BAB I PENDAHULUAN - Chapter I (739.7Kb)

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Kebijakan dalam suatu pemerintahan merupakan salah satu kajian yang

  menarik di dalam ilmu politik, konsep mengenai kebijakan publik lebih ditekankan pada studi-studi mengenai pemerintahan. Kebijakan publik sebagai proses pembuatan kebijakan yang dilakukan oleh negara dengan mempertimbangkan beberapa aspek, kebijakan publik sebagai sebuah kebijakan atau keputusan yang dibuat oleh pihak berwenang yang boleh jadi melibatkan

  stakeholders lain yang menyangkut tentang publik. Suatu kebijakan apabila telah

  dibuat, maka harus diimplementasikan untuk dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasi sumber daya finansial dan manusia, serta dievaluasikan agar dapat dijadikan sebagai mekanisme pengawasan terhadap kebijakan tersebut sesuai dengan tujuan kebijakan itu sendiri.

  Kebijakan Negara juga erat hubungannya dengan Militer dan Sipil, Hubungan sipil-militer merupakan satu masalah yang sangat penting bagi suatu bangsa. Hal ini disebabkan karena berpengaruh besar kepada ketahanan nasional negara tersebut, yang mana salah satu gejala yang muncul dalam kehidupan bernegara adalah ketika militer menjalankan dua fungsi yaitu militer dan non- militer, militer sebagai stabilitas ketahanan nasional dan militer masuk ke ranah politik praktis yang hal ini dapat mengakibatkan adanya ketidakstabilan sistem politik.

  Hubungan militer dan sipil merupakan suatu permasalahan klasik di beberapa negara, terutama di negara yang rapuh dimana kondisi sosial, ekonomi dan politiknya cenderung tidak stabil. Dalam keadaan pemerintahan sipil tidak lagi mampu mengelola permasalahan negaranya, militer cenderung untuk masuk 1 dalam politik demi menstabilkan keadaan, militer berkewajiban melindungi

  William N. Dunn. Analisa Kebijakan public. 2003. Yogyakarta : GUMP Hlm 132 pemerintah dari intervensi pihak mana saja. Di sini terlihat adanya ketergantungan pemerintahan sipil terhadap pihak militer, pertanyaannya adalah apakah, kapan dan dalam kondisi mana militer harus bertindak untuk mencegah terjadinya konflik sosial..

  Kepatuhan militer terhadap otoritas sipil tersebut bukan karena gejala yang alamiah. Kepatuhan tersebut justru ditimbulkan oleh kepemimpinan sipil terhadap militer karena adanya legitimasi dan diakui oleh kedua belah pihak dalam batasan yang wajar dan bisa ditolerir. Dan batasan itu disusun sesuai perilaku politik suatu negara. Oleh karena itu, bisa diperkirakan ketika harapan terhadap sebuah legitimasi atau otonomi rendah, hubungan sipil-militer akan terganggu dan kepatuhan akan menjadi problematik. Secara teroritis, ketika rezim tidak ada, lemah, atau tidak terpadu, maka hubungan sipil-militer tidak akan stabil dan kontrol sipil terancam. Sebaliknya, jika muncul rezim kuat yang dibangun oleh sipil akan melahirkan hubungan sipil-militer yang stabil dan kontrol sipil menjadi kuat. Sebaliknya, meskipun rezim ciptaan militer juga bisa menciptakan hubungan sipil-militer yang stabil tetapi kondisi tersebut bisa mengurangi kontrol sipil. Campur tangan militer rupanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

   modernisasi politik dibenua dan Negara manapun.

  Hubungan Militer dan sipil tidak pernah bisa di lepaskan dalam otoritas sebuah Negara, dalam hal ini saya menganalisis situasi yang terjadi di eropa pada tahun 1920-an tepatnya setelah Perang Dunia I. dimana salah satu negara yang mengalami krisis adalah Negara Italia, Italia kemudian mencoba membangun negara di Eropa dengan jalan menghimpun kekuatan berpangaruh sosialis di Italia. Italia percaya, para proletar bisa dibunuh dalam gerakan fascio. Inilah yang menjadi cikal bakal gerakan fasis, yang lahir di saat perekonomian Italia memburuk akibat perang, dan pengangguran merebak di mana-mana. Pada Maret 1919, fasisme menjadi suatu gerakan politik ketika ia membentuk kelompok untuk bertempur yang dikenal sebagai baju hitam, yakni kumpulan penjahat, 3 kriminal, dan preman. Penampilan mereka seram dan tiap hari terlibat perkelahian 4 Morris janowitz, Hubungan –hubungan sipil-militer,bima aksara: Jakarta,1985. Hal. 251.

  di jalan-jalan. Setelah gagal pada Pemilu 1919, ia mengembangkan paham kelompoknya, sehingga mulai mendapat pengaruh. Mereka, kaum fasis, menolak parlemen dan mengedepankan kekerasan fisik.

  Dalam negara totaliter, kekerasan negara timbul akibat penguasa dalam membuat peraturan atau hukum ditetapkan justru untuk memperluas kekuasaan, Negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik, negara adalah organisasi pokok dari kekuasaan politik. Negara adalah alat (agency) dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat. Tujuannya terletak pada pelanggengan dan peningkatan sebuah komunitas yang secara fisik maupun psikis terdiri dari makluk-makluk homogen. Pelanggengan ini terdiri atas makluk-makluk homogeni. Pelanggengan ini terdiri atas semua eksistensi sebagai suatu ras dan arena perkembangan bebas semua kekuatan yang terbengkalai dalam ras ini. Dari mereka sebagian akan selalu melayani pelanggengan kehidupan spiritual, dan hanya harapan yang tersisa yang mendukung spiritual lanjutan, sesungguhnya yang satu selalu menciptakan prasyarat untuk yang lain.

