Perkembangan Bisnis Online dan Perkemban

Perkembangan Bisnis Online dan
Perkembangan Hukumnya

TUGAS MATA KULIAH HUKUM E-COMMERCE

Disusun Oleh :

ACHMAD DWI SAPUTRA
NIM. E0015002

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2017

1

Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan
nikmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah “Perkembangan Bisnis Online dan
Perkembangan Hukum”. Makalah ini saya buat untuk memenuhi tugas mata kuliah

Hukum E-Commerce.
Rasa terima kasih saya sampaikan kepada beberapa pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Tidak lupa pula rasa terima kasih saya sampaikan kepada
Bapak Munawar Kholil selaku dosen mata kuliah Hukum E-Commerce.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Kritik dan saran saya
terima dengan lapang dada agar ke depannya saya dapat membuat makalah dengan lebih
baik.

Penyusun

2

DAFTAR ISI

Cover

Perkembangan Bisnis Online dan Perkembangan Hukumnya...............................................................1
Kata Pengantar......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................4

1.1

Latar Belakang Masalah.....................................................................................4

1.2

Rumusan masalah...............................................................................................5

1.3

Tujuan Penulisan................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................7
2.1 Perkembangan Bisnis Online di Indonesia...............................................................7
2.1.1 Pengaruh perkembangan TI terhadap perkembangan bisnis online...................8
2.1.2 E-Commerce dalam bisnis online......................................................................9
2.2 Perkembangan Hukum...........................................................................................12
2.2.1 Aspek Hukum dalam Transaksi E-Commerce.................................................13
2.2.2 Perlindungan Hukum dalam Sistem Perdagangan Online Shop......................17
2.2.3 Perlindungan Konsumen dalam Bisnis Online................................................19

BAB III PENUTUP.............................................................................................................................25
3.1 Kesimpulan............................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................27

3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam perkembangan kehidupan manusia pada saat ini begitu banyak kebutuhan
yang harus dipenuhi, semuanya berujung pada peningkatan taraf hidup, kondisi zaman
mengalami perkembangan yang luar biasa di segala kehidupan masyarakat terutama
teknologi dan ilmu pengetahuan, sehingga mengimplikasikan berbagai perubahan dalam
kinerja manusia. Salah satu produk inovasi teknologi komunikasi (interconnection net
working) yaitu suatu koneksi antar jaringan komputer. Aplikasi Internet saat ini, telah
memasuki berbagai segmen aktivasi manusia baik dalam sektor politik, sosial, budaya,
maupun ekonomi dan bisnis.1
Dalam dunia usaha pemanfaatan waktu secara efektif dan sumberdaya manusia
merupakan salah satu kunci sukses bagi keberhasilan peningkatan usaha. Teknologi

informasi

dengan

produk

andalannya

internet

perkembangannya

paling pesat

dibandingkan dengan teknologi-teknologi lainnya. Perkembangan tersebut sangat
menggembirakan karena kemampuannya yang semakin meningkat secara drastis serta
diikuti dengan semakin murah mendekati kemampuan daya beli masyarakat. Dengan
demikian pemanfaatannya menjadi semakin layak dan semakin jauh mempengaruhi
kegiatan manusia dan organisasi, mengubah pola khidupan dan pola kerja, serta
memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, dan

mempengaruhi tatanan sosial.
Lahirnya model transaksi yang tidak perlu bertemu secara langsung. Transaksi cukup
dilakukan dengan menggunakan media elektronik yaitu media internet. Transaksi ini
dikenal dengan nama elektronik commerce (e-commerce). Dalam bidang perdagangan,
internet mulai banyak dimanfaatkan sebagai media aktivitas bisnis terutama karena
kontribusinya terhadap efisiensi. Di tengah globalisasi komunikasi yang semakin terpadu
(global communication network). Dengan semakin populernya internet seakan telah
1

Ester
Dwi
Magfirah,
http//www.solusihukum.com/artikel/artikel
31.php. (Diakses 29 April 2017)

Perlindungan

Konsumen

Dalam


E-commerce.

4

membuat dunia semakin menciut (shrinking the world) dan semakin memudarkan batasbatas negara berikut kedaulatan dan tatananan masyarakatnya. Komputer sebagai alat
bantu manusia dengan didukung perkembangan teknologi informasi telah membantu
akses ke dalam jaringan jaringan publik (public network) dalam melakukan pemindahan
data dan informasi.2
Dewasa ini bisnis online di Indonesia sangat berkembang pesat dibandingkan dengan
beberapa tahun sebelumnya. Mungkin hal ini terjadi karena berkembangnya juga
teknologi internet di Indonesia dan ditambah dengan pengguna internet yang mengakses
dari gadgetnya masing-masing. Karena perkembangan inilah yang membuat bisnis online
ramai dilakukan di Indonesia. Dari yang menjual barang hingga jasa, mereka tawarkan di
internet. Bisnis online memiliki prospek yang cukup besar pada saat ini dan dimasa
mendatang. Dimana hampir semua orang menginginkan kepraktisan dan kemudahan
dalam hal memenuhi kebutuhan, praktis adalah salah satu ciri khas dari bisnis online
dimana transaksi suatu bisnis dapat dilakukan tanpa bertatap muka atau bahkan saling
mengenal sebelumnya.
Namun demikian berbisnis melalui internet tidak serta merta terbebas dari masalah.

