Wiwin Purnomowati dan Ismini KONSEP SMAR

Wiwin Purnomowati

dan Ismini

65

KONSEP SMART CITY DAN PENGEMBANGAN PARIWISATA
DI KOTA MALANG.
Wiwin Purnomowati
Dosen Universitas Widyagama Malang.
Ismini
Dosen Universitas Widyagama Malang.
Abstrak

Kompleksitas permasalahan pembangunan yang dihadapi Kota Malang saat ini membutuhkan sebuah
percepatan pembangunan yaitu ekonomi pintar (smart economy), mobilitas pintar (smart mobility), lingkungan
pintar (smart environment), masyarakat pintar (smart people), kehidupan cerdas (smart living) dan pemerintahan
pintar (smart governance). Keenam unsur ini merupakan dimensi dari smart city.
Dari arah pembangunan jangka panjang Kota Malang nampak bahwa pemerintah daerah telah
mempersiapkan SDM dan Iptek untuk mewujudkan Kota Malang sebagai smart city (kota pintar). Namun
pengertian smart city yang diimplementasikan Kota Malang lebih menitikberatkan pada pemanfaatan teknologi

informasi untuk meningkatkan pelayanan pada masyarakat, berarti konsep ini lebih tepat disebut sebagai digital
city. Beberapa program yang telah dilaksanakan Pemerintah Daerah yang dianggap untuk mewujudkan Kota
Malang sebagai smart city, yaitu : peluncuran 65 area hot spot, pelatihan jardiknas dan bimtek electronic mail
oleh Dinas pendidikan, gerakan Malang Go Open Source, Malang Cyberpark di alun-alun Kota Malang dan
penerapan E-Government dalam meningkatkan pelayanan publik. Semua program tersebut lebih tepat dikatakan
sebagai program-program untuk mewujudkan Malang kota digital (digital city).
Sementara program-program yang bisa dilakukan untuk mewujudkan Malang smart city antara lain
adalah pemberdayaan masyarakat termasuk UMKM dan koperasi, penyediaan sarana dan prasarana
transportasi dan infrastruktur yang memadai, peningkatan kualitas pelayanan publik, pemenuhan RTH 30% dan
lain-lain. Implementasi dimensi-dimensi dari smart city ini bisa mendukung pengembangan pariwisata Kota
Malang.
Kata Kunci: ekonomi pintar (smart economy), mobilitas pintar (smart mobility), lingkungan pintar (smart
environment), masyarakat pintar (smart people), kehidupan cerdas (smart living) dan pemerintahan pintar (smart
governance).
ABSTRACT
The complexity of the development problems faced by Malang city require an acceleration of development, that
are smart economy, smart mobility, smart environment, smart people, smart life and smart government.
The six elements are the dimensions of a smart city. From the long-term development of Malang appears that
local governments have to prepare human resources and science and technology to create Malang as a smart
city. But the definition of smart city implemented in Malang is more focused on the utilization of information

technology to improve services to the community. This concept is more accurately described as a digital city.
Some programs that have implemented by the Local Government deemed to realize as a smart city of Malang,
namely: the launch of 65 hot spot areas, training and electronic mail training by the Department of Education,
“Malang Go Open Source” movement, Malang Cyberpark in Malang square and implementation of E Government in improving public services.
All programs are said to be more appropriate programs to create the digital city of Malang
While programs that can be done to create the smart city of Malang include community development, including
SMEs and cooperatives, provision of transport infrastructure and adequate infrastructure, improving the quality
of public services, fulfillment of 30% green opened area (RTH) and others. Implementation of the dimensions of
smart city can support the development of Malang tourism.
Keywords :
Smart economy, smart environment, smart people, smart governance, smart mobility

