sistem manajemen keselamatan dan kesehat

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, atau
Sistem Manajemen K3, di Indonesia masih kalah jauh dibandingkan sistem
manajemen lainnya seperti mutu dan lingkungan. Kurangnya pengetahuan dan
pemahaman masyarakat pada umumnya dan kalangan industri pada khususnya
membuat sistem manajemen k3 kurang begitu populer, walau ketentuan dan
persyaratannya sebenarnya telah ditetapkan beberapa tahun yang lalu. Di
samping cara menerapkan sistem manajemen ini yang masig belum banyak
dimengerti.
Pada tahun 2005, Kantor Perburuhan Internasional (ILO) memperkirakan
bahwa di seluruh dunia setiap tahunnya 2,2 juta orang meninggal karena
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Angka kematian akibat kerja pun
meningkat. Selain itu diperkirakan bahwa setiap tahun terjadi 270 juta
kecelakaan akibat kerja yang tidak bersifat fatal (setiap kecelakaan sedikitnya
menyebabkan tiga hari absen dari pekerjaan) dan 180 juta orang mengalami
penyakit akibat kerja.
Kecelakaan kerja tidak harus dilihat sebagai takdir, karena kecelakaan itu
tidaklah terjadi begitu saja terjadi. Kecelakaan pasti ada penyebabnya. Kelalaian

perusahaan yang semata-mata memusatkan diri pada keuntungan, dan kegagalan
pemerintah meratifikasi konvensi keselamatan internasional atau melakukan
pemeriksaan buruh, merupakan dua penyebab besar kematian terhadap pekerja.

1

Negara kaya sering mengekspor pekerjaan berbahaya ke negara miskin dengan
upah buruh yang lebih murah dan standar keselamatan pekerja yang lebih rendah
juga. Selain itu, di negara-negara berkembang seperti Indonesia, undang-undang
keselamatan kerja yang berlaku tidak secara otomatis meningkatkan kondisi di
tempat kerja, disamping hukuman yang ringan bagi yang melanggar peraturan.
Padahal meningkatkan standar keselamatan kerja yang lebih baik akan
menghasilkan keuangan yang baik.
Kewajiban untuk menyelenggarakan Sistem Manajemen K3 pada
perusahaanperusahaan besar melalui Undang-Undang ketenagakerjaan, baru
menghasilkan 2% saja dari 15.000 lebih perusahaan berskala besar di Indonesia
yang sudah menerapkan Sistem Manajemen K3. Minimnya jumlah itu sebagian
besar disebabkan oleh masih adanya anggapan bahwa program K3 hanya akan
menjadi tambahan beban biaya perusahaan. Padahal jika diperhitungkan
besarnya dana kompensasi/santunan untuk korban kecelakaan kerja sebagai

akibat diabaikannya Sistem Manajemen K3, yang besarnya mencapai 190 milyar
rupiah di tahun 2003, jelaslah bahwa maslaah K3 tidak selayaknya diabaikan.
Proses industrialisasi di semua sektor akan semakin nyata yang
merupakan manifestasi daripada aplikasi di dalam pemanfaatan sains cenderung
merupakan suatu fenomena yang kehadirannya secara global sulit untuk
dibendung seiring dengan adanya investasi perdagangan dan globalisasi. Oleh
karena proses industrialisasi ini akan mengalami percepatan, maka transformasi
budaya yang ada di perusahaan / tempat kerja perlu didorong agar berlangsung
lebih cepat sehingga dihasilkan manusia karya yang adaptif dan responsif
terhadap

semua

perubahan

dan

2

kemajuan. Akibat


percepatan

proses

industrialisasi sendirinya akan memperbesar risiko bahaya yang terkandung
dalam industri dan potensi kecelakaan kerja semakin besar. Salah satu upaya
penanganan risiko bahaya dan potensi kecelakan kerja tersebut adalah dengan
menerapkan dan melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja
secara terpadu yang mengacu dan bertitik tolak pada perkembangan industri.
Masalah-masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja tidak lepas dari
kegiatan dalam industri secara keseluruhan, maka pola-pola yang harus
dikembangkan di dalam penanganan bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
serta pengadaan pengendalian potensi bahaya harus mengikuti pendekatan
system yaitu dengan menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan K3.
Perbuatan tidak aman (unsafe action) maupun keadaan yang tidak aman (unsafe
condition) berakar lebih baik daripadsa kecelakaan yang terlihat atau terjadi.
Dalam Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 87 ayat 1 dinyatakan
bahwa “Setiap perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajamen Keselataman
dan Kesehatan Kerja yang terintegrasi dengan system manajemen perusahaan”.

Selanjutnya ketentuan mengenai penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.
05/MEN/1996 Pasal 3 ayat 1 dan 2 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan

Kerja

yang

menyatakan

bahwa

“Setiap

perusahaan

yang

mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih atau mengandung

potensi bahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan,
kebakaran, pencemaran lingkungan dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja”.
PT. TELKOM merupakan salah satu BUMN. Oleh karena adanya
program perluasan jaringan serta penyediaan jasa maka peran dari pada

3

Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sangat diperlukan agar proses tersebut
dapat berjalan dengan lancar serta aman bagi investor dan pekerjanya. Dalam
menjalankan SMK3, PT. TELKOM masih memiliki kendala pada penerapan
SMK3 dikarenakan masih adanya pekerja yang tidak sadar akan potensi bahaya
karena tidak mengikuti SOP yang telah dibuat, maka dari itu perlu adanya
pelatihan bagi pekerja agar tidak terjadi kecelakaan kerja, sebagai contoh
pekerja yang sedang melakukan perbaikan di atas menara tidak menggunakan
pelindung kepala dan sarung tangan sehingga dapat menyebabkan resiko
kecelakaan kerja.
Jadi, setelah penulis melakukan obeservasi di perusahaan tersebut, yang
menjadi masalah SMK3 yaitu dalam penerapan SMK3 yang meliputi kurang
sadarnya pekerja dalam melakukan pekerjaan yang dapat menimbulkan potensi

bahaya.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1.2.2

Di PT. Telkom Jakarta Barat
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui komitmen dan kebijakan SMK3 di PT. Telkom
Jakarta Barat
b. Untuk mengetahui perencanaan SMK3 di PT. Telkom Jakarta
Barat
c. Untuk mengetahui penerapan SMK3 di PT. Telkom Jakarta Barat
d. Untuk mengetahui pengukuran dan evaluasi SMK3 di PT. Telkom
Jakarta Barat

4

e. Untuk mengetahui tinjauan ulang dan peningkatan SMK3 oleh

pihak manajemen di PT. Telkom Jakarta Barat
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
a. Mendapatkan gambaran permasalahan nyata di lokasi magang.
b. Mengetahui pengetahuan dan keterampilan yang lebih aplikatif.
c. Menggunakan metodologi yang relevan untuk menganalisis,
mengidentifikasi masalah yang terkait dan menetapkan alternatif
pemecahan masalah.
1.3.2

Bagi Fakultas
a. Terbinanya suatu kerjasama antara institusi pendidikan dengan
institusi lahan magang dalam upaya peningkatan keterkaitan dan
kesepadanan antara substansi akademik dengan

sumber daya

manusia dalam pembangunan kesehatan.
b. Tersusunnya kurikulum program studi kesehatan masyarakat pada
peminatan


masing-masing

yang

sesuai

dengan

kebutuhan

dilapangan.
c. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan dengan melibatkan
tenaga terampil dan tenaga lapangan dalam kegiatan magang
d. Meningkatkan kualitas pendidikan bagi Fakultas Ilmu-ilmu
1.3.3

Kesehatan
Bagi Lahan Magang
a. Dapat memanfaatkan


mahasiswa

untuk

membantu

kegiatan

manajemen dan operasinal.
b. Dapat memanfaatkan tenaga Dosen Pembimbing untuk tukar
pengalaman (sharing) dalam bidang peminatan masing-masing yang
hasilnya dapat menjadi asupan bagi kegiatan manajemen maupun
operasional institusi lahan magang

5

c. Dapat mengembangkan kemitraan dengan fakultas dan institusi lain
yang terlibat dalam magang, baik untuk kegiatan penelitian maupun
pengembangan.