Berbagai permasalahan hukum ditemui dalam kasus bisnis online ini, termasuk mengenai
hubungan hukum antara para pelakunya. Disini harus ada regulasi yang dapat
menegaskan secara pasti hubungan-hubungan hukum dari para pihak yang melakukan
transaksi bisnis online itu dan mendukung perkembangan bisnis online di Indonesia.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana perkembangan bisnis online di Indonesia?
2. Bagaimana perkembangan hukum tentang pengaturan bisnis online di Indonesia?
1.3 Tujuan Penulisan



Untuk mengetahui perkembangan bisnis online di Indonesia
Untuk mengetahui perkembangan mengenai regulasi bisnis online di



Indonesia
Untuk memperluas dan menambah wawasan pengetahuan bagi penulis
mengenai perkembangan bisnis online serta regulasinya


2 Ahmadi Miru, Hukum Kontrak, (Jakarta: Rajawali Pres, 2007), hlm.142. Lihat juga Edmon Makarin,
Kompilasi Hukum Telematika. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 215 - 251

5

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Bisnis Online di Indonesia
Pertumbuhan dan perkembangan teknologi sulit terbendung. Seiring dengan hal
itu, imbasnya pun dirasakan bidang ekonomi. Faktanya, saat ini, banyak kalangan yang
memanfaatkan dunia maya untuk melakukan aksi jual beli. Caranya yaitu, melalui sistem
online. Peluang bisnis online sangat terbuka. Ini memudahkan banyak kalangan untuk
melakukan jual beli.
Dari tahun ke tahun banyak sekali Instansi, Perusahaan, Pemerintahan, Hotel
maupun Usaha Personal yang mulai melirik promosi lewat internet. Tak heran hal itu
terjadi karena website merupakan salah satu Kekuatan Brand Bagi dunia usaha. Website
Dapat Meningkatkan Nilai Penjualan dan Promosi tanpa harus mengeluarkan banyak
biaya. Jika dilihat dari tren perkembangan dunia usaha online di Indonesia juga
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, tren Online Marketing mengalami tren naik

sangat tajam di Indonesia. Dari sekitar 1 Juta Blogger di tahun 2004 menjadi sekitar 50
juta Blogger di tahun 2010 dan akan terus naik di tahun tahun selanjutanya karena
semakin mudahnya akses internet di Indonesia.
Internet marketing sebenarnya sudah populer di berbagai negara maju sejak tahun
1999, dimulai dengan lahirnya mesin pencari dan email web based www.yahoo.com
kemudian disusul oleh kelahiran mesin pencari lain yang sekarang sangat familiar yaitu
www.google.com sekitar tahun 1998-1999 yang didirikan oleh dua anak muda Lawrence
dan Sergrey Brin. Pendiri Google dalam waktu singkat berhasil masuk dalam 30 besar
orang terkaya di dunia. Kemudian di tahun tahun selanjutnya berdiri juga website
berbasis social bookmarking anatara lain : www.friendster.com yang didirikan oleh
Jonathan abram, www.facebook.com Oleh Mark Zukenberg.
Internet pada masa sekarang ini sudah merupakan kebutuhan pokok, kita dapat
memperoleh berbagai macam informasi, berbelanja online, online banking, online
marketing, online affiliate, sosialisasi online, kuliah online, online advertising dll.
Sebagai contoh situs online banking yang sedang naik daun adalah www.paypal.com
sedang situs online shopping dan online marketplaces adalah www.ebay.com dan

6

www.amazon.com yang menjual barang dari mulai barang pecah belah sampai mobil

mewah. Tentu saja kemajuan yang begitu pesat yang semakin mewujudkan dunia tanpa
batas ini sudah tercium oleh masyarakat Indonesia, banyak perusahaan berskala besar,
menengah dan kecil yang ikut membangun kekuatan brand di dunia online. Promosi
produk secara online memang menjadi pilihan tepat saat ini disamping biaya yang relatif
murah juga karena pentingnya sosilaisasi produk untuk skala global.
Bisa dikatakan dalam dekade terakhir perkembangan bisnis online di Indonesia
sangat pesat, perkembangannya meliputi berbagai macam bidang usaha, tidak hanya yang
disebutkan diatas tetapi juga bidang usaha lainnya. Di Indonesia sendiri banyak sekali
situs yang sudah mulai go Internasional dan mempunyai jutaan member dan ribuan
visitor setiap harinya. berbagai situs tersebut ada yang murni bisnis online ada yang semi
online atau bisnis offline hanya saja menggunakan pemasaran online. Dengan kata lain
Bisnis online di Indonesia sudah dikenal dan diperhitungkan di dunia Internasional. selain
itu juga jumlah pemakai internet Indonesia yang besar menjadikan Indonesia Sebagai
Pasar yang potensial untuk Bisnis online dari berbagai negara di seluruh dunia. bukti
dominasi Indonesia juga ditunjukkan dengan banyaknya pengguna Indonesia dalam
berbagai situs jejaring sosial seperti www.facebook.com , www.friensdster.com dan
www.twitter.com. Hal inilah yang menjadikan nilai tambah Negara Indonesia dipandang
dari segi Bisnis Online terutama perkembangan pesat yang terjadi 10 tahun terakhir 2000
s/d 2010.3


2.1.1 Pengaruh perkembangan TI terhadap perkembangan bisnis online
Pengaruh perkembangan TI terhadap perkembangan bisnis online di Indonesia
adalah:4
1. Media yang dapat menghemat biaya
Maksudnya disini adalah seperti penjelasan pada artikel-artikel sebelumnya. Melalui
bisnis online, kita bisa menghemat tenanga, waktu, pikiran dan pemampatan biaya

3http://perkembanganbisnisonlinediindonesia.blogspot.co.id/2010/06/perkembangan-bisnis-online-diindonesia.html (diakses 30 April 2017)
4https://nindyastuti52.wordpress.com/2011/01/28/pengaruh-dan-peranan-ti-terhadap-perkembangan-bisnisonline-di-indonesia/ (diakses 30 April 2017)

7

menjadi seminimal mungkin karena kita tidak memerlukan karyawan lagi, tidak perlu
sewa tempat untuk dijadikan toko, tidak perlu membayar jasa kurir antar lagi.
2. Internet sebagai media komunikasi
Dengan adanya pemanfaatan TI dalam dunia bisnis online seperti pada ECommerce, maka antara penjual dan pembeli bisa saling berinteraksi tanpa harus bertatap
muka langsung dan datang ke took. Mereka cukup menuliskan apa yang mereka ingin
katakan pada kotak comment. Alhasil, pembeli bisa langsung bertemu dan ngobrol
dengan penjual sehingga penjual bisa menanyakan tentang kondisi produk yang ingin
dibeli dan penjual pun bisa langsung promosi kepada pembeli.
3. Media untuk mencari informasi atau data
Melalui internet, pembeli bisa langsung mencari informasi yang ia butuhkan
dengan search saja. Jadi pembeli tidak akan merasa dirugikan jika ia ingin membeli
produk yang ada di toko online.

