laporan pendahuluan oksigenasi LAPORAN P

SELASA, 28 AGUSTUS 2012

laporan pendahuluan oksigenasi
LAPORAN PENDAHULUAN
STASE KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
GANGGUAN OKSIGENASI
PADA PASIEN OBSTRUKSI DIPSNEU
DI RUANG KENANGA RSUD GOETHENG TARUNADIBRATA
PURBALINGGA

Oleh:
Anggriyana Tri Widianti, S.Kep.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM PROFESI NERS
2012

A. PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Oksigen (O2) merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme,

untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara normal elemen ini
diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali bernafas.
Penyampaian O2 ke jaringan tubuh ditentukan oleh interaksi sistem respirasi, kardiovaskuler
dan keadaan hematologis. Adanya kekurangan O2 ditandai dengan keadaan hipoksia, yang dalam
proses lanjut dapat menyebabkan kematian jaringan bahkan dapat mengancam kehidupan. Klien
dalam situasi demikian mengharapkan kompetensi perawat dalaam mengenal keadaan
hipoksemia dengan segera untuk mengatasi masalah.
Pemberian terapi O2 dalam asuhan keperawatan, memerlukan dasar pengetahuan tentang faktorfaktor yang mempengaruhi masuknya O2 dari atmosfir hingga sampai ke tingkat sel melalui

2.
a.
b.
c.
d.
e.

alveoli paru dalam proses respirasi. Berdasarkan hal tersebut maka perawat harus memahami
indikasi pemberian O2, metode pemberian O2 dan bahaya-bahaya pemberian O2.
Tujuan
Setelah melakukan penyusunan laporan pendahuluan diharapkan mahasiswa dapat :

Melakukan pengkajian pada pasien dengan gangguan oksigenasi
Menetapkan diagnosa keperawatan pasien dengan gangguan oksigenasi
Melakukan intervensi keperawatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan oksigenasi
Melakukan evaluasi kemampuan pasien dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi
Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan

II.TINJAUAN TEORI
1. Pengertian Terapi Oksigenasi
Oksigenasi merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme
untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh
dengan cara menghirup O2 setiap kali bernapas. Masuknya oksigen ke jaringan tubuh ditentukan
oleh sistem respirasi kardiovaskuler dan keadaan hematologi (Wartonah & Tarwoto 2003).
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan oksigen di atmosfer. Konsentrasi oksigen dalam udara ruangan adalah 21%. Tujuan
terapi oksigen adalah memberikan transport oksigen yang adekuat dalam darah sambil
menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stres pada miokardium ( Mutaqqin, 2005 )
Tujuan terapi oksigenasi :
1. Mengembalikan PO2 arterial pada batas normal.
2. Mengoreksi kondisi hipoksia dan oksigenasi dapat diberikan secara adekuat.
3. Mengembalikan frekuensi pernapasan dalam batas normal.

2. Etiologi
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi menurut
NANDA (2011),yaitu hiperventilasi, hipoventilasi, deformitas tulang dan dinding dada,
nyeri,cemas,
penurunan
energy,/kelelahan,
kerusakan
neuromuscular,
kerusakan
muskoloskeletal, kerusakan kognitif / persepsi, obesitas, posisi tubuh, imaturitas neurologis
kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan membrane kapiler-alveoli.
3. Faktor predisposisi
Faktor presipitasi atau pencetus dari adanya gangguan oksigenasi yaitu :
1. Gangguan jantung, meliputi : ketidakseimbangan jantung meliputi ketidakseimbangan konduksi,
kerusakan fungsi valvular, hipoksia miokard, kondisi-kondisi kardiomiopati, dan hipoksia
jaringan perifer.
3. Kapasitas darah untuk membawa oksigen.

4. Faktor perkembangan. Pada bayi premature berisiko terkena penyakit membrane hialin karena
belum matur dalam menghasilkan surfaktan. Bayi dan toddler berisiko mengalami infeksi saluran

pernafasan akut. Pada dewasa, mudah terpapar faktor risiko kardiopulmoner. System pernafasan
dan jantung mengalami perubahan fungsi pada usia tua / lansia.
5. Perilaku atau gaya hidup. Nutrisi mempengaruhi fungsi kardiopilmonar. Obesitas yang berat
menyebabkan penurunan ekspansi paru. Latihan fisik meningkatkan aktivitas fisik metabolisme
tubuh dan kebutuhan oksigen. Gaya hidup perokok dikaitkan dengan sejumlah penyakit termasuk
penyakit jantung, PPOK, dan kanker paru (Potter&Perry, 2006).
4. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses ventilasi
(proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru), apabila
pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan
tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus.
Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan
ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan
pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup, afterload,preload, dan kontraktilitas
miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2002).
5. Tanda dan Gejala
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan oksigenasi.
Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan untuk bernafas, pernafasan
nafas flaring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek, posisi
tubuh menunjukan posisi 3 poin, nafas dengan bibir, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter

anterior-posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala
adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA, 2011).
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi, hiperkapnea,
kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, AGS abnormal, sianosis, warna kulit
abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia, hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun,
abnormal frekuensi, irama dan kedalaman nafas (NANDA, 2011).
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan
oksigenasi yaitu:
a. EKG: menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung, mendeteksi transmisi impuls dan
posisi listrik jantung.
b. Pemeriksaan stres latihan, digunakan untuk mengevaluasi respond jantung terhadap stres fisik.
Pemeriksaan ini memberikan informasi tentang respond miokard terhadap peningkatan
kebutuhan oksigen dan menentukan keadekuatan aliran darah koroner.
c. Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi ; pemeriksaan fungsi paru,
analisis gas darah (AGD).

