HUBUNGI NO HP KATA KUNCI KATA KUNCI

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
SEMESTER GENAP 2013/2014
TUGAS KAJIAN HUKUM DAN HAM

Mata kuliah
Dosen
Mahasiswa

: Hukum dan HAM
: Ibu Azizah, SH, MH
: Abdul Munib

“Teori realtivitas budaya dalam persepsi Hukum dan HAM”
1. Latar belakang
Contoh kasus terkait dengan relativisme Budaya dan HAM adalah Konflik Sampit
tahun 2001, Konflik ini bukanlah insiden yang terisolasi, karena telah terjadi
beberapa insiden sebelumnya antara warga Dayak dan Madura. Konflik besar
terakhir terjadi antara Desember 1996 dan Januari 1997 yang mengakibatkan 600
korban tewas. Penduduk Madura pertama tiba di Kalimantan tahun 1930 di bawah
program transmigrasi yang dicanangkan oleh pemerintah kolonial Belanda dan

dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia. Tahun 2000, transmigran membentuk 21%
populasi Kalimantan Tengah. Suku Dayak merasa tidak puas dengan persaingan
yang terus datang dari warga Madura yang semakin agresif. Hukum-hukum baru
telah memungkinkan warga Madura memperoleh kontrol terhadap banyak industri
komersial di provinsi ini seperti perkayuan, penambangan dan perkebunan.
Ada sejumlah cerita yang menjelaskan insiden kerusuhan tahun 2001. Satu versi
mengklaim bahwa ini disebabkan oleh serangan pembakaran sebuah rumah
Dayak. Rumor mengatakan bahwa kebakaran ini disebabkan oleh warga Madura
dan kemudian sekelompok anggota suku Dayak mulai membakar rumah-rumah di
permukiman Madura.
Profesor Usop dari Asosiasi Masyarakat Dayak mengklaim bahwa pembantaian
oleh suku Dayak dilakukan demi mempertahankan diri setelah beberapa anggota

Page

1

mereka diserang. Selain itu, juga dikatakan bahwa seorang warga Dayak disiksa
dan dibunuh oleh sekelompok warga Madura setelah sengketa judi di desa
Kerengpangi pada 17 Desember 2000.

Abdul Munib / 20131440018

2. Pengertian Relativisme
Pengertian relativisme secara bahasa dan istilah. Secara etimologis, relativisme
yang dalam bahasa Inggrisnya relativism, relative berasal dari bahasa latin relativus
(berhubungan

dengan).

Dalam

penerapan

epistemologisnya,

ajaran

ini

menyatakan bahwa semua kebenaran adalah relatif. Penggagas utama paham ini

adalah Protagoras, Pyrrho.
Sedangkan secara terminologis, makna relativisme seperti yang tertera dalam
Ensiklopedi Britannica adalah doktrin bahwa ilmu pengetahuan, kebenaran dan
moralitas wujud dalam kaitannya dengan budaya, masyarakat maupun konteks
sejarah, dan semua hal tersebut tidak bersifat mutlak. Lebih lanjut ensiklopedi ini
menjelaskan bahwa dalam paham relativisme apa yang dikatakan benar atau
salah; baik atau buruk tidak bersifat mutlak, tapi senantiasa berubah-ubah dan
bersifat relatif tergantung pada individu, lingkungan maupun kondisi sosial.
3. Relativisme Budaya
Relativisme budaya berbicara mengenai pegangan yang teguh pada prinsip,
pengembangan prinsip tersebut, dan tanggung jawab penuh dalam kehidupan dan
pengalaman seseorang.
Jika perkembangan budaya antara satu wilayah budaya dengan wilayah budaya
lainnya berbeda, maka standar kebenaran dan kebaikan yang ada tiap kelompok
budaya akan berbeda satu dengan yang lainnya. Dari sinilah terbentuk nilai-nilai
budaya yang sifatnya relatif.
Relativisme budaya memandang bahwa tidak ada budaya yang lebih baik dari
budaya lainya. Karenanya tidak ada kebenaran atau kesalahan yang bersifat
internasional. Ia menolak pandangan bahwa terdapat kebenaran yang bersifat
universal dari budaya-budaya tertentu. Sisi positif dari paham relativisme budaya

ini adalah dapat menyesuaikan dirinya dengan budaya sekitarnya, dan tidak pernah
menganggap bahwa budayanya adalah budaya yang terbaik. Sedangkan dampak

Page

2

negatifnya bisa dirasakan oleh suatu daerah, misalkan, jika Indonesia sudah
memiliki paham relativisme yang sangat kuat.

Abdul Munib / 20131440018

Dalam pewacanaan nilai partikular HAM, teori relativitas budaya merupakan salah
satu teori yang cukup signifikan. Asumsi utama teori ini adalah bahwa nilai-nilai
moral dan budaya bersifat partikular (khusus). Hal ini berarti bahwa nilai-nilai moral
HAM bersifat lokal dan spesifik, sehingga berlaku khusus pada suatu wilayah.
Dalam konteks penerapan HAM, ada tiga model penerapan HAM, yaitu:
1. Penerapan HAM yang lebih menekankan pada hak sipil, hak politik, dan hak
pemilikan pribadi.
2. Penerapan HAM yang lebih menekankan pada hak ekonomi dan hak sosial; dan

3. Penerapan HAM yang lebih menekankan pada hak penentuan nasib sendiri
dan pembangunan ekonomi.
4. Pelanggaran HAM
Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan atau tindakan individu atau sekelompok
orang, termasuk aparat negara, baik disengaja mapun tidak disengaja, atau karena
kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan/atau
mencabut HAM individu atau sekelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang
dan tidak didapatkan atau dikahawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian
hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku. Dengan
demikian, pelanggaran HAM merupakan tindakan pelanggaran kemanusiaan baik
dilakukan oleh individu maupun oleh institusi negara atau institusi lainnya terhadap
hak asasi individu lain tanpa ada dasar atau alasan yuridis dan alasan rasional yang
menjadi pijakannya.
Pelanggaran HAM dikelompokkan dalam dua bentuk, yaitu pelanggaran HAM berat
dan pelanggaran HAM ringan.
4.1.

