Materi Etika dan Lingkungan Bisnis

PEDOMAN CSR BIDANG LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP

TIM PENYUSUN

PELINDUNG : Prof. Dr. Ir. Gusti Muhammad Hatta, MS. Menteri Negara Lingkungan Hidup

PEMBINA

: Ir. Ilyas Asaad, MP.

Deputi Bidang Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat

TIM TEKNIS

KETUA

: Drs. Basuki W. Sambodo, MS.

Anggota

: 1. Kementerian Lingkungan Hidup

- Dra. Jo Kumala Dewi, MSC. - Nurul Jannah, Ph.D

2. CECT (Center Entrepreneurship, Change and Third Sector), Universitas Trisakti - Maria Nindita Radyati, Ph.D - Santi Ernawati, MM CSR - Sandi Merwanto, MM CSR

3. Pemengku Kepentingan Terkait - Universitas Indonesia

- GIZ (Deutsche Gesselschaft fur Internationale Zusammenarbeit)

GmbH - PT. Indonesia Power

- CNOOC SES Ltd - PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia

PENDUKUNG : Seluruh staf Asdep Peningkatan Peran Organisasi Kemasyarakatan

Kementerian Lingkungan Hidup Seluruh staf CECT (Center Entrepreneurship, Change and Third Sector), Universitas Trisakti

Sambutan Menteri CSR BIDANG LINGKUNGAN UNTUK KEBERLANJUTAN SEBUAH PEMBANGUNAN

Keberhasilan sebuah mekanisme kerja sangat bergantung kepada komitmen seorang pimpinan. Alasan ini yang mendorong Kementerian Lingkungan Hidup mengundang keseriusan dan komitmen pimpinan perusahaan untuk lebih peduli terhadap lingkungan, tidak hanya peduli pada sisi ekonomi dan sosial saja. Bahkan, saya meminta kepada seluruh mitra dunia usaha untuk mengambil langkah nyata dalam membuat perbaikan dan kontribusi positif, khususnya di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Pelaksanaan kegiatan CSR bidang lingkungan merupakan salah satu jawaban terhadap “undangan” tersebut. Dengan memanfaatkan pengetahuan, pengalaman dan “praktik terbaik” di bidang lingkungan, perusahaan dapat memulai mengkomunikasikan kegiatan CSR mereka melalui penyelarasan kebijakan, penyusunan perencanaan strategis, pelaksanaan mekanisme kerja hingga pada monitoring, evaluasi dan pendokumentasian pelaksanaan kegiatan. Dengan demikian, perusahaan dapat mengindentifikasi beberapa langkah prioritas sekaligus menunjukkan bagaimana rangkaian kegiatan CSR ini secara significant dapat membawa perbaikan dalam pelestarian fungsi lingkungan, dimana pada akhirnya akan menjaga keberlanjutan pembangunan secara menyeluruh.

Melalui pendekatan pembangunan berkelanjutan ini, saya percaya seluruh pemangku kepentingan akan terjaga kepentingannya, sehingga akan tetap pada jalurnya, fokus dan dapat secara terus-menerus meningkatkan kualitas lingkungan yang nantinya akan bermuara kepada keberlanjutan sebuah kehidupan. Bukankah di dalam konsep sustainable development, telah ternyatakan sebuah logika yang tak terbantahkan bahwa keberlanjutan sebuah kehidupan tidak hanya bersandar pada kepentingan ekonomi dan sosial saja; namun juga kepentingan lingkungan hidup.

Jakarta, Agustus 2011 Menteri Negara Lingkungan Hidup,

Prof. Dr. Ir. Gusti Muhammad Hatta, MS.

Kata Pengantar

Dewasa ini, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau yang dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) bukan sekedar trend social, namun merupakan sinergi dari upaya yang berkelanjutan untuk menginformasi program-program sosial demi menciptakan ekonomi yang lebih ramah lingkungan dengan melibatkan para pelaku pembangunan untuk bekerjasama dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Permasalahan lingkungan hidup merupakan salah satu subjek dan tidak bisa berdiri sendiri, namun berkaitan dengan persoalan-persoalan lain seperti kemiskinan, good corporate governance, ekonomi, dan sosial. Oleh karena itu, penanganannya membutuhkan kontribusi dari berbagai pihak, baik pemerintah, dunia usaha, maupun kelompok atau komunitas masyarakat yang peduli terhadap lingkungan hidup.

Memperhatikan hal tersebut, Kementerian Lingkungan Hidup memposisikan salah satu mitranya, yaitu dunia usaha, bukan lagi sebagai pihak pencemar atau perusak lingkungan hidup namun lebih sebagai mitra strategis dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Oleh karena itu, sebagai bentuk komitmen dan upaya Kementerian Lingkungan Hidup dalam mendorong dunia usaha untuk lebih aktif berkontribusi di bidang lingkungan hidup, maka Pedoman CSR Bidang Lingkungan ini diluncurkan.

Dorongan utama KLH untuk menerbitkan Pedoman CSR Bidang Lingkungan ini adalah keinginan untuk membantu dunia usaha dalam mengimplementasikan kegiatan CSR bidang lingkungan secara baik dan tepat guna. Lebih jauh lagi, harapan kami kegiatan CSR yang di implementasikan dunia usaha dapat berjalan lebih optimal sehingga dapat memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan kualitas lingkungan hidup.

Dalam penyusunan Pedoman CSR Bidang Lingkungan, tidak sedikit hambatan yang dihadapi tim KLH khususnya dalam memetakan secara clear, simple dan implementative kegiatan apa yang seharusnya dilakukan dunia usaha dalam pelaksanaan kegiatan CSR bidang lingkungan. Untuk itu dalam penyempurnaannya, KLH telah mengundang seluruh mitra strategis, seperti Kementerian dan sektoral terkait; para pelaku bisnis, akademisi, LSM untuk bersama-sama mengkritisi draft yang telah disiapkan.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mambantu, serta ucapan terima kasih khususnya kami sampaikan kepada tim CECT Universitas Trisakti yang secara konsisten, bersama-sama dengan KLH menyelesaikan Pedoman CSR Bidang Lingkungan.

Semoga Pedoman ini dapat digunakan sebagaimana mestinya dan dapat menjadi arahan dan acuan bagi kita semua dalam melaksanakan Kegiatan CSR bidang lingkungan.

