Prevalensi Kecacingan Usus Pada Anak Sekolah Dasar Di Kota Palu, Sulawesi Tengah

PREVALENSI KECACINGAN USUS PADA
ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA PALU, SULAWESI TENGAH
Phetisya Pamela Frederika Sumolang'dan Sitti Chadijah'

'Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Penelitian dan Pengemb anganKesehatan,
Kementerian Kesehatan Rl

Intestinal w'orm disease is still , rrri,!f:f/;J"rem in Indonesia. This disease ca, be
Jbund in children under five years old and age school children. This study was aimecl to
identify factors that associated with worm intestinal disease prevalence in elementary school
children in Watttsampu and Lolu (Jtara village, Palu Municipality. This is an analytic
descriptive studlt v,ith a cross-sectional design. 288 stool samples were collectecl ancl
examined by ttsing direct method. 90 samples (31,3%o) werefoundpositive.for helminths'eggs.
Ascaris lumbricoides. Hookwornt, Triclturis trlichuri, Enierobius vermicularis ian
Trichostrongylus orientalis were.found in the stool samples withAscaris lumbricoides harJ the
highest proportion (8 3 ,3 4%o) . The p-value provides no evidence that sex ancl age were relatecl
witch soil transmitted disease.
Keywords : : Helminthiasis Prevalence, Elementary School, Palu Municipality

PENDAHULUAN
Penyakit kecacingan di Indonesia

masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat karena prevalensinya yang
masih sangat tinggi yaitu antara 45-65 Yo,
bahkan di wilayah-wilayah tertentu
dengan sanitasi yang buruk prevalensi
kecacingan bisa mencapai 80o/o.' Hasil
survei kecacingan di Provinsi Sulawesi
Selatan (1999), pada anak Sekolah Dasar

(SD) menunjukkan prevalensi Ascaris
78,5Yo, Trichuris 63,gYo dan cacing
tambang l,4o/o.'Di Sulawesi Tengah pada

tahun 2007 menunjukkan prevalensi
infeksi cacing As caris lumbricoides 19,7 %o
dan Trichuris trichiura l,5Yo pada anak

SD.' Beberapa hasil penelitian

menunjukkan kecacingan lebih banyak

menyerang pada anak-anak SD / Madrasah
Ibthidayah (MD dikarenakan aktifitas
mereka yang lebih banyak berhubung an

dengan tanah.' Pencemaran tanah
merupakan penyebab terj adinya transmisi
telur cacing dari tanah kepada manusia

melalui tangan atau kuku yang
mengandung telur cacing lalu masuk ke

14

mulut melalui makanan.'
Cacing sebagai hewan parasit tidak
saja mengambll zat-zat gizi dalam usus
anak, tetapi juga merusak dinding usus
sehingga mengganggu penyerapan zat-zat
gizi tersebut. Anak - anak yang terinfeksi
cacing biasanya mengalami: 1esu,

pucat/anemia, berat badan menurun, tidak
bergairah, konsentrasi belajar kurang,
kadang disertai batuk - batuk.' Meski pun
penyakit cacing usus tidak mematikan,
tetapi menggerogoti kesehatan tubuh
manusia sehingga berakibat menurunnya
kondisi gizi dan kesehatan masyarakat.
Dalam jangka panJang, hal ini akan
berakibat menurunnya kualitas sumber
daya manusia. Pada orang dewasa akan

menurunkan produktivitas kerja,
sedangkan pada anak-anak akan
berdampak pada gangguan kemampuan
untukbelajar.'

Infeksi cacing usus merupakan
infeksi kronik yang paiing banyak
menyerang anak balita dan anak usia
sekolah dasar. Tinggi rendahnya frekuensi

kecacingan berhubungan erat dengan

Prevalensi Kecacingan Usus padaAnak Sekolah ...... (Phetisya Pamela

ke

bersihan pribadi dan sanitasi

lingkunganu. Cacing-cacing yang
menginfestasi anak dengan prevalensi
yang tinggi ini adalah cacing gelang
(Ascaris lumbricoides), cacing cambuk

