KONSEP TEORI KEBUTUHAN dasar manusia

KONSEP TEORI KEBUTUHAN
A. DEFINISI OKSIGENASI
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktifitas berbagai organ
atau sel. Oksigen (O2) adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam metabolisme
untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel-sel tubuh dan jaringan tubuh karena oksigen
diperlukan untuk proses metabolisme tubuh secara terus menerus.
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen kedalam sistem tubuh (kimia atau fisika).
Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam
metabolisme sel. Sebagai hasilnya terbentuklah karbondioksida, energi dan air. Akan tetapi
penambahan karbondioksida yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan
dampak negatif terhadap aktivitas sel.
Oksigenisasi adalah pemberian tambahan aliran gas oksigen lebih dari 20 % pada
tekanan/Atm. Sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam darah pada kondisi klien yang
membutuhkan.
Oksigenisasi adalah pemasangan oksigen yang diberikan pada klien untuk mengatasi
masalah pernapasan. Misalnya pada penderita asma, bronkopneumonia, klien tidak sadar,
klien penyakit jantung, dll.
B. SISTEM TUBUH YANG BERPERAN DALAM OKSIGENASI
1. SALURAN PERNAPASAN BAGIAN ATAS (A.Aziz Alimul H,2009:hal 2)
a. Rongga Hidung

Rongga hidung merupakan jalan masuk oksigen untuk pernapasan dan jalan untuk
keluarnya karbondioksida dan uap air sis pernapasan. Di dalam rongga hidung terjadi
proses penyaringan udara oleh silia dan pelembaban udara oleh lendir agar sesuai
dengan suhu tubuh kita.
b. Faring
Faring berbentuk seperti tabung corong yang terletak di belakng rongga hidung dan
mulut. Faring berfungsi sebagai jalan masuknya udara dan makanan. Selain itu faring
juga berfungsi sebagai ruang getar untuk menghasilkan suara.
Faring terbagi menjadi 3 bagian yaitu:
1) Nasofaring: faring yang terletak di belakang hidung mulai dari dasar
tenggorokan hingga dasar anak tekak atau uvula.
2) Orofaring: faring yang terletak dibelakang rongga mulut, yaitu dari uvula
hingga epiglotis.

3) Laringo faring: terletak di bagian belakang orofaring di ruas vertebra servical ke
enam. Laringofaring merupakan saluran terakhir dari saluran pernapasan.
c. Laring
Laring terdapat diantara faring dan trakea. Dinding laring tersusun dari sembilan buah
tulang rawan. Salah satu tulang rawan tersusun dari lempeng kartilago hialin yang
menyatu dan membentuk segitiga. Bagian ini disebut jakun. Di dalam laring terdapat

epiglotis dan pita suara. Epiglotis merupakan kartilago elastis yang berbentuk sepertid
aun. Epiglotis dapat membuka dan menutup. Pada saat menelan makanan epiglotis
menutup sehingga makanan tidak jatuh ke tenggorokan

tetapi menuju ke

kerongkongan, begitu pula sebaliknya. Pita suara merupakan selaput lendir yang
berbentuk da pasang lipatan dan dapat bergetar menghasilkan suara.
2. SALURAN PERNAPASAN BAGIAN BAWAH (A.Aziz Alimul H,2009:hal 2)
a. Trakea (Batang Tenggorokan)
Trakea terbentuk seperti pipa yang memanjang di bagian leher dan rongga dada.
Trakea tersusun dari cincin tulang rawan dan otot polos. Dinding bagian trakea
tersusun dar sel epitel berambut (silia) dan selaput lendir. Trakea bercabang dua yaitu
satu menuju paru-paru kiri dan yang lain menuju paru-paru kanan. Cabang trakea
disebut bronkus.
b. Bronkus
Bronkus merupakan bagian yang menghubungkan paru-paru dengan trakea. Bronkus
terdapat di paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Cabang bronkus ke sebelah kiri lebih
mendatar dibandingkan dengan cabang bronkus ke sebelah kanan. Hal ini merupakan
penyebab mengaa paru-paru kanan lebih mudah diserang penyakit dibandingkan

dengan paru-paru kiri. Setiap bronkus terdiri dari lempengan tulang rawan dan
dindingnya terdiir dari otot halus. Bronkus bercabang-cabang lagi disebut dengan
bronkiolus. Dinding bronkiolus tipis dan tidak bertulang.
c. Paru-Paru (Pulmo)
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas. Rongga dada dan rongga perut
dipisahkan oleh sekat diafragma. Paru-paru terbagi menjadi 2 bagian yaitu paru-paru
kanan dan kiri. Paru-paru kanan terdiri dari 3 lobus dan paru-paru kiri terdiri dari 2
lobus. Paru-paru terbungkus oleh selaput tipis yang disebut dengan pleura. Di dalam
paru-paru masing-masing bronkus bercabang membentuk bronkiolus. Selanjutnya
bronkiolus bercabang menjadi pembuluh halus yang berakhir pada gelembung paru-

paru yang disebut dengna alveolus. Di dalam alveolus terjadi proses difusi oksigen
dengan karbondioksida.
C. FISIOLOGI OKSIGENASI (A.Aziz Alimul H,2009:hal 5)
a. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam
alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1) Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer.
2) Adanya kondisi jalan napas yang baik dan bersih.
3) Sistem saraf pusat dan sistem pernapasan yang utuh.

4) Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru dalammelaksanakan
ekspansi atau kembang kempis.
Pusat pernapasan, yaitu medulla oblongata dan pons, dapat dipengaruhi oleh
ventilasi. Hal tersebut CO2 memiliki kemampuan merangsang pusat pernapasan.
Peningkatan CO2 dalam batas 60mmHg dapat dengan baik merangsang pusat
pernapasan. Bila PaCO2 ≤80 mmHg, maka dapat menyebabkan depresi pusat
pernapasan.
b. Difusi
Setelah oksigen memasuki alveolus, proses pernapasan berikutnya adalah difusi
oksigen dari alveolus ke pembuluh darah pulmoner. Difusi merupakan pertukakaran
antara O2 dari elveoli ke kapiler paru dan CO 2 dari kapiler ke alveoli. Kecepatan
difusi dapat dipengaruhi oleh ketebalan membran. Klien yang mengalami odema
pulmonar atau efusi pulmonar membran mengakibatkan proses difusi yang lambat,
pertukaran gas pernapasan yang lambat dan menganggu proses pengiriman oksigen
ke jaringan.
Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1. Luasnya permukaan paru-paru
2. Tebal membran respirasi atau permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial.
3. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2.

4. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat hemoglobin.
c. Transportasi

Tahap ketiga pada proses pernapasan adalah transport gas-gas pernapasan. Pada
proses ini, oksigen diangkut dari paru-paru menuju jaringan dan karbon dioksida
diangkut dari jaringan kembali menuju paru.
1. Transpor O2 :
Sistem transportasi oksigen terdiri dari sistem paru dan sistem
kardiovaskular. Proses pengantaran ini tergantung pada jumlah oksigen yang
masuk ke paru-paru (ventilasi), aliran darah ke paru-paru dan jaringan (perfusi),
kecepatan difusi dan kapasitas membawa oksigen. Kapasitas darah untuk
membawa oksigen dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang larut dalam plasma,
jumlah hemoglobin dan kecenderungan hemoglobin untuk berikatan dengan
oksigen (Ahrens, 1990).
Jumlah oksigen yang larut dalam plasma relatif kecil, yakni hanya sekitar
3%. Sebagian besar oksigen ditransportasi oleh hemoglobin. Hemoglobin
berfungsi sebagai pembawa oksigen dan karbon dioksida. Molekul hemoglobin
dicampur dengan oksigen untuk membentuk oksi hemoglobin. Pembentukan oksi
hemoglobin dengan mudah berbalik (revesibel), sehingga memungkinkan
hemoglobin dan oksigen berpisah, membuat oksigen menjadi bebas. Sehingga

oksigen ini bias masuk ke dalam jaringan.

