Analisa Kondisi Fisik dan Sosial Cawas

Universitas Sebelas Maret

ANALISA KONDISI FISIK DAN
SOSIAL KECAMATAN CAWAS
KABUPATEN KLATEN

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
ANALISA KONDISI FISIK DAN SOSIAL KECAMATAN CAWAS
KABUPATEN KLATEN
Disusun guna memenuhi nilai mata kuliah Sistem Informasi Geografis Lanjut yang
diampu oleh Gentur Adi Tjahjono,S.Si

Disusun oleh :
Gigih Erlangga – K5410021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013


I.

LATAR BELAKANG
Di era informasi seperti saat ini, arus informasi berkembang dengan sangat

pesat. Informasi yang berasal dari berbagai macam bidang/instansi disajikan
dengan interaktif dan menarik bagi penggunanya. Salah satu jenis informasi yang
berkembang dengan pesat di era globalisasi saat ini yakni Sistem Informasi
Geografis (SIG). Sistem Informasi Geografis (SIG) / Geographic Information
System (GIS) adalah suatu sistem informasi berbasis komputer, yang digunakan
untuk memproses data spasial yang bergeoreferensi (berupa detail, fakta, kondisi,
dsb) yang disimpan dalam suatu basis data dan berhubungan dengan persoalan
serta keadaan dunia nyata (real world). Manfaat SIG secara umum memberikan
informasi yang mendekati kondisi dunia nyata, memprediksi suatu hasil dan
perencanaan strategis.
Informasi yang disajikan dalam SIG memuat data atribut maupun data
spasial. Data atribut dan spasial yang

diolah oleh penulis menggambarkan


wilayah Kecamatan Cawas, Kabutpaten Klaten. Wilayah ini memiliki kondisi
Geografis dan kondisi sosial ekonomi yang berbeda dengan kecamatan lainnya di
Kabupaten Klaten. Untuk memperoleh wawasan mengenai Kecamatan Cawas,
maka laporan ini disusun dengan judul “ANALISA KONDISI FISIK DAN
SOSIAL KECAMATAN CAWAS KABUPATEN KLATEN”
II.

TUJUAN
1. Memberikan kemampuan bagi mahasiswa untuk mengolah data kondisi
geografis dan kondisi sosial ekonomi.
2. Mengembangkan keterampilan dalam analisa data kondisi geografis dan
sosial ekonomi.
3. Mahasiswa mampu menampilkan hasil analisa menjadi peta yang sesuai
dengan kaedah kartografis yang benar.

III.

ALAT DAN BAHAN
1. Peta RBI Lembar Sukoharjo 1408-341

2. Peta RBI Lembar Cawas 1408-314

3. Peta RBI Lembar Ceper 1408-332
4. Data ketinggian lokasi
5. Data jumlah sekolah Kecamatan Cawas Tahun 2011
6. Software Arc View 3.3
7. Laptop
IV.

DASAR TEORI
GIS merupakan suatu bidang kajian ilmu yang relatif baru yang dapat digunakan

oleh berbagai bidang disiplin ilmu sehingga berkembang dengan sangat cepat.
Berdasarkan International GIS Dictionary atau directory internasional GIS, pengertian
dari GIS adalah a computer system for capturing, managing, integrating, manipulating,
analysing and displaying data which is spatially referenced to the Earth. Tentunya masih
banyak definisi atau pengertian lain dari GIS yang juga disosialisasikan oleh pakar-pakar
GIS dari berbagai displin ilmu. Sebagai perbandingan, ESRI sebagai suatu vendor besar
yang bergerak dalam bidang GIS mendefinisikan GIS sebagai kumpulan yang terorganisir
dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan personil yang

dirancang

secara

efisien

untuk

memperoleh,

menyimpan,

meng-muhktahirkan,

memanipulasi, menganalisis dan menampilkan semua bentuk informasi yang mempunyai
referensi geografi. Secara umum, berdasarkan definisi-definisi yang data tersebut, satu
fungsi dari GIS yang sangat penting adalah kemampuan untuk menganalisis data,
terutama data spasial yang kemudian menyajikannya dalam bentuk suatu informasi
spasial berikut data attributnya.
. GIS memiliki berbagai macam variasi model data spasial yang memberikan

tampilan yang berbeda. Model spasial tersebut berupa model data raster, model data
vector dan model TIN.
Model data Raster menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial
dengan menggunakan struktur matriks atau pixel-pixel yang membentuk grid (Prahasta.E,
2001).

