Pengukuran dan Penentuan Sifat Asam Basa

I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Senyawa organik terutama mengandung atom karbon dan atom hidrogen, ditambah nitrogen,
dan oksigen. Atom-atom tersebut berikatan dan tersusun dalam susunan yang unik. Susunan unik
tersebut memberikan sifat dan fungsi khusus. Sifat dari senyawa tersebut juga berhubungan erat
dengan penggunaannya dalam kehidupan nyata (Williamson, 1998).
Gugus funsional sebagai ciri utama suatu senyawa organik yang pada dasarnya dapat
diketahui secara jelas dengan mengelompokkan molekul-molekul tersebut saling berkaitan sehingga
sulit untuk membahas suatu gugus fungsional tanpa menyinggung gugus fungsional yang lainnya.
Tetapi secara sederhana dapat dikatakan bahwa gugus fungsional adalah suatu atom-atom, gugus
atom dalam suatu senyawa organik yang boleh dikatakan paling menentukan sifat zat tersebut
(Arsyad, 2001). Zat yang memiliki gugus fungsional yang berbeda dapat memiliki sifat yang
berbeda walaupun molekul lain yang mengikat gugus fungsionalnya identik. Zat yang memiliki
gugus fungsional yang sama akan mengalami reaksi kimia yang sama, apapun bentuk atau jenis
kerangka karbonnya. Akan tetapi, reaktivitas relatifnya dapat dipengaruhi oleh keberadaan gugus
fungsional lain di dekatnya. (Ratnawati, 2011).
Beberapa contoh gugus fungsional yang ada dan sering ditemui dalam senyawa organik
adalah –OH (alkohol), -O- (eter), -CHO (aldehid),

-CO (keton), –COOH (asam karboksilat), -


COO- (ester) dan benzena. Beberapa diantaranya dapat menghasilkan turunan senyawa seperti
fenol, amina, dan amida (Feseden, 1994). Setiap gugus yang berbeda memiliki sifat yang berbeda,
hal tersebut berarti saat direaksikan akan terjadi reaksi yang berbeda terhadap suatu indikator. Oleh
karena itu, zat tertentu dapat digunakan sebagai indikator untuk menunjukkan adanya suatu gugus
secara kualitatif (Arsyad, 2001).
Untuk mengidentifikasi gugus fungsional pada suatu zat, digunakan berbagai cara dengan
menggunakan berbagai indikator atau reagen. Pengujian pada setiap gugus fungsional berbeda satu
sama lain. Identifikasi gugus fungsional yang ada pada zat tersebut dilakukan dengan melihat hasil
yang ditunjukkan setelah reaksi terjadi dan sebagai kontrol digunakan akuades. Hasil yan diperoleh
dari pengujian larutan dibandingkan dengan pengujian pada larutan kontrol atau akuades. Dalam
ssuatu pengujian gugus fungsional tertentu terdapat satu atau lebih cara yang digunakan, dengan
reagen berbeda dan ciri yang menyatakan suatu zat positif mengandung gugus fungsional, yang
berbeda pula (Depdikbud, 1981).

1

B. Tujuan
Untuk memahami konsep dasar dalam pengujian gugus fungsional tertentu dan memiliki
keterampilan dalam melakukan pengujian suatu gugus fungsional.


II. Bahan dan Metode
A.Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada tanggal 12 September 2012, pukul 08.00-11.00 WIB.
Bertempat di Laboratorium Biokimia dan Biologi Molekuler, Fakultas Biologi, Universitas Kristen
Satya Wacana, Salatiga.

B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan antara lain tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes, batang
pengaduk, bunsen, panci, dan sendok plastik.
Bahan uji yang digunakan antara lain K2Cr2O7, KMnO4, asam formiat, padatan asam
salisilat, fenol, akuades, metanol, formaldehid, aseton, anilin, padatan urea, dan etanol. Sedangkan
bahan analisis yang digunakan adalah H2SO4 pekat, H2SO4 1 M, FeCl3, larutan Br2, reagen d.n.p.,
AgNO3 1 M, NH4OH 1 M, reagen Schiff, NaOH 5%, NaOH 4 M, larutan I2, kertas lakmus, dan gas.