66

PENDAHULUAN
Kota Malang merupakan kota terbesar
kedua di Jawa Timur, dan dikenal dengan julukan
kota pelajar. Dari segi ekonomi, total nilai PDRB
atas dasar harga berlaku pada tahun 2011 sebesar
Rp. 34.226.477,00 (dalam jutaan rupiah),

sedangkan atas dasar harga konstan sebesar
Rp.15.038.460,41 (dalam jutaan rupiah) dengan
konstribusi terbesar datang dari sektor pedagangan,
hotel, restoran (38.51%), sektor industri pengolahan
(33.05%) dan dari sektor jasa (12.5%). Tingginya
kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran
serta industri pengolahan ini tidak lepas dari
semboyan kota Malang Tri Bina Cita yaitu sebagai
kota pendidikan, industri dan pariwisata.
Kota
Malang
mendapat
julukan
Switzerland of Indonesia karena kota ini pernah
dianggap mempunyai tata kota terbaik di antara
kota-kota Hindia Belanda. Pariwisata Kota Malang
mampu menarik perhatian tersendiri, dari segi
geografis, Malang diuntungkan oleh keindahan
alam daerah sekitarnya seperti Batu dengan
agrowisatanya, pemandian Selecta, Songgoriti atau

situs-situs
purbakala
peninggalan
kerajaan
Singosari. Di sektor perdagangan mampu
mengubah konsep pariwisata kota Malang dari kota
peristirahatan menjadi kota wisata belanja. Selain
perdagangan, Kota Malang juga terkenal dengan
industrinya, berbagai macam
industri seperti
makan, minuman, kerajinan, garmen, di samping itu
juga terdapat kerajianan keramik yang berada di
Dinoyo yang mendapatkan tempat di kalangan
pecinta keramik tanah air.
Ada lima perguruan tinggi negeri di Kota
Malang, yakni Universitas Brawijaya, Universitas
negeri Malang, Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang serta Politeknik Malang dan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Negeri Malang
sehingga Kota Malang juga mendapatkan julukan

sebagai Kota pendidikan, dari jumlah besar
mahasiswa ini juga memberikan konstribusi dari
sektor pendidikan yang memberikan efek bagi
ekonomi dengan usaha-usaha masyarakat setempat
seperti pemondokan, rumah makan, toko-toko buku.
Pertumbuhan perekonomian Kota Malang
ke depan akan semakin baik dan daya tarik investasi
akan semakin kuat dengan semakin baiknya sarana
dan prasarana penunjang aktifitas perekonomian
antara lain ditunjukkan dengan pembangunan dan
pengembangan berbagai infrastruktur serta peran

Jurnal JIBEKA Volume 8 No 1 Februari 2014

serta Pemerintah dalam pembuatan kebijakan
ekonomi yang semakin inovatif.
Dalam
hal
pembangunan
dan

pengembangan infrastruktur diwujudkan dengan
upaya peningkatan pengoperasian Bandara Abdul
Rahman Saleh menjadi bandara internasional,
penyediaan sarana dan prasarana transportasi,
penyediaan kebutuhan listrik, energi, air bersih,
telekomunikasi, fasilitas kesehatan, perbankan,
pusat perdagangan, gedung olahraga, perhotelan
dan Rumah Sakit. Ketersediaan infrastruktur yang
sangat memadai tersebut ditunjang oleh faktorfaktor lingkungan yang kondusif bagi kegiatan
ekonomi dan investasi yaitu lingkungan kemudahan
berusaha, lingkungan pendidikan berkualitas,
lingkungan kemasyarakatan yang mendukung, serta
stabilitas politik dan pemerintahan.
Perkembangan pembangunan yang telah
dicapai saat ini juga mengindikasikan adanya
peningkatan pelayanan umum kepada masyarakat
dengan terpenuhinya sarana dan prasarana dasar
bidang pendidikan, sosial dan ekonomi masyarakat.
Walaupun demikian upaya peningkatan pelayanan
umum di semua sektor pembangunan harus terus

ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitasnya.
Permasalahan yang muncul akhir-akhir ini seperti
banjir dan macet juga harus segera dicarikan
solusinya.
Peningkatan
layanan
umum
yang
dilakukan oleh Pemerintah Kota Malang semakin
ditingkatkan sejalan dengan digulirkannya konsep
smart city, yang terdiri dari 6 dimensi yaitu smart
economy (ekonomi pintar), smart environment
(lingkungan pintar), smart people (masyarakat
pintar), smart life (cerdas hidup), smart mobility
(mobilitas pintar) dan smart government
(pemerintah pintar). Peningkatan layanan di segala
bidang (terutama dalam penyediaan sarana
transportasi dan infrastruktur yang memadai,
pengembangan UMKM terutama yang berbasis
produk lokal, kemudahan perijinan) bisa

mendukung pengembangan sektor pariwisata di
Kota Malang, dimana hal ini merupakan salah satu
misi Walikota Malang tahun 2013-2018 yaitu
membangun kota Malang sebagai tujuan wisata
yang aman, nyaman dan berbudaya.
Rumusan Masalah
a. Bagaimana implementasi konsep smart city di
Kota Malang?

Wiwin Purnomowati

dan Ismini

b. bagaimana pengembangan pariwisata di Kota
Malang?
Tujuan
a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi
pemerintah daerah dalam rangka mewujudkan Kota
Malang sebagai smart city.
b. Memberikan sumbangan pemikiran guna

pengembangan pariwisata di Kota Malang.
Pembahasan
Konsep Smart City di Kota Malang
Dari arah pembangunan jangka panjang
Kota Malang nampak bahwa pemerintah daerah
telah mempersiapkan SDM dan Iptek untuk
mewujudkan Kota Malang sebagai smart city (kota
pintar). Namun
pengertian smart city yang
diimplementasikan
Kota
Malang
lebih
menitikberatkan pada pemanfaatan teknologi
informasi untuk meningkatkan pelayanan pada
masyarakat, berarti konsep ini lebih tepat disebut
sebagai digital city. Beberapa program yang telah
dilaksanakan Pemerintah Daerah dalam upaya
mewujudkan Kota Malang sebagai smart city, yaitu:
- peluncuran 65 area hot spot

- pelatihan jardiknas dan bimtek electronic mail
oleh Dinas pendidikan
- gerakan Malang Go Open Source
- Malang Cyberpark di alun-alun Kota Malang
- penerapan E-Government dalam tingkatkan
pelayanan publik
Semua program di atas lebih tepat
dikatakan
sebagai
program-program
untuk
mewujudkan Malang kota digital (digital city).
Sedangkan konsep smart city lebih luas
dari digital city, karena smart city (Kota pintar)
diidentifikasi pada enam sumbu utama atau dimensi
yaitu :
a.

ekonomi pintar (inovasi dan persaingan)
Arah pembangunan sumber daya manusia

dan IPTEK di Kota Malang diwujudkan melalui
peningkatan akses, pemerataan, relevansi, dan mutu
layanan sosial dasar, peningkatan kualitas dan daya
saing tenaga kerja masyarakat Kota Malang menuju
persaingan nasional dan global; pengendalian
jumlah dan laju pertumbuhan penduduk;
peningkatan partisipasi masyarakat Kota Malang di
segala bidang.
Program
pemberdayaan
masyarakat
termasuk UMKM dan koperasi perlu digalakkan