(Trichuris trichiura), cacing tambang
Q{ecator americanu,y' dan cacing pita.
Bila diperhatikan dengan teliti, cacingcacing yang tinggal di usus manusia ini
memberikan kontribusi yang sangat besar
terhadap kejadian penyakit lainnya
misalnya kurang gizi dengan infestasi
cacing gelang yafig suka makan

karbohidrat dan protein di usus sebelum
diserap oleh tubuh, kemudian penyakit
anemia (kurang kadar darah) karena
cacing tambang mengisap darah di usus,
cacing cambuk dan cacing pita suka

mengganggu pertumbuhan dan
perkemban gan atak serta mempengaruhi

masalah-masalah non kesehatan lainnya
misalnya turunnya prestasi belajar dan
drop outnyaanak SD'.
Hasil penelitian penyakit kecacingan
usus di Sulawesi Tengah pada tahun 2009
pada semua umur menunjukkan bahwa
prevalensi tertinggi adalah di Kota Palu,
yaitu sebesar 5l,7Yo.' Berdasarkan hasil-

dimasukkan ke dalam plastik klep yang


telah diisi dengan formalin t0%.
Pengumpulan sampel tinja dilakukan
selama empat hari. Sampel tinja yang

terkumpul kemudian diperiksa di
Laboratorium Parasitologi Balai Litbang
P2BZDonggala.
Identifikasi telur cacing menggunakan
metode iangsung. Tinja diambil sedikit,
diletakkan di atas slide dan ditetesi dengan
lugol2o/o kemudian ditutup dengan kaca

penutup setelah itu diperiksa di
mikroskop dengan menggunakan
perbesaran 100x dan 400x8.

HASIL
Prevalensi Kecacingan pada Anak
Sekolah Dasar
Sebanyak 400 resPonden anak SD

yang dipilih tetapi hanya 288 responden

yang mengumpulkan sampel tinja.
Sebanyak 90 sampel (31,3%) ditemukan
adanya telur cacing dan 198 samPel
(68,8%) tidak ditemukan positif terinfeksi
telur cacing (Gambar 1 ).

hasil penelitian tersebut, maka perlu
diteliti lebih lanjut tentang prevalensi

x* 1rr:rsitif

kecacingan usus khususnya pada anak SD

**

diKotaPalu.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Kota
Palu pada bulan September tahun 2011, di
tujuh SD yatg ada di dua kelurahan yaitu
kelurahan Lolu Utara dan Watusampu.
Jenis penelitian ini adalah dekriptif

analitik dengan pendekatan Cross

sectional. Sebanyak 400 responden anak
SD di dua kelurahan dipilih secara acak.

Pada setiap responden dilakukan
pengumpulan sampel tinja dengan
membagikan plastik klep yang berisi stik

es krim untuk mengambil tinja. Tinja
diambil sedikit (+ Yz ruas jari kelingking)
dengan sendok es krim kemudian

& Sitti Chadijah)


rleE;tit

Gambar 1. Hasil pemeriksaan tinja pada
anak SD diKotaPalu, Tahun2011.

Total responden yang tidak bersedia
mengumpulkan tinjanya sebanyak 28o/o
dengan berbagai alasan, yaitu mengaku
tidak bisa buang air besar, merasa jijik
mengambil tinjanya,tidak diizinkan orang
tua untuk mengumpulkan tinja dan ada
juga anak sekolah yang sudah tidak masuk
sekolah dengan alasan sakit sampai
dengan hari terakhir pengumpulan sampel

tinja.

15


Jumal Vektor Penyakit, Vol. VI No. 2,2A12 : 14 - 19

Berdasarkan

hasil pemeriksaan

sampel tinja diperoleh 90 sampel positif

terinfeksi cacing, sehingga

Palu.

Jenis cacing yang menginfeksi
adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris

angka
di Kota palu

trichiura, Hookwornt, Enterobius
vermicularis, dan Trichostrongylus


Distribusi infeksi berdasarkan jenis

orientalis. Adapun yang paling dominan
menginfeksi anak SD adalah Ascaris
lumbricoides yaitu sebanyak 83,34yo.
Ditemukan infeksi campuran dari dua
spesies cacing usus dalam penelitian ini.

kecacingan pada Anak SD
sebesar 3l ,25o/o.

telur cacing
Pada tabel I dapat dilihat jenis-jenis
cacing yang menginfeksi anak SD di Kota

Tabel 1. Distribusi Infeksi Kecacingan Berdasarkan Spesies Cacing pada Anak SD
di Kota Palu, Sulawesi Tengah tahun 2011
Jenis Caci