2. Transpor CO2
Karbon dioksida berdifusi ke dalam sel-sel darah merah dan dengan cepat
di hidrasi menjadi asam karbonat(H2CO3 ) akibat adanya anhidrasi karbonat.
Asam karbonat kemudian berpisah menjadi ion hydrogen (H +) dan ion bikarbonat
(HCO3-) berdifusi dalam plasma. Selain itu beberapa karbon dioksida yang ada
dalam sel darah merah bereaksi dengan kelompok asam amino membentuk
senyawa karbamino. Reaksi ini dapat bereaksi dengan cepat tanpa adanya enzim.
Hemoglobin yang berkurang (deoksihemoglobin) dapat bersenyawa dengan

karbon dioksida dengan lebih mudah daripada oksi hemoglobin. Dengan demikian
darah vena mentrasportasi sebagian besar karbon doiksida.
Tranportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor :
a) Kardiak output dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi denyut jantung.
b) Kondisi pembuluh darah, latihan dan aktivitas seperti olahraga, dll.
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN OKSIGENASI
(A.Aziz Alimul H,2009:hal 7)
1. Saraf Otonom
Rangsangan simpatis dan parasimpatis dapat memengaruhi kemampuan untuk dilatasi

dan konstruksi, hal ini dapat terlihat keduanya baik simpatis maupun parasimpatis ketika
terjadi rangsangan ujung saraf dapat mengeluarkan neurotransmitter (untuk simpatis
dapat mengeluarkan noradrenalin yang berpengaruh pada bronchodilatasi dan untuk
parasimpatis mengeluarkan acetylcolin yang berpengaruh pada bronchokonstriksi) karena
pada saluran pernafasan terdapat adrenergic reseptor dan cholinergic reseptor.
2. Hormonal dan Obat
Semua hormon yang termasuk derivate catecholamine dapat melebarkan saluran
pernafasan, kemudian obat-obatan yang tergolong parasympathic dapat melebarkan
tractus respiratorius, seperti sulfas atropin, extr.belladona dan obat-obatan yang
menghambat adrenergic tipe beta (khususnya beta-2) dapat mempersempit tractus
respiratorius.
3. Alergi Pada Saluran Napas
Banyak faktor yang menimbulkan keadaan alergi antara lain debu, bulu binatang, serbuk
benang sari bunga, kapuk, makanan dan lain-lain.
4. Faktor Perkembangan
Tingkat perkembangan menjadi salah satu faktor penting yang memengaruhi sistem
pernapasan individu.

a) Bayi prematur
Bayi yang baru lahir prematur beresiko menderita penyakit membran hialin yang

ditandai dengan perkembangannya membran serupa hialin yang membatasi ujung
saluran pernapasan. Kondisi ini disebabkan oleh produksi surfaktan yang masih
sedikit karena kemampuan paru dalam menyintesis surfaktan baru berkembang pada
trimester terakhir.
b) Bayi dan anak-anak
Kelompok usia ini beresiko mengalami infeksi saluran napas atas, seperti faringitis,
influenza, tonsillitis, dan aspirasi benda asing (misal makanan, permen, dan lain-lain)
c) Anak usia sekolah dan remaja
Kelompok usia ini beresiko mengalami infeksi saluran napas akut akibat kebiasaan
buruk seperti merokok.
d) Dewasa muda dan paruh baya
Kondisi stress, kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat, kurang berolahraga
merupakan factor yang dapat meningkatkan resiko penyakit jantung dan paru pada
kelompok usia ini
e) Lansia
Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan pada fungsi normal
pernapasan, seperti penurunan elastisitas paru, pelebaran alveolus, dilatasi bronkus,
dan kifosis tulang belakang yang menghambat ekspansi paru sehingga berpengaruh
pada penuruna kadar O².
f) Faktor Lingkungan

Kondisi lingkungan, seperti ketinggian, suhu, serta polusi udara dapat memengaruhi
proses oksigenasi.

1) Suhu.
2) Ketinggian.
3) Polusi.
g) Faktor Fisiologi
1) Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia.
2) Menurunnya kosentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran napas
bagian atas.
3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transpor O 2
terganggu.
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka, dan
lain-lain.
5) Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan,
obesitas, muskulus skeleton yang obnormal, penyakit kronik seperti TBC paru.
h) Faktor Perilaku
1) Nutrisi: misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi
yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang
tinggi lemak menimbulkan arteriosklerosis.

2) Olahraga akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
3) Merokok: nikotin menyebabkan vasonkontriksi pembuluh darah perifer dan
koroner.

4) Substance abuse (alkohol dan obat-obatan): menyebabkan intake nutrisi/Fe
menurunun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi
pusat pernapasan.
5) Kecemasan: menyebabkan metabolisme meningkat.

E. JENIS PERNAPASAN (A.Aziz Alimul H,2009:hal 8)
1. PERNAPASAN EKSTERNAL
Pernapasan eksternal merupakan proses masuknya oksigen dan keluarnya karbondioksida
dari tubuh, sering disebut sebagai pernapasan biasa. Proses pernapasan ini dimulai dari
masukknya oksigen melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas kemudian oksigen
masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli, lalu oksigen akan menembus membran
yang akan diikat oleh Hb sel darah merah dan dibawa ke jantung. Setelah itu sel darah
merah dipompa ke arteri dan di bawa ke seluruh tubuhuntuk kemudian meninggalkan
paru-paru dengan tekanan oksigen 100mmHg. Karbondioksida sebagai hasil buangan
metabolisme menembus membran kapiler alveolar, yakni dari kapiler darah ke alveoli dan
melalui pipa bronkial dikeluarkan melalui hidung.

2. PERNAPASAN INTERNAL
Pernapasan internal merupakan proses terjadinya pertukaran gas antar sel jaringan dengan
cairan sekitarnya yang sering melibatkan proses metabolisme tubuh, atau juga dapat
dikatakan bahwa proses pernapasan ini diawali dengan darah yang telah menjenuhkan Hb
kemudian mengitari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler dn bergerak sangat
lambat. Sel jaringan mengambil oksigen dari Hb dan darah menerima sebagai gantinya,
dan menghasilkan karbondioksida sebagai sisa buangan.

