Meningkatkan Daya Saing dan Tata Kelola (1)

Untukmu Indonesia
Dari Turki untuk Indonesia
Meningkatkan Daya Saing dan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Good
Governance) melalui Pendekatan Business Friendly: Studi Berbagai Kebijakan
Publik dari Turki untuk Indonesia
Ditulis oleh:
Arif Darmawan
Mahasiswa S-2 Universitas Marmara di Istanbul Jurusan Perencanaan Ekonomi
dan Studi Pembangunan Turki
Konsep mengenai tata kelola pemerintahan yang baik telah menjadi perbincangan
yang menarik di kalangan praktisi, akademisi, pelaku usaha maupun pemerintah.
Berbagai macam studi, diskusi, workshop, training dan aktivitas ilmiah lainnya
telah juga menjadi bahasan bagi beberapa lembaga internasional seperti World
Bank, IMF, OECD dan OIC. Dalam definisi yang lebih meluas, tata kelola
pemerintahan yang baik dapat diartikan sebagai sebuah paket kebijakan dalam
kelembagaan dan organisasi dimana memberikan akses kemudahan dan
mendukung transparansi serta kesesuaian arus informasi publik.
Regulasi dan aturan pemerintah merupakan alat penting dalam mendukung dan
mensukseskan setiap kebijakan publik di berbagai bidang. Namun, ketika semakin
banyak regulasi yang menjadi rumit, masalah dalam tata kelola pemerintahan
cenderung mengarah pada tingginya biaya administrasi dan tingkat penyalahgunaan

aturan oleh para pemangku kebijakan dan pemerintah. Terkadang, pelaksanaan
yang terjadi di lapangan tidak sejalan dengan yang ditetapkan sehingga
menimbulkan tingginya “biaya transaksi” dalam hubungannya dengan pelayanan
masyarakat.
Pada kenyataanya, para pelaku bisnis baik yang berada pada level lokal, regional
maupun internasional menghadapi berbagai macam kendala ketika berkaitan
dengan wilayah administrasi publik seperti birokrasi, pengurusan dan pembayaran
pajak, penegakan hukum yang lemah, pengurusan izin kerja yang rumit, peraturan
yang ambigu dan lain sebagainya. Ketika berbicara dengan konteks untuk menarik
investasi asing ke suatu negara berarti sangat dibutuhkan penciptaan tata kelola
pemerintahan yang baik dan efektif dengan pelaku bisnis atau investor. Segala
bentuk prosedur yang rumit serta memakan waktu yang lama menimbulkan
peningkatan biaya transaksi dan ikut berkontribusi dalam penciptaan lingkungan
yang korup dan penggunaan anggaran yang tidak tepat sasaran.

1

Berbagai negara di dunia menghadapi tantangan serupa dalam meningkatkan
volume perdagangan maupun investasi tidak terkecuali Indonesia dan Turki.
Disamping masalah birokrasi dan hubungannya dengan kemudahan berbisnis, dua

negara yang mempunyai pasar terbesar dan tergabung dalam G-20 berusaha untuk
memecahkan masalah yang membelenggu para pelaku usaha selama ini.
Modernisasi dan reformasi tata kelola pemerintahan yang baik merupakan kunci
untuk meningkatkan daya saing dan menarik investasi dalam kerangka perluasan
potensi ekonomi regional. Tata kelola pemerintahan yang modern dan efisien
merupakan akses masuk peningkatan intensitas perdagangan, investasi dan
ekonomi untuk kedua belah pihak. Patut diketahui bahwa inefisiensi administrasi
publik merupakan kendala utama dalam peningkatan daya saing dan pertumbuhan
ekonomi suatu negara.
Dengan banyaknya konsep mengenai peningkatan daya saing dan implementasinya
dalam kebijakan publik, secara praktis, beberapa strategi dapat dilakukan untuk
menunjang setiap aktivitas yang berhubungan dengan pewujudan tata kelola
pemerintahan yang baik, contohnya adalah strategi pengurangan lajur birokrasi atau
penerapan teknologi (e-governance) pada sektor pelayanan publik. Kualitas dari
penerapan tata kelola administrasi dan peningkatan daya saing dapat dianalisis
dengan tabel 4x4 yang biasa digunakan untuk menilai inisiasi dari pengembangan
bisnis di suatu negara: kerangka hukum dalam skala nasional dan internasional serta
untuk nasional dan pihak asing.
Tabel 1. Analisis mengenai Tata Kelola Pemerintahan dan Kemudahan Berbisnis
(Regulasi)

Nasional
Internasional / Lintas Negara
Untuk
Mengurangi jumlah pendiri untuk Perusahaan
nasional
dapat
Nasional
membangun
bisnis/mendirikan dengan mudah mendirikan
perusahaan menjadi satu orang. Satu perusahaan di LN. Perusahaan
orang
dapat
mendirikan
PT kepemilikan
lokal
dapat
(Perusahaan
Terbatas)
atau membuka cabang di LN.
Korporasi Bersama1.