67

untuk mendorong inovasi dan mengantisipasi
persaingan usaha. Melonjaknya jumlah pelaku
usaha belakangan ini tentunya mengakibatkan
persaingan pasar menjadi semakin ketat. Bahkan
sekarang ini persaingan antara pengusaha yang satu
dengan pelaku usaha lainnya sudah dalam kondisi
yang semakin kompleks, sehingga masing-masing
perusahaan kini berlomba menciptakan inovasiinovasi baru untuk mempertahankan eksistensi
bisnisnya.
b. Mobilitas pintar (transportasi dan infrastruktur)
Arah pembangunan infrastruktur Kota
Malang diwujudkan melalui penguatan sistem
perencanaan infrastruktur kota; pengembangan
aliran sungai; peningkatan kualitas dan kuantitas air
bersih;
pengembangan
sistem
transportasi;
pengembangan perumahan dan permukiman; dan
peningkatan
konsistensi
pengendalian
pembangunan infrastruktur. Dengan ketersediaan
sarana/prasarana transportasi dan infrastruktur yang
memadai akan meningkatkan kualitas hidup
masyarakat dan sekaligus dapat mengundang
investor masuk Kota Malang sehingga akan
mendorong
pengembangan
pariwisata,
meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi
dan
kesejahteraan masyarakat.
Pengelolaan infrastruktur kota yang
dikembangkan di masa depan merupakan sebuah
sistern pengelolaan terpadu dan diorientasikan
untuk menjamin keberpihakan pada kepentingan
publik. Perimbangan keterlibatan tiga stakeholders
utama Kota Malang yaitu pemerintah, masyarakat
dan swasta merupakan hal yang mutlak harus
dilakukan.
c. Masyarakat pintar (kreativitas dan modal
sosial)
Pembangunan senantiasa membutuhkan
modal, baik modal ekonomi (economic capital),
modal manusia (human capital) maupun modal
sosial (social capital). Kemudahan akses modal dan
pelatihan-pelatihan
bagi
UMKM
dapat
meningkatkan kemampuan dan ketrampilan mereka
dalam mengembangkan usahanya. Modal sosial
termasuk elemen-elemennya seperti kepercayaan,
gotong royong, toleransi, penghargaan, saling
memberi dan saling menerima serta kolaborasi
sosial memiliki pengaruh yang besar terhadap
pertumbuhan ekonomi melalui berbagai mekanisme
seperti meningkatnya rasa tanggungjawab terhadap
kepentingan publik, meluasnya partisipasi dalam
proses
demokrasi,
menguatnya
keserasian

68

masyarakat dan menurunnya tingkat kejahatan. Tata
nilai ini perlu dipertahankan dalam kehidupan sosial
masyarakat Malang.
d. Lingkungan pintar (keberlanjutan dan sumber
daya)
Kerusakan
yang
berdampak
pada
menurunnya mutu lingkungan di Kota Malang pada
dasarnya adalah akibat kelalaian atau kesengajaan
oleh masyarakat dan pemerintah, seperti kawasan
yang seharusnya menjadi daerah resapan atau
penampung air hujan dijadikan kawasan perumahan
atau bentuk pemanfaatan lain yang secara nyata
menghalangi dan mengurangi daya resap tanah
terhadap air hujan, dampak langsungnya akan
terjadi banjir apabila terjadi hujan.
Kota Malang dalam beberapa hal terkait
dengan pembangunan berwawasan lingkungan
masih menyisakan persoalan. Persoalan tersebut
antara lain semakin tumbuh suburnya pembangunan
ruko yang terkesan tanpa perencanaan yang
memadai, pembangunan pusat-pusat perbelanjaan
yang memanfaatkan ruang terbuka hijau (RTH).
Konsekwensi di masa mendatang konsep
pembangunan Kota Malang harus dikembalikan
pada konsep pendekatan pembangunan berwawasan
lingkungan Garden City/Kota Taman, karena sejak
awal berdirinya Kota Malang, konsep inilah yang
dipakai oleh Thomas Karsteen. Hal ini sejalan
dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang, yang mempersyaratkan
30% lahan perkotaan harus difungsikan untuk ruang
terbuka hijau (baik privat maupun publik).
e. Cerdas hidup (kualitas hidup dan kebudayaan)
Berbudaya, berarti bahwa manusia
memiliki kualitas hidup yang terukur (budaya).
Kualitas hidup tersebut bersifat dinamis, dalam
artian selalu berusaha memperbaiki dirinya sendiri.
Pencapaian budaya pada manusia, secara langsung
maupun tidak langsung merupakan hasil dari
pendidikan. Maka kualitas pendidikan yang baik
adalah jaminan atas kualitas budaya, dan atau
budaya yang berkualitas merupakan hasil dari
pendidikan yang berkualitas.
Sebagai kota pendidikan, banyak kebijakan
maupun program yang telah diambil pemerintah
Kota Malang guna meningkatkan kualitas
pendidikan. Hal ini selaras dengan arah
pembangunan jangka panjang di bidang penguatan
SDM dan Iptek yaitu Terwujudnya Kota Malang
sebagai Kota Pendidikan yang berorientasi global
dengan kearifan lokal, Terwujudnya SDM yang