Jakarta, Agustus 2011 Deputi Bidang Komunikasi Lingkungan Dan Pemberdayaan masyarakat

Ilyas Asaad

Daftar Isi

Sambutan Menteri ................................................................................... ........ 3 Kata Pengantar Deputi

I. Pendahuluan .................................................................... .................. 6

II. Definisi, Karakteristik, Prisnsip dan Tingkatan CSR ............................ 7-9

III. Peran Kementerian Lingkungan Hidup dalam CSR ............................

IV. Langkah dan Mekanisme ........................................................................ 11-13 - Sebelum Pelaksanaan Kegiatan CSR Bidang Lingkungan

- Perencanaan Kegiatan CSR Bidang Lingkungan - Pendokumentasian Kegiatan CSR Bidang Lingkungan - Keberlanjutan Pelaksanaan Kegiatan CSR Bidang Lingkungan

V. Alternatif Bidang Kegiatan CSR ............................................................. 14-23

1. Cleaner Production (Produksi Bersih)

2. Eco Office (Kantor Ramah Lingkungan)

3. Konservasi Energi dan Sumber Daya Alam

4. Pengelolaan Sampah Melalui 3R

5. Renewable Energy (Energi Terbarukan)

6. Adaptasi Perubahan Iklim

7. Pendidikan Lingkungan Hidup Daftar Istilah ............................................................................................. ......... 24

Daftar Pustaka ......................................................................................... ........ 25

Bab I / Pendahuluan

Pedoman ini disusun dengan tujuan memberikan panduan melaksanakan kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) khususnya di bidang Lingkungan. Panduan ini juga ditunjukan kepada pemerintah pusat maupun daerah agar dipergunakan sebagai pedoman dalam membantu perusahaan melaksanakan kegiatan CSR.

Pedoman CSR ini selain sebagai panduan dan inspirasi bagi pelaku bisnis dalam melaksanakan kegiatan CSR juga dimaksudkan untuk menggugah kepedulian dan komitmen perusahaan agar secara sukarela melaksanakan kegiatan CSR bidang lingkungan.

Dalam pelaksanaan kegiatan CSR oleh perusahaan, peran pemerintah pusat maupun daerah adalah memberikan masukan kepada perusahaan hanya apabila diperlukan oleh perusahaan. Dengan adanya pedoman ini diharapkan perusahaan dapat melaksanakan kegiatan CSR di bidang lingkungan secara efektif dan tepat sasaran.

Pemahaman lingkungan yang dimaksud dalam pedoman ini adalah sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH), yang mencakup kondisi fisik alam, manusia dan perilakunya.

Bab II / Definisi, Karakteristik, Prinsif dan Tingkat CSR

Definisi operasional CSR yang digunakan dalam pedoman ini adalah tindakan yang melampaui kepatuhan kepada segala hukum dan peraturan yang berkaitan dengan bidang usaha perusahaan, untuk:

1. Berkomitmen pada perilaku bisnis yang etis untuk meningkatkan kualitas hidup dari para pemangku kepentingan.

2. Berkontribusi pada keberlanjutan aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial sebagai bagian dari proses pembangunan berkelanjutan

CSR menurut World Business Council For Sustainable Development (WBCSD) merupakan suatu komitmen berkelanjutan dari dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi pada komonitas setempat ataupun masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup karyawan beserta seluruh keluarganya.

Menurut ISO 26000 Karakteristik dari Social Responbility adalah kemauan sebuah organisasi untuk mempertimbangkan aspek sosial dan lingkungan dalam pengambilan keputusan dan bertanggung jawab atas dampak dari keputusan sarta aktivitas yang mempengaruhi masyarakat dan lingkungan.

Dalam ISO 26000 Social Responsibility mencakup 7 aspek utama, yaitu: tata kelola organisasi, hak asasi manusia, ketenagakerjaan, lingkungan, praktek bisnis yang adil, isu konsumen serta keterlibatan dan pengembangan masyarakat.

Dalam Global Impact terdapat 10 prinsif utama dari 4 aspek bisnis yang bertanggung jawab sosial dan berkelanjutan, yaitu:

Hak Asasi Manusia Prinsip 1

Pelaku bisnis harus mendukung dan menghormati perlindungan terhadap hak asasi manusia yang diakui secara internasional.

Prinsip 2

Memastikan perusahaannya tidak terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia.

Ketenegakerjaan Prinsip 3

Pelaku bisnis harus menjunjung tinggi kebebasan para karyawannya untuk berserikat dan mengadakan perundingan.

Prinsip 4

Menghapus segala bentuk kerja paksa dan kerja wajib

Prinsip 5

Menghapus adanya pekerja anak secara efektif

Prinsip 6

Menghapus diskriminasi yang terjadi pada pekerjaan dan jabatan

Lingkungan Prinsip 7

Pelaku bisnis harus mendukung tindakan pencegahan terhadap pengrusakan lingkungan.

Prinsip 8

Memiliki inisiatif dalam mempromosikan tanggung jawab lingkungan.

Prinsip 9

Mendorong pengembangan dan penyebaran teknologi yang ramah lingkungan.

Anti Korupsi Prinsip 10

Pelaku bisnis harus melawan korupsi dalam segala bentuk, termasuk pemerasan dan penyuapan.

Dari penelitian yang dilakukan oleh CECT di Indonesia, CSR memiliki beberapa tingkatan berdasarkan ruang lingkup dan kompleksitasnya, yaitu :

1. Kepatuhan terhadap semua hukum yang ada

2. CSR dalam bentuk Filantropi

3. CSR dalam bentuk Community Development

4. CSR dimana perusahaan mengandung dampak negatif yang timbul dari bisnisnya dan meningkatkan dampak positif bisnisnya.

5. CSR sebagai suatu sistem yang terintegrasi dalam perencanaan bisnis perusahaan (Radyati, 2010)

Berdasarkan tingkatan tersebut, perusahaan sangat dianjurkan melakukan kegiatan CSR yang melampaui kepatuhan terhadap semua hukum (beyond compliance).

Dalam melaksanakan kegiatan CSR sangat dianjurkan perusahaan melibatkan komunitas setempat, sehingga kegiatan CSR tersebut menghasilkan dampak positif tidak hanya untuk internal tetapi juga eksternal perusahaan. Kegiatan perlibatan langsung komunitas di wilayah perusahaan berada selama ini dikenal dengan nama CD atau Comdev.