F. PENGUKURAN FUNGSI PARU (A.Aziz Alimul H,2009:hal 9)

Kemampuan faal paru-paru dapat dinilai dari volume dan kapasitas paru-paru. Volume paruparu merupakan volume udara yang mengisi ruangan udara dalam paru-paru, terdiri atas
volume pasang surut (tidal volume-TV), volume cadangan hisap (inspiratory reserve volumeIRV), volume cadangan hembus (expiratory reserve volume-ERV), dan volume sisa (residual
volume-RV), sedangkan kapasitas paru-paru merupakan jumlah dua taua lebih volume paruparu yang terdiri atas kapasitas hisap (inspiratory capasity-IC), kapasitas cadangan
fungsional (functional reserve capacity-FRC), kapasitas vital ( vital capacity-KV) dan jumlah
keseluruhan volume udara yang ada di dalam paru-paru (total lung capacity-TLC).
1. Volume Paru-Paru
a) Volume pasang surut merupakan jumlah udara keluar masuk paru-paru pada saat
terjadi pernapasan biasa. Pada orang sehat, besarnya voume pasang surut rata-rata
500cc.
b) Volume cadangan hisap merupakan jumlah udara yang masih bisa di hirup secara
maksimal setelah menghirup udara pada pernapasan biasa. Pada orang dewasa
besarnya volume cadangan hisap yaitu 3000 cc.
c) Volume cadangan hembus merupakan jumlah udara yang masih bisa dihembuskan
secara maksimal setelah menghembuskan udara pada pernapasan biasa. Pada orang
dewasa volume cadangan hembus mencapai 1100 cc.
d) Volume sisa merupakan jumlah udara yang masih tertinggal di dalam paru-paru
meskipun telah menghembuskan napas secara maksimal. Pada orang dewasa nilai
volume sisanya adalah 1200 cc.
2. Kapasiats Paru-Paru
a) Kapasitas hisap merupakan jumlah volume pasang surut dan volume cadangan hisap.
b) Kapasitas cadangan fungsional meruakan jumlah dari volume cadangan hembus
dengan volume sisa.

c) Kapasitas vital merupakan jumlah dari volume cadangan hembus, volume pasanga
surut dan volume cadangan hisap.
d) Jumlah keseluruhan volume udara yang ada di dalam paru-paru terdiri atas volume
asang surut, volume cadangan hisap, volume cadangan hembus, dan volume sisa.

G. MASALAH KEBUTUHAN OKSIGENASI (A.Aziz Alimul H,2009:hal 10)
1. HIPOKSIA
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam
tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen dalam tingkat sel,
ditandai dengan warna kebiruan di kulit (sianosis). Secara umum terjadinya hipoksia
disebabkan menurunnya kadar Hb, menurunnya difusi oksigen dari alveoli ke dalam
darah, menurunnya perfusi jaringan serta gangguan ventilasi yang dapat menurunkan
konsentrasi oksigen.
2. PERUBAHAN POLA NAPAS
a) Takipnea, merupakan pernapasan yang memiliki frekuensi lebih dari 24x/menit.
Proses ini terjadi karena paru-paru dalam keadaan atelekraksis atau terjadinya emboli.
b) Bradipnea, merupakan pola pernapasan yang lambat dan kurang dari 10x/menit. Pola
ini dapat ditemukan dalam keadaan peningkatan tekanan intrakranial yang disertai
narkotik atau sedatif.
c) Hiperventilasi, merupakan cara tubuh dalam mengkompensasi peningkatan jumlah
oksigen dalam paru-paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam. Proses ini ditandai
dengan adanya peningkatan denyut nadi, naps pendek, adanya nyeri dada,
menurunnya konsentrasi karbondioksida, dll. Keadaan demikian dapat disebabkan
karena adanya infeksi, keseimbangan asam basa, atau gangguan psikologis.
Hiperventilasi dapat menyebabkan hipokapnea, yaitu berkurangnya karbondioksida

tubuh dibawah batas normal sehingga rangsangan terhadap pusat pernapasan
menurun
d) Kusmaul, merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yang dapat ditemukan pada
orang dalam keadaan asidosis metabolik.
e) Hipoventilasi, merupakan upaya tubuh mengeluarkan karbondioksida dengan cukup
yang dilakukan pada saat ventilasi alveolar serta tidak cukupnya penggunaan oksigen
yang ditandai dengan adanya nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi, atau
ketidakseimvangan elektrolit yang dapat terjad akibat atelektasis, lumpuhnya otototot pernapasan, depresi pusat pernapasan, peningkatan tahanan jalan udara,
penurunan tahanan jaringan paru-paru dan toraks, serta penurunan compliance paruparu dan toraks. Keadaan demikian dapat menyebabkan hiperkapnea, yaitu retensi
karbondioksida dalam tubuh sehingga pCO2 meningkat (akibat hipoventilasi) dan
mengakibatkan depresi susunan saraf pusat.
f) Dispnea, merupakan perasaan sesak dan berat saat pernapasan. Hal ini dapat
disebabkan oleh perubahan kadar gas dalam darah atau jaringan, kerja berat atau
berlebihan dan pengaruh psikis.
g) Cheney Stokes, merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya mula-mula naik,
turun, berhenti, kemudian mulai siklus baru.
h) Orthopnea, merupakan kesulitan bernapas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri
dan pola ini sering ditemukan pada seseorang yang mengalami kongestif paru-paru.
i) Pernapasan paradoksial, merupakan pernapasan yang ditandai dengan pergerakan
dinding paru-paru yang berlawanan arah dari keadaan normal, sering ditemukan pada
keadaan atelektasis.
j) Biot, merupakan pernapasan dengan irama yang mirip dengan cheney stokes, tetapi
amplitudonya tidak teratur. Pola ini sering dijumpai pada rangsangan selaput otak,
takanan intrakranial yang meningkat, trauma kepala, dll.

k) Stridor, merupakan pernapasan bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran
pernapasan. Pola ini pada umumnya ditemukan pada kasus spasme trakea atau
obstruksi laring.

3. OBSTRUKSI JALAN NAPAS
Obstruksi jalan napas (bersihanjalan napas) merupakan kondisi pernapasan yang tidak
normal akibat ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan oleh sekresi yang
kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi, imobilisasi, stasis sekresi, dan batuk tidak
efektif karena penyakit persarafan seperti cerebrovascular accident (CVA), efek
pengobatan sedatif, dll.
Tanda klinis:
1. Batuk tidak efektif
2. Tidak mampu mengeluarkan sekresi pada jalan napas
3. Suara napas menunjukkan adanya sumbatan
4. Jumlah, iaram, kedalaman pernapasan tidak normal.
4. GANGGUAN PERTUKARAN GAS
Gangguan pertukaran gas merupakan kondisi penurunan gas, baik oksigen maupun
karbondioksida antara alveoli paru-paru dan sistem vaskular, dapat disebabkan oleh
sekresi yang kental atau imobilisasi akibat penyakit sistem saraf, depresi susuna saraf
pusat, atau penyakit radang paru-paru. Terjadinya gangguan pertukaran gas ini
menunjukkan kapasitas difusi menurun, antara lain disebabkan oleh penurunan luas
permukaan difusi, penealan membran alveolar kapiler, terganggunya pengangkutan
oksigen dari paru-paru ke jaringan akibat rasio ventilasi perfusi tidak baik, anemia,
keracunan karbondioksida, dan terganggunya aliran darah.

