Makalah Antropologi Budaya Suku Jawa

Kata Pengantar
Salam Sejahtera...
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa, karena berkat restuNya
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Budaya sebagai benih
identitas suatu bangsa namun dalam lintas generasi masih terdapat penyimpanganpenyimpangan yang terjadi sampai saat ini, begitu banyak kebudayaan di
Indonesia dalam makalah ini hanya salah satunya yaitu Antropologi
Kebudayaan Suku Jawa , kurang lebih bagiamana yang terjadi jika dilihat dari
sudut pandang Antropologi, dan makalah ini disusun sebagai salah satu syarat
nilai tugas dalam mata kuliah Antropologi Smester II Oleh : Hasudungan
Sinaga,SH.,MH.,MM. Universitas Tama Jagakarsa Jakarta. Dalam penyusunan
makalah ini, adapun hambatan yang di hadapi, namun saya menyadari bahwa
kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan,
bimbingan orang tua dan dosen sehingga kendala yang di hadapi teratasi. Saya
berharap pembaca dapat memperluas ilmu pengetahuan, yang di sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita.
Dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini tentu saja saya mengakui bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan , baik dari segi isi , teori , maupun
sistematika penulisannya , maka dari itu karena belum luasnya wawasan saya ,
saya sangat terbantu jika bapak dosen dan atau teman – teman memberikan kritik ,
saran yang bersifat membangun dan dapat menyempurnakan makalah ini dari segi
manapun. Terimakasih.


Jakarta , 17 Maret 2016
PRIHANDOKO MUFARIDLO

1

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR……………………………………………………..-

1

DAFATAR ISI……………………………………………………………..

2

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………...............

3


B. Rumusan Masalah ………………………………………………...

4

C. Tujuan dan Manfaat…………………………………………….

4

BAB II. PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Suku Jawa................................................................

5

B.

Sejarah Suku Jawa.................................................................................

9


C.

Model Penerapan Hukum pada Suku Jawa............................................

10

D. Kajian Antropologi pada Suku Jawa........................................................ 10
BAB III. PENUTUP
KESIMPULAN…………………………………………………..................…. 15
DAFTAR PUSTAKA

2

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebudayaan telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu
generasi tertentu, dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang
bersangkutan. Luasnya bidang kebudayaan menimbulkan adanya telaahan

mengenai apa sebenarnya isi dari kebudayaan itu. Dalam hal memberi
definisi terhadap konsep kebudayaan, ilmu antropologi seringkali sangat
berbeda dengan berbagai ilmu lain. Menurut ilmu antropologi, kebudayaan
ialah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan
belajar. Hal tersebut berarti bahwa hampir seluruh tindakan manusia
adalah kebudayaan, karena hanya amat sedikit tindakan manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang tak perlu dibiasakannya dengan
belajar, yaitu hanya beberapa tindakan naluri beberapa refleks, beberapa
tindakan akibat proses fisiologi, atau kelakuan apabila ia sedang membabi
buta. Kebudayaan dapat berperan sebagai kontrol masyarakat, yaitu cara
yang digunakan oleh suatu masyarakat untuk mengembalikan anggota
masyarakatnya yang menyimpang kepada tingkah laku normal. Kontrol
sosial tersebut dijalankan melalui bentuk sanksi. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kebudayaan merupakan hasil belajar, dapat digunakan
sebagai sistem makna dan sistem lambang, tetapi meskipun dapat sebagai
kontrol sosial dan sebagainya faktanya sampai saat ini masih terdapat
penyimpangan penyimpangan yang terjadi di dalam masyatakat khususnya
Jawa jika di tinjau dari Antropologi. Oleh karena itu saya mencoba
membuat kajian mengenai kebudayaan suku jawa ditinjau dari

Antropologi.

