Kemiskinan dan Kesenjangan Pendapatan

Kemiskinan dan
Kesenjangan
Pendapatan

Pengertian
dan Tinjauan
Teori

Kemiskinan dan Distribusi
Pendapatan
 Merupakan 2 masalah besar di banyak

Negara Berkembang tidak terkecuali
Indonesia
 Dikatakan besar karena bila kedua
masalah ini dibiarkan berlarut-larut dan
parah, bisa menimbulkan konsekuensi
politik dan sosial yang besar (ex:
Kerusuhab Mei 1998 yang berakibat
jatuhnya rezim Soeharto)


Cont’d
 Fokus utama dalam kebijakan dan

perencanaan pembangunan Indonesia
pada awal pembangunan s/d akhir 1970an adalah pertumbuhan ekonomi yang
tinggi
 Pembangunan ekonomi di pusatkan di Jawa

(infrastruktur memadai), terpusatkan pada
beberapa sektor saja yang menghasilkan nilai
tambah bruto yg tinggi
 Trickle-down efect dari pembangunan
diharapkan dpt mendorong sektor lainnya

Cont’d
 Fokus utama dalam kebijakan dan

perencanaan pembangunan Indonesia
pada awal pembangunan s/d akhir 1970an adalah pertumbuhan ekonomi yang
tinggi

 Pembangunan ekonomi di pusatkan di Jawa

(infrastruktur memadai), terpusatkan pada
beberapa sektor saja yang menghasilkan nilai
tambah bruto yg tinggi
 Trickle-down efect dari pembangunan
diharapkan dpt mendorong sektor lainnya

Cont’d
 Namun sepanjang 40 tahun pembangunan ekonomi Indonesia,

efek menetes tersebut sangatlah kecil  Laju pertumbuhan
ekonomi tinggi, tetapi jumlah orang miskin tetap banyak dan
kesenjangan sosial semakin melebar
 Akhir 1970-an, strategi pembangunan PELITA III dirubah bukan
lagi pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi peningkatan
kesejahteraan masyarakat
 Perhatian mulai diperhatikan pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat misalnya lewat pengembangan industri padat karya,
pembangunan perdesaan, dan modernisasi sektor pertanian

 Program yang diarahkan langsung untuk pengentasan
kemiskinan dan ketimpangan sosial misal Inpres Desa
Tertinggal, pengembangan industri kecil dan rumah tangga,
transmigrasi, pelatihan dan pendidikan

Distribusi Pendapatan
 Distribusi pendapatan nasional merupakan

indikator yang mencerminkan merata atau
timpangnya pendapatan nasional suatu
negara di kalangan penduduknya.
 Merupakan salah satu indikator ukuran

kemiskinan

KETIDAK MERATAAN DISTRIBUSI
PENDAPATAN
 Ketidakmerataan pendapatan dapat terjadi

antara lapisan pendapatan masyarakat:

• Antara daerah ( kota dan desa)
• Antara wilayah (regional propinsi atau
kabupaten)
• per sektor

TEORI KUZNETS
 Proses transisi dari ekonomi

perdesaan/tradisional (pertanian) menjadi
ekonomi perkotaan/modern (industri) pada
mulanya memperparah distribusi pendapatan
(karena urbanisasi dan industrialisasi), namun
setelah itu pada tingkat pembangunan yang lebih
tinggi ketimpangan akan menurun (pada saat
sektor industri sudah dapat menyerap sebagian
besar tenaga kerja dari sektor pertanian)

CONT’D

Metode

Pengukuran:
- Kemiskinan
- Distribusi
Pendapatan

KEMISKINAN
Head-count Index
 Persentase penduduk yang berada di bawah

Garis Kemiskinan
 Garis Kemiskinan:
Penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan
(GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan
(GKNM). Penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran perkapita per bulan dibawah Garis
Kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk
miskin.

CONT’D
Head-count Index

 Garis Kemiskinan Makanan:

Nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang
disetarakan dengan 2100 kilokalori perkapita perhari. Paket
komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis
komoditi
 Garis Kemiskinan Non Makanan:
Kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang,
pendidikan dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar
non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan
dan 47 jenis komoditi di pedesaan.

CONT’D
Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty
Gap Index)
 Merupakan ukuran rata-rata kesenjangan

pengeluaran masing-masing penduduk
miskin terhadap garis kemiskinan.
Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh

rata-rata pengeluaran penduduk dari garis
kemiskinan.

