Kajian teori Implementasi Kurikulum 2013

BAB II
KAJIAN TEORI
Implementasi kurikulum 2013 akan dapat menimbulkan masalah bagi peserta didik
SMP/MTs yang tidak mampu memantapkan minat belajar secara tepat dan menentukna minat
untuk melakukan pilihan pada studi lanjutan, sehingga akan menimbulkan kesulitn dalam belajar
dan kecenderungan gagal belajar.
Oleh karena itu diperlukan pelayanan pemintan peserta didik dalam bimbingan dn
konseling yang dilkukan oleh guru BK atau Konselor. Dalam pelayanan Bimbingan dan
Konseling (BK) upaya pelayanan ini merupakan salah satu bentuk layanan penempatan
penyaluran dan keterkaitanya dengan jenis layanan lain serta kegiatan pendukung yang relevan.
Disinilah guru BK atau Konselor memiliki peranan penting untuk membantu peserta
didik dalam memantapkan minat belajar dan mampu menentukan minat untuk melakukan pilihan
studi lanjut antara Sma/ma

atau smk berdasarkan pada kemampuan dasar umum atau

( kecerdasan), bakat, minat, dan kecenderungan arah pilihan masing-masing peserta didik.
Pelayanan BK peminatan peserta didik di SMP/MTs penting dalam

implementasi


kurikulum 2013 karena nantinya peserta didik akan dihadapkan pada adanya pilihan peminatan
ke SMA/MA/SMK, pilihan peminatan kelompok mata pelajaran di SMA/MA dan pilihan
peminatan kelompk program keahlian di SMK. Guru BK atau Konselor melalui pelayanan BK
pemiatan peserta didik merupakan upaya untuk membantu peserta didik memantapkan minat
belajar yang nantinya menentukan minat melakukan pilihan studi lanjut antara SMA/MA dan
SMK, memahami dan memilih arah pengembangan karir, dan menyiapkan diri serta memilih
pendidikan lanjutan sampai ke perguruan tinggi sesuai dengan kemampuan dasar umum, bakat,

minat dan kecenderungan pilihan masing-masing peserta didik. Pelayanan BK yang dilakukan
oleh guru BK atau Konselor di SMP/MTs dalam upaya pelayanan peminatan peserta didik dalm
memantapkan minat belajar dan menentukan minat melakukan pilihan studi lajutan merupakan
salah satu bentuk layanan penempatan dan penyaluran dalam bidang Bimbingan Belajar dan
Bimbingan Karir. Dalam rangka mengoptimalkan peserta didik menuntut adanya kolaborasi yang
baik antar guru mata pelajaran, guru wali keas, guru BK atau Konselor, kepala sekolah , orang
tua dan wali.
A. Program Bimbingan dan konseling
Dalam permendikbud 81a tahun 2013 mengenai implementasi kurikulum bahwa program
layanan dari segi unit waktu sepanjang tahun ajaran pada satuan pendidikan, ada lima jenis
program layanan yang disusun dan diselenggarakan dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling
yaitu :

1. Program tahunan yaitu program layanan Bimbingan dan Konseling yang meliputi
keseluruhan kegiatan selama satu tahun untuk masing-masing kelas rombongan
belajar pada satuan pendidikan.
2. Program semesteran yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi
seluruh kegiatan selama satu semester yang merupakan jabaran dari program tahunan.
3. Program bulanan, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling yang meliputi
seluruh kegiatan selama satu bulan yang merupakn jabaran program satu semester.
4. Program mingguan yaitu program layanan Bimbingan dan Konseling yang meliputi
seluruh kegiatan selama satu minggu yang merupakan jabaran program bulanan.
5. Program harian yaitu program pelaynan yang Bimbingan dan Konseling yang
dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu. Program harian merupakan
jabaran dari program mingguan dalam bentuk satuan layanan atau Rencana Program

Layanan dan/ atau satuan kegiatan pendukung dan rencana kegiatan pendukung
pelayanan Bimbingan dan Konseling.
Rancangan program bimbingan dan konseling senantiasa berdasarkan hasil analisis
kebutuhan peserta didik dan upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional. Kebutuhan layanan
bimbingan dan konseling bagi peserta didik diberikan melalui rancangan program layanan dasar,
layanan responsif, layanan perencanaan individual, dan dukungan sistem. Layanan Dasar
merupakan layanan yang bersifat antisipatoris, preventif dan pengembangan yang diberikan

kepada semua peserta didik. Layanan dasar diarahkan untuk pengembangan kompetensi
perkembangan sesuai dengan tahap dan tugas-tugas perkembangan peserta didik.

