Pengertian dan Contoh Kata Ulang Lengkap

Pengertian dan Contoh Kata Ulang Lengkap
Pengertian dan Contoh Kata Ulang Lengkap - Kata-kata yang
mengalami prosese pengulangan atau reduplikasi disebut juga dengan
kata ulang. Proses pengulangan yang terjadi pun bermacam-macam,
misalnya pengulangaan kata secara utuh, pengulangan bunyi kata,
penguangan sebagian kata, pengulangan kata semu dan pengulangan
kata berimbuhan.
Kata ulang pun dapat dikelompokan berdasarkan bentuk dan fungsi
atau makna perulangan. Berikut ini adalah jenis-jenis kata ulang.
Kata Ulang Berdasarkan Bentuk

1. Dwipurwa (kata ulang sebagian)

Kata ulang sebagian adalah proses pengulangan yang terjadi pada
sebagian kata biasanya terjadi pada bagian awal kata.

Contoh:

Tetangga, Tetua, Lelaki, Sesaji, Leluhur, Dedaunan, Pepohonan,
Rerumputan, Bebatuan, Tetangga, Leluasa, Pegunungan


Contoh kalimat:

Tetua adat menyuruh semua orang untuk menjaga pepohonan di dalam
hutan.
Rerumputan di pegunungan itu mati karena kemarau panjang yang
terjadi.

2. Dwilingga (Kata ulang utuh atau penuh)

Reduplikasi pada kata ulang utuh ini terjadi pada semua atau
keseluruhan kata.

Contoh:

Anak-anak, Ibu-ibu, bapak-bapak, rumah-rumah, macam-macam, tinggitinggi, kata-kata, sama-sama, dan lain-lain.

Contoh kalimat:

Anak-anak bermain dengan riang gembira bersama orang tuanya.
Pepohonan yang ada di hutan itu tinggi-tinggi dan besar-besar semua.


3. Kata ulang berubah bunyi

Reduplikasi bentuk ini terjadi pengulangan bunyi pada unsur pertama
maupun unsur kedua dalam kalimat.

Contoh:

Gerak-gerik, sayur-mayur, warna-warni, teka-teki, sayur-mayur, utakatik, serba-serbi, gotong-royong, lauk-pauk, dan lain-lain.

Contoh kalimat:

Gerak-gerik pria misterius itu harus diwaspadai.
Makanlah makanan sehat seperti sayur-mayur dan lauk-pauk.

4. Kata ulang berimbuhan

Pengulangan kata ulang berimbuhan terjadi dengan menambahkan
imbuhan pada unsur kata pertama atau unsur kata kedua.


Contoh:

Tarik-menarik, bermain-main, bersenang-senang, melihat-lihat,
berandai-andai, bersiap-siap, rumah-rumahan, batu-batuan, bermaafmaafan, tukar-menukar, sapa-menyapa, pukul-memukul, dan lain-lain.

Contoh kalimat:
Setelah terjadi tarik-menarik kedua kelompok remaja itu bermaafmaafan.
Budi melihat-lihat rumah-rumahan yang terbuat dari lilin.
5. Kata ulang semu
Reduplikasi pada kata ulang semu terjadi pada kata dasar yang
sebenarnya bukan hasil reduplikasi itu sendiri. Perbedaan dengan kata
ulang utuh adalah kata yang direduplikasi tidak akan memiliki makna
jika dipisah.
Contoh: Laba-laba, kura-kura, undur-undur, orong-orong, empekempek, kupu-kupu, ubur-ubur, pura-pura, cumi-cumi, ubun-ubun, dan
lain-lain.
Contoh:
Budi sangat takut akan laba-laba, dan kura-kura.
Kupu-kupu terbang dengan sangat cantik
Kata Ulang Berdasarkan Fungsi atau Makna


1. Kata ulang bermakna mirip atau agak

Contoh: Kekanak-kanakan, kemerah-merahan, kebapak-bapakan,
kekeluargaan, kuda-kudaan, mobil-mobilan, dan lain-lain.

Contoh kalimat:

Mobil-mobilan yang diberikan oleh ayah berwarna kemerah-merahan.
Dia bertingkah laku kekanak-kanakan bukannya kebapak-bapakan.

2. Kata ulang bermakna jamak

Contoh: Ibu-ibu, bapak-bapak, buku-buku, rumah-rumah, motor-motor,
hewan-hewan, barang-barang, murid-murid, dokter-dokter, sapi-sapi,
dan lain-lain.

Contoh kalimat:

Murid-murid harus mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guruguru mereka.
Motor-motor yang terparkir di lapangan itu kebanyakan milik bapakbapak daripada ibu-ibu.


3. Kata ulang bermakna macam-macam

Contoh: Sayur-mayur, pepohonan, buah-buahan, tumbuhan-tumbuhan,
batu-batuan, dan lain-lain.

Contoh kalimat:

Ibu membeli sayur mayor di pasar minggu setiap hari.
Di taman itu banyak terdapat tumbuhan-tumbuhan yang cantik dan
harum.

4. Kata ulang bermakna saling.

Contoh: bermaaf-maafan, bersalam-salaman, pukul-memukul, pandangmemandang, lihat-melihat, tembak-menembak, tikam-menikam, tuduhmenuduh, dan lain-lain.

Contoh kalimat:

Perampok dan polisi itu tembak-menembak di depan Bank kemarin
sore.

Kedua pasangan itu pandang-memandang selama berjam-jam tanpa
bicara sepatah kata pun.

5. Kata ulang bermakna intensitas

Contoh: Kuat-kuat, mondar-mandir, jalan-jalan, makan-makan, bolakbalik, berjam-jam, dan lain-lain.

Contoh kalimat:

Andi memegang tangan ayahnya kuat-kuat ketika menyebrang jalan.
Aku melihat orang itu mondar-mandir di depanku sejak dari tadi.

6. Kata ulang bermakna kolektif atau bilangan

Contoh: Satu-satu, dua-dua, tiga-tiga, empat-empat, dan seterusnya.

Contoh kalimat:

Ibu membagikan permen kepada anak jalanan itu satu-satu.
Pembagian keuntungan itu dibagi secara adil yaitu lima puluh-lima

puluh.

7. Kata ulang bermakna keadaan atau situasi

Contoh: Hidup-hidup, mentah-mentah, merah-merah, panjang-panjang,
dan lain-lain.

Contoh kalimat:

Presiden memerintahkan untuk menangkap pelaku terorisme itu hiduphidup.
Buah rambutan itu merah-merah dan pasti rasanya manis.

8. Kata ulang bermakna tindakan yang dilakukan berkali-kali

Contoh: Sering-sering, berkali-kali, terus-menerus, dan lain-lain.

Contoh kalimat:

Budi memukul kucing itu berkali-kali hingga tak bisa berdiri.
Andi mengejeknya terus-menerus tanpa henti.


9. Kata ulang bermakna kegiatan

Contoh: Masak-memasak, jahit-menjahit, tukar-menukar, dan lain-lain.

