LAPORAN KASUS PKL 1 TEKNIK PEMERIKSAAN

TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI PELVIS DENGAN
KASUS OSTEOARTHRITIS PADA HIP JOINT
DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD MUNTILAN
LAPORAN KASUS
Disusun untuk memenuhi tugas
Praktek Kerja Lapangan I

Disusun Oleh :
Amilia
P1337430214032
PRODI DIPLOMA IV TEKNIK RADIOLOGI SEMARANG
JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2015

PENGESAHAN

Laporan kasus ini telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan sebagai
laporan guna memenuhi tugas Praktek Lapangan Kerja 1 Program Studi Diploma
IV Teknik Radiologi Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Semarang.
Nama


: Amilia

NIM

: P1337430214032

Judul Laporan Kasus : “ Teknik Pemeriksaan Radiografi Pelvis dengan Kasus
Osteoarthritis pada Hip Joint di Instalasi Radiologi
RUSD Muntilan”

Magelang, Desember 2015
Pembimbing PKL

Umiyati Setiasih, S. ST
NIP : 19730919 199603 2 001

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah swt karena atas segala rahmat yang
dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus “Teknik


Radiografi Pelvis dengan Kasus Osteoarthritis pada Hip Joint di Instalasi
Radiologi RSUD Muntilan” ini.
Laporan Kasus ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek
Kerja Lapangan (PKL) 1 Semester III, Prodi D-IV Teknik Radiologi Poltekkes
Kemenkes Semarang, yang bertempat di Instalasi Radiologi RSUD Muntilan.
Dalam penyusunan laporan kasus ini tidak akan lepas dari segala bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis juga mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Orang tua penulis
2. Ibu Siti Masrochah, S.Si, M. Kes. selaku Ketua Prodi D-IV Teknik
Radiologi Poltekkes Kemenkes Semarang
3. Bapak Gatot Murti Wibowo, S.Pd, M.Sc selaku penguji akademik
4. Ibu Umiyati Setiasih, S. ST selaku Clinical Instructure (CI) Praktek Kerja
Lapangan I di RSUD Muntilan Magelang
5. Seluruh Radiografer dan Staf Instalasi Radiologi RSUD Muntilan
6. Semua pihak yang terlibat dalam pembuatan Laporan Kasus ini
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan
laporan kasus ini. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang
membangun dari pembaca, guna memperbaiki laporan kasus selanjutnya. Penulis

juga berharap laporan kasus ini bermanfaat bagi penulis maupun para pembaca.
Magelang,

Desember 2015

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................................ii
KATA PENGANTAR ...........................................................................................iii

DAFTAR ISI .........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan...........................................................................2
1.4. Metode Pengumpulan Data ..........................................................2

1.5. Manfaat Penulisan.........................................................................3
1.6. Sistematika Penulisan...................................................................3
BAB II DASAR TEORI........................................................................................4
2.1. Anatomi..........................................................................................4
2.2. Patologi Osteoarthritis...................................................................9
2.3. Teknik Radiografi Pelvis................................................................11
2.4. Proteksi Radiasi.............................................................................15

BAB III PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN...............................................17
3.1. Identitas Pasien..............................................................................17
3.2. Riwayat Pasien...............................................................................17
3.3. Prosedur Pemeriksaan....................................................................18
3.4. Hasil Pembacaan Radiograf...........................................................20

3.5. Pembahasan Kasus.........................................................................20
BAB IV PENUTUP...............................................................................................22
4.1. Kesimpulan....................................................................................22
4.2. Saran..............................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi Pelvis.....................................................................................4
Gambar 2. Pelvis kanan.........................................................................................5
Gambar 3. Aspek lateral pelvis kanan...................................................................5

Gambar 4. Aspek lateral hip kanan........................................................................7
Gambar 5. Aspek posterior hip kanan...................................................................8
Gambar 6. Osteoarthritis pada sendi panggul (hip joint)......................................10
Gambar 7. Skema perbandingan sendi panggul....................................................11
Gambar 8. Posisi pasien Pelvis AP........................................................................11
Gambar 9. Radiograf Pelvis AP wanita.................................................................12
Gambar 10. Radiograf Pelvis AP pria...................................................................13
Gambar 11. Posisi pasien Pelvis Lateral...............................................................14
Gambar 12. Radiograf Pelvis Lateral....................................................................15
Gambar 13. Foto hasil pemeriksaan radiograf Tn.Z..............................................20