7.
Gangguan pertukaran gas
Pathway


8. Indikasi Terapi
Oksigen.
Muttaqin (2005)
menyatakan
bahwa
indikasi utama pemberian terapi O2 sebagai berikut :
a. Klien dengan kadar O2 arteri rendah dari hasil analisa gas darah
b. Klien dengan peningkatan kerja nafas, dimana tubuh berespon terhadap keadaan hipoksemia
melalui peningkatan laju dan dalamnya pernafasan serta adanya kerja otot-otot tambahan
pernafasan
c. Klien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung berusaha untuk mengatasi gangguan
O2 melalui peningkatan laju pompa jantung yang adekuat.

9. Metoda pemberian terapi oksigen
Metode pemberian O2 dapat dibagi atas 2 teknik:
a. Sistem aliran rendah
Teknik sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan. Teknik
ini menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung pada tipe pernafasan dengan patokan volume
tidal pasien. Pemberian O2 sistem aliran rendah ini ditujukan untuk klien yang memerlukan O2 tetapi

masih mampu bernafas dengan pola pernafasan normal, misalnya klien dengan Volume Tidal 500
ml dengan kecepatan pernafasan 16 – 20 kali permenit (Harahap, 2005).
Yang termasuk dalam sistem aliran rendah yaitu kataeter nasal, kanula nasal, sungkup
muka sederhana, sungkup muka dengan kantong rebreathing, sungkup muka dengan kantong non
rebreathing.
a.

Kateter nasal
Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 1-6. Keuntungan pemberian O 2 stabil, klien
bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan nyaman serta dapat juga dipakai
sebagai kateter penghisap. Kerugian Tidak dapat memberikan konsentrasi O 2lebih dari
45%, tehnik memasuk kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi distensi
lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, aliran lebih dari 6 L/mnt dapat
menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung, kateter mudah
tersumbat (Harahap, 2005).

gambar kateter nasal
b.

Kanul nasal

Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 1-6. Keuntungan Pemberian O 2 stabil dengan
volume tidal dan laju pernafasan teratur, mudah memasukkan kanul dibanding kateter, klien
bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien. Kerugian tidak dapat
memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai O2 berkurang bila klien bernafas lewat
mulut, mudah lepas karena kedalam kanul hanya 1 cm, mengiritasi selaput lender (Harahap,
2005).

Gambar kanul nasal
c.

Sungkup muka sederhana
Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 5-8. Keuntungan konsentrasi O 2 yang
diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal, system humidifikasi dapat ditingkatkan
melalui pemilihan sungkup berlobang besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi
aerosol. Kerugian Tidak dapat memberikan konsentrasi O 2 kurang dari 40%, dapat
menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah (Harahap, 2005).

Gambar sungkup muka sederhana

Sungkup muka dengan kantong rebreathing

Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 8-12. Keuntungan Konsentrasi O 2 lebih tinggi
dari sungkup muka sederhana, tidak mengeringkan selaput lender. Kerugian Tidak dapat
memberikan O2 konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat menyebabkan
penumpukan CO2, kantong O2 bisa terlipat (Harahap, 2005).
e. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing
Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 8-12. Keuntungan konsentrasi O 2 yang
diperoleh dapat mencapi 100%, tidak mengeringkan selaput lendir. Kerugian kantong
O2 bisa terlipat (Harahap, 2005).
d.

Gambar Sungkup muka dengan kantong non rebreathing
b.

Sistem aliran tinggi
Suatu teknik pemberian O2 dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe
pernafasan, sehingga dengan teknik ini dapat menambahkan konsentrasi O2 yang lebih tepat dan
teratur. Adapun contoh teknik sistem aliran tinggi yaitu sungkup muka dengan ventury. Prinsip
pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari tabung akan menuju ke sungkup
kemudian dihimpit untuk mengatur suplai O2 sehingga tercipta tekanan negatif, akibat udara luar
dapat diisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih banyak. Aliran udara pada alat ini ± 4–14 L/mnt

dan konsentrasi 30 – 55% (Harahap, 2005).
Keuntungan
Konsentrasi O2 yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada alat dan tidak
dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap FiO2, suhu dan kelembapan gas dapat dikontrol serta
tidak terjadi penumpukan CO2(Harahap, 2005).

Kerugian
Kerugian sistem ini hampir sama dengan sungkup muka yang lain pada aliran rendah.

10. Pengkajian
Hal-hal yang dapat dikaji pada gangguan oksigenasi adalah :
1. Pola manajemen kesehatan-persepsi kesehatan
Bagaimana perilaku individu tersebut mengatasi masalah kesehatan , adanya faktor risiko
sehubungan dengan kesehatan yang berkaitan dengan oksigen.
2. Pola metabolik-nutrisi
Kebiasaan diit buruk seperti obesitas akan mempengaruhi oksigenasi karena ekspansi paru
menjadi pendek. Klien yang kurang gizi, mengalami kelemahan otot pernafasan.
3. Pola eliminasi
Perubahan pola defekasi (darah pada feses, nyeri saat devekasi), perubahan berkemih (perubahan
warna, jumlah, ferkuensi)

4. Aktivitas-latihan
Adanya kelemahan atau keletihan, aktivitas yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi
seseorang. Aktivitas berlebih dibutuhkan oksigen yang banyak. Orang yang biasa olahraga,
memiliki peningkatan aktivitas metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen.

