami
mendefinisikan koperasi sebagai: koperasi adalah perkumpulan otonom
dari orang-orang yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dan aspirasiaspirasi ekonomi, sosial dan budaya
bersama melalui perusahaan yang mereka miliki bersama dan mereka
kendalikan secara demokratis.
2). Nilai- Nilai koperasi
Nilai-nilai dalam koperasi merupakan salah satu aspek penting yang

membedakan koperasi dengan badan usaha ekonomi lainnya, karena
dalam nilai-nilai koperasi terkandung unsur moral dan etika yang tidak
semua dimiliki oleh badan usaha ekonomi lainnya, Dalam hal ini Ibnu
Soedjono berpendapat bahwa, koperasi-Koperasi berdasarkan nilainilai
menolong diri sendiri, tanggung jawab sendiri, demokrasi, persaingan,
keadilan dan kesetiakawanan. Mengikuti tradisi para pendirinya, anggota
koperasi percaya pada nilai-nilai etis, dari kejujuran, keterbukaan,
tanggung jawab sosial serta kepedulian terhadap orang lain. Prinsip
menolong diri sendiri (sel-help) percaya pada diri sendiri (self-reliance) dan
kebersamaam (cooperation) Dalam lembaga koperasi akan dapat
melahirkan efek sinergis. Efek ini akan menjadi suatu kekuatan yang
sangat ampuh bagi koperasi untuk mampu bersaing dengan lembaga
ekonomi lainnya, apabila para anggota koperasi mengoptimalkan

partisipasinya, baik partisipasi sebagai pemilik maupun partisipasi sebagai
pemakai.
3). Prinsip-prinsip koperasi
ICA (1999) merumuskan prinsip-prinsip koperasi adalah :
Pertama : Koperasi adalah perkumpulan sukarela, terbuka bagi semua
orang yang mampu menggunakan jasa-jasa perkumpulan dan bersedia

menerima tanggung jawab keanggotaan tanpa diskriminasi gender, sosial,
rasial, politik dan agama.
Kedua : koperasi adalah perkumpulan demokratis, dikendalikan oleh
para anggotanya yang secara akfif berpartisipasi dalam penetapan
kebijakan-kebijakan perkumpulan dan mengambil keputusan-keputusan
Ketiga : Anggota koperasi menyumbang secara adil
mengendalikan secara demokratis, modal dari koperasi mereka

dan

Keempat : Koperasi bersifat otonom, merupakan perkumpulan yang
menolong diri sendiri dan dikendalikan oleh anggota-anggotanya
Kelima : Koperasi menyelenggarakan pendidikan bagi anggotanya,
para wakil yang dipilih, manajer dan karyawan, agar mereka dapat
memberikan sumbangan yang efektif bagi perkembangan koperasi
Keenam : Koperasi dapat memberikan pelayanan paling efektif
kepada para ngggotanya dan memperkuat gerakan koperasi dengan cara
kerjasama melalui struktur lokal, nasional, regional, dan internasional
Ketujuh
: Koperasi

bekerja
bagi
berkesinambungan dari komunitas mereka
disetujui anggotanya.

pembangunan
melalui kebijakan

yang
yang

4). Keanggotaan koperasi
Berdasarkan pengertian koperasi yang dikemukakan oleh ICA di atas
maka :"Anggota koperasi adalah orang-orang yang berkumpul, bersatu
secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasiaspirasi ekonomi, sosial dan budaya bersama, melalui perusahaan yang
mereka miliki bersama dan mereka kendalikan secara demokratis”.
Tabel Perbandingan UU No. 25 Tahun 1992 dan UU No. 12 Tahun 1967
UU No. 25 Tahun 1992 UU No. 12 Tahun 1967
Definisi
Koperasi adalah

badan usaha yang
Koperasi Indonesia
beranggotakan orang- adalah organisasi
seorang atau badan
ekonomi rakyat yang
hukum Koperasi
berwatak sosial
dengan melandaskan
beranggotakan orangkegiatannya
orang atau badanberdasarkan prinsip
badan hukum
Koperasi sekaligus

sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang
berdasar atas asas
kekeluargaan

Prinsip-prinsip
koperasi


a. keanggotaan
bersifat sukarela
dan terbuka;
b. pengelolaan
dilakukan secara
demokratis;
c. pembagian sisa
hasil usaha
dilakukan secara
adil sebanding
dengan besarnya
jasa usaha masingmasing anggota;
d. pemberian balas
jasa yang terbatas
terhadap modal;
e. kemandirian.
f. pendidikan
perkoperasian;
g. kerja sama

antarkoperasi.

Koperasi yang
merupakan tatasusunan ekonomi
sebagai usaha
bersama berdasar
atas azas
kekeluargaan.

a. sifat
keanggotaannya
sukarela dan
terbuka untuk
setiap warga
negara Indonesia,
b. rapat anggota
merupakan
kekuasaan
tertinggi, sebagai
pencerminan

demokrasi dalam
Kopersi,
c. pembagian sisa
hasil usaha diatur
menurut jasa
masing-masing
anggota,
d. adanya
pembatasan bunga
atas modal,
e. mengembangkan
kesejahteraan
anggota khususnya
dan masyarakat
pada umumnya,
f. usaha dan ketatalaksanaannya
bersifat terbuka,
g. Swadaya, swakerta
dan swasembada
sebagai

pencerminan dari
pada prinsip
dasar : percaya
pada diri sendiri.