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Sendi adalah pertemuan antara dua atau beberapa tulang dari
kerangka. Sendi panggul atau hip merupakan sendi yang menghubugkan
pelvis dengan tulang paha (femur). Sendi panggul memiliki 2 bagian yaitu
caput femuris dan acetabulum.
Berbagai jenis penyakit dapat menyerang persendian tubuh manusia
dan salah satunya adalah osteoarthritis. Osteoarthritis adalah penyakit akibat

degeneratif tulang rawan sendi dengan disertai terbentuknya bibir di
pinggiran tulangnya, sehingga terjadi penyempitan ruang sendi dan
mengakibatkan timbulnya rasa sakit. Osteoarthritis bisa dipicu karena cedera
di masa lampau maupun abnormalitas bawaan pada susunan tulang.
Berdasarkan sumber data yang penulis peroleh dibeberapa referensi
bahwa sendi panggul mempunyai teknik radiografi sendiri dan berbagai
macam proyeksi pemotretan maka untuk mendapatkan radiograf yang lebih
informatif dilakukan dengan berbagai proyeksi seperti AP unilateral dan AP
perbandingan.
Berbeda dengan permintaan dokter di RSUD Muntilan yang
menggunakan teknik radiografi pelvis AP yang sama dengan teknik radiografi
hip proyeksi AP perbandingan dengan arah sinar vertikal tegak lurus untuk
memeriksa sendi panggul kanan dan kiri sesuai dengan klinis pasien dan

diagnosa dokter. Hal inilah yang menarik penulis untuk mengangkat kasus
pemeriksaan radiografi pelvis dengan proyeksi anterior posterior menjadi
laporan kasus dengan judul “Teknik Radiografi Pelvis dengan Kasus
Osteoarthritis pada Hip Joint di Instalasi Radiologi RSUD Muntilan”

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan, maka
dapat dirumuskan data sebagai berikut:
1. Bagaimana teknik pemeriksaan pelvis dengan kasus osteoarthritis
pada hip joint di Instalasi Radiologi RSUD Muntilan?
2. Apakah radiograf yang dihasilkan telah cukup memberikan informasi
yang diharapkan?
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan laporan kasus ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan radiografi pelvis pada kasus
osteoarthritis hip joint atau sendi panggul.

2. Untuk mengetahui informasi anatomi dan patologi osteoarthritis pada
sendi panggul.
1.4. Metode Pengumpulan Data

Dalam penulisan laporan kasus ini, penulis menggunakan metode
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Metode Kepustakaan
Yaitu metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencetak serta
mengolah bahan penelitian. Penulis lakukan pada metode ini yaitu
mengumpulkan informasi dari berbagai buku dan media internet yang
berhubungan dengan masalah yang dikemukakan untuk mendukung
pembahasan masalah.
2. Metode Observasi
Yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan
observasi secara langsung mengenai teknik pemeriksaan radiografi
pelvis dengan kasus osteoarthritis pada hip joint di Instalasi Radiologi
RSUD Muntilan.
3. Metode Dokumentasi
Yakni metode pengumpulan data dengan mengambil data dari
dokumen-dokumen antara lain dari hasil radiograf, rekam medik dan
hasil pembacaan radiograf.
1.5. Manfaat Penulisan
Manfaat dari pembuatan laporan kasus ini yakni diharapkan dapat
digunakan sebagai acuan untuk menambah wawasan bagi penulis khususnya

dan bagi para pembaca pada umumnya mengenai patologi osteoarthritis yang
menyerang sendi dalam hal ini sendi panggul serta tata laksana pemeriksaan
radiografi pelvis.
1.6. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembaca untuk memahami isi laporan kasus ini.
Penulis menyajikan sistematika penulisan dengan rincian sebagai berikut :

BAB I,

Pendahuluan
Bab ini terdiri atas latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penulisan, metode pengumpulan data,
manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II,

Dasar Teori
Bab ini menjelaskan tentang anatomi, patologi dan teknik
pemeriksaan radiologi serta proteksi radiasi yang dijadikan
sebagai dasar teori dalam penulisan laporan kasus ini.