  Kekuasaan yang menggunakan institusi militer dalam aktivitasnya identik dengan kata fasisme, Setelah Perang Dunia 1 berakhir, muncul beberapa bangsa yang tidak menyukai demokrasi liberal. Mereka anti-demokrasi, dan menonjolkan kepentingan negara diatas segala-galanya. Demi kepentingan negara, bila perlu kepentingan perseorangan harus dikorbankan. Umumnya istilah fasisme selalu dikaitkan pada peristiwa masa lalu di Eropa, jauh dari kita dan bahkan jauh dari bangsa dan tanah air kita. Pada hal fasisme sebagai suatu keyakinan dan sikap hidup maupun pendirian politik sangat mungkin tumbuh subur dimana-mana termasuk dirumah tangga kita bahkan dikepala kita. Fasisme merupakan sebuah paham politik yang menjunjung kekuasaan absolut tanpa demokrasi, fasisme 5 sebagai gerakan politik berkembang dalam kehidupan politik di Eropa antara Rieke Diah pitaloka, Kekerasan negara menular ke masyarakat, Galang press: Jakarta, 2004. hal. 6

17 Meriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu politik, Jakarta : Gramedia. 2007. hal. 47

  tahun 1910 sampai 1945 satu hal yang menarik, ciri penting hampir semua gerakan fasisme adalah mereka meletakan negara sebagai pengatur dan pusat seluruh sejarah dan kehidupan. Dalam paham ini, nasionalisme yang sangat fanatik dan juga otoriter sangat kuat. Pada awalnya, Mussolini mengembangkan ideologi ini dalam rangka merestorasi kembali kekaisaran Romawi yang ingin mengembalikan kejayaan masa lampau yang membuat Italia pernah menjadi suatu kekuatan yang sangat besar.

  Mussolini memiliki keinginan mengembalikan kejayaan masa lampau Italia pada Romawi kuno yang menguasai hampir seluruh daratan Eropa dengan institusi militernya (Gladiator). Mussolini memanfaatkan situasi Eropa menjelang PD II tidak jauh berbeda dengan situasi menjelang PD I. Perang Dunia I adalah Sebuah perang global terpusat di Eropa yang dimulai pada tanggal 1914-1918.

  Perang ini melibatkan semua kekuatan besar dunia, yang terbagi menjadi dua aliansi bertentangan, yaitu Sekutu (Britania Raya, Perancis, dan Rusia) dan Kekuatan Sentral (Jerman, Austria-Hongaria, dan Italia). Pada Perang Dunia I Italia mengalami kekalahan dan keterpurukan baik dari segi Ekonomi dan Militer, inilah situasi yang terjadi di Italia yang dimanfaatkan Mussolini dengan melakukan pemberontakan terhadap pemerintah yang dianggapnya gagal, Mussolini kemudian mengambil alih jabatan.

  Berakhirnya Perang Dunia I membawa kesulitan ekonomi, politik dan perasaan meluas bahwa bangsa Italia akan mengalami keruntuhan. Rakyat menderita secara material, adanya partai-partai yang beragam tidak mampu mengatasi masalah-masalah bangsa. Tuntutan Italia terhadap Dalmatia dan Albania minta supaya diakui tidak terwujud, karena wilayah itu penting bagi Italia untuk mengawasi laut Adriatik. Pemerintah tidak mendapatkan lagi kepercayaan dari rakyat karena tidak berhasil memperjuangkan kehendak orang banyak. Keadaan negara sesudah perang sangat rawan kekurangan bahan makanan.

  Bahan mentah mengalami kenaikan, anggaran belanja tidak seimbang 8 dengan pemasukan, juga adanya ancaman inflasi. Kaum buruh segera bertindak mengambil alih pabrik dan mengeluarkan pemiliknya. Pemogokan terjadi di mana-mana sehingga melumpuhkan industri dan jawatan pemerintah yang vital. Kerusakan hebat timbul di daerah pertanian, kaum tani merampas tanah, membakar rumah dan menghancurkan hasil panenan. Faktor yang mempengaruhi kemiskinan ini adalah kebodohan dan rendahnya pendidikan dalam masyarakat, pendidikan mengalami kemunduran hebat selama kekacauan Perang Dunia I.

  Italia berkembang menjadi negara fasis dengan cara mengobarkan semangat Italia Irredenta untuk mempersatukan seluruh bangsa Italia dengan kebijakan yang dilakukan Benito Mussolini seperti Penguatan militer, Propaganda Ultra-Nasionalisme, Penetapan sistem Ekonomi Koorporasi dan Kebijakan Italia

  

La Prima. Kebijakan yang dilakukan Mussolini ini dilakukan secara menyeluruh

  dari Golongan muda sampai golongan tua. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti tentang kebijakan Benito Mussolini tentang konsep Pemerintahan yang dilakukan untuk mempertahankan kekuasaannya di Italia.

  I.2. Perumusan Masalah

  Mussolini yang merupakan salah satu tokoh fasisme dari Italia, yang pada awal abad ke-XX ingin mengembalikan masa-masa kejayaan Italia dimasa lampau dengan kekuatan Negara dan militer yang sangat kuat baik di eropa dan dunia. Perumusan masalah dalam penelitian saya ini adalah “Kebijakan apa yang dilakukan Benito Mussolini pada masa pemerintahannya (1922-1943) ?“

  I.3. Pembatasan Masalah

  Pembatasan masalah adalah usaha untuk menetapkan masalah dalam batasan penelitian yang akan diteliti. Batasan masalah ini berguna untuk mengidentifikasi faktor mana saja yang termasuk kedalam masalah penelitian dan faktor mana saja yang tidak termasuk kedalam ruang penelitian tersebut. Maka untuk memperjelas dan membatasi ruang lingkup penelitian dengan tujuan menghasilkan uraisan yang sitematis diperlukan adanya batasan masalah. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti oleh penulis yaitu :

1. Mengkaji tentang ideologi apa yang dipakai Mussolini di Italia 1922-1943

  2. Mengkaji tentang bagaimana kekuatan militer Italia tahun 1922-1943

  3. Mengkaji tentang ekonomi Italia 1922-1943

I.4. Tujuan Penelitian

  Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk :

  1. Mengetahui bagaimana ideology yang dipakai Mussolini di Italia tahun 1922-1943

  2. Memahami bagaimana kekuatan militer Italia 1922-1943

  3. Memahami bagaimana ekonomi di Italia 1922-1943

  I.5. Signifikansi Penelitian

  1. Penelitian mampu mengasah kemampuan peneliti dalam melakukan sebuah proses penelitian yang bersifat ilmiah dan memberikan pengetahuan yang baru bagi peneliti sendiri.

  2. Secara teoritis, penelitian ini merupakan kajian ilmu politik yang diharapkan mampu memberikan kontribusi kepada lembaga – lembaga pengambil kebijakan

  3. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam Ilmu Politik, dan menjadi referensi/kepustakaan bagi Departemen Ilmu Politik Fisip USU.