Kumpulan pixel-pixel yang menggambar suatu obyek spasial dapat disebut

sebagai dataset obyek. Setiap pixel dalam dataset raster mempunyai informasi atau
sekumpulan data yang unik.

Informasi yang terdapat dalam satu pixel dapat

dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu data atribut (informasi mengenai obyek, misal:
sawah, kebun, pemukiman dll) dan koordinat data yang menunjukkan posisi geometris
dari data tersebut. Data spasial raster disimpan di dalam layer yang secara fungsionalitas
direlasikan dengan unsur-unsur obyek spasialnya (peta).

Akurasi model data ini


tergantung pada resolusi atau ukuran dari pixelnya (sel grid) yang mewakili luasan di
permukaan bumi.
Model data Vektor menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial
dengan menggunakan titik, garis atau poligon beserta atribut-atributnya. Bentuk-bentuk
tersebut didefinisikan oleh sistem koordinat cartesian dua dimensi (x,y). Representasi
vektor suatu obyek spasial merupakan suatu usaha menyajikan obyek sesempurna
mungkin. Untuk itu, dimensi koordinat diasumsikan bersifat kontinyu (tidak dikuantisasi
sebagaimana pada model data raster) yang memungkinkan semua posisi, panjang dan
dimensi didefinisikan dengan presisi.
TIN adalah model data vektor yang berbasiskan topologi yang digunakan untuk
mempresentasikan data permukaan bumi. TIN menyajikan model permukaan sebagai
sekumpulan bidang-bidang kecil yang berbentuk segitiga yang saling terhubung.
Informasi koordinat horizontal (x,y) dan vertikal (z) untuk setiap titik yang terdapat di
dalam jaringan TIN (yang kemudian dijadikan sebagai node) dikodekan ke dalam bentukbentuk tabel.
Kemampuan SIG dikenali dari fungsi-fungsi analisis yang dapat dilakukan.
Kemampuan analisis spasial menggunakan SIG dapat diklasifikasikan bermacam-macam.
Klasifikasi di bawah ini mengacu pada Aronoff (1989):
1. Pengukuran, query spasial dan fungsi klasifikasi
2. Fungsi Overlay
3. Fungsi Neighbourhood

4. Fungsi Network
5. Fungsi 3D Analyst
Pengukuran, query spasial dan fungsi klasifikasi
Fungsi ini merupakan fungsi yang meng-eksplore data tanpa membuat perubahan
yang mendasar, dan biasanya dilakukan sebelum analisis data. Fungsi pengukuran
mencakup pengukuran jarak suatu obyek, luas area baik itu 2 dimensi atau 3 dimensi.
Query spasial dalam mengidentifikasikan obyek secara selektif, definisi pengguna,
maupun melalui kondisi logika.
Fungsi Overlay
Fungsi ini menghasilkan data spasial baru dari minimal dua data spasial yang
menjadi dua data spasial yang menjadi masukannya. Sebagai contoh, bila untuk
menghasilkan wilayah-wilayah yang sesuai untuk budidaya tertentu (misalnya kelapa
sawit) diperlukan data ketinggian permukaan bumi, kadar air tanah, dan jenis tanah, maka

fungsi analisis spasial overlay akan dilakukan terhadap ketiga data spasial (dan atribut)
tersebut. Prinsip overlay dapat dilihat pada Gambar di bawah ini. Fungsi overlay ini juga
dapat berlaku untuk model data raster.
Fungsi Network
Fungsi network merujuk data spasial titik-titik (points) atau garis-garis (lines)
sebagai suatu jaringan yang tidak terpisahkan. Fungsi ini sering digunakan di dalam