3

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas , di susunlah rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran umum Kebudayaan Suku Jawa ?
2. Seperti apa sejarah Kebudayaan Suku Jawa ?
3. Bagaimana model penerapan hukum pada Kebudayaan Suku Jawa?
4. Seperti apa kajian Antropologi pada Kebudayaan Suku Jawa ?
C. Tujuan


Memahami bagaimana cara melihat atau mempelajari segala aspek
yang dapat dijangkau dari cabang ilmu Antropologi.



Mempelajari potensi potensi penyimpangan kebudayaan dengan

melihat penyimpangan dalam Suku Jawa.



Mengetahui seluk beluk Kebudayaan Suku Jawa termasuk
sejarahnya.



Menemukan beberapa solusi dalam penyimpangan Kebudayaan
Suku Jawa dan lain sebagainya.

4

BAB II
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Suku Jawa
Suku Jawa adalah suku bangsa yang terbesar di Indonesia, dengan
jumlahnya di sekitar 90 juta. Mereka berasal dari pulau Jawa dan menghuni
khususnya di provinsi Jawa Tengah serta Jawa Timur tetapi di provinsi Jawa

Barat, Banten dan tentu saja di Jakarta, mereka juga banyak ditemukan.
Menurut Prof. Mr. Hardjono.almarhum , Guru Besar Universitas Gaja Mada,
ditahun 1980-an mengatakan mengenai arti Jawa atau Jawi dari sudut pandang
kebatinan. Begini katanya : Dimas, banyak orang yang sebenarnya tidak mengerti
arti kata Jawa atau Jawi. Ja itu artinya lahir dan wi artinya burung., jadi seperti
burung, manusia itu harus melewati dua tahapan untuk menjadi manusia
sempurna. Pertama terlahir sebagai telur, baru kemudian terbuka menjadi burung.
Beliau tidak mau menjelaskan artinya yang jelas, dan membiarkan kita untuk
mengkajinya lebih dalam lagi.
Berikut adalah beberapa aspek yang bisa menggambarkan masyarakat suku jawa
secara umum.
1) Kepercayaan
Agama Islam berkembang baik di Jawa. Hal ini tampak dari
banyaknya bangunan-bangunan tempat ibadat agama ini. Agama Islam
adalah agama mayoritas masyarakat Jawa. Selain itu ada juga penganut
agama Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha, dan aliran kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Kebanyakan orang Jawa percaya bahwa hidup manusia ini sudah diatur
dalam alam semesta, sehingga tidak sedikit dari mereka yang bersikap
nrimo, yaitu menyerahkan diri pada takdir. Selain itu, orang Jawa percaya

kepada kekuatan atau kesakten (kesaktian) yang terdapat pada bendabenda pusaka, seperti : keris, gamelan, dan lain-lain. Mereka juga
mempercayai keberadaan arwah dan roh leluhur, dan mahluk-mahluk

5

halus seperti memedi, lelembut, tuyul, serta jin yang menempati alam
sekitar tempat tinggal mereka. Menurut kepercayaan, mahluk halus
tersebut dapat mendatangkan kesuksesan, kebahagiaan, ketentraman, atau
keselamatan. Tetapi sebaliknya ada juga mahluk halus yang dapat
menimbulkan ketakutan dan kematian.
2) Ekonomi
Bertani merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat
pedesaan di Jawa. Pekerjaan pertanian ini dilakukan dengan membuat
kebun kering (tegalan) atau membuat sawah. Selain tanaman padi,
masyarakat pedesaan di Jawa biasanya menanam ketela pohon, jagung,
ketela rambat, kedelat, kacang tanah, kacang tunggak, gude, dan lain-lain.
Penduduk desa tidak semuanya memiliki tanah pertanian yang luas.
Bahkan ada yang tidak mempunyai tanah sama sekali yang tidak memiliki
tanah akhirnya terpaksa bekerja menjadi buruh atau menyewa tanah
dengan bagi hasil. Buruh tani melakukan pekerjaan seperti: mencangkul,

