Kemiskinan dan Kesenjangan Pendapatan
Kemiskinan dan
Kesenjangan
Pendapatan
Pengertian
dan Tinjauan
Teori
Kemiskinan dan Distribusi
Pendapatan
Merupakan 2 masalah besar di banyak
Negara Berkembang tidak terkecuali
Indonesia
Dikatakan besar karena bila kedua
masalah ini dibiarkan berlarut-larut dan
parah, bisa menimbulkan konsekuensi
politik dan sosial yang besar (ex:
Kerusuhab Mei 1998 yang berakibat
jatuhnya rezim Soeharto)
Cont’d
Fokus utama dalam kebijakan dan
perencanaan pembangunan Indonesia
pada awal pembangunan s/d akhir 1970an adalah pertumbuhan ekonomi yang
tinggi
Pembangunan ekonomi di pusatkan di Jawa
(infrastruktur memadai), terpusatkan pada
beberapa sektor saja yang menghasilkan nilai
tambah bruto yg tinggi
Trickle-down efect dari pembangunan
diharapkan dpt mendorong sektor lainnya
Cont’d
Fokus utama dalam kebijakan dan
perencanaan pembangunan Indonesia
pada awal pembangunan s/d akhir 1970an adalah pertumbuhan ekonomi yang
tinggi
Pembangunan ekonomi di pusatkan di Jawa
(infrastruktur memadai), terpusatkan pada
beberapa sektor saja yang menghasilkan nilai
tambah bruto yg tinggi
Trickle-down efect dari pembangunan
diharapkan dpt mendorong sektor lainnya
Cont’d
Namun sepanjang 40 tahun pembangunan ekonomi Indonesia,
efek menetes tersebut sangatlah kecil Laju pertumbuhan
ekonomi tinggi, tetapi jumlah orang miskin tetap banyak dan
kesenjangan sosial semakin melebar
Akhir 1970-an, strategi pembangunan PELITA III dirubah bukan
lagi pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi peningkatan
kesejahteraan masyarakat
Perhatian mulai diperhatikan pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat misalnya lewat pengembangan industri padat karya,
pembangunan perdesaan, dan modernisasi sektor pertanian
Program yang diarahkan langsung untuk pengentasan
kemiskinan dan ketimpangan sosial misal Inpres Desa
Tertinggal, pengembangan industri kecil dan rumah tangga,
transmigrasi, pelatihan dan pendidikan
Distribusi Pendapatan
Distribusi pendapatan nasional merupakan
indikator yang mencerminkan merata atau
timpangnya pendapatan nasional suatu
negara di kalangan penduduknya.
Merupakan salah satu indikator ukuran
kemiskinan
KETIDAK MERATAAN DISTRIBUSI
PENDAPATAN
Ketidakmerataan pendapatan dapat terjadi
antara lapisan pendapatan masyarakat:
• Antara daerah ( kota dan desa)
• Antara wilayah (regional propinsi atau
kabupaten)
• per sektor
TEORI KUZNETS
Proses transisi dari ekonomi
perdesaan/tradisional (pertanian) menjadi
ekonomi perkotaan/modern (industri) pada
mulanya memperparah distribusi pendapatan
(karena urbanisasi dan industrialisasi), namun
setelah itu pada tingkat pembangunan yang lebih
tinggi ketimpangan akan menurun (pada saat
sektor industri sudah dapat menyerap sebagian
besar tenaga kerja dari sektor pertanian)
CONT’D
Metode
Pengukuran:
- Kemiskinan
- Distribusi
Pendapatan
KEMISKINAN
Head-count Index
Persentase penduduk yang berada di bawah
Garis Kemiskinan
Garis Kemiskinan:
Penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan
(GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan
(GKNM). Penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran perkapita per bulan dibawah Garis
Kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk
miskin.