BAB III,

Profil Kasus dan Pembahasan
Bab ini berisi tentang profil kasus pasien yang mengalami
osteoarthritis, prosedur pemeriksaan, hasil pembacaan

BAB IV,

radiograf serta pembahasannya.
Penutup
Pada bab ini, dikemukakan kesimpulan dari bab-bab

sebelumnya serta saran dari penulis.
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
DASAR TEORI
2.1. Anatomi
2.1.1. Pelvis


Gambar 1. Anatomi Pelvis

Pelvis merupakan cincin yang terdiri dari tulang inominata dan
sacrum yang dihubungkan oleh ligamen. Tulang inominata terdiri dari
os ilium, ischium,dan pubis. Masing-masing berperan dalam menjaga
stabilitas 3 dimensi pelvis. Ketiga bagian tersebut bergabung dan
membentuk suatu ruang berbentuk mangkok yang disebut acetabulum
yang pada permukaan lateral akan mengelilingi caput femoris.
Pelvis membantu dalam menyokong tubuh, melindungi vesica
urinaria, bagian bawah intestinum crassum dan organ reproduksi
internal.
Ilium adalah bagian terbesar dan teratas dari tulang pelvis,
melebar keluar, membentuk tonjolan dari pelvis. Garis tepi dari tonjolan
tersebut dinamakan crista iliaca. Secara posterior, ilium bersendi
dengan sacrum (sacro-iliac joint).

Gambar 2. Pelvis kanan. (a) permukaan medial. (b) permukaan lateral

Ischium terbentuk dari bagian terbawah pelvis. Terdiri dari
korpus yang ikut membentuk acetabulum, ramus superior dan ramus
inferior . Corpus osis ilium melanjutkan diri sebagai corpus ossis ischii
yang disebelah kaudal melekuk dan mempunyai bulatan yang kasar
disebut tuber iscciadicum (tulang duduk). Ke ventral melanjutkan diri
sebagai ramus inferior ossis ischii.

Gambar 3. Aspek lateral pelvis kanan

Pubis merupakan bagian anterior dari pelvis. Terdiri dari corpus,
ramus superior dan ramus inferior. Ramus superior dan inferior bertemu
di sebelah ventral sebagai simfisis pubis. Pada pangkal ramus superior
di sebelah atas foramen obturatorium terdapat sulcus obturatorius. Pada
tepi atas ramus superior di sebelah atas foramen obturatorium terdapat
sulkus obduratorius. Pada tepi atas ramus superior lateral dari simfisis
pubis terdapat tonjolan disebut tuberculum publicum. Foramen
obturatorium dibatasi oleh ramus superior dan inferior ossis
ischii,ramus superior dan inferior ossis pubis. Tepi bawah ramus
inferior ossis pubis kanan dan kiri membentuk sudut arcus pubis.
2.1.2. Hip Joint
Hip joint merupakan triaxial joint, karena me-miliki 3 bidang
gerak. Hip joint juga merupakan hubungan proksimal dari extremitas
inferior. Dibandingkan dengan shoulder joint yang konstruksinya untuk
mobilitas, hip joint sangat stabil yang konstruksinya untuk menumpuh
berat

badan.