Frekuensi

Ascaris lumbricoides

75

Trichuris trichiura
Hool*vorm
Entero bius vermicularis
Tri c ho s tro ngy lus o r i enta I i s
Ascaris lumbricoides, Trichuris trichura
Ascaris l,
ides, Hookworm

TOTAL

Distribusi infeksi

Persentase

berdasarkan

karakteristik responden
Berdasarkan jenis kelamin sebagian
besar yang terinfeksi cacing adalah anak

26,04

3

1,04

2
2
2
2

0,69
0,69
0,69
1,39

4
90

31 25

laki-laki sedangkan berdasarkan umur
yang paling banyak terinfeksi cacing
adalah umur 10 - 13 tahun (Tabel 2).

Tabel 2. Angka Kecacingan Berdasarkan Jenis Kelamin dan umur pada
Anak Sekolah Dasar di Kota Palu, Sulawesi Tengah tahun 20l l

Karakteristik
: __

:

Angka Kecacingan
Positif
Negatif
Frekuensi Persentase Frekuensi persentase
(F)
(%)
(F)
(%)

P

Value

Jenrs K.elamln

Laki-laki

51

56.7

Perempuan

39
38
52

51.5
48.5

0.4t7

43.3

102
96

42.2
s7.8

104
94

52.5
47.5

0.258

Umur

10-13

PEMBAHASAN
Hasil pemeriksaan sampel tinja di
tujuh SD di Kota Palu menunjukkan
bahwa dari 288 sampel yang terkumpul
sebanyak 90 sampel (31,3%) ditemukan
positif terinfeksi telur. Ini berarti angka

t6

prevalesi kecacingan anak SD di Kota Palu
sebesar 3l,3yo. Angka ini masih tinggi
bila dibandingkan dengan angka nasional
infeksi kecacingan yaitu l0o/o9. Hal ini
juga sesuai dengan beberapa penelitian

yang menemukan tingginya infeksi

Prevalensi Kecacingan Usus padaAnak Sekolah ...... (Phetisya Pamela

kecacingan pada anak SD, antara lain hasil
penelitian di Provinsi Sumatera Utarayang

menemukan prevalensi kecacingan pada
anak SD di Desa Suka, Provinsi Sumatera
rJtarayaitu7}oh '0. Hasil penelitian di Bali
selama kurun waktu 2003 - 2007 juga

menunjukkan bahwa prevalensi

kecacingan padaanak SD tergolong tinggi
yaitu berkisar antara 40,940 - 92,4yo ".

Tingginya angka kecacingan dapat
digunakan sebagai indikator bahwa Waya

pencegahan dan pemberantasan
kecacingan pada anak SD di Kota Palu
belum dilakukan secara maksimal. Hal ini
disebabkan karena penyakit kecacingan

merupakan penyakit yang kurang
mendapatkan perhatian (neglected
dis e as e) dan kurang terpantau oleh petugas

kesehatanl2. Perilaku hidup bersih
perorangan, sanitasi lingkungan dan
pengobatan adalah faktor-faktor yang

& Sitti Chadijah)

dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu,
kondisi geografls, keadaan tanah tempat
perkembangan telur cacing, dan
penyebaran telur infektif dalam tanah.
Seseorang dapat terinfeksi dengan cacing

Askaris apabila menelan minuman atau
makanan yang terkontaminasi dengan
telur yang infektif. Sedangkan pada anakanak biasanya lewat tangannya yang
terkontaminasi dengan tanah yang telah
tercemar telur cacing. Anak SD adalah
individu yang masih senang melakukan
aktivitas yang berhubungan langsung
dengan tanah. Kebiasaan anak-anak bila
sedang bermain tidak memakai alas kaki,

sehingga menyebabkan kontak langsung
dengan tanah yang mungkin telah tercemar
oleh telur cacing merupakan salah satu
pemicu terjadinya penularan penyakit
kecacingan, khususnya cacing usus.
Walaupun ke sekolah menggunakan

mempengaruhi prevalensi kecacingan.
Jenis cacing yang menginfeksi pada
anak SD di Kota Palu adalah Ascaris

sepatu, tetapi pada saat bermain ada
beberapa anak lebih senang bermain tanpa
memakai sepatu. Selain itu, penularan
cacing usus dapat pula terjadi melalui kuku

