Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Terapi megatasi ketakutan dalam menghadapi kematian menurut Ibnu Maskawaih

  

TERAPI MEGATASI KETAKUTAN DALAM MENGHADAPI

KEMATIAN MENURUT IBNU MASKAWAIH

  Oleh :

  

Harid Isnaeni

Nim : 105052001745

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

  

1430/2009

 

  

ABSTRAK

Harid Isnaeni

Terapi Mengatasi Ketakutan Dalam Menghadapi Kematian Menurut Ibnu

Maskawaih

  Salah satu peristiwa yang harus dilalui oleh manusia dalam perjalanan keberadaannya adalah kematian. Kematian adalah peristiwa yang tidak jauh

   

  berbeda dengan kelahiran dan pernikahan cuma dalam menghadapinya saja yang berbeda. Kematian merupakan keniscayaan, siapapun pasti mengalaminya, tidak kenal usia, waktu dan tempat. Kapanpun siapapun pasti mengalaminya, kematian tidak dapat dicegah baik oleh dirinya sendiri maupun oleh orang lain.

  Dalam menghadapi kematian ini, tidak semua orang bisa menerimanya dengan senang hati, bahkan bisa jadi menolaknya dan takut menghadapi kematian ini. Rasa takut yang merupakan luapan emosi yang timbul dalam diri individu itu dan takut ini merupakan ungkapan emosi yang bersiat fitrah yang dirasakan oleh manusia pada situasi berbahaya atau dalam situasi yang mengancam keselamatan dirinya padahal kejadiannya belum terjadi dan mungkin terjadi atau bahkan tidak terjadi sama sekali.

  Banyak sebab yang mengakibatkan seseorang takut akan kematian ini, diantaranya karena tidak tahu kejadian seperti apa yang akan terjadi terhadap dirinya, persepsi yang salah terhadap kejadian yang akan terjadi setelah kematian, perbuatan-perbuatan dosa yang dilakukan semasa hidupnya sehingga takut akan siksaan yang ditimpakan kepada dirinya dan rasa sayang akan harta dan keluarga yang ditinggalkan ketikan mati.

  Rasa takut dalam menghadapi kematian ini telah dibahas oleh salah satu tokoh filsafat Islam asal Ray yaitu Ibnu Maskawaih (320H/932M-421H/1030M). Menurut Ibnu Maskawaih seseorang yang merasa takut akan kematian hanyalah orang-orang yang memang ketidak tahuannya dalam memahami seluk beluk tentang kematian ini, misalnya dia tidak tahu akan hakikat kematia itu seperti apa, karena individu tidak mengetahui nasib jiwa setelah kematian itu seperti apa dan maukemana, kepercayaan bahwa dia akan mendapatkan siksaan setelah kematian dan sebab-sebab yang lain yang membuat individu itu takut akan menghadapi kematian.

  Adapun terapi yang ditawarkan oleh Ibnu Maskawaih untuk mengatasi ketakutan dalam menghadapi kematian ini adalah dilihat dari segi yang menyebabkan seseorang itu takut kepada kematian. Karena sebagaimana dikatakan sebelumnya bahwa banyak sebab yang mengakibatkan seseorang itu takut akan kematian dan dari sebab itu seorang terapis bisa memberikan pemahaman-pemahaman baru yang mengubah pola berfikir si individu tersebut. Karena banyak sebab-sebab yang ditimbulkan dari pemikiran individu yang tidak tepat. Dan yang selanjutnya untuk untuk menghilangkan rasa takut ini seorang terapis memberikan bimbingan kepada individu itu (klien) sehingga jalan hidupnya berubah menuju yang lebih baik.

  

Kata Pengantar

  Alhamdullilah puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, yang telah memberikan nikmat yang tidak pernah berhenti, yang telah menghidupkan yang mati sehingga itu menjadi bukti akan kekuasaanNya yang tidak tertandingi. Shalawat beserta salam tidak lupa kita sampaikan kepada Nabi kita, Nabi besar Muhammad saw, kepada para sahabatnya, tabi’in dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

  Tidak ada kata lain yang dapat penulis ucapkan selain kata terima kasih atas keterlibatan semua pihak yang dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini telah banyak memberikan bantuan. Penulis menyadari selesainya skripsi ini tidak luput dari dorongan dan bantuan berbagai pihak, baik bantuan moril maupun materil untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Arief Subhan, MA. Selaku dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

  2. Drs. M. Lutfi, MA. Selaku ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam

  3. Ibu Nasichah, MA. Selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

  4. Drs. S. Hamdani, MA. Selaku pembimbing dalam penulisan sekripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingannya, semoga Allah SWT membalasnya dengan kebaikan yang berlipat ganda.

  5. Ayahanda dan Ibu beserta keluarga besar tercinta di rumah, yang tidak henti-henti memberikan bantuan dan motivasi baik moril maupun materil.