Selama

berjalan,

gaya

dari

extremitas

inferior

ditransmisikan keatas melalui hip ke pelvis dan trunk serta aktivitas
extremitas inferior lainnya.
Dalam suatu gerak fungsional, terjadi hubungan antara pelvic
girdle dan hip joint. Pelvis girdle akan mengalami tilting dan rotasi
selama gerakan femur. Hubungan tersebut hampir sama dengan
hubungan scapula dengan shoulder joint, perbedaannya adalah scapula
kiri & kanan dapat bergerak bebas sedangkan pelvis hanya dapat
bergerak sebagai satu unit.
Hip joint dibentuk oleh caput femur yang kon-veks bersendi
dengan acetabulum yang konkaf. Hip joint adalah ball and socket

(spheroidal) triaxial joint. Acetabulum terbentuk dari penyatuan os
ilium, ischium, dan pubis. Seluruh acetabulum dilapisi oleh cartilago
hyaline, & pusat acetabulum terisi oleh suatu massa jaringan lemak
yang tertutup oleh membran synovial.
Jaringan fibrokartilago yang melingkar datar di acetabulum
disebut dengan labrum acetabular, yang melekat disekeliling margo
acetabulum. Labrum acetabular menutup cartilago hyaline & sangat
tebal pada sekeliling acetabulum dari-pada pusatnya à hal ini
menambah kedalaman acetabulum. Acetabulum terletak di bagian
lateral pelvis, menghadap ke lateral, anterior & inferior.

Gambar 4. Aspek lateral hip kanan

Caput femur secara sempurna ditutup oleh cartilago hyaline.
Pada pusat caput femur terdapat lubang kecil yang dinamakan dengan
fovea capitis tidak ditutup oleh cartilago hyaline. Caput femur
membentuk sekitar 2/3 dari suatu bola. Caput femur berbentuk
spherical dan menghadap kearah anterior, medial dan superior. Hip joint
diperkuat oleh kapsul sendi yang kuat, ligamen iliofemoral,
pubofemoral, dan ischiofemoral. Hip joint juga diperkuat oleh ligamen
transverse acetabular yang kuat dan bersambung dengan labrum
acetabular. Ligamen teres femoris merupakan ligamen triangular yang
kecil, melekat pada apex fovea capitis dekat pusat caput femur ke tepi
ligamen acetabular.

Ligamen teres femoris berfungsi sebagai pe-ngikat caput femur
ke bagian bawah acetabu-lum dan memberikan stabilisator yang kuat
didalam sendi (intraartikular). Stabilisator bagian luar dihasilkan oleh 3
liga-men yang melekat pada collum/neck femur yaitu : ligamen
iliofemoral, pubofemoral & ischiofemoral. Ligamen iliofemoral disebut
juga ligamen “Y”, karena arah serabut mirip huruf Y terbalik. Ligamen
iliofemoral memperkuat kapsul sendi bagian anterior. Ligamen
pubofemoral terdiri dari ikatan serabut yang kecil pada kapsul sendi
bagian medial anterior dan bawah. Ligamen ischiofemoral merupakan
ligamen triangular yang kuat pada bagian belakang kapsul.

Gambar 5. Aspek posterior hip kanan

2.1.3. Proximal Femur
Femur proksimal terdiri dari empat bagian penting; kaput,
kollum, trokanter mayor dan minor. Kaput femur berbentuk bulat dan
halus untuk membentuk persendian dengan tulang kokse di asetabulum.
Kollum femur menghubungkan kaput dengan korpus. Trokanter mayor
merupakan tonjolan tulang yang bulat dan terletak superior dan lateral
dari korpus femur. Sedangkan trokanter minor tonjolannya lebih kecil
dan terletak medial dan superior dari pertemuan kollum dan korpus
femur (Bontrager, 2001).
2.2. Patologi Osteoarthritis
Osteoarthritis adalah penyakit akibat degeneratif tulang rawan sendi
dengan disertai terbentuknya bibir dipinggiran tulangnya, sehingga terjadi
penyempitan ruang sendi, dan mengakibatkan timbulnya rasa sakit. Sering

