Makalah Klasifikasi Tujuan dan interelas

MAKALAH
KLASIFIKASI, TUJUAN DAN INTERELASI AGAMA-AGAMA
Diajukan guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Studi Islam

Dosen Pengampu:
H. Faisol Rizal, M. Hi
Oleh:
Ali Zaelani
Ahmad Fauzan Nizar
Miftakhul Jinan

INSTITUT AGAMA ISLAM BANI FATTAH (IAIBAFA)
TAMBAKBERAS JOMBANG
TAHUN 2014

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era modern sekarang ini kita dihadapkan pada sebuah tantangan yang

tidak ringan berupa “perubahan” dalam semua lini dan aspek kehidupan. Pada era
teknologi informasi saat ini, angka-angka perubahan tidak lagi dapat dihitung
secara geometrik. Sebaliknya, untuk bisa mendeteksi laju perubahan, kita
membutuhkan perangkat aritmatika1 supercanggih.
Sebagai dampaknya, laju informasi dan sistem komunikasi tidak saja sulit
disaring, apalagi dibendung, tetapi juga mengaburkan nilai-nilai kemanusiaan
dalam pranata kehidupan umat beragama sehari-hari. Dalam kondisi seperti ini,
posisi agama sering menjadi ajang perdebatan. Apakah ajaran agama mesti tunduk
mengikui irama perubahan yang niscaya, atau sebaliknya, setiap perubahan mesti
memiliki acuan berupa nilai agama?2
Dalam studi keagamaan sering dibedakan antara kata religion dengan kata
religiosity. Kata yang pertama, religion, yang biasa dialihbahasakan menjadi
“agama”, pada mulanya lebih berkonotasi sebagai kata kerja yang mencerminkan
sikap keberagamaan atau keshalehan hidup berdasarkan nilai-nilai ketuhanan.
Tetapi dalam perkembangan selanjutnya, religion bergeser menjadi semacam
“kata benda”; ia menjadi himpunan doktrin, ajaran serta hukum-hukum yang telah
baku yang diyakini sebagai kodifikasi perintah Tuhan untuk manusia. Proses
pembakuan ini berlangsung, antara lain melalui proses sistematisasi nilai dan
semangat agama, sehingga agama hadir sebagai himpunan sabda Tuhan yang
terhimpun dalam kitab suci dan literatur keagamaan karya ulama.

Sedangkan religiositas3 lebih mengarah pada kualitas penghayatan dan
sikap hidup seseorang berdasarkan nilai-nilai keagamaan yang diyakininya. Istilah
1 arit·me·ti·ka /aritmétika/ n pengkajian bilangan bulat positif melalui penjumlahan, pengurangan, perkalian,
dan pembagian, serta pemakaian hasilnya dl kehidupan sehari-hari. KBBI
2 Dr. H. Abu Yasid, LL.M., Islam Akomodatif (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2004), cet. 1, hal 1
3 re·li·gi·o·si·tas /réligiositas/ n pengabdian thd agama; kesalehan. KBBI

2

yang tepat bukan religiositas, tatapi spiritualitas. Spiritualitas lebih menekankan
substansi nilai-nilai luhur keagamaan dan cenderung memalingkan diri dari
formalisme keagamaan. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui agama bukan
hanya pada dataran eksoterik4, melainkan juga pada dataran esoteris5.
Kebenaran dapat diperoleh dari dua sisi, yaitu kebenaran flosofis dan
kebenaran sosiologis. Secara filosofis, kebenaran yang sebenarnya adalah satu,
tunggal dan tidak majemuk, yakni sesuai dengan relitas. Tetapi, pencapaian
kebenaran pada setiap orang berbeda. Dalam konteks agama, semua agama ingin
mencapai realitas tertinggi (the ultimate reality).
Sisi kedua adalah sisi sosiologis. Ditinjau dari segi sosiologis, proses dan
pencapaian dan penerjemahan realitas tertinggi membuat klaim tentang kebenaran

menjadi berbeda. Padahal, perbedaan yang terjadi secara hakiki bukan terletak
pada realita tertinggi. Disinilah mulai timbul konflik kebenaran, baik ekstraagama maupun intra-agama.6
B. Rumusan Masalah
1. Sebutkan klasifikasi7 agama secara universal !
2. Apa tujuan dan interelasi8 agama-agama?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui klasifikasi agama-agama secara umum;
2. Mengetahui tujuan dan interelasi agama-agama.