B. Ratio Guru Bimbingan dan Konseling : Siswa
Sesuai dengan pasal 54 PP RI Nomor 74 tahun 2008 mengenai jumlah siswa yang
diampu guru BK yaitu sebagai berikut :
Pasal 54
(1)

Beban kerja kepala satuan pendidikan yang memperoleh tunjangan profesi dan

maslahat tambahan adalah paling sedikit 3 (tiga) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu
atau membimbing 40 (empat puluh) peserta didik bagi kepala satuan pendidikan yang berasal
dari Guru bimbingan dan konseling atau konselor.
(2)

Beban kerja wakil kepala satuan pendidikan yang memperoleh tunjangan profesi dan

maslahat tambahan adalah paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu


atau membimbing 80 (delapan puluh) peserta didik bagi wakil kepala satuan pendidikan yang
berasal dari Guru bimbingan dan konseling atau konselor.
(3)

Beban kerja ketua program keahlian satuan pendidikan yang memperoleh tunjangan

profesi dan maslahat tambahan adalah paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka dalam 1
(satu) minggu.
(4)

Beban kerja kepala perpustakaan satuan pendidikan yang memperoleh tunjangan

profesi dan maslahat tambahan adalah paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka dalam 1
(satu) minggu.
(5)

Beban kerja kepala laboratorium, bengkel, atau unit produksi satuan pendidikan yang

memperoleh tunjangan profesi dan maslahat tambahan adalah paling sedikit 12 (dua belas) jam
tatap muka dalam 1 (satu) minggu.

(6)

Beban kerja Guru bimbingan dan konseling atau konselor yang memperoleh tunjangan

profesi dan maslahat tambahan adalah mengampu bimbingan dan konseling paling sedikit 150
(seratus lima puluh) peserta didik per tahun pada satu atau lebih satuan pendidikan.
(7)

Beban kerja pembimbing khusus pada satuan pendidikan yang menyelenggarakan

pendidikan inklusi atau pendidikan terpadu yang memperoleh tunjangan profesi dan maslahat
tambahan adalah paling sedikit 6 (enam) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
(8)

Beban kerja pengawas satuan pendidikan, pengawas mata pelajaran, atau

pengawas kelompok mata pelajaran, dan penilik satuan pendidikan anak usia dini formal
dalam melakukan tugas pembimbingan dan pelatihan profesional Guru dan pengawasan atau

penilikan yang ekuivalen dengan paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam pembelajaran tatap

muka dalam 1 (satu) minggu.
(9)

Ketentuan lebih lanjut tentang beban kerja kepala satuan pendidikan yang

ekuivalen dengan 6 (enam) jam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan pengawas atau
penilik yang ekuivalen dengan 24 (dua puluh empat) jam tatap muka sebagaimana dimaksud
pada ayat (8) ditetapkan oleh Menteri.
Sementara dalam modul 1 kurikulum 2013 dan profesionlisasi Bimbingan dan Konseling
dihitung secara proforsional berdasarkan beban kerja wajib paling kurang 150 siswa dan paling
banyak 250 siswa pertahun.
Jadi dapat disipulkan bahwa beban kerja guru BK atau Konselor adalah paling sedikit
150 siswa dan paling banyak 250 siwa pertahun ajaran.
C. Kualifikasi pendidikan Guru BK
Konselor adalah tenaga pendidik profesional yang telah menyelesaikan pendidikan
akademik strata satu (S-1) program studi Bimbingan dan Konseling dan program Pendidikan
Profesi Konselor dari perguruan tinggi penyelenggara program pengadaan tenaga kependidikan
yang terakreditasi. Sedangkan bagi individu yang menerima pelayanan profesi bimbingan dan
konseling disebut konseli, dan pelayanan bimbingan dan konseling pada jalur pendidikan formal
dan nonformal diselenggarakan oleh konselor.