   

  6. Segenap dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi, yang telah banyak memberikan ragam pengetahuan kepada penulis.

  7. Almarhum M. Idas dan Fadil Mubarok, terimakasih atas dorongannya dan semoga semua amal kebaikannya diterima disisi Allah SWT dan setiap

    kesalahannya diampuni oleh Allah SWT.

  8. Segenap pegawai Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah banyak membatu dalam mencarikan buku-buku yang penulis cari, penulis ucapakan terimakasih banyak semoga mendapatkan balasan yang berlipat ganda.

  9. Segenap pegawai Perpustakaan Umum, semoga setiap kebaikannya dalam membantu penulis dijadikan tabungan amal buat bekal nanti.

  10. Keluarga besar BPI terutama angkatan 2005 Jaya Supriatna, Jefriadi, Agus Sulaiama, Madinah, Syukron Jamil, Muslihun, Jamaldin Sidik, Rahmat Hidayat, Wahyu Dwisaputro, Laily Hidayati, Eneng Susliah, Nandianti Harelina, Khoerul Mutaqoribain, Mulya Rahmawati, Siti Umayah, Maryanah, Dwika Nofrianti, Lestari, Astti, Ina Nuru Lestari, Juvendra dan yang lainya. Juga kepada teman-teman BPI Angkatan 2006 Tiyo, Aniz, Hafiz, Vita, Yuswandi, Dani dan yang lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

  11. Keluarga besar pengasuh Pondok Pesantren daar el-Hikam, Abi beserta keluarga yang selalu memberikan perhatiannya kepada penulis.

  12. Teman-teman ISDAH (Ikatan Santri Daar el-Hikam) priode 2007-2008, Baijuri, Ahmad Fauji, Heriyanto, Mami, Ubaidillah. Priode 2008-2009, Matsani, Oma, Ahmad, Saeful Amri, Lulu, Rahmat BTW, Rahmat Sogir,

  Azis Rosdiyansah, Ahmad Fatoni, Firman, dan yang lainnya penulis ucapkan terimakasih atas setiap bantuannya.

  13. Teman-teman Bio, Andi Hastono, Sofyan Amrullah, Anang Lukman dan yang lainnya, penulis ucapkan terimakasih atas setiap bantuannya, tertama

    atas pinjaman laptopnya buat penulisan skripsi ini.

  14. Sahabat-sahabat di PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) Wapa, Nasihin, Iduy, Hamdi, Alip, Abdulrahman Sutara (Bedul), Hera, Asif, Juiatul, Ade, Tofik, Mas Yadi dan sahabat-sahabat yang lainnya.

  15. Teman-teman IKBAS (Ikatan Keluarga Besar Sunanul Huda Sukabumi), Holid Amsyi, Deden Misbahudin, Rini, Asep Ridwan, Iwan Wahyudin, Maslam, Maria Ulfal (MU), Firman, Abu Bulaini dan yang lainnya penulis ucapkan terimakasih atas setiap bantuannya.

  16. yang di IMARFA (Ikatan Remaja Mesjid Fatullah), Teman-teman terutama saudara Rian Hidayat, terimakasih atas buku-buku pinjamannya, semoga Allah membalasnya dengan balesan yang berlipat ganda, saudara Ruslan Buadiarto terima kasih atas masukan-masukannya.

  17. Teman-teman di Pondok Pesantren Sunanul Huda Suabumi, Jamaludin Sidik, Mahbub, Adi Ahmad, Gusfirli Sumafraja, Ijang Salman al-Farisi, Abdul Qudus dan yang lainnya.

  Dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah. berpartisipasi dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga semua bantuan mereka dalam penulisan skripsi ini mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis menyadari akan keterbatasan skripsi ini, namun semoga karya yang masih jauh dari kesempurnaan ini bermanfaat khususnya dalam bidang bimbingan dan penyuluhan Islam.

   

  Jakarta, 10 Juni 2009 Penulis

  DAFTAR ISI ABSTRAK .............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

   

DAFTAR ISI ........................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................

  1 A. Latar Belakang Masalah .........................................................................

  1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................................................

  7 C. . Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................

  7 D. . Tinjauan Pustaka ..............................................................................

  8 E. . Metodologi Penelitian .............................................................................

  9 F. . Sistematika Penulisan .............................................................................

  11 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TERAPI, KETAKUTAN DAN KEMATIAN ............................................................................................

  13 A. Terapi ...................................................................................................

  13 1. ........................................................................ Pengertian Terapi 13 2. Macam-macam Terapi .....................................................................

  16 3. ................................................................................................... P endekatan-pendekatan Dalam Terapi .............................................

  25 B. Ketakutan .............................................................................................

  31 1. Pengertian Ketakutan ....................................................................

  31 2. Sebab-sebab Timbulnya Ketakutan ................................................

  36 3. Akibat Ketakutan ............................................................................