5. Pola istirahat-tidur
Adanya gangguan oksigenasi menyebabkan perubahan pola istirahat.
6. Pola persepsi-kognitif
Rasa kecap lidah berfungsi atau tidak, gambaran indera pasien terganggu atau tidak,
penggunaaan alat bantu dalam penginderaan pasien.
7. Pola konsep diri-persepsi diri
Keadaan social yang mempengaruhi oksigenasi seseorang (pekerjaan, situasi keluarga, kelompok
sosial), penilaian terhadap diri sendiri (gemuk/ kurus).
8. Pola hubungan dan peran
Kebiasaan berkumpul dengan orang-orang terdekat yang memiliki kebiasaan merokok sehingga
mengganggu oksigenasi seseorang.
9. Pola reproduksi-seksual
Perilaku seksual setelah terjadi gangguan oksigenasi dikaji
10. Pola toleransi koping-stress
Adanya stress yang mempengaruhi ke oksigenasi.
11. Keyakinan dan nilai
Status ekonomi dan budaya yang mempengaruhi oksigenasi, adanya pantangan atau larangan
minuman tertentu dalam agama pasien.
a. Riwayat Kesehatan
2) Keluhan utama: klien mengeluh sesak nafas, nyeri dada.
3) Riwayat penyakit sekarang: asma, CHF, AMI, ISPA.
4) Riwayat penyakit dahulu: pernah menderita asma, CHF, AMI, ISPA, batuk.
b. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran: kesadaran menurun
2) TTV: peningkatan frekuensi pernafasan, suhu tinggi
3) Head to toe
a) Mata: Konjungtiva pucat (karena anemia), konjungtiva sianosis (karena hipoksemia),
konjungtiva terdapat petechie ( karena emboli atau endokarditis)
b) Mulut dan bibir: Membran mukosa sianosis, bernafas dengan mengerutkan mulut
c) Hidung : Pernafasan dengan cuping hidung
d) Dada: Retraksi otot bantu nafas, pergerakan tidak simetris antara dada kanan dan kiri, suara
nafas tidak normal.
e) Pola pernafasan: pernafasan normal (apneu), pernafasan cepat (tacypnea), pernafasan lambat
(bradypnea)
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan memantau analisa gas darah arteri dan
pemeriksaan diagnostik foto thorak, EKG
11. Diagnosa
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan oksigenasi adalah:

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Gangguan pertukaran gas
3. Ketidakefektifan pola nafas

12. Rencana asuhan keperawatan (kriteria hasil, intervensi, rasional)
DIAGNOSA
KRITERIA HASIL
Ketidakefektifan Tidak ada batuk
bersihan jalan
Suara nafas tambahan
napas
Perubahan frekuensi napas
Perubahan irama pernafasan a.
Sianosis
b.
Kesulitan berbicara
c.
Penurunan bunyi napas
d.
Dispnea
e.
Sputum
dalam
jumlah
berlebihan
f.
Batuk yang tidak efektif
Ortopnea
g.
Gelisah
Mata terbuka lebar

TUJUAN
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3x24 jam, kepatenan a.
jalan nafas, dengan kriteria hasil:
Tidak mengalami demam (5)
b.
Tidak mengalami kecemasan (5)
Tidak tersedak (5)
c.
Memiliki RR dalam batas normal (4)
Memiliki irama pernafasan yang
d.
normal (4)
Mampu mengeluarkan sputum dari e.
jalan nafas (4)
Bebas dari suara nafas tambahan(4) f.

INTERVENSI
NIC: Airway suctioning
Tentukan kebutuhan suction or
dan atau trakheal
Auskultasi suara nafas sesudah
dan sebelum melakukansuction
Informasikan kepada klien dan
keluarga tentang suction
Gunakan universal
precaution(maske, sarungtanga
Pasang nasal kanul selama
dilakukan suction
Monitor status oksigen pasien
(tingkat SaO2 dan SvO2) dan
status hemodinamik (tingkat
MAP [mean arterial
pressure] dan irama jantung)
segera sebelum, selama dan
setelah suction
g. Perhatikan tipe dan jumlah
sekresi yang dikumpulkan

NIC: Airway management
a. Posisikan klien untuk
memaksimalkan potensi
Setelah
dilakukan
tindakan ventilasinya.
keperawatan 3x24 jam, statusb. Identifikasi kebutuhan klien ak
respiratori: pertukaran gas dengan insersi jalan nafas baik aktual
indikator:
maupun potensial.

Gangguan
pertukaran gas

1.
Gas darah arteri normal
2.
pH arteri normal
3.
Pernafasan
abnormal
4.
(kecepatan,
irama
dan
5.
kedalaman)
6.
Warna kulit abnormal (pucat,
7.
kehitaman, kebiruan)
Diaphoresis
Sakit kepala saat bangun
Hipoksia
Hipoksemia
Nafas cuping hidung
Gelisah
Somnolen
1.
Takikardi
2.
3.

Status mental dalam batas normal (5) c.
Dapat melakukan napas dalam (5) d.
Tidak terlihat sianosis (5)
Tidak mengalami somnolen (4)
PaO2 dalam rentang normal (4)
pH arteri normal (4)
e.
ventilasi-perfusi
dalam
kondisi
seimbang (4)
a.

Setelah
dilakukan
tindakan
b.
keperawatan 3x24 jam, status
respirasi: ventilasi dengan indikator:
Respiratory Rate (5)
Ekspansi dinding dada simetris (5)
Mampu melakukan inspirasi dalam c.
(5)
Ketidakefektifan
4. Tidak mengalami dispnea (5)
pola nafas
Penggunaan
otot
bantu
5. Tidak mengalami ortopnea (5)
pernafasan
6. Auskultasi bunyi nafas dalam rentang
d.
Pernafasan cuping hidung
normal (5)
Fase ekspirasi menamjang
Hiperventilasi
Ansietas
Ortopnea
e.
f.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner &Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta

Lakukan terapi fisik dada
Auskultasi suara nafas, tandai
area penurunan atau hilangnya
ventilasi dan adanya bunyi
tambahan
Monitor status pernafasan dan
oksigenasi, sesuai kebutuhan

NIC: Respiratory monitoring
Monitor rata-rata, irama,
kedalaman dan usaha respirasi
Perhatikan pergerakan dada,
amati kesemetrisan, penggunaa
otot-otot aksesoris, dan retraksi
otot supraklavikuler dan
interkostal
Monitor pola pernafasan:
bradipneu, takipneu,
hiperventilasi, respirasiKussma
respirasi Cheyne-Stokes
Monitor peningkatan
ketidakmampuan istirahat,
kecemasan, dan haus udara,
perhatikan perubahan pada SaO
SvO2, CO2 akhir-tidal, dan nilai
gas darah arteri (AGD), dengan
tepat
Monitor kualitas dari nadi
Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit.