bidang-bidang transportasi, hidrologi dan utility (misalnya, aplikasi jaringan kabel listrik,
komunikasi, pipa minyak dan gas, air minum, saluran pembuangan). Sebagai contoh
dengan fungsi analisis spasial network, untuk menghitung jarak terderka antara dua titik
tidak menggunakan jarak selisih absis dan ordinat titik awal dan titik akhirnya. Tetapi
menggunakan cara lain yang terdapat dalam lingkup network.
Fungsi 3D Analyst
Fungsi 3 Dimensi terdiri dari sub-sub fungsi yang berhubungan dengan presentasi
data spasial dalam ruang 3 dimensi. Fungsi analisis spasial ini banyak menggunakan
fungsi interpolasi. Sebagai contoh, untuk menampilkan data spasial ketinggian, tataguna
tanah, jaringan jalan dan utility dalam bentuk model

dimensi, fungsi ini banyak

digunakan.
Berdasarkan berbagai fungsi SIG di atas, SIG dapat di aplikasikan dengan
berbagai bidang kajian, salah satunya Geografi. Geografi membahas sebaran fenomena
geosfer di permukaan Bumi. Fenomena Geosfer yang dimaksud salah satunya mencakup
aspek fisik maupun aspek sosial ekonomi suatu wilayah. Pada aspek sosial ekonomi,
Geografi dapat menyoroti berbagai fenomena yang berhubungan erat dengan kegiatan
penduduk, salah satunya daya layan fasilitas pendidikan.

Ada 3 (tiga) cara mengidentifikasi ketersediaan dan daya lahan fasilitas yaitu:
Ketersediaan pelayanan (services availability), tingkat ketersediaan (Size of availability)
dan fungsi pelayanan/daya layan (Function of availability)
1. Ketersediaan Pelayanan (Services availability)
Menilai ada atau tidaknya fasilitas pelayanan, jika pelayanan tersedia diberi 1,
dan jika tidak tersedia diberi nilai 0. Metode ini disebut Gutman Scalling Methods.
2. Tingkat Ketersediaan (Size of availability)
Penilaian memperhatikan jumlah unit pelayanan yang tersedia. Metode yang
sering digunakan adalah Scalogram. Dari dua ukuran tersebut dapat dinilai hirarki
fasilitas dimana semakin tersedia di semua tempat, semakin rendah hirarkinya, dan skala
pelayanan semakin sempit.

3. Fungsi Pelayanan/ daya layan (Function of availability)
Perbandingan antara keterseiaan fasilitas dengan variabel pembanding seperti
besarnya pengguna aktual, pengguna potensial, penduduk keseluruhan dan dengan
pembanding standar. Ukurannnya adalah rasio antara fasilitas dan jumlah penduduk,
Rasio Guru/Murid, Rasio Murid/Kelas. Selanjutnya dapat dibandingkan dengan
kebutuhan minimal sehingga dapat dinilai daya layannya cukup, berlebih, atau kurang.
Analisis pelayanan merupakan salah satu metode analisis yang penting dilakukan
dalam perencanaan wilayah. Analisis pelayanan berkaitan erat dengan ketersediaan dan

daya tampung fasilitas dalam memenuhi kebutuhan hidup layak penduduk untuk
menunjang kesejahteraannya. Pengetahuan mengenai ketersedian suatu fasilitas saat ini
berhubungan erat dengan kemampuan fasilitas tersebut untuk memberikan pelayanan
dimasa – masa yang akan datang, baik kaitannya dengan pertambahan penduduk maupun
luas lahan yang diperlukan.
Huisman (1987) menyatakan bahwa penyediaan pelayanan secara efisien dan
efektif penting dalam pembangunan karena dalam perencanaan fisik memberikan
kerangka keruangan bagi kegiatan social dan ekonomi. Dengan demikian pelayanan
social ekonomi masyarakat sangat diperlukan dalam mendukung