Contoh kalimat:

Ibu-ibu PKK mengadakan lomba masak-memasak untuk memperingati
hari kemerdekaan.
Sebelum ada uang orang-orang mengadakan tukar menukar barang
untuk memenuhi kebutuhan hidup.
PENGAKRONIMAN

Akronim ialah kata singkatan yang terbentuk dengan menggabungkan
huruf awal suku kata atau gabungan kombinasi huruf awal dan suku
kata daripada rangkai kata, dan ditulis serta dilafazkan sebagai kata
yang wajar.

Contohnya:
Bernama - Berita Nasional Malaysia

Gapena - Gabungan Penulis Nasional
Mara - Majlis Manah Rakyat
ubahsuai - ubah sesuai
kugiran - kumpulan gitar rancak

Kata akronim boleh ditulis dengan tiga cara.
1) Akronim yang terbentuk daripada gabungan beberapa huruf awal
rangkai kata yang disingkatkan, keseluruhannya ditulis dengan huruf
besar, jika kata nama khas.
Contohnya:
LUTH - Lembaga Urusan dan Tabung Haji
ABIM - Angkatan Belia Islam Malaysia

2) Akronim yang terbentuk daripada gabungan huruf awal dan/atau
suku kata ditulis dengan huruf kecil keseluruhannya, jika bukan kata
nama khas.
Contohnya:
tabika - taman bimbingan kanak-kanak
purata - pukul rata
jentolak - jentera tolak


3) Akronim yang terbentuk daripada gabungan huruf awal dan/atau
suku kata itu menjadi kata nama khas, kata itu ditulis bermula dengan
huruf besar.
Contohnya:

Pernas - Perbadanan Nasional
Intan - Institut Tadbiran Awam Negara
Petronas - Petroleum Nasional
Proton - Perusahaan Otomobil Nasional
diksi (pilihan kata)
A. Pengertian Diksi atau Pilihan kata
Jika kita menulis atau berbicara, kita selalu menggunakan kata. Kata
tersebut dibentuk menjadi kelompok kata, klausa, kalimat, paragraph
dan akhirnya sebuah wacana.
Di dalam sebuah karangan, diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata
pengarang untuk menggambarkan sebuah cerita. Diksi bukan hanya
berarti pilih memilih kata melainkan digunakan untuk menyatakan
gagasan atau menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan
gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya.

Agar dapat menghasilkan cerita yang menarik melalui pilihan kata
maka diksi yang baik harus memenuhi syarat, seperti :
• Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan suatu
gagasan.
• Seorang pengarang harus mempunyai kemampuan untuk
membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan
gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan
bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa bagi pembacanya.
• Menguasai berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan
kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang jelas, efektif dan
mudah dimengerti.
Contoh Paragraf :
1). Hari ini Aku pergi ke pantai bersama dengan teman-temanku. Udara
disana sangat sejuk. Kami bermain bola air sampai tak terasa hari
sudah sore. Kamipun pulang tak lama kemudian.
2). Liburan kali ini Aku dan teman-teman berencana untuk pergi ke
pantai. Kami sangat senang ketika hari itu tiba. Begitu sampai disana
kami sudah disambut oleh semilir angin yang tak henti-hentinya
bertiup. Ombak yang berkejar-kejaran juga seolah tak mau kalah untuk
menyambut kedatangan kami. Kami menghabiskan waktu sepanjang
hari disana, kami pulang dengan hati senang.

Kedua paragraf diatas punya makna yang sama. Tapi dalam pemilihan
diksi pada contoh paragraph kedua menjadi enak dibaca, tidak
membosankan bagi pembacanya.

B. Syarat-Syarat Pemilihan Kata
1. Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit.
Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya.
Denotatif adalah suatu pengertian yang terkandung sebuah kata secara
objektif. Sering juga makna denotatif disebut makna konseptual. Kata
makan misalnya, bermakna memasukkan sesuatu kedalam mulut,
dikunyah, dan ditelan. Makna kata makan seperti ini adalah makna
denotatif.
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai
akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang
dikenakan pada sebuah makna konseptual. Kata makan dalam makna
konotatif dapat berarti untung atau pukul.
Makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman. Ia tidak tetap. Kata
kamar kecil mengacu kepada kamar yang kecil (denotatif) tetapi kamar
kecil berarti juga jamban (konotatif). Dalam hal ini, kita kadang-kadang
lupa apakah suatu makna kata adalah makna denotatif atau konotatif.
2. Makna Umum dan Khusus

Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang-lingkupnya.

Makin luas ruang-lingkup suatu kata, maka makin umum sifatnya.
Makin umum suatu kata, maka semakin terbuka kemungkinan
terjadinya salah paham dalam pemaknaannya.

Makin sempit ruang-lingkupnya, makin khusus sifatnya sehingga
makin sedikit kemungkinan terjadinya salah paham dalam
pemaknaannya, dan makin mendekatkan penulis pada pilihan kata
secara tepat.
Misalnya:
Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas daripada kata mujair atau
tawes. Ikan tidak hanya mujair atau tidak seperti gurame, lele, sepat,
tuna, baronang, nila, ikan koki dan ikan mas. Sebaliknya, tawes pasti

tergolong jenis ikan demikian juga gurame, lele, sepat, tuna, dan
baronang pasti merupakan jenis ikan. Dalam hal ini kata acuannya lebih
luas disebut kata umum, seperti ikan, sedangkan kata yang acuannya
lebih khusus disebut kata khusus, seperti gurame, lele, tawes, dan ikan
mas.
3. Kata abstrak dan kata konkret.
Kata yang acuannya semakin mudah diserap panca-indra disebut kata
konkret, seperti meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara.
Jika acuan sebuah kata tidak mudah diserap panca-indra, kata itu
disebut kata abstrak, seperti gagasan dan perdamaian. Kata abstrak
digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu
membedakan secara halus gagasan yang sifat teknis dan khusus. Akan
tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan
dalam suatu karangan. Karangan tersebut dapat menjadi samar dan
tidak cermat.
4. Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai
makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata
tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. Kita ambil
contoh cermat dan cerdik kedua kata itu bersinonim, tetapi kedua kata
tersebut tidak persis sama benar.
Kesinoniman kata masih berhubungan dengan masalah makna denotatif
dan makna konotatif suatu kata.
5. Kata Ilmiah dan kata popular
Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang bisa
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kata-kata ilmiah biasa
digunakan oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah,
pertemuan-pertemuan resmi, serta diskusi-diskusi khusus.
Yang membedakan antara kata ilmiah dengan kata populer adalah bila
kata populer digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Dari pernyataan
diatas dapat disimpulkan, kata-kata ilmiah digunakan pada tulisantulisan yang berbau pendidikan. Yang juga terdapat pada penulisan
artikel, karya tulis ilmiah, laporan ilmiah, skripsi, tesis maupun
desertasi.
Agar dapat memahami perbedaan antara kata ilmiah dan kata populer,
berikut daftarnya:

Kata Ilmiah Kata populer
Analogi Kiasan

Final Akhir
Diskriminasi perbedaan perlakuan
Prediksi Ramalan
Kontradiksi Pertentangan
Format Ukuran
Anarki Kekacauan
Biodata biograf singkat
Bibliograf daftar pustaka

C. Pembentukan Kata
Ada dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan dari luar bahasa
Indonesia. Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru
dengan dasar kata yang sudah ada, sedangkan dari luar terbentuk kata
baru melalui unsur serapan.
1. Kesalahan Pembentukan dan Pemilihan Kata
Pada bagian berikut akan diperlihatkan kesalahan pembentukan kata,
yang sering kita temukan, baik dalam bahasa lisan maupun bahasa tulis
misalnya:.
1. Penanggalan awalan meng2. Penanggalan awalan ber3. Peluluhan bunyi /c/
4. Penyengauan kata dasar
5. Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t/ yang tidak luluh
6. Awalan ke- yang keliru pemakaian akhiran –ir
7. Padanan yang tidak serasi
8. Pemakaian kata depan di, ke, dari, bagi, pada,, daripada dan
terhadap
9. Penggunaan kesimpulan, keputusan, penalaran, dan pemukiman
10. Penggunaan kata yang hemat
11. Analogi
12. Bentuk jamak dalam bahasa indonesia

2. Defnisi
Defnisi adalah suatu pernyataan yang menerangkan pengertian suatu
hal atau konsep istilah tertentu. Dalam membuat defnisi hal yang perlu
di perhatikan adalah tidak boleh mengulang kata atau istilah yang kita
defnisikan.
Contoh defnisi :
Majas personifkasi adalah kiasan yang menggambarkan binatang,
tumbuhan, dan benda-benda mati seakan hidup selayaknya manusia,
seolah punya maksud, sifat, perasaan dan kegiatan seperti manusia.
Defnisi terdiri dari :
1. Defnisi nominalis
Defnisi nominalis adalah menjelaskan sebuah kata dengan kata lain
yang lebih umum di mengerti. Umumnya di gunakan pada permulaan
suatu pembicaraan atau diskusi.
Defnisi nominalis ada enam macam, yaitu defnisi sinonim, defnisi
simbolik, defnisi etimologik, defnisi semantik, defnisi stipulatif, dan
defnisi denotatif.
2. Defnisi realis
Defnisi realis adalah penjelasan tentang isi yang terkandung dalam
sebuah istilah, bukan hanya menjelaskan tentang istilah. Defnisi realis
ada tiga macam, yaitu :
- Defnisi esensial, yaitu penjelasan dengan cara menguraikan
perbedaan antara penjelasan dengan cara menunjukkan bagian-bagian
suatu benda (defnisi analitik) dengan penjelasan dengan cara
menunjukkan isi dari suatu term yang terdiri atas genus dan diferensia
(defnisi konotatif).

- Defnisi diskriptif
yaitu penjelasan dengan cara menunjukkan sifat-sifat khusus yang
menyertai hal tersebut dengan penjelasan dengan cara menyatakan
bagaimana sesuatu hal terjadi.

3. Defnisi praktis
Defnisi praktis adalah penjelasan tentang sesuatu hal yang di jelaskan
dari segi kegunaan atau tujuan. Defnisi praktis dibedakan atas tiga
macam yaitu:

- Defnisi operasional, yaitu penjelasan dengan cara menegaskan
langkah-langkah pengujian serta menunjukkan bagaimana hasil yang
dapat di amati.
- Defnisi fungsional, yaitu penjelasan sesuatu hal dengan cara
menunjukkan kegunaan dan tujuannya.
- Defnisi persuasif, yaitu penjelasan dengan cara merumuskan suatu
pernyataan yang dapat mempengaruhi orang lain, bersifat membujuk
orang lain.
3. Kata Serapan
Kata serapan adalah kata yang di adopsi dari bahasa asing yang sudah
sesuai dengan EYD. Kata serapan merupakan bagian perkembangan
bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia telah banyak menyerap terutama
dalam unsur kosa kata. Bahasa asing yang masuk dan memberi
pengaruh terhadap kosa kata bahasa Indonesia antara lain dari bahasa
Sansekerta, bahasa Belanda, bahasa Arab, bahasa Inggris dan ada juga
dari bahasa Tionghoa. Analogi dan Anomali kata serapan dalam bahasa
Indonesia. Penyerapan kata ke dalam bahasa Indonesia terdapat 2
unsur, yaitu:
- Keteraturan bahasa (analogi) : dikatakan analogi apabila kata
tersebut memiliki bunyi yang sesuai antara ejaan dengan pelafalannya.
- Penyimpangan atau ketidakteraturan bahasa (anomali) : dikatakan
anomali apabila kata tersebut tidak sesuai antara ejaan dan
pelafalannya.

4. Analogi
Karena analogi adalah keteraturan bahasa, tentu saja lebih banyak
berkaitan dengan kaidah-kaidah bahasa, bisa dalam bentuk sistem
fonologi, sistem ejaan atau struktur bahasa. Ada beberapa contoh kata
yang sudah sesuai dengan sistem fonologi, baik melalui proses
penyesuaian ataupun tidak, misalnya :

Menurut taraf integrasinya unsur pinjaman ke dalam bahasa asing
dapat dibagi dua golongan. Pertama unsur pinjaman yang belum
sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia. Unsur seperti ini di
pakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi penulisan dan
pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua unsur pinjaman
yang pengucapan dan tulisannya telah di sesuaikan dengan kaidah
bahasa Indonesia.
5. Anomali
Indonesia Aslinya
bank bank (Inggris)
Intern intern (Inggris)
qur’an qur’an (Arab)
jum’at jum’at (Arab)

Kata-kata di atas merupakan beberapa contoh kata serapan dengan
unsur anomali. Bila kita amati, maka akan dapat di simpulkan bahwa
lafal yang kita keluarkan dari mulut dengan ejaan yang tertera, tidak
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Hal yang tidak sesuai adalah :
bank=(nk), jum’at=(’).
Kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia secara utuh
tanpa mengalami perubahan penulisan memiliki kemungkinan untuk di
baca bagaimana aslinya, sehingga timbul anomali dalam fonologi.
Contoh :
Indonesia Aslinya
Expose Expose
Export Export
exodus Exodus

Kata kadang-kadang tidak hanya terdiri dari satu morfem, ada juga
yang terdiri dari dua morfem atau lebih. Sehingga penyerapannya
dilakukan secara utuh. Misalnya :
Indonesia Aslinya

Federalisme federalism (Inggris)
Bilingual bilingual (Inggris)
Dedikasi dedication (Inggris)
Edukasi education (Inggris)

Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk
menggambarkan cerita mereka. Diksi bukan hanya berarti pilih-memilih
kata. Istilah ini bukan saja digunakan untuk menyatakan gagasan atau
menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa,
ungkapan-ungkapan dan sebagainya. Gaya bahasa sebagai bagian dari
diksi yang bertalian dengan ungkapan-unkapan individu atau
karakteristik, atau memiliki nilai artistik yang tinggi.
Sebelum menentukan pilihan kata, penulis harus memperhatikan dua
hal pokok, yakni: masalah makna dan relasi makna.
1.Makna sebuah kata / sebuah kalimat mrpkan makna yang tidak selalu
berdiri sendiri. Adapun makna menurut (Chaer, 1994: 60) terbagi atas
beberapa kelompok yaitu :

a). Makna Leksikal dan makna Gramatikal
Makna Leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, sesuai
dengan hasil observasi alat indera / makna yg sungguh-sungguh nyata
dlm kehidupan kita. Contoh: Kata tikus, makna leksikalnya adalah
binatang yang menyebabkan timbulnya penyakit (Tikus itu mati
diterkam kucing).
Makna Gramatikal adalah untuk menyatakan makna-makna atau
nuansa-nuansa makna gramatikal, untuk menyatakan makna jamak
bahasa Indonesia, menggunakan proses reduplikasi seperti kata: buku
yg bermakna “sebuah buku,” menjadi buku-buku yang bermakna “‘
banyak buku.”
b). Makna Referensial dan Nonreferensial
Makna referensial & nonreferensial perbedaannya adalah berdasarkan
ada tidaknya referen dari kata-kata itu. Maka kata-kata itu mempunyai
referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu. Kata
bermakna referensial, kalau mempunyai referen, sedangkan kata
bermakna nonreferensial kalau tidak memiliki referen. Contoh: Kata
meja dan kursi (bermakna referen). Kata karena dan tetapi (bermakna
nonreferensial)

c). Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna asli, makna asal atau makna sebenarnya
yang dimiliki sebuah leksem. Contoh: Kata kurus, bermakna denotatif
keadaan tubuhnya yang lebih kecil & ukuran badannya normal.
Makna konotatif adalah: makna lain yang ditambahkan pada makna
denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa orang / kelompok
orang yang menggunakan kata tersebut. Contoh: Kata kurus pada
contoh di atas bermakna konotatif netral, artinya tidak memiliki nilai
rasa yang mengenakkan, tetapi kata ramping bersinonim dengan kata
kurus itu memiliki konotatif positif, nilai yang mengenakkan. Orang
akan senang bila dikatakan ramping.
d). Makna Konseptual dan Makna Asosiatif
Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem
terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. Contoh: Kata kuda memiliki
makna konseptual “sejenis binatang berkaki empat yg bisa dikendarai”.
Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem / kata
berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan suatu yang
berada diluar bahasa . Contoh: Kata melati berasosiasi dg suatu yg
suci / kesucian. Kata merah berasosiasi berani / paham komunis.
e). Makna Kata dan Makna Istilah
Makna kata, walaupun secara sinkronis tidak berubah, tetapi karena
berbagai faktor dalam kehidupan dapat menjadi bersifat umum. Makna
kata itu baru menjadi jelas kalau sudah digunakan dalam suatu kalimat.
Contoh: Kata tahanan, bermakna orang yang ditahan,tapi bisa juga
hasil perbuatan menahan. Kata air, bermakna air yang berada di sumur,
di gelas, di bak mandi atau air hujan.
Makna istilah memiliki makna yang tetap dan pasti. Ketetapan dan
kepastian makna istilah itu karena istilah itu hanya digunakan dalam
bidang kegiatan atau keilmuan tertentu. Contoh: Kata tahanan di atas
masih bersifat umum, istilah di bidang hukum, kata tahanan itu sudah
pasti orang yang ditahan sehubungan suatu perkara.
f). Makna Idiomatikal dan Peribahasa
Yang dimaksud dengan idiom adalah satuan-satuan bahasa (ada berupa
baik kata, frase, maupun kalimat) maknanya tidak dapat diramalkan
dari makna leksikal, baik unsur-unsurnya maupun makna gramatikal
satuan-satuan tersebut. Contoh: Kata ketakutan, kesedihan,
keberanian, dan kebimbangan memiliki makna hal yg disebut makna
dasar, Kata rumah kayu bermakna, rumah yang terbuat dari kayu.

Makna pribahasa bersifat memperbandingkan atau mengumpamakan,
maka lazim juga disebut dengan nama perumpamaan. Contoh: Bagai,
bak, laksana dan umpama lazim digunakan dalam peribahasa
g). Makna Kias dan Lugas
Makna kias adalah kata, frase dan kalimat yang tidak merujuk pada arti
sebenarnya.
Contoh: Putri malam bermakna bulan , Raja siang bermakna matahari

//
KETEPATAN PILIHAN KATA

KETEPATAN PILIHAN KATA
2.1 Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif (makan konseptual) adalah makna dalam alam wajar
secara eksplisit.
Makna konotatif (makna asosiatif) adalah makna yang timbul sebagai
akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang
dikenakan pada sebuah makna konseptual.
Makna-makna konotatif sifatnya lebih profesional dan operasional
daripada makna denotatif. Makna denotatif adalah makna yang umum.
Dengan kata lain, makna konotatif adalah makna yang dikaitkan
dengan suatu kondisi dan situasi tertentu.
Makna denotatif ialah arti harfah suatu kata tanpa ada satu makna
yang menyertainya, sedangkan makna konotatif adalah makna kata
yang mempunyai tautan pikiran, peranan, dan lain-lain yang
menimbulkan nilai rasa tertentu. Dengan kata lain makna denotatif
adalah makna yang bersifat umum, sedangkan makna konotatif lebih
bersifat pribadi dan khusus.
Perhatikan kalimat dibawah ini
Sejak dua tahun yang lalu ia membanting tulang untuk memperoleh
kepercayaan masyarakat.
Kata membanting tulang (yang mengambil suatu denotatif kata
perkerjaan membanting sebuah tulang) mengandung makna “bekerja
keras” yang merupakan sebuah kata kiasan. Kata membanting tulang
dapat kita masukkan ke dalam golongan kata yang bermakna konotatif
2.2.2 Makna Kata Bersinonim

Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai
makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata
tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan.
Sinonim ini dipergunakan untuk mengalih-alihkan pemakaian kata pada
empat tertentu sehingga kalimat itu tidak membosankan. Dalam
pemakaiannya bentuk-bentuk kata yang bersinonim akan
menghidupkan Bahasa seseorang dan mengonkretkan bahasa
seseorang segingga kejelasan komunikasi (lewat bahasa itu) akan
terwujud. Dalam hal ini pemakai bahasa dapat memilih bentuk kata
mana yang paling tepat untuk dipergunakan sesuai dengan kebutuhan
dan situai yang dihadapinya.
Kita ambil contoh kata cerdas dan kata cerdik. Kedua kata itu
bersinonim, tetapi kedua kata tersebut tidak persis sama benar.
Kesinoniman kata masih berhubungan dengan masalah makna denotatif
dan makna konotatif suatu kata.
2.2.3 Makna Kata-Kata yang Mirip Dalam Ejaannya
Bila penulis sendiri tidak mampu membedakan kata-kata yang mirip
ejaannya itu, makna akan membawa akibat yang tidak diinginkan, yaitu
salah paham. Kata-kata yang mirip dalam tulisannya itu misalnya:
bahwa-bawah-bawa, interferensi-inferensi, karton-kartun, preposisiproposisi, korporasi-koperasi, dan lain sebagainya.
2.2.4 Hindari Kata-Kata Ciptaan Sendiri
Bahasa selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan
dalam masyarakat. Perkembangan bahasa pertama-tama tampak dari
pertambahan jumlah kata baru. Namun hal itu tidak berarti bahwa
setiap orang boleh menciptakan kata baru seenaknya. Kata baru
biasanya muncul untuk pertama kali karena dipakai oleh orang-orang
terkenal atau pengarang terkenal. Bila anggota masyarakat lainnya
menerima kata itu, maka kata itu lama-kelamaan akan menjadi milik
masyarakat. Neologisme atau kata baru atau penggunaan sebuah kata
lama dengan makna dan fungsi yang baru termasuk dalam kelompok
ini.
2.2.5 Penggunaan Istilah Asing dan Akhirannya
Waspadalah terhadap penggunaan akhiran asing, terutama kata-kata
asing yang mengandung akhiran asing tersebut. Perhatikan
penggunaan: favorable-favorit, idiom-idiomatik, progress-progresif,
kultur-kultural, dan sebagainya.
Kata-kata atau istilah-istilah asing boleh dipakai (mungkin kita pilih)
dengan pertimbangan sebagai berikut:
a. Lebih cocok karena notasinya, misalnya:

kritik -kecaman
profesional -bayaran
asimilasi -persenyawaan
aposisi -gelaran
dianalisis -diolah
b. Lebih singkat jika dibandingkan dengan terjemahannya, misalnya:
eksekusi -pelaksanaan hukuman mati
imunisasi -pengebalan terhadap penyakit
inovasi -perubahan secara baru
kontrasepsi -alat pencegah kehamilan
mutasi -perpindahan tugas kepagawaian
c. Bersifat internasional, misalnya:
matematika -ilmu pasti
oksigen -zat asam
hidrogen -zat air
valensi -martabat
fsiologi -ilmu faal
predikat -sebutan
2.2.6 Pemakaian Kata Idiom
Karangan yang cermat dalam diksinya sebaiknya bersifat idiomatik.
Perhatikan bentuk-bentuk contoh dibawah ini!
Betul Salah
Bergantung kepada atau pada tergantung dari
Tergantung dari pada
Bergantung dari
Berbeda dengan berbeda dari/dari pada
Disebabkan oleh disebabkan karena
Hormat akan/kepada/terhadap hormat atas /sama

Terdiri atas terdiri/terdiri dari
Sesuai dengan sesuai
Bertemu dengan bertemu/bertemu sama
2.2.7 Makna Umum dan Khusus
Kata-kata umum (Generik) ialah kata-kata yang luas ruang lingkupnya,
sedangkan kata-kata khusus ialah kata-kata yang sempit ruang
lingkupnya. Makin umum, makin kabur gambarannya dalam anganangan. Sebaliknya, makin khusus, mikin jelas dan tepat. Karena itu,
untuk mengefektifkan penuturan lebih tepat dipakai kata-kata khusus
dari pada kat-kata umum.

Umum khusus
Melihat memandang (gunung sawah, laut)
Menonton (wayang)
Menengok (orang sakit)
Menatap (gambar)
Menoleh (kiri-kanan)
Meninjau (daerah)
Menyaksikan (pertandingan sepak bola)
2.2.8 Kata Konkret dan Abstrak
Kata-kata konkret adalah kata-kata yang menunjuk kepada objek yang
dilihat, didengar, disarakan, diraba, atau dibau; sedangkan kata-kata
abstrak ialah kata-kata yang menunjuk kepada sifat, konsep, atau
gagasan. Kata-kata konkret lebih mudah dipahami dari pada kata-kata
abstrak. Karena itu, dalam karangan sebaiknya dipakai kata konkret
sebanyak-banyaknya agar isi karangan itu menjadi labih jelas.
Kata yang acuannya semakin mudah diserap panca indra disebut kata
konkret, seperti meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara.
Jika acuan sebuah kata tidak mudah diserap panca indra, kata itu
disebut kata abstrak, seperti gagasan dan perdamaian. Kata abstrak
digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu
membedakan secara halus gagasan yang bersifat teknis dan khusus.
Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan
dalam suatu karangan, karangan itu dapat menjadi samara dan tidak
cermat.

Kata-kata konkrit dapat lebih efektif jika dipakai dalam karangan narasi
atau deskripsi sebab, dalam merangsang panca indra. Kata-kata
abstrak sering dipakai untuk mengungkapkan gagasan atau ide-ide
yang rumit.
2.2.9 Pemakaian Kata Indria
Suatu jenis pengkhususan dalam memilih kata-kata yang tepat adalah
penggunaan istilah-istilah yang menyatakan pegalaman-pengalaman
yang diserap oleh panca indra, yaitu serapan indria penglihatan,
pendengaran, peraba, perasa, dan penciuman.
Tetapi sering kali terjadi hubungan antara indria dengan indria yang
lain dirasakan begitu rapatnya, sehingga kata yang sebenarnya
dikenakan kepada suatu indria dikenakan pula pada indria lainnya.
Gejala semacam ini disebut sinestesia.
Contoh : wajahnya manis sekali.
Suaranya manis kedengarannya
Kata-kata yang lazim dipakai untuk menyatakan penserapan itu adalah
Peraba : dingin, panas, lembab, basah, kering, dan kasar
Perasa : pedas, pahit, asam, dan manis
Pencium : basi, busuk, anyer dan tenggek
Pendengaran : dengung, derung, ringkik, lengking, dan kicau
Penglihatan : kabur, mengkilat, kemerah-merahan, dan seri
Karena kata-kata indria melukiskan suatu sifat yang khas dari
penserapan panca indria, maka pemakaiannya harus tepat.
2.2.10 Perubahan Makna
Perubahan-perubahan yang penting adalah

1.Perluasan Arti
Kata yang dimaksud dengan perluasan arti adalah suatu proses
perubahan makna yang dialami sebuah kata yang tadinya mengandung
suatau makna yang khusus, tetapi kemudia meluas sehingga meliputi
sebuah kelas makna yang lebih umum.
Contoh : kata berlayar dipakai dengan pengertian bergerak dilaut
dengan menggunakan layar. Sekarang setindakan yang mengarungi
lautan atau perairan dengan menggunakan alat apa saja.