Harahap. (2005). Oksigenasi Dalam Suatu Asuhan Keperawatan. Jurnal Keperwatan Rufaidah Sumatera
Utara Volume 1
Muttaqin. (2005). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Pernafasan. Salemba Medika. Jakarta
Johnson, Meridian Maas, & Sue Moorhead. (2000). Nursing Outcame Clasification. Mosby. Philadelphia
McCloskey & Gloria M Bulechek. (1996). Nursing Intervention Clasification. Mosby. USA
Wartonah dan Tarwoto. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia & Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika

Jumat, 07 Desember 2012
LAPORAN PENDAHULUAN OKSIGENASI
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 KONSEP DASAR
1.

Pengertian
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia atau fisika)
. Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses
metabolisme sel.Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan O2 yang
melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup berbahaya terhadap aktifitas sel (Wahit
Iqbal Mubarak, 2007).
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dari proses metabolisme untuk mempertahankan
kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 setiap kali
bernapas (Wartonah Tarwanto, 2006).
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia, dalam tubuh, oksigen berperan
penting
dalam
proses
metabolisme sel
tubuh.
Kekurangan
oksigen
bisa menyebabkan
hal
yang sangat berbahaya bagitubuh, salah satunya adalah kematian. Karenanya, berbagai upaya perludilakukan untuk
menjamin pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut, agar terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanannya pemenuhan
kebutuhan oksigen merupakan garapan perawat tersendiri, oleh karena itu setiap perawat harus paham
dengan manisfestasi tingkat pemenuhan oksigen pada klienya serta mampu mengatasi berbagai masalah yang
terkait dengan pemenuhan kebutuhan tesebut.

2.

a.

Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan
Stuktur Sistem Pernafasan
Sistem Pernafasan Atas
Sistem pernafasan atas terdiri atas mulut,hidung, faring, dan laring. Pada hidung udara yang masuk akan
mengalami penyaringan, humidifikasi, dan penghangatan.
Faring merupakan saluran yang terbagi dua untuk udara dan�makanan. Faring terdiri atas
nasofaring, orofaring dan laryngopharynk yang kaya akan jaringan limfoid yang berfungsi menangkap dan dan
menghancurkan kuman dan pathogen yang masuk bersama udara.
Laring merupakan struktur yang menyerupai tulang rawan yang bisa� disebut jakun. Selain berperan
sebagai penghasil suara, laring juga berfungsi mempertahankan kepatenan dan melindungi jalannafas bagian bawah
dari air dan makanan yang masuk.

b.

Sistem Pernafasan Bawah
Sistem pernafasan bawah terdiri atas trakea dan paru-paru yang dilengkapi dengan bronkus, bronkiolus,
alveolus, jaringan kapiler paru dan pleura.
Trakea merupakan pipa membran yang dikosongkan oleh cincin� kartilago yang menghubungkan laring
dan bronkus utama anatara kanan dan kiri.

Paru-paru ada dua buah teletak di sebelah kanan dan kiri. masing-masing paru terdiri atas beberapa lobus
(paru kanan 3 lobus dan paru kiri 2 lobus) dan dipasah oleh satu bronkus. Jaringan-jaringan paru sendiri terdiri atas
serangkaian jalan nafas yang bercabang-cabang, yaitu alveoulus, pembuluh darah paru, dan jaringan ikat elastic.
Permukaan luar paru-paru dilapisi oleh dua lapis pelindung yang disebut pleura. Pleura pariental membatasi
torakal dan permukaan diafragma, sedangkan pleura visceral membatasi permukaan luar paru.
Berdasarkan tempatnya proses pernafasan terbagi menjadi dua yaitu:
a. Pernapasan
eksternal
Pernapasan eksternal (pernapasan pulmoner) mengacu pada keseluruhan proses pertukaran O2 dan
CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuhSecara umum proses ini berlangsung dalam tiga langkah, yakni :
1.
Ventilasi
pulmoner
Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru melalui proses ventilasi sehingga terjadi
pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan alveolus. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu
jalan napas yang bersih, system saraf pusat dan system pernapasan yang utuh, rongga toraks yang mampu
mengembang dan berkontraksi dengan baik, serta komplians paru yang adekuat.
Pertukaran
gas
alveolar
Setelah oksigen masuk ke alveolar, proses proses pernapasan berikutnya adalah difusi oksigen dari alveolus
ke pembuluh darah pulmoner. Difusi adalah pergerakan molekul dari area berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke
area berkonsentrasi atau bertekanan rendah. Proses ini berlangsung di alveolus dan membran kapiler, dan
dipengaruhi
oleh
ketebalan
membran
serta
perbedaan
tekanan
gas.
2.
Transpor
oksigen
dan
karbon
dioksida
Tahap ke tiga pada proses pernapasan adalah tranpor gas-gas pernapasan. Pada proses ini, oksigen diangkut
dari paru menuju jaringan dan karbon dioksida diangkut dari jaringan kembali menuju paru.
b.
Pernapasan
internal
Pernapasan internal (pernapasan jaringan) mengaju pada proses metabolisme intra sel yang berlangsung
dalam mitokondria, yang menggunakan oksigen dan menghasilkan CO2 selama proses penyerapan energi molekul
nutrien. Pada proses ini darah yang banyak mengandung oksigen dibawa ke seluruh tubuh hingga mencapai kapiler
sistemik. Selanjutnya terjadi pertukaran O2 dan CO2 antara kapiler sistemik dan sel jaringan. Seperti di kapiler paru,
pertukaran ini juga melalui proses difusi pasif mengikuti penurunan gradien tekanan parsial.
3.
a.