CONT’D
Head-count Index
Garis Kemiskinan Makanan:
Nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang
disetarakan dengan 2100 kilokalori perkapita perhari. Paket
komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis
komoditi
Garis Kemiskinan Non Makanan:
Kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang,
pendidikan dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar
non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan
dan 47 jenis komoditi di pedesaan.
CONT’D
Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty
Gap Index)
Merupakan ukuran rata-rata kesenjangan
pengeluaran masing-masing penduduk
miskin terhadap garis kemiskinan.
Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh
rata-rata pengeluaran penduduk dari garis
kemiskinan.
CONT’D
Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty
Severity Index)
Memberikan gambaran mengenai penyebaran
pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin
tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan
pengeluaran diantara penduduk miskin
✏
Semakin tinggi nilai kedua indeks di suatu negara
mencerminkan semakin seriusnya masalah kemiskinan
di negara tersebut
DISTRIBUSI PENDAPATAN
Pendapatan Per-kapita
Pendapatan perkapita yaitu rata-rata
pendapatan penduduk suatu negara yang
diukur dengan membandingkan antara
pendapatan nasional dengan jumlah penduduk
Pendapatan perkapita seringkali dijadikan
ukuran pendapatan secara umum tetapi tidak
dapat dijadikan sebagai ukuran pemerataan
tingkat kesejahteraan
CONT’D
Kurve Lorenz (Lorenz curve)
Kurve yang menggambarkan distribusi kumulatif
pendapatan nasional dikalangan lapisan penduduk.
Kurve ini terletak dalam suatu garis bujur sangkar
dimana sisi tegaknya (vertical) melambangkan
presentase kumulatif pendapatan nasional,
sedangkan sisi mendatar (horizontal)
melambangkan persentase kumulatif penduduk.
Garis diagonal melambangkan distribusi
pemerataan mutlak.
Todaro
Todaro
1
Todaro
5
2
8.9
3
14
4
19.
8
27
5
36
7
49
8
71.
5
100
9
6
1
0
A = desil 1
B = desil 1+2
C = desil 1+2+3
D = desil
1+2+3+4
E = desil
1+2+3+4+5
F = desil 1+2+…
+6
G = desil 1+2+…
+7
H = desil 1+2+…
+8
I = desil 1+2+…
+9
Todaro
CONT’D
Indeks atau ratio Gini (coefsien Gini)
Suatu koefsien (nilai) berkisar antara 0 sampai
dengan 1 (0 < G < 1)yang menjelaskan kadar ketidak
merataan. Semakin kecil koefsiennnya atau
mendekati nol semakin merata distribusi
pendapatannya, semakin mendekati 1 semakin tidak
merata.
Angka ratio Gini dihitung dari kurve Lorenz yaitu
dengan membagi antara luas garis melengkung
dengan garis segi tiga BCD, semakin kecil semakin
merata semakin besar semakin tidak merata.
Todaro
Rumus Gini
Koefsien:
2
x y x
G
10000
dimana:
x nilai kelas ke-i (persentil/desil)
Y data pada nilai kelas ke-i
Nilai Koefsien
Gini
< 0,4
0,4 - 0,5
> 0,5
Distribusi
Pendapatan
Tingkat ketimpangan
rendah
Tingkat ketimpangan
sedang
Tingkat ketimpangan
tinggi
Contoh Perhitungan:
Country
1st
2nd
3rd
4th
5th
Brazil
2.1
4.9
8.9
16.8
67.3
Bangladesh
9.4
13.5
17.2
22.0
37.9
India
9.2
13.0
16.8
21.7
39.3
Pakistan
8.4
12.9
16.9
22.2
39.7
World