memantun, membajak, menggaru, dan menuai di sawah milik orang lain
(gacong). Besarnya upah ditentukan menurut angkatan ia bekerja. Satu
angkatan sama dengan waktu kerja selama 4 jam 06.00 sampai 10.00 pagi;
angkatan kedua dari jam 10.00 sampai jam 14.00 siang. Angkatan ketiga
dari jam 14.00 siang sampai jam 18.00 sore.
Selain dari pertanian, masyarakat Jawa juga menjalankan beberapa usaha
sambilan untuk menambah pendapatan, seperti: membuat tempe kara
benguk (mucuna utilis), mencetak bata merah, mbotok, membuat minyak
goreng kelapa, membatik, menganyam tikar, tukang kayu, tukang batu,
reparasi sepeda, dan lapangan pekerjaan lain.
3) Kesenian
Masyarakat Jawa sangat kaya akan kesenian yang terdiri dari seni
bangunan, seni tari, seni musik, seni pertunjukan, dan seni kerajinan.

6

Salah satu unsur seni yang menonjol adalah seni

musik. Gamelan


merupakan seni musik jawa yang sangat terkenal. Gamelan adalah jenis
alat musik pukul (perkusi) yang terbuat dari besi, kuningan, atau
perunggu. Seperangkat gamelan biasanya terdiri dari : gambang, bonang,
barang penerus, gender, slentem, sarom, peking, kenong, kempul, dan
gong. Selain itu gamelan juga dilengkapi dengan kendang, seruling, rebab,
dan siter.
4) Bahasa
Sebahagian besar suku bangsa Jawa menuturkan bahasa Jawa
sebagai bahasa percakapan harian. Sebuah tinjauan pendapat yang
dijalankan oleh Majalah Tempo pada awal dekade 1990-an menunjukkan
bahwa hanya sekitar 12% daripada orang-orang Jawa menggunakan
bahasa Indonesia sebagai bahasa pertuturan harian. Sekitar 18%
menggunakan campuran bahasa Jawa dan bahasa Indonesia, dengan yang
lain menuturkan bahasa Jawa sebagai bahasa utama mereka.
Keturunan-keturunan masyarakat Jawa berpendapat bahawa bahasa Jawa
adalah bahasa yang sangat sopan dan mereka, khususnya orang-orang
yang lebih tua, menghargai orang-orang yang menuturkan bahasa mereka.
Bahasa Jawa juga sangat mempunyai arti yang luas.
5) Susunan Lapisan Sosial
Masyarakat Jawa juga terkenal kerana pembahagian golongan

sosialnya. Pada dekade 1960-an, Clifford Geertz, pakar antropologi
Amerika Syarikat yang ternama, membahagikan masyarakat Jawa kepada
tiga buah kelompok, yakni kaum santri, kaum abangan, dan Kaum priyayi
Menurut beliau, kaum santri adalah penganut agama Islam yang warak,
manakala kaum abangan adalah penganut Islam pada nama saja atau
penganut Kejawen, dengan kaum priyayi merupakan kaum bangsawan.
Tetapi kesimpulan Geertz ini banyak ditentang kerana ia mencampurkan
golongan sosial dengan golongan kepercayaan. Pengelasan sosialnya juga

7

dicemari oleh penggolongan kaum-kaum lain, misalnya orang-orang
Indonesia yang lain serta juga suku-suku bangsa bukan pribumi seperti
keturunan-keturunan Arab, Tionghoa dan India.
6) Stereotaip Orang Jawa
Orang Jawa terkenal sebagai suku bangsa yang sopan dan halus,
tetapi mereka juga terkenal sebagai suatu suku bangsa yang tertutup dan
tidak mahu terus terang. Sifat ini konon berdasarkan sifat orang Jawa yang
ingin memeliharakan keharmonian atau keserasian dan menghindari
pertikaian. Oleh itu, mereka cenderung diam saja dan tidak membantah
apabila tertimbulnya percanggahan pendapat. Salah satu kesan yang buruk
daripada kecenderungan ini adalah bahwa mereka biasanya dengan
mudah menyimpan dendam.
Orang suku Jawa juga mempunyai kecenderungan untuk membedabedakan masyarakat berdasarkan asal-usul dan kasta atau golongan sosial.
Sifat seperti ini dikatakan merupakan sifat feodalisme yang berasal
daripada ajaran-ajaran kebudayaan Hindu dan Jawa Kuno yang sudah
diyakini secara turun-temurun oleh masyarakat Jawa sehingga sekarang.
7) Tokoh - Tokoh Jawa
Berikut ini tokoh-tokoh terkemuka yang berasal dari jawa.
-