  37 C. Kehidupan dan Kematian .....................................................................

  42 1. Pengertian Kehidupan dan Kematian ...............................................

  42 2. Hakikat Kehidupan dan Kematian Dalam Islam .............................

  46 BAB III BIOGRAFI SINGKAT IBNU MASKAWAIH ................................

  51

  A. Riwayat Hidup dan Keperibadian Ibnu Maskawaih .................................

  51 B. Karya-Karya Ibnu Maskawaih .................................................................

  56 C. Pemikiran Ibnu Maskawaih Terntang Psikologi dan Kematian ................

  59 BAB IV TERAPI MENGATASI KETAKUTAN DALAM

   

MENGHADAPI KEMATIAN MENURUT IBNU MASKAWAIH ..

  67 A. . Ketakutan Menghadapi Kematian Menurut Ibnu Maskawaih

  1. Pengertian Ketakutan Dalam Menghadapi Kematian Menurut Ibnu Maskawaih ...................................................................

  67

  2. Sebab-sebab Timbulnya ketakutan Dalam Menghadapi Kematian Menurut Ibnu Maskawaih ...................................................................

  68 B. Orang-orang Yang Takut Dalam Menghadapi Kematian Menurut Ibnu Maskawaih .....................................................................................

  72 C. . Terapi Mengatasi Ketakutan Dalam Menghadapi Kematian

  1. Menjelaskan Kepada Klien Tentang Semua Hakikat Yang Berkaitan Dengan Kematian ...............................................................

  71

  2. Membimbing Klien Agar Bisa Mengatasi Ketakutannya Terhadap Kematian ............................................................................

  73 BAB V PENUTUP ….……………………………………………………………

  76 A. Kesimpulan ............................................................................................

  76 B. Saran .....................................................................................................

  77 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….

  88

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TERAPI, KETAKUTAN DAN KEMATIAN

   

A. Terapi

1. Pengertian Terapi

  Dalam beberapa kamus terapi diartikan sebagai cara menyembuhkan, pengobatan dan merawat. Misalnya dalam ”Kamus Besar Bahasa Indonesia” terapi diartikan “usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit,

  1

  pengobatan penyakit, perawatan penyakit” “pengobatan, ilmu pengobatan, cara

  2

  pengobatan”. Dalam ”Kamus Kedokteran” terapi diartikan “sebagai pemberian pertolongan kepada orang sakit, usaha menyembuhkan orang sakit atau bisa

  3

  juga diartikan sebaga Dalam kamus yang lain, yakni kamus i cara pengobatan”. lengkap psikolog i “terapi atau dalam bahasa Inggris disebut dengan therapy adalah suatu perlakuan atau pengobatan yang ditunjukan kepada penyembuhan suatu kondisi patologis. Sedangkan seorang yang dilatih dalam pengobatan penyakit dan gangguan kejiwaan disebut dengan terapis atau dalam bahasa

4 Inggris disebut therapist ”.

  Dalam buku Ensiklopedi Pendidikan dijelaskan bahwa terapi adalah “cara pengobatan, cara penyembuhan, juga dalam arti kiassan seperti dalam arti 1 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan: Balai Pustaka, 1998), h. 935. 2 Pius A Partono dan M Dahlan al-Barry , Kamus Ilmiah Popular (Surabaya: Arkala, 1994), h. 746. 3 4 Med. Ahmad Ramli. Kamus Kedokteran, (Jakarta: Djambatan, 1999), cet. ke-23. h 354.

  James. P Chaplid, Penerjemah Kartini Kartono, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: situasi-situasi, masalah-masalah dimana ada kekurangan atau kesalahan- kesalahan, misalnya suatu terapi untuk menyembuhkan suatu masyarakat yang bobrok”

  5

  . Sedangkan M.A Subandi mengatakan bahwa, “terapi merupakan proses formal interaksi antara dua pihak atau lebih, yang satu adalah profesional penolong (terapis) dan yang lain adalah petolong (orang yang ditolong) dengan catatan bahwa intraksi itu menuju pada perubahan atau penyembuhan, perubahan itu dapat berupa perubahan rasa, pikir, prilaku, dan kebiasaan yang ditimbulkan denagan adanya tindakan profesional (terapis) denagan latar ilmu prilaku dan teknik-teknik usaha yang dikembangkan”.