pelaksanaan

pembangunan yang bertumpuk pada kegiatan sosial dan ekonomi. Adapaun metode
yang digunakan untuk menilai tingkat ketersediaan dan fungsi pelayanan (Daya Layan)
adalah sebagai berikut:
1. Besarnya ketersediaan fasilitas pelayanan (services availability) dinilai melalui
jumlah pelayanan (Size of availability) yang ada disetiap daerah menggunakan
metode scalogram.
2. Fungsi pelayanan (function of availability) merupakan perbandingan antara
ketersedian


fasilitas

pelayanan

dengan

berbagai

standar

minimum

yang

mempertimbangkan threshold (nilai ambang) untuk setiap pelayanan.
Informasi-informasi lain yang diperlukan pada penilai fungsi pelayanan antara
lain mencakup rasio pelayanan terhadap standart rasio pengguna actual, rasio terhadap
pengguna potensial dan rasio terhadap penduduk.
Penilaian ketersediaan pelayanan dan tingkat ketersediaan memberikan gambaran
jelas mengenai hierarki fasilitas di semua tempat dalam sauatu wilayah. Semakin rendah
hierarkinya, maka skala pelayanannya semakin sempit artinya semakin baik.
Pembangunan keruangan biasanya dicirikan dengan adanya pengorganisasian tata
ruang (spatial organization) dari kegiatan ekonomi dan sosial
tekanan-tekanan tak

yang

membawa

terelakkan terhadap kebijakan regional, tergantung dari tingkatan

atau tahapan pembangunan dan pengorganisasian tata ruang yang bersangkutan.
Pentingnya kebijaksanaan regional dan jenis-jenis permasalahan yang harus dihadapi
akan berubah (Fisher.H.B, 1975).
Suatu wilayah tidak hanya merupakan suatu sistem fungsional yang berbeda satu
sama lain tetapi juga merupakan jaringan sosial, ekonomi maupun interaksi fisikal.
Sistem jaringan ini terbentuk oleh adanya pergerakan timbal balik yang merupakan
kontak antar wilayah (interaction) dimana titik pandangnya diletakkan pada
ketergantungan antar wilayah.
Pada dasarnya pusat wilayah mempunyai hirarkhi. Hirarkhi dari suatu pusat
ditentukan oleh beberapa faktor (Budiharsono, 2001) :
1. Jumlah penduduk yang bermukim pada pusat tersebut;
2. Jumlah fasilitas pelayanan umum yang ada dan;
3. Jumlah jenis fasilitas pelanan umum yang tersedia.
Suatu wilayah bukan hanya merupakan system yang berbeda antara satu dan
lainnya tetapi juga merupakan jaringan sosial ekonomi maupun interaksi fiskal. Dimana
system ini dibentuk oleh adanya pergerakan timbal balik yang merupakan hasil dari
kontak masyarakat pada suatu wilayah dengan wilayah yang lain.
Usaha pembangunan harus diarahkan kembali pada pembangunan keruangan
yang terintegrasi. Tujuannya adalah memajukan sistem pusat-pusat pelayanan yang
meningkatkan berbagai aktifitas masyarakat dibidang sosial ekonomi. Dengan demikian
diharapkan mampu memenuhi segala kebutuhan pelayanan sosial ekonomi yang
dibutuhkan oleh penduduk.
Fasilitas pelayanan dapat berperan sesuai dengan fungsinya apabila dilaksanakan
pada lokasi yang menguntungkan bagi penduduk, berarti unsur lokasi memegang
peranan penting dalam pembangunan fasilitas pelayanan. Penyebaran penduduk yang
belum merata dan pertambahannya disetiap tahun, menyebabkan bertambah pula jumlah
fasilitas sosial ekonomi yang dibutuhkan oleh penduduk pada suatu wilayah.
Jumlah fasilitas pelayanan sosial ekonomi yang berbeda disetiap kecamatan akan
menyebabkan terjadinya ranking atau tingkatan jumlah dari fasilitas sosial ekonomi yang
ada di suatu wilayah. Dengan demikian akan dapat dinilai tingkat ketersediaan fasilitas
pelayanan sosial ekonomi antar kecamatan di suatu wilayah.
Scalogram digunakan untuk mengidentifikasi dan membandingkan jenjang
wilayah atas dasar pelayanan yang ada pada daerah tersebut. Tahapannya adalah sebagai
berikut
1. Mengurutkan wilayah menurut besarnya jumlah penduduk pada kolom scalogram.