Abdurrahman Wahid, bekas Presiden Republik Indonesia

-

RA. Kartini, pahlawan negara

-

Michelle Branch, penyanyi internasional berketurunan Jawa

-

Suharto, bekas Presiden Republik Indonesia

-

Sukarno, pengasas negara serta bekas Presiden Republik Indonesia

-

Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Republik Indonesia

-

Megawati Soekarno Poetri, mantan Presiden Republik Indonesia dan
sekaligus presiden wanita pertama di indonesia.

8

B. Sejarah Suku Jawa
Asal-usul suku Jawa banyak versinya. Versi yang paling populer adalah
bahwa leluhur orang Jawa adalah Ajiasaka, Pandita dari India yang datang ke
Jawa. Kisah Ajisaka dan murid-muridnya kemudian digunakan sebagai patokan
aksara Jawa (ha na ca ra ka ...).
Versi lain mengatakan nenek moyang orang Jawa datang dari sekitar lereng
Gunung Merapi. Karena di lereng dan kaki gunung Merapi berdiri kerajaan
Mataram kuno, yang mana mereka mendirikan Candi Borobudur. Kerajaan
Maratam Kuno kemudian pindah ke Jawa Timur karena bencana dahsyat letusan
Gunung Merapi yang bahkan membuat Borobudur terkubur tanah.
Jika ditarik ribuan tahun ke belakang, di Jawa sudah ada kehidupan. Bahkan di
Sangiran

(Sragen),

ditemukan

fosil

manusia

purba,

terutama

dari

jenis phitecanthropus erectus. Jauh-hari bahkan di Mojokerto (Jawa Timur)
sudah hidup nenek moyang manusia Jawa yang diberi julukan Homo
Mojokertensis. Mereka hidup 200 ribu tahun yang lalu.
Masyarakat Jawa sekarang mendiami wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur dan
Yogyakarta. Jika diperluas, mereka yang tinggal di Cirebon dan Indramayu juga
diklasifikasikan sebagai orang Jawa karena bahasa yang mereka gunakan lebih
dekat ke bahasa Jawa daripada bahasa Sunda. banyak orang Jawa menetap di
selatan Sumatera (Lampung dan sekitarnya), sebagian besar Banten (Keturunan
pasukan Mataram) Jakarta dan Sumatera Utara. Hal ini terjadi karena berbagai
alasan, antara lain: kolonial Belanda membawa orang Jawa ke tempat-tempat itu
untuk menjadi buruh perkebunan. Selain itu, etnis Jawa juga menyebar ke
Suriname.
Bahasa Jawa (ngoko dan Kromo) umum digunakan dalam bahasa sehari-hari
instruksi. Tentu ada beberapa dialek. Ada dialek Yogya-Solo, semarangan,
Banyumasan, Tegal dan Jawa Timur.

9

Soal kehidupan beragama, setelah kedatangan Wali Songo, umumnya orang
Jawa adalah Muslim. Sebagian kecil masih Hindu dan Budha, selain Kristen dan
Katolik. Ada juga masih memegang ajaran-ajaran kejawen.
Orang Jawa dikenal halus dan sangat tepo seliro. Juga tidak suka konflik. Di lain
pihak, di mata suku Non-jawa, orang Jawa di kenal penakut dan suka main
belakang. tapi, apapun dan bagaimanapun, orang Jawa adalah mayoritas di
Indonesia dan sangat mendominasi sektor pemerintahan dan kebudayaan.