Hubungan CD, TJSL dan CSR

Community Development (CD) atau yang dikenal sebagai Comdev atau pengembangan masyarakat merupakan suatu proses yang dirancang untuk menciptakan kemajuan kondisi ekonomi dan sosial warga masyarakat melalui partisipasi aktif, dimana pada akhirnya akan menumbuhkan prakarsa dan kemandirian masyarakat itu sendiri.

Konsep CSR erat kaitannya dengan konsep pengembangan masyarakat atau community development (Comdev), dimana Comdev merupakan bagian penting dalam proses implementasi kegiatan CSR. Sementara Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL), sebagaimana termaktub dalam Pasal 74 UU No. 40/2007 tentang perseroan Terbatas merupakan kepatuhan perusahaan kepada peraturan sektoral yang sudah ada.

TJSL bersifat wajib dimana dalam pelaksanaanya, perusaah harus mengacu kepada semua peraturan perundang-undangan dan peraturan lainnya yang berkaitan dengan lingkungan hidup, antara lain UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH); UU No. 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah, PP No. 82/2001 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

Setelah perusahaan melaksanakan seluruh TJSLnya; dengan mematuhi segala hukum dan peraturan yang berlaku terkait dengan jenis usaha perusahaan tersebut, KLH sebagai institusi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang lingkungan, akan terus mendorong perusahaan tersebut untuk melaksanakan kegiatan CSR bidang lingkungan.

Apabila dijabarkan dalam sebuah gambar, hubungan antara CD, TJSL, dan CSR dapat dipetakan sebagai berikut:

Corporate Social Responsibility

CSR

Community

Development

CD TJSL

Tanggung Jawab Sosial dan LIngkungan

Bab III / Peran Kementrian Lingkungan Hidup Dalam CSR

Dalam pelaksanaan kegiatan CSR bidang Lingkungan, KLH berperan sebagai fasilitator dan memberikan konsultasi teknis, dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan penyusunan dokumentasi kegiatan CSR.

Pemerintah daerah dibidang lingkungan hidup dalam hal ini dapat memberikan peran yang sama apabila diperlukan.

Bab IV / Langkah dan Mekanisme

Berikut adalah beberapa tahapan langkah yang dapat diikuti oleh perusahaan dalam merencanakan, melaksanakan, serta menyusun pendokumentasian kegiatan CSR.

1. Sebelum pelaksanaan kegiatan CSR, perusahaan dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Melakukan identifikasi dampak negatif lingkungan dari rencana penyelengaraan usaha

b. Melakukan identifikasi potensi sumber daya alam dan lingkungan di masyarakat. - Idenfikasi potensi sumber daya alam di masyarakat sekitar area penyelenggaraan

usaha. - Identifikasi potensi lingkungan di masyarakat sekitar area penyelengaraan usaha.

c. Melakukan identifikasi kebutuhan dan aspirasi masyarakat terhadap penyelengaraan usaha.

- Identifikasi kebutuhan (need assesment) masyarakat. - Identifikasi aspirasi masyarakat terhadap keberadaan penyelenggaraan usaha.

d. Menyusun rencana kegiatan CSR bidang Lingkungan - Kegiatan CSR untuk mengurangi dampak negatif lingkungan yang ditimbulkan dari

penyelenggaraan usaha. - Kegiatan CSR dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada di sekitar

area penyelenggaraan usaha. - Kegiatan CSR berdasarkan pada kondisi lingkungan yang ada di sekitar area

penyelenggaraan usaha - Kegiatan CSR berdasarkan kebutuhan masyarakat yang ada di sekitar area

penyelenggaraan usaha. - Kegiatan CSR berdasarkan aspirasi masyarakat yang ada di sekitar area

penyelenggaraaan usaha.

2. Perencanaan Kegiatan CSR Bidang Lingkungan

Dalam perencanaan kegiatan CSR, perusahaan dapat mengikuti langkah-langkah di bawah ini (atau disesuaikan dengan konteks daerah dan kondisi perusahaan dimana perusahaan berada):

a. Menyusun konsep perencanaan kegiatan CSR yang jelas, lengkap dan terperinci, yakni sampai dengan teknis pelaksanaan kegiatan atau program.

b. Membangun persepsi yang sama antara perusahaan dengan pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan

c. Mengadakan kerja sama dengan pemerintah dan atau pemangku kepentingan yang dapat diawali dengan penandatanganan MOU atau perjanjian kerja sama dengan

pemerintah daerah.

d. Menyusun perencanaan terpadu dengan pemerintah daerah agar dapat terjadi sinergi dan pemerataan kesejahteraan.

e. Melaksanakan konsultasi perencanaan yang melibatkan masyarakat, salah satunya dengan pola Musrembangda.

f. Melakukan dialog selain Musrembang yang diselenggarakan atas inisiatif perusahaan.

g. Mengajukan usulan penghargaan dari pemerintah dalam bentuk pengakuan (acknowledgement), maupun insetif lainnya.

h. Menentukan pelaksanaan dan mekanisme monitoring dan evaluasi

3. Pelaksanaan Kegiatan CSR Bidang Lingkungan

Berikut ini adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan CSR:

a. Memiliki sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, komitmen dan kepedulian terhadap CSR

b. Melatih sumberdaya manusia yang bertanggung jawab (person in charge/PIC) untuk memimpin pelaksanaan kegiatan CSR

c. Melakukan kegiatan monitoring atas kemajuan kegiatan CSR sesuai dengan mekanisme monitoring yang sudah direncanakan

d. Melakukan evaluasi kegiatan CSR yang telah berjalan dengan berinisiatif membuat sistem mekanisme pendokumentasian atas kemajuan; keberhasilan; kegagalan; dan

masalah-masalah yang dihadapi dalam menjalankan kegiatan CSR

e. Mendisain sistem penghargaan bagi penanggung jawab (PIC) yang telah berhasil melaksanakan kegiatan CSR dengan baik

f. Merumuskan kegiatan-kegiatan untuk menjamin terpeliharanya keberlanjutan kegiatan CSR yang sedang dan telah berjalan.

4. Pendokumentasian Kegiatan CSR Bidang Lingkungan

Di akhir tahun, setelah melaksanakan kegiatan CSR di bidang lingkungan, sangat disarankan agar perusahaan membuat dokumentasi dari kegiatan CSR bidang lingkungan dan memasukkannya di dalam Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report) atau Laporan Tahunan (Annual Report).