1.4
1.8
2.3
31.8
62.7
Contoh Perhitungan:
GINI Coeffient (Brazil)
2
10
00
0
2
10
00
0
2
10
å
å
(20-2.1)20-0 + (40-7)40-20 + (6015.9)60-40 + (80-32)80-60 + (100100)100-80
(17.9)20 + (33)20 + (44.1)20 +
(47.3)20 + (0)20
(2846)
= 0.5692
Cont’d
Kriteria Bank Dunia (World Bank)
Untuk mengukur distribusi pendapatan
Bank Dunia membagi porsi pendapatan
nasional yang dinikmati oleh lapisan
penduduk:
40% penduduk berpendapatan terendah
40% penduduk menengah
20% penduduk berpendapatan tertinggi
(kaya)
Cont’d
Ketimpangan atau ketidak merataan jika:
Parah
40 % penduduk menikmati < 12 %
pendapatan nasional
Moderat/sedang
40 % penduduk menikmati 12% - 17 %
pendapatan nasional
Lunak
40 % penduduk menikmati , > 17 %
pendapatan nasional
Data
Indonesia
Kemiskinan
Jumlah Penduduk Miskin 1970 - 2013(juta orang)
80
70
Subsidi BBM
Krisis
Moneter
60
50
40
30
20
10
0
70
9
1
8
7
19
1
8
19
7
8
19
3
9
19
6
9
19
Kota
9
9
19
1
0
20
Desa
03
0
2
5
0
20
7
0
20
Kota+Desa
9
3
9
4
0
0
6
3
6
9
3
20
40
40
41
Kemiskinan
Persentase Penduduk Miskin 1970 - 2013
70
60
50
40
30
20
10
0
70 978 981 987 993 996 999 001 003 005 007 009 603 969 334
19
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
40
40
41
Kota
Desa
Kota+Desa
Koefsien Gini
Koefsien Gini Indonesia
0.450
0.400
Koefsien Gini
0.350
0.300
0.250
0.200
0.150
0.100
0.050
0.000
1996 1999 2002 2005 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Provinsi
1996 1999 2002 2005 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
0,299
Aceh
0.259 0.240
Sumatera Utara
0.301 0.254 0.288
0.327 0.307 0.310 0.320 0.350 0.350 0.330 0.354
Sumatera Barat
0.278 0.256 0.268
0.303 0.305 0.290 0.300 0.330 0.350 0.360 0.363
Riau
0.300 0.224 0.292
0.283 0.323 0.310 0.330 0.330 0.360 0.400 0.374
Kepulauan Riau
n.a
(2
0.268 0.270 0.290 0.300 0.330 0.320 0.341
n.a
0.274 0.302 0.300 0.290 0.290 0.320 0.350 0.362
Jambi
0.246 0.240 0.260
0.311 0.306 0.280 0.270 0.300 0.340 0.340 0.348
Sumatera Selatan
Kepulauan Bangka
Belitung
Bengkulu
0.300 0.260 0.291
0.311 0.316 0.300 0.310 0.340 0.340 0.400 0.383
n.a 0.247
0.281 0.259 0.260 0.290 0.300 0.300 0.290 0.313
0.273 0.254 0.253
0.353 0.338 0.330 0.300 0.370 0.360 0.350 0.386
Lampung
0.276 0.288 0.254
0.375 0.390 0.350 0.350 0.360 0.370 0.360 0.356
DKI Jakarta
0.363 0.317 0.322
0.269 0.336 0.330 0.360 0.360 0.440 0.420 0.433
Jawa Barat
0.356 0.286 0.289
0.336 0.344 0.350 0.360 0.360 0.410 0.410 0.411
Banten
n.a
n.a
(1
n.a
n.a 0.330
0.356 0.365 0.340 0.370 0.420 0.400 0.390 0.399
Jawa Tengah
0.291 0.264 0.284
0.306 0.326 0.310 0.320 0.340 0.380 0.380 0.387
DI Yogyakarta
0.353 0.337 0.367
0.415 0.366 0.360 0.380 0.410 0.400 0.430 0.439
Jawa Timur
0.311 0.291 0.311
0.356 0.337 0.330 0.330 0.340 0.370 0.360 0.364
Provinsi
Bali
1996 1999 2002 2005 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
0.309 0.270 0.298
0.330 0.333
0.30
0.31
0.37
0.41
0.43 0.403
Nusa Tenggara Barat 0.286 0.261 0.266
0.318 0.328
0.33
0.35
0.40
0.36
0.35 0.364
Nusa Tenggara Timur 0.296 0.267 0.292
0.351 0.353
0.34
0.36
0.38
0.36
0.36 0.352
Kalimantan Barat
0.300 0.271 0.301
0.310 0.309
0.31
0.32
0.37