4. Media pendidikan/belajar
Dengan bisnis secara online ini, penjual pasti akan membuat tampilan web-nya
menjadi seindah mungkin, dan informasi yang akurat mengenai produk-produk yang
dijual agar para pembeli tertarik dan terkesan. Membuat indah tampilan web dan
menampilkan informasi yang bagus juga tidak sembarangan. Oleh karena itu penjual bisa
langsung belajar dengan adanya kondisi seperti ini.
5. Media untuk berdagang
Sudah pasti dengan adanya bisnis online kita bisa berdagang dengan memanfaatkan
T.I, media ini dapat menjadi sarana dalam melakukan perdagangan.

2.1.2 E-Commerce dalam bisnis online
Dalam bidang perdagangan, Internet mulai banyak dimanfaatkan sebagai media
aktivitas bisnis terutama karena kontribusinya terhadap efesiensi aktivitas perdagangan
melalui media Internet ini popular dengan Electronic Commerce (E-Commerce). Bryan

8

A. Garner menyatakan bahwa “E-Commerce the practice of buying and selling goods
and services trough online consumer services on the internet. The e, ashortened from
electronic, has become a popular prefix for other terms associated with electronic
transaction”. Dapat dikatakan bahwa pengertian E-Commerce yang dimaksud adalah
pembelian dan penjualan barang dan jasa dengan menggunakan jasa komputer online di
internet.5
Salah seorang pakar internet Indonesia, Budi Raharjo menilai bahwa, Indonesia
memiliki potensi dan prospek yang cukup menjanjikan untuk pengembangan ECommerce. Berbagai kendala yang dihadapi dalam pengembangan E-Commerce ini
seperti keterbatasan infrastruktur, jaminan keamanan transaksi dan terutama sumber daya
manusia bisa diupayakan sekaligus dengan upaya pengembangan pranata E-Commerce
itu.6
Menurut Efraim Turban, secara faktual model transaksi di E-Commerce mempunyai
banyak ragam. Dari segi sifatnya, transaksi E-Commerce dapat diklasifikasikan sebagai
berikut: 7
1. Bussiness to business (B2B), Transaksi B2B merupakan transaksi dimana kedua
belah pihak yang melakukan transaksi adalah suatu perusahaan;
Busines to Busines (B2B) juga dapat diartikan sebagai sistem komunikasi bisnis
online antar pelaku bisnis (Onno W. Purbo, 2000:2), terdiri atas:


Transaksi Inter-Organizational System (IOS), misalnya transaksi extranest,
electronic funds transfer, electronic forms, intrgrated messaging, share data



based, supply chain management, dan lain-lain.
Transaksi pasar elektronik (electronic market transfer) (Munir Fuady, 2005 :
408).

2. Business to consumer (B2C), transaksi B2C merupakan transaksi antara
perusahaan dengan konsumen/individu. Transaksi B2C meliputi pembelian produk secara
langsung oleh konsumen melalui Internet;
5Abdul Halim Barakatullah, Bisnis E-Commerce: Studi Sistem Keamanan dan Hukum di Indonesia. 2005 :
12.
6 Info Komputer edisi Oktober 1999:7
7 Ridwan khairandi, Pembaharuan Hukum Kontrak Sebagai Antisipasi Transaksi elektronik komersial
Commerce (Artikel dalam Jurnal Hukum Bisnis) volume 16, 2001, hlm.10

9

3. Consumer to consumer (C2C), transaksi C2C merupakan transaksi dimana
individu saling menjual barang satu sama lain;
4. Consumer to business (C2B), transaksi C2B merupakan transaksi yang
memungkinkan individu menjual barang pada perusahaan;
5. Nonebusiness E-Commerce, meningkatkan sejumlah lembaga non-bussines,
seperti lembaga akademi, organisasi non-profit, organisasi keagamaan, organisasi sosial,
dan lembaga pemerintahan menggunakan bentuk E-Commerce akan mengurangi
pembiayaan mereka atau memperbaiki operasional mereka dan pelayanannya;
6. Intrabusiness Organizational E-Commerce, dalam kategori ini meliputi semua
kegiatan organisasi internal, biasanya berupa Internet.

Dari keenam model transaksi E-Commerce ini, dalam prakteknya yang banyak
dipakai oleh konsumen adalah model pertama dan kedua yaitu: 8
1. Business to business;
2. Business to consumer customer.
Segmen business to business (B2B) memang lebih mendominasi pasar karena nilai
transaksinya yang tinggi, namun level business to consumer (B2C) juga memiliki pangsa
pasar tersendiri yang potensial. Dalam B2C, konsumen memiliki bargaining position
yang lebih baik dibanding dengan perdagangan konvensional karena konsumen
memperoleh informasi yang beragam dan mendetail. Kebanyakan sistem E-Commerce
B2B dan B2C yang terlibat di dalam web pelanggan, bergantung pada proses pembayaran
kartu kredit. Akan tetapi, banyak sistem E-Commerce B2B yang bergantung pada proses
pembayaran yang lebih rumit berdasarkan pada penggunaan pesanan pembelian. Dalam
penulisan ini, penulis hanya akan membahas mengenai jenis transaksi B2C yaitu mulai
dari proses penawaran, penerimaan, pembayaran atau juga sampai pada pelayanan dan
dukungan kepada konsumen. Alat yang digunakan dalam cycle ini adalah bussiness to
consumer website.