  I.6. Kerangka Teori

  I.6.1. Teori Negara

  Manusia dapat dikategorikan dalam berbagai kelompok. Pengelompokan atas dasar jenis kelamin secara konvensional dikenali dengan kategori wanita dan pria. Dari segi adat istiadat dan bahasa, dikenal berbagai kelompok suku bangsa, seperti suku bangsa Jawa, Sunda, Arab, dan Rusia. Lalu berdasarkan ciri fisik biologis, manusia dikelompokkan menjadi beberapa ras seperti Mongoloid, Eropa, Melayu, dan Melanisia. Menurut iman kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, manusia berkelompok menjadi penganut agama Islam (sunni dan syiah), Katolik, Kristen Protestan, Katolik Ortodoks, Yahudi, Hindu, Budddha, Shinto. Berdasarkan juridis formal, manusia dikelompokkan dalam kategori warga negara dan kategori warga negara asing.

  Seluruh kategori diatas dipelajari dalam ilmu politik. Hal itu disebabkan kategori tersebut sangat berkaitan denga konsep – konsep bangsa dan negara. Ilmu politik memusatkan perhatian pada konsep bangsa dan negara karena semua proses politik menyangkut bangsa dan negara. Apabila permasalahan bangsa dibahas, dua konsep lain muncul ke permukaan, yaitu suku bangsa (ethnic group) dan ras. Suku bangsa merupakan pengelompokan masyarakat berdasarkan kesamaan ciri – ciri fisik biologis, seperti warna kulit, bentuk wajah (hidung dan mata), bentuk rambut dan perawakan.

  Suatu suku bangsa dapat memiliki lebih dari satu negara seperti suku Arab yang terkelompokkan menjadi lebih dari sepuluh negara Arab. Lalu, suatu ras terdiri atas lebih dari satu negara bukan menjadi pertanyaan lagi karena tidak ada satu ras di dunia yang memiliki satu negara saja. Ternyata ras bukan faktor yang menentukan dalam pembentukan bangsa dan negara. Sebaliknya, suatu negara dapat terdiri atas beberapa suku bangsa dan ras, seperti Indonesia dan Amerika Serikat.

  Negara juga bukanlah pengelompokan masyarakat berdasarkan kesamaan identitas kultural atau fisik biologis, negara menggambarkan adanya satu struktur kekuasaan yang memonopoli penggunaan paksaan fisik yang sah terhadap keelompok masyarakat yang tinggal dalam wilayah yang jelas batas – batasnya. Jadi, negara merupakan pengelompokan masyarakat atas dasar kesamaan struktur kekuasaan yang memerintahnya. Suatu negara yang memiliki berbagai suku bangsa dan ras berupaya keras membentuk suatu bangsa baru dengan identitas kultural yang baru pula. Hal itu dimaksudkan agar dapat bertahan lama dan mampu mencapai tujuan.

  Proses terbentuknya suatu negara terpusat modern yang penduduknya meliputi satu nasionalitas (suatu bangsa) merupakan proses pembentukan negara – negara. Pengertian bangsa dalam istilah satu bangsa berbeda dengan pengertian bangsa dalam istilah bangsa-negara (nation-state). Bangsa dalam bangsa-negara mencakup jumlah kelompok masyarakat (berbagai suku bangsa dan ras) yang lebih luas dari pada bangsa dalam suku bangsa. Kesamaan identitas kultural dalam suku bangsa lebih sempit cakupannya daripada identitas kultural dalam bangsa- negara. Ben Anderson, seorang ilmuwan politik dari Universitas Cornell merumuskan pengertian bangsa secara unik. Menurut pengamatannya, bangsa merupakan komunitas politik yang dibayangkan (imagined political community) dalam wilayah yang jelas batasnya dan berdaulat.

  Dikatakan sebagai komunitas politik yang dibayangkan karena bangsa yang paling kecil sekalipun para anggotanya tidak kenal satu sama lain. Dibayangkan secara terbatas karena bangsa yang paling besar sekalipun yang penduduknya ratusan juta jiwa mempunyai batas wilayah yang relatif jelas. Dibayangkan sebgai berdaulat karena bangsa ini berada di bawah suatu negara yang mempunyai kekuasaan atas seluruh wilayah dan bangsa tersebut. Akhirnya, disebut sebagai komunitas yang dibayangkan karena terlepas dari adanya kesenjangan dan penindasan, para anggota bangsa itu selalu memandang satu sama lain sebagai saudara sebangsa dan setanah air. Perasaan sebangsa inilah yang menyebabkan berjuta – juta orang bersedia mati bagi komunitas yang dibayangkan itu.

  Sementara itu, secara umum dikenal adanya dua model proses pembentukan bangsa-negara. Pertama, model ortodoks yang bermula dari adanya suatu bangsa terlebih dahulu untuk kemudian bangsa itu membentuk satu negara tersendiri. Setelah bangsa-negara ini terbentuk, kemudian rezim politik (konstitusi) dirumuskan dan ditetapkan dan sesuai dengan pilihan rezim politik itu, dikembangkan sejumlah bentuk partisipasi politik warga masyarakat dalam kehidupan bangsa-negara. Kedua, model mutakhir yang berawal dari adanya negara terlebih dahulu, yang terbentuk melalui proses tersendiri, sedangkan penduduknya merupakan kumpulan sejumlah kelompok suku bangsa dan ras.

  Pada tingkat perkembangan tertentu, munculnya kesadaran politik di kalangan satu atau beberapa kelompok suku bangsa untuk berpartisipasi dalam proses politik akan membawa mereka kepada pertanyaan yang lebih mendasar. Pertanyaan ini berkaitan dengan pilihan rezim politik. Hal itu dipertanyakan setelah melalui proses politisasi yang secukupnya.

  Suatu bangsa akan terbentuk apabila masalah – masalah bentuk pertisipasi politik dan rezim politik disepakati jawabannya. Namun, pada proses politisasi yang dilakukan, secara memadai, mungkin saja terdapat satu atau lebih kelompok suku bangsa yang tidak bersedia ikut serta dalam bangsa yang baru. Mungkin disebabkan oleh ketidaksetujuan mereka terhadap pillihan bentuk-bentuk partisipasi politik dan rezim politik. Dalam situasi ini, mungkin terdapat satu atau lebih kelompok etnis yang menghendaki suatu negara sendiri atau mungkin menghendaki bentuk kompromi seperti daerah istimewa dengan hak – hak dan kewenangan khusus.

  Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Selain itu, manusia juga merupakan makhluk politik yang mempunyai naluri utnuk berkuasa. Oleh karena itu keberadaan sebuah negara sangat diperlukan sebagai tempat berlindung bagi individu, kelompok, dan masyarakat yang lemah dari tindakan individu, kelompok, atau masyarakat maupun penguasa yang kuat (otoriter) karena manusia dengan manusia yang lainnya memiliki sifat seperti serigala (homo homini lupus). Kata negara sendiri berasal dari bahasa Inggris

  

(state), bahasa Belanda (staat), bahasa Perancis (etat) yang sebenarnya kesemua

  kata itu berasal dari bahasa Latin (status atau statum) yang berarti keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang tegak dan tetap; dimana makna luas dari kata tersebut juga bisa diartikan sebagai kedudukan persekutuan hidup manusia.

  Asal mula negara pada zaman Yunani kuno yaitu dari keluarga, menjadi 10 kelompok, lalu menjadi desa dan akhirnya menjadi polis ( kota ). Tujuan mereka 11 Ibid., Ramlan Surbakti, hal. 54

  berkelompok adalah untuk meminta perlindungan atau bisa dikatakan saling tolong menolong ( sifat manusia yang homo homini lopus ), jadi pada waktu itu negara merupakan sebuah kota atau city state. Bentuk negara pada zaman Yunani kuno adalah city state. Menurut Socrates negara bukanlah semata-mata merupakan suatu keharusan yang bersifat objektif, yang asal mulanya berpangkal pada pekerti manusia. Sedang tugas negara adalah menciptakan hukum yang harus dilakukan para pemimpin atau para penguasa yang dipilih secara saksama oleh rakyat.

  Pada zaman Yunani kuno dapat dilaksanakan suatu sistem pemerintahan negara yang bersifat demokratis karena:

  1. Negara Yunani pada waktu itu masih kecil yaitu berupa polis atau City State.

  2. Persoalan di dalam negara dahulu tidaklah seruwet dan berbelit-belit seperti sekarang ini, lagipula jumlah warga negaranya masih sedikit.

  3. Setiap warga negara ( kecuali yang masih bayi, sakit ingatan dan budak-budak belian ) adalah negara minded, dan selalu memikirkan tentang penguasa negara, cara memerintah dan sebagainya.

  Menurut Plato negara itu timbul atau ada karena adanya kebutuhan dan keinginan manusia yang beraneka macam, menyebabkan mereka harus bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan mereka. Tiap-tiap orang itu mempunyai tugas sendiri-sendiri dan bekerja sama untuk memenuhi kepentingan mereka bersama. Kesatuan mereka inilah yang kemudian disebut masyarakat atau negara. Plato mengatakan bahwa tujuan negara yang sebenarnya adalah untuk mengetahui atau mencapai atau mengenal idea yang sesungguhnya, sedang yang dapat mengetahui atau mencapai idea yang sesunguhnya itu hanyalah ahli-ahli filsafat saja.

  Maka dari itu pimpinan negara atau pemerintahan negara sebaiknya harus dipegang oleh ahli-ahli filsafat saja. Untuk hakekat negara, Plato mengatakan bahwa luas negara itu harus diukur atau disesuaikan dengan dapat atau tidaknya, mampu atau tidaknya negara memelihara kesatuan di dalam negara itu karena pada hakekatnya negara itu adalah suatu keluarga yang besar. Kemudian, Menurut Aristoteles negara itu merupakan suatu kesatuan yang tujuannya untuk mencapai kebaikan yang tertinggi yaitu kesempunaan diri manusia sebagai anggota dari negara. Menurut Aristoteles negara terjadi karena penggabungan keluarga- keluarga menjadi suatu kelompok yang lebih besar, kelompok itu bergabung lagi hingga menjadi desa dan desa ini bergabung lagi demikian seterusnya hingga timbul negara yang sifatnya masih merupakan suatu kota atau polis. Menurut Aristoteles tujuan negara adalah kesempurnaan diri manusia sebagai anggota masyarakat sebab kebahagiaan manusia tergantung daripada kebahagiaan masyarakat.

  Bahwa negara merupakan lembaga yang sangat defenitif memastikan aturan-aturan kelakuan dalam wilayahnya, terungkap dalam istilah kedaulatan, kedaulatan adalah ciri utama negara. yang dimaksud ialah bahwa tidak ada pihak, baik di dalam dan diluar negeri yang harus dimintai ijin untuk menetapkan atau melakukan sesuatu. Kedulatan adalah hal yang mutlak, tertinggi, tak terbatas namun dalam kenyataan tidak ada negara sama sekali berdaulat. Kekuasaan kedaulatan merupakan atribut kehendak umum, dibuat untuk berlaku umum oleh tujuan yang bersifat umum oleh tujuan yang bersifat umum, dikehendaki oleh semua orang. Kekuasaan kedaulatan mempertahankan dan menciptakan susunan berbagai pelembagaan dan paksaan hanya merupakan salah satu karakteristiknya, tetapi sedikitnya jika paksaan esensi daripada kekuasaan kedaulatan, ia merupakan sifat khusus dan faktor pembanding. Pada negara saja, dalam segi kedaulatannya, terletak hak penentu untuk yang menggunakan kekerasan.

  Suatu negara yang memiliki berbagai suku bangsa dan ras akan berupaya keras membentuk suatu bangsa baru dengan identitas cultural yang baru pulak hal ini dimaksudkan agar dapat bertahan lama dan mampu mencapai tujuan, proses 13 terbentuknya negara modern yang penduduknya meliputi satu nasionalitas (suatu 14 diunduh pada tanggal 6 Agustus 2013 pukul 23.05 wib Frans magnis suseno, Etika Politik, Jakarta : PT Gramedia Pustaka, 2003, hal.175 bangsa) merupakan proses pembentukan bangsa-bangsa. Bangsa dalam bangsa- negara mencakup jumlah masyarakat (berbagai suku,bangsa dan ras) yang lebih luas daripada bangsa dalam suku bangsa. Kesamaan identitas kultural dalam suku bangsa lebih sempit cakupannya daripada identitas kultural dalam bangsa- negara.