Beberapa hal di bawah ini merupakan tahapan perusahaan dalam membuat dokumentasi:

a. Membentuk tim yang bertugas membuat dokumentasi

b. Merencanakan pembuatan dokumentasi seperti; menentukan batas waktu (deadlines), membuat anggaran (budget), membuat rencana kerja (action plan), dan memonitor kinerja tim

c. Mengumpulkan informasi sekaligus mengidentifikasi akurasi sumbernya. Memilih informasi yang relevan dan akurat untuk didokumentasikan

d. Menganalisa data berdasarkan informasi yang telah diolah dan menjelaskan kecenderungan (trend) dari data tersebut d. Menganalisa data berdasarkan informasi yang telah diolah dan menjelaskan kecenderungan (trend) dari data tersebut

f. Melakukan review dan finalisasi draft dokumentasi kegiatan CSR

g. Mempublikasi dan mendistribusikan dokumentasi kegiatan CSR

h. Mengumpulkan tanggapan sekaligus mendiskusikan dan mengevaluasi tanggapan dari para pemangku kepentingan tersebut; sebagai upaya perbaikan kegiatan CSR ke depan.

Berikut ini adalah merupakan salah satu contoh outline yang bisa digunakan perusahaan untuk menyusun dokumentasi kegiatan kegiatan CSR bidang lingkungan:

a. Judul dan nama perusahaan

b. Profil perusahaan: visi, misi dan struktur organisasi.

c. Pendahuluan: Latar Balakang, tujuan kegiatan, hasil yang diharapkan, kegiatan yang akan dilakukan dan banyaknya penerima manfaat dari kegiatan CSR

d. Pelaksanaan kegiatan CSR; uraian rinci pelaksanaan kegiatan CSR

e. Evaluasi kegiatan CSR: kekuatan, kelemahan, hambatan, peluang dan hasil kegiatan (membandingkan antara sebelum dan sesudah pelaksanaan kegiatan)

f. Rekomendasi untuk perbaikan ke depan.

5. Keberlanjutan Pelaksanaan KegiatanCSR Bidang Lingkungan

Untuk menjaga keberlanjutan kegiatan CSR, perusahaan dapat melakukan hal-hal di bawah ini:

a. Melaksanakan Sistem Managemen Lingkungan

b. Membuat perencanaan perusahaan yang fleksibel terhadap perubahan lingkungan

c. Melakukan tindakan pencegahan terhadap dampak negatif bisnis perusahaan terhadap lingkungan

d. Melakukan keterbukaan dalam pendokumentasian

e. Melakukan peningkatan kinerja lingkungan secara terus-menerus

f. Mengadakan pelatihan-pelatihan terhadap karyawan atas kebijakan lingkungan perusahaan dan atas persoalan-persoalan terkini yang berkaitan dengan lingkungan

hidup.

g. Memberikan sumbangan pemikiran untuk pengembangan dan perbaikan kebijakan lingkungan

h. Melibatkan para pemangku kepentingan dalam proses assessment baik sebelum penentuan kebijakan manajemen lingkungan, maupun setelah pelaksanaannya untuk

mengetahui dampak positif maupun negatif operasioal perusahaan terhadap lingkungan.

Bab V / Alternatif Bidang Kegiatan CSR

Dalam merencanakan kegiatan CSR bidang Lingkungan, perusahaan dapat memilih beberapa bidang kegiatan CSR sebagai berikut:

1. CLEANER PRODUCTION (PRODUKSI BERSIH)

2. ECO OFFICE (KANTOR RAMAH LINGKUNGAN)

3. KONSERVASI ENERGI DAN SUMBER DAYA ALAM

4. PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R

5. RENEWABLE ENERGY (ENERGI TERBARUKAN)

6. ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

7. PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP

Berikut adalah penjabaran singkat contoh dari masing-masing bidang kegiatan CSR. Namun demikian tidak menutup kemungkinan bagi perusahaan untuk melakukan kegiatan CSR bidang lingkungan di luar bidang yang disebutkan di atas.

1. PRODUKSI BERSIH

Fokus kegiatan produksi bersih adalah efisiensi penggunaan sumber daya, seperti : - Penghematan dan peningkatan produktivitas

- Penurunan jumlah sampah, limbah dan emisi - Penurunan eksploitasi penggunaan

Pelaksanaan produksi bersih selain dapat dilakukan secara internal, juga dapat dilakukan misalkan dengan cara membantu UKM (Usaha Kecil Menengah) menerapkan produksi bersih dalam kegiatan usahanya

Upaya produksi bersih secara garis besar terdiri atas :

a. Efisiensi penggunaan bahan baku dan bahan pembantu Contohnya antara lain :

Efisiensi penggunaan pulp di pembuatan kertas, efisiensi penggunaan karet mentah dalam pembuatan ban dan efisiensi penggunaan zat pewarna dalam proses penawaran tekstil.

Indikator hasil terukur: - Jumlah bahan baku terpakai/unit produk (m3 kayu/ton pulp) - Jumlah limbah/unit bahan baku terpakai (ton sisa kayu/m3 kayu)

b. Efisiensi air Contohnya antara lain:

Efisiensi penggunaan air di proses penawaran tekstil, efisiensi penggunaan air di proses penyamakan kulit dan upaya pemanfaatan kembali air limbah.

Indikator hasil terukur: - Volume air terpakai/jumlah produk (m3 air/yard kain)

- Volume limbah cair/jumlah produk (m3 air/yard kain) - Persentase volume air ter-daur ulang (recycle) / volume air terpakai (%) - Persentase volume air ter-daur ulang (recycle) / volume air limbah (%)

c. Efisiensi energi Contohnya antara lain:

Efisiensi pembakaran di klin semen, efisiensi penggunaan bahan bakar di boiler, penghematan listrik melalui penggunaan lampu hemat energi, dan co-generation.