Tanda klinis:
1. Dispnea pada usaha napas
2. Bernapas dengan bibir pada fase ekspirasi yang panjang
3. Agitasi
4. Lelah, letargi
5. Meningkatnya tahanan vaskular paru-paru
6. Menurunnya saturasi oksigen, meningkatnya pCO2
7. Sianosis.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG (A.Aziz Alimul H,2009:hal 17)
1. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Selain pemeriksaan laboratorium Hb, leukosit dan lain-lain yang dilakukan secara rutin,
juga dilakuka pemeriksaan sputum guna melihat kuman dengan cara mikroskopis. Uji
resistensi dapat dilakukan secara kultur untuk melihat sel tumor dengan menggunakan
pemeriksaan sitologi. Bagi klien yang menerima pengobatan dalam jangka waktu lama
harus dilakukan pemeriksaan sputum secara periodik
2. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Rongent Thorax. Pelapisan yang dapat dilakukan, misalnya untuk melihat lesi paruparu pada penyakit tuberkulosis, mendeteksi adanya tumor, benda asing,
pembengkakan paru-paru, prenyakit jantung dan untuk melihat struktur yang
abnormal. Juga penting untuk melengkapi pemeriksaan fisik dengan gejala tidak jelas,

sehingga dapat menentukan besarnya kelainan, lokasi dan keadaannya, misalnya
kelainan jaringan tulang pada dinding toraks, diafragma yang abnormal, kemapuan
berkembang diafragma pada waktu respirasi, dan keadaan abnormal posisi jantung.
Ukuran jantung dan sekitarnya, trakeobronkial yang abnormal, penebalan pleura dan
cairan pleura, keadaan abnormal dari ukuran paru-paru serta distribusi yang abnormal
dari arteri dan vena pulmonalis.
b. Fluoroskopi.

Pemeriksaan

ini

dilakukan

untuk

mengetahui

mekanisme

kardiopulmonum, misalnya kerja jantung, diafragma dan kontraksi paru-paru.
c. Bronkografi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat secara visual bronkus sampai
dengan cabang bronkus pada penyakit gangguan bronkus atau kasus displacement
dari bronkus.
d. Angiografi. Pemeriksaan ini membantu menegakkan diagnosis tentang keadaan paruparu, emboli atau tumor paru-paru, aneurisma, emfisema, kelainan kongenital dan
lain-lain.
e. Endoskopi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melakukan diagnostik dengan cara
mengambil sekret untuk pemeriksaan, melihat lokasi kerusakan, biopsi jaringan,
untuk pemeriksaan sitologi, mengetahui adanya tumor, melihat letak terjadinya
perdarahan, untuk terapeutik, misalnya mengambil benda asing dan menghilangkan
sekret yang menutupi lesi.
f. Radio Isotop. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai lobus paru-paru, melihat
adanya emboli paru-paru. Ventilasi scaning untuk mendeteksi ketidaknormalan
ventilasi, misalnya pada emfisema. Scaning galium untuk mendeteksi peradangan
pada paru-paru. Pada keadaan normal, paru-paru hanya menerima sedikit atau sama
sekali tidak ada gallium yang lewat, tetapi gallium sangat banyak terdapat pada
infeksi.
g. Mediastinoskopi. Merupakan endoskopi mediastinum untuk melihat penyebaran
tumor. Mediastinostomi bertujuan untuk memeriksa mediastinum bagian depan dan
menilai aliran limpa paru-paru, biasanya dilakukan pada penyakit saluran pernapasan
bagian atas.
I. PENATALAKSANAAN GANGGUAN PEMENUHAN OKSIGENASI

1. Penatalaksanaan Medis
a. Pemantauan Hemodinamika
b. Pengobatan bronkodilator
c. Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh dokter, misal:
nebulizer, kanula nasal, masker untuk membantu pemberian oksigen jika diperlukan.
d. Penggunaan ventilator mekanik
e. Fisoterapi dada
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
1) Pembersihan jalan nafas
2) Latihan batuk efektif
3) Pengisapan lendir
4) Jalan nafas buatan.
b. Pola Nafas Tidak Efektif
1) Atur posisi klien ( semi fowler )
2) Pemberian oksigen
3) Teknik bernafas dan relaksasi.
c. Gangguan Pertukaran Gas
1) Atur posisi klien ( posisi fowler )
2) Pemberian oksigen
3) Pengisapan lendir.

TINJAUAN TEORI ASKEP KEBUTUHAN DASAR

1. PENGKAJIAN
a. Riwayat keperawatan
Pengkajian riwayat keperawatan pada masalah kebutuhan oksigen meliputi ada atau
tidaknya riwayat pernapasan (gangguan hidung dan tenggorokan), seperti epistaksis
( kondisi akibat luka atau kecelakaan, penyakit rematik akut, sinusitis akut, hipertensi,
gangguan pada sistem peredaran darah dan kanker ), obstruksi nasal ( kondisi akibat
polip, hipertropi tulang hidung, tumor dan influenza ), dan keadaan lain yang
menyebabkan gangguan pernafasan. Pada tahap pengkajian keluhan atau gejala, hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah keadaan infeksi kronis dari hidung, sakit pada daerah
sinus, otitis media, keluhan nyeri pada tenggorokan, kenaikkan suhu tubuh hingga

sampai 38,50C, sakit kepala, lemas, sakit perut hingga muntah-muntah ( pada anakanak ), faring berwarna merah, dan adanya odema (Aziz Alimul Hidayat, 2009).
Pada tahap pengkajian kita harus mengkaji hal-hal seperti (NANDA, 2013):
1) Faktor yang berhubungan: nyeri dada, batuk tidak efektif, mukus kental, serta
kelelahan
2) Frekuensi napas, kedalaman napas, upaya pernapasan, auskultasi penurunan atau
ketiadaan ventilasi dan auskultasi suara napas
3) Nilai gas darah arteri.

b. Pola batuk dan produksi sputum
Tahap pengkajian pada batuk dilakukan dengan cara menilai apakah batuk termasuk
batuk kering, keras, dan kuat dengan suara mendesing, berat, dan berubah-ubah seperti
kondisi klien yang mengalami penyakit kanker. Juga dilakukan pengkajian apakah klien
mengalami sakit pada bagian tenggorokan saat batuk kronis dan produktif serta saat
dimana klien sedang makan, merokok, atau saat malam hari. Pengkajian terhadap
lingkungan tempat tinggal klien (apakah berdebu, penuh asap, dan adanya
kecenderungan mengakibatkan alergi) perlu dilakukan. Pengkajian sputum dilakukan
dengan cara memeriksa warna, kejernihan, dan apakah bercampur darah terhadap
sputum yang dikeluarkan oleh klien.
c. Sakit dada
Pengkajian pada sakit dada dilakukan untuk mengetahui bagian yang sakit, luas,
intensitas, faktor yang menyebabkan rasa sakit, perubahan nyeri dada apabila posisi
klien berubah, serta ada atau tidaknya hubungan antara waktu inspirasi dan ekspirasi
dengan rasa sakit.
d. Pengkajian fisik