terjadi pada sendi coxae dan sendi lutut karena sendi-sendi tersebut sendi
yang bertugas menopang badan. Osteoarthritis bisa dipicu karena cedera masa
lalu dan abnormalitas bawaan pada susunan tulang, juga dapat dikarenakan
kegemukan atau obesitas.
Penyakit ini bukan merupakan suatu gejala gangguan peradangan,
namun seringkali perubahan-perubahan didalamnya disertai sinovitis yang
menyebabkan nyeri dan rasa tidak nyaman. Osteoarthritis dibagi dalam dua
kategori yaitu primer, yang dihasilkan dengan umur, dan sekunder, terjadi
pada orang muda dimana diawali dengan kerusakan tulang rawan sendi akibat
trauma, infeksi, atau kelainan congenital.
Tedapat dua perubahan anatomis pada osteoarthritis yaitu kerusakan
fokal tulang rawan sendi yang progresif dan pembentukan tulang baru pada
dasar lesi tulang rawan sendi dan tipe sendi ( osteofit ). Pada osteoarthritis
perubahan anatomis yang paling utama adalah terbentuknya tilang rawan baru
karena proses degeneratif, sedangkan artritis ditandai peradangang pada
membran sinovial.
Proses degeneratif tampak pada terbentuknya fisura-fisura dengan
permukaan tulang rawan yang tidak rata, diikuti kemudian dengan
pembentukan celah dengan arah vertikaldi dalam tulang rawan, dimana akan
mencapai daerah subkondral (cartilage fibrillation). Terdapat penurunan
metakromasi pada pewarnaan tulang rawan diakibatkan dari berkurangnya
proteoglikan.
Membran sinovia menunjukkan sedikit tanda-tanda radang pada saat
penyakit itu secara klinis ada. Dengan rusaknya tulang rawan, maka akan
tampak jaringan tulang yang mendasarinya. Daerah tulang itu akan menjadi
tebal karena kompresi atau karena proses pembentukan tulang baru yang
reaktif. Yang khas pada osteoarthritis adalah terbentuknya ”Taji” tulang
( bony spur ) yang menonjol dari tulang yang reaktif pada tepi ruang sendi.

Gambar 6. Osteoarthritis pada sendi panggul (hip joint)

Walaupun sudah jelas bahwa degenerasi matriks tulang rawan
merupakan patogenesis utama dari osteoarthritis, akan tetapi penyebab dari
proses ini masih tetap belum jelas. Selain perubahan degeneratif yang
berhubungan dengan proses menua, kerusakan jaringan karena proses
imunologis dan penyakit yang berkaitan dengan faktor genetik juga berperan
dalam degradasi tulang rawan.
Kekakuan sub kondral bersamaan dengan perubahan pada tulang
rawan menyebabkan berkurangnya kapasitas meredam goncangan ( Shock
absorbsing capacity ) dan mempengaruhi terjadinya stess yang berlebihan
pada lapisan tulang rawan. Perubahan sklerotik didaerah sub kondral
dianggap sebagai akibat dari mikrofaktur, yang disebabkan oleh trauma
berulang pada tulang penyangga tubuh selama bertahun-tahun.
Klinis dari osteoarthritis adalah berupa nyeri sendi, terutama apabila
sendi bergerak atau menanggung beban. Nyeri akan berkurang jika sendi
beristirahat. Dapat juga terjadi kekakuan sendi apabila sendi tidak bergerak
pada waktu yang lama atau biasanya terjadi pada pagi hari dan terjadi hanya
beberapa menit. Keterbatasan sendi dalam bergerak terutama tidak dapat
berekstensi penuh. nyeri tekan loncat, pembesaran tulang di sekitar sendi,
sedikit efusi sendi dan krepitasi.

Gambar 7. Skema perbandingan sendi panggul normal dengan sendi yang mengalami
osteoarthritis

2.3. Teknik Radiografi Pelvis
2.3.1. Proyeksi AP
 Posisi pasien
Pasien supine di atas meja pemeriksaan, kedua tangan
diletakkan di depan dada agar tidak menutupi gambaran yang
diinginkan.

Gambar 8. Posisi pasien Pelvis AP dengan rotasi internal pada kaki

 Posisi objek
1) Mengatur MSP (mid-sagital plane) tubuh pada pertengahan
meja pemeriksaan dan pasien dalam posisi true supine.
2) Rotasi internal pada kaki 15o-20o dan mengatur collum
femoris paralel dengan IR atau kaset. Namun, rotasi internal
ini akan menjadi kontra indikasi untuk kasus trauma atau
faktor patologis.