2.1.b. Faktor-faktor yang Membedakan UU No.25 Tahun 1992 dengan
ICA 1995
Koperasi dari sejak kelahirannya disadari sebagai suatu upaya untuk
menolong diri sendiri secara bersama-sama. Oleh karena itu
antara selfhelp-cooperation atauindividualitet-solidaritet (Moh
Hatta)
selalu disebut bersamaan untuk menggambarkan dasar pendirian koperasi
adalah kebersamaan bersendikan kemandirian. Dengan cara pandang ini
koperasi dapat dilihat sebagai kerjasama pasar dari sebagian pelaku
ekonomi dalam melawan ketidak adilan pasar yang terjadi. Sementara
kerjasama yang melibatkan lebih dari satu orang yang menempatkan
kebersamaan sebagai dasarnya maka tidak dapat terlepas dari dimensi
sosial. Oleh karena itu koperasi juga sering ditempatkan sebagai
bentuk member base economic organisation fiz a fiz capital base
economic organisation. Gambaran inilah yang menjadikan koperasi selalu
menjadi pilihan untuk mengatur ekonomi orang banyak yang lemah dalam
menghadapi persaingan pasar. Namun karena sejarah pengenalan
koperasi yang berbeda, maka pemikiran koperasipun juga berkembang
dengan madzab yang berbeda-beda, bahkan kaitan antara dimensi
ekonomi murni dengan masalah politik dan sosial banyak campur aduk,
terutama di negara sedang berkembang termasuk Indonesia .
Hingga tahun 1961 praktis kita belum pernah menemukan definisi
koperasi yang didokumentasikan secara formal dan diakui oleh dunia
internasional, meskipun koperasi telah hadir sejak abad 18. Koperasi
diberikan pengertian yang diterima internasional pada awalnya oleh
organisasi bukan milik gerakan koperasi, tetapi justru oleh lembaga
internasional yang menangani masalah perburuhan yakni ILO. ILO lebih
menekankan pada peran koperasi sebagai instrumen untuk memperbaiki
kesejahteraan para pekerja, oleh karena itu yang menonjol adalah
persyaratan seseorang untuk menjadi anggota koperasi dan lebih
ditekankan pada kemampuan untuk memanfaatkan jasa koperasi. Pada
tahun 1990an ditengah arus globalisasi dan liberalisasi perdagangan,
koperasi dunia juga mempertanyakan kelangsungannya ditengah arus
swastanisasi dan persaingan yang semakin tajam sebagaimana terlihat
dalam kongres Tokyo 1992 (Svend Akheberg, 1992).
Namun pada tahun 1995 gerakan koperasi dunia melalui kongresnya
di Manchester Inggris menjawab dengan dua tema pokok kembali kepada
nilai dan jatidiri koperasi dan menempatkan koperasi sebagai badan usaha
atau perusahaan (enterprise) dengan pengelolaan demokratis dan
pengawasan bersama atas keanggotaan yang terbuka dan sukarela.
Gerakan koperasi kembali menyatakan keharusan bagi koperasi untuk
menjunjung tinggi nilai etika (ethical values) yaitu: kejujuran, keterbukaan,
tanggung jawab sosial dan kepedulian kepada pihak lain (honesty,
openness, social responsibility and caring for others) (ICA, 1995),
International Cooperative Alliance ; Conclusion And Recommendation, 6 th
Cooperatives Minister Conference, Kathmandu , Nepal 2002. Sejak itu
gerakan koperasi dunia memiliki definisi secara formal dan tertulis untuk
menjadi kesepakatan gerakan koperasi dunia.
Negara mengatur dalam rangka menjaga aturan main yang jelas dan
memberikan perlindungan publik terhadap masyarakat baik yang
berkoperasi maupun yang berada di luar koperasi. Dengan demikian peran

pengaturan dijaga tidak menjadi intervensi yang menimbulkan
ketergantungan. Di banyak negara para pendukung gerakan koperasi
selalu menempatkan prinsip: kerja keras dan berusaha dengan keras
sebagai posisi utama yang diajarkan kepada masyarakat. Jika gagal
datang ke pemerintah, jika pemerintah tidak mampu memecahkan,
bekerjasamalah dalam koperasi dan bersama koperasi lain (CCA).
Semangat ini masih mungkin perlu ditanamkan kembali dan
ketergantungan dapat dihindari apabila ada "institusi perantara" yang
merupakan representasi kepentingan koperasi dan pemerintah serta
stakeholder lainnya. Dalam kurun waktu menuju 2009 ini boleh dikatakan
perekonomian Indonesia telah kembali dari krisis, tetapi sisa beban bunga
hutang pemerintah akibat krisis perbankan masih akan terus dipikul rakyat
entah berapa lama lagi. Secara konstitusional UUD 1945 setelah
perubahan memberikan garis baru berupa prinsip penyelenggaraan
ekonomi sebagaimana tertuang dalam ayat 4 pasal 33. Perekonomian
diselenggarakan atas prinsip kebersamaan, berwawasan lingkungan,
efisiensi, demokratis dan berkelanjutan.
Pada ayat 5 pasal 33 UUD setelah pembahas pengaturan
pelaksanaannya diatur dengan Undang-Undang, oleh karena itu
pengertian ayat ini harus jelas mengenai lingkup UU. Apakah melalui UU
payung yang mengatur Perekonomian Nasional atau menyesuaikan
dengan UU yang ada. Sebagai contoh landasan keberadaan dan posisi
koperasi memang menjadi perlu diatur dalam UU Koperasi. Jika pandangan
ini diterima maka cara pandang UU No. 25 dan rencana perubahannya
harus ditinjau kembali, karena tidak mengkaitkan dengan pengaturan
sistem perekonomian sebagaimana jiwa UU No. 12/1967 tentang PokokPokok Perkoperasian dahulu. Demikian juga terhadap UU Usaha Kecil No.
9/1995. Oleh karena itu berbagai konsekuensi ini menuntut cara dasar
pengaturan yang berbeda. Ketiadaan pengaturan ini akan menyebabkan
kita kehilangan arah dalam mendudukkan jalannya perekonomian kita.
Maka salah satu agenda besar dalam mencari format baru itu adalah
terselesaikannya UU yang diamanatkan oleh ayat 5 pasal 33 UUD 1945.
Nilai – nilai dan prinsip dasar koperasi sebagaimana tersebut,
merupakan suatu konsepsi yang harus dihayati guna memberikan arah
pada sikap, keyakinan dan perilaku serta pedoman dalam rangka
mencapai tujuan koperasi. Definisi koperasi menurut Kongres International
Cooperative Aliance (ICA) di Manchester Inggris tanggal 23 September
1995 adalah :“ Koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang
yang besatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan
aspirasi-aspirasi ekonomi, sosial dan budaya bersama melalui perusahaan
yang mereka miliki bersama dan mereka kendalikan secara demokratis”.
Seiring dengan definisi tersebut, tujuan koperasi menurut Bab 1 pasal
3 Undang-undang Republik Indonesia No.25 tahun 1992 tentang
Perkoperasian, yaitu : “Koperasi bertujuan mewujudkan kesejahteraan
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut
membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang maju, adil, dan makmur bedasarkan Pancasila dan UUD
1945”.
Konsep koperasi adalah konsep umum di dunia. Di berbagai negara,
koperasi ini dijadikan sebagai salah satu bentuk dari suatu badan usaha