6 Adapun dalam tatanan bahasa Arab istilah terapi sepadan dengan kata

  فشتسلاا ءا

  diambil dari akar kata

  ش اف

  yang artinya menyembuhkan

  • شي ىف ىفش -

  7

  ⧫  ⬧ ◆ ⬧→❑ 

  →◼▪ ◆ ☺   ➔◆ ◆❑◆◆ ⧫✓⬧☺

  “Wahai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh untuk penyakit yang ada di dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang- orang yang beriman (percaya dan yakin)”. (QS. Yunus

  10:57)

  ⧫◆  ◆→ ⧫ ◆❑➔  ◆❑◆◆ ⧫✓⬧☺  ◆ ⧫

⧫✓☺→  

  “Dan kami turunkan dari Al-Quran sesuatu (yang dapat menjadi )penyembuh dari rahmat bagi orang-orang yang beriman (percaya dan yakin), dan Al-Quran itu tidak akan menambah kepada orang yang berbuat aniaya melainkan kerugian”(QS. Al Isra: 17: 82)

  5 Soedarda Doerbakawadja, Ensikolopedi Pendidikan (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1981), cet. ke-2. h. 359. 6 M.A Subandi, Psikoterapi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 9 7 Ahmad Warson Munawir, Kamus Arab Indosesia Al Munawir, (Surabaya: Pustaka  

  . Misalnya dalam Al-Quran: Dalam sebuah hadis Rasulullah saw bersabda “Tidak diturunkan satu penyakit kecuali diturunkan juga kesembuhannya (obatnya)” hadis ini diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad juga dishahihkan oleh Al-Albani dalam

   

8 Shahih Al-J ami’.

  Dari beberapa pengertian terapi di atas maka penulis menarik kesimpulan bahwa terapi adalah, proses pengobatan atau penyembuhan suatu penyakit yang dilakukan oleh seorang terapis baik itu penyakit fisik, psikologis, spiritual maupun moral yang dilakukan oleh seorang yang bertindak sebagai terapis dengan latar belakang ilmu pengetahuannya, teknik serta usaha yang dikembangkannya dengan tujuan menyembuhkan, mengembalikan, memelihara, menjaga dan mengembangkan kondisi yanag diterapi (klien) agar kondisi fisik atau psikisnya berada dalam kondisi sehat.

  Adapun dalam konteks ini terapi yang dimaksud diartikan sebagai terapi yang berbentuk psikoterapi, sebagai mana yang diungkapkan M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky bahwa psikoterapi (psychotherapy) yaitu,

  “pengobatan penyakit dengan cara kebatinan, atau penerapan teknik khusus pada penyembuhan penyakit mental atau pada kesulitan-kesulitan penyesuaian diri setiap hari atau penyembuhan lewat keyakinan agama dan diskusi personal dengan para guru atau

  9

  teman ”.

2. Macam-Macam Terapi

  Menurut Muhammad Abdul Al Aziz Al Kahalidi Sebagaimana dikutip oleh Abdul Mujib membagi obat (Syifa) dengan dua bagian, “pertama obat bissi, yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit pisik, seperti berobat dengan air, 8 9 Diambil dari Diakses pada 2 November 2009.

  M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, Penerapan Metode madu, buah-buahan yang disebutkan dalam Al-Quran. Kedua obat ma ’nawi yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit ruh dan kalbu manusia, seperti doa-doa

  10

  dan isi kandungan Al-Quran ”.

  Jadi terapi secara garis besar terbagi menjadi dua macam ada yang

   

  memang terapi ditujukan untuk penyembuhan dengan menyentuh aspek fisik seperti terapi pijat refleksi, terapi akupuntur, terapi psikoparmaka yaitu dengan obat-obatan atau terapi dengan menggunakan bantuan binatang seperti lebah, lumba-lumba lintah dan lain-lain. dan satu lagi terapi yang ditujukan untuk aspek psikis atau mental yaitu psikoterapi.

  Adapun mengenai macam-macam terapi yang di tujukan untuk menyentuh aspek mental ini dalam buku konseling terapi Dr. Musfir Bin Said Az-Zahrani, menuliskan ada dua macam terapi mental yang semuanya itu bersumber dari Al-

11 Quran dan sunah (Hadist) yaitu:

  Pertama, terapi mental dengan keimanan dan rasa aman, dalam Al-Quran

  telah digambarkan secara gamblang bagaimana iman kepada Allah bisa mendatangkan rasa aman dan ketenagan dalam diri orang yang beriman. Dalam al-Quran Allah SWT berfirman:

  

⬧◆ ❑⧫◆ ⧫

◆☺ ❑⧫

⬧ ⬧ →

⧫⧫ ➔◆ 

  “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang- 10 orang yang mendapat petunjuk.” (QS. al-An’am 06:82)

  Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), cet ke-2. h. 209 11 Musfir Bin Said Az-Zahrani, Konseling Terapi. Penerjemah Sari Nurlita, (Depok: Gema

  Yang dimaksud dengan keimanan di atas adalah keimanan murni tanpa adanya campuran dengan ibadah kepada selain Allah. Itulah keimanan yang mendatangkan ketenangan dan juga petunjuk kejalan kebenaran dan kebaikan. Terlealisasinya ketenangan diri dan keamanan dalam hati seseorang mukmin dari

   

  hatinya yang murni kepada Allah, hingga ia selalu memiliki harapan dalam mendapatkan pertolongan dan penjagaan dariNya sehingga dirinya terjaga dari

  12 berbagai macam penyakit mental (psikologis).