4 ek·so·te·rik /éksotérik/ n pengetahuan yg boleh diketahui atau dimengerti oleh siapa saja. KBBI
5 eso·te·ris /ésotéris/ a bersifat khusus (rahasia, terbatas). KBBI
6 Drs. Atang Abd. Hakim, Metodologi Studi Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), cet. 11, hal 3-4
7 kla·si·fi·ka·si n penyusunan bersistem dl kelompok atau golongan menurut kaidah atau standar yg
ditetapkan. KBBI
8 in·te·re·la·si /interélasi/ n hubungan satu sama lain. KBBI

3

BAB II
PEMBAHASAN

1. Klasifikasi Agama-agama secara universal
Para Ahli Ilmu perbandingan agama (The comparative study of religion)
biasa membagi agama secara garis besar menjadi dua bagian. Pertama, kelompok
agama yang diturunkan oleh Tuhan melalui wahyunya. Sebagaimana termaktub
dalam kitab suci al-qur’an. Agama yang demikian ini biasa disebut agama samawi
(agama langit) karena berasal dari atas. Yang termasuk kelompok pertama ini
antara lain; Yahudi, Nasrani dan Islam. 9
Ajaran dasar agama, karena merupakan wahyu dari Tuhan, bersifat
absolut, mutlak benar, kekal, tidak berubah dan tidak bisa berubah. Sedangkan
penjelassan ahli agama terhadap penjelasan dasar agama, karena hanya penjelasan
dan hasil pemikiran, tidak absolut, tidak mutlak benar dan tidak kekal. Bentuk
ajaran agama yang kedua ini bersifat relatif, nisbi10, berubah dan dapat diubah
sesuai dengan perkembangan zaman.11
Kedua, kelompok agama yag didasarkan hasil renungan mendalam dari
tokoh yang membawanya sebagaimana terdokumentasikan dalam kitab suci yang
disusunnya. Agama yang demikian ini biasa disebut agama Ardhi (Agama Bumi)
karena berasal dari bumi. Yang termasuk dalam agama ini antara lain; Hindu,
Buddha, konghucu dan lain sebagainya.12
2. Tujuan dan Interelasi Agama-Agama
Agama merupakan sarana menuju the ultimate reality yang dimana setiap

agama mempunya the ultimate reality berbeda-beda. dalam konteks Yahudi,
9 Abudi Nata., Metodologi Studi Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), 119
10 nis·bi a hanya terlihat (pasti; terukur) kalau dibandingkan dengan yang lain; bergantung kepada orang
yang memandang; tidak mutlak; relatif. KBBI
11 Harun Nasution, dalam Pengetahuan Budaya, Ilmu-Ilmu Sosial dan pengkajian Masalah-Masalah Agama,
ed. Parsudi Suparlan, et al (Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Lektur Agama Badan litbang Agama,
1982), 18

12 Abudi Nata., Ibid. 120

4

menerjemahkan Realitas tertinggi sebagai Yehova. Kristen dan Islam
menerjemahkan hal demikian sebagai Allah (dengan pelafalan yang sedikit
berbeda), juga dengan keyakinan yang lain. Ini berarti bahwa yang dikejar
Realitas tertinggi sebenarnya adalah satu. Itulah yang menyebabkan Frithjof
Schoun mengatakan bahwa semua agama itu sama pada alam transendental. Pada
alam itu, semua agama mengejar realitas tertinggi.13
Dalam al-Qur’an terdapat tuntunan yang banyak membicarakan Realitas
Tertinggi yang menunjukkan bahwa ia, secara filosofis, tidak menerima kebenaran