yang dimiliki oleh banyak orang dengan prinsip satu orang satu suara.
Malahan ide koperasi sesungguhnya berasal dari negara Eropa. Tetapi
ketika konsep koperasi ingin diterapkan di Indonesia yang digagas oleh
Bung Hatta, ada perbedaan yang paling mendasar mengenai konsep
koperasi Indonesia.
Faktor-faktor yang membedakan antara prinsip koperasi ICA dengan UU
No. 25 tahun 1992, antara lain:
1. Di Indonesia koperasi diberi peran utama sebagai bagian
dari
pembangunan
dalam
rangka
mengentaskan
kemiskinan.
Peran tersebut membuat beban Koperasi Indonesia jauh lebih berat
dengan koperasi-koperasi di negara lain, karena Koperasi Indonesia
mengemban misi kesejahteraan suatu negara, bukan hanya
menjadi bentuk suatu badan usaha semata.
2. Koperasi mempunyai peran agar jiwa dan semangatnya
juga berkembang di perusahaan swasta dan negara.
Perbedaan peran koperasi Indonesia dan di negara lain ini terjadi
karena koperasi di Indonesia dilatarbelakangi oleh kondisi
kemiskinan struktural yang saat ini semakin diperparah dengan
berlakunya pasar bebas.
3. Perbedaan prinsip koperasi yang mendasar.
Prinsip-prinsip koperasi merupakan hasil Kongres 100 tahun ICA di
Manchester tahun 1995 yang sedikit beda dengan prinsip koperasi
yang telah ditetapkan dalam pasal 5 UU 25/92. Dalam UU 25/92
secara eksplisit masih menegaskan adanya prinsip pembagian sisa
hasil usaha masing-masing anggota secara adil dan sebanding
dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota serta prinsip
pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal. Sementara itu
hasil Kongres 100 tahun ICA tersebut lebih menekankan pada
pentingnya prinsip partisipasi anggota dalam kegiatan ekonomi
serta prinsip kepedulian terhadap masyarakat.
2.2.a Jati Diri Koperasi menjadi Sebuah Kekuatan/Keunggulan bagi
Gerakan Koperasi
Koperasi sebagai organisasi sosial ekonomi dapat dilihat dari jati dirinya. Jati
diri koperasi tidak muncul dengan tiba-tiba, akan tetapi mengalami proses yang
panjang secara berkesinambungan selama satu setengah abad. Bapak koperasi
Indonesia, Bung Hatta menyatakan bahwa koperasi kuat karena cita-citanya dan
cita-cita koperasi menjadi makin kuat karena praktek-prakteknya. Demikian pula
dengan jati diri koperasi ini yang makin kaya dan utuh karena praktek-praktek
perkoperasian selama ini dan koperasi makin kokoh karena jati dirinya. Karena
jati dirinya koperasi menjadi berbeda dari badan usaha lain dan perbedaan itu
harus diakui dan diterima. Jati diri Koperasi adalah kesatuan dari definisi, nilainilai dan prinsip-prinsip koperasi yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Secara
berkala jati diri koperasi dikaji dan dirumus ulang oleh International Cooperative
Alliance (ICA). Pada waktu ICA didirikan pada tahun 1895 di London prinsip-

prinsip koperasi yang dianut adalah prinsip-prinsip koperasi Rochdale yang
didirikan pada tahun 1844 sebagai koperasi konsumen oertama yang berhasil d
dunia dan prinsip tersebut disempurnakan dalam kongres ICA di Paris tahun
1937, di Wina tahun 1966, dan Manchester tahun 1995. Perumusan jati diri
koperasi oleh ICA di Manchester secara formal diberlakukan bagi seluruh
koperasi seluruh dunia.
2.a.1 Definisi Koperasi
International Co-operative Alliance, 1995 : “Koperasi adalah perkumpulan
otonom dari orang-orang yang bergabung secara sukarela untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial, dan budaya bersama
melalui perusahaan yang dimiliki bersama dan dikendalikan secara
demokratis.”
Definisi ini dimaksudkan sebagai pernyataan minimal, tidak
dimaksudkan sebagai deskripsi dari koperasi yang sempurna. Secara
sengaja ruang lingkupnya dibuat luas, mengakui bahwa anggota dari
koperasi yang jenisnya beragam akan dilibatkan secara berbeda dan
anggota-anggota harus memiliki kebebasan tertentu bagaimana mereka
mengorganisir kepentingan-kepentingan bersama. Definisi ini menekankan
karakteristik sebagai berikut yang menjadi kekuatan bagi gerakan koperasi.
a) Koperasi adalah otonom, artinya sejauh mungkin bebas dari pemerintah
dan perusahaan swasta.
b) Koperasi adalah perkumpulan orang-orang. Ini berarti behwa koperasi
memiliki kebebasan untuk mendefinisikan orang—orang sesuai dengan
ketentuan hukum yang dipilihnya. Banyak koperasi primer di
dunia memilih hanya menerima orang secara individual sebagai
anggota. Banyak juga koperasi primer lain menerima badan hukum
yang meliputi perusahaan dengan memberikan kepada mereka hak-hak
yang sama seperti halnya anggota lain. Sifat dari praktek koperasi
adalah maslah yang harus diputus oleh keanggotaan mereka sendiri.
c) Orang-orang bersatu secara sukarela. Keanggotaan dalam koperasi tidak
boleh merupakan keharusan. Anggota harus bebas, dalam batas tujuan
dan sumber daya koperasi untuk bergabung atau menanggulanginya.
d) Anggota koperasi memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial, dan budaya
bersama mereka. hal ini menekankan bahwa koperasi diorganisir oleh
anggota untuk kemanfaatan bagi diri sendiri dan bagi mereka bersama.
Normalnya, koperasi berfungsi dlam pasar dan dengan demikian harus
dioperasikan secara efisien dan hati-hati. Sebagian besar dari koperasi
didirikan terutama untuk memenuhi tujuan ekonomi, akan tetapi
mereka mempunyai tujuan sosial dan budaya pula. Dengan sosial
dimaksudkan pemenuhan tujuan-tujuan sosial, seperti penyediaan jasa
kesehatan atau penitipan anak. Kegiatan seperti itu harus dilakukan
secara ekonomi, hingga jasa-jasa yang diberikan adalah yang
memberikan kemanfaatan bagi anggota. Koperasi dapat pula memiliki
tujuan budaya yang merupakan kepedulian dan kehendak anggota,
seperti
membantu
mamajukan
budaya
nasional,
memajukan
perdamaian, mensponsori olahraga, dan kegiatan kebudayaan lainnya
yang dapat meningkatkan hubungan dalam komunitas. Sesungguhnya
untuk masa depan hal ini membantu penyiapan jalan hidup lebih baik,
cultural, intelektual, dan spiritual koperasi dapat memberikan

kemanfaatan bagi
komunitas mereka.