2. Menginventarisasi jenis-jenis pelayanan pada jenis scalogram.
3. Mengisikan jumlah unit-unit pelayanan pada sel-sel tabel scalogram sesuai
dengan nama wilayah dan jenis pelayanannya.
Perubahan fasilitas pelayanan sosial ekonomi dengan sendirinya selalu

disesuaikan dengan jumlah penduduk menurut kebutuhan yang ada. Hubungan
antara keduanya kemudian melahirkan standar fasilitas pelayanan sebagai berikut:
Ketentuan
Minimum
Fasilitas
Data
Penduduk yang
dilayani (jiwa)
Pendidikan
Jumlah dan jenis
- TK: 700
fasilitas
- SD: 6.400
pendidikan
- SMP: 12.000
- SMU: 28.000
Tabel 1. Ketentuan Minimum Penduduk yang terlayani

Tidak hanya data sosial ekonomi yang mampu diolah dengan
menggunakan SIG. Data fisik suatu wilayah dapat pula digunakan untuk
mengetahui profil kemiringan lereng/topografi suatu wilayah. Kemiringan lereng
adalah sudut kemiringan lereng yang dihitung dalam besaran derajat. Kemiringan
lereng dapat diartikan dalam persen (%). Kemiringan 100% berarti mempunyai
kemiringan lereng sebesar 900.
No.

Kelas

Kemiringan Lereng
(%)

1.

Datar

0–8

2.

Landai

8 – 15

3.

Agak Curam

15 – 25

4.

Curam

25 – 45

5.

Sangat Curam

> 45

Tabel 2. Klasifikasi Kemiraingan Lereng
(Sumber: Asdak, 1995: 512)
V.

LANGKAH KERJA

Langkah kerja terbagi atas dua tahap, tahap I mengulas mengenai Daya
Layan Fasilitas Pendidikan, sedangkan tahap II mengulas mengenai Profil
kemiringan lereng suatu wilayah.
Tahap I
1. Menginput data yang tersedia ke dalam tabel.
2. Memberi bobot nilai pada data, untuk SD=1, SMP=2, SMA=3.
3. Memberi skor fasilitas.
4. Menghitung total skor.
5. Memberikan hierarki berdasarkan prinsip standar deviasi.
6. Menampilkan hasil dalam bentuk peta
Tahap II
1. Menginput data ketinggian suatu wilayah
2. Memilih menu surface pada menu bar, kemudian memilih Create TIN.
3. Pilih tema yang akan diolah menjadi blok diagram pada isian tema yang aktif.
4. Pada isian Height Source, dipilih nama field yang berisi data elevasi
(ketinggian) dari wilayah tersebut.
5. Pada isian Input As, pilih soft breaklines / hardlines.
6. Menyimpan data dan nama file, pilih ok.
7. Muncul tema baru dengan format TIN.
8. Pilih view pada menubar.
9. Pilih 3D Scene
10. Melakukan perbesaran vertical (vertical exaggeration factor). Pilih Apply dan
Ok.
11. Menyimpan gambar Blok diagram yang telah jadi dengan memilih pilihan
Save as Image pada menu 3D Scene pada menubar.
12. Pilih ikon Interpolate Line
13. Kemudian tarik garis penampang dari bagian puncak (daerah tertinggi )
dengan daerah terndah (daerah terendah di Desa Kwangsan.
14. Setelah selesei menarik garis bantu profil lereng, maaka langkah selanjutnya
adalah membuat layout baru..
15. Pilih ikon Show Profil Graph pada toolbar.