0.40
0.38 0.396
Kalimantan Tengah
0.271 0.237 0.245
0.283 0.297
0.29
0.29
0.30
0.34
0.33 0.350
Kalimantan Selatan
0.292 0.264 0.292
0.279 0.341
0.33
0.35
0.37
0.37
0.38 0.359
Kalimantan Timur
0.318 0.277 0.304
0.318 0.334
0.34
0.38
0.37
0.38
0.36 0.371
Sulawesi Utara
0.344 0.272 0.270
0.323 0.324
0.28
0.31
0.37
0.39
0.43 0.422
n.a 0.241
0.355 0.388
0.34
0.35
0.43
0.46
0.44 0.437
Sulawesi Tengah
0.302 0.286 0.283
0.301 0.320
0.33
0.34
0.37
0.38
0.40 0.407
Sulawesi Selatan
0.323 0.296 0.301
0.353 0.370
0.36
0.39
0.40
0.41
0.41 0.429
n.a
n.a 0.310
0.31
0.30
0.36
0.34
0.31 0.349
Sulawesi Tenggara
0.311 0.276 0.270
0.364 0.353
0.33
0.36
0.42
0.41
0.40 0.426
Maluku
0.269 0.241
(1
0.258 0.328
0.31
0.31
0.33
0.41
0.38 0.370
n.a
n.a
0.261 0.332
0.33
0.33
0.34
0.33
0.34 0.318
0.386 0.360
(1
0.389 0.412
0.40
0.38
0.41
0.42
0.44 0.442
n.a
n.a 0.299
0.31
0.35
0.38
0.40
0.43 0.431
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku Utara
Papua
Papua Barat
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
Kesenjangan
Pendapatan
Pengertian
dan Tinjauan
Teori
Kemiskinan dan Distribusi
Pendapatan
Merupakan 2 masalah besar di banyak
Negara Berkembang tidak terkecuali
Indonesia
Dikatakan besar karena bila kedua
masalah ini dibiarkan berlarut-larut dan
parah, bisa menimbulkan konsekuensi
politik dan sosial yang besar (ex:
Kerusuhab Mei 1998 yang berakibat
jatuhnya rezim Soeharto)
Cont’d
Fokus utama dalam kebijakan dan
perencanaan pembangunan Indonesia
pada awal pembangunan s/d akhir 1970an adalah pertumbuhan ekonomi yang
tinggi
Pembangunan ekonomi di pusatkan di Jawa
(infrastruktur memadai), terpusatkan pada
beberapa sektor saja yang menghasilkan nilai
tambah bruto yg tinggi
Trickle-down efect dari pembangunan
diharapkan dpt mendorong sektor lainnya
Cont’d
Fokus utama dalam kebijakan dan
perencanaan pembangunan Indonesia
pada awal pembangunan s/d akhir 1970an adalah pertumbuhan ekonomi yang
tinggi
Pembangunan ekonomi di pusatkan di Jawa
(infrastruktur memadai), terpusatkan pada
beberapa sektor saja yang menghasilkan nilai
tambah bruto yg tinggi
Trickle-down efect dari pembangunan
diharapkan dpt mendorong sektor lainnya
Cont’d
Namun sepanjang 40 tahun pembangunan ekonomi Indonesia,
efek menetes tersebut sangatlah kecil Laju pertumbuhan
ekonomi tinggi, tetapi jumlah orang miskin tetap banyak dan
kesenjangan sosial semakin melebar
Akhir 1970-an, strategi pembangunan PELITA III dirubah bukan
lagi pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi peningkatan
kesejahteraan masyarakat
Perhatian mulai diperhatikan pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat misalnya lewat pengembangan industri padat karya,
pembangunan perdesaan, dan modernisasi sektor pertanian
Program yang diarahkan langsung untuk pengentasan
kemiskinan dan ketimpangan sosial misal Inpres Desa
Tertinggal, pengembangan industri kecil dan rumah tangga,
transmigrasi, pelatihan dan pendidikan
Distribusi Pendapatan
Distribusi pendapatan nasional merupakan
indikator yang mencerminkan merata atau
timpangnya pendapatan nasional suatu
negara di kalangan penduduknya.