Jurnal JIBEKA Volume 8 No 1 Februari 2014

Berkualitas dengan Penguasaan, Pengembangan dan
Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang
Berbudaya, dan Terwujudnya lingkungan kota yang
kondusif sebagai kota pendidikan yang berkualitas.
f. Pemerintahan yang cerdas (pemberdayaan dan
partisipasi).
Kunci utama keberhasilan penyelengaraan
pemerintahan adalah Good Governance . Yaitu
paradigma, sistem dan proses penyelenggaraan
pemerintahan
dan
pembangunan
yang
mengindahkan prinsip-prinsip supremasi hukum,
kemanusiaan, keadilan, demokrasi, partisipasi,
transparansi, profesionalitas, dan akuntabilitas
ditambah dengan komitmen terhadap tegaknya nilai
dan prinsip “desentralisasi, daya guna, hasil guna,
pemerintahan yang bersih, bertanggung jawab, dan
berdaya saing”. Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah beserta perubahannya telah merubah sistem
penyelenggaraan
pemerintahan
daerah
kabupaten/kota sehingga pelaksanaan penguatan
asas desentralisasi memerlukan perangkat peraturan
perundangan
yang
mendukung.
Upaya
mengikutsertakan masyarakat (stakeholders) dalam
pelaksanaan pembangunan hanya dapat terwujud
bila kehidupan demokrasi berjalan dengan baik.
Proses demokratisasi akan berjalan dengan baik jika
tercipta supremasi hukum yang didukung oleh
penyelenggaraan
pemerintahan
yang
baik.
Pemerintah Kota Malang telah bersemangat untuk
menuju ke arah Good Governance .
Isu
permasalahan
sentral
bagi
pembangunan Kota Malang, yaitu tingginya
konsentrasi pembangunan di wilayah pusat kota
(termasuk kawasan Jl Veteran / Matos).
Pengurangan
kesenjangan
pembangunan
antarwilayah kecamatan perlu dilakukan tidak
hanya
untuk
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat di seluruh wilayah kota, tetapi juga
untuk menjaga stabilitas kota. Tujuan penting dan
mendasar yang akan dicapai untuk mengurangi
kesenjangan antarkecamatan dan kelurahan adalah
bukan untuk memeratakan pembangunan fisik di
setiap daerah, tetapi yang paling utama adalah
pengurangan kesenjangan kualitas hidup dan
kesejahteraan masyarakat antar kelurahan di Kota
Malang. Keberpihakan pemerintah daerah perlu
ditingkatkan untuk mengembangkan wilayahwilayah tertinggal sehingga wilayah-wilayah
tersebut dapat tumbuh dan berkembang secara lebih
cepat
dan
dapat
mengejar
ketinggalan

Wiwin Purnomowati

dan Ismini

pembangunan. Hal yang dapat dilakukan adalah
membangun wilayah-wilayah tertinggal melalui
peningkatan produktivitas dan pemberdayaan
masyarakat, meningkatkan keterkaitan antara
wilayah tertinggal dengan wilayah-wilayah pusat
kota serta mengelola dan mengendalikan
pemanfaatan sumber daya yang ada. Untuk itu,
perlu didukung dengan adanya skema pemberian
dana anggaran, termasuk jaminan pelayanan publik.
Konsep Smart City Mendukung Pengembangan
Pariwisata di Kota Malang
Kepariwisataan merupakan sektor kegiatan
yang sangat strategis, terbukti banyak negara yang
menempatkan penyelenggaraan pariwisata sebagai
sektor perdagangan jasa andalan dalam perolehan
devisa dan penggerak perekonomian masyarakat.
Hal ini sangat beralasan sebab sektor pariwisata
sebagai industri jasa yang tidak memiliki
keterbatasan (borderless) seperti :
1. Tidak dapat dibatasi dengan wilayah
2. Tidak ada pembatasan quota produk
3. Tidak ada keterbatasan bahan baku/tidak habis
dikonsumsi
4. Tidak termasuk dalam katagori industri padat
modal
Salah satu misi Walikota Malang tahun
2013-2018 adalah “membangun kota Malang
sebagai tujuan wisata yang aman, nyaman dan
berbudaya ”. Dalam upaya menjadikan Kota Malang
sebagai salah satu tujuan wisata, maka perlu ada
upaya peningkatan citra Kota Malang sebagai Kota
Pariwisata. Selama ini pencitraan kota pariwisata
dinilai masih belum optimal, meskipun jumlah
wisatawan baik lokal mapun asing mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Belum optimalnya
pencitraan tersebut terkait dengan beberapa isu
diantaranya: (a) Sektor pariwisata merupakan sektor
yang sangat diharapkan oleh pemerintah Kota
Malang untuk menjadi motor penggerak roda
perekonomian, sampai saat ini masih kalah
perannya dibanding sektor industri dan pendidikan;
(b) Citra Kota Malang sebagai kota pariwisata
sudah terbangun sejak dulu, namun pariwisata
masih cenderung diartikan secara sempit, sehingga
wisata belanja, wisata kuliner bahkan wisata
pendidikan masih belum dipromosikan secara
optimal.
Oleh karena itu, dalam upaya menjadikan
Daerah Tujuan Wisata (DTW) unggulan, Kota