C. Metode
1. Alkohol
a. Uji Oksidasi Alkohol
Disiapkan 2 tabung reaksi. Satu tabung di tetesi K 2Cr2O7 sebanyak 3 tetes. Kemudian
di tetesi lagi dengan H2SO4 1 M sebanyak 2 tetes. Ditambah lagi 5 tetes etanol 96%.
Kemudian dipanaskan kurang lebih 1 menit dan diamati perubahan warnanya. Diulangi

tahapan yang sama untuk kontrol (akuades) namun tidak ditambah etanol. Untuk KMnO 4
dilakukan hal yang sama seperti K2Cr2O7 dan juga kontrolnya.
b. Pembentukan Ester dari Alkohol
Disiapkan dua tabung reaksi. Satu tabung reaksi di tetesi asam formiat sebanyak 10
tetes. Kemudian ditetesi etanol 5 tetes. Ditambahkan 5 tetes H2SO4 pekat. Tabung reaksi
kedua dimasukki 1 ujung asam salisilat kemudian di tetesi metanol sebanyak 5 tetes dan
H2SO4 sebanyak 5 tetes. Kedua tabung tersebut kemudian di panaskan dalam air mendidih
sekitar satu menit. Setelah satu menit, tabung diangkat dan dicium aromanya.
2

2. Fenol
a. Uji dengan FeCl3
Disiapkan dua tabung reaksi. Satu tabung reaksi ditetesi fenol 5 tetes. Tabung kedua
ditetesi akuades sebagai kontrol. Masing-masing tabung kemudian ditetesi FeCl3 sebanyak
3 tetes. Diamati perubahan warnanya.
b. Uji dengan Brom
Disiapkan 2 tabung reaksi. Satu tabung reaksi di tetesi fenol sebanyak 5 tetes.
Kemudian brom diteteskan setetes demi setetes sambil diamati perubahan warnanya.
Begitu juga dengan akuades dilakukan tahapan-tahapan yang sama.
3. Karbonil

a. Reaksi dengan Reagen d.n.p (2,4-dinitrofenilhidrogina)
Disiapkan 3 tabung reaksi. Ketiganya ditetesi d.n.p masing-masing sebanyak 3 tetes.
Pada tabung pertama ditambah 1 tetes aseton. Pada tabung kedua ditambah 1 tetes
formaldehid dan pada tabung ketiga di tambah 1 tetes akuades sebagai kontrol. Diamati
perubahan warnanya.
b. Oksidasi Aldehid dengan Pengoksidasi Kuat
Disiapkan 2 tabung reaksi. Satu tabung dimasukki 3 tetes K2Cr2O7. Tabung kedua
dimasukki 3 tetes akuades sebagai kontrol. Kemudian kedua tabung ditetesi formaldehid
sebanyak 3 tetes. Kemudian diamati perubahan warna yang terjadi.
c. Oksidasi Aldehid dengan Reagen Tollens
Disiapkan sebuah tabung reaksi. Tabung reaksi dimasukki 5 tetes Ag NO3.
Kemudian dimasukki 5 tetes NH4OH dan 3 tetes formaldehid. Tabung reaksi tersebut
kemudian dipanaskan dalam air mendidih. Setelah beberapa saat, tabung diangkat dan
diamati terbentuknya cermin perak.
d. Oksidasi Aldehid dengan reagen Schiff
Disiapkan sebuah tabung reaksi. Sebanyak 5 tetes reagen Schiff dimasukkan kedalam
tabung. Kemudian 2 tetes formaldehid dimasukkan. Diamati perubahan warna yang terjadi.
e. Uji Iodoform
Disiapkan sebuah tabung reaksi. Sebanyak 10 tetes akuades dimasukkan ke dalam
tabung. Dimasukkan juga 2 tete aseton dan 10 tetes NaOH 5% ke dalam tabung Setetes