Merupakan salah satu indikator ukuran
kemiskinan
KETIDAK MERATAAN DISTRIBUSI
PENDAPATAN
Ketidakmerataan pendapatan dapat terjadi
antara lapisan pendapatan masyarakat:
• Antara daerah ( kota dan desa)
• Antara wilayah (regional propinsi atau
kabupaten)
• per sektor
TEORI KUZNETS
Proses transisi dari ekonomi
perdesaan/tradisional (pertanian) menjadi
ekonomi perkotaan/modern (industri) pada
mulanya memperparah distribusi pendapatan
(karena urbanisasi dan industrialisasi), namun
setelah itu pada tingkat pembangunan yang lebih
tinggi ketimpangan akan menurun (pada saat
sektor industri sudah dapat menyerap sebagian
besar tenaga kerja dari sektor pertanian)
CONT’D
Metode
Pengukuran:
- Kemiskinan
- Distribusi
Pendapatan
KEMISKINAN
Head-count Index
Persentase penduduk yang berada di bawah
Garis Kemiskinan
Garis Kemiskinan:
Penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan
(GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan
(GKNM). Penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran perkapita per bulan dibawah Garis
Kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk
miskin.
CONT’D
Head-count Index
Garis Kemiskinan Makanan:
Nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang
disetarakan dengan 2100 kilokalori perkapita perhari. Paket
komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis
komoditi
Garis Kemiskinan Non Makanan:
Kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang,
pendidikan dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar
non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan
dan 47 jenis komoditi di pedesaan.
CONT’D
Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty
Gap Index)
Merupakan ukuran rata-rata kesenjangan
pengeluaran masing-masing penduduk
miskin terhadap garis kemiskinan.
Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh
rata-rata pengeluaran penduduk dari garis
kemiskinan.
CONT’D
Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty
Severity Index)
Memberikan gambaran mengenai penyebaran
pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin
tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan
pengeluaran diantara penduduk miskin
✏
Semakin tinggi nilai kedua indeks di suatu negara
mencerminkan semakin seriusnya masalah kemiskinan
di negara tersebut
DISTRIBUSI PENDAPATAN
Pendapatan Per-kapita
Pendapatan perkapita yaitu rata-rata
pendapatan penduduk suatu negara yang
diukur dengan membandingkan antara
pendapatan nasional dengan jumlah penduduk
Pendapatan perkapita seringkali dijadikan
ukuran pendapatan secara umum tetapi tidak
dapat dijadikan sebagai ukuran pemerataan
tingkat kesejahteraan
CONT’D
Kurve Lorenz (Lorenz curve)
Kurve yang menggambarkan distribusi kumulatif
pendapatan nasional dikalangan lapisan penduduk.
Kurve ini terletak dalam suatu garis bujur sangkar
dimana sisi tegaknya (vertical) melambangkan
presentase kumulatif pendapatan nasional,
sedangkan sisi mendatar (horizontal)
melambangkan persentase kumulatif penduduk.
Garis diagonal melambangkan distribusi
pemerataan mutlak.
Todaro
Todaro
1
Todaro
5
2
8.9
3
14
4
19.
8
27
5
36
7
49
8
71.