69

Malang terus melakukan berbagai strategi
pengembangan
industri
pariwisata
melalui
pengembangan kawasan wisata belanja atau
souvenir, seperti pusat perbelanjaan, baik yang
bersifat tradisional maupun modern yang tersebar di
berbagai penjuru Kota Malang. Pemerintah Kota
Malang juga membangun strategi pemasaran
pariwisata baru melalui pengembangan potensi
wisata MICE (Meeting, Incentive and Exhibition).
Untuk membangun kota wisata yang
nyaman bagi wisatawan, maka perlu penyediaan
sarana dan prasarana infrastruktur yang memadai,
jalan bebas banjir dan macet, parkir nyaman,
peningkatan kualitas pelayanan
dari semua
stakeholder pariwisata, ketersediaan produk lokal
sebagai oleh-oleh khas Malang, lingkungan yang
bersih dengan udara segar, dan tersedia pusat
informasi wisata. Semua kebutuhan ini bisa
terpenuhi jika Pemerintah daerah memiliki
komitmen yang kuat untuk mewujudkan Kota
Malang sebagai daerah tujuan wisata. Penanganan
pariwisata seharusnya tidak dibebankan pada Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata semata, namun juga
menjadi tanggungjawab multi SKPD, seperti :
- Dinas Pekerjaan Umum : penyediaan sarana
infrastruktur yang memadai
- Badan Lingkungan hidup : pemenuhan ruang
terbuka hijau (RTH) 30%
- Dinas Kebersihan dan Pertamanan : kebersihan
dan keindahan kota
- Dinas Informasi dan Komunikasi : penyediaan
internet, intranet dan sarana infrastruktur telematika
untuk memudahkan akses informasi bagi wisatawan
- Dinas Koperasi dan UKM : pemberdayaan UKM
- Dinas perindustrian dan Perdagangan : masalah
perijinan usaha
- Dinas Perhubungan : perparkiran, terminal dan
angkutan kota yang nyaman
- Dinas pasar : kebersihan dan kenyamanan pasar
sebagai salah satu tujuan wisata belanja, penataan
dan pembinaan PKL.
- Dinas Pendidikan : penyedia wisata pendidikan,
termasuk juga menjadi tanggung jawab Perguruan
Tinggi
Potensi kepariwisataan Malang Raya sudah
tidak diragukan lagi keberadaannya. Malang Raya
merupakan tujuan wisata unggulan bagi propinsi
Jawa Timur. Malang Raya yang meliputi tiga
daerah administrasi yaitu Kabupaten Malang, Kota
Malang, dan Kota Batu. Ketiga kawasan tersebut
membawa visi dan misi masing-masing dalam