Inspeksi : pengkajian ini meliputi : pertama, penentuan tipe jalan napas, seperti
menilai apakah napas spontan melalui hidung, mulut, oral, nasal, atau
menggunakan selang endotrakeal atau tracheostomi, kemudian menentukan status
kondisi seperti kebersihan, ada atau tidaknya sekret, perdarahan, bengkak, atau
obstruksi mekanik ; kedua, penghitungan frekuensi pernapasan dalam waktu 1
menit ( umumnya, wanita bernapas sedikit lebih cepat. Apabila kurang dari
10x/menit pada orang dewasa, kurang dari 20x/menit pada anak-anak, atau kurang

dari 30x/menit pada bayi, maka disebut sebagai bradipnea atau pernapasan lambat.
Gejala ini juga dijumpai pada keracunan obat golongan barbiturate, uremia,
diabetes, miksedema dan proses desak ruang intrakranium. Bila lebih dari
20x/menit pad orang dewasa, kurang dari 30x/menit pada anak-anak atau kurang
dari 50x/menit pada bayi, maka disebut sebagai takipnea atau pernapasan cepat.);
ketiga pemeriksaan sifat pernapasan, yaitu torakal, abdominal, atau kombinasi
keduanya ( pernapasan torakal atau dada adalah mengembang atau mengempisnya
rongga torakal sesuai dengan irama inspirasi dan ekspirasi. Pernapasan abdominal
atau perut adalah siramanya inspirasi dengan mengambangnya perut dan ekspirasi
dengan mengempisnya perut. Selain itu, mengembang dan mengempisnya paruparu juga diatur oleh pergerakan diafragma. Pernapasan pada laki-laki adalah
abdominal, sedangkan pada anak adalah abdominal atau torakoabdominal, karena
otot interkosta pada neonates masih lemah, untuk kemudian berkembang. Pada
wanita, pernapasan yang umum adalah pernapasan torakal.); keempat, pengkajian
irama pernafasan, yaitu dengan menelaah masa inspirasi dan ekspirasi ( pada orang
dewasa yang sehat, irama pernafasannya teratur dan menjadi cepat jika terjadi
pengeluaran tenaga dalam keadaan terangsang atau emosi. Kemudian, yang perlu
diperhatikan pada irama pernapasan adalah perbandingan antara inspirasi dan
ekspirasi pada keadaan normal, ekspirasi lebih lama daripada inspirasi, yaitu 2 : 1.
Ekspirasi yang lebih pendek dari inspirasi terjadi pada orang yang mengalami sesak
napas. Dalam keadaan normal, perbandingan antara frekuensi pernapasan dengan
frekuensi nadi adalah 1:1, sedangkan pada keracunan obat golongan barbiturate
perbandingannya menjadi 1:6. Penyimpanan irama pernapasan, seperti pernapasan
kusmaul dijumpai pada keracunan alkohol, obat bius, diabetes, uremia, dan proses
desak ruang instrakarnuim. Pernapasan biot ditemukan pada klien kerusakan otak.
Pernapasan cheyne stokes dapat ditemui pada klien keracunan obat bius, penyakit
jantung, penyakit paru, penyakit ginjal kronis, dan pendarahan pada susunan saraf
pusat.); kelima, pengkajian terhadap dalam/ dangkalnya pernapasan (pada
pernapasan yang dangkal, dinding torak tampak hampir tidak bergerak. Gejala ini
timbul jika terdapat empisema/ jika pergerakan dinding torak menimbulkan rasa
sakit dan juga jika pada rongga toraks terjadi peruses desak ruang, seperti

penurunan cairan dalam rongga pleura dan erikardium serta konsolidasi yang
dangkal dan lambat).


Palpasi : pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi kelainan, seperti nyeri tekan
yang dapat timbul akibat luka, peradangan setempat, metastasis tumor ganas,
pleuritis, atau pembengkakan dan benjolan pada dada. Palpasi dilakukan untuk
menentukan besar, konsistensi, sushu, apakah dapat atau tidak digerakkan dari
dasarnya. Melalui palpasi dapat diteliti gerakan dinding toraks pada saat inspirasi
dan ekspirasi terjadi. Cara ini juga dapat dilakukan dari belakang dengan
meletakkan kedua tangan pada kedua sisi tulang belakang. Jika pada puncak paru
terdapat fibrosis, proses tuberculosis, atau suatu tumor, maka tidak akan ditemukan
pengembangan bagian atas pada toraks. Kelainan pada paru, seperti getaran suatu
atau femritus vocal, dapat dideteksi bila terdapat getaran sewaktu pemeriksaan
meletakkan tangannya pada dada klien ketika ia berbicara. Fremitus vocal yang
jelas mengeras dapat disebabkan oleh konsolidasi paru seperti dada pneumonia
lobaris, dengan bronkus yang utuh dan tidak tersumbat, kavitasi yang letaknya
dekat permukaan paru. Fremitus vocal menjadi lemah atau hilang sama sekali jika
rongga pleura berisi air, darah, nanah atau udara, bahkan jaringan pleura menjadi
tebal, bronkus tersumbat, jaringan paru tidak lagi elastic (emfisema)., paru menjadi
fibrosis, dan terdapat kaverna dalam paru yang letaknya jauh dari permukaan.
Getaran yang terasa oleh tangan pemeriksa dapat juga ditimbulkan oleh dahak
dalam bronkus yang bergetar pada waktu inspirasi dan ekspirasi atau oleh
pergeseran antara kedua membran pleura pada pleuritis.



Perkusi : Pengkajian ini bertujuan untuk menilai normal atau tidaknya suara perkusi
paru-paru. Suara perkusi normal adalah suara perkusisonor, yang bunyinya seperti
kata “dug dug”. Suara perkusi lain yang dianggap tidak normal adalah redup,
seperti pada infiltral, konsulidasi dan, efusi pleura. Pekak, seperti bsuara yang
terdengar bila kita memperkusi paha kita, terdapat pada rongga pleura yang terisi
oleh cairan nanah, tumor pada permukaan paru, atau fibrosis paru dengan penebalan
pleura. Hipersonor, bila udara relative lebih padat, ditemukan pada emfisema,
kavitas besar yang letaknya perifer, dan pneumotoraks. Timpani, bunyinya seperti
ucapan “ dang-dang-dang”. Suara ini menunjukkan bahwa di bawah tempat yang

diperkusi terdapat penimbunan udara, seperti pada pneumotoraks dan kavitas dekat
permukaan paru. Batas atas paru dapat ditentukan dengan perkusi pada
supraklavikularis kedua sisi. Bila didapatkan suara perkusi yang kurang sonor,
maka kita harus menafsirkan bahwa bagian atas paru tidak berfungsi lagi, dan
berarti batas paru yang sehat terletak lebih bawah dari biasa. Pada umumnya, hal ini
menunjukkan proses tuberkolosis di puncak paru. Dari belakang, apexs paru dapat
diperkusi di daerah otot trapezius antara otot leher dan pergelangan bahu yang akan
memperdengarkan seperti sonor. Batas bawah paru dapat ditentukan dengan perkusi
dimana suara sonor pada orang sehat dapat didengar sampai iga ke 6 garis
midaksilaris, iga ke 8 garis midaksilaris, dan iga ke 10 garis skapularis. Batas
bawah paru pada orang tua agak lebih rendah, sedangkan pada anak – anak agak
lebih tinggi. Batas bawah meninggi pada proses fibrosis paru, kosulidasi, efusi
pleura, dan asites tumor intra abdominal. Turunnya batas paru didapati pada
empisema dan pnumothorak.\