Etiologi
Faktor
Fisiologi
1.
Menurunnya
kemampuan
mengikatO
2
seperti
pada
anemia
2. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada
Obstruksi
saluran
pernafasan
bagian
atas
3. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun yang mengakibatkan terganggunya oksigen(O2)
4.
Meningkatnya
metabolisme
seperti
adanya
infeksi,
demam
luka,
dll
5. kondisi yang mempengaruhi pergerakkan dinding dada seperti pada kehamilan, obesitas, muskulur sekeletal yang
abnormal, penyakit kronis seperti TBC paru.

b.

Faktor
1. Nutrisi, misalnya gizi yang buruk menjadi anemia sehingga
2.
Exercise,
exercise
akan
meningkatkan
3.
Merokok,
nikotin
menyebabkan
vasokonstriksi
pembuluh
4.
Alkohol
dan
obat-obatan
menyebbkan
intake

Perilaku
daya ikat oksigen berkurang
kebutuhan
Oksigen.
darah
perifer
dan koroner
nutrisi
mengakibatkan

penurunan
hemoglobin,
alkohol
5. Kecemasan, menyebabkan metabolisme meningkat.
4.

menyebabkan

depresi

pernafasan.

Fisiologi Perubahan Fungsi Pernafasan

1.

Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-paru agar pernafasan lebih cepat dan
dalam. Hiperventilasi dapat disebabkan karena kecemasan, infeksi, keracunan obat-obatan, keseimbangan asam basa
seperti osidosis metabolik Tanda-tanda hiperventilasi adalah takikardi, nafas pendek, nyeri dada, menurunnya
konsentrasi,
disorientasi,
tinnitus.
2.
Hipoventilasi
Terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan
CO2 dengan cukup. Biasanya terjadi pada keadaaan atelektasis (Kolaps Paru). Tanda-tanda dan gejalanya pada
keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi, ketidak seimbangan elektrolit.
3.
Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari defisiensi O2 yang diinspirasi atau meningkatnya
penggunaan O2 pada tingkat seluler. Hipoksia dapat disebabkan oleh menurunnya hemoglobin, kerusakan gangguan
ventilasi, menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok, berkurangnya konsentrasi O2 jika berada dipuncak
gunung. Tanda tanda Hipoksia adalah kelelahan, kecemasan menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat,
pernafasan cepat dan dalam sianosis, sesak nafas.
5. Faktor-faktor Yang Berhubungan
 Patologi
1.
Penyakit
pernafasan
menahun
(TBC,
Asma,
Bronkhitis)
2.
Infeksi,
Fibrosis
kritik,
Influensa
3. Penyakit sistem syaraf (sindrom guillain barre, sklerosis, multipel miastania gravis)
4.
Depresi
SSP
/
Trauma
kepala
5. Cedera serebrovaskuler (stroke)
 Maturasional
1.
Bayi
prematur
yang
disebabkan
kurangnya
pembentukan
surfaktan
2.
Bayi
dan
taddler,
adanya
resiko
infeksi
saluran
pernafasan dan
merokok
3. Anak usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernafasan dan merokok
4. Dewasa muda dan pertengahan. Diet yang tidak sehat, kurang aktifitas dan stress yang mengakibatkan penyakit
jantung
dan
paru-paru
5. Dewasa tua, adanya proses penuan yang mengakibatkan kemungkinan arterios klerosis, elastisitasi menurun,
ekspansi menurun.
 Situasional
(Personal,
Lingkungan)
1.
Berhubungan
dengan
mobilitas
sekunder
akibat
:
pembedahan
atau
trauma
nyeri,
ketakutan,
ancietas,
keletihan.
2.
Berhubungan
dengan
kelembaban
yang
sangat
tinggi
atau
kelembaban
rendah
3. Berhubungan dengan menghilangnya mekanisme pembersihan siliar, respons inflamasi, dan peningkatan
pembentukan lendir sekunder akibat rokok, pernafasan mulut.
6.

Batasan Karakteristik

 MAYOR

Perubahan
frekuensi
pernafasan
atau
pola
pernafasan
(dari
biasanya)

Perubahan
nadi
(frekuensi,
Irama
dan
kualitas)

Dispnea
pada
usahan
napas
• Tidak mampu mengeluarkan sekret dijalan napas
• Peningkatan laju metabolik
• Batuk tak efektif atau tidak ada batuk
 MINOR

Ortopnea

Takipnea,
Hiperpnea,
Hiperventilasi

Pernafasan
sukar
/
berhati-hati

Bunyi
nafas
abnormal

Frekuensi,
irama,
kedalaman.
Pernafasan
abnormal
• Kecenderungan untuk mengambil posisi 3 titik (dukuk, lengan pada lutut, condong ke depan

Bernafas
dengan
bibir
dimonyongkan
dengan
fase
ekspirasi
yang
lama

penurunan
isi
oksigen

Peningkatan
kegelisahan

Ketakutan

Penurunan
volume
tidal

Peningkatan
frekuensi
jantung
(Diagnosa keperawatan, Lynda Tuall Carpennito, hal 383 – 387)
7.

Manifestasi
- Takhipnea

suara

napas

perubahan
batuk
Penggunaan
Penurunan
Penurunan

otot

tidak
jumlah
disertai
tambahan
haluaran
ekspansi

Klinik
normal.
pernapasan.
dahak.
pernapasan.
Dispnea.
urin.
paru.