C. Model Penerapan Hukum pada Suku Jawa
Suku jawa merupakan suatu kelompok sosial yang paling besar
kuantitasnya di Indonesia. Dan pada dasarnya, dimana ada kelompok sosial di
situlah ada hukum. Menurut Volkgeist, “hukum tumbuh dan berkembang di
masyarakat”. Sehingga bisa diambil pemahaman, bahwa tanpa adanya suatu
badan hukum pun, suku jawa zaman dulu sudah menerapkan suatu model hukum
berupa hukum kebiasaan (adat istiadat).
Hukum kebiasaan atau adat istiadat adalah himpunan kaidah sosial berupa tradisi
yang umumnya bersifat sakral yang mengatur tata kehidupan sosial masyarakat
tertentu. Adat istiadat ini sejak lama dianut, hidup, dan berkembang dalam
masyarakat tertentu, misalnya upacara pelaksaan perkawinan suku jawa.
Contoh hukum di atas menggambarkan bahwa suku Jawa kental akan adat
istiadat yang mereka sendiri menganggapnya sebagai sebuah hukum.
Hukum adat suku Jawa tercermin dari banyaknya upacara adat yang dalam
kepercayaan mereka upacara itu merupakan sebuah keharusan yang apabila tidak
dilakukan akan datang sanksi penguasa alam semesta (bencana).
D. Kajian Antropologi pada Suku Jawa
Pada dasarnya antropologi dibagi ke dalam dua garis besar, yakni
antropologi fisik dan antropologi budaya. Dan dalam hal ini, kami mencoba
mengupas keduanya, tentang bagaimana kajian antropologi fisik suku jawa dan
kajian antropologi budayanya.

10

1) Antropologi fisik suku Jawa
Orang Jawa adalah sebutan bagi orang yang tinggal di Jawadwipa atau di
pulau Jawa pada dulu kala. Pada saat ini yang dinamakan orang Jawa
adalah penduduk yang menghuni di pulau Jawa bagian tengah dan timur
yang disebut suku bangsa Jawa dan anak keturunannya.
Dalam khasanah Arkeologi, nama Java Man sudah tidak asing lagi, ini
menunjuk kepada nenek moyang orang Jawa dikala purba. Situs manusia
purba di Indonesia, pulau Jawa adalah di Sangiran yang terbelah sisi utara
dan selatan karena dilewati aliran Kali Cemoro yang mengalir
dari Gunung Merapi menuju ke Bengawan Solo. Bagian utara termasuk
wilayah Desa Krikilan, Sragen, sedangkan yang belahan selatan
masuk Desa Krendowahono, Karanganyar.
Penelitian dalam rangka mencari fosil nenek moyang manusia di Sangiran
sudah dimulai sejak 1893 oleh peneliti Eugene Dubois. Dia menemukan
fosil

manusia

purba

di

Trinil,

Ngawi,

Jawa

Timur,

yang

dinamakan Pithecanthropus Erectus, artinya manusia kera yang berjalan
tegak.
Penelitian di Sangiran dilanjutkan kembali secara intensif sejak 1930
oleh J.P. van Es dan 1934 oleh GHR von Koenigswald.Tidak kurang dari
seribu alat-alat dari batu buatan manusia yang pernah tinggal disini
diketemukan.
Alat dari batuan kaldeson yang dipecahkan itu bisa dipergunakan untuk
memotong, menyerut dan untuk meruncingkan tombak. Oleh von
Koenigswald alat-alat itu disebut alat serpih dari Sangiran (The Sangiran
Flake Industry).
Meganthropus Paleojavanicus, manusia purba yang punya fosil rahang
atas yang ukurannya besar diketemukan ditahun 1936. Selanjutnya ditahun
1937 diketemukan fosil manusia purba yang dinamakan Pithecanthropus
Erectus. Penemuan spektakuler ini melibatkan banyak peneliti kondang
dari manca negara dan para ahli Indonesia seperti R.P. Soejono, Teuku
Yacob, S.Sartono, Hari Widianto dll.