5
100
9
6
1
0
A = desil 1
B = desil 1+2
C = desil 1+2+3
D = desil
1+2+3+4
E = desil
1+2+3+4+5
F = desil 1+2+…
+6
G = desil 1+2+…
+7
H = desil 1+2+…
+8
I = desil 1+2+…
+9
Todaro
CONT’D
Indeks atau ratio Gini (coefsien Gini)
Suatu koefsien (nilai) berkisar antara 0 sampai
dengan 1 (0 < G < 1)yang menjelaskan kadar ketidak
merataan. Semakin kecil koefsiennnya atau
mendekati nol semakin merata distribusi
pendapatannya, semakin mendekati 1 semakin tidak
merata.
Angka ratio Gini dihitung dari kurve Lorenz yaitu
dengan membagi antara luas garis melengkung
dengan garis segi tiga BCD, semakin kecil semakin
merata semakin besar semakin tidak merata.
Todaro
Rumus Gini
Koefsien:
2
x y x
G
10000
dimana:
x nilai kelas ke-i (persentil/desil)
Y data pada nilai kelas ke-i
Nilai Koefsien
Gini
< 0,4
0,4 - 0,5
> 0,5
Distribusi
Pendapatan
Tingkat ketimpangan
rendah
Tingkat ketimpangan
sedang
Tingkat ketimpangan
tinggi
Contoh Perhitungan:
Country
1st
2nd
3rd
4th
5th
Brazil
2.1
4.9
8.9
16.8
67.3
Bangladesh
9.4
13.5
17.2
22.0
37.9
India
9.2
13.0
16.8
21.7
39.3
Pakistan
8.4
12.9
16.9
22.2
39.7
World
1.4
1.8
2.3
31.8
62.7
Contoh Perhitungan:
GINI Coeffient (Brazil)
2
10
00
0
2
10
00
0
2
10
å
å
(20-2.1)20-0 + (40-7)40-20 + (6015.9)60-40 + (80-32)80-60 + (100100)100-80
(17.9)20 + (33)20 + (44.1)20 +
(47.3)20 + (0)20
(2846)
= 0.5692
Cont’d
Kriteria Bank Dunia (World Bank)
Untuk mengukur distribusi pendapatan
Bank Dunia membagi porsi pendapatan
nasional yang dinikmati oleh lapisan
penduduk:
40% penduduk berpendapatan terendah
40% penduduk menengah
20% penduduk berpendapatan tertinggi
(kaya)
Cont’d
Ketimpangan atau ketidak merataan jika:
Parah
40 % penduduk menikmati < 12 %
pendapatan nasional
Moderat/sedang
40 % penduduk menikmati 12% - 17 %
pendapatan nasional
Lunak
40 % penduduk menikmati , > 17 %
pendapatan nasional
Data
Indonesia
Kemiskinan
Jumlah Penduduk Miskin 1970 - 2013(juta orang)
80
70
Subsidi BBM
Krisis
Moneter
60
50
40
30
20
10
0
70
9
1
8
7
19
1
8
19
7
8
19
3
9
19
6
9
19
Kota
9
9
19
1
0
20
Desa
03
0
2
5
0
20
7
0
20
Kota+Desa
9
3
9
4
0
0
6
3
6
9
3
20
40
40
41
Kemiskinan
Persentase Penduduk Miskin 1970 - 2013
70
60
50
40
30
20
10
0
70 978 981 987 993 996 999 001 003 005 007 009 603 969 334
19
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
40
40
41
Kota
Desa
Kota+Desa
Koefsien Gini
Koefsien Gini Indonesia
0.450
0.400
Koefsien Gini
0.350
0.300
0.250
0.200
0.150
0.100
0.050
0.000
1996 1999 2002 2005 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Provinsi
1996 1999 2002 2005 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
0,299
Aceh
0.259 0.240