8 Ester Dwi Magfirah, loc.cit.

10

2.2 Perkembangan Hukum
E-commerce telah banyak digunakan seiring dengan meningkatnya pengguna
internet di Indonesia. Menurut data Departemen Telekomunikasi, jumlah pengguna
internet pada bulan februari 2008 mencapai 25 juta pengguna dan diprediksi akan
mencapai 40 juta pengguna pada akhir tahun 2008. Sebelum keluarnya Undang-undang
No.11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), kegiatankegiatan yang berhubungan dengan E-Commerce diatur dalam berbagai peraturan
perundang-undangan seperti Undang-undang nomor 12 tahun 2002 tentang Hak Cipta,
Undang-undang nomor 14 tahun 2001 tentang Paten, Undang-undang nomor 15 tahun
2001 tentang Merek, Undangundang Telekomunikasi nomor 36 tahun 1999, Undangundang nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, dan lain-lain.
Kekosongan hukum yang mengatur tentang E-commerce menimbulkan masalahmasalah seperti :9
1.
2.
3.
4.
5.

Otentikasi subyek hukum yang membuat transaksi melalui internet;
Saat perjanjian berlaku dan memiliki kekuatan mengikat secara hukum ;
Obyek transaksi yang diperjualbelikan;
Mekanisme peralihan hak;
Hubungan hukum dan pertanggungjawaban para pihak yang terlibat dalam
transaksi baik penjual, pembeli, maupun para pendukung seperti perbankan,

internet service provider (ISP),dan lain-lain;
6. Legalitas dokumen catatan elektronik serta tanda tangan digital sebagai alat
bukti;
7. Mekanisme penyelesaian sengketa;
8. Pilihan hukum dan forum peradilan yang berwenang dalam penyelesaian
sengketa;
9. Masalah perlindungan konsumen, HAKI dan lain-lain.
Dengan munculnya undang-undang No 11 tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (UU ITE) memberikan dua hal penting yakni, pertama pengakuan
transaksi elektronik dan dokumen elektronik dalam kerangka hukum perikatan dan
hukum pembuktian, sehingga kepastian hukum transaksi elektronik dapat terjamin dan
yang kedua diklasifikasikannya tindakan-tindakan yang termasuk kualifikasi pelanggaran
hukum terkait penyalahgunaan TI (Teknologi Informasi) disertai dengan sanksi

9 Ester Dwi Magfirah, loc cit.

11

pidananya. Dengan adanya pengakuan terhadap transaksi elektronik dan dokumen
elektronik maka setidaknya kegiatan E-Commerce mempunyai basis legalnya.

2.2.1 Aspek Hukum dalam Transaksi E-Commerce
Perjanjian yang dinyatakan sah adalah suatu perjanjian yang memenuhi empat
syarat yang terdapat dalam pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu:
1. Sepakat Mereka Yang Mengikatkan Dirinya
Suatu kesepakatan selalui diawali dengan adanya suatu penawaran oleh suatu pihak
dan dilanjutkan dengan adanya tanggapan berupa penerimaan oleh pihak lain. Jika
penawaran tersebut tidak ditanggapi atau direspon oleh pihak lain maka dengan demikian
tidak akan ada kesepakatan. Karena itu diperlukan dua pihak untuk melahirkan suatu
kesepakatan.
Pada perjanjian jual beli secara langsung, kesepakatan dapat dengan mudah
diketahui. Sebab kesepakatan dapat langsung diberikan secara lisan maupun tulisan.
Tetapi dalam perjanjian tersebut tidak diberikan secara langsung melainkan melalui
media elektronik dalam hal ini adalah internet. Dalam transaski E-Commerce, pihak yang
memberikan penwaran adalah pihak penjual yang dalam hal ini menawarkan barangbarang daganganya melalui website yang dirancang agar menarik untuk disinggahi.
Semua pihak pengguna internet (netter) dapat dengan bebas masuk untuk melihat toko
virtual tersebut atau untuk membeli barang yang mereka butuhkan atau minati.
Jika memang pembali tertarik untuk membeli suatu barang maka ia hanya perlu
mengklik barang yang sesuai dengan keinginanya. Biasanya setelah pesanan tersebut
sampai di tempat penjual maka penjual akan mengirim e-mail atau melalui telepon untuk
mengkonfirmasi pesanan tersebut kepada konsumen.
2. Kecapakan Untuk Membuat Suatu Perikatan
Dalam transaski E-Commerce sangat sulit menentukan sesorang yang melakukan
transaski telah dewasa atau tidak berada di bawah pengampuan, karena proses penawaran
dan penerimaan tidak secara langsung dilakukan tetapi hanya melalui media virtual yang

12

rawan penipuan. Jika ternyata yang melakukan transaksi adalah orang yang tidak cakap
maka pihak yang dirugikan dapat menuntut agar perjanjian dibatalkan.
Beberapa situs mempersyaratkan customer untuk melakukan transaksi haruslah telah
berumur minimal 18 tahun. Syarat ini dapat ditemukan pada saat customer mengisi form
pendaftaran yang berisi mengenai data diri dari customer, dimana terdapat suatu kolom
yang berisi mengenai tanggal lahir, serta adanya suatu box yang harus di check (√) yang
menyatakan bahwa si customer telah berusia 18 tahun. Sehingga kecakapan customer
dapat terlihat pada saat ia melakukan pengisian form.
Hal tsb tertuang dalam salah satu bagian “Your User Aggrement eBay”
http://www.ebay.com dimana dituliskan: “use the Sites if you are not able to form legally
binding contracts, are under the age of 18, or are temporarily or indefinitely suspended
from our Sites” (seseorang tidak berhak menggunakan web eBay tersebut jika tidak
mampu atau cakap untuk membuat kontrak menurut hukum, berusia dibawah 18 tahun,
atau pihak eBay untuk sementara waktu atau dengan waktu tak terbatas melarang
seseorang tersebut untuk mengakses atau menggunakan situs tersebut).
3. Sesuatu hal tertentu
Hal tertentu menurut undang-undang adalah prestasi yang menjadi pokok perjanjian
yang bersangkutan. Barang yang dimaksudkan dalam perjanjian paling sedikit harus
ditentukan jenisnya, undang-undang tidak mengharuskan barang tersebut sudah ada atau
belum di tangan debitur pada saat perjanian dibuat dan jumlahnya juga tidak perlu
disebutkan asal saja kemudian dapat dihitung atau ditetapkan.
Ada barang tertentu yang tidak boleh diperjualbelikan dalam transaksi E-Commerce,
seperti misalnya memperjualbelikan hewan. Kemudain ada kendala juga dalam
melakukan jual beli melalui E-Commerce. Ada barang-brang yang tidak dapat dijual beli
melalui kesepakatan on-line , seperti jual beli tanah yang mensyaratkan jual beli tanah
harus dituangkan dalam akta yaitu akta Pejabat Pembuat Akta Tanah.
4. Sesuatu Sebab yang Halal
Sebab yang halal adalah isi dari perjanjian dan bukan sebab para pihak mengadakan
perjanjian. Isi perjanjian tersebut haruslah sesaui dengan undang-undang dan tidak
berlawanan dengan kesusilaan baik dan ketertiban umum.