Kualifikasi akademik konselor dalam satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan
nonformal adalah:

1. Sarjana pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan dan Konseling.

2. Berpendidikan profesi konselor.

D. Kompetensi Guru BK
Sesuai dengan perturan menteri pendidikan nasional no 27 tahun 2008 SKAKK merumusan
Standar Kompetensi Konselor telah dikembangkan dan dirumuskan atas dasar kerangka pikir
yang menegaskan konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor. Namun bila ditata ke dalam
empat kompetensi pendidik sebagaimana tertuang dalam PP 19/2005, maka rumusan kompetensi
akademik dan profesional konselor dapat dipetakan dan dirumuskan ke dalam kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional sebagai berikut.
Kompetensi pedagogik
Kompetensi inti
1.Menguasai teori dan praktisi pendidikan

Kompetensi
1.menguasai ilmu


pendidikan

dan

landasan

-

prinsip

keilmuanya
2.mengimplementasikan

prinsip

pendidikan dan proses pembelajaran
3.menguasai landasan dalam praktisi pendidikan.

2.mengapliksikan perkembangan fisiologis

dan psikologis serta perilaku social konseli

1.Mengaplikasikan

kaidah-kaidah

perilaku

manusia, perkembangan fisik dan psikologis
individu terhadap sasaran pelayanan bimbingan

dan konseling dalam upaya pendidikan.
2.mengaplikasikan

kaidah-kaidah

kepribadian,

individualitas dan perbedaan konseli terhadap
sasaran pelayanan Bimbingan dan Konseling

dalam upaya pendidikan.
3. mengaplikasikan kaidah-kaidah belajar terhadap
sasarn pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam
upaya pendidikan.
4.mengaplikasikan

kaidah-kaidah

terhadap

pelayanan

sasaran

keberbakatan

Bimbingan

dan


Konseling dalam upaya pendidikan
5.mengaplikasikn kaidah-kaidah kesehatan mental
terhadap

sasaran

Konseling

pelayanan

dalam

upaya

Bimbingan

dan

pendidikan.

3.menguasai esensi pelayanan Bimbingan 1.menguasai Esensi bimbingan dan Konseling
dan Konseling dalam jalur, jenis, dan pada satuan jalur pendidikan formal, nonformal
jenjang satuan pendidikan.

dan imformal.
2.menguasai esensi Bimbingan dan Konseling
pada satuan jenis pendidikan umum, kejuruan,
keagamaan, dan khusus
3. mengusai esensi Bimbingan dan Konseling pada
satuan jenjang Pendidikan usia dini, dasar dan
menengah serta tinggi.

Kompetensi kepribadian
4. beriman dan bertqwa kepada tuhan yang 1.menampilkan kepribadian yang beriman dan
maha Esa

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2.konsisten dalam menjalankan kehidupan
beragama dan toleran terhadap agama lain

3.berakhlak mulia dan berbudi luhur
5.menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai 1.mengapikasikan pandangan positif

dan

kemanusiaan, individualitas dan kebebasan dinamis tentang manusia makhluk spiritual,
memilih

bermoral, social, individual, dan berpotensi.
2. menghargai dan mengembangkan potensi
positif individu pada umumnya dan konseli
3. peduli terhadap kemaslahatan manusia pada
umunya dan konseling pada khususnya
4.menjunnjung tingkat dan martabat manusia
sesuai dengan hak asasinya.
5.toleran terhadap permasalahan konseli

6.menunjukan

integritas

kepribadian yang kuat

dan

6.bersikap demokratis
stabilitas 1.menampilkan kepribadian dan perilaku yang
terpuji seperti berwibawa, jujur, sabar, ramah
dan konsisten.
2.menampilkan emosi yang stabil.
3.peka

bersikap

empati,serta

keragaman dan perubahan.

menghoprati

4.menaampilakn

toleransi

tinggi

terhadap

konseli yang menghadapi stress dan frustasi.
1.menampilkan tindakan yang cerdas, kreatif,

7.menampilkan kinerja berkualitas tinggi

inivatif, dan produktif
2.bersemangat, disiplin dan andiri
3.berpenampilan menarik dan menyenangkan
4.berkomunikasi secara efektif
Kompetensi sosial