CONT’D
Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty
Severity Index)
 Memberikan gambaran mengenai penyebaran

pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin
tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan
pengeluaran diantara penduduk miskin


Semakin tinggi nilai kedua indeks di suatu negara
mencerminkan semakin seriusnya masalah kemiskinan
di negara tersebut

DISTRIBUSI PENDAPATAN
Pendapatan Per-kapita
 Pendapatan perkapita yaitu rata-rata


pendapatan penduduk suatu negara yang
diukur dengan membandingkan antara
pendapatan nasional dengan jumlah penduduk
 Pendapatan perkapita seringkali dijadikan
ukuran pendapatan secara umum tetapi tidak
dapat dijadikan sebagai ukuran pemerataan
tingkat kesejahteraan

CONT’D
Kurve Lorenz (Lorenz curve)
 Kurve yang menggambarkan distribusi kumulatif

pendapatan nasional dikalangan lapisan penduduk.
 Kurve ini terletak dalam suatu garis bujur sangkar
dimana sisi tegaknya (vertical) melambangkan
presentase kumulatif pendapatan nasional,
sedangkan sisi mendatar (horizontal)
melambangkan persentase kumulatif penduduk.
Garis diagonal melambangkan distribusi

pemerataan mutlak.

Todaro

Todaro

1

Todaro

5

2

8.9

3

14


4

19.
8
27

5

36

7

49

8

71.
5
100


9

6

1
0

A = desil 1
B = desil 1+2
C = desil 1+2+3
D = desil
1+2+3+4
E = desil
1+2+3+4+5
F = desil 1+2+…
+6
G = desil 1+2+…
+7
H = desil 1+2+…
+8
I = desil 1+2+…
+9

Todaro

CONT’D
Indeks atau ratio Gini (coefsien Gini)
 Suatu koefsien (nilai) berkisar antara 0 sampai

dengan 1 (0 < G < 1)yang menjelaskan kadar ketidak
merataan. Semakin kecil koefsiennnya atau
mendekati nol semakin merata distribusi
pendapatannya, semakin mendekati 1 semakin tidak
merata.
 Angka ratio Gini dihitung dari kurve Lorenz yaitu
dengan membagi antara luas garis melengkung
dengan garis segi tiga BCD, semakin kecil semakin
merata semakin besar semakin tidak merata.

Todaro

Rumus Gini
Koefsien:

2
x  y x
G

10000
dimana:
x  nilai kelas ke-i (persentil/desil)
Y  data pada nilai kelas ke-i

Nilai Koefsien
Gini
< 0,4
0,4 - 0,5
> 0,5

Distribusi
Pendapatan
Tingkat ketimpangan
rendah
Tingkat ketimpangan
sedang
Tingkat ketimpangan
tinggi

Contoh Perhitungan:
Country

1st

2nd

3rd

4th

5th

Brazil

2.1

4.9

8.9

16.8

67.3

Bangladesh

9.4

13.5

17.2

22.0

37.9

India

9.2

13.0

16.8

21.7

39.3

Pakistan

8.4

12.9

16.9

22.2

39.7

World

1.4

1.8

2.3

31.8

62.7

Contoh Perhitungan:
GINI Coeffient (Brazil)


2

10
00
0
 2
10
00
0
 2
10

å
å

(20-2.1)20-0 + (40-7)40-20 + (6015.9)60-40 + (80-32)80-60 + (100100)100-80
(17.9)20 + (33)20 + (44.1)20 +
(47.3)20 + (0)20

(2846)
= 0.5692

Cont’d
 Kriteria Bank Dunia (World Bank)
 Untuk mengukur distribusi pendapatan

Bank Dunia membagi porsi pendapatan
nasional yang dinikmati oleh lapisan
penduduk:
 40% penduduk berpendapatan terendah
 40% penduduk menengah
 20% penduduk berpendapatan tertinggi
(kaya)

Cont’d
 Ketimpangan atau ketidak merataan jika:

Parah
40 % penduduk menikmati < 12 %
pendapatan nasional
Moderat/sedang
40 % penduduk menikmati 12% - 17 %
pendapatan nasional
Lunak
40 % penduduk menikmati , > 17 %
pendapatan nasional

Data
Indonesia

Kemiskinan
Jumlah Penduduk Miskin 1970 - 2013(juta orang)
80
70

Subsidi BBM

Krisis
Moneter

60
50
40
30
20
10
0
70
9
1

8
7
19

1
8
19

7
8
19

3
9
19

6
9
19

Kota

9
9
19

1
0
20

Desa

03
0
2

5
0
20

7
0
20

Kota+Desa

9
3
9
4
0
0
6
3
6
9
3
20
40
40
41

Kemiskinan
Persentase Penduduk Miskin 1970 - 2013
70
60
50
40
30
20
10
0
70 978 981 987 993 996 999 001 003 005 007 009 603 969 334
19
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
40
40
41
Kota