16. Buat bidang gambar yang sesuai di layout.
17. Maka akan muncul jendela informasi ; setelah itu tinggal upaya memberikan
keterangan sumbu Y, sumbu X, kemudian klik Ok.

VI.

HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil

Daerah yang menjadi objek kajian adalah Kecamatan Cawas, Kabupaten
Klaten. Berikut disajikan peta Administrasi dan Rupa Bumi Kecamatan
Cawas :

Tahap I
1. Menginput data yang tersedia ke dalam tabel.

Data yang digunakan untuk analisa daya layan pendidikan yakni data
kecamatan Cawas Tahun 2011 yang diperoleh dari Kecamatan Cawas Dalam
Angka Tahun 2012. Berikut data jumlah penduduk serta fasilitas pendidikan
kecamatan Cawas tahun 2011 :

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Desa

Jumlah Penduduk

Desa GOMBANG
Desa MLESE
Desa BAWAK
Desa CAWAS
Desa BAREPAN
Desa KEDUNGAMPEL
Desa KARANGASEM
Desa BURIKAN
Desa BENDUNGAN
Desa NANGGULAN
Desa PLOSOWANGI
Desa POGUNG
Desa BOGOR
Desa TLINGSING
Desa JAPANAN
Desa BARAN
Desa TIRTOMARTO
Desa TUGU

4835
2872
4332
5535
3214
3136
3202
2613
1758
3029
2333
4184
3073
3487
2757
2434
2960
2699

Desa BALAK

3791

Total

62244

Tabel 3. Jumlah Penduduk Kecamatan Cawas Tahun 2011
Sumber : Kecamatan Cawas Dalam Angka Tahun 2012

No

Jumlah Sekolah Negeri Kecamatan Cawas Tahun 2011
Desa
Jenjang Sekolah
SD
SMP
SMA

Jumlah

NEGERI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

NEGERI

NEGERI

3
1
0
Desa GOMBANG
2
0
0
Desa MLESE
3
0
0
Desa BAWAK
4
0
0
Desa CAWAS
3
1
0
Desa BAREPAN
2
0
0
Desa KEDUNGAMPEL
3
0
0
Desa KARANGASEM
2
0
0
Desa BURIKAN
1
0
0
Desa BENDUNGAN
3
0
0
Desa NANGGULAN
2
0
0
Desa PLOSOWANGI
3
0
0
Desa POGUNG
2
0
0
Desa BOGOR
3
0
0
Desa TLINGSING
2
1
0
Desa JAPANAN
2
0
0
Desa BARAN
2
0
0
Desa TIRTOMARTO
2
0
1
Desa TUGU
1
0
0
Desa BALAK
Total
45
3
1
Tabel 4. Jumlah Sekolah Jenjang SD hingga SMA

Sekolah
4
2
3
4
4
2
3
2
1
3
2
3
2
3
3
2
2
3
1
49

Di Kecamatan Cawas Tahun 2011
Sumber : Kecamatan Cawas Dalam Angka Tahun 2012
2. Memberi bobot nilai pada data, untuk SD=1, SMP=2, SMA=3.
Bobot nilai dilakukan sesuai dengan aturan tersebut dengan bobot nilai pada
SD= 1, SMP= 2, SMA= 3 yang kemudian dapat disusun pada tabel berikut :
Jenjang Pendidikan

Bobot Nilai

TK
1
SD
2
SMP
3
SMA
4
Tabel 5. Bobot nilai jenjang pendidikan
3. Memberi skor fasilitas.
No

Desa

SD
NEGERI

Bobot Nilai
SMP
SMA
NEGERI
NEGERI

Skor
Total

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Desa GOMBANG
Desa MLESE
Desa BAWAK
Desa CAWAS
Desa BAREPAN
Desa KEDUNGAMPEL
Desa KARANGASEM
Desa BURIKAN
Desa BENDUNGAN
Desa NANGGULAN
Desa PLOSOWANGI
Desa POGUNG
Desa BOGOR
Desa TLINGSING
Desa JAPANAN
Desa BARAN
Desa TIRTOMARTO
Desa TUGU
Desa BALAK
Jumlah