11

Juga ikut terlibat berbagai lembaga peneliti seperti American Museum of
National History, Biologisch-Archaelogisch Institut, Groningen, Tokyo
University, Padova University, National d”Histoire Naturelle, Paris, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung, Pusat Penelitian
Arkeologi Nasional, Balai Arkeologi Yogyakarta dll.
Pemerintah RI telah menetapkan daerah Sangiran seluas 56 km2 sebagai
Daerah Cagar Budaya. Pada 5 Desember 1996, Situs Sangiran
oleh Unesco dinyatakan sebagai Warisan Budaya Dunia, World Heritage
List No. 593, dengan nama Sangiran Early Man Site, Situs Hunian
Manusia Purba Sangiran.
Menurut penelitian geologis, Situs Sangiran sudah muncul 3( tiga) juta
tahun lalu dan merupakan perbukitan dengan struktur kubah ditengahnya,
disebut Sangiran Dome.
Sekitar 1.8 hingga 1 juta tahun lalu ,daerah Jawa Tengah dan Timur
merupakan lembah ,yang sebelah selatan dibatasi Gunung Selatan, sebelah
utara oleh Gunung Kendeng. Lembah itu sebagian besar berupa danau dan
rawa-rawa. Disebelah timur lembah berupa lautan. Ditengah lembah ada
gunung a.l. Gunung Lawu Purba dan Gunung Wilis.
Pada saat itulah mulai muncul kehidupan manusia purba disekitar rawarawa dan muara sungai Cemoro yang bersumber di Gunung Merapi. Homo
Erectus yang dikenal sebagaiJava Man tinggal disekitar sungai Cemoro
sekarang dan kehidupannya berkembang terus dengan diketemukannya
ribuan alat-alat batu.
Selain fosil manusia purba, juga diketemukan fosil-fosil binatang purba
seperti: Gajah, Banteng, Kerbau, Rusa, Kuda Nil, hippopotamus dll. Kuda
Nil Sangiran ini ukuran besar dan beratnya duakali lipat dari kuda Nil
yang ada sekarang ini!
Temuan fosil manusia, binatang dan peralatan batu yang jumlahnya ribuan
bisa dilihat di Musium Sangiran.
Perkembangan budaya dari manusia purba menjadi manusia modern
berjalan dalam kurun waktu yang sangat lama. Ini adalah uraian dari segi

12

ilmiah mengenai keberadaan orang Jawa dan anak keturunannya yang
menghuni pulau ini sejak dahulu kala.
2) Antropologi budaya suku Jawa
Masyarakat Jawa hidup dalam lingkungan adat istiadat yang sangat kental.
Adat istiadat suku Jawa masih sering digunakan dalam berbagai kegiatan
masyarakat. Mulai masa-masa kehamilan hingga kematian. Ini merupakan
sebuah bahan kajian yang sangat menarik untuk dituangkan ke dalam
sebuah makalah. Maka, saya coba kupas satu per-satu dari mulai masa
kehamilan sampai kematian pada adat suku jawa.
a) Adat Istiadat Suku Jawa saat Kehamilan
Saat seorang wanita suku Jawa mengandung dan usia
kandungannya sudah mencapai tujuh bulan, mereka akan
melakukan semacam ritual selamatan atau biasa disebut mitoni.
Salah satu ritual mitoni yang harus dijalankan oleh ibu hamil
tersebut adalah tingkeban.
Pada ritual ini, wanita yang tengah mengandung dimandikan
menggunakan campuran air dan bunga. Kain yang digunakan
sebagai kemben pun jumlahnya harus tujuh dan dipakai secara
bergantian saat acara tingkeban berlangsung.
b) Adat Istiadat Suku Jawa saat Upacara Pernikahan
Adat istiadat suku Jawa juga sering dilaksanakan saat upacara
pernikahan. Masyarakat suku Jawa percaya akan adanya hari yang
baik untuk melaksanakan pernikahan. Hari baik tersebut, biasanya,
berpatokan pada buku primbon Jawa.
Sebulan sebelum acara pernikahan berlangsung, calon pengantin
suku Jawa tidak diperbolehkan untuk saling bertemu. Khusus calon
mempelai wanita, biasanya, akan dipingit.
Ritual pingitan ini ditujukan untuk mempersiapkan fisik dan
mental si gadis yang akan memasuki jenjang pernikahan. Sehari