2.2. RENCANA KEPERAWATAN
a. Riwayat
Keperawatan
1.
Masalah
keperawatan
yang
pernah
dialami
Pernah
mengalami
perubahan
pola
pernapasan.
Pernah
mengalami
batuk
dengan
sputum.
Pernah
mengalami
nyeri
dada.
Aktivitas
apa
saja
yang
menyebabkan
terjadinya
gejala-gejala
di
atas.
2.
Riwayat
penyakit
pernapasan
apakah
sering
mengalami
ISPA,
alergi,
batuk,
asma,
TBC,
dan
lain-lain
?
bagaimana
frekuensi
setiap
kejadian.Riwayat
kardiovaskuler
- pernah mengalami penyakit jantung (gagal jantung, gagal ventrikel kanan,dll) atau peredaran darah.

3. Gaya
hidup
- merokok , keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok.
b. Pemeriksaan Fisik
1.
Mata
konjungtiva
pucat
(karena
anemia)
konjungtiva
sianosis
(karena
hipoksemia)
konjungtiva
terdapat
pethechia
(karena
emboli
lemak
atau
endokarditis)
2.
Kulit
Sianosis
perifer
(vasokontriksi
dan
menurunnya
aliran
darah
perifer)
Penurunan
turgor
(dehidrasi)
Edema.
Edema
periorbital.
3.
Jari
dan
kuku
Sianosis
- Clubbing finger.
4.
Mulut
dan
bibir
membrane
mukosa
sianosis
bernapas
dengan
mengerutkan
mulut.
5.
Hidung
pernapasan
dengan
cuping
hidung.
6.
Vena
leher
adanya
distensi
/
bendungan.
7. Dada
- retraksi otot Bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas pernapasan, dispnea, obstruksi jalan pernapasan)
pergerakan
tidak
simetris
antara
dada
kiri
dan
dada
kanan.
- Tactil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara melewati saluran/rongga pernapasan)
Suara
napas
normal
(vesikuler,
bronchovesikuler,
bronchial)
- Cara
napas tidak normal
(creklerlr/rales,
ronkhi, wheezing,
friction rub/pleural
friction)
Bunyi
perkusi
(resonan,
hiperesonan,
dullness)
8.
Pola
pernapasan
pernapasan
normal(eupnea)
- pernapasan cepat (tacypnea)
- pernapasan lambat (bradypnea)
c.
Pemeriksaan
penunjang
EKG
Echocardiography
Kateterisasi
jantung
- Angiografi

9.

Intervensi

1. Diagnosa
2. Tujuan
:
3. Kriteria Hasil
:
4. Intervensi

: Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret yang berlebihan dan kental.
pola
nafas
lebih
efektif
dan
kembali
normal.
sesak nafas berkurang/hilang, RR 16-24 x/menit, Tak ada wheezing
umum
: Mandiri

Kaji
faktor
penyebab.
Kurangi
atau
hilangkan
faktor
penyebab.
Jika
ada
nyeri,
berikan
obat
pereda
nyeri
sesuai
kebutuhan.
Sesuaikan
pemberian
dosis
analgesik
dengan
sesi
latihan
batuk.
- Pertahankan posisi tubuh yang baik untuk mencegah nyeri atau cedera otot.
- Jika sekret kental, pertahankan hidrasi yang adekuat (tingkatkan asupan cairan hingga 2-3 x sehari jika ada
kontraindikasi)
Pertahankan
kelembapan
udara
inspirasi
yang
adekuat.
5. Kolaborasi
1) Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan akan pemeriksaan gas darah arteri danpenggunaan
alat bantu yang dianjurkan sesuai dengan adanya perubahan kondisi pasien.
2) Laporkan perubahan sehubungan dengan pengkajian data (misal: bunyii napas, pola napas,analisa
gas darah arteri,sputum,efek dari pengobatan)
3) Berikan obat yang diresepkan (misal: natrium bikarbonat) untuk mempertahankankesiembangan
asam-basa
4) Siapkan pasien untuk ventilasi mekanis
5) Berikan oksigen atau udara yang dilembabkan sesuai dengan keperluan
6)
Berikan
bronkodilator,
aerosol,
nebulasi
6. Rasional
- Batuk yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kelemahan dan tidak efektif, dan bisa menyebabkan bronchitis.
Latihan
napas
dalam
dapat
melebarkan
jalan
napas.
- Duduk pada posisi tegak menyebabkan organ-organ abdomen terdorong menjauhi paru, akibatnya pengembangan
paru
menjadi
lebih
besar.
- Pernapasan diafragma mengurangi frekuensi pernapasan dan meningkatkan ventilasi alveolar.
- Sekret yang kental sulit dikeluarkan dan dapat menyebabkan henti mukus, kondisi ini dapat menimbulkan
atelektasis.
- Secret harus cukup encer agar mudah dikeluarkan.
-Nyeri atau rasa takut akan nyeri dapat melelahkan dan menyakitkan.
-Dukungan emosional menjadi semangat bagi klien, air hangat dapat membantu relaksasi.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.) Kebutuhan oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar pada manusia yaitu kebutuhan fisiologis.
Pemenuhuan kebutuhan oksigenasi ditujukan untuk menjaga kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan
hidupnya, dan melakukan aktivitasbagi berbagai organ atau sel.

2.) Proses pernapasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, apabila faktor-faktor tersebut terganggu, maka proses
pernapasan juga akan terganggu.
3.) Proses pemenuhan kebutuhan oksigenisasi di dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan,yaitu ventilasi, perfusi, dan
pertukaran gas.
4.) Dalam menangani pasien yang mengalami masalah pernapasan, perawat dapatmelakukan perencanaan
keperawata dengan terlebih dahulu meninjau faktor baik objektif maupun subjektif.
5.) Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat dapat melakukan kolaborasidengan tenaga medis lain sehingga
penanganan terhadap pasien lebih efektif.