Indikator hasil terukur: - Konsumsi energi/unit produk (Kwh/ton produk atau m3 gas/1000 produk atau

liter solar/m3 produk) - Efisiensi energi/unit produk (Kwh/ton produk atau m3 gas/1000 produk atau liter

solar/m3 produk) - Persentasi efisiensi energi/ total konsumsi energi sebelum upaya efisiensi (%)

d. Upaya pengelolaan limbah di dalam perusahaan Upaya pengelolaan limbah dapat dilakukan dengan:

- Pemilahan limbah berdasarkan kategori tertentu. Contohnya antara lain pemilahan limbah organik dan non organik

- Pengurangan limbah Contohny antara lain pengurangan jumlah scrap baja di pabrik besi baja, recycle zat warna sisa di industri texstile, dan recovery solvent dari limbah cair

Indikator hasil terukur: - Jumlah limbah ter-daur ulang (m3 atau ton atau satuan)

- Persentase limbah ter-daur ulang/jumlah total limbah (%) - Persentase penurunan limbah / jumlah total limbah (%) - Jumlah penurunan limbah (m3 atau ton atau satuan) - Jumlah limbah ter-recovery (m3 atau ton atau satuan) - Persentase limbah ter-recovery/jumlah total limbah (%)

Penerapan produksi bersih harus di tekankan pada sustainability (keberlanjutan) sehingga tidak hanya bersifat sporadis dan sementara. Untuk itu proses penerapan produksi bersih harus meliputi :

1. Komitmen Manajemen Puncak  Tersedianya objektive dan target terkait produksi bersih diperusahaan.  Tersedianya sumber daya manusia yang bertanggung jawab atas pelaksanaan upaya produksi bersih (team produksi bersih atau penanggung jawab produksi bersih)

2. Perencanaan  Tersedianya program untuk mencapai objective dan target produksi bersih.

3. Pelaksanaan dan Pelaporan  Tersedianya laporan secara periodik mengenai pelaksanaan dan pencapaian penerapan produksi bersih di perusahaan.

4. Standarisasi atau Pembakuan  Tersedianya standard baru atau metode baru atau prosedur baru sebagai pembakuan untuk menjamin upaya penerapan produksi bersih yang sudah berhasil dilakukan, berjalan secara kontinyu.

 Tersedianya pelaporan dan pemantauan secara berkala tentang hasil penerapan produksi bersih setelah pembakuan.

2. Eco Office (Kantor Ramah Lingkungan)

Dengan mengadopsi konsep Kantor Ramah Lingkungan dapat tercapai efisiensi biaya, peningkatan produktivitas kerja dan tercipta lingkungan kantor yang bersih, sehat, aman dan nyaman.

Kantor Ramah Lingkungan memiliki 3 ruang lingkup,yaitu:

- Perlengkapan dan peralatan kantor - Energi dan Air - Pengolahan sampah

Beberapa kegiatan Kantor Ramah Lingkungan yang dapat dilaksanakan oleh perusahaan dalam kegiatan CSR adalah sebagai berikut:

a. Mengimplementasikan desain gedung green building dengan menggunakan passive solar energy dalam lingkungan kerja, misalkan dengan mengubah atap gedung menjadi green roof, dengan memberikan tanaman atau taman di atap gedung dan

menggunakanlantai yang eco-friendly seperti lantai dan bahan serat bambu.

b. Melakukan penghematan kertas, seperti; menggunakan kertas pada kedua sisinya dan menggunakan standard kertas 70 gram.

c. Menggunakan alat elektronik yang hemat listrik dan air.

d. Memasang dan menggunakan toilet dengan aliran kecil

e. Mendukung penggunaan teknologi yang paling tepat dalam melakukan pengelolaan lingkungan, seperti sumur resapan, alat penakar hujan, Pembangkit Listrik Tenaga

Surya (PLTS).

f. Meningkatkan estetika lingkungan (landscape).

g. Mendukung program ekolabel, pengadaan barang dan jasa berbasis lingkungan (green procurement) dalam pengadaan perlengkapan dan peralatan kantor

h. Menanam tanaman yang tidak memerlukan penyiraman terlalu sering.

i. Memilah sampah dan mendaur ulang kertas bekas pakai.

Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan kegiatan Kantor Ramah Lingkungan, antara lain:

- Berkurangnya tagihan air dan listrik - Berkurangnya total penggunaan listrik (kWh) - Berkurangnya total penggunaan kertas (kg) - Berkurangnya total sampah yang dihasilkan (kg)

Untuk pelaksanaan Kantor Ramah Lingkungan dapat mengacu pada dokumen pengembangan Pelaksanaan Eco Office Kementrian Lingkungan Hidup, yang dikeluarkan pada bulan Mei 2009.

3. Konservasi Energi dan Sumber Daya Alam (SDA)

Konservasi energi dan SDA adalah suatu usaha dan kegiatan mengurangi penggunaan energi dan SDA atau terpeliharanya keanekaragaman hayati baik yang dilakukan oleh kegiatan yang memproduksi barang maupun jasa.

Konservasi energi dan SDA dapat mengurangi proses eksplorasi dan eksploitasi SDA berupa bahan bakar, bahan tambang mineral dan bahan kimia B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) yang saat ini jumlahnya semakin terbatas. Selain itu konservasi energi dan SDA juga dapat meningkatkan keanekaragaman hayati yang dapat memberi pengaruh positif terhadap ekosistem sehingga dapat mencegah bencana alam.

Kegiatan CSR yang dilakukan dengan konsep Konservasi energi dan SDA dimulai dari identifikasi peluang penerapan dan pengembangan metode ini.

Misalnya dalam penggunaan listrik dan bahan kimia, perusahaan melakukan perhitungan atau pendataan awal terhadap jumlah pemakaiannya. Kemudian menentukan upaya tertentu misalnya mengganti alat kerja yang membutuhkan energi, bahan kimia dan Misalnya dalam penggunaan listrik dan bahan kimia, perusahaan melakukan perhitungan atau pendataan awal terhadap jumlah pemakaiannya. Kemudian menentukan upaya tertentu misalnya mengganti alat kerja yang membutuhkan energi, bahan kimia dan

Dengan memperhatikan kondisi lingkungan di sekitar kegiatan/usaha dijalankan, dapat dicari peluang untuk memperkaya keanekaragaman hayati di alam, baik melakukan penghijauan (penanaman pohon), pembudidayaan terumbu karang, penangkaran hewan langka yang melibatkan masyarakat sekitar sebagai mitra dalam menjalankan perlindungan alam ini.

