Pengembangan Peta Klasifikasi Tanah dan

17th Annual Scientific Meeting
Jakarta, 13-14 November 2013

Pengembangan Peta Klasifikasi Tanah dan Kedalaman Batuan
Dasar untuk Menunjang Pembuatan Peta Mikrozonasi Jakarta
Dengan Menggunakan Mikrotremor Array
M. Asrurifak, Masyhur Irsyam , Bigman M Hutapea
Pusat Penelitian Mitigasi Bencana (PPMB-ITB)

M. Ridwan
Puslitbang Kementrian Pekerjaan Umum

Aldiar Vidi Pramatatya, Dedy Dharmawansyah
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB
ABSTRACT: Studi ini dimaksudkan untuk memperoleh peta klasifikasi berdasarkan data bor dangkal (kedalam
30 m) dan peta kedalaman batuan dasar di Jakarta berdasarkan data interpretasi Microtremor array. Studi ini
merupakan bagian dari penelitian mahasiswa S2, S3 dan program mikrozonasi Jakarta, dimana metodologi yang
digunakan untuk analisis bawah permukaan meliputi: 1) review dan studi literatur mengenai kondisi geologi, 2)
pengumpulan data-data bor sekunder dan pengambilan data mikrotremor array, 3) Pengolahan data
mikrotremor dengan metode Spatial Autocorrelation (SPAC), 4) Pemodelan struktur kecepatan gelombang-S 1D
dan 2D 5) Pembuatan peta klasifikasi site dan kedalaman batuan dasar. Hasil dari studi ini berupa peta

klasifikasi tanah dan peta kedalaman batuan dasar di lokasi penelitian yang akan digunakan sebagai data dan
parameter dalam penyusunan peta mikrozonasi gempa, dimana peta mikrozonasi gempa ini diperlukan sebagai
masukan dalam proses lanjutan kajian risiko bencana gempabumi agar langkah-langkah mitigasi bencana gempa
selanjutnya dapat diformulasikan dan diimplementasikan.
Keywords: klasifikasi tanah, batuan dasar, microtremor array

1

PENDAHULUAN

Wilayah kepulauan Indonesia merupakan daerah
rawan gempa karena secara geografis berada di
daerah konvergensi beberapa lempeng tektonik aktif.
Dilihat dari data sejarah kegempaan yang pernah
terjadi, hampir seluruh wilayah Indonesia merupakan
daerah dengan tingkat kejadian gempa yang cukup
tinggi. Dalam beberapa tahun terakhir ini seringkali
terjadi gempa dengan kekuatan yang beragam,
dimana gempa-gempa dengan kekuatan sedang-besar
seringkali menimbulkan dampak yang cukup besar di

daerah yang terkena gempa seperti kerusakan pada
bangunan gedung, infrastruktur dan korban jiwa.
Untuk mengurangi tingkat risiko terhadap
gempa,
pemerintah
telah
memprogramkan
penyusunan peta mikrozonasi dengan prioritas DKI
Jakarta dan beberapa kota besar lainnya di Indonesia.
Khusus untuk DKI Jakarta rencananya peta
mikrozonasi dibuat sampai level 4 yang dibuat secara
rinci dalam skala 1:25.000, dengan memperhitungkan
hasil analisis respons tanah berdasarkan hasil
penyelidikan geoteknik lengkap, hasil studi seismologi

terapan, analisis vulnerability, perhitungan kerugian,
dan evaluasi risiko.
Untuk mengetahui kedalaman batuan dasar dan
menambah kelengkapan data tanah di Jakarta terkait
dengan penyusunan peta mikrozonasi, maka dalam

kegiatan ini akan dilakukan penyelidikan tanah
dengan melakukan pengeboran dangkal untuk
mendapatkan data site class (kedalaman 30 m) dan
dengan menggunakan metode microtremor array.
Metode Spatial Autocorrelation (SPAC) akan
digunakan untuk analisis data microtremor untuk
memperoleh kurva dispersi dan pemodelan struktur
kecepatan gelombang S. Interpretasi model struktur
kecepatan gelombang S 1D hasil uji mikrotremor
array ditujukan untuk penentuan kedalaman batuan
dasar dan klasifikasi tanah.
Studi ini merupakan bagian dari penelitian S3
dan program mikrozonasi Jakarta, dimana metodologi
yang digunakan untuk analisis bawah permukaan
meliputi: 1) review dan studi literatur mengenai
kondisi geologi, 2) pengumpulan data-data bor
sekunder dan pengambilan data mikrotremor array,
3) Pengolahan data mikrotremor dengan metode

67


17th Annual Scientific Meeting
Jakarta, 13-14 November 2013
Spatial Autocorrelation (SPAC), 4) Pemodelan
struktur kecepatan gelombang-S 1D dan 2D 5)
Pembuatan peta klasifikasi site dan kedalaman batuan
dasar.
Hasil dari studi ini berupa peta klasifikasi tanah
dan kedalaman batuan dasar di lokasi penelitian
sebagai bahan masukkan untuk penyusunan peta
mikrozonasi gempa.