13

Kontrak E-Commerce yang dibuat haruslah memenuhi norma-norma yang hidup
dalam masyarakat, bahwa di dalam persyaratan mengadakan pendaftaran anggota sebagai
syarat untuk melakukan transaksi pihak merchant (contoh lihat situs eBay) menegaskan
dan mengharuskan customer untuk membaca dan memperhatikan bagian Prohibited and
Restricted Items yang mana bagian tersebut berisi mengenai apa saja produk yang tidak
boleh diperdagangkan.
Adanya aturan yang jelas mengenai hal-hal apa saja yang boleh dan tidak boleh
dilakukan beserta sanksinya yang disebutkan oleh penjual (merchant) memberikan
pengertian bahwa kontrak yang terjadi dalam E-Commerce secara tidak langsung telah
memenuhi syarat suatu sebab yang halal, bahwa kontrak atau perjanjian yang dilakukan
antar para pihaknya mempunyai sebab yang halal sebagai dasar perjanjian.
Dalam hal tidak dipenuhinya unsur pertama dan unsur kedua maka kontrak tersebut
dapat dibatalkan. Adapun apabila tidak terpenuhinya unsur ketiga dan unsur keempat,
maka kontrak tersebut batal demi hukum. Mengenai barang-barang yang dapat dijakina
objek dari suatu persetujuan, maka Pasal 1332 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
menyatakan keharusan, bahwa barang tersebut harus diperdagangkan dan Pasal 1333
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa barang tersebut dapat
ditentukan jenisnya ataupun dihitung.
Saat Terjadinya Perjanjian Jual Beli
Jual beli dianggap sudah terjadi antara kedua belah pihak seketika setelah mereka
mencapai sepakat tentang barang dan harga, meskipun barang itu belum diserahkan
maupun harganya belum dibayar. Dalam transaksi E-Commerce, tidak ada proses tawar
menawar seperti pada transaksi jual beli di pasar secara langsung. Barang dan harga yang
ditawarkan terbatas dan telah ditentukan oleh penjual. Jika pembeli tidak setuju atau tidak
sepakat maka pembeli bebas untuk tidak meneruskan transaksi. Selanjutnya, pembeli
dapat mencari website atau toko lainnya yang lebih sesuai dengan keinginannya.
Kesepakatan dihasilkan dalam transaksi E-Commerce jika pembeli menyepakati barang
dan harga yang ditawarkan oleh penjual (merchant).10

Teori Pilihan Hukum
10 Endom Makarim, Komliasi Hukum Telematika , (Jakarta: PT. Raja Grafindo Perdasa), hal.234-237.

14

Dalam hal tidak dicantumkannya pilihan hukum dalam perjanjian E-Commerce nya,
ada beberapa teori yang berkembang untuk menentukan hukum mana yang
digunakan/berlaku, diantaranya:
1. Mail box theory (Teori Kotak Pos)
Dalam hal transaksi E-Commerce, maka hukum yang berlaku adalah hukum
dimana pembeli mengirimkan pesanan melalui komputernya yang dapat berarti
hukum si customer. Untuk ini diperlukan konfirmasi dari merchant. Jadi perjanjian
atau kontrak terjadi pada saat jawaban yang berisikan penerimaan tawaran tersebut
dimasukkan ke dalam kotak pos (mail box).
2. Acceptance theory (Teori Penerimaan)
Hukum yang berlaku adalah hukum dimana pesan dari pihak yang menerima
tawaran tersebut disampaikan. Jadi hukumnya si merchant.
3. Proper Law of Contract
Hukum yang berlaku adalah hukum yang paling sering dipergunakan pada saat
pembuatan perjanjian. Misalnya, bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia, kemudian
mata uang yang dipakai dalam transaksinya Rupiah, dan arbitrase yang dipakai
menggunakan BANI, maka yang menjadi pilihan hukumnya adalah hukum Indonesia.
4. The most characteristic connection
Hukum yang dipakai adalah hukum pihak yang paling banyak melakukan prestasi.

2.2.2 Perlindungan Hukum dalam Sistem Perdagangan Online Shop11
Pada tahun 2008, pemerintah Indonesia telah menerbitkan Undang-Undang No
11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Dalam UU ITE ini
diatur mengenai transaksi elektronik dimana salah satunya adalah kegiatan mengenai
online shop ini.