Pelanggaran HAM berat
Pelanggaran HAM berat terbagi atas dua, yaitu:
a. Kejahatan genosida

Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan
maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau

Page

3

sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, dan kelompok agama.
Kejahatan genosida dilakukan dengan cara membunuh anggota
kelompok, mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat
Abdul Munib / 20131440018

terhadap anggota-anggota kelompok, menciptakan kondisi kehidupan
kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik
seluruh atau sebagiannya, memaksakan tindakan-tindakan yang
bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok dan memindahkan
secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain.
b. Kejahatan kemanusiaan
Kejahatan kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan
sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang

diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung
terhadap

penduduk

sipil

berupa

pembunuhan,

pemusnahan,

perbudakan, pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa,
perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain
secara sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan
pokok hukum internasional, penyiksaan, perkosaan, perbudakan
seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan
atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain
yang setara, penganiayaan terhadap satu kelompok tertentu atau

perkumpulan yang didasarkan pada persamaan paham politik, ras,
kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin, atau alasan lain yang
telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum
internasional, penghilangan orang secara paksa, dan kejahatan.
4.2.

Pelanggaran HAM ringan
Pelanggaran HAM ringan merupakan pelanggaran HAM selain genosida
dan

kejahatan

pemerkosaan

kemanusiaan.
secara

individual

Dalam


konteks

maupun

ini,

pembunuhan,

berkelompok,

penipuan,

perampokan, penyiksaan fisik dan/atau psikologis seseorang, intimidasi,
pengekangan terhadap kebebasan seseorang, dan bentuk pelanggaran
lainnya.
5. Pengadilan HAM

Page


4

Ketentuan tentang adanya Pengadilan HAM terdapat dalam UU No.26 Tahun
2000 Tentang Pengadilan HAM. Dalam Undang-Undang tersebut, diatur
ketentuan mengenai Pengadilan HAM ad hoc untuk memeriksa dan
Abdul Munib / 20131440018

memutuskan perkara pelanggaran HAM yang berat yang terjadi sebelum UU
No.26 Tahun 2000 tersebut lahir. Pengadilan HAM ad hoc dibentuk atas usul
Dewan Perwakilan Rakyat berdasar peristiwa tertentu dengan Keputusan
Presiden dan berada dalam lingkungan Peradilan Umum.
Dalam konteks pelanggaran HAM berat, berlaku asas retroaktif, yaitu suatu
asas hukum yang menegaskan bahwa tindak pidana tertentu yang telah
dilakukan sebelum Undang-Undang yang mengaturnya belum ditetapkan
dapat diperiksa dan diadili. Asas ini pun diperkuat dengan ketetapan
Mahkamah Konstitusi yang menyebutkan bahwa untuk pelanggaran HAM
berat, berlaku asas retroaktif. Dasarnya adalah untuk memenuhi rasa keadilan,
mengingat implikasi pelanggaran HAM tersebut sangat besar dan menyangkut
kepentingan orang banyak sebagaimana contoh kasus pembantaian suku
Madura di Sampit Kalimantan Tengah oleh Suku Dayak.

6. KESIMPULAN
Berdasar uraian diatas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
6.1. Implementasi HAM tidak dapat dilepaskan sama sekali dari konteks
budaya dan nilai-nilai lokal, bahwa nilai HAM bersifat partikular didasarkan
pada kenyataan bahwa nilai-nilai moral dan budaya bersifat partikular
(khusus). Hal ini berarti bahwa nilai-nilai moral HAM bersifat lokal dan
spesifik, sehingga berlaku khusus pada suatu wilayah.
6.2. Pelanggaran HAM secara umum merupakan tindakan, baik seseorang
maupun sekelompok orang, aparat negara maupun bukan aparat negara,
yang

mencederai,

mengurangi,

mengganggu,

dan

bahkan

menghilangkan hak-hak asasi seseorang dan/atau sekelompok orang
dengan cara-cara yang radikal dan melanggar nilai-nilai humanitas dan
bertentangan dengan Undang-Undang.
6.3. Pelanggaran HAM terbagi atas dua, yaitu pelanggaran HAM berat dan
pelanggaran HAM ringan. Pelanggaran HAM-khususnya pelanggaran
HAM berat-diadili di Pengadilan HAM, baik Pengadilan HAM tetap

Page

5

maupun Pengadilan HAM ad hoc-Pengadilan HAM untuk pelanggaran
HAM berat seperti genosida dan kejahatan kemanusiaan. Proses
peradilannya mengacu pada hukum acara Peradilan HAM.
Abdul Munib / 20131440018

6
Page

Abdul Munib / 20131440018