BAB II
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

2.1 Kerangka Teori
2.1.1

Definisi Sistem
Sistem berasal dari bahasa latin (Systema) dan bahasa
yunani (Sustema) adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen
atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran
informasi, materi atau energi. (Ramli, 2013).

2.1.2

Definisi Manajemen
Kata manajemen mungkin berasal dari bahasa Italia (1561)
maneggiare

yang


berarti

"mengendalikan,"

terutamanya

"mengendalikan kuda" yang berasal dari bahasa latin manus yang
berati "tangan". Kata ini lalu terpengaruh dari bahasa Perancis
manège yang berarti "kepemilikan kuda" (yang berasal dari Bahasa
Inggris yang berarti seni mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris

6

ini juga berasal dari bahasa Italia. Bahasa Prancis lalu mengadopsi
kata ini dari bahasa Inggris menjadi ménagement, yang memiliki arti
seni melaksanakan dan mengatur.
Selanjutnya,

Edwards

Deming

memperkenalkan

proses

manajemen yang terkenal dengan istilah Deming wheel, yaitu proses
PDCA

(Plan-Do-Check-Action).

Deming

memperkenalkan

siklus

manajemen yang dimulai dengan perencanaan, penerapan, pengukuran,
dan tindakan perbaikan berkelanjutan. Konsep manajemen inilah yang
menjadi landasan dalam menerapkan berbagai sistem manajemen, untuk
itu Deming Wheel kemudian banyak dianut diberbagai sistem
manajemen seperti Sistem Manajemen Mutu, Sistem Manajemen
Lingkungan, dan Sistem Manajemen K3. (Ramli, 2013).
Fungsi pokok manajemen tersebut yaitu:
1. Perencanaan (Planning)
2. Implementasi
3. Pemantauan dan pengukuran
4. Perbaikan
Untuk mencapai tujuan yang telah di tentukan diperlukan alat-alat
sarana. Sarana produksi ini berupa suatu usaha untuk mencapai hasil
yang ditetapkan. Sarana ini sering disebut 6M, yaitu:

7

1. Man, merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh
organisasi
2. Money, atau uang merupakan salah satu unsur yang tidak
dapat diabaikan. Uang dikaitkan juga dengan istilah modal
yang merupakan salah satu unsur penting dalam manajemen
3. Materials,
4. Machines, atau mesin peralatan produksi yang digunakan
untuk memberi kemudahan untuk menghasilkan keuntungan
yang lebih besar serta menciptakan efisiensi kerja.
5. Methods, tata cara kerja yang memperlancar jalannya
pekerjaan manajer.
6. Market, atau pasar adalah tempat organisasi menyebarluaskan
(memasarkan) produknya.
Sejalan

dengan

hal

diatas,

pengembangan

SMK3

juga

memerlukan faktor pendukung yang mencakup sarana berikut:
1. Manusia (Man)
Penerapan K3 memerlukan dukungan sumber daya manusia
yang memadai, mulai level paling tinggi sebagai pekerja
terendah yang melibatkan dalam penerapan SMK3 di
lingkungan perusahaan.

8

2. Dana (Money)
Pengembangan K3 yang baik tentunya memerlukan dukungan
finansial untuk mendukung penerapan K3. Kebutuhan dana
ini sering kali menjadi alasan bagi perusahaan untuk enggan
menerapkan K3 karena dianggap pemborosan atau mahal
karena memerlukan biaya. Hal ini tentu tidak sepenuhnya
benar. Penerapan K3 tidak sepenuhnya mahal, tetapi jika
dilaksanakan dengan baik akan menjadi nilai tambah karena
berkaitan dengan produktivitas. Perusahaan yang sadar K3
akan memasukkan biaya K3 ke dalam biaya produksi.
3. Material
K3 berkaitan dengan material yang digunakan dlam proses
produksi. Sasaran K3 juga menyangkut keamanan dan
keselamatan dalam proses produksi juga mengandung
berbagai bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.
4. Mesin dan Peralatan
Mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi
mempunyai dampak keselamatan yang sangat besar. Banyak

9

kecelakaan terjadi dalam proses kerja menggunakan mesin
dan peralatan produksi lainnya
5. Metode
Metode atau cara kerja memiliki kaitan langsung dengan
terjadinya kecelakaan. Metode yang salah dan prosedur yang
tidak akurat dapat menimbulkan kecelakaan.
6. Pasar
Produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan harus memenuhi
persyaratan sesuai dengan keinginan konsumen. Untuk itu,
aspek K3 juga harus diperhitungkan dalam memasarkan
produk atau jasa. Tuntutan konsumen yang makin kritis
terhadap keselamatan dapat menghambat pemasaran produk
dan jasa perusahaan. Masyarakat konsumen akan lebih kritis
memilih produk yang aman. (Ramli, 2013).
2.1.3

Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan pemberian
perlindungan kepada setiap orang yang berada di tempat kerja yang
berhubungan dengan pemindahan bahan baku, penggunaan peralatan
kerja konstruksi, proses produksi dan lingkungan sekitar tempat kerja.
Definisi K3 menurut OHSAS 18001:2007 dalam terms and
definitions yaitu kondisi-kondisi dan faktor-faktor yang berdampak,

10

atau dapat berdampak, pada kesehatan dan keselamatan karyawan
atau pekerja lain (termasuk pekerja kontrak dan personil kontraktor,
atau orang lain ditempat kerja).
2.1.4

Tujuan Penerapan dan Kesehatan Kerja
Adapun tujuan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yaitu
sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan
kesehatan baik secara fisik, sosial dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunkan
sebaik-baiknya dengan seefektif mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan gizi pegawai.
e. Agar meingkatkan kegairahan, keserasian dan partisipasi
kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
lingkungan atau kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam
bekerja.