selainnya. Namun di sisi lain (sosiologis), ia juga dengan sangat toleran menerima
kehadiran keyakinan lain (lakum diinukum wa liy al-diin). Disamping itu, para
pemikir Muslim cenderung moderat dan sangat toleran.
Atas dasar dua kebenaran tersebut, sebaiknya Realitas Tertinggi dijadikan
patokan. jika Realitas Tertinggi pada hakikatnya adalah satu, maka secara
otomatis prinsip-prinsip filosofis yang digunakan semua agama adalah juga satu.
Yang sebaiknya dipertahankan bukan simbol agama, melainkan kebenaran yang
sebenarnya dikejar oleh setiap agama.14
Mengenai posisi islam terhadap agama-agama yang datang sebelumnya
dapat dikemukakan sebagai berikut.
A. Dapat dilihat dari ciri khas agama islam yang paling mononjol, yaitu bahwa
islam menyuruh para pemeluknya agar beriman dann memrcayai bahwa
sekalian agama besar di dunia yang datang sebelumnya diturunkan dan di
wahyukan oleh Allah SWT. Dalam al-Qur’an, dijumpai ayat-ayat yang
menyuruh umat Islam mengakui agama-agama yang diturunkan sebelumnya
sebagai bagian dari rukun iman. Misalnya ayat yang berbunyi:

‫نوال لنقذينن ينمؤقمننونن قبنما أ نن مقزنل قإل نيمنك نونما أ نن مقزنل قممن نقبملقنك نوقبالقخنرقة نهمم نيوققننونن‬

13 Husein Shabab, dalam Atas Nama Agama: Wacana agama dalam dialog “Bebas” Konflik, ed.

Andito, et al. (Bandung: Pustaka Hidayah, 1998), 21
14 Ibid, 23

5

dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan
kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu15, serta mereka
yakin akan adanya (kehidupan) akhirat16. (QS. Al-Baqarah, 2:4)
berdasarkan ayat tersebut terlihat jelas bahwa posisi Islam diantara agamaagama lainnya dari sudut keyakinan adalah agama yang meyakini dan
memercayai agama yang dibawa oleh para rasul sebelum Nabi Muhammad.17
B. Posisi Islam diantara agama besar di dunia dapat pula dilihat dari ciri khas
agama islam yang memberinya kedudukan istimewa diantara sekian agama.
Selain menjadi agama yang terakhir, dan yang meliputi sebelumnya, Islam
adalah pernyataan kehendak Ilahi yang sempurna. Dalam al-Qur’an
menyatakan :

‫ر‬
‫ال عيِو ر‬
‫ت‬
‫مضتيِ وررر ض‬

‫ر ع ر‬
‫ضيِ ت‬
‫م ن ضعع ر‬
‫ت ع رل ريِ عك ت ع‬
‫م ت‬
‫م ع‬
‫م ورأت ع ر‬
‫م ضديِن رك ت ع‬
‫ت ل رك ت ع‬
‫مل ع ت‬
‫م أك ع ر‬
ً‫م ضديِننا‬
‫سلْ ر‬
‫م ال ع‬
‫ل رك ت ت‬
Pada hari ini18 orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan)

agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah
kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi

agama bagimu. (QS. Al-Maaidah, 5:3)19
C. Posisi Islam diantara agama-agama lainnya dapat dilihat dari peran yang
dimainkannya. Dalam hubungan ini, agama Islam memiliki tugas besar yaitu
1) Mendatangkan perdamaian dunia dengan membentuk persaudaraan
diantara sekalian agama di dunia;
2) Menghimpun segala kebenaran yang termuat dalam agama yang telah ada
sebelumnya;
3) Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh penganut agama
sebelumnya yang kemudia dimasukkan pada agama itu;
4) Mengajarkan kebenaran abadi yang sebelumnya tidak pernah diajarkan.20
15 Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelum Muhammad s.a.w. ialah kitab-kitab yang diturunkan sebelum
Al Quran seperti: Taurat, Zabur, Injil dan Shuhuf-Shuhuf yang tersebut dalam Al Quran yang diturunkan
kepada para Rasul. Allah menurunkan Kitab kepada Rasul ialah dengan memberikan wahyu kepada Jibril a.s.,
lalu Jibril menyampaikannya kepada Rasul.
16 Yakin ialah kepercayaan yang kuat dengan tidak dicampuri keraguan sedikitpun. Akhirat lawan dunia.
Kehidupan akhirat ialah kehidupan sesudah dunia berakhir. Yakin akan adanya kehidupan akhirat ialah benarbenar percaya akan adanya kehidupan sesudah dunia berakhir.
17 Abudi Nata, Ibid. 120
18 Yang dimaksud dengan hari ialah: masa, yaitu: masa haji wada', haji terakhir yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad s.a.w.
19 Abudi Nata, Ibid. 122