70

cakupan wilayah administrasi dan kalau dilihat dari
Kebijakan
Rencana
Induk
Pengembangan
Pariwisata dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Propinsi fungsi pariwisatanya maka Kota Malang
merupakan pusat akomodasi, Kabupaten Malang
merupakan pusat Wisata Budaya dan Laut,
sedangkan Kota Batu merupakan pusat wisata alam
pegunungan dan wisata konvensi.
Selama ini Kota Malang lebih merupakan
daerah penopang (feeder ) bagi aktivitas wisata di
kawasan Malang Raya yaitu menjadi penyedia jasa
perdagangan yang berupa supermarket, pasar dan
pusat Perdagangan dan juga penyedia jasa
akomodasi. Hal tersebut disebabkan karena secara
umum Kota Malang tidak memiliki objek wisata
dan daya tarik unggulan yang secara umum dan
nasional dikenal secara spesifik. Oleh karena itu
konsep pengembangan pariwisata Kota Malang
akan lebih difokuskan pada penataan dan
mengembalikan citra kota sebagai kota yang sejuk,
asri, dan hijau yang ditopang dengan vegetasi
pelindung dan dihiasi berbagai bunga sebagai
pelengkapnya.
Besarnya potensi pariwisata di Kota
Malang mempunyai multiplayer effect terhadap
aktivitas ekonomi dan pertumbuhan ekonomi Kota
Malang terutama pada sektor perdagangan, Hotel,
dan restoran. Sektor inilah yang menikmati dampak
positif dari banyaknya wisatawan yang datang ke
Kota Malang. Kondisi ini bisa dilihat dari besarnya
peran sektor perdagangan, hotel, dan restoran
terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Malang.
Bahkan kontribusi sektor ini terhadap PDRB Kota
Malang adalah yang terbesar, yaitu sebesar 38,51%
di tahun 2011.
Konsep smart city yang diimplementasikan
dengan baik akan mendukung pengembangan
pariwisata di Kota Malang. Hal ini bisa dijelaskan
dari dimensi smart city berikut ini :
-Ekonomi pintar : pemberdayaan masyarakat
termasuk UMKM dan koperasi akan mendorong
inovasi dan meningkatkan kualitas serta daya saing
mereka.
-Mobilitas
pintar
:
Dengan
ketersediaan
sarana/prasarana transportasi dan infrastruktur yang
memadai akan meningkatkan kualitas hidup
masyarakat dan sekaligus dapat mengundang
investor, mendorong pengembangan pariwisata, dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Jurnal JIBEKA Volume 8 No 1 Februari 2014

-Masyarakat pintar : Kemudahan akses modal dan
pelatihan-pelatihan
bagi
UMKM
dapat
meningkatkan kemampuan dan ketrampilan mereka
dalam mengembangkan usahanya, sehingga
diharapkan UMKM bisa menghasilkan produk
unggulan yang bisa menjadi salah satu daya tarik
bagi wisatawan.
-Lingkungan pintar : 30% lahan perkotaan harus
difungsikan untuk ruang terbuka hijau (baik privat
maupun publik), sehingga wisatawan bisa
menikmati kesejukan udara Kota Malang kembali.
-Cerdas hidup : kualitas pendidikan yang baik
adalah jaminan atas kualitas budaya, dan atau
budaya yang berkualitas merupakan hasil dari
pendidikan yang berkualitas. Sebagai kota
pendidikan, banyak kebijakan maupun program
yang telah diambil pemerintah Kota Malang guna
meningkatkan kualitas pendidikan. Banyaknya
lembaga pendidikan baik negeri maupun swasta di
Kota Malang menjadikan Kota ini sebagai tujuan
wisata pendidikan.
-Pemerintahan yang cerdas : salah satu permsalahan
pembangunan Kota Malang adalah terjadinya
kesenjangan
pembangunan
antar
wilayah.
Pemerintahan yang cerdas akan mengurangi
kesenjangan antarkecamatan dan kelurahan dan
akan mengembangkan wilayah-wilayah tertinggal
sehingga wilayah-wilayah tersebut dapat tumbuh
dan berkembang secara lebih cepat dan dapat
mengejar ketinggalan pembangunan. Dengan
pemerataan pembangunan di semua wilayah bisa
menjadi daya tarik bagi wisatawan.