11

2.1.5

Definisi Sistem Manajemen Keselamatam dan Kesehatan Kerja
(SMK3)
Menurut PP No. 50 Tahun 2012 sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen
perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tenpat kerja yang aman,
efisien, dan produktif.
Lingkup penerapan Sistem Manajemen K3 berbeda antara satu
perusahaan dengan perusahaan lainnya yang ditentukan oleh beberapa
faktor antara lain :
a. ukuran organisasi/ perusahaan
b. lokasi kegiatan
c. kondisi budaya organisasi dan atau perusahaan
d. jenis aktifitas organisasi/ perusahaan
e. kewajiban hukum yang berlaku bagi perusahaan
f. lingkup dan bentuk Sistem Manajemen K3 yang telah dijalankan
g. kebijakan K3 perusahaan
h. bentuk dan resiko atau bahaya yang dihadapi (Ramli, 2010)

12

2.1.6

Tujuan Sistem Manajemen K3
Tujuan SMK3 menurut PP No. 50 Tahun 2012, yaitu:
a. Meningkatkan efektivitas perlindungan keselamatan dan kesehatan
kerja yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi
b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan atau
serikat pekerja/serikat buruh; menciptakan tempat kerja yang aman
nyaman, efisien untuk mendorong produktivitas.

2.1.7

Manfaat Sistem Manajemen K3
Adapun manfaat dari penerapan Sistem Manajemen K3 adalah :
a. Pihak manajemen dapat mengetahui kelemahan-kelemahan unsur
sistem opersional sebelum timbul gagguan operasional, kecelakaan,
insiden dan kerugian-kerugian lainnya
b. dapat diketahui gambaran secara jelas dan lengkap tentang kinerja
K3 diperusahaan
c. dapat meningkatkan pemenuhan terhadap peraturan perundangsn
bidang K3
d. dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran
tentang K3, khususnya bagi karyawan yang terlibat dalam
pelaksanaan audit

13

e. dapat meningkatkan produktifitas kerja (Tarwaka, 2008).
2.1.8

Elemen-Elemen Sistem Manajamen K3
Dalam penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) perusahaan wajib melaksanakan ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
1. Menetapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap
penerapan SMK3.
2. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan, dan sasaran penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Menerapkan kebijakan K3 secara efektif dengan mengembangkan
kemampuan da mekanisme pendukung yang diperlukan mencapai
kebijakan, tujuan dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja.
4. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja K3 serta melakukan
tindakan perbaikan dan pencegahan.
5. Meninjau secara teratur dan meingkatkan pelaksanaan SMK3 secara
berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja K3.

14

Sebagaimana yang telah disebutkan dalam Peraturan Pemerintah No.
50 Tahun 2012 tentang pedoman SMK3 maka yang elemen-elemen yang
harus dilaksanakan adalah:
A. Penetapan Kebijakan K3
Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja (Health and Safety
Policy) merupakan persyaratan penting dalam penerapan sistem
manajemen K3 dalam perusahaan. Kebijakan k3 ini merupakan
bentuk nyata dari komitmen manajemen terhadap K3 yang
dituangkan dalam bentuk pernyataan tertulis yang memuat pokokpokok kebijakan perusahaan tentang pelaksanaan keselamatan kerja
dalam perusahaan. Kebijakan tertulis ini secara tegas mengandung
sikap dan komitmen manajemen tentang K3. Keberhasilan K3
ditentukan oleh keteladanan, terutama dari pimpinan mulai level
pengawas sampai manajemen puncak dengan memberikan contoh
dan komitmen tegas terhadap K3. (Ramli, 2013).
Kebijakan K3 suatu pernyataan tertulis dan ditandatangani oleh
pengusaha dan pengurus yang memuat seluruh visi dan tujuan
perusahaan, komitmen dan tekad melaksanakan K3, kerangka dan
program

kerja

yang

mencakup

kegiatan

perusahaan

secara

menyeluruh yang bersifat umum dan atau operasional. (Permenaker,
1996).

15

Adapun persyaratan kebijakan K3 yang diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 50 Tahun 2012 adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan kebijakan K3 dilakukan melalui:
a. Tinjauan awal kondisi K3
b. Proses konsultasi antara pengurus dan wakil pekerja/buruh
2. Penetapan kebijakan K3 harus:
a. Disahkan oleh pucuk pimpinan perusahaan
b. Tertulis, tertanggal dan ditanda tangani
c. Secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3
d. Dijelaskan dan disebarluaskan kepada seluruh pekerja/buruh,
tamu, kontraktor, pemasok, dan pelanggan
e. Terdokumetasi dan terpelihara dengan baik
f. Bersifat dinamik
g. Ditinjau ulang secara berkala untuk menjamin bahwa
kebijakan tersebut masih sesuai dengan perubahan yang
terjadi dalam perusahaan dan peraturan perundang-undangan
3. Untuk melaksanakan ketentuan pada angka 2 huruf c sampai
dengan huruf g, pengusaha dan atau pengurus harus:

16

a. Menempatkan organisasi K3 pada posisi yang dapat
menentukan keputusan perusahaan
b. Menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas dan
sarana-sarana lain yang diperlukan dibidang K3
c. Menetapkan personil yang mempunyai tanggung jawab,
wewenang dan kewajiban yang jelas dalam penganganan k3
d. Membuat perencanaam K3 yang terkoordinasi
e. Melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan
K3
4. Ketentuan tersebut pada angka 3 huruf a sampai huruf e diadakan
peninjauan ulang secara teratur
5. Setiap tingkat pimpinan dalam perusahaan harus menunjukkan
komitmen terhadap K3 sehingga SMK3 berhasil diterapkan dan
dikembangkan
6. Setiap pekerja/buruh dan orang lain yang berada ditempat kerja
harus berperan serta dalam menjaga dan mengendalikan
pelaksanaan K3.

17

B. Perencanaan K3
Proses berikutnya dalam SMK3 adalah perencanaan K3.
Perusahaan harus membuat perencanaan yang efektif guna mencapai
keberhasilan penerapan SMK3 dengan sasaran yang jelas dan dapat
diukur. Perencanaan harus membuat tujuan, sasaran dan indikator
kinerja yang diterapkan dengan mempertimbangkan identifikasi
sumber bahaya penilaian dan pengendalian resiko sesuai dengan
persyaratan perundangan yang berlaku serta hasil pelaksanaan
tinjauan awal terhadap K3. (Permenaker, 1996).
Adapun perencanaan K3 menurut Peraturan Pemerintah No. 50
Tahun 2012 sebagai berikut:
1. Pengusaha menyusun rencana K3 berdasarkan:
a. Hasil penelaahan awal
Hasil penelaahan awal merupakan tinjauan awal kondisi
K3 perusahaan yang telah dilakukan pada penyusunan
kebijakan.
b. Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian
risiko (IBBPR)
Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian
risiko harus dipertimbangkan pada saat merumuskan
remcana.

18

Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko
dari

kegiatan

produk,

barang

dan

jasa

harus

dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana untuk
memenuhi kebijakan K3. Untuk itu harus ditetapkan dan
dipelihara prosedurnya. (Permenaker, 1996).
c. Peraturan

Perundang-undanganan

dan

Persyaratan

Lainnya
Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya
hatus:
1) Ditetapkan,

dipelihara,

diinventarisasi

dan

diidentifikasi oleh perusahaan
2) Diasosiasikan oleh seluruh pekerja/buruh
Perusahaan
prosedur

harus
untuk

menetapkan
inventarisasi,

dan

memelihara

identifikasi

dan

pemahanan peraturan perundangan dan persyaratan
lainnya yang berkaitan dengan keselamatan dan
kesehatan kerja sesuai dengan kegiatan perusahaan
yang bersangkutan. Pengurus harus menjelaskan
peraturan

perundangan

dan

persyaratan

lainnya

kepada setiap tenaga kerja. (Permenaker, 1996).