3) Menempatkan alat bantu fiksasi berupa sandbag pada ankle
joint agar posisi tidak berubah.
4) Memeriksa jarak dari kedua SIAS ke meja pemeriksaan sama
jauhnya untuk memastikan pelvis tidak rotasi.
 Pengaturan sinar dan eksposi
1) Arah sinar/central ray (CR)

:

Vertikal

tegak

lurus

pertengahan IR
2) Titik bidik/central pint (CP)

: Pertengahan antara SIAS

dan symphysis pubis (2 inchi atau 5 cm inferior SIAS dan 2
inchi superior symphysis pubis).
3) Focus Film Distance (FFD)

: 100 cm

4) Ukuran film dan kaset

: 35 x 43 cm

5) Eksposi

: Tahan napas

Gambar 9. Radiograf Pelvis AP wanita

Gambar 10. Radiograf Pelvis AP pria

 Kriteria radiograf
1) Kolimasi yang tepat
2) Seluruh panggul sampai proximal femur terlihat
3) Lesser trochanter berada pada medial border femur
4) Collum femoris terlihat penuh tanpa superimposisi
5) Greater trochanter terlihat
6) Kedua tulang iliaca berjarak sama ke tepi radiograf
7) Kedua greater trochanter berjarak sama ke tepi radiograf
8) Columna verebrae paling rendah berada tepat di pertengahan
radiograf
9) Kedua ala iliaca simetris
10) Sacrum dan coccygeus segaris dengan symphysis pubis

2.3.2. Proyeksi Lateral
 Posisi pasien
Pasien diposisikan recumbent lateral.

Gambar 11. Posisi pasien Pelvis Lateral

 Posisi objek
1) Pasien tidur miring di salah satu sisi yang akan di foto,
menempatkan MCP (mid-coronal plane) tubuh pasien di
pertengahan meja pemeriksaan.
2) Di bawah columna vertebralis diberi pengganjal sehingga
vertebrae paralel dengan permukaan meja pemeriksaan.
3) Mengatur pelvis true lateral dengan SIAS pada garis vertikal
yang sama.
4) Menempatkan knee yang satu denga knee yang lain. Alat
fiksasi berupa bantal atau bahan penyangga knee untuk
stabilitas dan kenyamanan pasien.
 Pengaturan sinar dan eksposi
1) Arah sinar/central ray (CR)

:

Vertikal

tegak

lurus

pertengahan IR
2) Titik bidik/central pint (CP)

: 2 inchi (5 cm) di atas

trochanter mayor
3) Focus Film Distance (FFD)

: 100 cm

4) Ukuran film dan kaset

: 35 x 43 cm

Gambar 12. Radiograf Pelvis Lateral

 Kriteria radiograf
1) Seluruh panggul sampai proximal femur terlihat
2) Sacrum dan coccygeus
3) Margin posterior dari tulang ischium dan ilium superimposisi
4) Femur superimposisi
5) Bayangan acetabulum superimposisi
2.4. Proteksi Radiasi
2.4.1. Proteksi bagi pasien
 Pemeriksaan dengan sinar-x hanya dilakukan atas permintaan
dokter
 Mengatur luas lapangan pemeriksaan sesuai dengan kebutuhan
 Menggunakan faktor eksposi yang tepat untuk menghindari
pengulangan foto
 Tidak terjadi pengulangan foto karena kesalahan
 Waktu penyinaran sesingkat mungkin
 Pasien menggunakan apron
 Pasien hamil pada triwulan pertama ditunda pemeriksaannya

2.4.2. Proteksi bagi petugas
 Tidak menggunakan berkas sinar–x yang mengarah ke petugas
 Berlindung dibalik tabir / tirai saat melakukan eksposi
 Menggunakan alat monitoring radiasi secara continue selama
bertugas
2.4.3. Proteksi bagi masyarakat umum

 Pintu pemeriksaan tertutup rapat
 Tidak mengarahkan sinar sumber sinar – X keruangan umum
 Bagi yang tidak berkepentingan dilarang masuk ke ruang
pemeriksaan
 Apabila diperlukan orang lain untuk membantu jalannya
pemeriksaan, orang tersebut harus menggunakan apron