Perusahaan dapat didirikan dengan
inisiasi modal sebesar seperempat
dari asset (25 %), dimana waktu
penangguhan/tunggu 2 tahun untuk
melunasi sisa inisiasi modal sebesar
75 %.

(Pajak Berganda; Korporasi
disyaratkan untuk membayar
pajak korporasi dhitung berdasar
keuntungan secara menyeluruh
pada rasio 20%).

Penerapan rasio 5/1 untuk pekerja
lokal (Perusahaan asing wajib
1
Bagaimanapun tidak semua area/bidang mengimplementasikan hal ini, seperti adanya persyaratan
persidangan dari majelis tinggi melalui undangan yang dipublikasikan di surat kabar nasional untuk
satu perusahaan (sangat tergantung pada aturan setempat).


2

Untuk
Perusahaan
Asing2

merekrut 5 pekerja lokal untuk 1
pekerja asing yang diperkejakan).
Pendekatan
yang
sama
juga
diterapkan
dalam
pendirian
perusahaan. Selain itu, ijin tinggal
dan/atau
rekan
kerja
lokal

dibutuhkan. “Kebijakan Nasional”
memberikan arti bahwa setiap
perusahaan yang didirikan oleh pihak
asing wakib mematuhi hukum dan
aturan yang sama.

Perusahaan asing dapat dengan
mudah mendaftar diri di Turki.
Hanya dibutuhkan beberapa
dokumen (dan sertifikat) serta
ijin tinggal tidak diperlukan.
Tidak dibutuhkan wawancara
ketika mendirikan perusahaan.

Hambatan: untuk perekrutan, 5
Penerapan rasio 5/1 untuk pekerja orang lokal untuk 1 pekerja
lokal (Perusahaan asing wajib asing.
merekrut 5 pekerja lokal untuk 1
pekerja asing yang diperkejakan).
Lulus uji kelayakan dan

There are no nationality or residence kompetensi.
requirements.
Perusahaan
wajib
memberikan
cicilan pembayaran pajak kepada
pihak berwenang 5 % secara berkala
hingga cadangan asset mencapai 20
%.
Perusahaan harus mempunyai modal
mencapai 100.000 TL.
Sumber: Daoudov, 2015.

Banyaknya masalah yang berkaitan dengan tata kelola pemerintahan yang baik dan
daya saing bisnis berakar pada birokrasi dan kultur pemerintah, sebagaimana yang
menjadi sorotan di negara-negara maju dan berkembang. Bagaimanapun, Turki
sebagai negara berkembang telah selangkah lebih maju dan mampu berinovasi
dalam bidang reformasi publik yang berkaitan erat dengan pengembangan bisnis.
Salah satu pendorong hal tersebut adalah eksistensi atau legalitas hukum yang jelas
dalam mendirikan dan menjalankan usaha di negara Turki. Selanjutnya, kualitas

dari efektivitas penerapan tata kelola pemerintahan yang baik dapat diketahui
melalui skema evaluasi kelembagaan dan peraturan yang berlaku.
Dapat dilihat bahwa berbagai macam paket insentif dan kebijakan dalam
kemudahan berbisnis menjadi aspek yang patut untuk diperhatikan terutama aspek
manajerial dan publik. Dimana aspek manajerial bertujuan untuk meningkatkan
skala ekonomi, efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan tata pemerintahan yang
2
Untuk tujuan pajak, penerimaan sektor bisnis dari cabang yang berada di Turki atau LN dikenakan
pajak korporasi sebesar 20 %. Selanjutnya, pemasukan dari cabang setelah potongan 20 % dari pajak
korporasi, pajak pemasukan akan dikenakan 15 % dari potongan apabila transfer (Deloitte,
“Panduan Turki: Pajak dan Investasi (Jangkauan, Relevansi dan Reliabilitas), 2014).

3

baik. Turki memberikan contoh yang relevan dalam kedua aspek tersebut dalam
rangka kemudahan berbisnis. Reformasi dalam area hukum dan perundanganundangan termaktub dalam Hukum Pasar Modal tahun 2012 dan Hukum Pemasaran
Turki tahun 2013 dimana sejalan dengan standar Uni Eropa.
Hal lain yang patut menjadi bahasan untuk peningkatan daya saing untuk
kemudahan berbisnis adalah mobilitas (arus mobilisasi) tenaga ahli dan tenaga
kerja. Secara spesifik, mobilitas lintas negara untuk pengusaha mengambil peran