anggota-anggotanya

dan

menyumbang

bagi

e) Koperasi adlah perusahaan yang dimiliki bersama dan dikendalikan
secara demokratis. Hal ini menekankan bahwa dalam koperasi
pengendalian oraganisasi atas dasar demokrasi. Sifat rangkap dari
kepemilikan dan pengemdalian secara demokratis adalah sangat
penting dalam membedakan koperasi dengan bagian perusahaan yang
lain, seperti perusahaan yang dikendalikan oleh modal dan oleh
pemerintah. Setiap koperasi adlah sebuah perusahaan dan dalam arti
bahwa koperasi merupakan suatu kenyataa yang normalnya berfungsi
dalam pasar dan karenanya koperasi harus bekerja dengan sungguhsungguh untuk melayani anggota-anggota secara efisien dan efektif.
2.a.2Nilai-nilai Koperasi
Koperasi melandaskan nilai-nilai menolong diri sendiri(swadaya),
bertanggung jawab kepada diri sendiri, demokrasi,kebersamaan, keadilan
dan solidaritas/kesetiakawanan. Berdasarkan tradisi para pendirinya, para
anggota koperasi percaya pada nilai-nilai etis, yaitu kejujuran, keterbukaan,
tanggung jawab sosial, dan peduli pada orang lain.
Nilai-nilai koperasi ini diharapkan akan menuntun dan diaplikasikan
oleh para anggota koperasi dalam menjalankan koperasi. Setiap nilai dalam
nilai-nilai koperasi memiliki makna khusus yang menjadi kekuatan gerakan
koperasi yang menjadikan koperasi berbeda dengan badan usaha
lainnya.nilai-nilai tersebut diantaranya :
a) Swadaya (self-help) didasarkan pada kepercayaan bahwa semua orang
dapat dan seharusnya berupaya keras mengandalikan nasibnya sendiri.
Koeprasiwan percaya bahwa pengembangan diri secara penuh dapat
terjadi hanya dnegan bergabung bersama yang lain. Sebagai individu,
seseorang dibatasi oleh apa yang dapat dicoba untuk diperbuat dan apa
yang dapat dicapai. Melalui kegiatan yang digabungkan dan tanggung
jawab bersama, seseorang dapat mencapai lebih banyak, terutama
dengan meningkatkan pengaruhnya secara koleftif di pasar dan
hadapan pemerintah (kolektif action).
b) Bertanggung jawab kepada diri sendiri bararti bahwa anggota menerima
tanggung jawab bagi koperasi mereka, bagi berdirinya, dan kelanjutan
vitalitasnya. Selanjutnya anggota memiliki tanggung jawab dalam
memajukan koperasi mereka di kalangan keluarga, kawan-kawan, dan
kenalan mereka. akhirnya swa-tanggung jawab berarti bahwa naggota
bertanggung jawab guna pemastian bahwa koperasi mereka tetap
independen dari oraganisasi lain, public, maupun swasta.
c) Koperasi berasaskan kebersamaan/persamaan. Kesatuan dasar koperasi
adalah anggota yang merupakan manusia atau pengelompokan
manusia. Dasar kepribadian manusia adalah salah satu ciri utama yang
membedakan koperasi dan perusahaan yang dikendalikan henya untuk
kepentingan modal. Anggota mempunyai hak untuk berpartisipasi, hak
untuk memperoleh informasi, hak untuk didengar, dan hak untuk
dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Anggota harus terhimpun
dengan cara yang sejauh mungkin sama (one man, one vote).
d) Keadilan berdasar pada bagaimana anggota diperlakukan dalam
koperasi. Mereka harus diperlakukan secara adil bagaimana mereka
memperoleh imbalan bagi partisipasi mereka dalam koperasi, biasanya

melalui pembagian sisa hasil usaha berdasarkan transaksi mereka,
alokasi pencadangan modal atas nama mereka, atau melalui potnganpotongan biaya.
e) Solidaritas (kesetiakawanan) mempunyai sejarah yang panjang dan
dimuliakan dalam gerakan koperasi internasional. Nilai ini menjamin
bahwa kegiatan koperasi bukan sekedar bentuk terselubung dari
kepentingan pribadi yang dibatasi. Sebuah koperasi adalah lebih dari
sebuah perkumpulan anggota-anggota, anggota koperasi adalah
sebuah kolektivitas. Setiap anggota mempunyai tangung jawab untuk
memastikan bahwa semua anggota diperlakukan seadil mungkin,
bahwa kepentingan umum selalu memperoleh perhatian, setiap
anggota koperasi bekerja sama dalam setiap cara yangpraktis utnuk
menyediakan begi anggota barang-barang dan jasa dengan mutu
terbaik dengan harga yang terendah. Intinya bahwa solidaritas adalah
sebab dan akibat yang benar dari self help dan tolong menolong, dua
dari konsep mendasar dalam jantung falsafah perkoperasian.
Kalimat kedua pada nilai-nilai koperasi pun memiliki makna. Mengikuti
tradisi dari pendirinya bahwa semua gerakan yang besar memiliki pendiripendiri yang berpikiran besar seperti pelopor-pelopor Rochdale, Frederich
Raiffeisen, Herman Schultze Delitzsch, Phillipe Buchez, Bishop Grundzvig
dan Alphonse Desjardins. Sumbangan-sumbangan mereka lebih dari
sekedar praktis, sama pentingnya dengan pragmatism mereka, adalah
etika dan moral.
Nilai-nilai etis yang merupakan aspirasi gerakan koperasi ternyata
telah mempengaruhi kegiatan sementara oraganisasi yang dikendalikan
modal dan organisasi milik pemerintah. Bagaimanapun juaga nilai-nilai etis
merupakan bagian dari perkembangan koperasi, karena pengaruhpengaruh yang ditimbulkan menduduki tempat khusus dalam tradisi
koperasi.
Banyak dari koperasi yang pertama dalam abad ke-19 teruutama
tampak pada pelopor Rochdale yang memiliki komitmenkhusus mengenai
kejujuran. Sesungguhnya upaya-upaya mereka erkenal dalam pasar untuk
sebagian karena mereka menghendaki dengan sungguh-sungguh adanya
ukuran-ukuran yang jujur, mutu tinggi dan harga yang jujur. Koperasikoperasi pekerja, sepanjang sejarahnya menjadi terkenal akan upaya
mereka untuk menciptakan sistem manajemen terbuka yang jujur. Koperasi
di bidang keuangan memperoleh reputasi yang bagus sekali di seluruh
dunia karena cara-cara yang jujur dalam melaksanakan bisnis mereka,
khususnya dalam perhitungan pembayaran tingkat bunga. Selama
dasawarsa koperasi pertanian telah berkembang subur karenakomitmen
mereka terhadap mutu tinggi, produk dengan label yang jujur.
Lepas dari tradisi kejujuran yang khusus, koperasi-koperasi memiliki
aspirasi untuk berhubungan secara jujur dengan anggotanya yang menurut
gilirannya menuntunnya ke hubungan jujur dengan bukan anggota. Untuk
alasan yang sama, koperasi mendukung kepada keterbukaan. Koperasi
adlah organisasi public yang secara teratur membuka informasi yang
berharga mengenai kegiatan-kegiatan mereka kepada anggota-anggota
mereka, umum dan pemerintah.
Koperasi memiliki komitmen untuk membantu anggotanya dalam
menolong dirinya sendiri. koperasi telah mewarisi tradisi-tradisi yang selalu
peduli akan kesehatan individu dalam komunitas. Karenanya koperasi