BAB III
PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN
3.1. Identitas Pasien
Nama

: Tn. Z

Jenis Kelamin

: Laki – laki

Umur

: 75 Tahun

Alamat

: Muntilan

No. RM

: 012646

No. Foto

: 8558

Dr. Pengirim

: dr. Adelina P, SpKFR

Tanggal Pemeriksaan

: 09 Desember 2015

Permintaan Pemeriksaan

: Pelvis AP

Diagnosa

: Osteoarthritis hip dextra et sinistra

3.2. Riwayat Pasien
Pada tanggal 9 Desember 2015, pasien mendatangi RSUD
Muntilan untuk memeriksakan kelainan yang dirasakan pada daerah
pangkal pahanya. Pasien datang memeriksakan ke dokter dengan keluhan
sakit tersebut, kemudian dokter mendiagnosa telah terjadi kekakuan pada
daerah hip dan menyarankan untuk melakukan foto rontgen pelvis di
Instalasi Radiologi RSUD Muntilan. Pasien datang ke instalasi radiologi
dengan membawa surat permintaan pemeriksaan radiologi dari dokter.
Selanjutnya pasien melakukan foto rontgen Pelvis proyeksi AP.

3.3. Prosedur Pemeriksaan
3.3.1. Persiapan Alat
1. Pesawat Sinar-X siap pakai
Merk

: SIEMENS MOBILETT XP Eco

Tipe

: 01158815

No. Seri

: 468327

kV max

: 133 kV

mA max

: 450 mA

Manufactured

: July 2012

2. Film dan kaset radiografi ukuran 30 x 40 cm
3. Timbal
4. Marker R
5. Plester
6. Gunting
3.3.2. Persiapan Pasien
Pada dasarnya pemeriksaan pelvis ini tidak membutuhkan
persiapan khusus, hanya saja pasien dianjurkan memakai baju pasien
sehingga memudahkan dalam pengaturan posisi dan juga pasien
melepaskan benda-benda asing yang berada di sekitar daerah panggul
agar tidak menimbulkan bayangan radiopaq pada radiograf. Dalam hal
ini diantaranya yakni ikat pinggang, resleting, kancing celana dan
uang logam pada saku maupun benda – benda logam lainnya.
Selain

itu

juga

sebelum

pemeriksaan

petugas

harus

memberitahu prosedur pemeriksaan kepada pasien agar tidak terjadi
kesalahpahamaan dari pasien tersebut.

3.3.3. Teknik Pemeriksaan
Pelvis Proyeksi AP
 Posisi pasien
Pasien supine di atas meja pemeriksaan, kedua tangan
diletakkan di depan dada.

 Posisi objek
1) Mengatur MSP (mid-sagital plane) tubuh pasien pada
pertengahan meja pemeriksaan dan pasien dalam posisi true
supine.
2) Kedua kaki dirotasikan internal
3) Megatur kedua SIAS agar simetris dan berjarak sama ke meja
pemeriksaan sama jauhnya untuk memastikan pelvis tidak
rotasi.
 Pengaturan sinar dan eksposi
1) Arah sinar/central ray (CR)

:

Vertikal

tegak

lurus

pertengahan objek dan IR
2) Titik bidik/central pint (CP)

: Pertengahan antara SIAS

dan symphysis pubis
3) Focus Film Distance (FFD)

: 100 cm

4) Ukuran kaset dan film

: 30 x 40 cm

5) Eksposi

: saat pasien tidak bergerak

6) kV

: 73

7) mAs

:8

 Kriteria radiograf
-

Tampak tulang pelvis beserta kedua hip

-

Pelvis tidak mengalami rotasi

-

Kedua tulang iliaca berjarak sama ke tepi radiograf

-

Proximal femur, greater trochanter tampak dalam radiograf

3.4. Hasil Pembacaan Radiograf
Art coxae dextra et sinistra :
 Joint space bagian menyempit dan sclerotik
 Facies articularis acetabulum irreguler

 Caput femoris dextra et sinistra mengecil dan scklerotik
KESAN : OSTEOARTHRITIS COXAE DEXTRA ET SINISTRA
SUSP TANDA AWAL PERTHES’ DISEASE