  Istilah kedaulatan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu sovereignty yang dalam bahasa Italia disebut sovranus. Istilah-istilah itu diturunkan dari kata Latin superanus yang berarti tertinggi. Kedaulatan berarti kekuasaan tertinggi atau kekuasaan yang tidak terletak dibawah kekuasaan lain. Dimana letak kekuasaan tertinggi pada suatu negara bermacam-macam pada berbagai negara, terkadang hanya sebagai slogan, tetapi terkadang memang diikuti secara konsekuen. Ada negara yang menganggap bahwa kedaulatan ditangan rakyat, artinya suara rakyat banyak benar-benar didengar keluhannya dan penderitaannya, menurut mereka inilah contoh negara demokrasi, dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

  Tetapi hal ini tampaknya hanya sekedar menutupi perilaku pemerintah yang berkuasa. Negara-negara komunis sering mengatakan sebagai Negara demokrasi, tetapi memaksakan kehendaknya demi partai tunggal dan sosialisme. Negara liberal sering mengucapkan demokrasi, tetapi mereka menyebarluaskannya melalui pemaksaan. Padahal mereka sendiri dulunya adalah negara penjajah. Oleh karena itu, bila ada yang mengatakan bahwa kedaulatan di tangan rakyat maka yang membuktikannya adalah sejauh mana pertanggungjawaban pemerintah kepada rakyatnya, baik langsung maupun melalui perwakilan pada badan legislatif.

  Konsep Negara tidak bisa dilepaskan dari pembicaraan tentang kekuasaan, karena kekuasaan adalah fungsi dari keberadaan sebuah negara. Kekuasaan 16 sendiri bisa didefinisikan sebagai kemampuan seseorang atau suatu kelompok 17 Ramlan surbakti, Memahami Ilmu Politik, Grasindo : Jakarta, 2010. hal.52

  untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau kelompok lain, sesuai dengan keinginan pelaku.

  Kekuasaan merupakan konsep penerangan yang diterapkan sama mudahnya kepada gejala fisik dan kepada unsur manusia. Kekuasaan merupakan kata umum dalam perbendaharaan kata-kata kebanyakan orang dan sangat sering digunakan untuk menerangkan latar sebab-sebab yang terdapat dibalik gejala. Kekuasaan merupakan seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri dengan sekaligus menerapkannya terhadap tindakan-tinakan perlawanan dari orang-orang atau golongan-golongan tertentu. Kemampuan potensial dari seseorang/kelompok orang untuk mempengaruhi yang lain dalam sistem yang ada. Kekuasaan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi individu-individu lain untuk mempengaruhi pembuatan keputusan kolektif.

  Seseorang memiliki kekuasaan atas orang lain yang berarti bahwa orang pertama dapat membuat orang kedua bertindak menurut apa yang diinginkan oleh orang pertama,dan orang kedua bertindak menurut apa yang diinginkan oleh orang pertama, dan orang kedua tidak bisa memilih tindakan lain. Kekuasaan adalah kemampuan yang mungkin untuk memaksa orang lain.

  Kekuasaan sangat berkaitan erat dengan wewenang bedanya antara kekuasaan dengan wewenang adalah bahwa setiap kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain dapat dinamakan kekuasaan, sedangkan wewenang adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau sekelompok orang, yang mempunyai dukungan atau mendapat pengakuan dari masyarakat. Oleh karena itu, kekuasaan sangat menarik perhatian para ahli ilmu pengetahuan kemasyarakatan. Kekuasaan dapat menciptakan kelas-kelas sosial di masyarakat, adapun yang menciptakan kelas-kelas sosial dan ketimpangan kekuasaan adalah pembagian kerja dalam kegiatan produksi dan hubungan sosial dalam produksi. Akan tetapi walaupun selalu ada, kekuasaan tidak dapat dibagi rata kepada semua 18 anggota masyarakat. Justru karena pembagian yang tidak merata tadi timbul makna yang pokok dari kekuasaan, yaitu kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan.

  Kekuasaan terdapat di semua bidang kehidupan dan dijalankan mencakup kemampuan untuk memerintah dan juga untuk memberi keputusan-keputusan yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi tindakan-tindakan pihak-pihak lainnya. Pada hakekatnya kekuasaan dapat terwujud dalam hubungan yang simetris dan asimetris. Hubungan Simetris berkaitan dengan hubungan persahabatan, hubungan sehari-hari dan hubungan yang bersifat ambivalen, sedangkan hubungan asimetris berkaitan dengan popularitas, peniruan, mengikuti perintah, tunduk pada pemimpin formal atau informal.

  Dalam kenyataan terdapat lebih banyak hubungan asimetris daripada hubungan simetris, oleh karena hubungan simetris merupakan tujuan ideal yang jarang tercapai. Penguasa akan lebih banyak menggunakan paksaan serta kekuatan militer didalam melaksanakan kekuasaanya yang tujuan utamanya adalah untuk menimbulkan rasa takut dalam diri masyarakat sehingga mereka tunduk kepada kemauan penguasa atau sekelompok orang-orang yang dianggap sebagai penguasa. Penguasa berusaha untuk menguasai kehidupan masyarakat dengan jalan menguasai ekonomi serta kehidupan rakyat, penguasa dapat melaksanakan peraturan-peraturannya serta akan menyalurkan perintah-perintahnya dengan dikenakan sanksi-sanksi tertentu. Penguasa dan pemerintah berusaha untuk membuat peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh masyarakat dengan meyakinkan atau memaksa masyarakat untuk menaati peraturan-peraturan yang telah dibuat oleh badan-badan yang berwenang dan yang sah. Penguasa dan Pemerintah membuat hukum yang mengatur kehidupan masyarakat dan meberi sanksi yang tegas pada pelanggarnya.

  Dengan cara menyesuaikan tradisi, pemegang kekuasaan dengan tradisi yang dikenal di dalam sesuatu masyarakat, pelaksanaan kekuasaan dapat berjalan dengan lebih lancar. Penguasa-penguasa dalam masyarakat biasanya mengemukakan serangkaian ajaran-ajaran atau doktrin-doktrin yang bertujuan untuk menerangkan dan sekaligus memberi dasar pembenaran bagi pelaksanaan

  

  wewenang. Walaupun kekuasaan itu senantiasa ada dalam setiap masyarakat, namun bukan berarti bahwa kekuasaan dapat dibagi rata para semua anggota masyarakat; dengan ketidakmerataan ini justru kemudian timbul makna pokok dari kekuasaan, yaitu sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain agar menurut pada kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan.

  Kekuasaan adalah suatu yang dimiliki oleh orang-orang atau kelompok- kelompok sosial. Seperti halnya uang, kekuasaan dapat digunakan untuk berbagai tujuan yang berlainan dan dapat digunakan oleh pihak-pihak lain. Kekuasaan juga merupakan kekuatan-kekuatan yang dapat diusahakan atau yang dapat dihilangkan keseimbangannya antara pihak-pihak yang memegang kekuasaaan, atau yang dapat hilang keseimbangannya. Kekuasaan berbeda dari satu ke situasi lainnya. Adanya kekuasaan tergantung dari hubungan antara yang berkuasa dengan yang dikuasai; atau dengan kata lain antara pihak yang memiliki kemampuan untuk melancarkan pengaruh dan fihak lain yang menerima pengaruh ini, dengan rela atau karena terpaksa.

