136017760 Resensi 7 Habits by Gesron

Bedah Buku

OLEH

GESRON PURBA
34153

JUNIOR OFFICER DEVELOPMENT PROGRAM
PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE
JAKARTA

BAGIAN I
PARADIGMAAA DAN PRINSIP

A. Dari Dalam Ke Luar
Etika karakter (Character Ethic) merupakan dasar dar keberhasilan, hal-hal seperti
integritas, kerendahan hati, kesetiaan, pembatasan diri, keberanian, keadilan,
kesabaran, kerajinan, kesederhanaan, dan kesopanan. Etika karakter mengajarkan
kita bahwa terdapat prinsip-prinsip dasar kehidupan yang efektif dan bahwa
seseorang hanya dapat mengalami keberhasilan yang sejati dan kebahagiaan yang
abadi jika mereka belajar dan mengintegrasikan prinsip tersebut ke dalam karakter

dasar mereka. Seiring kemajuan zaman, pandangan dasar dari keberhasilan
berubah dari Etika Karakter menjadi Etika Kepribadian. Keberhasilan lebih
merupakan suatu fungsi kepribadian, citra masyarakat, sikap dan prilaku,
keterampilan dan teknik, yang melicinkan proses interaksi pada manusia. Pada
dasarnya Etika Kepribadian ini dibagi menjadi dua jalan yakni;
a) Teknik hubungan manusia dan masyarakat
b) Sikap mental positif (SMP)
Tujuh kebiasaan Manusia yang sangat efektif mencakup banyak prinsip dasar dari
efektivitas manusia. Kebiasaan-kebiasaan ini bersifat mendasar dan
menggambarkan internalisasi prinsip-prinsip yang menjadi dasar bagi kebahagiaan
dan keberhasilan. Sebelum kita mengenal lebih jauh mengenai Tujuh kebiasaan ini
kita perlu mengerti paradigmaaa kita sendiri dan bagaimana membuat suatu
perubahan paradigmaaa, karena etika karakter dan etika kepribadian merupakan
contoh dari paradigmaaa social. Paradigmaa merupakan cara kita melihat suatu hal
bukan berkaitan dengan pegertian visual dari tindakan melihat, melainkan
berkaitan dengan persepsi, mengerti dan menafsirkan. Untuk tujuan kita cara
sederhana, untuk mengerti arti paradigmaa adalah dengan memandangnya sebagai
peta.

B. Tujuh Kebiasaan – Sebuah Tinjauan Umum

Karakter kita pada dasarnya adalah gabungan dari kebiasaan- kebiasaan kita.
Aristoteles pernah berkata Kita adalah apa yang kita kerjakan berulang-ulang.
Karena itu, keunggulan bukanlah suatu perbuatan, melainkan suatu kebiasaan.
“Taburlah gagasan, tuaiah perbuatan; taburlah perbuatan, tuailah kebiasaan;
taburlah kebiasaan, tuailah karakter; taburlah karakter, tuailah nasib.
Kebiasaan adalah faktor yang kuat dalam hidup kita. Karena konsisten, dan sering
merupakan pola yang tidak disadari, maka kebiasaan secara terus menerus, setiap

hari mengekspresikan karakter kita dan menghasilkan efektivitas kita atau
ketidakefektivitas kita. Untuk tujuan kita, kita akan mendefinisikan kebiasaan
sebagai titik pertemuan pengetahuan, keterampilan dan keinginan. Pengetahuan
adalah paradigmaa teoretis, apa yang harus dilakukan dan mengapa. Keterampilan
adalah bagaimana melakukannya. Keinginan adalah motivasi, keinginan untuk
melakukan.
Albert Einsten mengemukakan “masalah penting yang kita hadapi kini tidak dapat
kita pecahkan pada tingkat berfikir yang sama ketika kita menciptakan maslah
tersebut. ” kita memerlukan tingkatan yang baru, tingkatan berfikir yang lebih
dalam dari sebuah paradigm yang didasari oleh prinsip-prinsip yang secara akurat
menjabarkan wilayah kemanusiaan dan interaksi yang efektif untuk memecahkan
kekhawatiran yang mendalam. Tujuh Kebiasaan Manusia yang sangat Efektif dapat