19

d. Sumber daya yang dimiliki
Dalam menyusun perencanaan harus mempertimbangkan
sumber daya yang dimiliki meliputi tersedianya sumber
daya manusia yang kompeten, sarana dan prasarana serta
dana.
2. Rencana K3 yang disusun oleh perusahaan paling sedikut
memuat:
a. Tujuan dan Sasaran
Tujuan dan sasaran kebijakan K3 yang ditetapkan oleh
perusahaan

sekurang-kurangnya

harus

memenuhi

kualifikasi:
1) Dapat diukur
2) Satuan/ indikator pengukuran
3) Sasaran pencapaian
Penetapan tujuan dan sasaran kebijakan K3 harus
dikonsultasikan dengan wakil tenaga kerja, Ahli K3, P2K3
dan pihak-pihak lain yang terkait, tujuan dan sasaran yang
telah ditetapkan ditinjau kembali secara teratur sesuai
dengan perkembangan. (Permenaker, 1996).

20

b. Skala Prioritas
Skala prioritas merupakan urutan pekerjaan berdasarkan
tingkat risiko, dimana pekerjaan yang mempunyai tingkat
risiko yang tinggi diprioritaskan dalam perencanaan.
c. Upaya Pengendalian Bahaya
Upaya pengendalian bahaya dilakukan berdasarkan hasil
penilaian risiki melalui pengendalian teknis, administratif,
ddan penggunaan alat pelindung diri.
d. Penetapan Sumber Daya
Penetapan sumber daya dilaksanakan untuk menjamin
tersedianya sumber daya manusia yang kompeten, sarana
dan prasarana serta dana yang memadai agar pelaksanaan
K3 dapat berjalan.
e. Jangka Waktu Pelaksanaan
Dalam perencanaan setiap kegiatan harus mencakup
jangka waktu pelaksanaan.
f. Indikator Pencapaian
Dalam menetapkan indikator pencapaian harus ditentukan
dengan parameter yang dapat diukur sebagai dasar
penilaian kinerja K3 yang sekaligus merupakan informasi

21

mengenai keberhasilan pencapaian tujuan penerapan
SMK3.
Dalam menetapkan tujuan dan sasaran kebijakan K3
perusahaan harus menggunakan indikator kinerja yang
dapat diukur sebagai dasar penilaian kenerja K3 yang
sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan
pencapaian SMK3. (Permenaker, 1996).
g. Sistem Pertanggung Jawaban
Sistem Pertanggung jawaban harus ditetapkan dalam
pencapaian tujuan dan sasaran sesuai dengan fungsi dan
tungkat manajemen perusahaan yang bersangkutan untuk
menjamin

perencanaan

tersebut

dapat

dilaksankan.

Peningkatan K3 akan efektif apabila semua pihak dalam
perusahaan

didorong

untuk

berperan

serta

dalam

penerapan dan pengembangan SMK3, dan memiliki
budaya perusahaan yang mendukung dan memberikan
kontribusi

bagi

SMK3.

Berdasarkan

hal

tersebut

pengusaha harus:
1) Menentukan,

menunjuk,

mendokuntasikan

dan

mengkomunikasikan tanggung jawab dan tanggung
gugat dibidang K3 dan wewenang untuk bertindak dan
menjelaskan

22

hubungan

pelaporan

untuk

semua

tingkatan

manajemen,

pekerja/buruh,

kontraktor,

subkontraktor, dan pengunjung
2) Mempunyai

prosedur

untuk

memantai

dan

mengkomunikasikan setiap perubahan tanggung jawab
dan tanggung gugat yang berpengaruh terhadap sistem
dan program K3.
3) Memberikan reaksi secara cepat dan tepat terhadap
kondisi yang menyimpang atau kejadian-kejadian
lainnya.
C. Penerapan/Pelaksanaan Rencana K3
Proses berikutnya setelah menyusun rencana kerja K3 adalah
proses penerapan yang merupakan tahap krusial dalam upaya
pencegahan kecelakaan. Bagaimanapun baiknya dan sempurnanya
program kerja yang telah dibuat, jika pelaksanaannya tidak dilakukan
dengan baik dan konsisten maka tidak akan memberikan hasil
optimal. (Ramli, 2013).
Pelaksanaan rencana K3 harus dilaksanakan oleh pengusaha dan
atau pengurus perusahaan atau tempat kerja dengan:
1. Menyediakan sumber daya manusia yang mempunyai kualifikasi
2. Menyediakan prasarana dan sarana yang memadai.

23

Dalam mencapai tujuan keselamatan dan kesehatan kerja
perusahaan harus menunjuk personal yang mempunyai kualifikasi
yang sesuai dengan sistem yang diterapkan. (Permenaker, 1996).
1. Penyediaan Sumber Daya Manusia
a. Peosedur Pengadaan Sumber Daya Manusia
Dalam penyediaan sumber daya manusia, perusahaan harus
membuat prosedur pengadaan secara efektif, meliputi:
1) Pengadaan sumber daya manusia sesuai kebutuhan dan
memiliki keompetensi kerja serta kewenangan dibidang
K3 yang dibuktikan melalui:
a) Sertifikat K3 yang diterbitkan oleh instansi yang
berwenang
b) Surat izin kerja/operasi dan atau surat penunjukkan
dari instansi yang berwenang
2) Pengidentifikasian kompetensi kerja yang diperlukan pada
setiap

tingkatan

manajemen

perusahaan

dan

menyelenggarakan setiap pelatihan yang dibutuhkan
3) Pembuatan

ketentuan

informasi K3 secara efektif

24

untuk

mengkomunikasikan

4) Pembuatan peraturan untuk memperoleh pendapat dan
saran para ahli
5) Pembuatan peraturan untuk pelaksanaan konsultasi dan
keterlibatan pekerja/buruh secara aktif
b. Konsultasi, Motivasi dan Kesadaran
Dalam menunjukkan komitmennya terhadap K3, pengusaha
dan atau pengurus harus melakukan konsultasi, motivasi dan
kesadaran dengan melibatkan pekerja/buruh maupun pihak
lain yang terkait di dalam penerapan, pengembangan dan
pemeliharaan SMK3, sehingga semua pihak merasa ikut
memiliki dan merasakan hasilnya.
Tenaga kerja harus memahami serta mendukung tujuan dan
sasaran SMK3, dan perlu disadarkan terhadap bahaya fisik,
kimia, ergonomik, radiasi, biologis dan psikologis yang
mungkin dapat menciderai dan melukai pada saat bekerja,
serta harus memahami sumber bahaya tersebut sehingga dapat
mengenali dan mencegah tindakan yang mengarah terjadinya
insiden. (Permenaker, 1996).
c. Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat
Bentuk

tanggung

jawab

dan

tanggung

gugat

dalam

pelaksanaan K3, harus dilakukan oleh perusahan dengan cara:

25

1) Menunjuk, mendokumentasikan dan mengkomunikasikan
tanggung jawab dan tanggung gugat di bidang K3
2) Menunjuk sumber daya manusia yang berwenang untuk
bertindak dan menjelaskan kepada semua tingkatan
manajemen, pekerja/buruh, kontraktor, subkontraktor, dan
pengunjung meliputi:
a) Pimpinan yang titunjuk untuk bertanggung jawab
harus memastikan bahwa SMK3 telah diterapkan dan
hasilnya sesuai dengan yang diharapkan oleh setiap
lokaasi dan jenis kegiatan dalam perusahaan
b) Pengurus harus mengenali kemampuan tenaga kerja
sebagai sumber daya yang beharga dan dapat ditunjuk
untuk

menerima

tanggung

pendelegasian

jawab

dalam

wewenang

dan

menerapkan

dan

memantau

dan

mengembangkan SMK3
3) Mempunyai

prosedur

untuk

mengkomunikasikan setiap perubahan tanggung jawab
dan tanggung gugat yang berpengaruh terhadap sistem dan
program K3
4) Memberikan reaksi secara cepat dan tepat terhadap
kondisi yang menyimpang atau kejadian-kejadian lainya

26

d. Pelatihan dan Kompetensi Kerja
Penerapan dan pengembangan SMK3 yang efektif ditentukan
oleh kompetensi kerja dan pelatihan dari setiap tenaga kerja
diperusahaan. Pelatihan merupakan salah satu alat penting
dalam keselamatan dan kesehatan kerja. Prosedur untuk
melakukan

identifikasi

standar

kompetensi

kerja

dan

penerapannya melalui program pelatihan harus tersedia.
(Permenaker, 1996).
Pelatihan

dan

kompetensi

kerjam

dilakukan

dengan

melakukan pengidentifikasian dan pendokumentasian standar
kompetensi kerja K3. Standar kompetensi kerja k3 dapat di
identifikasi dan dikembangkan sesuai kebutuhan dengan:
1) Menggunakan standar kompetensi kerja yang ada
2) Memeriksa uraian tugas dan jabatan
3) Menganalisis tugas kerja
4) Menganalisis hasil inspeksi dan audit
5) Meninjau ulang laporan insiden.
Hasil identifikasi kompetensi kerja digunakan sebagai dasar
penentuan progran pelatihan yang harus dilakukan dan

27

menjadi dasar pertimbangan dalam penerimaan, seleksi dan
penilaian kinerja.
2. Menyediakan Prasarana dan Sarana yang Memadai
Prasarana dan sarana yang disediakan meliputi:
a. Organisasi/Unit yang bertanggung jawab di bidang K3
Perusahaan wajib membentuk Panitia Pembina Keselamatan
dan Kesehatan Kerja yang disingkat P2K3 yang bertanggung
jawab di bidang K3. P2K3 adalah badan pembantu ditempat
kerja yang merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dan
tenaga kerja atau pekerja/buruh untuk mengembangkan
kerjasama saling pengertian dan partisipasi efektif dalam
penerapan K3.
Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan tenaga
kerja atau pekerja/buruh yang susunannya terdiri dari Ketua,
Sekertaris dan Anggota.
P2K3 mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan
baik diminta maupun tidak kepada pengusaha atau pengurus
mengenai masalah K3.

28

b. Anggaran
Perusahaan harus mengalokasikan anggaran utnuk pelaksaan
k3 secara menyeluruh antara lain untuk:
1) Keberlangsungan organisasi K3
2) Pelatihan SDM dalam mewujudkan kompetensi kerja
3) Pengadaan prasarana dan sarana K3 termasuk alat
evakuasi, peralatan pengendalian, peralatan pelindung
diri.
c.

Prosedur Operasi/kerja, informasi, dan pelaporan serta
pendokumentasian
1) Prosedur operasi/kerja harus disediakan pada setiap jenis
pekerjaan

dan

dibuat

melalui

analisa

pekerjaan

berwawasan K3 (Job Safety Analysis) oleh personil yang
kompeten.
2) Prosedur informasi K3 harus menjamin pemenuhan
kebutuhan untuk:
a) Mengkomunikasikan hasil dari sistem manajemen,
temuan

audit

dan

tinjauan

ulang

manajemen

dikomunikasikan pada semua pihak dalam perusahaan

29

yang bertanggung jawab dan memiliki andil dalam
kinerja perusahaan
b) Melakukan identifikasi dan menerima inofrmasi K3
darinluar perusahaan
c) Menjamin

bahwa

dikomunikasikan

informasi
kepada

K3

yang

terkait

orang-orang

diluar

perusahaan yang membutuhkan.
Informasi yang perlu dikomunikasikan meliputi:
a) Persyaratan eksternal/peraturan perundang-undangan
dan internal/indikator kinerja K3
b) Izin kerja
c) Hasil identifikai, penilaian, dan pengendalian risiko
serta sumber bahaya yang meliputi keadaan mesinmesin, pesawat-pesawat, alat kerja, peralatan lainnya,
bahan-bahan, lingkungan kerja, sifat pekerjaan, cara
kerja, dan proses produksi
d) Kegiatan pelatihan K3
e) Kegiatan inspeksi, kalibrasi dan pemeliharaan
f) Pemantauan data

30

g) Hasil pengkajian kecelakaan, insiden, keluhan dan
tindak lanjut
h) Identifikasi produk termasuk komposisinya
i) Informasi mengenai pemasok dan kontraktor
j) Audit dan peninjauan ulang SMK3
3) Prosedur

pelaporan

informasi

yang

terkait

harus

ditetapkan untuk menjamin bahwa pelaporan yang tepat
waktu dan memantau pelaksanaan SMK3 sehingga
kinerjanya dapat ditingkatkan. Prosedur pelaporan terdiri
atas:
a) Prosedur pelaporan internal yang harus ditetapkan
untuk menangani:
(1) Pelaporan terjadinya insiden
(2) Pelaporan ketidaksesuaian
(3) Pelaporan kinerja K3
(4) Pelaporan identifikai sumber bahaya

31

b) Prosedur pelaporan eksternal yang harus ditetapkan
untuk menangani:
(1) Pelaporan

yang

dipersyaratkan

peraturan

perundang-undangan
(2) Pelaporan kepada pemegang saham atau pihak lain
yang terkait
Laporan harus disampaikan kepada pihak manajemen
dan atau pemerintah.
4) Pendokumentasian kegiatan K3 digunakan untuk:
a) Menyatukan secara sistematik kebijakan, tujuan dan
sasaran K3
b) Menguraikan sarana pencapaian tujuan dan sasaran
K3
c) Mendokumentasikan peranan, tanggung jawab dan
prosedur
d) Memberikan arahan mengenai dokumen yang terkait
dan menguraikan unsur-unsur lain dari sistem
manajemen perusahaan
e) Menunjuk bahwa unsur-unsur SMK3 yang sesuai
untuk perusahaan telah diterapkan

32

Pendokumentasian merupakan unsur utama setiap sistem
manajemen dan harus dibuat sesuai dengan kebutuhan
perusahaan. Proses dan prosedur kegiatan perusahaan
harus ditentukan dan didokumentasikan serta diperbarui
apabila

diperlukan.