Sumatera Utara
0.301 0.254 0.288
0.327 0.307 0.310 0.320 0.350 0.350 0.330 0.354
Sumatera Barat
0.278 0.256 0.268
0.303 0.305 0.290 0.300 0.330 0.350 0.360 0.363
Riau
0.300 0.224 0.292
0.283 0.323 0.310 0.330 0.330 0.360 0.400 0.374
Kepulauan Riau
n.a
(2
0.268 0.270 0.290 0.300 0.330 0.320 0.341
n.a
0.274 0.302 0.300 0.290 0.290 0.320 0.350 0.362
Jambi
0.246 0.240 0.260
0.311 0.306 0.280 0.270 0.300 0.340 0.340 0.348
Sumatera Selatan
Kepulauan Bangka
Belitung
Bengkulu
0.300 0.260 0.291
0.311 0.316 0.300 0.310 0.340 0.340 0.400 0.383
n.a 0.247
0.281 0.259 0.260 0.290 0.300 0.300 0.290 0.313
0.273 0.254 0.253
0.353 0.338 0.330 0.300 0.370 0.360 0.350 0.386
Lampung
0.276 0.288 0.254
0.375 0.390 0.350 0.350 0.360 0.370 0.360 0.356
DKI Jakarta
0.363 0.317 0.322
0.269 0.336 0.330 0.360 0.360 0.440 0.420 0.433
Jawa Barat
0.356 0.286 0.289
0.336 0.344 0.350 0.360 0.360 0.410 0.410 0.411
Banten
n.a
n.a
(1
n.a
n.a 0.330
0.356 0.365 0.340 0.370 0.420 0.400 0.390 0.399
Jawa Tengah
0.291 0.264 0.284
0.306 0.326 0.310 0.320 0.340 0.380 0.380 0.387
DI Yogyakarta
0.353 0.337 0.367
0.415 0.366 0.360 0.380 0.410 0.400 0.430 0.439
Jawa Timur
0.311 0.291 0.311
0.356 0.337 0.330 0.330 0.340 0.370 0.360 0.364
Provinsi
Bali
1996 1999 2002 2005 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
0.309 0.270 0.298
0.330 0.333
0.30
0.31
0.37
0.41
0.43 0.403
Nusa Tenggara Barat 0.286 0.261 0.266
0.318 0.328
0.33
0.35
0.40
0.36
0.35 0.364
Nusa Tenggara Timur 0.296 0.267 0.292
0.351 0.353
0.34
0.36
0.38
0.36
0.36 0.352
Kalimantan Barat
0.300 0.271 0.301
0.310 0.309
0.31
0.32
0.37
0.40
0.38 0.396
Kalimantan Tengah
0.271 0.237 0.245
0.283 0.297
0.29
0.29
0.30
0.34
0.33 0.350
Kalimantan Selatan
0.292 0.264 0.292
0.279 0.341
0.33
0.35
0.37
0.37
0.38 0.359
Kalimantan Timur
0.318 0.277 0.304
0.318 0.334
0.34
0.38
0.37
0.38
0.36 0.371
Sulawesi Utara
0.344 0.272 0.270
0.323 0.324
0.28
0.31
0.37
0.39
0.43 0.422
n.a 0.241
0.355 0.388
0.34
0.35
0.43
0.46
0.44 0.437
Sulawesi Tengah
0.302 0.286 0.283
0.301 0.320
0.33
0.34
0.37
0.38
0.40 0.407
Sulawesi Selatan
0.323 0.296 0.301
0.353 0.370
0.36
0.39
0.40
0.41
0.41 0.429
n.a
n.a 0.310
0.31
0.30
0.36
0.34
0.31 0.349
Sulawesi Tenggara
0.311 0.276 0.270
0.364 0.353
0.33
0.36
0.42
0.41
0.40 0.426
Maluku
0.269 0.241
(1
0.258 0.328
0.31
0.31
0.33
0.41
0.38 0.370
n.a
n.a
0.261 0.332
0.33
0.33
0.34
0.33
0.34 0.318
0.386 0.360
(1
0.389 0.412
0.40
0.38
0.41
0.42
0.44 0.442
n.a
n.a 0.299
0.31
0.35
0.38
0.40
0.43 0.431
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku Utara
Papua
Papua Barat
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a