demi setetes KI/I2 diteteskan sampai warna Iodium tidak hilang. Diamkan selama 2 – 3
menit. Diamati terbrntuknya Kristal Idoform atau tidak.Jika tidak terbentuk kristal, tabung
di panaskan, kemudian ditetesi KI/I2 setetes demi setetes sampai warna tidak hilang.
Ditambahkan NaOH encer kemudian dikocok. Ditambahkan akuades dengan volume sama
dan didiamkan selama 10 menit kemudian diamati.
3

4. Asam Karboksilat
a. Keasaman
Asam karboksilat diteteskan pada lakmus merah. Diamati perubahan warna yang
terjadi pada kertas lakmus.
b. Pembentukan Ester
Disiapkan satu tabung reaksi. Tabung reaksi dimasukki 1 ujung asam salisilat.
Kemudian dimasukki 5 tetes etanol dan 5 tetes H2SO4. Dipanaskan dalam air mendidih
kemudian dicium aroma yang dihasilkan.
5. Amina
a. Daya Larut
Sebanyak 2-3 tetes HCl 1 M dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Sebanyak satu
tetes anilin dimasukkan kedalam tabung. Diamati yang terjadi. Ditambahkan 2 tetes NaOH
1 M ke dalam tabung dan diamati penggumpalan yang terjadi.

b. Uji dengan Brom
Sebanyak 10 tetes etanol dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan 5 tetes
anilin ke dalamnya. Ke dalam tabung ditetesi brom setetes demi setetes dan diamati
perubahan warnanya.
6. Amida
Satu ujung sendok urea dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan sebanyak 10
tetes NH4OH 4 M kemudian dipanaskan di dalam air mendidih untuk beberapa saat. Tabung
reaksi kemudian diangkat dan dimasukki kertas lakmus merah. Diamati perubahan warna yang
terjadi pada lakmus.

III. Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
1. Alkohol
a. Uji Oksidasi Alkohol
Berdasarkan hasil pengujian dan pengamatan oksidasi alcohol, diperoleh hasil pada
tabel 1. berikut:
Tabel 1. Perubahan warna K2Cr2O7 dan KMnO4 setelah diuji dengan uji oksidasi alkohol

No
1

2
3
4

Gugus Fungsional
Kontrol
Alkohol
Kontrol
Alkohol

Reaksi
Oksidasi K2Cr2O7 + H2SO4 + akuades
Oksidasi K2Cr2O7 + H2SO4 + etanol
Oksidasi KMnO4 + H2SO4 + akuades
Oksidasi KMnO4 + H2SO4 + etanol

Hasil
Kuning (tetap)
Kuning → bening
Merah muda/ungu(tetap)

Ungu → bening
4

b. Pembentukan Ester dari Alkohol
Berdasarkan hasil pengujian dan pengamatan pembentukn ester dari alkohol,
ditampilkan hasil pada tabel 2. berikut:
Tabel 2. Aroma yang dihasilkan dalam pengujian pembentukan ester

No
1
2

Gugus Fungsional
Alkohol
Alkohol

Reaksi
Esterifikasi asam formiat + etanol + H2SO4
Esterifikasi asam salisilat + metanol + H2SO4


Hasil
Aroma buah
Aroma balsem

2. Fenol
a. Uji dengan FeCl3
Berdasarkan hasil pengujian gugus fenol menggunakan FeCl3, diperoleh hasil pada
tabel 3. berikut:
Tabel 3. Perubahan warna yang terjadi pada pengujian menggunakan FeCl 3