2.Penyempitan Arti
Penyempitan arti sebuah kata adalah sebuah proses yang dialami
sebuah kata dimana makna yang lama lebih luas cakupannya dari
makna yang baru
contoh: kata sarjana dulu dipakai untuk menyebut sebuah
cendekiawan. Sekarang dipakai untuk gelar universiter.
3.Ameliorasi
Amilorasi adalah suatu proses perubahan makna, dimana arti yang baru
dirasakan lebih tinggi atau lebih baik nilainya dari arti yang lama.
Contoh : kata wanita dirasakan nilainya lebih tinggi dari kata
perempuan, istri dan bini, pria dan laki-laki.
4.Peyorasi
peyorasi adalah suatu proses perubahan makna bebagai kebalikan dari
amiliorasi
5.Metafora
Metafora adalah perubahan makna karena perbedaan sifat dua objek
contoh: matahari (sang surya), putri malam (untuk bulan), pulau (empu
laut), semuanya dibentuk berdasarkan metafora. Salah satu sub tipe
dari metafora adalah sinestesia yaitu perubahan makna berdasarkan
pergeseran istilah antara dua indria misalnya, dari peraba ke
penciuman.
6.Metonimi
Metonimi sebagai suatu proses perubahan makna terjadi karena
hubungan yang erat antara kata-kata yang terlibat dalam suatu
lingkungan makna yang sama, dan dapat diklasifkasi menurut tempat
atau waktu, hubungan isi dan kulit, dan antara sebab dan akibat.
Contoh :kata kota tadinya berati susunan batu yang dibuat mengelilingi
sebuah tempat pemukiman sebagai pertahanan dari luar. Sekarang
tempat pemukiman itu disebut kota, walaupun sudah tidak ada susunan
batunya lagi.
2.2.11 Kelangsungan Pilihan Kata
Suatu cara lain untuk menjaga ketepatat pilihan kata adalah
kelangsungan. Yang dimaksud dengan kelangsungan pilihan kata
adalah tehnik memilih kata yang sedemikian rupa sehingga maksud dan
pikiran seseorang dapat disampaikan secara tepat dan efektif.
2.2.12 Pemakaian Kata Yang Lugas

Dalam karangan sebaiknya dipaki kata-kata yang lugas, yaitu kata-kata
yang bersahaja, apa adanya, tidak berupa frase yang panjang.
Perhatikanlah contoh berikut dan bandingkan!
> sepanjang pengetahuan saya Struktur Bahasa Tengger belum pernah
diadakan penelitian.
> setahu saya Struktur Bahasa Tengger belum pernah diteliti.
Jadi dalam karangan sedapat-dapatnya dipakai kalimat lugas dan
ringkas namun tetap tidak mengubah maknanya. PENGERTIAN DIKSI

Diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk
menggambarkan sebuah cerita. Diksi bukan hanya berarti pilih memilih
kata melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau
menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa,
ungkapan-ungkapan dan sebagainya. Gaya bahasa sebagai bagian dari
diksi yang bertalian dengan ungkapan-unkapan individu atau
karakteristik, atau memiliki nilai artistik yang tinggi.
Diksi dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan
gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Arti kedua “diksi” yang
lebih umum digambarkan dengan enunsiasi kata seni berbicara jelas
sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas
dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan
dan intonasi daripada pemilihan kata dan gaya.

• Plilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata – kata mana yang
harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk
pengelompokan kata – kata yang tepat atau menggunakan ungkapan –
ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu
situasi.

• Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat
nuansa – nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan
kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan
situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.

• Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh
penguasa sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa
itu. Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosa kata
suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa.

Diksi memiliki beberapa bagian; pendaftaran – kata formal atau
informal dalam konteks sosial – adalah yang utama. Analisis diksi
secara literal menemukan bagaimana satu kalimat menghasilkan
intonasi dan karakterisasi, contohnya penggunaan kata-kata yang
berhubungan dengan gerakan fsik menggambarkan karakter aktif,
sementara penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan pikiran
menggambarkan karakter yang introspektif. Diksi juga memiliki
dampak terhadap pemilihan kata dan sintaks.
Selain itu juga Diksi, digambarkan dengan kata – seni berbicara jelas
sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas
dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan
dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya. Atau kemampuan
membedakan secara tepat nuansa – nuansa makna dari gagasan yang
ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang
sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok
masyarakat pendengar.

Jika dilihat dari kemampuan pengguna bahasa, ada beberapa hal yang
mempengaruhi pilihan kata, diantaranya :

Tepat memilih kata untuk mengungkapkan gagasan atau hal yang
‘diamanatkan’
Kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna
sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk
menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa
pembacanya.
menguasai sejumlah kosa kata (perbendaharaan kata) yang dimiliki
masyarakat bahasanya, serta mampu menggerakkan dan
mendayagunakan kekayaannya itu menjadi jaring-jaring kalimat yang
jelas dan efektif.

KESESUAIAN DIKSI
Perbedaan ketepatan dan kecocokan pertama-tama mencakup soal kata
mana yang akan digunakan dalam kesempatan tertentu, walaupun

kadang-kadang masih ada perbedaan tambahan berupa perbedaan tata
bahasa,pola kalimat, panjang atau kompleknya suatu alinea, dari
beberapa segi lain. Perbedaan antara ketepatan dan kesesuaian
dipersoalkan adalah apakah kita dapat mengungkapkan pikiran kita
dengan cara yang sama dalam sebuah kesempatan dan lingkungan
yang kita masuki.

Syarat-Syarat Kesesuaian Diksi
Syarat-syarat kesesuaian diksi adalah sebagai berikut:

Hindarilah sejauh mungkin bahasa aatau unsur substandard dalam
situasi yang formal.
Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja. Dalam
situasi yang umum hendaknya penulis dan pembicara mempergunakan
kata-kata popular.
Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum.
Penulis atau pembicara sejauh mungkin menghindari pemakaian
kata-kata slang
Dalam penulisan jangan mempergunakan kata percakapan.
Hindarilah ungkapan-ungkapan usang (idiom yang mati).
Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artfsial.

Hal-hal tersebut akan diuraikan lebih lanjut dalam bagian-bagian di
bawah ini :
1.

Bahasa Standar dan Sub Standar

Bahasa standar adalah semacam bahasa yang dapat dibatasi sebagai
tutur dari mereka yang mengenyam kehidupan ekonomis atau
menduduki status sosial yang cukup dalam suatu masyarakat. Kelas ini
meliputi pejabat-pejabat pemerintah, ahli bahasa, ahli hukum, dokter,
pedagang, guru, penulis, penerbit, seniman, insinyur, dan lain
sebagainya.
Bahasa non stsndar adalah bahasa dari mereka yang tidak memperoleh
pendidikan yang tinggi. Pada dasarnya, bahasa ini dipakai untuk
pergaulan biasa, tidak di pakai dalam tulisan. Kadang unsur ini
digunakan juga oleh para kaum pelajar dalam bersenda gurau, dan

berhumor. Bahasa non stadar juga berlaku untuk suatu wilayah yang
luas dalam wilayah bahasa standar. Bahasa standar lebih efektif dari
pada bahasa non standar. Bahasa non standar biasanya cukup untuk
digunakan dalam kebutuhan-kebutuhan umum.