Beberapa kegiatan Konservasi Energi dan SDA yang dapat dilaksanakan oleh perusahaan dalam rangka CSR adalah sebagai berikut:

a. Melakukan kegiatan/upaya penghematan dalam menggunakan energi dan bahan bakar sehingga dapat mengurangi timbulnya Gas Rumah Kaca.

b. Melakukan kegiatan/upaya penghematan dalam menggunakan air untuk kebutuhan domestik seperti MCK (Mandi Cuci Kakus), termasuk melakukan penggunaan kembali

(reuse) dan daur ulang (recycle) terhadap limbah cair domestik sehingga terdapat penurunan jumlah pemakaian air baku.

c. Melakukan kegiatan/upaya pengurangan (efisiensi) bahan baku (SDA) sehingga terdapat penurunan penggunaan bahan baku.

d. Melakukan kegiatan/upaya mengganti bahan baku yang tidak ramah lingkungan Menjadi bahan Ramah Lingkungan

e. Melakukan kegiatan/upaya dan aktivitas yang terkait dengan keanekaragaman hayati seperti melakukan pencatatan atas jenis biodiversity (Tanaman dan seluruh jenis

binatang termasuk serangga) sebelum dan sesudah dilaksanakan kegiatan perusahaan; kegiatan penghijauan, penangkaran fauna, perlindungan flora, budidaya terumbu karang sehingga dapat mempertahankan dan atau meningkatkan jumlah keanekaragaman hayati.

f. Melakukan pendampingan masyarakat sebagai upaya menjaga zona perlindungan hutan.

g. Melakukan pemberdayaan masyarakat desa hutan berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan dan lingkungan.

h. Membuat taman keanekaragaman hayati

i. Melakukan perlindungan satwa dan puspa bersama masyarakat, pelestarian penyu dan rehabilitasi dan konservasi terumbu karang

j. Melakukan pembuatan sumur resapan dan penampungan air hujan k. Melakukan pelatihan pembibitan tanaman bersama masyarakat.

4. Pengelolaan Sampah Melalui 3R

Menurut Undang-Undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah:  Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang

berbentuk padat.  Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.

Keberadaan sampah dalam jumlah yang banyak jika tidak dikelola secara baik dan benar akan menimbulkan gangguan dan dampak terhadap lingkungan. Salah satu solusi pengelolaan sampah, sebagaimana termaktub dalam UU No. 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah adalah penerapan sistem 3R atau reuse, reduce, dan recycle (3R). Reuse berarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya. Reduce berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah. Recycle berarti mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat.

Beberapa kegiatan pengelolaan sampah melalui 3R yang dapat dilaksanakan adalah sebagai berikut :

a. Melakukan identifikasi jenis sampah yang ada di sekitar usaha perusahaan yang mencakup dari sumber sampah, sifat sampah dan bentuk sampah.

b. Melakukan identifikasi sampah yang dihasilkan dari eksternalitas perusahaan.

c. Menyusun program pengelolaan sampah yang mengadopsi jenis sampah, eksternalitas perusahaan, prinsif 3R dan konsep tanggung jawab sosial dan

lingkungan.

d. Mengembangkan program pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan nilai ekonomis sampah.

e. Melaksanakan community based waste management, seperti pemilihan sampah bersama masyarakat dan pembuatan kompos bersama atau oleh masyarakat.

f. Melakukan pengembangan produk masyarakatmenggunakan konsep 3R. Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan kegiatan pengelolaan sampah

melalui 3R adalah :  Volume sampah yang dibuang ke TPA berkurang

 Sampah memiliki nilai ekonomis yang memberi kesempatan usaha bagi masyarakat  Berkembangnya usaha mandiri berbasis daur ulang sampah

5. Energi Terbarukan (Renewable Energy)

Energi terbarukan adalah energi yang diperoleh dari sumber yang dapat diperbaharui yang tersedia di alam, seperti sinar matahari, angin, air dan geothermal.

Kegiatan Energi Terbarukan yang dapat dilaksanakan oleh perusahaan adalah:  Menggunakan sumber energi terbarukan dalam proses produksi, seperti Micro Hydro,

Solar Cell, Turbin Angin, Biogas, Biodiesel, dan etanol.  Membangun dan menyediakan sarana/infra struktur energi terbarukan bagi masyarakat.  Melakukan penelitian-penelitian yang terkait dengan pengembangan Energi Terbaru.  Melakukan konversi limbah biologi menjadi sumber energi terbarukan  Memelihara

meningkatkan kualitas dan keanekaragamannya.  Melakukan upaya pengembangan energi alternatif bersama masyarakat

Kegiatan CSR yang dilakukan dengan konsep Energi Terbarukan merupakan suatu bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap alam dan lingkungan hidup, karena kegiatan ini mengurangi proses eksplorasi dan eksploitasi Sumber Energi Fossil yang saat ini jumlahnya semakin terbatas. Energi Terbarukan juga dapat mengurangi dan mencegah meningkatnya emisi penyebab gas rumah kaca yang dapat mempengaruhi perubahan iklim global.

Kegiatan CSR bidang lingkungan dengan konsep energi terbarukan dimulai dari identifikasi peluang pengembangan atau penelitian energi tersebut. Sebagai contoh suatu perusahaan yang berada di daerah yang jauh dari penduduk. Perusahaan tersebut memiliki konsumen yang tinggal disuatu daerah dekat dengan laut (nelayan) dengan kondisi kekurangan energi atau belum mendapat jaringan listrik. Akan tetapi daerah tersebut memiliki kecepatan angin cukup besar yang potensial untuk dikembangkan sebagai tenaga listrik. Dengan demikian maka perusahaan dapat mengembangkan energi angin di daerah tersebut untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan listrik. Penggunaan energi angin juga tidak menimbulkan emisi C02 dan dalam jangka panjang dapat mengurangi kegiatan penambangan, karena tidak menggunakan bahan tambang dalam operasionalnya.

6. Adaptasi Perubahan Iklim

Perubahan iklim merupakan isu yang sangat erat dengan lingkungan. Perubahan iklim terjadi akibat pemanasan global, dimana dampak negatif yang ditimbulkannya antara lain; terjadinya anomali cuaca yang berdampak pada kekeringan, curah hujan yang sangat tinggi, perubahan musim tanam dan angin ribut serta terjadinya kenaikan muka air laut yang Perubahan iklim merupakan isu yang sangat erat dengan lingkungan. Perubahan iklim terjadi akibat pemanasan global, dimana dampak negatif yang ditimbulkannya antara lain; terjadinya anomali cuaca yang berdampak pada kekeringan, curah hujan yang sangat tinggi, perubahan musim tanam dan angin ribut serta terjadinya kenaikan muka air laut yang

Salah satu upaya untuk mengatasi dampak negatif perubahan iklim adalah melalui kegiatan Adaptasi Perubahan Iklim yaitu upaya menyesuaikan berbagai kegiatan terhadap terjadinya perubahan iklim. Upaya ini bertujuan untuk meminimalisasi dampak yang telah terjadi, mengantisipasi resiko, sekaligus mengurangi biaya yang harus dikeluarkan akibat perubahan iklim.