Kesimpulan
Dari arah pembangunan jangka panjang
Kota Malang nampak bahwa pemerintah daerah
telah mempersiapkan SDM dan Iptek untuk
mewujudkan Kota Malang sebagai smart city (kota
pintar). Namun
pengertian smart city yang
diimplementasikan
Kota
Malang
lebih
menitikberatkan pada pemanfaatan teknologi
informasi untuk meningkatkan pelayanan pada
masyarakat, berarti konsep ini lebih tepat disebut
sebagai digital city. Beberapa program yang telah
dilaksanakan Pemerintah Daerah yang dianggap
untuk mewujudkan Kota Malang sebagai smart city,
yaitu : peluncuran 65 area hot spot, pelatihan
jardiknas dan bimtek electronic mail oleh Dinas
pendidikan, gerakan Malang Go Open Source,
Malang Cyberpark di alun-alun Kota Malang dan

Wiwin Purnomowati

dan Ismini

penerapan E-Government dalam meningkatkan
pelayanan publik. Semua program tersebut lebih
tepat dikatakan sebagai program-program untuk
mewujudkan Malang kota digital (digital city).
Sementara program-program yang bisa
dilakukan untuk mewujudkan Malang smart city
antara lain adalah pemberdayaan masyarakat
termasuk UMKM dan koperasi, penyediaan sarana
dan prasarana transportasi dan infrastruktur yang
memadai, peningkatan kualitas pelayanan publik,
pemenuhan RTH 30% dan lain-lain
Untuk membangun kota wisata yang
nyaman bagi wisatawan, maka perlu penyediaan
sarana dan prasarana infrastruktur yang memadai,
jalan bebas banjir dan macet, parkir nyaman,
peningkatan kualitas pelayanan
dari semua
stakeholder pariwisata, ketersediaan produk lokal
sebagai oleh-oleh khas Malang, lingkungan yang
bersih dengan udara segar, dan tersedia pusat
informasi wisata. Semua kebutuhan ini bisa
terpenuhi jika konsep smart city diimplementasikan
dengan baik dan jika Pemerintah daerah memiliki
komitmen yang kuat untuk mewujudkan Kota
Malang sebagai daerah tujuan wisata. Penanganan
pariwisata seyogyanya tidak dibebankan pada Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata semata, namun juga
menjadi tanggungjawab multi SKPD, seperti :
Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Koperasi dan UKM,
Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Informasi
dan Komunikasi, Dinas Perhubungan.

DAFTAR PUSTAKA
1.

2.

3.

A. Mohammad BS. 2012. Cara Jembrana
menjadi
Digital
City.
Diunggah
di
http://chinmi.wordpress.com/2010/07/13/carajembrana-menjadi-digital-city tanggal 5 Juli
2010.
Cahiya. 2013. Empat Kota Pintar di Dunia.
Diunggah di http://cahiya.com/empat-kotapintar-di-dunia-bagian-1/ tanggal 14 Pebruari
2013.
Deakin M (2007). "From city of bits to e-topia:
taking the thesis on digitally-inclusive
regeneration full circle". Journal of Urban
Technology 14 (3): 131–143.

71

4.

Florida R.L.(2009). "Class and WellBeing". Retrieved 17 March 2009,7:38am
EDT.
5.
Hollands, R. G (2008). "Will the real smart
city please stand up?". City 12 (3): 303–320.
6.
Miles, M. B. dan Huberman, M.
1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan
oleh Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI Press.
7.
Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosda karya.
8.
Nijkamp. P (2008). "E pluribus
unum". Research Memorandum, Faculty of
Economics (Amsterdam: VU University
Amsterdam).
9.
Paskaleva, K (25 January 2009).
"Enabling the smart city: The progress of e-city
governance in Europe". International Journal
of Innovation and Regional Development.
10.
Rachmatunisa. 2012. Smart City di
Indonesia?
Bukan
mengawang-awang.
Detikinet. Diunggah tanggal 20 Nopember
2012.
11.
Surya Online, 2013. Pendidikan
Kota Malang Sarat Keluhan Biaya Mahal.
Surya online. Diunggah tanggal 28 Pebruari
2013.