  Para penguasa biasanya mempunyai keahlian di bidang-bidang tertentu seperti di bidang politik, ekonomi, militer dan Media. Kekuasaan yang dipegang seorang ahli politik misalnya, adalah terutama mencakup di bidang politik saja. Keadaan semacam demikian, yaitu apabila penguasa hanya menguasai bidang- bidang tertentu, menyebabkan bahwa dia lebih mudah untuk digulingkan. Oleh sebab itu seorang penguasa seharusnya dapat pula menguasai bidang-bidang lain, selain dari kemampuannya dalam bidang tertentu. Apabila dia merasa tidak sanggup untuk menguasai bidang-bidang kehidupan masyarakat, maka seyogyanya dia mendekati pihak-pihak lain yang ahli dan mengajak mereka untuk membentuk the rulling class tersendiri.

  Sumber kekuasan ialah sarana paksaan fisik, kekayaan dan harta benda (ekonomi), normatif, jabatan, keahlian, informasi, status sosial, popularitas prbadi, 19 dan massa yang terorganisasi. Senjata tradisional, senjata konvensioanal, senjata

  di unduh modern, penjara, kerja paksa, teknologi dan aparat yang menggunakan senjata – senjata ini merupakan sejumlah contoh sarana paksaan fisik. Pada masyarakat maju, senjata modern seperti nuklir dan misil tidak digunakan untuk mempengaruhi proses politik dalam negeri. Di negara itu, senjata modern berfungsi sebagai penangkal (deterrent) dan sumber pengaruh (leverage) dalam percaturan politik internasioal. Dalam negara – negara berkembang, senjata konvensional tidak hanya digunakan untuk mempertahankan kedaulatan dari penetrasi luar, tetapi juga untuk mematahkan oposisi dan kelompok yang dianggap menentang kekuasaan dengan alas an demi ketertiban dan kestabilan (internal war).

  Melihat hal-hal tersebut di atas, maka suatu kecenderungan bahwa kekuasaan itu bersifat kumulatif, artinya bertumpuk atau berkumpul dalam suatu tangan penguasa atau sekelompok orang-orang, merupakan hal yang wajar dalam berbagai masyarakat. Dan apabila dalam salah satu bidang kehidupan terdapat orang kuat yang berkuasa, maka timbul suatu pusat kekuasaan; untuk mengimbangi keadaan ini, masyarakat kemudian membentuk suatu pusat-pusat kekuasaan lainnya, yang disebut sebagai oposisi, perkara sehat atau tidaknya oposisi ini, merupakan soal lain. Konkurensi terhadap kekuasaan yang pada suatu saat memegang tampuk pemerintahan, akan selalu ada. Apakah konkurensi itu diberlakukan secara bebas atau terbatas, semuanya tergantung dari struktur masyarakat.

  Apabila kekuasaan itu diterjemahkan pada diri seseorang, maka biasanya orang itu dinamakan pemimpin dan mereka yang menerima pengaruhnya adalah pengikut-pengikutnya. Bedanya kekuasaan dengan wewenang (authority atau

  

legalized power) wewenang adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau

  sekelompok orang, yang mempunyai dukungan atau mendapat pengakuan dari masyarakat; karena memerlukan pengakuan dari masyarakat itu, maka dalam masyarakat yang sudah kompleks susunannya mengenal pembagian kerja yang terperinci, wewenang itu biasanya terbatas mengenai hal-hal yang diliputnya, waktunya, dan cara menggunakan kekuasaan itu.

  Dalam setiap hubungan antara manusia maupun antar kelompok sosial, selalu tersimpul pengertian-pengertian kekuasaan dan wewenang; Kekuasaan, dalam istilah umum disebut sebagai power, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut, kekuasaan itu juga mencakup baik suatu kemampuan untuk memerintah. Menurut Max Weber bahwa kekuasaan adalah kesempatan dari seseorang atau sekelompok orang-orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri, dengan sekaligus menterapkannya terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan-golongan tertentu.

  Kekuasaan tersebut mempunyai berbagai bentuk dengan bermacam- macam sumber; hak milik kebendaan, kedudukan, birokrasi, disamping misalnya suatu kemampuan khsusus dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan yang tertentu ataupun atas dasar peraturan-peraturan hukum yang tertentu, merupakan sumber- sumber kekuasaan. Jadi kekuasaan terdapat dimana-mana, dalam hubungan- hubungan sosial maupun oraganisasi-organisasi sosial, akan tetapi umumnya kekuasaan tertinggi ada pada organisasi yang disebut dengan “Negara”, secara resmi negara itu mempunyai hak untuk melaksanakan kekuasaan tertinggi, kalau perlu dengan paksaan; juga negaralah yang membagi-bagikan kekuasaan- kekuasaan yang lebih rendah derajatnya., bentuk inilah yang disebut sebagai kedaulatan (sovereignity). Kedaulatan biasanya hanya dijalankan oleh segolongan kecil dari masyarakat yang menamakan dirinya sebagai the rulling class, yang mana merupakan gejala yang umum ada pada masyarakat .

  Kekuasaan suatu negara tidak bisa lepas dari kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Pemerintah dimana birokrasi pemerintah adalah bagian dari proses dan kegiatan politik. Pada setiap gugusan masyarakat yang membentuk suatu tata kepemerintahan tidak bisa dilepaskan dari aspek politik ini. Politik sebagaimana kita ketahui bersama terdiri dari orang-orang yang berperilaku dan bertindak yang diorganisasikan secara politik oleh kelompok-kelompok kepentingan dan berusaha mencoba mempengaruhi pemerintah untuk mengambil dan melaksanakan suatu kebijakan tindakan yang bisa mengangkat kepentingannya dan mengesampingkan kepentingan kelompok yang lain.