Perusahan

harus

dengan

jelas

menentukan jenis dokumen dan pengendaliannya yang
efektif. Pendokumentasian SMK3 mendukung kesadaran
tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan K3 dan
evaluasi terhadap sistem dan kinerja K3. (Permenaker,
1996).
Dalam pendokumentasian kegiatan K3 perushaan harus
menjamin bahwa:
a) Dokumen dapat diidentifikasi sesuai dengan uraian
tugas dan tanggung jawab diperusahaan
b) Dokumen ditinjau ulang secara berkala dan jika
diperlukan dapat direvisi
c) Dokumen sebelum diterbitkan harus lebih dahulu
disetujui oleh personel yang berwenang
d) Dokumen versi terbaru harus tersedia di tempat kerja
yang dianggap perlu

33

e) Semua dokumen yang telah usang harus segera
disingkirkan
f) Dokumen mudah ditemukan, bermanfaat dan mudah
dipahami
d. Instruksi Kerja
Instruksi kerja merupakan perintah tertulis atau tidak tertulis
untuk

melaksanakan

pekerjaan

dengan

tujuan

untuk

memastikan bahwa setiap pekerjaan dilakukan sesuai
persyaratan K3 yang telah ditetapkan.
Kegiatan dalam pelaksanaan rencana K3 paling sedikit
meliputi:
1. Tindakan pengendalian
Tindakan pengendalian harus diselenggarakan oleh setiap
perusahaan terhadap kegiatan-kegiatan, produk barang
dan jasa yang dapat menimbulkan risiko kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.
Tindakan

pengendalian

dilakukan

mendokumentasikan dan melaksanakan kebijakan:
a. Standar bagi tempat kerja
b. Perancangan pabrik dan bahan

34

dengan

c. Prosedur dan instruksi kerja untuk mengatur dan
mengendalikan kegiatan produk barang dan jasa
Pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dilakukan melalui:
a. Identifikasi

potensi

bahaya

dengan

mempertimbangkan:
1) Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan
potensi bahaya
2) Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang
mungkin dapat terjadi
b. Penilaian risiko untuk menetapkan besar kecilnya
suatu risiko yang telah diidentifikasi sehingga
digunakan untuk menentukan prioritas pengendalian
terhadap tingkat risiko kecelakaan atau penyakit
akibat kerja
c. Tindakan pengendalian dilakukan melalui:
1) Pengendalian

teknis/rekayasa

yang

meliputi

eliminasi, subtitusi, isolasi, ventilasi, higiene dan
sanitasi.
2) Pendidikan dan pelatihan

35

3) Pembangunan kesadaran dan motivasi yang
meliputi sistem bonus, intensif, penghargaan dan
motivasi diri
4) Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan
insiden dan etiologi
5) Penegakan hukum
2. Perancangan dan Rekayasa
Pengendalian resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dalam proses rekayasa harus dimulai sejak tahap
perancangan dan perencanaan. (Permenaker, 1996).
Tahap perancangan dan rekayasa meliputi:
a. Pengembangan
b. Verifikasi
c. Tinjauan ulang
d. Validasi
e. Penyesuaian

36

Dalam pelaksanaan perancangan dan rekayasa harus
memperhatikan unsur-unsur:
a. Identifikasi potensi bahaya
b. Prosedur

penilaian

dan

pengendalian

risiko

kecelakaan dan penyakit akibat kerja
c. Personil yang memiliki kompetensi kerja harus
ditentukan dan diberi wewenang dan tanggung jawab
yang jelas untuk melakukan verifikasi persyaratan
SMK3
3. Prosedur dan Instruksi Kerja
Prosedur dan instruksi kerja harus dilaksanakan dan
ditinjau ulang secara berkala terutama jika terjadi
perubahan peralatan, proses atau bahan baku yang
digunakan

pleh

personal

dengan

melibatkan

para

pelaksana yang memiliki kompetensi kerja dalam
menggunakan prosedur.
4. Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan
Perusahaan yang akan menyerahkan sebagian pelaksanaan
pekerjaan kepada perusahaan lain harus menjamin bahwa
perusahaan lain tersebut memenuhi persyaratan K3.
Verifikasi terhadap persyaratan K3 tersebut dilakukan

37

oleh personal yang kompeten dan berwenang serta
mempunyai tanggung jawab yang jelas.
5. Pembelian/Pengadaan Barang dan Jasa
Sistem pembelian/pengadaan barang dan jasa harus:
a. Terintegrasi dalam strategi penanganan pencegahan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja
b. Menjamin agar produk barang dan jasa serta mitra
kerja perusahaan memenuhi persyaratan K3
c. Pada saat barang dan jasa diterima ditempat kerja,
perusahaan harus menjelaskan kepada semua pihak
yang akan menggunakan barang dan jasa tersebut
mengenai identifikasi, penilaian dan pengendalian
risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
6. Produk Akhir
Produk akhir berupa barang atau jasa harus dapat dijamin
keselamatannya

dalam

pengemasan,

penyimpanan,

pendistribusian, dan penggunaan serta pemusnahannya.
7. Upaya Menghadapi Keadaan darurat Kecelakaan dan
Bencana Industri
Perusahaan harus memiliki prosedur sebagai upaya
mengahadapi keadaan darurat kecelakaan dan bencana

38

menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan bencana
industri yang meliputi:
a. Penyediaan personil dan fasilitas P3K dengan jumlah
yang

cukup

dan

sesuai

sampai

mendapatkan

pertolongan medik.
b. Proses perawatan lanjutan.

Prosedur menghadapi keadaan darurat harus diuji secara
berkala oleh personil yang memiliki kompetensi kerja, dan
untuk instalasi yang mempunyai bahaya besar harus
dikoordinasikan dengan instansi terkait yang berwenang
untuk mengetahui kehandalan pada saat kejadian yang
sebenarnya.
8. Rencana dan Pemulihan Keadaan Darurat
Dalam melaksanakan rencana dan pemulihan keadaan
darurat perusahaan harus membuat prosedur rencana
pemulihan keadaan darurat untuk secara cepat dan
mengembalikan kondisi yang normal dan membantu
pemulihan tenaga kerja yang mengalami trauma.

39

D. Pemantauan Dan Evaluasi Kinerja K3
SMK3 mensyaratkan pengusaha atau manajemen melakukan
pemantauan dan evaluasi kinerja secara berkala untuk memastikan
apakah pelaksanaan SMK3 telah berjalan sesuai ketentuan dan
rencana kerja yang telah ditetapkan. (Ramli, 2013).
Pemantauan dan evaluasi kinerja k3 dilaksanakan di perusahaan
meliputi:
1. Pemeriksaan, Pengujian, dan Pengukuran
Pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran harus ditetapkan
dan dipelihara prosedurnya sesuai dengan tujuan dan sasaran
K3 serta frekuensinya disesuaikan dengan obyek mengacu
pada peraturan dan standar yang berlaku.
Prosedur pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran secara
umum meliputi:
a. Personil yang terlibat harus mempunyai pengalaman
keahlian yang cukup
b. Catatan pemeriksaan, pengujian dan pengukuran yang
sedang berlangsung harus dipelihara dan tersedia bagi
manajemen, tenaga kerja dan kontraktor kerja yang terkait
c. Peralatan dan metode pengujian yang memadai harus
digunakan untuk menjamin telah dipenuhinya standar K3