No
Gugus Fungsional
1 Fenol
2 Kontrol
b. Uji dengan Brom

Reaksi
Fenol + FeCl3
Akuades + FeCl3


Hasil
Putih → ungu kehitaman
Putih → kuning

Berdasarkan hasil pengujian gugus fenol menggunakan brom, diperoleh hasil pada
tabel 4. berikut:
Tabel 4. Perubahan warna yang terjadi setelah diuji dengan Brom

No
1
2
3. Karbonil

Gugus Fungsional
Reaksi
Fenol
Fenol + FeCl3

Hasil
Pada tetesan Br2 ke-3 berubah jadi


Kontrol

kuning+
Pada tetesan Br2 ke-1 berubah jadi kuning

Akuades + FeCl3

a. Reaksi dengan Reagen d.n.p (2,4-dinitrofenilhidrogina)
Berdasarkan hasil pengujian gugus karbonil menggunakan reagen d.n.p, diperoleh
hasil pada tabel 5. berikut:
Tabel 5. Perubahan warna yang terjadi setelah ditetesi reagen d.n.p

No
1
2
3

Gugus Fungsional
Karbonil

Reaksi
Reagen d.n.p + aseton

Kuning

Karbonil

Reagen d.n.p + formaldehid

dengan endapan
Kuning → kuning + dengan

Reagen d.n.p + akuades

endapan
Kuning (tetap)

Kontrol

Hasil
→ kuning

++

b. Oksidasi Aldehid dengan Pngoksidasi Kuat
Berdasarkan hasil pengujian gugus karbonil menggunakan pengoksidasi kuat,
diperoleh hasil pada tabel 6. berikut:
Tabel 6. Perubahan warna yang terjadi setelah di uji dengan pengoksidasi kuat

No
1

Gugus Fungsional
Karbonil

Reaksi
Pengoksidasi K2Cr2O7 + formaldehid

Hasil
Kuning (tetap)
5

2
Kontrol
akuades + formaldehid
c. Oksidasi Aldehid dengan Reagen Tollens

Bening (tetap)

Berdasarkan hasil pengujian gugus karbonil menggunakan reagen Tollens, diperoleh
hasil pada tabel 7. berikut:
Tabel 7. Pembentukan cermin perak setelah diuji dengan reagen Tollens

No Gugus Fungsional
Reaksi
1
Karbonil
AgNO3 + NH4OH + formaldehid
d. Oksidasi Aldehid dengan Reagen Schiff

Hasil
Terbentuk cermin perak

Berdasarkan hasil pengujian gugus karbonil menggunakan reagen Schiff, diperoleh
hasil pada tabel 8. berikut:
Tabel 8. Pembentukan cermin perak setelah diuji dengan reagen Tollens

No
Gugus Fungsional
1 Karbonil
e. Uji Iodoform

Reaksi
Reagen Schiff + formaldehid

Hasil
Tidak berwarna → ungu

Berdasarkan hasil pengujian gugus karbonil menggunakan Iodoform, diperoleh hasil
pada tabel 9. berikut:
Tabel 9. Pembentukan kristal setelah diuji menggunakan Iodoform
No Gugus Fungsional
Reaksi
1 Karbonil
Akuades + aseton + NaOH 5% + I2
4. Asam Karboksilat

Hasil
Tidak terbentuk kristal

a. Keasaman
Berdasarkan hasil pengujian gugus asam karboksilat menggunakan keasaman,
diperoleh hasil pada tabel 10. berikut:
Tabel 10. Perubahan warna setelah diuji keasaman

No
Gugus Fungsional
1 Asam karboksilat
b. Pembentukan Ester

Reaksi
Asam format + kertas lakmus merah

Hasil
Merah (tetap)

Berdasarkan hasil pengujian gugus asam karboksilat menggunakan pembentukan
ester, diperoleh hasil pada tabel 11. berikut:
Tabel 11. Aroma yang dihasilkan dalam pembentukan ester
No
1
5. Amina