8.mengimplementasikan

kolaborasi 1.memahai dasar, tujuan, organisasi, dan peran pihak-

intern di tempat bekerja

pihak

lain

(guru,

wali

kelas,

pimpinan

sekolah/madrasah, komite sekolah/madrasah)di tempat
bekerja
2.mengkomunikasikan dasar, tujuan, dan kegiatan
pelayanan Bimbingan dan Konseling kepada pihakpihak lain di tempat bekerja
3bekerja sama dengan pihak-pihak .terkait di dalam
tempat bekerja seperti guru, orang tua, tenaga
administrasi
9.berperan
kegiatan
Konseling

dalam
profesi

organisasi
Bimbingan

dan 1.memahami dasar, tujuan, dan AD/ART organisasi
dan profesi

Bimbingan

dan

pengembangan diri dan profesi

Konseling

untuk

2.menaati Kode Etik profesi Bimbingan dan konseling
3.aktif dalam organisasi profesi Bimbingan dan
Konseling untuk mengembangkan diri dan profesi.
10.mengimplementasikan
antar profesi

kolaborasi 1.mengkomunikasikan

aspek-aspek

professional

Bimbingan dan Konseling kepada organisasi profesi
lain
2.memahami

peran

memanfaatkannya

organisasi
untuk

profesi

suksesnya

lain

dan

pelayanan

Bimbingan dan konseling
3.bekerja dalam tim bersama tenaga para professional
dan professional profesi lain.
4.melaksanakan referral kepada alhi profesi lain sesuai
dengan keperluan.

Kompetensi professional

11. menguasai konsep dan pratisi asesmen 1.mengetahui hakikat asasment
untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan
2.memilih teknik asesmen, sesuai dengan
masalah konseli

kebutuhan

pelayanan

Bimbingan

dan

Konseling
3.menyusun dan mengembangkan Instrument
assesmen untuk keperluan Bimbingan dan
Konseling
4.mengadministrasikan

asesmen

untuk

mengungkapkan masalah-masalah konseli
5.memilih dan mengadministrasikan teknik
assessment pengungkpan kemampuan dasar
dan kecenderungan pribdi konseli.
6.memilih dan mengadministrasikan instruen
untuk mengungkapkan kondisi actual konseli
berkaitan dengan lingkungan
7.mengakses data dokumentasi tentang konseli
dalam pelayanan Bimbingan dan konseling
8.menggunakan

hasil

asesmen

dalam

pelayanan Bimbingn dan Konseling dengan
tepat
9.menampilkan tanggung jawab professional

dalam praktek assessment.

12.menguasai kerangka teoritik dan praksis 1.mengaplikasikan
Bimbingan dan Konseling

hakikat

pelayanan

Bimbingan dan Konseling
2.mengaplikasikan arah profesi Bimbingan dan
konseling
3.mengaplikasikan

dasar-dasar

pelayanan

Bimbingan dan Konseling
4.mengaplikasikan pelayanan Bimbingan dan
Konseling sesuai kondisi dan tuntutan wilayah
kerja.
5.mengaplikasikan

pendekatan/model/jenis

pelayanan dan kegiatan pendukung Bimbingan
dan Konseling
6.mengaplikasikan

dalam

praktik

format

pelayanan Bimbingan dan konseling
13.merancang

Program

Bimbingan

dan 1.menganalisis kebutuhan konseli

Konseling
2.menyusun

program

Bimbingan

dan

Konseling

yang

berkelanjtan

berdasar

kebutuhan peserta didik secara Komprehensif
dengan pendekatan perkembangan
3.menyusun rencana pelaksanaan program
Bimbingan dan konseling
4.merencanakan

sarana

dan

biaya

penyelennggaraan program Bimbingan dan
konseling
14.mengimplementasikan program Bimbingan 1.melaksanakan
dan konseling yng Komprehensif

program

Bimbingn

dan

Konseling
2.melaksanakan pendekatan kolaboratif dalam
pelayanan Bimbingan dan konseling
3.memfasilitasi perkembangan akademik, karir,
personal, dan social konseli
4.mengelola

sarana

dan

biaya

program

Bimbingan dan konseling
15.menilai

proses

dan

Bimbingan dan Konseling

hasil

kegiatan 1.melakukan evaluasi hasil, proses, program
Bimbingan dan konseling
2.melakukan penyesuaian proses pelayanan
Bimbingan dan Konseling

3.mengimformasikan

hasil

pelaksanakan

evaluasi pelayanan Bimbingan dan Konseling
Kepada pihak terkait.
4.menggunakan hasil pelaksanaan evaluasi
untuk merevisi dan mengembangkan program
Bimbingan dan Konseling