40

d. Tindakan perbaikan harus dilakukan segera pada saat
ditemukan ketidaksesuaian terhadap persyaratan K3 dari
hasil pemeriksaan, pengujian dan pengukuran
e. Penyelidikan yang memadai harus dilaksanakan untuk
menemukan penyebab permasalahan dari suatu insiden
f. Hasil temuan harus dianalisis dan ditinjau ulang
Perusahaan harus memiliki sistem untuk mengukur,
memantau dan mengevaluasi keinerja sistem manajemen K3
dan hasilnya harus di analisis guna menentukan keberhasilan
atau untuk melakukan tindakan perbaikan. (Permenaker,
1996).
2. Audit Internal SMK3
Salah satu cara penilaian dengan melakukan audit K3 sebagai
bagian dari siklus Plan-Do-Check-Action. Melalui audit,
organisasi akan mengetahui kelebihan dan kekurangannya
sehingga dapat melakukan langkah-langkah penyempurnaan
berkesinambungan. (Ramli, 2013).
Audit internal SMK3 harus dilakukan secara berkala untuk
mengetahui keefektifan penerapan SMK3. Audit SMK3
dilaksanakan secara sistematik dan independen oleh personil
yang memiliki kompetensi kerja dengan menggunakan
metodologi yang telah ditetapkan.

41

Frekuensi audit harus ditentukan berdasarkan tinjauan ulang
hasil audit sebelumnya dan bukti sumber bahaya yang
didapatkan ditempat kerja. Hasil audit harus digunakan oleh
pengurus dalam proses tinjauan ulang manajemen. Hasil
temuan dari pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja
serta audit SMK3 harus didokumentasikan dan digunakan
untuk tindakan perbaikan dan pencegahan. Pemantauan dan
evaluasi kinerja serta audit SMK3 dijamin pelaksanaannya
secara sistematik dan efektif oleh pihak manajemen.
E. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3
Proses terakhir dari siklus sistem manajemen K3 dalah tinjauan
ulang dan peningkatan oleh manajemen. Elemen ini merupakan peran
kunci bagi manajemen dalam menunjukkan komitmennya terhadap
K3 dalam perusahaannya. (Ramli, 2013).
Menurut Permenaker RI No. Per-05/MEN/1996 pimpinan yang
ditinjau harus melaksanakan tinjauan ulang Sistem Manajemen K3
secara berkala untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan yang
berkesinambungan

dalam

pencapaian

kebijakan

dan

tujuan

keefektifan

yang

keselamatan dan kesehatan kerja.
Untuk

menjamin

kesesuaian

dan

berkesinambungan guna pencapaian tujuan SMK3, pengusaha dan
atau pengurus perusahaan atau tempat kerja harus:

42

1. Melakukan tinjauan ulang terhadap penerapan SMK3 secara
berkala
2. Tinjauan ulang SMK3 harus dapat mengatasi implikasi k3
terhadap seluruh kegiatan, produk barang dan jasa termasuk
dampaknya terhadap kinerja perusahaan
Tinjauan ulang penerapan SMK3, paling sedikit meliputi:
1. Evaluasi terhadap kebijakan K3
2. Tujuan, sasaran dan kinerja K3
3. Hasil temuan audit SMK3
4. Evaluasi efektifitas penerapan SMK3 dan kebutuhan untuk
pengembanga SMK3
Perbaikan dan peningkatan kinerja dilakukan berdasarkan
pertimbangan:
1. Perubahan peraturan perundang-undangan
2. Tuntutan dari pihak yang terkahit dan pasar
3. Perubahan produk dan organisasi perusahaan
4. Perubahan struktur organisasi perusahaan
5. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk
epidemiologi
6. Hasil kajian kecelakaan dan penyakit akibat kerja
7. Adanya pelaporan

43

8. Adanya saran dari pekerja/buruh
SMK3 mensyaratkan untuk melakukan tinjau ulang oleh
manajemen secara berkala. Tinjauan manajemen ini merupakan
bagian penting dalam mata rantai SMK3 untuk memastikan
bahwa penerapan SMK3 telah berjalan sesuai dengan rencana
yang diharapkan. Dengan demikian, jika terjadi penyimpangan
maka dapat dilakukan penyempurnaan. (Ramli, 2013).

INPUT
-

Man

-

Money

-

Matterials

-

Machine

2.2 Kerangka Konsep
44

PROSES
-

Komitmen Dan
Kebijakan
SMK3

-

Perencanaan
SMK3

-

Penerapan
SMK3

-

Pengukuran Dan
Evaluasi SMK3

-

Tinjauan Ulang
Dan
Peningkatan
Oleh

Pihak

Manajemen

BAB III
45

PROSES MAGANG

3.1 Tahap Persiapan
Pelaksanaan Magang dilakukan selama 22 hari kerja. Di mulai pada
bulan september sampai dengan selesai. Adapun proses magang ini dilakukan
dibagian USAS (Unit Security and Safety) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk,
Jl. Letjen. S. Parman Kav.8 Jakarta 11440, Tel. (021) 565 8500 Fax. (021) 565
2800.
Tahap persiapan dilakukan sebelum pelaksanaan kegiatan magang yaitu
dari bulan Juni sampai dengan berlangsungnya kegiatan magang, adapun
kegiatan yang dilakukan dalam persiapan kegiatan magang antara lain:
1. Membuat Judul Magang
2. Konsultasi dengan Pembimbing Akademik mengenai judul Magang
3. Menentukan tempat atau lokasi dan waktu kegiatan magang
4. Membuat proposal magang
3.2 Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan magang dilaksanakan pada bulan september sampai
selesai. Dalam rencana kegiatan magang yang sesuai dengan proposal yang telah
dibuat dan disetujui tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan kesehatan
Kerja di PT. Telkom Jakarta Barat.
3.3 Tahap Akhir
Pada tahap akhir ini penulis melaporkan tentang temuan-temuan yang
diperoleh selama penelitian magang.
3.4 Jadwal Kegiatan Magang
Kegiatan magang dapat dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari
perusahaan tersebut, berikut kegiatan magang :

No

Kegiatan

Minggu Minggu

Minggu Minggu

I

III

II
46

IV

1.

Peninjauan,
dan

2.

observasi

pencarian

masalah di PT. TELKOM
Mahasiswa ikut serta dalam
kegaiatan

3.

pengamatan,

K3

PT.TELKOM
Mencari
data
diperlukan
penyusunan

di
yang
untuk
laporan

magang

BAB IV
HASIL MAGANG

4.1 Gambaran Umum PT. Telkom
4.1.1

Sejarah Singkat PT. Telkom

Nama Perusahaan : PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (TELKOM) Kantor
Wilayah Telekomunikasi Jakarta Barat
Alamat

: Jalan Letjen. S. Parman Kav.8 Jakarta 11440

47

Telepon/Fax
4.1.2

: (021) 565 8500 / (021) 565 2800

Struktur Organisasi
Terdiri dari Direktur utama, para Direktur, Vice President/ Operation

Vice President/ Senior General Manager/ Executive General Manager dan
Assistant Vice President/ Operatian Senior Manager/ Senior Manager/
General Manager. Kantor Wilayah Telekomunikasi Jakarta Barat beralamat
di Jalan Letjen. S. Parman Kav.8 Jakarta 11440, yang memiliki tenaga kerja
terdiri dari karyawan tetap perusahaan dan anak perusahaan yang tersebar
diseluruh Wilayah Telekomunikasi Jakarta Barat yang terlibat langsung
dengan kegiatan operasi perusahaan yang mencakup berbagai fungsi dan unit
bisnis.
4.1.3