3
2
3
4
3
2
3
2
1
3
2
3
2
3
2
2
2
2
1

2
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
0

5
2
3
4
4
2
3
2
1
3
2
3
2
3
4
2
2
5
1

45

5

3

53

Tabel 6. Skoring Jumlah Sekolah Jenjang SD hingga SMA
Di Kecamatan Cawas Tahun 2011
Sumber : Kecamatan Cawas Dalam Angka Tahun 2012 dan analisis data
4. Menghitung total skor.
Total skor diperoleh dengan menjumlahkan skor jumlah sekolah di
Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten. Diketahui skor total untuk SD Negeri
sebesar 45, SMP Negeri sebesar 5 dan SMA Negeri sebesar 3. Sehingga
diperoleh skor total semua jenjang pendidikan di Kecamatan Cawas sebesar
53.

5. Memberikan hierarki berdasarkan prinsip standar deviasi.
Hierarki yang ditetapkan sejumlah 4 kelas. Standar deviasi yang telah
dihitung memberikan rentang skor sebesar 1. Sehingga dapat diperoleh kelas
jumlah fasilitas pendidikan :

Hierarki
0-1
Sangat sedikit
2-3
Sedikit
4-5
Sedang
>5
Banyak
Tabel 7. Hierarki Jumlah Sekolah Jenjang SD hingga SMA Di Kecamatan
Cawas Tahun 2011
Sumber : Kecamatan Cawas Dalam Angka Tahun 2012 dan analisis data

Tahap II
1. Menginput data ketinggian suatu wilayah
Data ketinggian Kecamatan Cawas diperoleh dari garis kontur yang terdapat
pada peta RBI lembar Sukoharjo, Cawas dan Ceper. Dari peta tersebut
diperoleh data ketinggian yang menjadi sumber pengolahan data berikutnya.
2. Memilih menu surface pada menu bar, kemudian memilih Create TIN.

Gambar 1. Proses membuat TIN
3. Pilih tema yang akan diolah menjadi blok diagram pada isian tema yang aktif.
Tema yang akan diolah adalah garis kontur Kecamatan Cawas Kabupaten
Klaten.

4. Pada isian Height Source, dipilih nama field yang berisi data elevasi
(ketinggian) dari wilayah tersebut.
Nama field yang akan dioalah adalah kontur utm.shp yang tersimpan dalam
folder.
5. Pada isian Input As, pilih soft breaklines / hardlines.
6. Menyimpan data dan nama file, pilih ok.
7. Muncul tema baru dengan format TIN.
8. Pilih view pada menubar.
9. Pilih 3D Scene
10. Melakukan perbesaran vertical (vertical exaggeration factor),
Perbesaran yang dilakukan

yakni 10 kali. Hal tersebut dilakukan untuk

mengetahui perbedaan nyata dari kemiringan lereng di Kecamatan Cawas.

Gambar 2. Bentuk 3 dimensi Kecamatan Cawas
Sumber : Hasil Analisa Arc View 3.3
11. Menyimpan gambar Blok diagram yang telah jadi dengan memilih pilihan
Save as Image pada menu 3D Scene pada menubar.
12. Memilih ikon Interpolate Line

13. Kemudian tarik garis penampang dari bagian puncak (daerah tertinggi )
dengan daerah terendah.(Daerah terendah terdapat di Desa Balak)

Gambar 3. Garis Penampang yang dibuat dari area tertinggi menuju area terendah
Sumber : Hasil Analisa Arc View 3.3
14. Setelah selesei menarik garis bantu profil lereng, maaka langkah selanjutnya
adalah membuat layout baru..
15. Pilih ikon Show Profil Graph pada toolbar.
16. Buat bidang gambar yang sesuai di layout.
17. Maka akan muncul jendela informasi ; setelah itu tinggal upaya memberikan
keterangan sumbu Y, sumbu X, kemudian klik Ok.
Berikut hasil pembuatan blok diagram yang menunjukkan profil lereng di
Kecamatan Cawas :