3.2 Kritik dan Saran
Makalah kami masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kami. Besar harapan kami kepada para
pembaca untuk bisa memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi lebih
sempurna.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner
&
Suddarth.2002.
Keperawatan
Medikal
Bedah.
Vol:1.
Jakarta:
EGC
NANDA.
2005-2006.
Panduan
Diagnosa
Keperawatan.
Jakarta:
Prima
Medika
Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Buku ajar kebutuhan dasar manusia : Teori & Aplikasi dalam praktek. Jakarta: EGC.
Willkinson. Judith M. 2007. Diagnosa Keperawatan.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Kozier. Fundamental of
Nursing
Tarwanto, Wartonah. 2006. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan edisi 3. Salemba:Medika.
Carperito,
Lynda
Juall.
2000.
Diagnosa
Keperawatan
edisi
8,
EGC:
Jakarta
Alimul, Azis. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Salemba Medika: Jakarta

LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
1.
a.

b.

2.

A.
a.
b.
c.
d.
e.
B.
a.
b.
c.
d.
e.
C.
a.
b.
c.
d.
D.
a.
b.
c.

PENGERTIAN
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh
( Tarwoto dan Wartonah, 2006).
Oksigen adalah kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh, mempertahankan, dan aktivitas berbagai organ atau sel
( Carpeniti-Moyet, 2006).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa oksigen adalah suatu
komponen gas yang merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel.
ETIOLOGI
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen menurut Tarwoto dan
Wartonah antara lain:
FAKTOR FISIOLOGI
Menurunnya kapasitas peningakatan oksigen ( misal: anemia).
Menurunnya konsentrasi oksigen oksigen yang diinspirasi.
Hipovolemia mengakibatkan transpor oksigen terganggu akibat tekanan darah
menurun.
Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka, dll.
Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada ( kehamilan, obesitas ).
FAKTOR PERKEMBANGAN
Bayi prematur: kurangnya pembentukan surfaktan.
Bayi dan toddler: akibat adanya infeksi saluran nafas.
Anak usia sekolah dan remaja: resiko infeksi saluran pernafasan dan merokok.
Dewasa muda dan pertengahan: akibat diet yang tidak sehat, kurang aktivitas,
dan stres.
Dewasa tua: adanya penuaan yang mengakibatkan kemungkinan arteoriklerosis
dan ekspansi paru menurun.
FAKTOR PERILAKU
Nutrisi: penurunan ekspansi paru pada obesitas.
Exerase: meningkatkan kebutuhan oksigen.
Merokok: nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah.
Substanse abuse dan nikotin: menyebabkan intake nutrisi/Fe menurun
mengakibatkan penurunan Hb, alkohol menyebabkan depresi pernafasan.
FAKTOR LINKUNGAN
Tempat kerja ( polusi ).
Suhu lingkungan.
Ketinggian tempat dari permukaan laut.

3.
a.

MASALAH KEBUTUHAN OKSIGENASI
BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF
Bersihan jalan nafas adalah suatu keadaan ketika seorang individu mengalami
suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status pernafasan sehubungan
dengan ketidakmampuan untuk batuk efektif.
b. POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF
Pola nafas tidak efektif adalah keadaan ketika seorang individu mengalami
kehilangan ventilasi yang aktual atau potensial yang berhubungan dengan
perubahan pola pernafasan.
c.
GANGGUAN PERTUKARAN GAS
Gangguan pertukaran gas adalah keadaan ketika individu mengalami penurunan
jalannya gas ( oksigen dan karbon dioksida ) yang aktual antara alveoli paru-paru
dan sistem vaskuler.
4. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin terjadi dari ganguan pemenuhan oksigen adalah:
Penurunan kesadaran
Hipoksia
Disorientasi
Gelisah dan cemas
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
PEMERIKSAAN FUNGSI PARU
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara
efisien.
PEMERIKSAAN GAS DARAH ARTERI
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler alveolar
dan keadekuatan oksigenasi.
OKSIMETRI
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
PEMERIKSAAN SINAR X DADA
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses abnormal.
BRONKOSKOPI
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda asing
yang menghambat jalan nafas.
ENDOSKOPI
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
FLUOROSKOPI
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan kontraksi
paru.
CT-SCAN
Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal.

6.
a.

PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN
PENATALAKSANAAN MEDIS
Pemantauan Hemodinamika
Pengobatan bronkodilator
Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh dokter, misal:
nebulizer, kanula nasal, masker untuk membantu pemberian oksigen jika
diperlukan.
Penggunaan ventilator mekanik
Fisoterapi dada
b. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
a.
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Pembersihan jalan nafas
Latihan batuk efektif
Pengisafan lender
Jalan nafas buatan
b. Pola Nafas Tidak Efektif
Atur posisi pasien ( semi fowler )
Pemberian oksigen
Teknik bernafas dan relaksasi
c.
Gangguan Pertukaran Gas
Atur posisi pasien ( posisi fowler )
Pemberian oksigen
Pengisapan lender
ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN OKSIGENASI
A. PENGKAJIAN
1. BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF
a.
Data Subjektif
Pasien mengeluh sesak saat bernafas
Pasien mengeluh batuk tertahan
Pasien tidak mampu mengeluarkan sekresi jalan nafas
Pasien merasa ada suara nafas tambahan
b. Data Objektif
Pasien tampak tersengal-sengal dan pernafasan dangkal
Terdapat bunyi nafas tambahan
Pasien tampak bernafas dengan mulut
Penggunaan otot bantu pernafasan dan nafas cuping hidung
Pasien tampak susah untuk batuk
2. POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF
a.
Data Subjektif

Pasien mengatakan nafasnya tersengal-sengal dan dangkal
Pasien mengatakan berat saat bernafas
b.