menjadi tingkatan baru dalam pola berpikir. Tingkatan berpikir ini merupakan
pendekatan yang berpusat pada prinsip, berdasar pada karakter, “ dari dalam ke
luar” pada efektivitas pribadi dan antar pribadi. Akan tetapi, Tujuh Kebiasaan
bukanlah seperangkat formula pemberi semangat yang terpisah atau sepotongsepotong yang selaras dengan hukum alam pertumbuhan, memberikan pendekatan
yang meningkat, berurutan, dan sangat terpadu bagi perkembangan efektivitas
pribadi dan antar pribadi. Kebiasaan ini meningkatkan kita secara progresif pada
Kontinum Kematangan dari Ketergantungan (dependence) menuju Kemandirian
(independence) hingga Kesalingtergantungan (interdependence).
Pada kontinum kematangan, Ketergantungan adalah paradigma kamu-kamu
mengurus saya; kamu dating melalui saya; kamu tidak berhasil; saya menyalahkan
kamu untuk hasilnya. Kemandirian adalah paradigma saya-saya dapat
melakukannya; saya bertanggung jawab; saya percaya diri; dan saya dapat
memilih. Kesalingtergantungan adalah paradigma kita-kita dapat melakukannya;
kita dapat bekerja sama; kita dapat menggabungkan bakat dan kemampuan kita
serta menciptakan sesuatu yang lebih besar bersama-sama.
Orang yang tergantung membutuhkan orang lain untuk mendapatkan apa yang
mereka kehendaki. Orang yang mandiri dapat memperoleh apa yang mereka
kehendaki melalui usaha mereka sendiri. Orang yang saling tergantung
menggabungkan upaya mereka sendiri dengan upaya orang lain untuk mencapai
keberhasilan terbesar bersama. Kesalingtergantungan merupakan suatu pilihan

yang hanya dapat dibuat oleh orang yang mandiri. Orang tergantung tidak dapat
memilih untuk menjadi saling tergantung. Mereka tidak mempunyai karakter untuk
melakukannya; mereka tidak punya cukup untuk diri mereka sendiri.
Itulah sebabnya Kebiasaan 1,2, dan 3 berhubungan dengan penguasaan diri.
Kebiasaan–kebiasaan ini memindahkan orang dari ketergantungan kepada
kemandirian, dan hal ini disebut Kemenangan Pribadi (privat vicory) inti dari
pertumbuhan karakter. Kemenangan pribadi mendahului kemenangan public. Proses
bermula dari dalam ke luar. Ketika kita benar-benar mandiri, akita akan mempunyai

dasar untuk saling tergantung secara efektif. Kita memiliki karakter yang dapat
digunakan untuk secara efektif mengupayakan Kemenangan Publik (public victory),
yang lebih berorientasi pada kepribadian, dalam kerja tim, kerja sama, dan
komunikasi pada kebiasaan 4, 5, dan 6. Kebiasaan 7 adalah kebiasaan pembaruan
diri yang seimbang dari empat dimensi dasar kehidupan. Kebiasaan ini melingkari
dan memadukan semua kebiasaan lain. Kebiasaan ini adalah kebiasaan perbaikan
terus menerus yang menciptakan spiral pertumbuhan meningkat yang mengangkat
kita ke tingkatan baru pengertian dan pelaksanaan.

PARADIGMA TUJUH KEBIASAAN


BAGIAN II
KEMENANGAN PRIBADI
A. KEBIASAAN I (JADILAH PROAKTIF) Prinsip Visi Pribadi
Menjadi proaktif adalah sesuatu yang lebih dari sekadar meng-ambil inisiatif.
Proaktif berarti menyadari bahwa kita bertanggung jawab terhadap pilihan-pilihan
kita dan memiliki kebebasan untuk memilih berdasarkan prinsip dan nilai, dan
bukan berdasarkan suasana hati atau kondisi di sekitar kita. Orang-orang yang
proaktif adalah agen-agen perubahan, dan memilih untuk tidak menjadi korban,
untuk tidak menjadi reaktif; mereka memilih untuk tidak menyalahkan orang lain.
Orang proaktif akan senantiasa bertanggungjawab atas segala tindakan yang
dilakukan. Mereka tidak suka menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi pada
dirinya. Orang proaktif mengakui bahwa segala sesuatu terjadi atas respon yang
telah mereka buat. Mereka tahu bahwa diri mereka lah yang memilih perilaku yang
dilakukan. Lawan dari orang proaktif adalah orang reaktif, orang seperti ini sering
dipengaruhi oleh lingkungan fisiknya. Mereka menemukan sumber-sumber eksternal
untuk disalahkan atas perilaku yang mereka lakukan. Contoh jika cuaca baik,
mereka merasa baik, tapi jika cuaca buruk kinerja mereka menurun. Perlu diketahui
bahwa semua kekuatan eksternal adalah stimulus yang akan kita respon dalam
bentuk tindakan. Jadi jika respon kita salah maka tindakan kita salah. Sebagai
manusia proaktif seseorang akan merespon setiap stimulus dengan psoitif dan

itulah yang akan mengantarkannya pada tindakan-tindakan yang positif.