  Kedua, adalah terapi mental dengan ibadah, sesungguhnya menunaikan

  ibadah yang telah diwajibkan kepada manusia itu mengandung unsur terapi, seperti:

a. Terapi Dengan Sholat

  Sholat adalah satu nama yang menunjukan adanya ikatan yang kuat antara hamba dengan Tuhanya, dalam sholat hamba seolah berada di hadapan Tuhannya dan dengan penuh kekhusuan memohon banyak hal kepadaNya. Perasaan ini akhirnya bisa menumbuhkan kejernihan spiritualitas, ketenangan hati, dan keamanan diri di kala ia mengerahkan semua emosi dan anggota tubuhnya mengarahkan kepadanya dengan meninggalkan semua kesibukan dunia dan permasalahannya. Pada saat sholatlah ia bisa sepenuhnya memikirkan Tuhannya tanpa ada intrupsi dari siapapun hingga pada saat itulah ia merasakan ketenangan

  13 dan akalnyapun seoalah merasakan menemukan waktu rehatnya.

  Dengan penggambaran di atas maka sholat sangat berperan besar dalam menekan segala bentuk depresi yang timbul dari tekanan dan permasalahan hidup keseharian, juga dalam menekan kekhawatiran dan goncangan kejiwaan yang 12 13 Ibid., h. 471.

  sering dialami banyak manusia umumnya. Setelah menyelesaikan sholat seorang hamba akan berzikir mengingat Tuhannya serta bertasbih diiringi munajatnya kepada Allah, yang dilanjutkan dengan membaca ayat Al-Quran, berdoa kepadaNya dan mengadukan semua permasalahan hidupnya yang menggangu dan

   

  meresahkannya serta memohon kepada Allah agar membantunya dalam

  

14

memecahkan permasalahannya tersebut.

  Keutamaan shalat juga disebut dalam hadis dari Abu Hurairah yang berkata bahwa Rasulullah saw bersabda :“Apakah pendapat kalian jika ada sebuah sungai di depan pintu rumah seseorang dari kalian, lalu dia mandi di dalamnya lima kali sehari, apakah masih melekat ditubuhnya? para sahabat menjawab: kotoran tidak akan melekat di tubuhnya. Beliau bersabda: itulah perumpamaan shalat lima waktu. Dengan mengerjakannya Allah akan menghapus dosa- dosanya”

  15 (HR Ibnu Majah).

b. Terapi Dengan Zakat Dan Sedekah

  Mengeluarkan zakat dan sedekah merupakan suatu proses terapi mental, Allah SWT berfirman:

  

⬧ ⚫◆❑  ➔

⧫➔◆ ➔⬧➔

  ◼⧫ ◆ 

◆  ⚫ ⬧ ⬧❑◼

  ⧫ ☺

  “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. At-Taubah 09:103)

  14 15 Ibid., h. 482.

  Dalam ayat di atas tampak bagiamana zakat dapat mebersihkan dan menyucikan jiwa dengan cara meningkatkan posisinya karena kebaikan dan keberkahan hartanya hingga ia berhak untuk mendapatkan kebahagian baik di dunia dan akhirat.

  ”Dalam sebuah Hadis Rasullullah saw bersabda: “Wahai anak

  Adam apabila kamu mengeluarkan kelebihan yang kau dapat (dari rezekimu) maka hal itu akan membawa kebaikan bagimu dan apabila kau menahannya maka hal itu akan membawa keburukan bagimu, janganlah kau mencela orang yang tidak mampu dan mulailah dari orang-orang yang menjadi tanggunganmu. Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah.” ( HR. Muslim dan Tirmidzi dari Abu Ummah)

  Dari hadis diatas jelas bahwa dijangjikna kepada orang yang memang memberikan sedekah maka akan mendatangkan kebaikan untuk dirinya sendiri dan ini bisa menimbulkan ketenangan dalam jiwanya ketika dia memberikan zakat atau shadaqohnya dengan ikh las kepada orang yang memang membutuhkan”.

  16

  Puasa merupakan salah satu latihan dan didikan bagi jiwa, puasa banyak mengandung unsur terapi penyakit kejiwaan dan penyakit fisik, Allah SWT berfirman:

  ⧫ ⧫ ❑⧫◆  →◼⧫ ◆ ☺  ◼⧫ 16 Az-Zahrani, Konseling Terapi, h. 484.

   

c. Terapi Dengan Puasa

  

→⬧  

⧫❑→⬧ ➔⬧

  “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang- orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”

  (QS. Al-Baqoroh 02:183)

   

  Dalam Tafsir Jalalain, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan ayat ini adalah “supaya kalian menghindari maksiat. Sesungguhnya puasa meredakan

  17 keinginan syahwat dari akarnya”.