  Kebijakan diartikannya sebagai tugas intelektual pembuatan keputusan yang meliputi berbagai hal yaitu penjelasan mengenai tujuan yang ingin dicapai dari suatu kebijakan yang telah dibuat, penguraian kecenderungan untuk memilih beberapa tujuan yang sesuai dengan keadaan, pengembangan dampak dan kinerja kebijakan di masa depan, serta melakukan penelitian dan evaluasi. Istilah kebijakan dalam bahasa Inggris policy yang dibedakan dari kata wisdom yang berarti kebijaksanaan atau kearifan. Kebijakan merupakan pernyataan umum perilaku daripada organisasi. Kebijakan Publik adalah pola ketergantungan yang kompleks dari pilihan-pilihan kolektif yang saling bergantung, termasuk keputusan-keputusan untuk tidak bertindak, yang dibuat oleh badan atau kantor pemerintah. Kebijakan publik yang dimaksud dibuat oleh badan atau kantor pemerintah. Suatu kebijakan apabila telah dibuat, maka harus diimplementasikan untuk dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia, serta dievaluasikan agar dapat dijadikan sebagai mekanisme pengawasan terhadap kebijakan tersebut sesuai dengan tujuan kebijakan itu sendiri.

  Persiapan proses implementasi kebijakan agar suatu kebijakan dapat mewujudkan tujuan yang diinginkan harus mendayagunakan sumber yang ada, melibatkan orang atau sekelompok orang dalam implementasi, menginterprestasikan kebijakan, program yang dilaksanakan harus direncanakan dengan manajemen yang baik, dan menyediakan layanan dan manfaat pada masyarakat mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan program-program pemerintah yang bersifat desentralistis. Faktor-faktor tersebut adalah kondisi lingkungan. Lingkungan sangat mempengaruhi implementasi kebijakan, lingkungan tersebut mencakup lingkungan sosio cultural serta keterlibatan penerima program dan hubungan antar 22 organisasi. Implementasi sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan Miftah Thoha. Birokrasi dan Politik Di Indonesia. 2003. Jakarta : PT. Rajagrafindo persada. instansi lain. Untuk itu diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu program. Implementasi kebijakan perlu didukung sumberdaya, baik sumberdaya manusia (human resources) maupun sumberdaya non-manusia

(non human resources) dan karakteristik dan kemampuan agen pelaksana.

Maksudnya adalah mencakup struktur birokrasi, norma-norma dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi dimana semua itu akan mempengaruhi implementasi suatu program .

  Dalam pembuatan kebijakan publik, bukannya tanpa maksud dan tujuan, maksud dan tujuan dari kebijakan publik adalah untuk memecahkan masalah atau mencari solusi alternatif dari masalah yang menjadi isu bersama yang berkembang di masyarakat. Oleh karena itu tidak semua masalah yang berkembang di masyarakat bisa melahirkan satu kebijakan publik, hanya masalah publik yang dapat menggerakkan orang banyak untuk ikut memikirkan dan mencari solusi yang bisa menghasilkan suatu kebijakan publik serta kebijakan publik pastinya tidak akan memberikan kepuasan kepada seluruh masyarakat, akan tetapi pasti masih ada masyarakat yang merasa tidak puas terhadap suatu kebijakan publik yang dibuat, hanya saja persentase antara masyarakat yang merasa puas dan tidak puas haruslah jauh lebih banyak masyarakat yang merasa puas daripada yang tidak puas.

  Kebijakan publik menjadi salah satu hasil dari perdebatan panjang yang terjadi di ranah negara dengan aktor-aktor yang mempunyai berbagai macam kepentingan. Dengan demikian, kebijakan publik tidak hanya dipelajari sebagai proses pembuatan kebijakan, tetapi juga dinamika yang terjadi ketika kebijakan tersebut dibuat dan diimplementasikan. Tulisan ini selanjutnya akan membahas atau berisi tentang review dari sebuah buku mengenai kebijakan publik. Dengan demikian, maka tulisan ini akan sedikit menceritakan ulang isi dari bagian buku tersebut yang selanjutnya akan dianalisis mengenai kelebihan dan kekurangan dari 24 buku tersebut.

  Subarsono. Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori Dan Aplikasi.2001. Pustaka Pelajar. Hlm 101

  Pasca perang dunia kedua, ilmuwan sosial (khususnya politik) mencoba untuk mencari sebuah fokus baru mengenai studi politik yaitu mengenai hubungan negara dan masyarakat (warga negara). Sebelumnya, studi politik hanya berkutat pada institusi pemerintahan yang selanjutnya disebut sebagai negara. Selanjutnya, studi politik terus mengalami perkembangan dari fokus studinya yang berupa negara. Studi tersebut tidak hanya melihat negara sebagai aktor tunggal dan netral, tetapi juga di dalamnya terdapat kontestasi, khususnya ketika menentukan sebuah kebijakan. Selanjutnya, studi tersebut berkembang pada tahun 1970-an, khususnya setelah terbitnya tulisan Harold D.Laswell tentang Policy Science. Selanjutnya, yang disebut sebagai Policy Science menurut Laswell, fokus atau kajian ilmu politik tidak hanya selalu melihat struktur pemerintahan atau kebiasaan aktor politik yang ada, tetapi juga mengenai sesuatu yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah. Pendekatan tersebut selanjutnya fokus pada kebijakan publik atau proses pembuatan kebijakan publik.

  Proses lain dari policy cycle yaitu berupa agenda setting, policy formulation, decision making, policy implementation, and policy evaluation. Keuntungan yang didapatkan dalam model seperti ini adalah proses pembuatan kebijakan lebih mudah dimengerti karena dari hal yang sebenarnya kompleks bisa dipilah-pilah menjadi beberapa tahapan. Selain itu, proses pembuatan kebijakan juga tidak hanya dilakukan pemerintah tetapi juga aktor-aktor lain yang berada di luar pemerintah. Meskipun proses tersebut terlihat ideal, pada praktiknya hasil dari proses tersebut bisa dibatalkan atau tidak sama persis dengan sesuatu yang telah disepakati atau diputuskan. Dari hal tersebut, diperlukan model yang lebih jelas mengenai kejelasan dari aktor-aktor yang terlibat dan institusi yang ikut dalam proses pembuatan kebijakan, serta faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi proses pembuatan kebijakan.

I.6.2. Teori Ideologi

  Istilah ideologi dicetuskan oleh filsuf Perancis, Antoine Destutt de Tracy (1796) sebagai ilmu tentang pikiran manusia yang mampu menunjukan arah yang benar menuju masa depan. Jadi semula ideologi adalah ilmu seperti juga biologi, psikologi, fisika dan lain-lain, dari ilmu atau kajian ideologi bergeser menjadi paham, doktrin, atau keimanan.