Gambar 13. Foto Hasil Pemeriksaan Radiografi Tn. Z

3.5. Pembahasan Kasus
Osteoarthritis merupakan salah satu jenis arthritis yang paling umum
terjadi. Osteoarthritis adalah penyakit akibat degeneratif tulang rawan sendi
dengan disertai terbentuknya bibir di pinggiran tulangnya, sehingga terjadi
penyempitan ruang sendi dan mengakibatkan timbulnya rasa sakit.
Osteoarthritis dapat menyerang semua tulang rawan di sekujur tubuh,
termasuk tulang belakang, tetapi terutama menyerang tungkai dari panggul,
lutut hingga pergelangan kaki. Untuk melihat ada atau tidaknya osteoarthritis
diperlukan pemeriksaan penunjang yakni pemeriksaan secara radiografi.
Pada pemeriksaan radiografi dengan diagnosa osteoarthritis pada
persendian, berbagai referensi menganjurkan untuk dibuat proyeksi
perbandingan. Maksud dari dibuatnya proyeksi perbandingan adalah untuk
membandingkan antara sendi yang sakit dengan sendi yang normal. Selain itu
juga untuk melihat apakah sendi yang satunya juga terserang osteoarthritis,
karena apabila salah satu sendi sudah terkena osteoarthritis maka
kemungkinan sendi yang satunya untuk terkena osteoarthritis besar.

Dalam berbagai referensi, untuk patologi pada sendi panggul (hip
joint) terdapat proyeksi tersendiri yakni AP unilateral dan AP perbandingan.
Dalam hal ini, osteoarthritis menggunakan AP perbandingan untuk melihat
kedua belah sendi.
Di instalasi radiologi RSUD Muntilan, pemeriksaan sendi panggul
dengan kasus Osteoarthritis dibuat dengan proyeksi antero-posterior (AP)
pelvis sesuai permintaan dan diagnosa dari dokter pengirim. Proyeksi pelvis
AP dengan kaki dirotasikan internal ini sama halnya dengan proyeksi AP
perbandingan pada hip joint. Proyeksi ini dianggap sudah dapat menegakkan
diagnosa pada kasus osteoarthritis.
Dengan proyeksi ini akan terlihat celah sendi panggul tampak anteroposterior (AP) yang membuka, tampak juga tulang-tulang pembentuk hip
joint. Pada kasus osteoarthritis akan tampak penyempitan celah sendi
dikarenakan terbentuknya bony spur atau taji tulang yakni tulang tambahan
yang berkembang.

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Pemeriksaan radiografi pada sendi panggul dengan kasus osteoarthritis di
RSUD Muntilan menggunakan proyeksi pelvis AP sehingga kedua sendi
panggul dapat dilihat dan dibandingkan.

2. Proyeksi AP pelvis dengan kasus osteoarthritis adalah proyeksi yang
mampu menampakan celah sendi dan tulang penyusun sendi panggul.
Proyeksi AP pelvis informatif untuk menegakkan diagnosa pada kasus
osteoarthritis.
4.2. Saran
Pemeriksaan sendi panggul pada kasus osteoarthritis sebaiknya
menggunakan proyeksi AP pelvis dengan kaki dirotasikan internal. Namun,
jika kaki pasien tidak mampu dirotasikan, hal tersebut tidak perlu dilakukan
untuk kenyamanan pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Bontranger, K.L. 2001. Text Book of Radiographic Positioning and Related
Anatomy, Fifth Edition. St. Louis Missori : The CV Mosby Company.
Frank, Eugene D, Long, Bruce W, Smith, Barbara J, 2012. Merril’s Atlas of
Radiographic Positioning and Procedures, Volume One, Twelfth Edition,
St. Louis : Mosby Elsevier
Price, Sylvia. A, Dan Wilson, Lorrains, M. 1995. Patofisiologi konsep klinis
proses-proses penyakit. Jakarta : Penerbit EGC.
http://evan-biomekanik-ankle.blogspot.co.id/2009/11/struktur-anatomi-hip.html