16.memiliki kesadaran dan komitmen terhadap 1.memahami dan mengola kekuatan dan
etika profesional

keterbatasan pribadi dan professional
2.menyelengarakan pelyanan sesuai dengn
kewenangan

dan

kode

Etik

professional

konselor.
3.mempertahankan objektivitas dan menjaga
agar tidak larut dengan masalah konseli.
4.melaksanakan

referral

sesuai

dengan

keperluan
5.peduli terhadap identitas professional dan
pengembanganprofesi
6.mendahulukan kepentingan konseli dari pada

kepentingan pribadi konselor
7.menjaga kerahasian konseli
17.menguasi konsep dan praksis penelitian 1.memahami
dalam Bimbingan dan Konseling

berbagai

jenis

dan

metode

penelitian
2.mampu merancang penelitian Bimbingan dan
konselinng
3.melaksanakan penelitian Bimbingan dan
Konseling
4.memanfaatkan

hasil

penelitian

dalam

Bimbingan dan konselinng dengan mengakses
jurnal

pendidikan

dan

Bimbingan

dan

konseling

E. Instrument Dan Sarana Yang Tersedia
Berdasarkan Permendibud Nomor 111 Tahun 2014 tentang pendidikan dasar dan
menengah Penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan layanan dan membantu tercapainya tujuan pendidikan nasional memerlukan
sarana, prasarana, dan pembiayanan yang memadai.

1. Ruang Bimbingan dan Konseling

Ruang kerja bimbingan dan konseling memiliki kontribusi keberhasilan layanan
bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan. Ruang kerja bimbingan dan konseling
disiapkan dengan ukuran yang memadai, dilengkapi dengan perabot/perlatannya, diletakan pada
lokasi yang mudah untuk akses layanan dan kondisi lingkungan yang sehat. Di samping ruangan,
dapat dibangun taman sekolah yang berfungsi ganda yaitu untuk kepentingan taman satuan
pendidikan, dapat juga ada disain untuk layanan bimbingan dan konseling di taman.
Ukuran ruang bimbingan dan konseling harus disesuaikan dengan kebutuhan jenis dan
jumlah ruangan. Ruang kerja konselor atau guru bimbingan dan konselor disiapkan secara
terpisah dan antar ruangan tidak tembus pandang dan suara. Jenis ruangan yang diperlukan
antara antara lain
(1) ruang kerja sekaligus ruang konseling individual,
(2) ruang tamu,
(3) ruang bimbingan dan konseling kelompok,
(4) ruang data,
(5) ruang konseling pustaka (bibliocounseling) dan
(6) ruang lainnya sesuai dengan perkembangan profesi bimbingan dan konseling.

Jumlah ruang disesuaikan dengan jumlah peserta didik/konseli dan jumlah konselor atau
guru bimbingan dan konseling yang ada pada satuan pendidikan.
Fasilitas ruangan yang diharapkan tersedia ialah ruangan tempat bimbingan yang khusus
dan teratur, serta perlengkapan lain yang memungkinkan tercapainya proses pelayanan
bimbingan dan konseling yang bermutu. Ruangan itu hendaknya sedemikian rupa sehingga di

satu segi para peserta didik/konseli yang berkunjung ke ruangan tersebut merasa nyaman, dan
segi lain di ruangan tersebut dapat dilaksanakan pelayanan dan kegiatan bimbingan lainnya
sesuai dengan asas-asas dan kode etik bimbingan dan konseling. Khusus ruangan konseling
individual harus merupakan ruangan yang memberi rasa aman, nyaman dan menjamin
kerahasiaan konseli.
Di dalam ruangan hendaknya juga dapat disimpan segenap perangkat instrumen
bimbingan dan konseling, himpunan data peserta didik, dan berbagai data serta informasi
lainnya. Ruangan tersebut hendaknya juga mampu memuat berbagai penampilan, seperti
penampilan informasi pendidikan dan jabatan. Yang tidak kalah penting ialah, ruangan itu
hendaklah nyaman yang menyebabkan para pelaksana bimbingan dan konseling betah bekerja.
Kenyamanan itu merupakan modal utama bagi kesuksesan program layanan bimbingan dan
konseling yang disediakan.
Adapun contoh minimal ruang bimbingan dan konseling seperti tertera pada gambar
berikut;