memiliki kewajiban utnuk memenuhi tanggung jawab sosial melalui semua
kegiatannya. Dalam kapasitasnya banyak koperasi telah menunjukan
kemampuannya untuk membantu pihak lain, diantaranya telah meberi
sumbangan yang berarti bagi sumber daya manusia dan keuangan
komunitasnya.
2.a.3 Prinsip Koperasi
Prinsip-prinsip yang merupakan jantung dari koperasi adalah titik
independen yang satu dengan yang lain. Mereka saling terkait secara halus,
bilamana yang satu diabaikan keseluruhannya menjadi berkurang. Koperasi
seharusnya tidak dapat dinilai secara eksklusif berdasarkan salah satu
diantara prinsip-prinsip, akan tetapi harus dinilai seberapa jauh koperasi
secara benar mentaati prinsip-prinsip tersebut sebagai satu keseluruhan.
Terdapat tujh prinsip dalam koperasi. Tiga prinsip pertama secara esensial
dikaitkan pada dinamika internal, tipikal bagi setiap koperasi. Empat yang
terakhir menyangkut operasi internal maupun hubungan eksternal oleh
koperasi.
Prinsip Pertama : Keanggotaan Sukarela dan Terbuka
Koperasi-koperasi adalah perkumpulan-perkumpulan sukarela, terbuka bagi
semua orang yang mampu menggunakan jasa-jasa perkumpulan dan
bersedia menerima tanggung jawab keanggotaan, tanpa diskriminasi
gender, sosial, rasial, politik, atau agama.
Prinsip Kedua : Pengendalian oleh Anggota secara Demokratis
Koperasi-koperasi
adalah
perkumpulan-perkumpulan
demokratis
dikendalikan oleh para naggota yang secara aktif berpartisipasi dalam
penetapan kebijakan perkumpulan dan mengambil keputusan–keputusan.
Pria dan wanita mengabdi sebagai wakil-wakil yang dipilih, bertanggung
jawab kepada naggota. Dalam koperasi rimer anggota-anggota mempunyai
hak-hak suara yang sama (one man, one vote) dan koperasi-koperasi pada
tingkatan-tingkatan lain juga diatur secara demokratis.
Prinsip Ketiga : Partisipasi Ekonomi Anggota
Anggota-anggota menyumbang secara adil bagi, dan mengendalikan secara
demokratis modal dari koperasi mereka. Sekurang-kurangnya sebagian dari
modal tersebut biasanya merupakan milik bersama dari koperasi. Anggotaanggota biasanya menerima kompensasi yang terbatas atas modal yang
disyaratka untuk menjadi anggota. Anggota-anggota mengalokasikan sisa
hasil usaha untuk beberapa tau semua dari tujuan berikut : pengembangan
koperasi mereka, kemungkinan dengan membentuk sebagian dari padanya
tidak dapat dibagi-bagi, pemberian manfaat kepada anggota-anggota
sebanding dengan transaksi-transaksi mereka dengan koperasi, dan
mendukung kegiatan-kegiatan yang disetujui oleh para anggota.
Prinsip Keempat : Otonomi dan Kebebasan
Koperasi-koperasi bersifat otonom, menolong diri sendiri serta diawasi oleh
angota-anggotanya. Apabila koperasi mengadakan perjanjian dengan
organisasi lain termasuk pemerintah atau memupuk modal dari sumber
luar, koperasi melakukannya berdasarkan persyaratan yang menjamin
adanya penawasan demokratis anggota-anggota serta dipertahankannya
otonomi koperasi.
Prinsip Kelima : Pendidikan, Pelatihan, dan Informasi

Koperasi-koperasi memberikan pendidikan dan pelatihan bagi anggotanya,
para wakil yang dipilih oleh rapat anggota, manajer, dan karyawan agar
mereka dapat melakukan tugasnya lebbih efektif bagi pengembangan
koperasinya. Mereka memberikan informasi (penerangan) kepada
masyarakat umu -khususnya orang-orang muda dan pemimpin opini
masyarakat- mengenai hakekat perkoperasian dan manfaat berkoperasi.
Prinsip Keenam : Kerjasama antar Koperasi
Koperasi melayani para anggota secara efektif dan memperkuat gerakan
koperasi dengan bekerjasama melalui organisasi koperasi tingkat lokal,
nasional, regional, dan internasional.
Prinsip Ketujuh : Kepedulian terhadap Masyarakat
Koperasi melakukan kegiatan untuk pengembangan masyarakat sekitarnya
secara berkelanjutan, melalui kebijakan-kebijakan yang diputuskan oleh
rapat anggota.
2.2.b Praktek Jatidiri Koperasi pada perusahaan swasta maupun BUMN
JATIDIRI KOPERASI
(INTERNATIONAL CO-OPERATIVE IDENTITY STATEMENT)
Manchester, 23 September 1995
Definisi :
Koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang yang bersatu
secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi-aspirasi
ekonomi, sosial, dan budaya bersama melalui perusahaan yang mereka miliki
bersama dan mereka kendalikan secara demokratis
Nilai-nilai :
Koperasi
berdasarkan
pada
nilai-nilai
menolong
diri
sendiri,
tanggungjawab sendiri, demokrasi, persamaan, keadilan, dan kesetiakawanan.
Mengikuti tradisi para pendirinya, anggota-anggota koperasi percaya pada nilainilai ethis kejujuran, keterbukaan, tanggungjawab sosial, serta peduli terhadap
orang lain.
Prinsip-Prinsip :
Prinsip-prinsip koperasi sebagai garis penuntun untuk melaksanakan nilai-nilai
dalam praktek adalah:
Keanggotaan sukarela dan terbuka
Pengendalian oleh anggota secara demokratis
Partisipasi ekonomi anggota
Otonomi dan Kebebasan
Pendidikan, pelatihan dan informasi
Kerjasama antar koperasi
Kepedulian terhadap komunitas
UUD 1945 pasal 33 memandang koperasi sebagai sokoguru perekonomian
nasional, yang kemudian semakin dipertegas dalam pasal 4 UU No. 25 tahun
1992 tentang perkoperasian. Menurut M. Hatta sebagai pelopor pasal 33 UUD
1945 tersebut, koperasi dijadikan sebagai sokoguru perekonomian nasional
karena:
1. Koperasi mendidik sikap self-helping.
2. Koperasi mempunyai sifat kemasyarakatan, di mana kepentingan
masyarakat harus lebih diutamakan daripada kepentingan dri atau
golongan sendiri.
3. Koperasi digali dan dikembangkan dari budaya asli bangsa Indonesia.
4. Koperasi menentang segala paham yang berbau individualisme dan
kapitalisme.