11 The President Post, Perlindungan Hukum dalam Sistem Perdagangan Online Shop (Okt 2012 : Edisi ke-7),
http://thepresidentpostindonesia.com/2012/10/15/perlindungan-hukum-dalam-sistem-perdagangan-onlineshop/ (Diakses pada 02 Mei 2017)

15

UU ITE juga mewajibkan pelaku usaha untuk memberikan informasi yang
lengkap dan benar. Kewajiban tersebut terdapat dalam Pasal 9 UU ITE yang berbunyi :
“Pelaku usaha yang menawarkan produk melalui sistem elektronik harus menyediakan
informasi yang lengkap dan benar berkaitan dengan syarat kontrak, produsen, dan produk
yang ditawarkan”.
Dalam penjelasannya disebutkan bahwa yang dimaksud dengan “informasi yang lengkap
dan benar” adalah meliputi :


Informasi yang memuat identitas serta status subjek hukum dan kompetensinya,



baik sebagai produsen, pemasok, penyelenggara maupun perantara;
Informasi lain yang menjelaskan hal tertentu yang menjadi syarat sahnya
perjanjian serta menjelaskan barang dan/atau jasa yang ditawarkan seperti nama,
alamat, dan deskripsi barang/jasa.

Saat ini banyak pelaku usaha di Indonesia yang tidak mengetahui mengenai kewajibannya
sebagai pelaku usaha. Masih banyak pelaku usaha yang tidak mencantumkan alamatnya
sebagai bentuk informasi yang disediakan, ataupun deskripsi mengenai barang/jasa yang
ditawarkan tidak lengkap sehingga dapat merugikan konsumen.
Masalah lain yang dapat terjadi dalam suatu transaksi jual beli secara online ini
adalah masalah mengenai kapan saat terjadinya transaksi jual-beli? Banyak penjual
yang merasa sudah terjadi kesepakatan sehingga sudah memesan barang yang akan dijual,
namun pada saat barang tiba, pembeli membatalkan untuk membeli barang tersebut dan
berpendapat bahwa belum terjadi kesepakatan sehingga terjadi kerugian bagi pihak
penjual.
Hal inipun telah diatur dalam UU ITE dalam pasal 20 UU ITE dijelaskan bahwa
“kecuali ditentukan lain oleh para pihak, transaksi elektronik terjadi pada saat penawaran
transaksi yang dikirim oleh pengirim telah diterima dan disetujui oleh penerima”. Hal ini
sesuai dengan prinsip hukum perdata dimana suatu perjanjian terjadi pada saat
tercapainya kata sepakat. Oleh karena itu, setelah penjual dan pembeli sepakat untuk
melakukan perjanjian jual-beli, maka penjual dan pembeli tersebut sudah terikat dan
memiliki kewajiban untuk mematuhi perjanjian tersebut. Untuk itu ada baiknya bahwa
pernyataan “sepakat” tersebut disimpan sehingga dapat digunakan sebagai alat bukti

16

untuk menyatakan bahwa telah terjadi kesepakatan apabila dikemudian hari terjadi suatu
perselisihan mengenai hal tersebut.

2.2.2.1 Penipuan Secara Online12
Satu hal yang menjadi permasalahan utama dalam perdagangan melalui online
shop ini adalah baik penjual dan pembeli kekurangan informasi antara satu dengan
lainnya. Informasi menjadi penting dalam sistem perdagangan melalui online shop ini
dikarenakan penjual dan pembeli tidak bertemu secara langsung pada saat transaksi jual
beli terjadi. Masing-masing pihak baik itu penjual maupun pembeli merasa khawatir
bahwa salah satu pihak tidak akan melaksanakan kewajibannya dan menyebabkan
kerugian bagi pihak lainnya. Salah satu contoh kasus yang sering terjadi pada sistem
perdagangan online adalah bahwa penjual tidak mengirimkan barangnya meskipun
pembayaran telah dilakukan. Apakah perbuatan tersebut dapat dikategorikan sebagai
“penipuan”? Lalu bagaimana perlindungan terhadap konsumen yang telah dirugikan
tersebut?
Pada dasarnya penipuan secara online tidak jauh berbeda dengan penipuan secara
konvensional. Yang membedakan hanyalah sarana perbuatannya, dalam penipuan secara
online, penipuan tersebut menggunakan sarana elektronik. Karena itu, penipuan secara
online dapat dikenakan pasal 378 KUHP yang berbunyi : “Barang siapa dengan maksud
untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hukum, dengan
memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat ataupun dengan
rangkaian kebohongan menggerakkan orang lain untuk menyerahkan sesuatu benda
kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena
penipuan dengan pidana penjara paling lama 4 tahun.”
UU ITE juga telah mengatur bentuk penipuan secara online ini. Dalam pasal 28
ayat (1) UU ITE disebutkan bahwa : “Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak
menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen
dalam Transaksi Elektronik.”

12 The President Post, Log Cit.

17

Dalam pasal 45 ayat 2 UU ITE menyebutkan bahwa ancaman pidana dari
penipuan secara online ini adalah penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp 1 Milyar.
Meskipun UU ITE ini sudah memberikan pengaturan mengenai permasalahan
yang mungkin terjadi dalam perdagangan melalui sistem online ini, namun pada
kenyataannya permasalahan ini tidak dapat diselesaikan hanya melalui pengaturan UU
ITE ini saja. Saat ini, belum ada mekanisme pengaduan yang mudah bagi pihak yang
menderita kerugian. Mekanisme yang ada saat ini hanyalah sistem pengaduan sesuai
dengan KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana). Nilai transaksi yang
tidak terlalu besar menjadi salah satu pertimbangan bagi pihak yang menderita kerugian
untuk tidak melaporkan kerugian itu kepada aparat penegak hukum. Terlebih lagi,
terdapat paradigma bahwa biaya untuk pelaporan tersebut lebih besar daripada
kerugiannya itu sendiri.
Untuk itu, dibutuhkan suatu sistem pengaduan yang cepat, mudah dan terutama
harus secara online juga. Ada baiknya aparat penegak hukum juga mengeluarkan daftar
hitam/blacklist bagi pengguna perdagangan secara online ini yang telah terbukti
merugikan pihak lain.