Visi PT. TELKOM
Adapun Visi PT. TELKOM yaitu:
1. “To become a leading InfoCom player in the region”, maksudya
adalah: PT. TELKOM Indonesia, Tbk berusaha untuk menempatkan
diri sebagai perusahaan InfoCom terkemuka di kawasan Asia
Tenggara, Asia dan akan berlanjut ke kawasan Asia Pasifik.
2. “To be dominant infoCom player in the region and having strong
brand equit”. Artinya menjadi penyedia layanan infocom yang
paling dominan di Sumatera dan menjadi atau penyampai brand di

4.1.4

bidang jasa Telekomunikasi.
Misi PT. TELKOM
PT. TELKOM Indonesia, Tbk mempunyai misi memberikan
layanan “ One Stop InfoCom” dengan jaminan bahwa pelanggan akan
mendapatkan layanan terbaik, berupa kemudahan, produk dan jaringan
48

berkualitas, dengan harga kompetitif. PT. TELKOM Indonesia, Tbk akan
mengelola

bisnis

melalui

praktek-praktek

terbaik

dengan

mengoptimalisasikan sumber daya manusia yang unggul, penggunaan
teknologi yang kompetitif, serta membangun kemitraan yang saling
menguntungkan dan saling mendukung secara sinergis. Dari misi diatas
maka dapat dinyatakan bahwa:
1. PT. TELKOM Indonesia, Tbk

berupaya

memberikan

pelayanan One Stop InfoCom yang berkualitas tinggi dengan
menetapkan system management modern yang dominan pada
kepuasan para pelanggan dengan harga yang kompetitif.
2. TELKOM Indonesia, Tbk memberikan layanan yang terbaik
dengan

mengoptimalkan

SDM

yang

unggul

melalui

manajemen modern (TQM) dan melakukan setiap kegiatan
dengan teknologi yang bersifat komputerisasi.
3. Melakukan kerjasama dengan Share Holder(pemegang
saham) yang saling menguntungkan secara Win-win solution
melalui Business partner yang sinergi.
4.2 Gambaran Unit Security and Safety (USAS)
USAS (Unit Security and Safety) yaitu suatu unit yang bertanggung jawab
atas pengelolaan sistem keselamatan dan pengamanan manusia, perangkat
telekomunikasi serta kesulurahan sumber daya (asset) perusahaan di lingkungan
kerja area dimana terdapat perangkat telekomunikasi di wilayah regional Jakarta
Barat.

49

4.2.1

Struktur Organisasi USAS

Gambar 4.1 Struktur Organisasi USAS
4.2.2

Sistem Manajemen K3L
Dalam rangka mencapai visi perusahaan menjadi Kelas Dunia,
dan melaksanakan misi perusahaan, PT. Telkom akan memberikan
perhatian terhadap aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta
lingkungan dengan menerapkan Sistem Manajamen K3L tersebut,
perusahaan akan mengacu pada standard sistem manajemen K3L baik
oleh Pemerintah yang berkewenangan maupun standard Internasional
yang berlaku dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi Perusahaan.
Adapun pola kerja sistem tersebut digambarkan sebagai berikut :

50

Bagan 4.2 SMK3 PT. Telkom
4.2.3

Tujuan
Manual SMK3L disusun dengan tujuan untuk memelihara dan
meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja serta perlindungan
terhadap lingkungan dalam setiap aspek operasi yang menyangkut tenag
kerja, fasilitas dan sarana produksi lainnya sehingga dapat mencegah dan
mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang aman,
nyaman dan efisien sehingga memberikan tingkat produktivitas yang
tinggi dalam menunjang sasaran perusahaan.

4.3 Sistem Manajemen K3 di PT. Telkom
4.3.1 Berdasarkan Input
A. Man
Sumber daya manusia atau tenaga kerja yang dimaksud adalah karyawan
yang berada dalam Unit Security and Safety berjumlah 10 orang yang
terdiri dari karyawan tetap PT. Telkom sendiri.
Tabel 4.3 Jumlah Karyawan & Latar Belakang Pendidikan Karyawan
di bagian Unit Security and Safety

51

No Nama Karyawan/NIK
1 Bakhri Irawan/640790
2 Handoyo/621553

Latar Belakang Pendidikan
D3
D3

3 Giyarto/612665

S1

4 Rusdi Edy/680442

SLTA

5 Tarsimin/642323

S1

6

Sukiman/623174

SMP

7

B. Ngateno/59/1876

SMP

8 Munir/591936

SMP

9 Tarbu/591873

SMP

10 Daud Ohorella/602348

Berdasarkan

latar

belakang

SLTA

pendidikan

para

karyawan

mempengaruhi berjalannya Sistem Manajemen K3 dengan baik, dan
sumber daya yang berada di dalam Unit Security and Safety menjadi
kepala tim K3 di setiap wilayah kerja PT. Telkom Area Jakarta Barat.
B. Money
Dalam

menjalankan Sistem Manajemen K3 di PT. Telkom alokasi

pendanaan digunakan untuk pembelian kebutuhan alat K3 di PT. Telkom
yaitu APAR, kotak P3K, body harness, helm, jaket, hydrant, perahu
karet. Untuk alat K3 yang digunakan oleh pekerja yang memeriksa
jaringan di atas tower disediakan oleh perusahaan yang bekerja sama
dengan PT. Telkom, Pengalokasian dana tersebut bersifat dana bebas

52

perusahaan karena di atur oleh manajemen perusahaan dan di
distribusikan ke SAS.
C. Materials
Alat yang digunakan sesuai dengan SMK3 di dalam area gedung PT.
TelkomsSetiap yang digunakan dilakukan pemeriksaan secara berkala 6
bulan sekali oleh petugas yang berwenang di lokasinya.

Tabel 4.4 Material yang digunakan PT. Telkom

53

No
1

2

Alat/ Material
APAR

berbahan

Lokasi
air/ Disetiap

lantai,

ruangan

berbahan dry powder

administrasi, dan di ruang mesin

Hydrant

Di lobby disetiap lantai, di halaman
gedung

3

Kotak P3K

Di

lobby

disetiap

lantai,

dan

disekitar area PT. Telkom
4

Meja

Disetiap ruang administarsi, pantri,
lobby

5

Telepon

Disetiap ruang administrasi, pantri,
resepsionis

6

Kursi

Disetiap ruang administrasi, lobby

7

Komputer

Disetiap

ruang

administrasi,

resepsionis
8

Printer

Disetiap ruang administrasi

9

Toilet

Disetiap lantai gedung

10

Tangga darurat

Disetiap lantai gedung

11

Titik berkumpul

Di halaman gedung PT. Telkom

12

Lift

Disetiap gedung yang bertingkat
54

D. Machine
Mesin yang digunakan PT. Telkom untuk kegiatan sehari-hari
yaitu :
a. mesin STP (Swage Treatment Plan)
b. mesin MDF
c. mesin travo
d. MSAN
e. FTTH
f. mesin genset
g. mesin pompa air
h. mesin chiller
i