Data Objektif
Irama nafas pasien tidak teratur
Orthopnea
Pernafasan disritmik
Letargi
3. GANGGUAN PERNAFASAN GAS
a.
Data Subjektif
Pasien mengeluh pusing dan nyeri kepala
Pasien mengeluh susah tidur
Pasien merasa lelah
Pasien merasa gelisah
b. Data Objektif
Pasien tampak pucat
Pasien tampak gelisah
Perubahan pada nadi
Pasien tampak lelah
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.
Bersihan Jalan Nafas Berhubungan Dengan:
Sekresi kental/belebihan sekunder akibat infeksi, fibrosis kistik atau influenza.
Imobilitas statis sekresi dan batuk tidak efektif
 Sumbatan jalan nafas karena benda asing
b. Pola Nafas Tidak Efektif Berhubungan Dengan:
Lemahnya otot pernafasan
Penurunan ekspansi paru
c.
Gangguan Pertukaran Gas Berhubungan Dengan:
Perubahan suplai oksigen
Obstruksi saluran nafas
Adanya penumpukan cairan dalam paru
Edema paru
C. PERENCANAAN
Dx 1: bersihan jalan nafas tidak efektif
Tujuan: bersihan jalan nafas efektif
Kreteria hasil:
Menunjukkan jalan nafas bersih
Suara nafas normal tanpa suara tambahan
Tidak ada penggunaan otot bantu nafas
Mampu melakukan perbaikan bersihan jalan nafas

INTERVENSI

RASIONAL
Pernafasan
mengi,
rochi,
wheezing
menunjukkan
tertahannya secret obstruksi
jalan nafas
Auskultasi dada untuk karakter
Untuk memudahkan pernafasan
Dx 2: pola bunyi nafas dan adanya secret. dan membantu mengeluarkan
nafas tidak Pantau TTV
secret


Terapi
inhalasi
dan
latihan
Disfungsi pernafasan adalah
efektif
pernafasan
dalam
dan
batuk
variable yang tergantung pada
Tujuan:
efektif
tahap proses kronis selain
pola nafasCatat adanya derajat dispnea, proses akut yang menimbulkan
efektif
geliasah, distres pernafasan, perawatan di rumah sakit
dan penggunaan otot bantu
Membantu
mengencerkan
Kreteria
nafas
secret
hasil:
Anjurkan
intake
cairan
Memungkinkan ekspansi paru
Menunjukkk
3000cc/hari
jika
tidak
ada maksimal
an
pola kontraindikasi
Kelembapan
mempermudah
nafas
Beri posisi yang nyaman seperti pengeluaran dan mencegah
RASIONAL
posisi semiINTERVENSI
fowler
pembentukan
mucus
tebal
efektif

Kecepatan
pernafasan

Kolaborasi humidikasi tambahan
pada
bronkus
dan
membantu
dengan
dispnea
dan
( nebulizer ) dan terapi oksigen meningkatkan
pernafasan
frekuensi
Kaji
frekuensi
kedalaman terjadi peningkatan kerja nafas,
nafas 16-20 pernafasan dan ekspansi dada. kedalaman
nafas
bervariasi
Catat
upaya
pernafasan
tergantung
derajat
gagal
nafas.
kali/menit
termasuk
penggunaan
otot
Ekspansi
dada
dan irama
bantu
Duduk tinggi memungkinkan
teratur
Tinggikan kepala dan bantu ekpansi paru dan memudahkan
Mampu
mengubah posisi. Ambulasi pernafasan
pasien sesegera mungkin
HE dapat member pengetahuan
Berikan HE tentang gaya hidup pada pasien tentang faktor yang
sehat, teknik bernafas, dan terkait dengan posisinya
relaksasi
Pengobatan
mempercepat
Delegatif dalam pemberian penyembuhan dan memperbaiki
pengobatan
pola nafas
menunjukkan perilaku peningkatan fungsi paru
Dx 3: gangguan pertukaran gas
Tujuan: mempertahankan pertukaran gas
Kreteria hasil:
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
Tidak ada gejala distres pernafasan
INTERVENSI
RASIONAL
Catat frekuensi, kedalaman, danPeningkatan kerja nafas dapat
kemudahan dalam bernafas
menunjukkan
peningkatan
Selidiki
kegelisahan
dan konsumsi oksigen
perubahan mental atau tingkatDapat menunjukkan peningkatan
kesadaran
hipoksia atau komplikasi
Berikan terapi oksigen melaluiMemaksimalkan sediaan oksigen
nasal, masker parsial
khususnya ventilasi menurun

D. IMPLEME
NTASI

Impementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
tindakan keperawatan
Mandiri: aktivitas perawat yang didasarkan pada kemampuan sendiri dan bukan
merupakan petunjuk/perintah dari petugas kesehatan
Delegatif: tindakan keperawatan atas intruksi yang diberikan oleh petugas
kesehatan yang berwenang
Kolaboratif: tindakan perawat dan petugas kesehatan yang lain dimana didasarkan
atas keputusan bersama.
E. EVALUASI
1. Dx 1: menunjukkkan adanya kemampuan dalam
Menunjukkan jalan nafas paten
Tidak ada suara nafas tambahan
Mampu melakukan perbaikan bersihan jalan nafas
2. Dx 2:
Menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman nafas yang normal
Tidak ada gejala distres pernafasan
3. Dx 3:
Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jatingan
Tidak ada gejala distres pernafasan
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Hidayat A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia
Aplikasi
Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Lynda Juall.2006. Buku
Saku

Carpenito-Moyet,

Diagnosis

Keperawatan.Jakarta:
EGC.
Doenges, Marilynn.1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman
untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Nanda. 2005-2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi.
Jakarta: EGC.
Tarwonto dan Wartonah.2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Asuhan
Keperaweatan.Jakarta: Salemba Medika.