Auskultasi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai adanya suara napas,
diantaranya suara napas dasar dan suara napas tambahan. Suara napas dasar adalah
suara napas pada orang dengan paru yang sehat, seperti: pertama, suara vesikuler,
ketika suara inspirasi lebih keras dan lebih tinggi nadanya. Bunyi napas vesikuler
yang disertai ekspirasi memnjang terjadi pada empisema. Suara vesikuler dapat
didengar pada sebagian paru; kedua, suara bronchial, yaitu suara yang bisa kita
dengar pada waktu inspirasi dan ekspirasi, bungyinya bisa sama, atau lebih panjang,
antara inspirasi dan ekspirasi terdengar jarak pause atau jeda yang jelas. Suara
bronchial terdengar di daerah trakea di dekat bronkus, dalam keadaan tidak normal
bisa terdengar seluruh daerah paru; ketiga, bronkovaskular, yaitu suara yang
terdengar antara vesikuler dan bronchial, ketika ekspirasi menjadi lebih panjang
hingga hamper menyamai inspirasi. Suara ini lebih jelas terdengar pada manubrium
sternum pada keadaan tidak normal juga terdengar pada daerah lain dari paru.
Suara napas tambahan yaitu suara yang terdengar pada dinding thorax
berasal dari kelainan dalam paru, termasuk bronkus, alveoli, dan pleura. Suara
napas tambahan seperti ronchi yaitu suara yang terjadi dalam bronki karena
penyempitan lumen bronkus. Suara mengii (wheezing) yaitu suara ronchi kering

yang tingggi, terputus nadanya, dan panjang, terjadi pada asma. Suara ronchi
basah yaitu suara berisik yang terputus akibat aliran udara yang menlwati cairan
(ronchi basah, halus, sedang, atau kasar tergantung pada besarnya bronkus yang
terkena dan umumnya terdengar pada inspirasi) sedangkan suara krepitasi adlah
suara seperti hujan rintik – rintik yang berasal dari bronkus, alveoli, atau kapitasi
yang mengandung cairan. Suara ini dapat kita tiru dengan jalan menggeser –
geserkan rambut dengan ibu jari dengan telunjuk dekat telinga. Krepitasi halus
menandakan adanya eksudat dalam alveoli yang membuat alveoli saling
berlekatan, misalnya pada stadium dini pneumonia. Krepitasi kasar, terdengar
seperti suara yang timbul bila kita meniup dalam air. Suara ini terdengar selama
inspirasi dan ekspirasi. Gejala ini dijumpai pada bronchitis sitik.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN (NANDA NIC NOC)
Diagnosis

Ada
Keperawatan
Ketidakefektifan Batuk, batuk tidak efektif,
bersihan

Tidak
Gas darah abnormal

jalan perubahan dalam frekuensi atau

napas.

kedalaman pernapasan, biasanya
disebabkan karena peningkatan
atau membandelnya sekret atau

obstruksi ( misal: aspirasi).
Ketidakefektifan “Penampilan” usaha pernapasan

Takikardia, gelisah,

pola napas.

klien: napas cuping hidung,

batuk tidak efektif,

penggunaan otot aksesorius,

obstruksi atau aspirasi.

pernapasan bibir mencucu, gas
Gangguan

darah abnormal.
Gas darah yang tidak normal,

Batuk tidak efektif,

pertukaran gas.

hipoksia, perubahan status mental.

serta batuk.

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (1980, 1996, 1998)

Definisi: ketidakmampuan untuk membersihkan secret atau obstruksi saluran napas guna
mempertahankan jalan napas yang bersih.
Berhubungan dengan:
Lingkungan: merokok, menghirup asap rokok, dan perokok pasif
Obstruksi jalan nafas: spasme jalan nafas, retensi secret, mukus berlebih, bronki, dan
eksudat di alveoli.
Fisiologi: disfungsi neuromuscular, hyperplasia dinding bronchial, PPOK (penyakit paru
obstuktif kronis), infeksi, asma, jalan nafas alergik (trauma).
Ditandai Dengan:
a. Subjektif:
1) Dispnea
b. Objektif:
1) Suara nafas tambahan (misalnya, rale, crackle, ronki, dan mengi).
2) Perubahan pada irama dan frekuensi pernafasan.
3) Batuk tidak ada atau tidak efektif.
4) Sianosis
5) Kesulitan untuk berbicara
6) Penurunan suara nafas
7) Ortopnea
8) Gelisah
9) Sputum berlebihan
10) Mata terbelalak.

2. Ketidakefektifan pola napas.
Definisi: inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat.
Berhubungan Dengan:
a. Ansietas
b. Posisi tubuh
c. Deformitas tulang
d. Deformitas dinding dada
e. Penurunan energi dan kelelahan
f. Hiperventilasi
g. Sindrom hipoventilasi
h. Kerusakan muskuloskeletal
i. Imaturitas neurologis
j. Disfungsi neuromuskular
k. Obesitas
l. Nyeri
m. Kerusakan persepsi atau kognitif
n. Kelelahan otot-otot pernapasan
o. Cedera medula spinalis.
Ditandai Dengan:
Subjektif: Dispnea, napas pendek

Objektif:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.

Perubahan ekskursi dada
Mengambil posisi tiga titik tumpu (tripod)
Bradipnea
Penurunan tekanan inspirasi-ekspirasi
Penurunan ventilasi semenit
Penurunan kapasitas vital
Napas dalam
Peningkatan diameter anterior-posterior
Napas cuping hidung
Ortopnea
Fase ekspirasi memanjang
Pernapasan bibir mencucu
Kecepatan respirasI
Usia dewasa 14 tahun atau lebih: ≤ 11 atau >24x/menit
Usia 5-14: 25
Usia 1-4 tahun: 30
Bayi: 60
n. Takipnea
o. Rasio waktu
p. Penggunaan otot bantu aksesoris untk bernapas

3. Gangguan pertukaran gas
Definasi: kelebihan atau defisit pada oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida pada
membran alveolar-kapiler.
Berhubungan Dengan:
a. Perubahan membran alveolar kapiler.
b. Ventilasi-perfusi.
Ditandai Dengan:
Subjektif: Dispnea, sakit kepala saat bangun tidur, dan gangguan penglihatan.
Objektif:
a. Gas darah arteri yang tidak normal
b. pH arteri tidak normal
c. Ketidaknormalan frekuensi, irama, dan kedalaman napas
d. Warna kulit tidak normal (pucat atau kehitaman)
e. Konfusi
f. Sianosis
g. Karbondioksida menurun
h. Diaforesis
i. Hiperkapnea
j. Hiperkarbia
k. Hipoksia
l. Iritabilitas
m. Hipoksemia
n. Napas cuping hidung
o. Gelisah

p. Samonolen
q. Takikardia.
4. Perfusi Jaringan (PERIFER), Ketidakefektifan (1980,1998)
Definisi : Penurunan oksigen yang mengakibatkan kegagalan pengantaran nutrisi ke
jaringan pada tingkat kapiler.
Berhubungan dengan :
a. Perubahan kemampuan hemoglobin untuk mengikat oksigen
b. Penurunan konsentrasi hemoglobin dalam darah
c. Keracunan enzim
d. Masalah pertukaran
e. Hipervolemia
f. Hipoventilasi
g. Hipovolemia
h. Kerusakan transport oksigen melalui membrane alveolar dan/atau membran
kapiler
i. Gangguan aliran arteri
j. Gangguan aliran vena
k. Ketidaksebandingan ventilasi dengan aliran darah
Ditandai dengan :
Subjektif : Perubahan sensasi
Objektif :
a. Perubahan karakteristik kulit (misalnya, rambut, kuku, dan kelembapan)
b. Bruit
c. Perubahan tekanan darah pada ekstremitas
d. Klaudikasi
e. Kelambatan penyembuhan
f. Nadi arteri lemah
g. Edema
h. Tanda Hormon positif
i. Kulit pucat saat elevasi; tidak kembali saat tungkai kembali diturunkan
j. Diskolorasi
k. Perubahan suhu kulit
l. Nadi lemah atau tidak teraba.