Gugus Fungsional
Reaksi
Asam karboksilat Asam salisilat + etanol + H2SO4

Hasil
Aroma buah

a. Daya Larut
Berdasarkan hasil pengujian gugus amina menggunakan uji daya larut, diperoleh
hasil pada tabel 12. berikut:
Tabel 12. Penggumpalan yang terjadi setelah diuji daya larut

No Gugus Fungsional
Reaksi
1 Amina
HCl + Anilin + NaOH 1 M
b. Uji dengan Brom

Hasil
Penggumpalan anilin
6

Berdasarkan hasil pengujian gugus amina menggunakan brom, diperoleh hasil pada
tabel 13. berikut:
Tabel 13. Perubahan warna setelah diuji dengan brom

No
1
6. Amida

Gugus Fungsional
Reaksi
Amina
Etanol + aniline + Br2

Hasil
Merah kehitaman

Berdasarkan hasil pengujian gugus amida, diperoleh hasil pada tabel 14. berikut:
Tabel 14. Perubahan warna lakmus merah pada zat amida yang diuji

No
1

Gugus Fungsional
Reaksi
Amida
Urea + NH4OH 4M + lakmus merah

Hasil
Lakmus merah → biru

B. Pembahasan
1. Alkohol
a. Uji Oksidasi Alkohol
Alkohol digolongkan menjadi 3 golongan. Penggolongan tersebut didasarkan
terhadap banyaknya ikatan atom karbon dengan karbon yang lain dan mengandung gugus
−OH. Ketiga golonga tersebut adalah alkohol primer, alkohol sekunder, dan alkohol
tersier. Alcohol primer adalah alcohol yang gugus - OH nya terikat pada atom C primer
(atom C yang mengikat 1 atom C yang lain). Alcohol sekunder adalah alcohol yang gugus
- OH nya terikat pada atom C sekunder (atom C yang mengikat 2 atom C yang lain).
Alcohol tersier adalah alcohol yang gugus - OH nya terikat pada atom C tersier (atom C
yang mengikat 3 atom C yang lain) (Anonim, 2011).
Tampak pada tabel 1. bahwa gugus fungsi alkohol setelah bereaksi berubah warna
menjadi bening, baik dengan oksidator K2Cr2O7 maupun KMnO4. Setelah direaksikan dan
dipanaskan bahan berubah warna menjadi bening karena –OH bereaksi dengan pereaksi
atau oksidator sehingga membentuk etanal dan H2O. Karena rantai –OH berpisah dan
berikatan dengan pereaksi/oksidator, maka membuat warna awal pun berubah menjadi
bening (Williamson, 1989).
b. Pembentukan Ester dari Alkohol
Ester dapat dihasilkan dari reaksi antara alkohol dengan asam karboksilat. Ester
memiliki ciri-ciri yang khas. Ciri khas tersebut terdapat pada aroma yang dimiliki ester.
Pada pengujian ini digunakan katalisator H2SO4 pekat unutuk asam formiat dan etanol serta
asam salisilat untuk metanol. Setelah dipanaskan dan dicium aroma yang dihasilkan,
keduanya beraroma berbeda. Untuk etanol dengan katalisator asam formiat dihasilkan bau
buah. Bau buah ini terbentuk dari rantai ikatan atom C yang kurang dari 10 dan bersifat
cair. Sedangkan untuk metanol dengan katalisator asam salisilat menghasilkan metal
7

salisilat yang memiliki aroma mint atau seperti balsam karena ikatan atom C-nya pendek
(Feseden, 1994).
2. Fenol
a.