Kebebasan
Untuk
Memilih

a.Kesadaran Diri
d. Kehendak Bebas

RESPONS

b.Imajisanasi

c.Suara Hati

B. KEBIASAAN II ( MERUJUK KEPADA TUJUAN AKHIR) Prinsip Kepemimpinan
Pribadi
Individu, keluarga, tim, dan organisasi membentuk masa depan mereka dengan
terlebih dahulu menciptakan sebuah visi mental untuk segala proyek, baik besar
maupun kecil, pribadi atau antar pribadi. Mereka tidak sekadar hidup dari hari ke


hari tanpa tujuan yang jelas dalam pikiran mereka. Mereka mengidentifikasi diri dan
memberikan komitmen terhadap prinsip, hubungan, dan tujuan yang paling berarti
bagi mereka.
Mulailah dari titik paling akhir, niscaya akan terang tujuan Anda. Hal ini berarti
mengetahui kemana Anda akan pergi sehingga Anda sebaiknya mengerti dimana
Anda sekarang dan dengan begitu, Anda mengetahui langkah-langkah yang Anda
ambil selalu berada pada arah yang benar, yaitu visi Anda.

Rasa Aman

PUSAT
Kebijaksanaan

Pedoman

Rasa Aman menggambarkan perasaan diri berguna, identitas kita, jangkar
emosiaonal kita, harga diri kita, kuatDaya
atau tidaknya kekuatan pribadi yang
mendasar. Pedoman berarti sumber arah hidup kita dan standar atau prinsip atau

criteria implicit yang mengatur pengambilan keputusan dan pelaksanaan.
Kebijaksanaan adalah perspektif hidup kita, rasa keseimbangan kita, pengertian
kita mengenai berbagai bagian dan prinsip berlaku dan berhubungan satu sama lain
yang meliputi penilaian, ketajaman pandangan pemahaman. Kebijaksanaan
merupakan gestalt atau kesatuan utuh yang terpadu. Daya adalah kemampuan
atau kapasitas untuk bertindak, kekuatan dan potensi untuk mencapai sesuatu.
C. KEBIASAAN III ( DAHULUKAN YANG UTAMA) Prinsip Manajemen Pribadi
Mendahulukan yang utama berarti mengatur aktivitas dan melaksanakannya
berdasarkan prioritas-prioritas yang paling penting. Apa pun situasinya, hal itu
berarti menjalani kehidupan dengan didasarkan pada prinsip-prinsip yang Anda
rasakan paling berharga, bukan oleh agenda dan kekuatan sekitar yang mendesak
Anda.
Kita seringkali disibukkan oleh persoalan remeh temeh dan tidak penting yang
justru menghabiskan waktu efektif yang kita miliki. Anda harus membuat prioritas
dalam aktivitas Anda sehari-hari.
Untuk menjalani kehidupan yang seimbang diperlukan sebuah fokus pada prioritas
anda yang utama. Kebiasaan pertama mengajarkan kita tentang tanggungjawab,
menjadi proaktif adalah sebuah pilihan. Pada kebiasaan kedua mengajarkan bahwa

semua hal di awali dari mental kemudian berakhir pada pikiran atau bisa disebut

juga sebagai visi. Sedangkan kebiasaan ketiga ini tentang manajemen kehidupan –
yaitu tujuan, nilai, peran, dan prioritas. Apa “hal pertama?” Hal pertama adalah
mereka yang menemukan hal yang paling berharga dalam hidupnya. Jika Anda
menempatkan prioritas, maka Anda harus mengatur, mengelola waktu dan
peristiwa sesuai dengan prioritas pribadi Anda. Jangan sampai kita melakukan
sesuatu tanpa prioritas, karena hal ini hanya merugikan waktu dan tenaga kita.