  Sesungguhnya puasa adalah satu latihan untuk mengendalikan syahwat dan menguasainya penuh selama satu bulan lamanya pada setiap tahunnya, dan pada puasa-puasa sunah lainnya di waktu-waktu tertentu. Dalam waktu berpuasa itulah seorang muslim mempelajari kuatnya kemauan dalam dirinya dan kukuhnya keinginan dalam prilakunya dan dalam melaksanakan kewajibannya dan tanggung jawabnya serta dalam menjalankan semua perintah Allah kepadanya.

  Di saat berpuasa inilah seorang muslim selalu berusaha untuk berprilaku baik dengan mendengarkan kata hatinya tanpa harus ada seorangpun yang mengawasi semua gerak gerik perilakunya. Dengan berpuasa pula maka seorang akan melatih untuk bersabar atas lapar haus serta dalam menahan syahwatnya.

  Iapun bersabar dalam memikul beratnya tanggung jawab dalam mencari nafkah dan dalam setiap permasalahan hidup. Dalam berpuasa pula maka seoarang yang kaya akan merasakan kelaparan hingga akan timbul dalam dirinya rasa kasih kepada para pakir miskin. Juga memotivasi mereka untuk berbuat baik dan kebaikan kepada para fakir miskin hingga hubungan di antara kedua belah pihak

  18 akan kuat serta adanya rasa saling menolong di antara mereka. 17 Jalaludin Assyuti dan Jalaludin al Mahali, Tafsir Jalalain, (Surabaya: Darul Nasri Masyiroh). 18

d. Terapi Dengan Haji

  Haji adalah rukun Islam yang kelima, ia dilakukan bagi siapa yang telah mampu mengerjakannya dan hanya sekali seumur hidup. Haji merupakan pusat pelatihan dari segalanya bagi muslim. Dalam haji seorang muslim akan selalu

   

  mengingat Allah, selalu berdoa kepadanya setiap waktunya, mengerjakan sholat dengan kekhusyuan. Di sana ada kerendahan hati dimana seseorang akan melepaskan pakaian kebesarannya dan mengenakan pakaian haji yang sederhana yang tidak membedakan tingkatan. Haji akan selalu menguatkan persaudaraan antara sesama muslim dengan berbagai bentuk, suku, jenis, warna kulit dengan kumpul bersamaan pada satu tempat dan satu waktu berdoa kepada Allah serta memohon dan mengharap hanya kepadanya. Haji adalah pelatihan bagi kaum muslimin agar mereka bisa mengendalikan syahwat dan hawa nafsunya, seorang muslim yang sedang dalam keadaan ihram tidak diperkenankan untuk menggauli wanita, bertengkar, mencela, berdebat mengucapkan hal-hal yang dapat membangkitkan gairah dan sejeninya. Dan juga tidak menimbulkan hal-hal yang menimbulkan kefasikan, dalam hajipun diwajibkan untuk meninggalkan dosa- dosa kecil apalagi dosa-dosa besar, hingga kaum muslimin bisa meluruskan

  19 prilakunya dan dapat berinteraksi dengan sesamanya dengan baik.

  Dalam haji juga mengandung makna kemanusiaan dan pengalaman nilai- nilainya tidak hanya terbatas pada persamaan nilai kemanusiaan, ia mencakup seperangkat nilai-nilai luhur yang seharusnya menghiasi jiwa pemikirnya, ia

  19 bermula dari kesadaran akan fitrah dirinya serta keharusan menyesuikan dirinya

  20 dengan tujuan kehadiran dipentas bumi ini.

e. Terapi Dengan Kesabaran

  Sabar adalah salah satu penyebab datangnya keberuntungan sebagaimana

   

  yang dijelaskan dalam surat Al Imran ayat: 200

  

 ⧫

 ❑⧫◆

❑◆◆ ◆

➔⬧  ❑→◆

  ❑⬧➔

  “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga, (diperbatasan negrimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung” (QS. Al-Imran 03:200)

  Sabar dan sikap saling mengingatkan untuk bersabar adalah dua hal yang masuk dalam cakupan ibadah dan juga cakupan hubungan interaksi manusia dengan sesamanya. Sabar memiliki faidah yang besar dalam mendidik jiwa dan menguatkan keperibadian muslim hingga menambah kekuatnannya untuk dapat memikul beban kehidupan, juga memperbaharui kembali semangat untuk

  

21

menghadapi segala permasalahan hidup.

  Bagi seorang muslim hendaknya menghiasi hidupnya dengan penuh kesabaran, di antaranya sabar dalam menghadapi celaan manusia pada dirinya, sabar dalam beribadah kepada Allah, sabar dalam mematuhi semua ajaran Allah, ataupun sabar dalam menunaikan tugas keduniaan, sehingga keperibadian muslimpun akan matang seimbang, sempurna, dan produktif serta tidak sedikitpun perasaan cemas dalam hatinya, ia akan hanya merasakan rasa aman dari 20 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, (Bandung: Mizan 1999), cet. Ke- 19, h.