Uji dengan FeCl3
Fenol memiliki cincin benzene dan gugus fungsional alkohol. Dalam pengujian fenol
ini warna putih berubah menjadi ungu kehitaman setelah fenol di tetesi FeCl3. Warna putih
memudar terjadi karena FeCl3 bereaksi dengan fenol membentuk kompleks fenol dengan
Cl sehingga ion Fe3+ tereduksi dan kehilangan warnanya (Chang, 2005).

b. Uji dengan Brom
Kejadian yang terjadi pada uji dengan brom juga hampir sama dengan uji
menggunakan FeCl3. Warna putih berubah warna pada tetesan ke 3 menjadi kuning lebih
tua dari kuning kontrol. Hal ini terjadi karena selama 2 tetes Br 2 bereaksi sehinga warnanya
tetap putih. Namun saat tetesan ke-3 warnanya berubah. Hal tersebut menunjukkan bahwa
jumlah Br2 yang direaksikan terlalu banyak dan membuatnya tidak dapat bereaksi lagi
dengan fenol. Akibatnya terjadi perubahan warna menjadi kuning (Chang, 2005).
3. Karbonil
a. Reaksi dengan reagen d.n.p (2,4-dinitrofenilihidrogina)
Jika gugus karbonil direaksikan dengan reagen d.n.p akan menghasilkan endapan
berwarna kuning hingga kemerahan. Pada pengujian menggunakan d.n.p digunakan aseton
dan formaldehid. Aseton menghasilkan endapan dengan cairan berubah warna menjadi
kuning tua. Sedangkan pada formaldehid ditemukan endapan dan cairan berubah menjadi
warna kuning yang lebih muda dari aseton. Warna kuning aseton lebih tua dibanding
formaldehid bisa jadi dikarenakan ikatan rangkap yang dimiliki aseton sedangkan aldehid
tidak memiliki (Depdikbud, 1981).
b. Oksidasi Aldehid dengan Pengoksidasi Kuat
Senyawa karbonil yang dengan mudah dioksidasi adalah aldehid. Aldehid jika
dioksidasi akan tetap atau tidak berubah warnanya. Dan dalam pengujian ini terbukti benar
bahwa zat tersebut bergugus karbonil (Depdikbud, 1981).
c. Oksidasi Aldehid dengan Reagen Tollens
Dengan reagen Tollens dihasilkan cermin perak sebagai hasil dari reaksi. Dalam
pengujian ini digunakan formaldehid, AgNO3 dengan NH4OH atau reagen Tollens. Saat
pemanasan terjadi reaksi antara AgNO3 dan reagen Tollens. Reaksi terebut memicu
terbentuknya cermin perak (Arsyad, 2001).
d. Oksidasi Aldehid dengan Reagen Schiff
8

Reagen Schiff saat bereaksi dengan formaldehid akan mebuat perubahan warna.
Semula tidak berwarna kemudian saat bereaksi berubah menjadi ungu. Hal ini
membuktikan memang benar bahwa yang diuji memilki gugus karbonil (Feseden, 1994).
e. Uji Iodoform
Seharusnya terbentuk kristal berwarna kuning dalam pengujian iodofom ini. Kristal
tersebut seharunya menjadi hasil reaksi bertahap aseton dengan iodoform. Dalam hasil
pengujian tidak dapat ditemukan kristal. Kemungkinan terjadi kesalahan teknis dalam
pengujian. Saat memasukkan NaOH 5% seharusnya dilakukan secara perlahan sambil
dikocok sedikit tabung reaksinya. Karena tergesa-gesa dalam menambahkan NaOH dan
mendiamkannya yang hanya sebentar dapat mengakibatkan kristal tidak terbentuk
(Williamson, 1989).
4. Asam Karboksilat
Untuk pengujian keasaman yang menggunakan lakmus merah. Lakmus merah tetap
merah atau tidak berubah warna sehingga menunjukkan bahwa bersifat asam. Untuk
pembentukan ester, berdasarkan hasil aroma yang dihasilkan adalah aroma buah. Senyawa ester
akan terbentuk jika gugus karboksil bereaksi dengan gugus alkohol. Dan dikarenakan rantai
atom C kurang dari 10 maka aromanya adalah aroma buah (Williamson, 1989).
5. Amina
a. Daya Larut
Amina adalah senyawa turunan amonia yang satu atau beberapa atom H-nya
digantikan oleh alkil atau gugus aromatik. Anilin merupakan salah satu contoh amina
primer. Aniline bersifat basa lemah sehingga larut dalam larutan asam. HCl bersifat asam
sedangkan aniline bersifat basa lemah, berarti aniline larut dalam HCl. Pada percobaan ini
terjadi pemisahan saat anilin diteteskan ke HCl. Setelah ditetesi NaOH terjadi
penggumpalan. Hal ini menunjukkan penggumpalan terjadi saat basa lemah dimasukkan
pada larutan asam kuat dan kemudian diberi basa kuat (Depdikbud, 1981).
b. Uji dengan Brom
Saat diuji dengan brom, anilin bereaksi dengan FeCl 3 sehingga dapat membentuk
kompleks Fe dengan anilin. Seiring dengan kompleks reaksi yang terjadi perubahan warna
menjadi kecoklatan. Hasil percobaan menunjukkan terjadinya perubahan warna menjadi
merah kehitaman atau mendekati warna coklat. Terbukti zat tersebut benar-benar memiliki
gugus amina (Williamson, 1989).
6. Amida
Amida adalah senyawa yang dianggap sebagai turunan asam karboksilat dan amonia.
Contoh amida primer adalah urea. Secara teori, larutan amida yang ditambah basa kuat erta
9