K
K
u
a
d
d
r
r
a
n
n
I
I

V
I
Gambar Matriks Manajemen Waktu
BAGIAN III
KEMENANGAN PUBLIK
D. KEBIASAAN IV (BERPIKIR MENANG-MENANG) Prinsip Kepeminpinan
Antarpribadi
Sebagian besar dari kita belajar untuk mendasarkan diri kita pada perbandingan
dan persaingan. Kita berpikir tentang berhasil bukan kegagalan. Berpikir menang
melihat kehidupan sebagai arena kooperatif, bukan yang kompetitif. Menang adalah
kerangka pikiran dan hati yang terus-menerus berusaha mencari manfaat bersama
dalam semua interaksi manusia. Orang atau organisasi yang mendekati konflik
dengan sikap menang memiliki tiga karakter penting:
 Integritas: menempel dengan perasaan yang sebenarnya, nilai, dan
komitmen
 Jatuh Tempo: mengekspresikan ide dan perasaan dengan keberanian dan
pertimbangan untuk ide-ide dan perasaan orang lain
 Kelimpahan Mentalitas: percaya ada banyak hal yang bisa kita bagikan untuk
semua orang
Berpikir menang-menang adalah kerangka pikiran dan hati yang berusaha mencari

manfaat bersama dan saling menghormati di dalam segala jenis interaksi. Berpikir
menang-menang adalah berpikir dengan dasar-dasar Mentalitas Berkelimpahan

yang melihat banyak peluang, dan bukan berpikir dengan Mentalitas Berkekurangan
dan persaingan yang saling mematikan. Kebiasaan ini bukanlah berpikir secara
egois (menang-kalah) atau seperti martir (kalah-menang). Kebiasaan ini adalah
berpikir dengan mengacu pada kepentingan "kita," bukan "aku."

K
M
a
a
e
l
n
a
h
n
/
g
/

TENGGANG RASA

TINGGI

RENDAH

KEBERANIAN
RENDAH
TINGGI
E. KEBIASAAN V (BERUSAHA MENGERTI DAHULU BARU DIMENGERTI)
Prinsip Komunikasi Empatik
Jika kita mendengar dengan maksud untuk memahami orang lain, dan bukan
sekadar untuk mencari celah untuk menjawab, kita bisa memulai komunikasi dan
pembentukan hubungan yang sejati. Peluang-peluang untuk berbicara secara
terbuka dan untuk dipahami kemudian akan datang secara lebih alamiah dan
mudah. Berusaha untuk memahami memerlukan pertimbangan matang; berusaha
untuk dipahami memerlukan keberanian. Efektivitas terletak pada
menyeimbangkan atau menggabungkan keduanya. Komunikasi adalah keterampilan
yang paling penting dalam hidup. Mungkin Anda menghabiskan bertahun-tahun
untuk belajar membaca, menulis, dan berbicara.
Prinsip ini adalah kunci untuk komunikasi antar pribadi yang efektif. Kita biasanya
lebih dahulu ingin dimengerti Kebanyakan orang lebih suka kalau dirinya dipahami
dan menginginkan pendapatnya diperhatikan. Dalam sebuah komunikasi sering kali
kita mengabaikan orang lain, kita sering berpura-pura seolah-olah kita
mendengarkan, namun fokus kita hanya pada hanya pada kata-kata, sehingga kita
sering kehilangan makna dari apa yang orang lain katakan. Berbeda jika kita yang
biacara, ketika sering memaksa orang lain untuk mendengarkan kita. Hal itulah
yang sering menyebabkan diri kita egois dan mau menang sendiri. Jadi Kebiasaan
manusia efektif adalah berusaha memahami orang lain terlebih dahulu sehingga
kemudian orang lain pun bisa memahami diri kita. Padahal bentuk tertinggi dari
mendengarkan adalah mendengar dengan empatik.

F. KEBIASAAN VI (WUJUDKAN SINERGI) Prinsip Kerja Sama Kreatif
Secara sederhana, sinergi berarti “dua kepala lebih baik dari satu.” Bersinergi
adalah kebiasaan kerjasama kreatif. Ini adalah kerja tim, keterbukaan pikiran, dan
petualangan untuk menemukan solusi baru untuk masalah lama. Tapi itu tidak
terjadi begitu saja dengan sendirinya. Ini sebuah proses, dan melalui proses itu,
orang membawa semua pengalaman pribadi mereka dan keahlian untuk
bekerjasama. Bersama, mereka dapat menghasilkan hasil yang jauh lebih baik.
Sinergi memungkinkan kita menemukan bersama-sama sebuah solusi yang sangat
kecil peluangnya jika di cari sendiri.
Sinergi adalah alternatif ketiga—bukan cara saya, cara Anda, tetapi sebuah cara
ketiga yang lebih baik daripada apa yang bisa kita capai sendiri-sendiri. Sinergi
merupakan buah dari sikap menghormati, menghargai, dan bahkan merayakan
adanya perbedaan di antara orang-orang. Sinergi bersangkut paut dengan upaya
untuk memecahkan masalah, meraih peluang dan menyelesaikan perbedaan. Ini
seperti kerja sama kreatif di mana 1 + 1 = 3,11, 111 ... atau lebih banyak lagi.
Sinergi juga merupakan kunci keberhasilan dari tim atau hubungan efektif mana
pun. Sebuah tim yang bersinergi adalah sebuah tim yang saling melengkapi, di
mana tim itu diatur Suara yang Membuat Kita Layak Dipercaya: Menjadi Panutan ...
sedemikian rupa sehingga kekuatan dari para anggotanya bisa saling menutupi
kelemahan-kelemahannya. Dengan cara ini kita mengoptimalkan kekuatan, bekerja
dengan kekuatan tersebut, dan membuat kelemahan dari masing-masing orang
menjadi tidak relevan.
Intisari dari sinergi adalah menghargai perbedaan, menghormati perbedaan,
membangun kekuatan, mengimbangi kelemahan.