2

METODOLOGI

Metodologi
dan
proses
analisis

untuk
mendapatkan peta klasifikasi tanah ini meliputi:
a. Studi literatur dan pengumpulan data sekunder
hasil penyelidikan tanah yang ada di wilayah
Jakarta dari Dinas Perindustrian dan Energi
Provinsi DKI Jakarta khususnya dan Dinas atau
instansi lain yang mempunyai data geoteknik
wilayah Jakarta yang memungkinkan untuk
dimanfaatkan datanya;

array dirancang sesuai dengan target kedalaman yang
diperlukan.
Pengukuran pada satu lokasi pengamatan
dilakukan dengan memasang 4 buah sensor pada tiap
segitiga array dimana 1 buah diletakkan dipusat
lingkaran dan 3 buah menyebar diluar lingkaran,
Durasi pengukuran yang diperlukan untuk setiap
segitiga array adalah sekitar 45 menit – 1.5 jam untuk
array besar dan 30 - 45 menit untuk array kecil.
Prosesing data mikrotremor array dilakukan

dengan beberapa tahap sebagai berikut:

a. Estimasi kecepatan fase dilakukan dengan
metode Spatial Autokorelasi (SPAC) dengan
menggunakan persamaan berikut :

 (r ,  ) 



Informasi lokasi titik bor bila tidak ada di data,
maka apabila memungkinkan bisa dilakukan
survey lapangan untuk mendapatkan koordinat
titik bor tersebut dengan GPS;
c. Mengembangkan suatu sitem basis data yang
berisi
informasi
data
geoteknik
hasil

penyelidikan tanah tersebut dalam format
Graphycal Information System (GIS);
d. Melakukan pengolahan data tanah untuk
selanjutnya supaya bisa ditentukan klasifikasi
tanah (site class);
Metodologi survey mikrotremor array dilakukan
dengan konfigurasi dibuat berbentuk segitiga dengan
tujuan untuk memperoleh memperoleh kurva dispersi
mikrotremor dengan metode SPAC. Ukuran segitiga



dimana  0,  adalah fungsi SPAC pada titik
pusat array melingkar.

b. Mensortir data geoteknik agar bisa digunakan
untuk analisis perambatan gelombang dari
batuan dasar ke permukaan tanah dengan
ketentuan informasi data minimal yang harus
ada adalah sebagai berikut:

 Ada informasi lokasi titik bor (ada koordinat
longitude dan latitude).
 Ada informasi deskripsi lapisan tanah hingga
kedalaman 30-40 m.
 Ada informasi hasil uji N-SPT tiap-tiap lapisan
tanah.
 Ada informasi nilai specific gravity tiap-tiap
lapisan tanah.

2
1
 (r , ,  )d

0
2 . 0,  

Dengan integral dari persamaan diatas diperoleh
:

 r 


 c  

 (r ,  )  J 0 

Jo(x) adalah Bessel function dari x, c(ω) adalah
kecepatan fase pada tiap frekuensi ω.
Kecepatan
fase
c(ω)
dihitung
dengan
mencocokan (fitting) koefisien SPAC pada
frekuensi f terhadap fungsi Bessel.
b. Estimasi Kecepatan Gelombang Geser (Vs)
c. Profil kecepatan gelombang geser 1-D diperoleh
dari hasil inversi dari kurva dispersi
mikrotremor pada setiap lokasi pengukuran
dengan menggunakan algoritma genetika. Pada
dasarnya cara ini dilakukan untuk mendapatkan

model yang paling baik (mendekati kondisi
sebenarnya) dengan misfit paling minimum.

3

HASIL ANALISIS

Data yang diambil dari data borlog adalah N-SPT,
dari nilai tersebut ditentukan site class disetiap titik
yang ditinjau, yaitu dengan merata-ratakan N-SPT
untuk 30 m lapisan teratas sesuai dengan aturan yang
ada di SNI 1726-2012. Penentuan site class
berdasarkan nilai N rata-rata yang dimaksud adalah
seperti yang terlihat pada Tabel-1.

68

17th Annual Scientific Meeting
Jakarta, 13-14 November 2013
Tabel-1. Klasifikasi tanah (SNI 1726-2012)

Klasifikasi
Situs

Deskripsi Umum

SA

Batuan Keras

SB

Batuan

SC

Tanah sangat
Padat dan
Batuan Lunak

SD

Tanah Sedang

SE

Tanah Lunak

Vs (m/dt)

Vs  1500

750  Vs  1500

350  Vs  750

175  Vs  350

Vs  175

Gambar-1.