penting dalam kelancaran berbisnis antar negara. Kebijakan visa yang “kaku”
menjadi penghalang dari arus mobilisasi tenaga ahli dan tenaga kerja. Dalam hal
ini, Turki telah menerapkan kemudahan mendapatkan visa dan membuka seluasluasnya pintu masuk untuk tujuan investasi dan perdagangan. Sebagai tambahan
penerapan liberalisasi visa telah diterapkan dengan kerjasama bilateral maupun
unilateral, jangka pendek dan panjang untuk negara-negara di dunia. Oleh sebab
itu, penerapan “e-visa” ini membuat negara secara bebas terbuka kepada setiap
orang terutama untuk investor yang potensial.
Jika kita melihat potensi ekonomi negara Turki, didorong oleh konsumsi/produksi
rumah tangga dan stabilitas kebijakan makro ekonomi yang dinamis, pertumbuhan
ekonomi Turki meningkat drastis semenjak krisis ekonomi pada tahun 2001 dan
pergantian pemerintahan yang pro-liberal. Pada kurun waktu 2002 hingga 2008,
Turki mencatat pertumbuhan GDP rerata sebesar 5.8 % dibandingkan dengan Uni
Eropa yang hanya sebesar 1.8 %. Namun, akibat dari gejolak ekonomi pada tahun
2009, GDP Turki turun menjadi US$ 614 Milyar yang pada akhirnya kembali
terangkat hingga menyentuh angka US$ 729 Milyar dan menjadikan Turki sebagai
negara dengan ekonomi terbesar ke-16 di dunia.
Merektrurisasi sektor perbankan, membuat kebijakan moneter yang disiplin,
reformasi administrasi publik dan proses evaluasi keanggotaan Uni Eropa dengan
beberapa paket kebijakan reformasi yang didukung oleh parlemen dan dilaksanakan
oleh eksekutif memberikan kontribusi nyata bagi transformasi negara Turki setelah

krisis finansial pada tahun 2001.
Di lain pihak, pada saat ini, banyak pemerintah di dunia menyadari perlu adanya
kebijakan publik yang memfasilitasi investasi asing dan kebutuhan akan institusi
publik yang bertindak sebagai pemandu untuk pihak asing dan pemantau di setiap
implementasi kebijakan nasional. Biasanya sering disebut sebagai Agen Investasi
(atau dikenal di Indonesia sebagai Badan Koordinasi Penanaman Investasi dan
Pasar Modal). Agen ini bertugas untuk menarik investasi asing dan perusahaan
asing masuk ke dalam suatu negara seperti yang dilakukan negara Turki beberapa
tahun belakangan ini.

4

Implementasi tata kelola pemerintahan yang baik membutuhkan kerjasama dari
semua pihak dari berbagai aspek baik itu tingkat lokal maupun nasional.
Dibutuhkan koordinasi sistematis dan terarah dalam pembenahan struktrur
kelembagaan yang lebih sederhana, memotong birokrasi yang rumit, menjaga
stabilitas hukum, efisiensi institusi publik yang mendukung kemudahan berbisnis,
dan lain sebagainya.
Dengan transparansi dan akuntabilitas, regulasi dan setiap prosedur akan sesuai
dengan hukum yang berlaku. Hukum juga membuat institusi publik memiliki

tanggung jawab untuk patuh kepada berbagai arahan dan isu legalitas untuk
memastikan bahwa setiap perangkat kebijakan berjalan sesuai rencana dan
melayani publik (public service). Selanjutnya, langkah konkret yang dapat
ditempuh adalah setiap institusi publik diwajibkan untuk membuat dan
menyebarkan keputusan-keputusan mendasar dan regulasi hukum dibawah
wewenang perusahaan melalui penggunaan teknologi, informasi dan komunikasi
(TIK).
Turki memberikan contoh yang relevan dalam usaha mempromosikan tata kelola
pemerintahan yang baik berdasarkan pendekatan “business friendly”. Reformasi ini
tidak terlepas dari pengajuan Turki sebagai kandidat negara anggota Uni Eropa.
Dengan adanya standar yang cukup tinggi, Turki berusaha mencapai standar atau
batas minimal sebagai syarat diterimanya pengajuan sebagai negara Uni Eropa.
Hasilnya, Turki mempermudah prosedur dalam mendirikan perusahaan, baik
nasional maupun asing dimana menjadi sesuatu hal baik untuk menarik investasi
dan mendorong penciptaan lapangan pekerjaan.

5

Biografi Singkat
Arif Darmawan lahir dan besar di Lampung merupakan anak
pertama dari dua bersaudara. Lahir dari keluarga yang sebagian
besar berprofesi sebagai guru, setelah sukses menyelesaikan studi
Master (S-2) di Universitas Marmara Jurusan Perencanaan Ekonomi
dan Studi Pembangunan Turki dengan beasiswa penuh dari
Pemerintah Turki dan kerja magang di perusahaan konsultan
internasional di Istanbul, kini bersiap untuk mengabdi kembali ke
tanah air dan melanjutkan cita-cita sebagai pendidik dan peneliti
isu-isu ekonomi sosial. Penulis dapat dihubungi melalui email
[email protected]

6