BAGIAN IV
PEMBARUAN
G. KEBIASAAN VII (ASAHLAH GERGAJI) Prinsip Pembaruan DIri yang
Seimbang
Mengasah gergaji berkenaan dengan upaya kita untuk memperbarui diri secara
terus-menerus pada empat bidang dasar kehidupan: fisik, sosial/emosional, mental,
dan spiritual. Ini adalah kebiasaan yang meningkatkan kapasitas kita untuk

menjalankan semua kebiasaan lain yang akan meningkatkan efektivitas kita.
Mengasah Gergaji berarti melestarikan dan meningkatkan aset terbesar yang Anda
miliki. Ini berarti memiliki program seimbang untuk pembaruan diri dalam empat
bidang kehidupan Anda: fisik, sosial / emosional, mental, dan spiritual. Berikut
adalah beberapa contoh kegiatan:
 Fisik: makan, berolahraga, dan istirahat
 Sosial / Emosional: Membuat hubungan sosial dan bermakna dengan orang
lain
 Mental: Belajar, membaca, menulis, dan pengajaran
 Spiritual: Menghabiskan waktu di alam, memperluas spiritual diri melalui
meditasi, musik, seni, doa dll.
Covey dengan tegas menyatakan dimensi spiritual adalah pusat kita. Kebiasaan ke7 ini menjadi dasar dan prasyarat agar kebiasaan-kebiasaan lain dapat efektif.
Covey bercerita dalam bukunya:
Andaikan saja Anda bertemu seseorang yang sedang terburu-buru menebang
sebatang pohon di hutan.
”Apa yang sedang Anda kerjakan?” Anda bertanya
”Tidak dapatkah Anda melihat?” demikian jawabnya dengan tidak sabar. ”Saya
sedang menggergaji pohon ini.”
”Anda kelihatan letih!” Anda berseru. “Berapa lama Anda sudah mengerjakannya?”
“Lebih dari 5 jam,” jawabnya, “dan saya lelah!ini benar-benar kerja keras.”
“Nah, mengapa Anda tidak beristirahat dan mengasah gergaji itu? Saya yakin Anda
dapat bekerja lebih cepat.
”Saya tidak punya waktu untuk mengasah gergaji,” orang tersebut berkata dengan
tegas, ”Saya terlalu sibuk menggergaji.”
Banyak orang yang belajar dengan rajin tetapi hasilnya minim. Juga tidak sedikit
yang bekerja keras banting tulang, namun hasilnya tidak optimal. Ini karena
”gergaji”nya belum diasah. Bahkan dia tidak menyadari bahwa gergaji tersebut
memang perlu di asah.

iM s
V
n lis
e
a
u
a i
e r
P
n c
e
n a
a
n
Me
m b
c
a

Ma
n je
m e
S t
n
e
r
N la
O
is a
t
u
r
h
i
g

s

i
S
g i
r
e
n
a s
R
a A
a n
m
m la
E
e
P
p a
y
t
n

t m
S
o
K
d m
u
it
e n
e e
P
M
j
in
d
il
s
a
t
N ila
n

V is
u a
lis s
i
P e
M
m
r b
n n
c
a
a
Me
n u
lis

R m
E
p
s a
a
m a
A
t
n
S in
e r
i
g
P e
y a
la
n n

Mh
la
O
j
n
a
r
m n
e
a
g
S t
s
e
r
u t
N
is i
r

e n
P
l
je
n N
s
a
il
i
a
u d
t
S
i
o d
K
e
M
m e
a
it
n
i
s

Gambar 4 Dimensi Pembaruan

B
e
rrl
bak
ujo
ma
tri
t
m
e
n

BB
ee
rrl
bka
uoj
maa
ti r
t
m
e
n

Gambar Roda Pembaruan

s