Fokus kegiatan dalam adaptasi perubahan iklim antara lain adalah:

1. Meningkatkan adaptive capacity dari stakeholder yang terpapar dampak perubahan iklim.

- Perusahaan dapat melakukan penilaian kerentanan (vulnerability assesment) melalui bantuan biaya studi dan riset kepada masyarakat atau pemda setempat

dalam melakukan penilaian kerentanan terhadap perubahan iklim. - Perusahaan dapat melakukan upaya penyuluhan dan pelatihan kepada

masyarakat terkait dengan upaya adaptasi perubahan iklim.

2. Mengurangi severity (keseriusan) dan probability (peluang) dampak yang terjadi. - Perusahaan dapat membantu pemerintah daerah dalam pembuatan tanggul

pencegah masuknya air laut kedaratan, atau dengan penanaman pohon mangrove disepanjang pesisir pantai sebagai tanggul alami.

- Perusahaan dapat membantu pemerintah dan masyarakat dalam pengadaan dan pembinaan penanganan banjir dan rob. Instalasi atau perbaikan drainase jalan

termasuk pengadaan pompa untuk memompa air laut yang menggenangi jalan. - Perusahaan dapat melakukan riset tentang tata kota yang dapat menjadi

masukan bagi pemerintah dalam beradaptasi terhadap kenaikan permukaan air laut.

- Perusahaan dapat membantu masyarakat dan Pemerintah Daerah untuk membuat bak/kolam untuk menampung hujan dan membuat sumur resapan.

Indikator penerapan upaya adaptasi perubahan iklim sebagai kegiatan CSR perusahaan.

- Tersedianya data mengenai analisa dampak perubahan iklim dan upaya adaptasi yang dibutuhkan.

- Rencana upaya adaptasi perubahan iklim yang disepakati oleh pemangku kepentingan terkait.

- Pencatatan pelaksanaan dan hasil pelaksanaan upaya adaptasi perubahan iklim yang dapat disosialisasikan kepada para pemangku kepentingan.

7. Pendidikan Lingkungan Hidup

Pendidikan lingkungan hidup adalah upaya mengubah perilaku dan sikap yang dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kesadaran masyarakat tentang nilai-nilai lingkungan dan isu permasalahan lingkungan yang pada akhirnya dapat menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya pelestarian dan keselamatan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang. Dengan demikian, Pendidikan Lingkungan Hidup merupakan kunci dari segala upaya membangun kesadaran dan kepedulian tentang arti penting dari pelestarian lingkungan hidup.

Sedangkan tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup antara lain mendorong dan memberikan kesempatan kepada masyarakat memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang pada akhirnya dapat menumbuhkan kepedulian, komitmen untuk melindungi, memperbaiki serta memanfaatkan lingkungan hidup secara bijaksana, turut menciptakan pola perilaku baru yang bersahabat dengan lingkungan hidup, mengembangkan etika lingkungan hidup dan untuk memperbaiki kualitas hidup. Sebagaimana tujuan tersebut, maka kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup disusun untuk menciptakan iklim yang mendorong semua pihak agar berperan dalam pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup untuk pelastarian lingkungan hidup.

Memperhatikan konsep dan tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup maka membangun kesadaran merupakan tahapan penting dari sebuah proses partisipasi masyarakat untuk terlibat aktif dalam berbagai kegiatan pelestarian lingkungan hidup. Lebih dari sekedar diseminasi pengetahuan dan keterampilan, Pendidikan Lingkungan Hidup juga berfungsi sebagai media penting untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma baru dalam hal interaksi antara manusia dan lingkungan. Oleh karenanya proses pendidikan yang menekankan metode dialogis akan lebih mampu mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan berkelanjutan serta menghindarkan konflik yang bersifat destruktif.

Keberhasilan pendidikan lingkungan hidup ini secara obyektif dapat dinilai berdasarkan indikator besarnya tingkat perubahan perilaku sasaran terkait di ketiga ranah, yaitu : kesadaran (kognitif), sikap (afektif) dan tindakan (psikomotorik/aksi). Perubahan yang dimaksud

tingkat katerlibatan individu/kelompok/komunitas sasaran yang bersangkutan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk memperbaiki ataupun memelihara kualitas lingkungan hidup. Perubahan yang dimaksud sepatutnya dapat berkontribusi pada tingkat keterlibatan individu/kelompok/komunitas sasaran dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk memperbaiki ataupun memelihara kualitas lingkungan hidup.

Kegiatan pendidikan tidak dapat dilakukan secara singkat, tetapi harus berkelanjutan dan holistik. Selain itu perspektif jangka panjang dari para penggiat kegiatan CSR perlu lebih diutamakan daripada kepentingan jangka pendek.

Kegiatan CSR melalui Pendidikan Lingkungan Hidup dapat menjadi bagian integral dari Bidang Kegiatan CSR lainnya, misal: konservasi sumber daya alam ataupun pengelolaan sampah. Bila kegiatan Pendidikan Lingkungan Hidup menjadi program yang independen, sebaiknya perlu mempertimbangkan aspek jalur dan jenjang pendidikan, agar pilihan kegiatan dapat disesuaikan dengan kompetensi dan modalitas yang dimiliki perusahaan agar tepat sasaran dan terukur pencapaiannya.

Kegiatan-kegiatan yang dapat dijalankan ataupun dikembangkan antara lain:

1. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pelatiahan lingkungan hidup bagi keluarga pejabat/staf/karyawan dari perusahaan yang bersangkutan, terutama

terkait dengan kegiatan penghematan air dan listrik di rumah, pengelolaan sampah rumah tangga dan penghijauan.

2. Mendukung kegiatan green-school, green-campus ataupun green-office di empat sektor utama: penghematan kertas, penghematan air dan listrik, pengelolaan

sampah/limbah serta penghijauan.

3. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pelatihan lingkungan hidup di pesantren-pesantren.

4. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pelatihan lingkungan hidup dikalangan organisasi/komonitas akar rumput, seperti karang taruna, PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga), Remaja Masjid, komunitas pengajian, komunitas pedagang

pasar tradisional, komunitas tani dan nelayan.

5. Mendukung kegiatan pengembangan kurikulum lingkungan hidup dan fasilitas sarana pendidikan lingkungan hidup (seperti pembuatan audio-visual, penerbitan buku)

untuk pemanfaatan di PAUD/TK/sekolah/universitas.

6. Mendukung kegiatan-kegiatan lingkungan di berbagai media massa, baik cetak, televisi, radio dan media-media alternative lainnya.

DAFTAR ISTILAH

AMDAL

: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Biodiversitas/Biodiversity

: keanekaragaman hayati

Biogas : gas yang dihasilhan oleh aktivitas anaerobik atau

fermentasi bahan-bahan organik.

Carbon Footprint

: ukuran total emesi gas rumah kaca

CSR : corporate social responsibility, tanggung jawab sosial

perusahaan. Eco-friendly : ramah lingkungan

Eco-labelling : system pelabelan bagi produk yang telah melalui

proses produksi yang ramah lingkungan

Fossil fuel

: bahan bakar berasal dari fosil

GHG (green house gases)

: gas rumah kaca

Kepmen LH

: Keputusan Mentri Lingkungan Hidup

Limbah B3

: Limbah bahan berbahaya dan beracun.

Polusi : masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun

Renewable energy

: energi terbarukan.

Reduce, reuse, recycle : mengurangi,menggunakan kembali, mendaur ulang. Solar cell

: sel surya, alat dengan efek photovoltaic yang mengubah

energi sinar matahari menjadi listrik.

Recovery : tindakan mengembalikan kepada keadaan semula.

Daftar Pustaka

Brujin, T. D. 2007, “Energy Management”, in The A to Z of Corporate Social Responsibility, eds W. Visser, D. Matten, M. Pohl and N. Tolhurst, John Wiley & Sons Ltd., Chichester, West Sussex.

Davidson, B. 2007, “Impact Assessment”, in The A yo Z of Corporate Social Responsibility, eds W. Visser, D. Matten, M. Pohl and N. Tolhurst, John Wiley & Sons Ltd., Chichester, West

Sussex.

Hart, S. L. 2007, “Beyond Greening: Strategies for a Sustainable World”, in Harvard Business Review on Green Bussiness Strategy, Harvard Bussiness School Publishing Corporation, Boston.

ISO. 2010. “ISO 26000: Guidance on Social Responsibility”, ISO/FDIS 26000:2010(E)

ENGLISH

Contents

I. Introduction ........................................................................... ..

II. Definition, Characteristic, Principle and Level of CSR ....................... .. 29-31 III.

The Role of Ministry of Environment (MoE) in CSR ....................... ..

IV. Steps and Mechanism ................................................................... .. 33-36

1. Before Implementing Environmental CSR Activities

2. Drafting Environmental CSR Activities Plan

3. Implementation of Environmental CSR Activities

4. Drafting Documentation of Environmental CSR Activities

5. The Effort to Maintain Sustainability of Implemented Environmental CSR Activities

V. Alternative Sector of CSR Activities .............................................. .. 37-46

1. Cleaner Production

2. Eco Office’

3. Convervation of Energy and Natural Resources (SDA)

4. Waste Management br 3R

5. Renewable Energy

6. Climate Change Adaptation

7. Environmental Education Glosary ....................................................................................................

47 Reference ....................................................................................................

BAB I / Introduction

This guideline is drafted with aim to give guidance and inspiration to business actors in conducting CSR (Corporate Social Responsibility) activities, particularly in the Environment sector. This guideline is also addressed to central and regional government to be used as a guidance in assisting companies to implement CSR activities.

Beside act as a guidance and inspiration to business actors in implementing CSR activities, this CSR guideline is also intended to inspire awareness and commitment of companies to voluntarily carry out CSR activities in the environmental sector.

In the implementation of CSR activities by companies, central and local government's role is to advise the companies only when required by the companies. With this guideline it is expected the company can implement CSR activities in the environmental sector in an effective and well targeted way.

The understanding of the environment referred to in this guideline is as defined in Article 1 of Law No. 32 of 2009 on the Protection and Management of Environmental

(PPLH), 1 which includes the physical condition of nature, human and their behavior.

According to Article 1 Law No. 32/2009 on PPLH, environmental is a unity of space with all objects, energy, state/condition and organism/living creatures, including humans and their behavior, that affect the nature itself, continuity of life, and welfare of humans and other living creatures.

BAB II / Definition, Characteristic, Principle and Level of CSR

The definition of CSR operational used in this guideline is any actions that go beyond

compliance towards all laws and regulations relating to corporate business sectors, to:

1. Be committed to ethical business conduct to improve the quality of life of its stakeholders

2. Be contributed to the sustainability of economic, environmental, and social aspects as part of the sustainable development process

CSR according to the World Business Council for Sustainable Development

(WBCSD) 2 is a sustained commitment from the business community to act ethically and contribute to economic development in the local community or public society, along with

living standards improvement of employees and their entire family. According to the ISO 26000 3 Characteristic of Social Responsibility is an

organization's willingness to consider the social and environmental aspects in decision making and responsible for the impact of decisions and activities that affect society and the environment.

In the ISO 26000 Social Responsibility covers 7 (seven) main aspects, namely: organizational governance, human rights, labor, environment, fair business practices, consumer issues and the involvement and community development.

In the Global Compact 4 there are 10 main principles of the four business aspects that socially responsible and sustainable, those are:

A. Human Rights

Principle 1 business actors should support and respect the protection of human rights internationally recognized; and Principle 2 to ensure the company is not involved in the violation of human rights

2 WBCSD is global association which consist of approximately 200 companies and particularly run in sustainable development sector,

3 ISO 26000 is a guideline for every organization in conducting social responsibility. This guideline is created by experts from more than 90 countries and 40 international organizations by using multi-stakeholder approach.

4 Global Compact is a principle initiated by UN (United Nation) to encourage business actors in the world to apply policies that has social responsibility and sustainability in their business and also for companies to report its implementation. Global

Compact is formally declare don 26 July 2000.

B. Labor