  354. 21 goncangan jiwa dalam dirinya. Begitu banyak penyakit tubuh dan jiwa dimulai dari ketidak sabaran, seandainyapun dalam kesabaran tidak memiliki keistimewaan, namun cukup manusia bersabar karena sesungguhnya Allah

  22 mencintai orang-ornag yang sabar.

   

  f. Terapi Dengan Istighfar Dan Tobat

  Dalam kehidupannya manusia tidak lepas dari kesalahan dan khilaf. Tobat diwajibkan bagi siapapun yang mengerjakan dosa setiap muslim pastinya pernah berdosa dan mengerjakan maksiat kecil ataupun besar. Terkadangpun lalai dalam menjalankan ibadah, namun pintu tobat selalu terbuka hingga ia bisa kembali kepada Allah dan bertobat kepadaNya serta tidak berputus asa atas semua rahmat

  23 dan ampunanNya, proses seperti itu merupakan sebagai unsur terapi mental.

  g. Terapi Dengan Zikir

  Semua ibadah pada hakikatnya adalah satu usaha untuk mengingat Allah, baik dengan takbir, tahlil, tahmid syukur, pembacaan Al-Quran dalam setiap sholat ruku, sujud duduk di antara dua sujud dan sampai diakhiri dengan salam.

  Rasulullah saw banyak menganjurkan para sahabat banyak tasbih dan menerangkan pada mereka keutamaannya dalam menggapai kebaikan dan menghapuskan dosa ataupun kesalahannya serta dalam menggampai ampunan dan

  24 ridha Allah dalam mencapai surganya.

  

❑⧫◆ ⧫

❑➔➔ ◆⬧◆

    

❑➔→ ☺⬧ 

  22 23 Ibid., h. 495. 24 Ibid., h. 499.

  ”(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allahlah hati menjadi tenteram”. (QS. Ar-Rad 13:28)

h. Terapi Dengan Doa

  Doa merupakan terapi yang paling mujarab, ia musuh segala bencana ,

   

  dapat menolak bahkan dapat pula menghilangkannya minimal menghilangkan

  25

  bala yang datang Doa merupakan salah satu sarana ibadah dan mengingat Allah, doapun merupakan otak dari semua ibadah yang ada. Sesungguhnya dalam doa ada kelapangan hati dan penawar bagi segala keraguan keresahan dan bencana, karena sesungguhnya seorang yang berdoa berharap agar Allah mengabulkan doanya itu dengan berpegang teguh pada ayat 186 Surat Al Baqarah.

  

⧫ ⧫ ⬧ ⬧◆

  ⬧ ⬧

⧫ ⬧  ◼◆❑

 ❑⧫◆⬧ 

➔⬧  ❑⬧◆

⧫

  ”Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”.(QS. Al Baqoroh 02:186)

  

❑ →◆ ⧫⬧◆

  ⬧ ⧫

⧫ ⧫⧫ 

⧫❑➔◆ ⧫

   ⧫➔

  ”Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri

25 Ibnu Qoyyim, Terapi Penyakit Dengan Alquran dan Sunah, (Jakarta: Pustaka Amanah,

  dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina."

  26 (QS.

  Almu’min 40:60) Itulah macam-macam terapi mental yang bersumber dari Al-Quran dan sunah (hadis) dengan melaksanakan ibadah yang telah diperintahkan kepada umat

    muslim.

3. Pendekatan-Pendekatan Dalam Terapi

  "Pendekatan adalah sebuah cara yang telah diatur dan dipikir baik-baik

27 Sebagai mana dijelaskan pada pembahasan

  untuk mencapai satu maksud” sebelumnya bahawa banyak sekali macam-macam terapi ada terapi yang menyentuh aspek pisik dan yang menyentuh aspek psikis yaitu psikoterapi, adapun penedekatan-pendekatan yang digunakan dalam psikoterapi diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Psikoanalitik

  Psikoanalitik beranggapan bahwa di dalam individu terdapat kekuatan- kekuatan yang saling berlawanan yang menyebabkan komplik internal tidak terhindarkan, komplik yang tidak disadari itu mepunyai pengaruh yang kuat pada perkembangan kepribadian individu, sehingga menimbulkan stres dalam

  28 kehidupan.

  “Psikoanalisis adalah metode terapi berdasarkan konsep Freud, tujuan psikoanalisis adalah menyadarkan individu akan konflik yang tidak disadarinya dan mekanisme pertahanannya untuk mengendalikan kecemasan,

  26 27 Az-Zahrani,Koneling Terapi, h. 508.

  Pengertian Pendekatan Dalam Pendidikan, ”Artikel diakses pada 12 Juni 2009” dari htt:/www.Kumpulan Artikel Pendidikan.com. 28 apabila motif dan rasa takut yang tidak disadari telah diketahui, hal-hal tersebut

  29 dapat diatasi dengan cara yang lebih rasional ”.