2.

Kata Ilmiah dan Kata Populer

Pilihan kata dalam hubungan dengan kesempatan yang dihadapi
seseorang dapat dibagi atas beberapa macam kategori salah satunya
adalah kata-kata ilmiah melawan kata-kata populer. Bagian terbesar
dari kosa kata sebuah bahasa terdiri dari kata-kata yang umum yang
dipakai oleh semua lapisan masyarakat, baik yang terpelajar maupun
orang atau rakyat jelata. Maka kata ini dinamakan kata-kata populer.
Kata-kata ini juga dipakai dalam pertemuan-pertemuan resmi, dalam
diskusi-diskusi yang khusus, dan dalam diskusi-diskusi ilmiah.
Contoh:
Kata populer kata ilmiah
Sesuai Harmonis
Pecahan Fraksi
Aneh Eksentrik
Bukti Argumen
Kesimpulan konklusi

3.

Jargon

Kata jargon mengandung beberapa pengertian. Jargon adalah suatu
bahasa,dialek, atau struktur yang dianggap kurang sopan atau aneh
tetapi istilah itu dipakai juga untuk mengacu semacam bahasa atau
dialek hybrid yang timbul dari percampuran bahasa-bahasa, dan
sekaligus dianggap sebagai bahasa perhubungan atau lingua franca.
Jargon diartikan sebagai kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu
bidang ilmu tertentu, dalam bidang seni, perdagangan, kumpulan
rahasia, atau kelompok-kelompok khusus lainnya. Oleh karena jargon
merupakan bahasa yang khusus sekali, maka tidak akan banyak artinya
bila dipakai untuk suatu sasaran yang umum. Sebab itu, hendaknya
dihindari sejauh mungkin unsur jargon dalam sebuah tulisan umum.

4.

Kata Percakapan

kata percakapan adalah kata-kata yang biasa dipakai dalam percakapan
atau pergaulan orang-orang yang terdidik. Pengertian percakapan ini
disini sama sekali tidak boleh disejajarkan dengan bahasa yang tidak
benar, tidak terpelehara atau tidak disenangi.
Bahasa percakapan yang dimaksud disini lebih luas dari pengertian katkat populer, kata-kata percakapan mencakup pula sebagian kata-kata
ilmiah yang biasa dipakai oleh golongan terpelajar.

5.

Kata Slang

Kata slang adalah kata-kata non standar yang disusun secara khas;
bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan. Kadang kala
kata slang yang dihasilkan dari salah ucap yang disengaja. Kata-kata
slang sebenarnya bukan hanya terdapat pada golongan terpelajar,
tetapi juga pada semua lapisan masyarakat.

6.

Idiom

Idiom adalah pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah
bahasa yang umum, biasanya berbentuk frase, sedangkan artinya tidak
bisa diterangkan secara logis, dengan bertumpu pada makna kata-kata
yang membentuknya, misalnya: seorang asing yang sudah mengetahui
makna kata makan dan tangan, tidak akan memahami makna perasa
makan tangan. Siapa yang berfkir bahwa makan tangan sama artinya
dengan kena tinju atau beruntung besar ? dan selanjutnya idiom-idiom
yang menggunakan kata makan seperti: makan garam, makan hati, dan
senagainya.

7.

Bahasa Artifsial

Yang dimaksud dengan artifsial adalah bahasa yang disusun secara
seni.
Fakta dan pernyataan-pernyataan yang sederhana dapat diungkapkan
dengan sederhana dan langsung tak perlu disembunyikan.
Artifsial : Ia mendengar kepak sayap kalelawar dan guyuran sisa hujan
dari dedaunan,
karena angin kepada kemuning.
Ia mendengar resah kuda serta langkah pedati ketika langit bersih
kembali menampakkan
bima sakti yang jauh.

Biasa :Ia mendengar bunyi sayap kelelawar dan sisa hujan yang ditiup
angin di daun.
Ia mendengar derap kuda dan pedati ketika langit mulai terang.
Fungsi dari diksi antara lain :

Membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak
salah paham terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara atau
penulis.
Untuk mencapai target komunikasi yang efektif.
Melambangkan gagasan yang di ekspresikan secara verbal.
Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi,
tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.

Diksi terdiri dari delapan elemen yaitu : fonem, silabel, konjungsi,
hubungan, kata benda, kata kerja, infeksi, dan uterans.
Macam macam hubungan makna :
1.

Sinonim

Merupakan kata-kata yang memiliki persamaan / kemiripan makna.
Sinonim sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang
maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain. Contoh:
Kata buruk dan jelek, mati dan wafat.

2.

Antonim.

Merupakan ungkapan (berupa kata, frase, atau kalimat) yang
maknanya dianggap kebalikan dari makna /ungkapan lain. Contoh: Kata
bagus berantonim dengan kata buruk; kata besar berantonim dengan
kata kecil.

3.

Polisemi.

Adalah sebagai satuan bahasa (terutama kata atau frase) yang memiliki
makna lebih dari satu. Contoh: Kata kepala bermakna ; bagian tubuh
dari leher ke atas, seperti terdapat pada manusia dan hewan, bagian
dari suatu yang terletak di sebelah atas atau depan, seperti kepala

susu, kepala meja,dan kepala kereta api, bagian dari suatu yang
berbentuk bulat seperti kepala, kepala paku dan kepala jarum dan Iainlain.

4.

Hiponim.

Adalah suatu kata yang yang maknanya telah tercakup oleh kata yang
lain, sebagai ungkapan (berupa kata, frase atau kalimat) yang
maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan.
Contoh : kata tongkol adalah hiponim terhadap kata ikan, sebab makna
tongkol termasuk makna ikan.

5.

Hipernim.

Merupakan suatu kata yang mencakup makna kata lain.

6.

Homonim.

Merupakan kata-kata yang memiliki kesamaan ejaan dan bunyi namun
berbeda arti.

7.

Homofon.

Merupakan kata-kata yang memiliki bunyi sama tetapi ejaan dan
artinya berbeda.

8.

Homograf.

Merupakan kata-kata yang memiliki tulisan yang sama tetapi bunyi dan
artinya berbeda.