5. INTERVENSI ( NANDA NIC NOC)
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas.

NIC
1. Manajemen jalan napas:
memfasilitasi kepatenan
jalan napas
2. Pengisapan jalan napas:

NOC
1. Pencegahan aspirasi:
Tindakan personal untuk
mencegah masukknya
cairan dan partikel padat

Mengeluarkan sekret dari
jalan napas dengan
memasukkan sebuah
kateter ke dalam jalan
napas oral dan/atau trakea
3. Kewaspadaan aspirasi:
Mencegah atau
meminimalkan resiko pada
klien yang beresiko
mengalami aspirasi
4. Manajemen asma:
Mengidentifikasi,
menangani, dan mencegah
reaksi inflamasi/konstriksi
jalan napas
5. Peningkatan batuk:
Meningkatkan inhalasi
dalam pada klien yang
memiliki riwayat keturunan
mengalami tekanan
intratoraksik dan kompresi
parenkim paru yang
mendasari untuk
mengerahkan tenaga dalam
menghembuskan udara
6. Pengaturan posisi:
Mengubah posisi klien atau
bagian tubuh klien secara
sengaja untuk
memfasilitasi kesejahteraan
fisiologis dan psikologis
7. Pemantauan pernapasan:
Mengumpulkan dan

ke dalam paru-paru
2. Status pernapasan:
Kepatenan jalan napas:
Jalan napas
trakeobronkial terbuka
dan bersih untuk
pertukaran gas
3. Status pernapasan:
Ventilasi: Pergerakan
udara dan keluar paruparu.

menganalisis data klien
untuk memastikan
kepatenan jalan napas dan
pertukaran gas adekuat
8. Bantuan ventilasi:
Meningkatkan pola napas
spontan yang optimal, yang
memaksimalkan pertukaran
oksigen dan
karbondioksida dalam
Ketidakefektifan
pola napas.

paru.
1. Manajemen jalan napas:
Memfasilitasi kepatenan
jalan napas
2. Pengisapan jalan napas:
Mengeluarkan sekret jalan
napas dengan
caramemasukkan kateter
pengisapan ke jalan napas
oral atau trakea klien
3. Manajemen anafilaksis:
Meningkatkan ventilasi dan
perfusi jaringanyang

1. Respon alergik:
sistematik: tingkat
keparahan respon imun
hipersensitifsistemik
terhadap antigen
lingkungan tertentu
2. Respon ventilasi mekanis:
Orang dewasa: Pertukaran
alveolar dan perfusi
jaringan yang dibantu oleh
ventilasi mekanis
3. Respon penyapihan

adekuat untuk individu

ventilasi mekanis: Orang

yang mengalami reaksi

dewasa: Penyesuaian

alergi berat (antigen-

sistem pernapasan dan

antibodi)
4. Manajemen jalan napas
buatan: Memelihara slang
endiotrakeal dan slang

fisologis terhadap proses
pelepasan dari ventilasi
mekanis secara bertahap
4. Status

trakeostomi serta mencegah

pernapasan:Kepatenan

komplikasi yang

jalan napas: Jalan napas

berhubungan dengan

trakeobronkial bersih dan

penggunaannya
5. Manajemen asma:
Mengidentifikasi,
mengobati dan mencegah
reaksi inflamasi/konstriksi
jalan napas
6. Ventilasi

terbuka untuk pertukaran
gas
5. Status respirasi: Ventilasi:
Pergerakan udara ke
dalam dan keluar paru
6. Status tanda vital: Tingkat
suhu, nadi, pernapasan

mekanis:Menggunakan alat

dan tekanan darah dalam

buaatn untuk membantu

rentang normal.

klien bernapas
7. Penyapihan ventilator
mekanis: Membentu klien
untuk bernapas tanpa
bantuan ventilator mekanis
8. Pemantauan pernapasan:
Mengumpulkan dan
menganalisis data klien
untuk memastikan
kepatenan jalan napas dan
pertukaran gas yang
adekuat
9. Bantuan ventilasi:
Meningkatkan pola
pernapasan spontan yang
optimal sehingga
memaksimalkan pertukaran
oksigen dan karbondioksida
di seluruh paru-paru
10.
Pemantauan tandatanda vital: Mengumpulkan
dan menganalisis data
kardiovaskular, pernapasan
dan suhu tubuh klien untk

menentukan dan mencegah
Gangguan
pertukaran gas.

komplikasi.
1. Manajemen asam-basa:

1.

Respon alergi:sistemik:

Meningkatkan

Keparahan respon

keseimbangan asam-basa

hipersensitivitas imun

dan mencegah komplikasi

sistemik terhadap

akibat ketidakseimbangan

antigen lingkungan

asam-basa
2. Manajemen asam-basa:

2.

tertentu
Keseimbangan

Asidosis Respiratori:

elektrolit dan asam-

Meningkatkan

basa: Keseimbangan

keseimbangan asam-basa

elektrolit dan

dan mencegah komplikasi

nonelektrolit dalam

akibat PCO2 serum yang

kompartemen intrasel

lebih tinggi dari yang
diharapkan
3. Manajemen asam-basa:

3.

dan ekstrasel tubuh
Respon ventilasi
mekanis: prang dewasa:

Alkalosis Respiratori:

Pertukaran alveolar dan

Meningkatkan

perfusi jaringan yang

keseimbangan asam-basa

disokong oleh ventilasi

dan mencegah komplikasi
akibat pCO2 serum yang

4.

Pertukaran gas:

lebih rendah dari yang

Pertukaran oksigen dan

diharapkan
4. Manajemen jalan napas:

karbondioksida di

Memfasilitasi kepatenan

alveoli untuk

jalan napas
5. Manajemen anafilaksis:
Meningkatkan keadekuatan

mekanis
Status pernapasan

mempertahankan
5.

konsentrasi gas arteri
Status pernapasan:

ventilasi dan perfusi

Ventilasi: Perpindahan

ajringan untuk individu

udara masuk dan keluar

yang mengalami reaksi

paru
Perfusi jaringan: Paru:

alergi berat

6.

6. Manajemen asma:

Keadekuatan aliran

Mengidentifikasi,

darah melewati

mengatasi, dan mencegah

vaskular paru yang utuh

reaksi terhadap

untuk perfusi unit

inflamasi/konstriksi jalan

alveolar-kapiler
Tanda-tanda vital:

napas
7. Manajemen elektrolit:

7.

kondisi suhu, nadi,

Meningkatkan

pernapasan dan tekanan

keseimbangan elektrolit

darah dalam batas

dan mencegah komplikasi

normal.

akibat kadar elektrolit
serum yang tidak normal
atau diluar harapan
8. Perawatan emboli: Paru:
Membatasi komplikasi
pada klien yang mengalami
atau beresiko terhadap
oklusi sirkulasi paru
9. Pengaturan hemodinamik:
Mengoptimalkan frekuensi
jantung, preload, afterload,
dan kontraktilitas jantung
10. Interpretasi data
laboratorium:
Menganalisis secara kritis
data laboratorium klien
untuk membantu
mengambil keputusan
klinis
11. Ventilasi mekanis:
Penggunaan alat buatan
untuk membantu klien
bernapas

12. Terapi oksigen:
Memberikan oksigen dan
memantau efektivitasnya
13. Bantuan ventilasi:
Meningkatkan pola napas
spontan yang optimal
dalam memaksimalkan
pertukaran oksigen dan
kerbondioksida paru-paru
14. Pemantauan tanda vital:
Mengumpulkan dan
menganalisis data
kardiovaskular,
pernapasan, suhu tubuh
untuk mencegah
komplikasi.