2.2.3 Perlindungan Konsumen dalam Bisnis Online13
Dasar hukum:
1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elekronik
4. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem
dan Transaksi Elektronik
1. Perlindungan Hukum Terhadap penipuan online
Undang-undang di Indonesia saat ini yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam
hal penipuan dalam online shop ini adalah Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen (UUPK) karena bertujuan untuk menciptakan sistem
perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan
13 Indri Kamaruddin, Aspek Hukum dalam Perlindungan Konsumen Online Shop,
https://indonesialegalcertainty.wordpress.com/2014/12/07/aspek-hukum-dalam-perlindungankonsumen-on-line-shop-2/ (diakses pada 22 Mei 2017)

18

informasi serta akses untuk mendapatkan informasi, meskipun di dalamnya tidak secara
khusus mengatur mengenai transaksi online. Adapun pasal dalam UUPK yang dapat
digunakan sebagai pedoman terkait kasus penipuan yang dialami oleh konsumen dalam
transaksi online adalah sebagai berikut :




Pasal 8 ayat (1) huruf d, e, dan f yang menyebutkan bahwa pelaku usaha dilarang
memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak sesuai
dengan mutu, kondisi maupun janji sebagaimana dinyatakan dalam label,
keterangan, iklan maupun promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut.
Pasal 16 huruf a dan b yang menyebutkan bahwa pelaku usaha dalam
menawarkan barang dan/atau jasa melalui pesanan dilarang untuk tidak menepati
pesanan dan/atau kesepakatan waktu penyelesaian sesuai dengan yang dijanjikan
serta dilarang untuk tidak menepati janji atas suatu pelayanan dan/atau prestasi.

Dalam UU ITE, pasal yang mengatur terkait dengan tindak pidana penipuan
khususnya di internet, di atur juga dalam Pasal 28 ayat (1), yang berbunyi sebagai
berikut: (1) “Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik”
Ancaman pidana yang dapat dikenakan terhadap pelaku adalah pidana penjaran paling
lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1 miliar sebagai mana disebutkan
dalam Pasal 45 ayat (2) UU ITE, perihal ketentuan pidana dari pasal 28 ayat (1) UU ITE
Kontrak Elektronik dan Perlindungan Konsumen berdasarkan UU ITE dan PP
PSTE Transaksi jual beli Anda, meskipun dilakukan secara online, berdasarkan UU ITE
dan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tetap diakui sebagai transaksi elektronik
yang dapat dipertanggungjawabkan. Persetujuan untuk membeli barang secara online
dengan cara melakukan klik persetujuan atas transaksi merupakan bentuk tindakan
penerimaan yang menyatakan persetujuan dalam kesepakatan pada transaksi elektronik.
Tindakan penerimaan tersebut biasanya didahului pernyataan persetujuan atas syarat dan
ketentuan jual beli secara online yang dapat kami katakan juga sebagai salah satu bentuk
Kontrak Elektronik. Kontrak Elektronik menurut Pasal 47 ayat (2) PP PSTE dianggap sah
apabila:
a) terdapat kesepakatan para pihak;
b) dilakukan oleh subjek hukum yang cakap atau yang berwenang mewakili sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c) terdapat hal tertentu; dan
d) objek transaksi tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan,
kesusilaan, dan ketertiban umum.
Kontrak Elektronik itu sendiri menurut Pasal 48 ayat (3) PP PSTE setidaknya harus
memuat hal-hal sebagai berikut:
a) data identitas para pihak;
b) objek dan spesifikasi;
c) persyaratan Transaksi Elektronik;

19

d) harga dan biaya;
e) prosedur dalam hal terdapat pembatalan oleh para pihak;
f) ketentuan yang memberikan hak kepada pihak yang dirugikan untuk dapat
mengembalikan barang dan/atau meminta penggantian produk jika terdapat cacat
tersembunyi; dan
g) pilihan hukum penyelesaian Transaksi Elektronik.
Terkait dengan perlindungan konsumen, Pasal 49 ayat (1) PP PSTE menegaskan
bahwa Pelaku Usaha yang menawarkan produk melalui Sistem Elektronik wajib
menyediakan informasi yang lengkap dan benar berkaitan dengan syarat kontrak,
produsen, dan produk yang ditawarkan. Pada ayat berikutnya lebih ditegaskan lagi bahwa
Pelaku Usaha wajib memberikan kejelasan informasi tentang penawaran kontrak atau
iklan.
2. Kewajiban Pelaku Usaha/Supplier
Dalam UU ITE juga mewajibkan pelaku usaha untuk memberikan informasi yang
lengkap dan benar. Kewajiban tersebut terdapat dalam Pasal 9 UU ITE yang berbunyi:
“Pelaku usaha yang menawarkan produk melalui sistem elektronik harus menyediakan
informasi yang lengkap dan benar berkaitan dengan syarat kontrak, produsen, dan produk
yang ditawarkan.” Dalam penjelasannya disebutkan bahwa yang dimaksud dengan
“informasi yang lengkap dan benar” adalah meliputi :
1. Informasi yang memuat identitas serta status subjek hukum dan kompetensinya,
baik sebagai produsen, pemasok, penyelenggara maupun perantara;
2. Informasi lain yang menjelaskan hal tertentu yang menjadi syarat sahnya
perjanjian serta menjelaskan barang dan/atau jasa yang ditawarkan seperti nama,
alamat, dan deskripsi barang/jasa.
Adapun Kewajiban bagi pelaku usaha (dalam hal ini adalah penjual online), sesuai Pasal
7 UU PK adalah:
a) beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
b) memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan
pemeliharaan;
c) memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
d) menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan
berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;
e) memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang
dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang
dibuat dan/atau yang diperdagangkan;
f) memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan;

20

g) memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau
jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
3. Hak Dan Kewajiban Konsumen
Berdasarkan UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen pasal 4,
ada beberapa hak-hak konsumen sebagai berikut :











Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi
barang/jasa.
Hak untuk memilih dan mendapatkan barang/jasa sesuai dengan nilai tukar dan
kondisi serta jaminan yang dijanjikan.
Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang/jasa.
Hak untuk didengar pendapat keluhannya atas barang/jasa yang digunakan.
Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patut.
Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen.
Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskrimainatif.
Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, atau penggantian, jika
barang/jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya.
Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Disamping hak-hak dalam pasal 4 juga terdapat hak-hak konsumen yang dirumuskan
dalam pasal 7, yang mengatur tentang kewajiban pelaku usaha. Kewajiban dan hak
merupakan antinomi dalam hukum, sehingga kewajiban pelaku usaha merupakan hak
konsumen.
Selain itu konsumen juga mempunyai kewajiban, yaitu di antaranya Kewajiban
Konsumen Sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999
tentangPerlindungan Konsumen, Kewajiban Konsumen adalah :





Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;
Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;
Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
Mengikutiupayapenyelesaianhukumsengketaperlindungankonsumensecarapatut.