Hoola,ttorm, Enterobius vermicul aris, dan
Trichostrongtlus orientalis, dengan jenis
cacing yang paling dominan menginfeksi
adalah As c ar i s lumb ri c o i d e s y aitu seb esar
26,04yo. As caris lumbricoides merupakan
jenis cacing yang paling sering ditemukan
menginfeksi manusia dan juga tingkat
infeksinya biasanya selalu lebih tinggi.

seperti yang dilaporkan penelitian
sebelumnya di Kecamatan Paseh,

lumbricoides. Trichuris trichiura,

Data dari WHO dilaporkan satu miliar

orang terinfeksi cacing Ascaris

lumbricoides, 795 juta orang terinfeksi
cacing Trichuris trichiura dan 740 jrta
orang terinfeksi cacing Hoolcworm". Hasll
penelitian di Bengkalis pada anak SD 06
juga menunjukkan jenis infeksi cacing

yang terbanyak adalah Ascaris

lumbricoides yaitu sebesar 53Yo'0. Hal
yang sama juga ditemuk an pada penelitian
yang dilakukan di Ampana, Kabupaten
Poso yang menemukanjenis infeksi cacing
terbanyak pada Anak SD adalah Ascaris
tt.
lumbricoides sebesar 28,3o
Tingginya
infeksi Askaris pada suatu tempat

Kabupaten Bandung yang menemukan
anak pra sekolah dan balita terinfeksi
cacing usus melalui kuku sebes ar 50/o16.
Berdasarkan jenis kelamin sebagian
besar yang terinfeksi cacing adalah anak
laki-laki yaitu sebesar 56,7Yo, sedangkan

berdasarkan umur

yang paling

banyak

terinfeksi cacing adalah umur i0 -

13

tahun sebesar 57,8oA. Berdasarkan analisis
statistik diketahui bahwa tidak ada bukti
yang kuat antara jenis kelamin dengan
kejadian penyakit cacing usus. Hasil yang
diperoleh dalam penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan di
Sekolah Dasar Kecamatan Ampana Kota
Sulawesi Tengah yang menemukan bahwa
tidak ada hubungan yang bermakna antara

jenis kelamin dengan kejadian

kecacingan", danpenelitian di Kecamatan

Paseh, Kabupaten Bandung yang
menemukan tidak ada perbedaan laki-laki

dan perempuan terhadap infeksi
t1

Jumal Vektor Penyakit, Vol. VI No. 2, 2012 :14

- 19

kecacingan di Jakarta lJtara''. Hal yang
berbeda diungkapkan pada penelitian
sebelumnya di Kabupaten Karo Sumatera
Utara pada tahun 2003 yang menyatakan
bahwa ada perbedaan bermakna antara

jenis kelamin dengan kejadian

kecacingan''.
Angka kecacingan dalam penelitian
ini ditemukan lebih tinggi pada anak
dengan umur yang lebih tua yaitu 10 - 13
tahun dibandingkan umur 7-9 tahun. Hal

ini dapat dihubungkan

dengan
meningkatnya aktivitas bermain dan
mobilitas anak yang lebih tua sehingga
resiko tefiular cacing lebih besar. Anak
yang lebih muda termasuk higienenya
masih dalam pengawasan orang tua
sehingga resiko tefiular menjadi lebih
kecil. Dalam penelitian ini tidak
ditemukan bukti yang kuat antara umur
dengan kejadian kecacingan. Penelitian
yang dilakukan di lima Sekolah Dasar di
Desa Suka Kecamatan Tiga Panah
Kabupaten Karo yang menemukan hal
yang sama bahwa tidak ada hubungan
yang bennakna antara umur responden
dengan kej adian kecacingan'

o.

UCAPANTERIMAKASIH
'Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Kepala Badan Litbang Kesehatan
atas dukung an danasehingga penelitian ini
dapat terlaksana, Sekretariat Risbinkes
Pusat dan Kepala Balai Litbang P2Bz

Donggala, atas disetujuinya usulan
penelitian ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada Kepala Dinas Kota
Palu, Kepala Puskesmas Tipo dan Kepala
Puskesmas Birobuli, Lurah Watusampu
dan Lurah Lolu Utara serta Kepala-Kepala
Sekolah di Kelurahan Watusampu dan di
Kelurahan Lolu Utara atas izin penelitian
dan dukung anyangtelah diberikan kepada
kami.
DAFTARPUSTAKA
1. Mardiana, Djarismawati. Prevalensi
Cacing Usus Pada Murid Sekolah

Dasar Wajib Belajar Pelayanan
Gerakan Terpadu Pengentasan
Kemiskinan Daerah Kumuh Di
Wilayah DJI Jakarta, Jumal Ekologi
Kesehatan.2008; Volume 7 (2):769 774.