Desa

Kota+Desa

Koefsien Gini

Koefsien Gini Indonesia
0.450
0.400

Koefsien Gini

0.350
0.300
0.250
0.200
0.150
0.100
0.050
0.000

1996 1999 2002 2005 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Provinsi

1996 1999 2002 2005 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
0,299

Aceh

0.259 0.240

Sumatera Utara

0.301 0.254 0.288

0.327 0.307 0.310 0.320 0.350 0.350 0.330 0.354

Sumatera Barat

0.278 0.256 0.268

0.303 0.305 0.290 0.300 0.330 0.350 0.360 0.363

Riau

0.300 0.224 0.292

0.283 0.323 0.310 0.330 0.330 0.360 0.400 0.374

Kepulauan Riau

n.a

(2

0.268 0.270 0.290 0.300 0.330 0.320 0.341

n.a

0.274 0.302 0.300 0.290 0.290 0.320 0.350 0.362

Jambi

0.246 0.240 0.260

0.311 0.306 0.280 0.270 0.300 0.340 0.340 0.348

Sumatera Selatan
Kepulauan Bangka
Belitung
Bengkulu

0.300 0.260 0.291

0.311 0.316 0.300 0.310 0.340 0.340 0.400 0.383

n.a 0.247

0.281 0.259 0.260 0.290 0.300 0.300 0.290 0.313

0.273 0.254 0.253

0.353 0.338 0.330 0.300 0.370 0.360 0.350 0.386

Lampung

0.276 0.288 0.254

0.375 0.390 0.350 0.350 0.360 0.370 0.360 0.356

DKI Jakarta

0.363 0.317 0.322

0.269 0.336 0.330 0.360 0.360 0.440 0.420 0.433

Jawa Barat

0.356 0.286 0.289

0.336 0.344 0.350 0.360 0.360 0.410 0.410 0.411

Banten

n.a

n.a

(1

n.a

n.a 0.330

0.356 0.365 0.340 0.370 0.420 0.400 0.390 0.399

Jawa Tengah

0.291 0.264 0.284

0.306 0.326 0.310 0.320 0.340 0.380 0.380 0.387

DI Yogyakarta

0.353 0.337 0.367

0.415 0.366 0.360 0.380 0.410 0.400 0.430 0.439

Jawa Timur

0.311 0.291 0.311

0.356 0.337 0.330 0.330 0.340 0.370 0.360 0.364

Provinsi
Bali

1996 1999 2002 2005 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
0.309 0.270 0.298

0.330 0.333

0.30

0.31

0.37

0.41

0.43 0.403

Nusa Tenggara Barat 0.286 0.261 0.266

0.318 0.328

0.33

0.35

0.40

0.36

0.35 0.364

Nusa Tenggara Timur 0.296 0.267 0.292

0.351 0.353

0.34

0.36

0.38

0.36

0.36 0.352

Kalimantan Barat

0.300 0.271 0.301

0.310 0.309

0.31

0.32

0.37

0.40

0.38 0.396

Kalimantan Tengah

0.271 0.237 0.245

0.283 0.297

0.29

0.29

0.30

0.34

0.33 0.350

Kalimantan Selatan

0.292 0.264 0.292

0.279 0.341

0.33

0.35

0.37

0.37

0.38 0.359

Kalimantan Timur

0.318 0.277 0.304

0.318 0.334

0.34

0.38

0.37

0.38

0.36 0.371

Sulawesi Utara

0.344 0.272 0.270

0.323 0.324

0.28

0.31

0.37

0.39

0.43 0.422

n.a 0.241

0.355 0.388

0.34

0.35

0.43

0.46

0.44 0.437

Sulawesi Tengah

0.302 0.286 0.283

0.301 0.320

0.33

0.34

0.37

0.38

0.40 0.407

Sulawesi Selatan

0.323 0.296 0.301

0.353 0.370

0.36

0.39

0.40

0.41

0.41 0.429

n.a

n.a 0.310

0.31

0.30

0.36

0.34

0.31 0.349

Sulawesi Tenggara

0.311 0.276 0.270

0.364 0.353

0.33

0.36

0.42

0.41

0.40 0.426

Maluku

0.269 0.241

(1

0.258 0.328

0.31

0.31

0.33

0.41

0.38 0.370

n.a

n.a

0.261 0.332

0.33

0.33

0.34

0.33

0.34 0.318

0.386 0.360

(1

0.389 0.412

0.40

0.38

0.41

0.42

0.44 0.442

n.a

n.a 0.299

0.31

0.35

0.38

0.40

0.43 0.431

Gorontalo

Sulawesi Barat

Maluku Utara
Papua
Papua Barat

n.a

n.a

n.a
n.a

n.a

n.a