20 Ibid. 123

6

D. Posisi Islam diantara agama-agama lain dapat pula dilihat dari unsur
pembaharuan didalamnya. Dengan datangnya Islam, agama memperoleh arti
yang baru. Dalam hal ini, paling kurang ada dua hal:
1) Agama tidak boleh dianggap sebagai digma yangg orang harus
menerimanya, jiak ia ingin selamat dari siksaan yang kekal. Dalam Islam,
agama harus diperlakukan sebagai ilmu yang didasarkan atas pengalaan
universal umat Manusia;
2) Ruang lingkup agama itu tidak terbatas oleh kehidupan akhirat saja,
melainkan mencakup kehidupan dunia juga. Dengan kehidupan dunia yang
baik, umat manusia dapat mencapai kesadaran akan adanya kehidupan
yang lebih baik.21
E. Posisi Islam menurut agama lain dapat dilihat dari dua sifat yang dimiliki
ajaran Islam, yaitu:
1) Akomodatif22. Sebelum Islam datang misalnya, dijumpai adanya kebiasaan
melakukan perbuatan persembelihan pada para Dewa dan Arwah leluhur

untuk memeroleh keberkahan. Kebiasaan berkonrban ini diteruskan oleh
Islam dengan mengganti benda yang di Korbankan, bukan lagi manusia
melalui hewan ternak. Tujuan Qurban diarahkan sebagai bentuk
pengabdian dan rasa syukur kepada Tuhan atas segala karunia yang
diberikan kepadanya, sedangkan daging Qurban yang diberikan kepada
Fakir Miskin dan Orang-orang yang kirang mampu. Dengan Qurban
tersebut, maka akan tercipta tujuan agama yaitu, menjalin hubungan
manusia dengan Tuhan dan Manusia dengan Manusia.

‫ر‬
‫س ر ي‬
‫ل ضيِ ر ع‬
‫شهر ت‬
‫م وريِ رذ عك تتروا ا ع‬
‫مرناًفضعر ل رهت ع‬
‫دوا ر‬
‫م اللهض ضفيِ أييِاًم م‬
ً‫من عرها‬
‫مةض الن عرعاًم ض فرك تتلوا ض‬
‫م ض‬
‫ماً م‬
‫ن ب رضهيِ ر‬
‫ماً رررزقرهت ع‬
‫ت ع ررلىَ ر‬
‫مععتلو ر‬
‫ر‬
‫م ع‬
‫ر‬
‫قيِرر‬
‫س ال ع ر‬
‫ف ض‬
‫ورأط ععض ت‬
‫موا ال عرباًئ ض ر‬

supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya

mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan23 atas rezki
yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak24. Maka
21 Ibid. 124
22 ako·mo·da·tif a bersifat dapat menyesuaikan diri
23 Hari yang ditentukan ialah hari raya haji dan hari tasyriq, yaitu tanggal 10, 11, 12 dan 13 Dzulhijjah.
24 Yang dimaksud dengan binatang ternak di sini ialah binatang-binatang yang termasuk jenis unta, lembu,
kambing dan biri-biri.