2.

KESIMPULAN
Prevalensi kecacingan usus pada anak
sekolah dasar di kota Palu adalah 31,3o/o.
Jenis telur cacing yang ditemukan dalam
sampel tinja adalah Ascaris lumbricoides,
Ho o kw orm, Trichuris tri chtu" a, Ent erob ius

Media Litbang Kesehatan. 2000; Vol

x(2).

3.

vermicularis, dan Trichostrongvlus

Sekolah Dasar Kecamatan Labuan,

lumbricoides (26,04%). P-value

Perlu dilakukan penyuluhan oleh
petugas kesehatan dan gllru- sekolah
tentang cara pencegahan infuksi dan
berperilaku hidup sehat sefta melakukan
pengobatan secara rutin bagi siswa yang
posit i f terinl'eksi telur cacing.
18

A, Leonardo.

Kabupaten Donggala, Sulawesi
Tengah. Jurnal Vektor Penyakit.

paling banyak adalah Ascaris

SARAI{

Samarang, Nurwidayati

Tingkat Kecacingan pada Anak

orientalis . Proporsi j enis telur cacing yang

menunjukkan bahwa tidak ada bukti yang
cukup kuat antara jenis kelamin dan umur
dengan kej adian penyakit kecacingan.

Djarismawati H, Herryanto, dan
Inswiasri. Penyakit Cacing di Unit
Pemukiman Transmigrasi Propinsi
Bengkulu Pada Anak Sekolah Dasar.

2009;Volume III

4.

(

1

):4 1 -4.

Margono S. Morbiditas Kecacingan
Pada Kelompok Usia Sekolah Dasar

dan Anak Batita, Pertemuan

Kecacingan, B andung. 2000.

5.

Suwarni, Ilahude H, dan Marwoto.
Angka Pencemaran Cacing Usus di
Sungai Ciliwung, Cermin Dunia

Kedokteran . 199 L; (7 2), 8 - 11.
.
6. Sudomo, M. Penyakit Parasitik yang
Kurang Diperhatikan di Indonesia,

Prevalensi Kecacingan Usus padaAnak Sekolah ...... (Phetisya Pamela

7.

Orasi Pengukuhan Profesor Riset
Bidang Entomologi dan Moluska,

Cihanjuang Rahayu Parongpong
Bandung Barut. MKB. 2009; Vol. X[

Jakarta.2008.

No.2:94-98.

WHO, 2006. Soil Transmitted
Helminths. (, diakses 5 September

Anastasia H. Studi Penyakit Cacing
Usus Di Sulawesi Tengah Tahun2009.

tJ.

Laporan Hasil Penelitian. Balai

20rr).
14. Siregar, B. 2008. Beberapa Faktor
Yang Berhubungan Dengan Infeksi
Kecacingan Yang Ditularkan Melalui
Tanah Pada Murid SD Negeri 06
Kecamatan Pinggir Kabupaten
Bengkalis Tahun 2008. FKM USU.
Medan. (http :i/repository.usu.ac.idl

LitbangP 28
8.

& Sitti Chadijah)

2

Donggala. 2009 .

Prasetyo, RH. Helminthologi

Kedokteran.Yogyakarta : Airlangga
University Press. 1 996.
9. Depkes RI. Pedoman Umum Program
Nasional Pemberantasan Cacingan di
Era Desentralisasi. J akarta. 2004.
10. Ginting,A, S. 2003. HubunganAntara
Status Sosial Ekonomi Dengan
Kejadian Kecacingan Pada Anak
Sekolah Dasar di Desa Suka
Kecamatan Tiga Panah Kabupaten
Karo Propinsi SumateraUtara. Bagian

Ilmu Kesehatan Anak. FK

USU.Medan. (http :/digilib.usu. ac. idd
ownlo adlfl