Tanah Khusus

Su (KPa)

N/A

N/A

N/A

N/A

N  50

Su  100

15  N  50
N  15

50  Su  100
Su  50

Setiap profil lapisan tanah dengan ketebalan lebih dari
3m dengan karakteristik sebagai berikut :
1. PI >20
2. Kadar air  40%
3.

SF

N

Kuat geser tak terdrainase

Su  25KPa

Membutuhkan evaluasi khusus

Sebaran lokasi dan klasifikasi tanah dari 218 data bor yang digunakan untuk studi.

69

17th Annual Scientific Meeting
Jakarta, 13-14 November 2013
Dalam penelitian ini didapat data tanah sebanyak
218 titik yang menyebar di Jakarta. Selanjutnya akan
dibuat peta kontur site class dengan menggunakan
218 data tersebut. Adapun lokasi dan hasil dari
perhitungan site class untuk 218 titik tersebut dapat
dilihat pada Gambar-1. Dari peta diatas kemudian
dibuat peta kontur N-SPT. Adapun peta kontur N_SPT
dapat dilihat pada Gambar-2.
Jika dikelompokkan berdasarkan klasifikasi
tanahnya menurut Tabel-1 diatas, maka site class
Jakarta maka dapat dilihat pet kelas situs seperti
Gambar 3.
Hasil pengukuran Microtremor array yang sudah
dilakukan hingga bulan September 2013 adalah
sebanyak 16 titik yang tersebar sebagian besar
wilayah Jakarta Utara dan Timur. Jadi data
Microtremor array ini masih bersifat sementara
karena akan dilakukan pengukuran lanjutan sehingga
kerapatan titik pengamatan menjadi lebih baik hingga

Gambar-2.

mengasilkan peta kontur yang lebih representative.
Peta kontur kedalaman batuan dasar dari 16 data
pengukuran Microtremor array ini seperti yang
terlihat pada Gambar-4.

4

DISKUSI DAN KESIMPULAN

Studi ini menampilkan peta klasifikasi
berdasarkan 218 data bor dangkal (kedalam 30 m)
dan peta kedalaman batuan dasar di Jakarta
berdasarkan 16 data interpretasi Microtremor
array.
Peta sebaran site class di wilayah DKI Jakarta
didominasi oleh tanah lunak dan tanah sedang. Untuk
wilayah Jakarta Utara sebagian besar merupakan
tanah lunak.

Peta kontur nilai N-SPT rata-rata hingga kedalaman 30 m dari 218 data titik bor.

70

17th Annual Scientific Meeting
Jakarta, 13-14 November 2013

Gambar-3.

Peta sebaran klasifikasi tanah wilayah Jakarta dari 218 data titik bor.

Data yang digunakan untuk pembuatan peta
klasifikasi tanah ini adalah 218 data bor yang
sebarannya relatif belum merata, oleh karena itu peta
klasifikasi tanah ini akan lebih representative bila
data bor yang digunakan lebih banyak yang merata di
seluruh wilayah Jakarta.

survey microtremor array ini sudah dilakukan

Data yang digunakan untuk pembuatan peta

diperlukan sebagai masukan dalam proses
lanjutan kajian risiko bencana gempabumi agar
langkah-langkah mitigasi bencana gempa
selanjutnya
dapat
diformulasikan
dan
diimplementasikan.

kedalaman batuan dasar ini adalah sebanyak 16
data microtremor array yang sebarannya sebagian
besar di wilayah Jakarta Timur, oleh karena itu peta
kedalaman batuan dasar ini masih bersifat
sementara dan akan lebih representatif bila pekerjaan

lebih banyak dan merata di seluruh wilayah
Jakarta.
Hasil dari studi ini akan digunakan sebagai data
dan parameter dalam penyusunan peta mikrozonasi
gempa, dimana peta mikrozonasi gempa ini

71

17th Annual Scientific Meeting
Jakarta, 13-14 November 2013

Gambar-4.

Peta kontur kedalaman batuan dasar di wilayah DKI Jakarta berdasarkan 16 data
Microtremor array.

DAFTAR PUSTAKA
Atilla Ansal, Recents Advances in Earthquake
Geotechnical engineering and Microzonation,
Geotechniccal,
Geologycal,
Earthquake
Engineering, Kluwer Academic Publisher, 2004.
Irsyam M., dkk, 2010, Ringkasan Hasil Studi Tim Revisi
Peta Gempa Indonesia, Laporan Studi.
Sitharam, Microzonation Studies in India: Experiments
and
Experiences,
Department
of
Civil

Engineering, Indian Institute of Science,
Bangalore, India.
SNI-1726-2012, Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan
Non Gedung, Badan Standarisasi Nasional, 2012
Nath, S.K. and Thingbaijam,K.K.S., Seismic Hazard
Assessment – a Holistic Microzonastion Approach,
Dept. Geology and Geophysics, Indian Institute of
Technology, Kharagpur, India, Nat. Hazards Earth
Syst. Sci, 9, 1445-1459, 2009.

72