7

makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah
untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir. (QS. Al-Hajj, 22:28)
2) Persuasif25. Dari satu segi Islam, melihat adanya hal-hal yang tidak
disetujui dan harus dihilangkan, namun dari segi yang lain, Islam
mengupayakan agar proses menghilangkan tradisi yang demikian itu tidak
menimbulakn gejala sosial yang merugikan. Upaya tersebut dilakukan
dengan cara persuasif. Proses tersebut dilakukan secara bertahap (Tadrij)
sampai menjelaskan makna larangan tersebut yang disesuaikan dengan
tingkat intelektual mereka, hingga akhirnya perbuatan tersebut benar-benar
ditinggalkan oleh masyarakat. Hal yang demikian misalnya terlihat pada
larangna Islam terhadap praktek riba, judi dan minuman keras serta
memuja berhala.26
F. Hubungan Islam dengan agama lain dapat dilihat pada ajaran moral atau
akhlaq yang mulia yang ada didalamnya. Misalnya menjumpai ajaran moral
dalam agama-agama sebagai berikut:
1) Dalam agama Hindu, terdapat ajaran pengendalian tentang kesenangan.
Ajaran ini menganggap bahwa keinginan terhadap kesenangan merupakan
hal yang bersifat alamiat sesuai dengan kodrat manusia. Namun menurut
Islam, tidak setiap hasrat dapat dituruti tanpa resiko.
2) Agama Buddha, terdapat ajaran tentang pengendalian diri dari
memperturunkan hawa nafsu yang berakibat pada terjadnya tindakan
kejahatan dan juga terdapat sejumlah ajaran etis tentang larangan
membunuh, mencuri, berdusta, memperturutkan hawa nafsu dan minumminuman yang memabukkan. Ajaran ini juga bisa dijumpai pada ajaran
yahudi yang dibawa oleh Nabi Musa AS.
3) Di dalam agama Yahudi terdapat 10 perintah Tuhan yang meliputi:
a) Pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
b) Larangan menyekutukan Tuhan dengan suatu apapun;
c) Larangan menyebut nama Tuhan dan kata-kata yang dapat menyianyiakannya;
d) Memuliakan hari pemberhentian Tuhan dan menciptakan yaitu hari
Sabbath;
e) Menghormati ayah dan ibu;
25 per·su·a·sif /pérsuasif/ a bersifat membujuk secara halus (supaya menjadi yakin)
26 Abudi Nata,, Ibid. 125

8

f)
g)
h)
i)
j)

Larangan membunuh sesama manusia;
Larangan berbuat zina;
Larangan mencuri;
Larangan menjadi saksi palsu; dan
Menahan dorongan hawa nafsu untuk memiliki sesuatu yang bukan

menjadi miliknya.
4) Dalam agama Kristen dijumpai pula tentang berbuat baik yang bertolak
pada pengendalian diri. Dalam Kitab perjanjian lama, terdapat kata-kata
yang sering diulang-ulang oleh Yesus yang berbunyi: “Cintailah sesama
manusia seperti anda mencintai diri anda sendiri. lakukanlah terhadap
orang lain apa yang anda ingin lakukan terhadap diri anda sendiri.
Datanglah kepadaku, kamu semua yang letih dan berbeban berat dan aku
akan menyegarkan kamu.”27

27 Ibid. 129-130

9

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian yang telah tersebut diatas, kita ketahui
bahwa Islam merupakan agama yang tampak bersifat adil, objektif dan
proporsional. Dengan sifatnya yang adil, ajaran islam mengakui eksistensi
dan peran yang telah dilakukan oleh agama-agama yang pernah ada di Dunia.
Sebagai yang bersifat objektif, ajaran islam memberikan penilaian apa adanya
terhadap agama-agama lain. Terhadap agama lain yang benar, dibenarkan
oleh Islam, dan terhadap agama yang tersesat disalahkan dan diperbaiki oleh
agama Islam. Dan terhadap ajaran agama yang tidak seimbang dalam
memberikan perhatian, diberikan perhatian yang proporsional. Dengan
pandangan yang demikian itu Islam bukanlah agama yang eksklusif
melainkan agama yang terbuka, rasional, objektif dan demokratis. Islam
adalah agama untuk orang-orang yang menggunakan fikirannya. Dengan
demikian itu, maka Islam tampil sebagai penyempurna, korektor, pembenar
dan sekaligus pembaharu.
Posisi Islam demikian itu membawa penganut Islam sebagai umat
yang ideal, menjadi pemersatu dan perekat diantara agama-agama yang ada di
Dunia.
Namun demikian, diketahui bahwa diantara agama-agama tersebut
terdapat segi-segi perbedaan yang secara sepesifik dimiliki oleh masingmasing. Segi-segi perbedaan yang spesifik tersebut terdapat pada ajaran yang
bersifat teologis-normatif. Yaitu ajaran yang diyakini sebagai yang benar,
tanpa memerlukan dalil-dalil yang harus memperkuatnya. Ajaran tersebut
dianggap sebagai yang ideal dan harus dilaksanakan. Ajaran-ajaran yang
demikian itu berkaitan dengan keyakinan (teologis) dan ritualistik, yakni
perbadatan. Terhadap ajaran-ajaran yang demikian itu, masing-masing agama
dianjurkan harus menghargai dan menghormatinya.28

28 Abudi Nata, Ibid. 140