dipanasi akan mengalami proses hidrolisis yang menghasilkan garam dari asam karboksilat dan
ammonium hidroksida. Dalam pengujian ini, didaptkan bahwa kerta lakmus merah berubah
nejadi biru. Menunjukkan bahwa larutan tersebut bersifat basa sesuai dengan teori (Feseden,
1994).

IV. Kesimpulan
Gugus fungsional merupakan gugusan atau susunan kelompok atom dalam suatu senyawa
organik yang paling menentukan ciri khas dari senyawa tersebut. Terdapat banyak jenis gugus
fungsional diantaranya alkohol, fenol, karbonil, asam karboksilat, amina, dan amida. Identifikasi
gugus alkohol dapat diketahui dari perubahan warna dan aroma. Identifikasi Fenol dapat diketahui
dari perubahan warna. Identifikasi gugus karbonil dapat diketahui dengan perubahan warna,
terbentuknya cermin perak, dan endapan kristal Iodoform. Gugus asam karboksilat dapat diketahui
dengan perubahan warna kertas lakmus dan aroma. Identifikasi gugus amina dapat diketahui dengan
ada tidaknya penggumpalan anilin dan perubahan warna. Serta untuk identifikasi gugus amida dapat
diketahui dengan perubahan warna kertas lakmus. Setiap gugus fungsional memiliki susunan atom
yang berbeda, dengan susunan berbeda berarti sifat dan fungsi, dan reaksi terhadap
indikator/pereaksi berbeda pula. Zat tertentu dapat digunakan sebagai indikator/pereaksi untuk
menunjukkan adanya suatu gugus fungsi secara kualitatif.
Daftar Pustaka
Anonim. 2011. Reaksi Identifikasi Alkohol Primer, Sekunder, dan Tersier.
(http://www.jejaringkimia.web.id/2011/01/reaksi-identifikasi-alkohol-primer.html). Diakses
tanggal 19 Oktober 2012.
Arsyad, 2001. Kamus Kimia. Jakarta: Gramedia.
Chang, R. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Depdikbud. 1981. Petunjuk Praktikum Ilmu Kimia. Jakarta: Depdikbud.
Feseden, Ralph J. 1994. Kimia Organik Terjemahan A.H. Pudjaatmaka. Jakarta:Erlangga.
Ratnawati,2011. Gugus Fungsional. (http://tekim.undip.ac.id/staf/ratnawati/files/2011/09/BAB-3GUGUS-FUNGSIONAL.pdf). Diunduh tanggal 19 Oktober 2012.
Williamson, K.L. 1989. Macroscale and Microscale Organic Experiments. Toronto: D.C. Health
and Company.

10

11