13

sebelum acara pernikahan, calon mempelai wanita kembali
melakukan ritual. Kali ini, ritualnya berupa siraman.
Pada acara siraman, air yang digunakan oleh calon pengantin
biasanya sudah dicampur dengan bermacam-macam bunga.
Kemudian, malam harinya, diadakan ritual midodareni. Ritual ini
biasanya juga menjadi acara pertemuan sebelum pernikahan antara
kedua keluarga calon mempelai.
Saat acara pernikahan berlangsung, ritual adat istiadat suku Jawa
yang dilakukan lebih banyak. Mulai saling melempar sirih hingga
ritual membasuh kaki mempelai pria oleh mempelai wanitanya.
c) Adat Istiadat Suku Jawa saat Upacara Kematian
Ketika salah satu masyarakat suku Jawa meninggal, ritual adat
istiadat pun tidak lepas mengiringi. Ritual yang biasa dilakukan
adalah brobosan, yaitu melintas di bawah mayat yang sudah
ditandu dengan cara berjongkok.
Ritual adat istiadat pun belum selesai hingga di situ. Setahun
pertama setelah meninggal, biasanya, pihak keluarga yang
ditinggalkan akan mengadakan selamatan pendak siji, pendak loro,
hingga pendak telu atau selamatan yang dilakukan di tahun ketiga.

14

BAB III
KESIMPULAN
Suku Jawa adalah suku bangsa yang terbesar di Indonesia, dengan jumlahnya di
sekitar 90 juta. Mereka berasal dari pulau Jawa dan menghuni khususnya di
provinsi Jawa Tengah serta Jawa Timur tetapi di provinsi Jawa Barat, Banten dan
tentu saja di Jakarta, mereka juga banyak ditemukan.
Berikut adalah beberapa aspek yang bisa menggambarkan masyarakat suku jawa
secara umum, antara lain : kepercayaan masyarakat, ekonomi, kesenian khas jawa,
bahasa, susunan lapisan sosial, stereotaip orang jawa, dan eksistensi tokoh-tokoh
terkemuka asal Jawa.
Asal-usul suku Jawa banyak versinya. Versi yang paling populer adalah bahwa
leluhur orang Jawa adalah Ajiasaka, Pandita dari India yang datang ke Jawa.
Kisah Ajisaka dan murid-muridnya kemudian digunakan sebagai patokan aksara
Jawa (ha na ca ra ka ...).
Versi lain mengatakan nenek moyang orang Jawa datang dari sekitar lereng
Gunung Merapi. Karena di lereng dan kaki gunung Merapi berdiri kerajaan
Mataram kuno, yang mana mereka mendirikan Candi Borobudur. Kerajaan
Maratam Kuno kemudian pindah ke Jawa Timur karena bencana dahsyat letusan
Gunung Merapi yang bahkan membuat Borobudur terkubur tanah.
Jika ditarik ribuan tahun ke belakang, di Jawa sudah ada kehidupan. Bahkan di
Sangiran

(Sragen),

ditemukan

fosil

manusia

purba,

terutama

dari

jenis phitecanthropus erectus. Jauh-hari bahkan di Mojokerto (Jawa Timur) sudah
hidup nenek moyang manusia Jawa yang diberi julukan Homo Mojokertensis.
Mereka hidup 200 ribu tahun yang lalu.
Suku jawa zaman dulu sudah menerapkan suatu model hukum berupa hukum
kebiasaan (adat istiadat).
Kajian Antropologi pada suku Jawa dapat dibagi ke dalam dua bidang, yakni fisik
dan budaya.