Ada 9 asas pembangunan nasional yang harus diperhatikan dalam setiap
pelaksanaan pembangunan (GBHN, 1988) yaitu:
1. Asas Keimanan dan Ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
bahwa segala usaha dan kegiatan pembangunan nasional dijiwai,
digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa sebagai nilai luhur yang menjadi landasan spiritual,
moral dan etika dalam rangka pembangunan nasional sebagai
pengamalan pancasila.
2. Asas Manfaat, bahwa segala usaha dan kegiatan pembangunan
nasional memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan,
bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dan pengembangan pribadi warga
negara serta mengutamakan kelestarian nilai-nilai luhur budaya bangsa
dan elestarian fungsi lingkungan hidup dalam rangka pembangunan
yang berkesinambungan dan berkelanjutan.
3. Asas Demokrasi Pancasila, bahwa upaya mencapai tujuan pembangunan
nasional yang meliputi seluruh kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara dilakukan dengan semangat kekeluargaan yang bercirikan
kebersamaan, gotong-royong,
persatuan
dan
kesatuan
melalui
musyawarah untuk mencapai mufakat.
4. Asas
Adil
dan
Merata,
bahwa
pembangunan
nasional
yang
diselenggarakan sebagai usaha bersama harus merata di semua lapisan
masyarakat dan di seluruh wilayah tanah air.
5. Asas
Keseimbangan,
Keserasian,
dan
Keselarasan
dalam
Perikehidupan, bahwa dalam pembangunan
nasional harus ada
keseimbangan antara berbagai kepentingan, yaitu keseimbangan,
keserasian, keselarasan antara kepentingan dunia dan akhirat, jiwa dan
raga, individu, masyarakat dana negara, dan lain- lain.
6. Asas Kesadaran Hukum, bahwa dalam pembangunan nasional setiap
warga negara dan penyelenggara negara harus taat pada hukum yang
berintikan keadilan dan kebenaran, serta negara diwajibkan untuk
menegakkan dan menjamin kepastian hukum.
7. Asas Kemandirian, bahwa dalam pembangunan nasional harus
berlandaskan padakepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri
serta bersendikan kepada kepribadian bangsa.
8. Asas
Kejuangan,
bahwa
dalam
penyelenggaraan
pembangunan
nasional, penyelenggaraan negara dan masyarakat harus memiliki mental,
tekad, jiwa dan semangat pengabdian serta ketaatan dan disiplin yang
tinggi dengan lebih mengutamakan kepentingan bangsa di atas
kepentingan pribadi/golongan.
9. Asas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dalam pembangunan nasional
dapat memberikan
kesejahteraan
lahir
batin
yang
setinggitingginya, penyelenggaraannya perlu menerapakan nilai-nilai ilmu
pengetahuan dan tekonologi secara seksam dan bertanggung jawab
dengan memperhatikan nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya
bangsa.
Literatur
Merger Koperasi Raksasa dari Tiga Negara Inilah koperasi konsumen hasil
merger tiga koperasi koperasi konsumen di tiga negara Skandinavia, sebagai
langkah strategis menghadapi globalisasi. Era koperasi transnasional, sudah
dimulai. Peristiwa bersejarah dalam peta perkoperasian dunia itu terjadi pada 1
Januari 2002. Tiga koperasi konsumen di tiga negara kawasan Skandinavia,
melakukan merger dalam bisnis ritel fast moving consumer goods (FMCG),
melahirkan Coop Nordic. Padahal, ketiga koperasi tersebut sudah mencapai skala
ekonomi raksasa di negaranya masing-masing, yaitu Norges Kooperative

Landsforening (NKL) di Norwegia, The Swedish Co-operative Union atau
Kooperativa Förbundet (KF) di Swedia dan The Danish Consumers Co-operative
Society atau Fællesforeningen for Danmarks Brugsforeninger (FDB) di Denmark.
Komposisi saham dalam Coop Nordic, 42 persen dimiliki KF, 38 persen oleh FDB
dan 20 persen milik NKL.
Di Norwegia, koperasi konsumen menggenggam pangsa pasar 24,1 persen bisnis
ritel, dan tampil dalam deretan empat besar perusahaan ritel raksasa.
Sedangkan di Swedia, penguasaan pangsa pasar oleh koperasi konsumen
sebesar 21,6 persen. Bahkan di Denmark, pangsa pasar bisnis ritel yang dikuasai
koperasi konsumen mencapai 36,5 persen. Dengan mengoperasikan sejumlah
supermarket dan grosir, koperasi konsumen di negeri Hamlet itu bertengger
dalam urutan tiga besar perusahaan ritel.
Lantas, mengapa mereka merasa harus melakukan merger? Di negara-negara
Eropa, khususnya Skandinavia yang tradisi koperasinya sangat kuat, fenomena
merger sebetulnya bukan langkah yang asing. NKL, KF dan FDB sendiri,
merupakan hasil merger dari koperasi konsumen di negaranya masing-masing.
Jadi, tidak aneh kalau jumlah koperasi di sana mengalami tren makin sedikit dan,
sebaliknya, dengan skala usaha yang makin meraksasa.
Yang menjadi konsen para pegiat koperasi di negara-negara Skandinavia,
tampaknya, bukan bagaimana mempertahankan keberadaan koperasinya
sendiri, tetapi lebih pada bagaimana menghadapi lingkungan bisnis yang terus
berubah dan semakin mengglobal. Perusahaan-perusahaan swasta, yang sudah
lama mengonsolidasikan diri dengan membentuk multinational corporation
(MNC), makin agresif melakukan ekspansi bisnisnya, hingga menciptakan
kekuatan yang makin sulit ditandingi.
Maka, ketika fenomena globalisasi makin mengental dan kekuatan MNC kian
menjadi, ketiga koperasi konsumen di tiga negara itu pun, merasa perlu untuk
melakukan langkah radikal, dengan melakukan merger. Coop Nordic, koperasi
konsumen hasil merger itu, bisa dikatakan sebagai koperasi transnasional yang
pertama kali lahir di dunia.
Tentu saja, langkah merger tersebut dilakukan dengan perhitungan yang cukup
rumit. Karena itu, kendati sudah diwacanakan sejak lama, baru terwujud setelah
lahir kebijakan “Satu Eropa” di bidang ekonomi. Hasilnya, Coop Nordic mampu
bekerja secara lebih efisien, dengan skala usaha terbesar di seluruh kawasan
Skandinavia, bahkan menjadi pemain ritel makanan dan minuman terbesar di
seantero Eropa.
Di samping soal ketatnya persaingan yang menuntut pengelolaan efisien agar
menghasilkan harga bersaing, langkah merger juga didorong oleh tuntutan
konsumen di Eropa, yang makin complicated. Mereka bukan hanya sensitif
dengan harga, tetapi juga tidak bisa kompromi dengan kualitas produk, bahkan
unsur lain seperti kesehatan, etika bisnis dan lingkungan hidup. Jika, misalnya,
sebuah produk yang penggunaan atau proses produksinya membahayakan
kesehatan bahkan lingkungan hidup, niscaya akan dijauhi meskipun harganya
murah.
Secara keseluruhan, Coop Nordic menghimpun sekitar 7 juta anggota
perorangan. Melalui koperasinya masing-masing, anggota koperasi di tiga negara
itu menempatkan pengurus di Coop Nordic, yang berjumlah 13 orang.
Kehadiran Coop Nordic terbukti mampu memacu peningkatan pangsa pasar ritel
FMCG di setiap negara, dan menambah jumlah outlet supermarket. Sebagian
produk yang dipasarkan, sudah diberi label milik koperasi. Keunggulan koperasi
konsumen di Skandinavia dibanding perusahaan ritel swasta, antara lain terletak
pada keberadaannya yang nge-link ke koperasi produsen, terutama pertanian