Alternatif contoh penataan ruang kerja profesi bimbingan dan konseling

Alternatif contoh penataan ruang kerja profesi BimbinganKonseling

2. Fasilitas Penunjang
Selain ruangan, fasilitas lain yang diperlukan untuk penyelenggaraan bimbingan dan
konseling antara lain:
a. Dokumen program bimbingan dan konseling yang disiman dalam almari.
b. Instrumen pengumpul data dan kelengkapan administrasi seperti:
1) Alat pengumpul data berupa tes.
2) Alat pengumpul data teknik non-tes yaitu: biodata peserta didik/konseli, pedoman wawancara,
pedoman observasi, catatan anekdot, daftar cek, skala penilaian, angket (angket peserta didik dan
orang tua), biografi dan autobiografi, angket sosiometri, AUM, ITP, format RPLBK, formatformat surat (panggilan, referal, kunjungan rumah), format pelaksanaan pelayanan, dan format
evaluasi.

3) Alat penyimpan data, dapat berbentuk kartu, buku pribadi, map dan file dalam komputer.
Bentuk kartu ini dibuat dengan ukuran-ukuran serta warna tertentu, sehingga mudah untuk
disimpan dalam almari/ filing cabinet. Untuk menyimpan berbagai keterangan, informasi atau
pun data untuk masing-masing peserta didik, maka perlu disediakan map pribadi. Mengingat
banyak sekali aspek-aspek data peserta didik yang perlu dan harus dicatat, maka diperlukan
adanya suatu alat yang dapat menghimpun data secara keseluruhan yaitu buku pribadi.
4) Kelengkapan penunjang teknis, seperti data informasi, paket bimbingan, alat bantu bimbingan
perlengkapan administrasi, seperti alat tulis menulis, blanko surat, kartu konsultasi, kartu kasus,
blanko konferensi kasus, dan agenda surat, buku-buku panduan, buku informasi tentang studi
lanjutan atau kursus-kursus, modul bimbingan, atau buku materi pelayanan bimbingan, buku
hasil wawancara, laporan

kegiatan pelayanan, data kehadiran peserta didik, leger Bimbingan dan Konseling, buku
realisasi

kegiatan

Bimbingan

dan

Konseling,

bahan-bahan

informasi

pengembangan

keterampilan pribadi, sosial, belajar maupun karir, dan buku/ bahan informasi pengembangan
keterampilan hidup, perangkat elektronik (seperti komputer, tape recorder, film, dan CD
interaktif, CD pembelajaran, OHP, LCD, TV); filing cabinet/ lemari data (tempat penyimpanan
dokumentasi dan data peserta didik/konseli), dan papan informasi Bimbingan dan Konseling.
Dalam kerangka pikir dan kerangka kerja Bimbingan dan Konseling terkini, para
konselor atau guru bimbingan dan konselingpada satuan pendidikan perlu terampil menggunakan
perangkat komputer, perangkat komunikasi dan berbagai software untuk membantu
mengumpulkan data, mengolah data, menampilkan data maupun memaknai data sehingga dapat

diakases secara cepat dan secara interaktif. Perangkat tersebut memiliki peranan yang sangat
strategis dalam pelayananBimbingan dan konseling pada satuan pendidikan.
Dalam konteks ini, para konselor atau guru bimbingan dan konseling dituntut untuk
menguasai sewajarnya penggunaan beberapa perangkat lunak dan perangkat keras komputer.
Banyak sekali perangkat lunak yang dapat dimanfaatkan oleh konselor atau guru bimbingan dan
konseling dalam upaya memberikan pepelayanan terbaik, efisien, dan daya jangkau pelayanan
yang lebih luas kepada para peserta didik/konseli. Sebagai contoh perangkat lunak itu antara lain,
program database peserta didik, perangkat ungkap masalah, analisis tugas dan tingkat
perkembangan peserta didik, dan beberapa perangkat tes tertentu.

3. Pembiayaan
Perencanaan anggaran merupakan komponen penting dari pengelolaan bimbingan dan
konseling. Perlu dirancang dengan cermat berapa anggaran yang diperlukan untuk mendukung
implementasi program. Anggaran ini harus masuk ke dalam Anggaran dan Belanja Satuan
Pendidikan.Memilih strategi pengelolaan yang tepat dalam usaha mencapai tujuan program
layanan bimbingan dan konseling memerlukan analisis terhadap anggaran yang dimiliki. Strategi
pengelolaan program yang dipilih harus disesuaikan dengan anggaran yang dimiliki.
Kebijakan satuan pendidikansetiap satan pendidikan harus memberikan dukunganterhadap
penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling. Pelaksanaan program bimbingan dan
konseling harus diperlakukan sebagai kegiatan yang utuh dari seluruh program pendidikan.