B. Pembahasan

Kecamatan Cawas merupakan salah satu kecamatan yang berada di
Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Wilayah Kecamatan Cawas berbatasan dengan
Kecamatan Karangdowo dan Kecamatan Pedan (utara), Kecamatan Sukoharjo
(timur), Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (selatan), Kecamatan Trucuk dan
Kecamatan Bayat (barat). Jumlah penduduk Kecamatan Cawas Tahun 2011 adalah
62.244 jiwa.
Kecamatan Cawas memiliki luas 3643,684 Ha (berdasarkan perhitungan
Arc view 3.3). Kecamatan Cawas terdiri dari 20 desa (berdasarkan data
Kecamatan Cawas Dalam Angka 2012). Dalam penyajian laporan ini jumlah desa
yang ada di Kecamatan ini hanya sejumlah 19 desa karena berpedoman pada peta
RBI. Peta RBI yang digunakan tergolong data lama yakni buatan tahun 2001
sehingga apabila terjadi pemekaran desa baru, wilayahnya belum tercantum pada
peta RBI yang digunakan.
Peta RBI yang digunakan sebagai peta dasar dalam penyusunan laporan
ini yakni peta RBI lembar Cawas 1408-314, peta RBI lembar Ceper 1408-332 dan
peta RBI lembar Sukoharjo 1408-341. Hasil digitasi peta RBI tersebut
menghasilkan Peta Administrasi Kecamatan Cawas dan Peta Rupa Bumi
Kecamatan Cawas Tahun 2001 dengan skala 1 : 50.000.
Tujuan penyusunan laporan ini salah satunya dapat mengetahui kondisi
sosial ekonomi dan kondisi fisik Kecamatan Cawas. Kondisi sosial yang dikaji
adalah layanan pendidikan di kecamatan Cawas. Dari hasil perhitungan diketahui
bahwa masih banyak desa di Kecamatan Cawas yang memiliki jumlah sekolah
tergolong “sedikit”. Artinya dalam satu desa hanya terdapat 2-3 sekolah dari
jenjang SD Negeri hingga SMA Negeri. Meskipun demikian apabila dikaitkan
dengan daya layan fasilitas pendidikan (tabel 1), sekolah-sekolah yang ada di
Kecamatan Cawas masih dapat memenuhi kebutuhan pendidikan penduduknya.
Dari segi kondisi fisik diidentifikasi bahwa Kecamatan Cawas memiliki
topografi yang dominan datar. Terbukti titik tertinggi yang diketahui hanya
berkisar 125 meter dpal. Selain itu bila dilihat dari Peta RBI Kecamatan Cawas,
diketahui bahwa penggunaan lahan yang dominan adalah sawah irigasi. Sawah
umumnya dijumpai pada lahan yang datar hingga landau, sehingga topografi
Kecamatan Cawas memang tergolong datar.

Terdapat kaitan antara kondisi sosial dan fisik Kecamatan Cawas, yakni
dengan wilayahnya yang datar maka memudahkan akses bagi penduduknya untuk
menuju fasilitas pendidikan yang tersedia.Meskipun demikian fasilitas jalan yang
tersedia hanya sebatas “jalan lain”. Hal ini dapat menyulitkan pihak luar yang
berupaya membenahi kondisi sarana dan prasarana sekolah-sekolah. Perlu adanya
data kondisi sekolah untuk dapat mengambil tindakan yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten.2012. Kecamatan Cawas Dalam Angka
Tahun 2012.Kabupaten Klaten : BPS Kab. Klaten
Muta’ali, Luthfi dkk.2012. Daya Dukung Lingkungan Untuk Perencanaan
Pengembangan Wilayah.Jogjakarta:BPFG UGM