15

Pertama, kajian fisik diawali oleh penelitian mencari fosil nenek moyang manusia
di Sangiran pada tahun 1893 oleh peneliti Eugene Dubois. Dia menemukan fosil
manusia purba di Trinil, Ngawi, Jawa Timur, yang dinamakan Pithecanthropus
Erectus, artinya manusia kera yang berjalan tegak.
Kedua, kajian budaya, masyarakat Jawa hidup dalam lingkungan adat istiadat
yang sangat kental. Adat istiadat suku Jawa masih sering digunakan dalam
berbagai kegiatan masyarakat. Mulai masa-masa kehamilan hingga kematian.

16

DAFTAR PUSTAKA
1.

________. (2010) Keragaman Suku Bangsa dan Budaya di Indonesia.
(http://www.scribd.com/doc/6269543/2/D-Keragaman-Suku-Bangsa-dan-Budayadi-Indonesia). diakses tanggal 3 oktober 2012

2.

Ahira, A. (2010) Pengertian suku bangsa.
(http://www.anneahira.com/pengertian-suku-bangsa.htm). diakses tanggal 3
oktober 2012

3.

________. (2011). Tahukah anda berapa banyak jumlah suku di indonesia,
(http://www.tahukah-anda.com/sosial-budaya/tahukah-anda-berapa-banyakjumlah-suku-di-indonesia/index.html). diakses tanggal 3 oktober 2012

4.

___________. (2004). Berkenalan dengan Antropologi. Bandung:___

5.

Valentine, A.P. (2010). Asal-usul Suku Jawa. (http://apvalentine.blogspot.com/
2010/11/asal-usul-suku-jawa.html). diakses tanggal 4 oktober 2012.

6.

Shvoong. (2010). Asal-usul Suku Jawa. (http://id.shvoong.com/social-sciences/
anthropology/2248808-asal-usul-suku-jawa/#ixzz28FGncvJn). diakses tangal 4
oktober 2012.

7.

Mas, M. (2004). Pengantar Ilmu Hukum. Bandung: Ghalia Indonesia.

8.

Kebumen, K.W. (2010). Asal-usul Jawa Dwipa.
(http://www.facebook.com/note.php?note_id=125992110785449). diakses tanggal
4 oktober 2012

9.

Ahira, A. (2010). Adat istiadat Suku Jawa. (http://www.anneahira.com/adatistiadat-suku-jawa.htm). diakses tanggal 3 oktober 2012.

17

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Pengaruh metode sorogan dan bandongan terhadap keberhasilan pembelajaran (studi kasus Pondok Pesantren Salafiyah Sladi Kejayan Pasuruan Jawa Timur)

45 253 84

Kesesuaian konsep islam dalam praktik kerjasama bagi hasil petani desa Tenggulun Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan Jawa Timur

0 86 111

Analisis Pengaruh Lnflasi, Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga Sbi, Dan Harga Emas Terhadap Ting Kat Pengembalian (Return) Saham Sektor Industri Barang Konsumsi Pada Bei

14 85 113

EFEKTIVITAS siaran dialog interaktif di Radio Maraghita sebaga media komunikasi bagi pelanggan PT.PLN (persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten di Kelurahan Lebakgede Bandung

2 83 1

Prosedur Verifikasi Internal Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat

2 110 1

Prosedur Promosi Jabatan Karyawan pada PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Barat dan Banten UPJ Majalaya

3 53 1

Laporan Praktek Kerja Lapangan Di Divisi Humas Dan Rumah Tangga Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai Jawa Barat

5 91 1

Tinjauan seksi penagihan terhadap tata usaha piutang pajak kantor pelayanan pajak Bandung Karees Wilayah VII Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat

2 91 29

Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Dan Organizational Citizenship Behavior Terhadap Kinerja Pegawai PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Dan Banten Kantor Area Sumedang

17 106 69