dan peternakan, yang produk olahannya menguasai pasar di negaranya masingmasing.
Coop Nordic mempekerjakan 28.290 karyawan yang tersebar di tiga negara, dan
mengoperasikan 3.000 outlet. Dari seluruh outlet yang dioperasikan, koperasi
mencetak volume usaha sekitar SEK 90 miliar per tahun (SEK 1 sekitar Rp
1.521,4). Setiap outlet, dikelola secara otonom oleh koperasi di masing-masing
negara, agar bisa lebih menyesuaikan dengan kebutuhan anggota koperasi atau
konsumen setempat. “Setiap koperasi di masing-masing negara, mempunyai
tanggung jawab penuh dalam mengelola outlet,” ujar Nina Jarback, salah
seorang pengurus Coop Nordic yang juga pengurus KF.
DEKOPIN
1. Arti Dekopin
Dewan koperasi Indonesia yang selanjutnya dalam Anggaran Dasar di singkat
DEKOPIN adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan landasan idiil
Pancasila landasan strukturil UUD 1945 Pasal 2 dan Pasal 33 ayat (1) beserta
penjelasannya, serta landasan operasional UU No. 12 Tahun 1967 Jo UU No. 25
tahun 1992 tentang pokok-pokok perkoperasian.
Dekopin berasaskan kekeluargaan dan k3gotong-royongan. D3kopin merupakan
partner pemerintah dalam rangka mewujudkan cita-cita nasional untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
2. Tujuan Dekopin
memperjuangkan tercapainya cita-cita, tujuan dan kepentingan bersama
koperasi Indonesia, yaitu terwujudnya masyarakat adil dan makmur atas
dasar Ketuhanan Yang Maha Esa, melalui data ekonomi Indonesia yang
berpijak kepada demokrasi ekonomi berdasarkan pancasila sesuai dengan
UUD 1945 pasal 33 ayat (1) beserta penjelasannya.
Memeperjuangkan agar koperasi Indonesia menjadi soko guru dalam
tatanan ekonomi bangsa Indonesia.
3. Fungsi Dekopin
Tugas dan kewjiban Dekopin
Dekopin bertugas dan berkewajiban :
1. Mengembangkan kerja sama antar koperasi Indonesia dan memupuk kerja
sama natara koperasi dengan lembaga-lembaga lain baik didalam maupun diluar
negeri.
2. memperjuangkan agar produk-produk yang menghambat perkembangan
koperasi dapat diperbaiki dan disesuaikan dengan kepentingan gerakan koperasi.
3. Menumbihkan dan meningkatkan kesadaran dean semangat berkoperasi setia
kawan dikalangan masyarakat dengan menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan, penyuluhan dan keperluan.
4. menyelenggarakan bimbingan dan pengawasan dalam bidang perkoperasian
baik dalam segi idiil, organisasi, manajemen maupun usaha.
5. Memupuk kerja sama antar koperasi dengan perusahaan negara, dan
perusahaan swasta atas dasar hubungan kerja sama yang sehat dan saling
mengisi.
6. Memupuk kerja sama dengan golongan-golongan yang potensial dalam
masyarakat sperti : tani, nelayan, buruh, wanita, pemuda, cendikiawan, dan
pengusaha.
7. Memperjuangkan duduknya wakil gerakan koperasi di Indonesia di MPR, DPR,
DPRD, dan lembaga-lembaga lainnya yang dibentuk baik oleh pemerintah
maupun non pemerintah.
8. kegiatan dan usaha lain-lain yang dapat menunjang kemajuan dan
perkembangan koperasi di Indonesia.
Bank milik koperasi merupakan bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh
perusahaan yang berbadan hukum koperasi, Contoh : Bank Bukopin

Artikel
Kapanlagi.com - Dewan Koperasi Indonesia menggandeng salah satu raksasa
media Korea Selatan JoongAng Ilbo New Media untuk membangun sistem online
koperasi yang nantinya akan menjadi satu sistem online yang tidak saja
diterapkan di Indonesia tapi juga di Asia Tenggara.
Sekjen Dekopin Yusri Suhud ketika dihubungi di Jakarta, Minggu, mengatakan,
kerja sama itu akan terealisasi bersama setelah para pihak melakukan
penandatanganan MoU pada 6 Februari.
Proses kerja sama itu sendiri sudah dirintis sejak pertengahan tahun lalu, dan
baru akan direalisasikan pada pekan ini.
Perusahaan Korea yang akan menjadi mitra Dekopin tersebut merupakan salah
satu perusahaan media yang cukup ternama di Korea. Perusahaan tersebut
menerbitkan koran dalam bahasa Inggris dan juga beberapa koran asing seperti
International Herald Tribun (IHT) di Korea.
Mereka juga mempunyai jaringan TV kabel serta situs berita online Joins.com.
Pada awalnya perusahaan ini mempunyai hubungan erat dengan Samsung,
namun karena regulasi di Korea akhir mereka memisahkan diri dengan Samsung
pada tahun 1993.
Presiden JoongAng Ilbo New Media, Jin Ki Kim juga mengadakan pertemuan
dengan Ketua Umum Dekopin Adi Sasono beberapa waktu lalu di Jakarta.
Pertemuan itu merupakan pertama antara kedua pucuk pimpinan menjelang
penandatanganan kerja sama. Dalam pertemuan itu keduanya lebih banyak
bercerita soal potensi ekonomi negara masing-masing.
Adi Sasono menekankan bahwa kerja sama antar keduanya itu nantinya antara
lain untuk mendukung sistem Koperasi Simpan Pinjam online yang sudah
berjalan saat ini.
Selain itu perusahaan Korea tersebut akan membantu Dekopin dalam
pengembangan pusat data, smartcard dan sistem IT Dekopin yang akan
memungkinkan lembaga ini untuk online secara nasional.
JoongAng Ilbo akan menyediakan perangkat keras dan lunak dan diharapkan dari
kerja sama ini bisa meningkatkan efisiensi transaksi ekonomi di antara para
anggota Dekopin, dan pembelajaran jarak jauh serta pemutakhiran data.
Sistem yang dikembangkan Dekopin ini akan diintegrasikan dalam sistem di Asia
Tenggara. Indonesia sebagai ketua Asean Cooperative Organization (ACO) akan
memaksimalkan sistem online itu sehingga dapat diterapkan di Asia
Tenggara. (*/lin)
JAWABAN
Trilogi pembangunan yaitu menciptakan pemerataan pembangunan dan
hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, serta stabilitas nasional
yang dinamis dan strategis yang kemudian juga dijadikan sebagai misi yang
melekat pada masing-masing pelaku ekonomi, baik negara, swasta, maupun
koperasi di dalam sistem ekonomi nasional yang kita bangun.
Rumusan kedudukan, peranan, dan hubungan antara pelaku ekonomi
dapat digambarkan sebagai berikut:
1. BUMN, koperasi, dan swasta hendaknya ditempatkan pada posisi dan
kedudukan yang setara. Hal ini berarti, setiap pelaku ekonomi baik secara
normatif maupun operasional memiliki hak hidup yang sama, sesuai
dengan misi yang diembannya.
2. BUMN, koperasi, dan swasta hendaknya melakukan peranan masingmasing dengan memanfaatkan keunggulan komparatif (Comparative
advantage) yang dimilikinya.Keunggulan koperasi yang dimaksud di sini
ialah bahwa masing-masing pelaku ekonomi mempunyai suatu kelebihan
di satu bidang jika dibandingkan dengan pelaku ekonomi lainnya.