Sebelum menentukan pilihan kata, penulis harus memperhatikan dua
hal pokok, yakni: masalah makna dan relasi makna :

•Makna sebuah kata / sebuah kalimat merupakan makna yang tidak
selalu berdiri sendiri. Adapun makna menurut (Chaer, 1994: 60) terbagi
atas beberapa kelompok yaitu :

Makna Leksikal : makna yang sesuai dengan referennya, sesuai
dengan hasil observasi alat indera / makna yg sungguh-sungguh nyata
dlm kehidupan kita. Contoh: Kata tikus, makna leksikalnya adalah
binatang yang menyebabkan timbulnya penyakit (Tikus itu mati
diterkam kucing).
Makna Gramatikal : untuk menyatakan makna-makna atau nuansanuansa makna gramatikal, untuk menyatakan makna jamak bahasa
Indonesia, menggunakan proses reduplikasi seperti kata: buku yg
bermakna “sebuah buku,” menjadi buku-buku yang bermakna “banyak
buku”.
Makna Referensial dan Nonreferensial : Makna referensial &
nonreferensial perbedaannya adalah berdasarkan ada tidaknya referen
dari kata-kata itu. Maka kata-kata itu mempunyai referen, yaitu
sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu. Kata bermakna
referensial, kalau mempunyai referen, sedangkan kata bermakna
nonreferensial kalau tidak memiliki referen. Contoh: Kata meja dan
kursi (bermakna referen). Kata karena dan tetapi (bermakna
nonreferensial).
Makna Denotatif dan Konotatif :Makna denotatif adalah makna asli,
makna asal atau makna sebenarnya yang dimiliki sebuah leksem.
Contoh: Kata kurus, bermakna denotatif keadaan tubuhnya yang lebih
kecil & ukuran badannya normal. Makna konotatif adalah: makna lain
yang ditambahkan pada makna denotatif tadi yang berhubungan
dengan nilai rasa orang / kelompok orang yang menggunakan kata
tersebut. Contoh: Kata kurus pada contoh di atas bermakna konotatif
netral, artinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan, tetapi kata
ramping bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotatif positif,
nilai yang mengenakkan. Orang akan senang bila dikatakan ramping.
Makna Konseptual dan Makna Asosiatif : Makna konseptual adalah
makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau
asosiasi apapun. Contoh: Kata kuda memiliki makna konseptual
“sejenis binatang berkaki empat yg bisa dikendarai”. Makna asosiatif
adalah makna yang dimiliki sebuah leksem / kata berkenaan dengan
adanya hubungan kata itu dengan suatu yang berada diluar bahasa .
Contoh: Kata melati berasosiasi dg suatu yg suci / kesucian. Kata merah
berasosiasi berani / paham komunis.
Makna Kata dan Makna Istilah : Makna kata, walaupun secara
sinkronis tidak berubah, tetapi karena berbagai faktor dalam kehidupan
dapat menjadi bersifat umum. Makna kata itu baru menjadi jelas kalau
sudah digunakan dalam suatu kalimat. Contoh: Kata tahanan,
bermakna orang yang ditahan,tapi bisa juga hasil perbuatan menahan.
Kata air, bermakna air yang berada di sumur, di gelas, di bak mandi
atau air hujan. Makna istilah memiliki makna yang tetap dan pasti.
Ketetapan dan kepastian makna istilah itu karena istilah itu hanya

digunakan dalam bidang kegiatan atau keilmuan tertentu. Contoh: Kata
tahanan di atas masih bersifat umum, istilah di bidang hukum, kata
tahanan itu sudah pasti orang yang ditahan sehubungan suatu perkara.
Makna Idiomatikal dan Peribahasa : Yang dimaksud dengan idiom
adalah satuan-satuan bahasa (ada berupa baik kata, frase, maupun
kalimat) maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal, baik
unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut.
Contoh: Kata ketakutan, kesedihan, keberanian, dan kebimbangan
memiliki makna hal yg disebut makna dasar, Kata rumah kayu
bermakna, rumah yang terbuat dari kayu. Makna pribahasa bersifat
memperbandingkan atau mengumpamakan, maka lazim juga disebut
dengan nama perumpamaan. Contoh: Bagai, bak, laksana dan umpama
lazim digunakan dalam peribahasa .
Makna Kias dan Lugas : Makna kias adalah kata, frase dan kalimat
yang tidak merujuk pada arti sebenarnya. Contoh: Putri malam
bermakna bulan , Raja siang bermakna matahari.

Agar dapat menghasilkan cerita yang menarik melalui pilihan kata
maka diksi yang baik harus memenuhi syarat, seperti :

Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan suatu
gagasan.
Seorang pengarang harus mempunyai kemampuan untuk
membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan
gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan
bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa bagi pembacanya.
Menguasai berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan
kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang jelas, efektif dan
mudah dimengerti.

Contoh Paragraf :
1). Hari ini Aku pergi ke pantai bersama dengan kawanku. Udara
disana sangat sejuk. Kami bermain bola air sampai tak terasa hari
sudah sore. Kamipun pulang tak lama kemudian.
2). Liburan tahun ini Aku dan kawanku berencana untuk pergi ke
pantai. Kami sangat senang ketika hari itu tiba. Begitu sampai disana

kami sudah disambut oleh semilir angin yang tak henti-hentinya
bertiup. Ombak yang berkejar-kejaran juga seolah tak mau kalah untuk
menyambut kedatangan kami. Kami menghabiskan waktu sepanjang
hari disana, kami pulang.

1.

Makna Denotatif dan Konotatif

Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit.
Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya.
Denotatif adalah
suatu pengertian yang terkandung sebuah kata secara objektif. Sering
juga makna denotatif disebut makna konseptual. Kata makan misalnya,
bermakna memasukkan sesuatu kedalam mulut, dikunyah, dan ditelan.
Makna kata makan seperti ini adalah makna denotatif.

Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai
akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang
dikenakan pada sebuah makna konseptual. Kata makan dalam makna
konotatif dapat berarti untung atau pukul.

2.

Makna Umum dan Khusus

Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang-lingkupnya.
-Makin luas ruang-lingkup suatu kata, maka makin umum sifatnya.
Makin umum suatu kata, maka semakin terbuka kemungkinan
terjadinya salah paham dalam pemaknaannya.
-Makin sempit ruang-lingkupnya, makin khusus sifatnya sehingga makin
sedikit kemungkinan terjadinya salah paham dalam pemaknaannya, dan
makin mendekatkan penulis pada pilihan kata secara tepat.
Misalnya:
Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas daripada kata mujair atau
tawes. Ikan tidak hanya mujair atau tidak seperti gurame, lele, sepat,
tuna, baronang, nila, ikan koki dan ikan mas. Dalam hal ini kata
acuannya lebih luas disebut kata umum, seperti ikan, sedangkan kata
yang acuannya lebih khusus disebut kata khusus, seperti gurame, lele,
tawes, dan ikan mas.

3.

Kata abstrak dan kata konkret.

Kata yang acuannya semakin mudah diserap panca-indra disebut kata
konkret, seperti meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara.
Jika acuan sebuah kata tidak mudah diserap panca-indra, kata itu
disebut kata abstrak, seperti gagasan dan perdamaian. Kata abstrak
digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu
membedakan secara halus gagasan yang sifat teknis dan khusus. Akan
tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan
dalam suatu karangan. Kara