4. Sanksi dan tanggung jawab pelaku usaha/ supplier
1) Sanksi bagi pelaku usaha menurut pasal 19 UU No.8 tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen. Sanksi perdata ganti rugi dalam bentuk :
 Pengembalian uang
 Penggantian uang
 Perawatan kesehatan

21



Pemberian santunan ganti rugi diberikan dalam tenggang waktu 7 hari setelah
tanggal transaksi

2) Sanksi Pidana Penipuan dalam Transaksi Jual Beli Secara online
Dalam hal pelaku usaha atau penjual ternyata menggunakan identitas palsu atau
melakukan tipu muslihat dalam jual beli online tersebut, maka pelaku usaha dapat juga
dipidana berdasarkan Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”) tentang
penipuan dan Pasal 28 ayat (1) UU ITE tentang menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik.
Bunyi selengkapnya Pasal 378 KUHP adalah sebagai berikut: “Barangsiapa dengan
maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum,
dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun
rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu
kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena
penipuan dengan pidana penjara paling lama empat tahun”.
Bunyi selengkapnya Pasal 28 ayat (1) UU ITE adalah sebagai berikut: “Setiap orang
dengan sengaja, dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang
mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik.”
Perbuatan sebagaimana dijelaskan di dalam Pasal 28 ayat (1) UU ITE diancam dengan
pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1 miliar
(Pasal 45 ayat [2] UU ITE).

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan


Peluang bisnis online sangat terbuka. Di Indonesia sendiri banyak sekali situs
yang sudah mulai go Internasional dan mempunyai jutaan member dan ribuan
visitor setiap harinya. berbagai situs tersebut ada yang murni bisnis online ada
yang semi online atau bisnis offline hanya saja menggunakan pemasaran online.
Dalam bidang perdagangan, Internet mulai banyak dimanfaatkan sebagai media
aktivitas bisnis terutama karena kontribusinya terhadap efesiensi aktivitas
perdagangan melalui media Internet ini popular dengan Electronic Commerce (ECommerce).

22



Sebelum keluarnya Undang-undang No.11 tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (UU ITE), kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan ECommerce diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan seperti Undangundang nomor 12 tahun 2002 tentang Hak Cipta, Undang-undang nomor 14
tahun 2001 tentang Paten, Undang-undang nomor 15 tahun 2001 tentang Merek,
Undangundang Telekomunikasi nomor 36 tahun 1999, Undang-undang nomor 8
tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, dan lain-lain.



Saat ini, belum ada mekanisme pengaduan yang mudah bagi pihak yang
menderita kerugian. Mekanisme yang ada saat ini hanyalah sistem pengaduan
sesuai dengan KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana).
Mekanisme ini dinilai kurang cocok jika diterapkan pada sistem pengaduan
dalam perdagangan online. Nilai transaksi yang tidak terlalu besar menjadi salah
satu pertimbangan bagi pihak yang menderita kerugian untuk tidak melaporkan
kerugian itu kepada aparat penegak hukum. Terlebih lagi, terdapat paradigma
bahwa biaya untuk pelaporan tersebut lebih besar daripada kerugiannya itu
sendiri.



Untuk itu, dibutuhkan suatu sistem pengaduan yang cepat, mudah dan terutama
harus secara online juga. Ada baiknya aparat penegak hukum juga mengeluarkan
daftar hitam/blacklist bagi pengguna perdagangan secara online ini yang telah
terbukti merugikan pihak lain.

23

DAFTAR PUSTAKA
Buku :
1. Ahmadi Miru, Hukum Kontrak, (Jakarta: Rajawali Pres, 2007);
2. Edmon Makarin, Kompilasi Hukum Telematika. (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004);
3. Abdul Halim Barakatullah, Bisnis E-Commerce: Studi Sistem Keamanan dan
Hukum di Indonesia. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005);
4. Endom Makarim, Komliasi Hukum Telematika , (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Perdasa).
Artikel dan Pustakamaya :
1. Info Komputer edisi Oktober 1999:7;
2. The President Post, Perlindungan Hukum dalam Sistem Perdagangan Online
Shop (Oktober 2012 : Edisi ke-7)
http://thepresidentpostindonesia.com/2012/10/15/perlindungan-hukum-dalamsistem-perdagangan-online-shop/ (diakses 02 Mei 2017);
3. Ester Dwi Magfirah, Perlindungan Konsumen Dalam E-commerce.
http//www.solusihukum.com/artikel/artikel31.php. (diakses 29 April 2017.);
4. Galih Prakoso, Perkembangan Bisnis Online di Indonesia.
http://perkembanganbisnisonlinediindonesia.blogspot.co.id/2010/06/perkembang
an-bisnis-online-di-indonesia.html (diakses 30 April 2017);
5. Nindya Astuti, Pengaruh dan Peranan TI terhadap perkembangan bisnis online di
Indonesia.
https://nindyastuti52.wordpress.com/2011/01/28/pengaruh-dan-peranan-titerhadap-perkembangan-bisnis-online-di-indonesia/ (diakses 30 April 2017).
6. Indri Kamaruddin, Aspek Hukum dalam Perlindungan Konsumen Online Shop,
https://indonesialegalcertainty.wordpress.com/2014/12/07/aspek-hukum-dalamperlindungan-konsumen-on-line-shop-2/ (diakses pada 22 Mei 2017)

24