  Ideologi merupakan sebuah himpunan ide dan prinsip yang menjelaskan bagaimana seharusnya masyarakat bekerja, dan menawarkan ringkasan order masyarakat tertentu. Ideologi politik biasanya mengenai dirinya dengan bagaimana mengatur kekuasaan dan bagaimana seharusnya dilaksanakan. Teori komunis Karl Marx, Friedrich Engels dan pengikut mereka, sering dikenal dengan marxisme, dianggap sebagai ideologi politik paling berpengaruh dan dijelaskan lengkap pada abad 20. Contoh ideologi lainnya termasuk: anarkisme, kapitalisme, komunisme, komunitarianisme, konservatisme, neoliberalisme, demokrasi kristen, fasisme, monarkisme, nasionalisme, nazisme, liberalisme, libertarianisme, sosialisme, dan demokrat sosial.

  Kepopuleran ideologi berkat pengaruh dari "moral entrepreneurs", yang bertindak dengan tujuan mereka sendiri. Ideologi politik adalah badan dari ideal, prinsip, doktrin, mitologi atau simbol dari gerakan sosial, institusi, kelas, atau grup besar yang memiliki tujuan politik dan budaya yang sama. Merupakan dasar dari pemikiran politik yang menggambarkan suatu partai politik dan kebijakannya.

  Dalam ilmu politik, berkembang banyak ideologi diantaranya adalah, kapitalisme, liberalisme, sosialisme, pancasila dan lain sebagainya. Dengan konflik itu melahirkan kemajuan ilmu sosial yang, terutama ilmu politik yang makin berkembang maju dan melahirkan berbagai paradigma baru. Berikut ini akan dipaparkan beberapa ideologi yang terdapat dalam ilmu politik.

1. Kapitalisme

  Kapitalisme merupakan suatu ideologi yang mengagungkan kapital milik perorangan atau milik sekelompok kecil masyarakat sebagai alat penggerak kesejahteraan manusia. Bapak ideologi kapitalisme adalah Adam Smith dengan Teorinya the Wealth Of Nations, yaitu kemakmuran bangsa-bangsa akan tercapai melalui ekonomi persaingan bebas, artinya ekonomi yang bebas dari campur tangan negara. Kapitalisme adalah sebuah ajaran yang didasarkan pada sebuah asumsi bahwa manusia secara individu adalah makhluk yang tidak boleh dilanggar kemerdekaannya dan tidak perlu tunduk pada batasan-batasan sosial .

  2. Liberalisme

  Menurut faham liberalisme, manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu yang bebas. Manusia dalam perspektif libreralisme sebagai pribadi yang utuh dan lengkap yang terlepas dari manusia lainnya. Manusia sebagai individu memliki potensi dan senantiasa berjuang untuk kepentingan dirinya sendiri.

  3. Sosialisme

  Sosialisme merupakan suatu ideologi yang mengagungkan kapital milik bersama seluruh masyarakat atau milik negara sebagai alat penggerak kesejahteraan manusia. Kepemilikan bersama kapital atau kepemilikan kapital oleh negara adalah dewa diatas segala dewa, artinya semua yang ada di dunia harus dijadikan kapital bersama seluruh masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan melalui sistem kerja sama, hasilnya untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama, dan distribusi hasil kerja berdasar prestasi kerja yang telah diberikan.

  4. Komunisme

  Gelombang komunisme abad kedua puluh ini, tidak bisa dilepaskan dari kehadiran Partai Bolshevik di Rusia. Gerakan-gerakan komunisme international yang tumbuh sampai sekarang boleh dikatakan merupakan perkembangan dari Partai Bolshevik yang didirikan oleh Lenin. Karl Marx merupakan pencetus 26 ideologi komunisme yang hingga saat ini masih dianut oleh beberapa negara di

  Henry Schmandt, Filsafat Politik kajian historis dari jaman yunani kuno sampai jaman dunia. Komunisme merupakan sebuah ideologi yang menganggap bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini haruslah bersifat seimbang dalam artian apa yang bisa dirasakan oleh seseorang harus juga bisa dirasakan oleh semua orang. Konsep inilah yang akhirnya memunculkan prinsip “sama rata, sama rasa”.

  Itulah sumbangsih Marx bagi ilmu politik, dimana ia mampu memberikan sebuah ideologi baru bagi dunia, yang pada zaman keemasannya mampu membawa pengaruh yang sang Karl Marx merupakan pencetus ideologi komunisme yang hingga saat ini masih dianut oleh beberapa negara di dunia. Komunisme merupakan sebuah ideologi yang menganggap bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini haruslah bersifat seimbang dalam artian apa yang bisa dirasakan oleh seseorang harus juga bisa dirasakan oleh semua orang. Konsep inilah yang akhirnya memunculkan prinsip “sama rata, sama rasa”. Komunisme menganggap, adanya privatisasi hanya akan menguntungkan bagi segelintir pihak dan akan sangat merugikan bagi banyak pihak. Dan pada akhirnya pihak-pihak yang dirugikan itu akan bertindak untuk mencapai apa yang dikehendakinya. Itulah yang dibaca oleh Karl Marx,sehingga ia mencetuskan ide Komunisme dimana Marx menginginkan penghapusan sistem kapitalisme karena akan menimbulkan konflik pada akhirnya. Dan prediksi Marx ternyata terbukti. Berbagai pemberontakan revolusioner terjadi di berbagai belahan dunia yang dilakukan oleh kaum buruh dan pekerja serta bahkan para petani dan rakyat miskin yang menginginkan perubahan di negaranya. Tercatat beberapa kejadian bersejarah di dunia yang didasarkan atas semangat revolusioner komunisme. Marxisme, dalam batas-batas tertentu bisa dipandang sebagai jembatan antara revolusi Prancis dan revolusi Proletar Rusia tahun 1917. Untuk memahami Marxisme sebagai satu ajaran filsafat dan doktrin revolusioner, serta kaitannya dengan gerakan komunisme di Uni Soviet maupun di bagian dunia lainnya, barangkali perlu mengetahui terlebih dahulu kerangka histories Marxisme itu sendiri. Berbicara masalah Marxisme, memang tidak bisa lepas dari nama-nama tokoh seperti Karl Marx (1818-1883) dan Friedrich Engels (1820-1895). Kedua tokoh inilah yang mulai mengembangkan akar-akar komunisme dalam pengertiannya yang sekarang ini. Transisi dari kondisi masyarakat agraris ke arah industrialisasi menjadi landasan kedua tokoh diatas dalam mengembangkan pemikirannya. Dimana eropa barat telah menjadi pusat ekonomi dunia, dan adanya kenyataan di mana Inggris Raya berhasil menciptakan model perkembangan ekonomi dan demokrasi politik.