Keunggulan komparatif tersebut dapat dilihat dari cita-cita organisasi
masing-masing pelaku ekonomi tersebut. BUMN dimiliki dan dikelola oleh
pemerintah. BUMN bukan merupakan suatu perusahaan yang mengejar
keuntungan sebagai prioritas utama, akan tetapi merupakan alat pemerintah
yang efektif dalam melaksanakan pembangunan nasional. Dengan demikian,
BUMN mengemban tugas melayani kepentingan umum untuk memenuhi hajat
orang banyak.
Berbeda dengan sektor swasta yang dimiliki dan dikelola secara
perseorangan, keluarga, dan atau sekelompok kecil orang yang memiliki modal
untuk mencapai tujuan memberi keuntungan yang semaksimal mungkin.
Lain halnya sektor koperasi yang merupakan wadah ekonomi rakyat yang
berwatak sosial, beranggotakan orang-orang, dimiliki dan dikelola oleh anggota
untuk kepentingan anggota serta masyarakat secara kekeluargaan.
Bertitik tolak dari ciri-ciri pelaku ekonomi tersebut diatas, maka
keunggulan komparatif yang khas yang berkaitan dengan trilogi pembangunan
nasional adaah sebagai berikut:
1. BUMN cenderung untuk melakukan peran utama sebagai stabilisator dan
perintis perekonomian nasional
2. Swasta cenderung mengarah untuk melakukan peran utama di bidang
pertumbuhan ekonomi nasional.
3. Koperasi mengemban peran utama di bidang pemerataan pembangunan
dan hasil- hasilnya.
Keunggulan pelaku ekonomi BUMN lebih terfokus dalam bidang stabilitas,
sedangkan BUMS lebih diarahkan untuk mencapi pertumbuhan ekonomi. Badan
usaha koperasi, ditinjau dari aspek prinsip-prinsip organisasinya, lebih
menitikberatkan pada asas pemerataan. Seiring dengan perubahan ruang,
waktu, dan nilai dalam perjalanannya, koperasi juga berperan dalam pencapaian
pertumbuhan dan stabilitas ekonomi nasional.
Membangun sokoguru perekonomian nasional berarti membangun badan
usaha koperasi yang tangguh, menumbuhkan badan usaha swasta yang kuat
dan mengembangkan BUMN yang
mantap secara simultan dan terpadu dengan bertumpu pada Trilogi
Pembangunan untuk mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat banyak.
Karena pemahaman dan pemikiran terhadap koperasi dalam arti yang luas dan
mendasar seperti dimaksudkan.
Dalam hal efisiensi internal, koperasi sudah harus mencapai tingkat
maksimal. Karena itu diperlukan pengembangan organisasi yang berorientasi ke
luar agar dapat mengembangkan lebih lanjut efisiensi yang dimaksud. Untuk itu
diperlukan proses keterkaitan yang integratif dalam bentuk kerjasama, baik
antar-koperasi sendiri maupun dengan BUMN dan swasta, secara vertikal
maupun horisontal.
Sehubungan dengan hal tersebut integrasi antar-koperasi dapat dilakukan
dengan pembentukan koperasi sekunder yang harus dilandasi kepentingan
tingkat ekonomi tanpa harus mensyaratkan kesamaan jenis koperasi tingkat dan
wilayah. Dengan demikian usaha integrasi vertikal dapat memenuhi kebutuhan
peningkatan upaya komersial yang tinggi. Di samping usaha integrasi vertikal,
dapat juga dilakukan integrasi horisontal, yang dilakukan antar- koperasi primer
agar dapat mengembangkan kegiatan bersama di bidang pemasaran, produksi
maupun permodalan. Selanjutnya integrasi vertikal dan horisontal juga dapat
dilaksanakan melalui kerjasama koperasi dengan usaha milik Negara dan swasta
sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar koperasi. Dalam
hubungan itu maka kerjasama tersebut harus diwarnai dengan etika bisnis dan
kaidah-kaidah asas kekeluargaan; kaidah mana bertujuan untuk menjaga
kerjasama agar memberikan kesempatan kepada semua pihak yang terlibat

untuk dapat berusaha secara komprehensif, saling mendidik dan memperkuat
serta memberikan keuntungan tanpa mematikan satu sama lainnya. Hal itulah
motif kerjasama dikembangkan untuk mewujudkan efisiensi usaha bersama bagi
ketiga wadah pelaku ekonomi tersebut.
Bentuk pertama, dapat berupa kerjasama komplementer, dimana apabila
terdapat kegiatan usaha koperasi yang tidak layak dikerjakan sendiri, maka
koperasi dapat mengadakan kerjasama operasional [KSO] dengan pihak usaha
milik negara maupun swasta
yang kegiatan usahanya lebih layak untuk melaksanakan kegiatan tersebut,
demikian pula sebaliknya. Sebagai contoh dari kerjasama ini diantaranya adalah
pengadaan pangan untuk stock nasional yang dilakukan ole