Adapun komponen anggaran meliputi:
a. Anggaran untuk semua aktivitas yang tercantum pada program Bimbingan dan Konseling.
b. Anggaran untuk aktivitas pendukung (seperti untuk asesmen kebutuhan, kunjungan rumah,
pengadaan pustaka terapi/buku pendukung, mengikuti diklat/seminar/workshop atau kegiatan
profesi bimbingan dan konseling, studi lanjut, kegiatan musyawarah guru bimbingan dan
konseling, pengadaan instrumen bimbingan dan konseling, dan lainnya yang relevan untuk
operasional layanan bimbingan dan konselinh.
c. Anggaran untuk pengembangan dan peningkatan kenyamanan ruang atau pemberian layanan
bimbingan dan konseling (seperti pembenahan ruangan, pengadaan buku-buku untuk konseling
pustaka, penyiapan perangkat konseling kelompok).

Sumber biaya selain dari RKAS (rencana kegiatan dan anggaran Sekolah/Madrasah), dengan
dukungan kebijakan Kepala Sekolah/Madrasah jika memungkinkan dapat mengakses dana dari
sumber-sumber lain melalui kesepakatan lembaga dengan pihak lain, atau menggunakan sumber
yang dialokasikan oleh komite Sekolah/Madrasah.

F. Factor Pendukung Dan Penghambatan Pelaksanaan BK
Di samping adanya faktor pendukung kegiatan bimbingan dan konseling juga ada faktor yang
menghambat dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling. Adapun faktor dan masalah yang
menghambat bimbingan dan konseling antara lain sebagai berikut:
a) Kekurangan tenaga bimbingan di sekolah.
Beberapa sekolah sudah merasakan perlunya petugas bimbingan di sekolah, sebagai
pembantu Kepala sekolah atau wali kelas dalam menghadapi berbagai permasalahan peserta
didik. Kekurangan tenaga pembimbing sekolah menyebabkan terlalu berat beban tugas yang

harus dipikulnya dalam pelaksanaan bimbingan di sekolah, bila tenaga pembimbing jumlah
sedikit sekali untuk menangani siswa yang begitu banyak tentunya tidak akan efektif dan efisien
yang akhirnya akan menjadi kendala bimbingan konseling.
b) Kemampuan teknis bimbingan di sekolah.
Tenaga yang ada, yang secara langsung menangani bimbingan di sekolah kebanyakan tidak
sesuai dengan bidangnya, bisa jadi tugasnya merangkap antara profesi satu dengan profesi
lainnya. Misalkan Kepala Sekolah yang masih merangkap jadi guru bimbingan dan lain
sebagainya, yang akhirnya proses penaganan dan pelaksanaannya tentu tidak sesuai dan tidak
tepat sebagaimana mestinya.
c) Sarana dan prasarana.
Layanan bimbingan di sekolah mutlak memerlukan sarana dan prasarana. Kebanyakan sarana
dan prasarana yang digunakan masih merangkap dengan fasilitas yang lainnya, seperti misalnya
ruangan bimbingan yang masih menyatu dengan ruang kesehatan.
d) Organisasi dan administrasi bimbingan.
Dalam penanganan layanan bimbingan di sekolah, perlu dilakukan dan ditopang oleh
kegiatan administrasi. Program bimbingan perlu diorganisir sedemikian rupa supaya
memungkinkan terjadinya suatu kerja sama yang harmonis antara pihak sekolah, Kepala
Sekolah, Guru bidang studi, pihak ketertiban sekolah dan lainnya. Tanpa adanya kerja sama yang
baik pelaksanaan bimbingan konseling akan sulit dilaksanakan.
e) Supervisi bimbingan di sekolah.
Kegiatan supervisi baik oleh Kepala Sekolah maupun dari kantor Wilayah Departement
pendidikan nasional masih belum berjalan sebagaimana mestinya. Hambatan ini mungkin akan
menyebabkan keterbatasan tenaga profesional yang memadai bagi sekolah.