Perfusi Jaringan

1. Perawatan sirkulasi :

1. Status Sirkulasi:

(Perifer),

Insufisiensi Arteri :

Aliran darah yang

Ketidakefektifan

Meningkatkan sirkulasi

tidak obstruksi dan

arteri.

satu arah pada

2. Perawatan Sirkulasi :
Insufisiensi Vena :
Meningkatkan sirkulasi
vena.
3. Perawatan Embolus :
Perifer : Meminimalkan
komplikasi pada pasien
yang mengalami, atau
berisiko mengalami,

tekanan yang sesuai
melalui pembuluh
darah besar
sirkulasi sistemik
dan pulmonal.
2. Keparahan
Kelebihan Beban
Cairan : Keparahan
cairan berlebihan
pada kompartemen
intrasel dan

oklusi sirkulasi perifer.
4. Manajemen Cairan

ekstrasel tubuh.
3. Fungsi Sensoris :
Kutanius : Tingkat

/Elektrolit: Mengatur dan

stimulasi kulit

mencegah komplikasi

dirasakan dengan

akibat perubahan kadar

tepat.
4. Integritas Jaringan :

cairan dan elektrolit.
5. Menejemen Cairan:
Meningkatkan
keseimbangan cairan dan
mencegah kolplikasi
akibat kadar cairan
abnormal / tidak
diinginkan.
6. Menejemen
Hipervolemia:
Mengurangi volume
cairan intraseluler
dan/atau ektraseluler dan
mencegah komplikasi
pada pasien yang
mengalami kelebihan
cairan.
7. Pemantauwan Neurologis:
Mengumpulkan dan
menganalisis data pasien
untuk mencegah atau
meminimalkan
komplikasi neurologis.
8. Menejemen Sensasi

Kulit dan Membran
Mukosa : Keutuhan
structural dan fungsi
fisiologis normal
kulit dan membrane
mukosa.
5. Perfusi Jaringan :
Perifer :
keadekuatan aliran
darah melalui
pembuluh darah
kecil ektrimatas
untuk
mempertahankan
fungsi jaringan.

Perifer: Mencegah atau
meminimalkan cedera
atau ketidak nyamanan
pada pasien yang
mengalami perubahan
sensasi.
Surveilans Kulit:
Mengumpulkan dan
menganalisis pasien untuk
mempertahankan integritas
kulit dan membrane
mukosa.

4. IMPLEMENTASI ( NANDA NIC NOC)
a. Diagnosa 1: Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Aktivitas Keperawatan
1) Pengkajian :
a) Mengkaji dan mendokumentasikan hal-hal berikut ini: keefektifan pemberian
oksigen dan terapi lain, keefektifan obat resep, kecenderungan pada gas darah
arteri (jika tersedia), frekuensi kedalaman pernapasan, kedalaman pernapasan,
upaya pernapasan, faktor yang berhubungan (seperti nyeri, batuk tidak efektif,
mukus kental dan keletihan)
b) Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui penarunan
atau ketiadaan ventilasi dan adanya suara napas tambahan
c) Pengisapan jalan napas (NIC): menentukan kebutuhan pengisapan oral, atau
trakea, memantau status oksigen klien, mencatat jenis dan jumlah sekret yang
dikumpulkan.
2) Penyuluhan untuk klien dan keluarga:

a) Menjelaskan penggunaan yang benar peralatan pendukung (misal: oksigen,
mesin pengisapan, spirometer, inhaler, dan intermittent positive pressure
breathing (IPPB))
b) Menginformasikan kepada klien dan keluarga tentang larangan merokok di
ruangan perawatan; beri penyuluha tentang pentingnya berhenti merokok
c) Menginstruksikan kepada klien tentang batuk efektif dan teknik napas dalam
untuk memudahkan mengeluarkan sekret
d) Mengajarkan klien untuk membebat atau mengganjal luka insisi pada saat
batuk
e) Mengajarkan klien dan keluarga tentang makna perubahan sputum, seperti
warna, karakter, jumlah dan bau
f) Menginstruksikan kepada klien dan keluarga tentang cara pengisapan jalan
napas, jika perlu.
3) Aktivitas kolaboratif:
a) Merundingkan dengan ahli terapi pernapasan, jika perlu
b) Mengkonsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan untuk perkusi atau
peralatan pendukung
c) Memberikan udara atau oksigen yang telah dihumidifikasi(dilembapkan)
sesuai dengan kebijakan institusi
d) Melakukan atau membantu dalam terapi aerosol, nebulizer ultrasonik dan
perawatan paru-paru lainnya sesuai dengan kebijakan dan protokol institusi
e) Memberitahu dokter tentang hasil nilai gas darah yang abnormal.
4) Aktivitas lain:
a) Menganjurkan aktivitas fisik untuk pengeluaran sekret
b) Menganjurkan penggunaan spirometer insentif
c) Jika klien tidak mampu ambulasi, perawat harus memindahkan klien dari satu
sisi tempat tidur ke sisi tempat tidur yang lain setiap 2 jam sekali
d) Menginformasikan

kepada

klien

sebelum

memulai

menurunkan kecemasan dan meningkatkan kontrol diri
e) Memberikan klien dukungan emosi

prosedur,

untuk

f) Mengatur posisi klien yang memungkinkan untuk pengembangan maksimal
rongga dada
g) Pertahankan keadekuatan hidrasi untuk megencerkan sekret
h) Menyingkirkan atau menangani faktor penyebab: nyeri, keletihan dan sekret
yang kental.
b. Diagnosa 2: Ketidakefektifan pola napas
Tindakan Keperawatan:
1) Pengkajian:
a) Memantau adanya pucat dan sianosis
b) Memantau efek obat pada status pernapasan
c) Menentukan lokasi dan luasnya krepitasi di sangkar iga
d) Mengkaji kebutuhan insersi jalan napas
e) Mengobservasi dan dokumentasikan ekspansi dada bilateral pada klien yang
terpasang ventilator
2) Memantau pernapasan:
a) Memantau irama, kedalaman, kecepatan dan upaya pernapasan
b) Memperhatikan gerakan dada, mengamati kesimetrisan, penggunaan otot
bantu, serta retrasi otot supraklavikular dan interkosta
c) Memantau pernapasan yang berbunyi seperti mendengkur
d) Memantau pola pernapasan
e) Auskultasi suara napas
f) Memantau kegelisahan ansietas dan lapar udara.
3) Penyuluhan untuk klien/keluarga:
a) Menginformasikan kepada klien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk
memperbaiki pernapasan
b) Mendiskusikan perencanaan untuk perawatan di rumah, meliputi pengobatan,
peralatan pendukung, tanda dan gejala komplikasi yang dapat dilaporkan,
sumber-sumber komunitas
c) Mendiskusikan cara menghindari alergen
d) Mengajarkan teknik batuk efektif

e) Me