  Menurut pandangan psikoanalisis struktur kepribadian terdiri dari tiga sistem, id ego dan super ego, ketiganya adalah nama bagi proses psikologis dan

   

  bukan merupakan agen yang terpisah mengoperasikan kepribadian, melainkan merupakan fungsi-fungsi kepribadian sebagai tiga bagian keseluruhan yang terasing satu sama lain, id adalah komponen biologis ego adalah komponen

  30 psikologis sedangkan super ego merupakan komponen sosial.

  Id adalah sistem kepribadian yang orisinil, kepribadian seseorang hanya terdiri dari id sejak lahir, id merupakan tempat bersemayam naluri-naluri. Id kurang terorganisir buta menuntut, dan mendesak. Id bersifat tidak logis, amoral dan didorong oleh satu kepentingan memuaskan kebutuhan-kebutuhan naluriah sesuai dengan asas kesenangan. Id tidak pernah matang dan selalu menjadi anak manja dari keperibadian, tidak berfikir dan hanya menginginkan atau bertindak id bersifat tak sadar. Adapun super ego adalah cabang moral atau hukum dari keperibadian, super ego adalah kode moral individu yang urusan utamanya adalah apakah suatu tindakan baik atau buruk, benar atau salah, super ego merepresentasikan hal yang ideal alih-alih yang rill, dan mendorong bukan kepada kesenangan melaikan kepada kesempurnaan. Super ego menggambarkan nilai- nilai tradisional dan ideal-ideal masyarakat, yang diajarkan oleh orang tua kepada

  31 anak.

  29 Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Penerjemah: E. Koeswara (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), cet ke-2 h.13. 30 31 Ibid h.15

  Adapun dalam proses terapi, karakteristik pesikoanalisis adalah terapis atau analis membiarkan dirinya anonim serta hanya berbagi sedikit perasaan dan pengalaman sehingga klien memproyeksiakan dirinya kepada terapis, proyeksi-

  32 proyeksi klien yang menjadi bahan terapi, ditafsirkan dan dianalisis.

   

  b. Pendekatan Behaviorristik (Tingkah Laku)

  Terapi ini merupakan pendekatan aplikasi sistematis dari prinsip-prinsip belajar untuk menangani gangguan psikologis. Karena fokusnya pada perubahan prilaku bukan perubahan kepribadian atau menggali masa lalu secara mendalam, terapi perilaku berlangsung singkat berlangsung umumnya dari beberapa minggu

  33 sampai beberapa bulan.

  Dalam pendekatan ini ada beberapa teknik antara lain, desentisasi sistematik, floding, penguatan sistematis, pemodelan dan pengulangan prilaku yang pantas. Desentitasi sistematik, dipandang sebagai proses deconditioning atau countercontitioning, prosedurnya adalah memasukan suatu respons yang bertentangan dengan kecemasan, seperti relaksasi, individu belajar untuk relaks dalam situasi yang sebelumnya menimbulkan kecemasan. Floding adalah prosedur terapi prilaku dimana orang yang ketakutan memaparkan dirinya sendiri dengan apa yang membuatnya takut, secara nyata atau khayal, untuk priode waktu yang

  34 cukup panjang tanpa kesempatan meloloskan diri.

  c. Pendekatan Clien-Centred

  Pendekatan clien-centred, atau yang berpusat pada klien menekankan pada kecakapan klien untuk menentukan isu yang penting bagi dirinyadan pemecahan 32 33 Ibid., h. 38.

  Jeffrey, dkk, Psikologi Abnormal, Penerjemah: Tim Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2005), h.108. 34 masalah dirinya, yang paling penting dalam kualitas hubungan terapi adalah pembentukan suasana hangat, permisif dan penerimaan yang dapat membuat klien untuk menjelajahi struktur dirinya dalam hubungan dengan pengalaman

  35 dirinyan.

   

  Terhadap pandangan manusia pendekatan ini, menolak konsep tentang kecendrungan-kecendrungan negatif dasar, sementara beberapa pendekatan beranggapan bahwa manusia menurut kodratnya adalah irasional dan berkecendrungan merusak terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain kecuali jika telah mengalami sosialisasi, Cal R Rogers (tokoh pendekatan terapi ini) menunjukan kepercayaan yang mendalam pada manusia. Ia memandang manusia tersosialisasi dan bergerak kemuka, berjuang untuk berfungsi penuh, serta memiliki kebaikan yang positif pada intinya yang terdalam. Pendek kata manusia dipercayai dan pada dasarnya koperatif dan konstruktif tidak perlu

  36

  diadakan terhadap dorongan-dorongan agresifnya ”... pendekatan Clien-Centred difokuskan pada tanggung jawab dan kesanggupan klien untuk menemukan cara-

  37

  cara menghadapi kenyataan secara lebih penuh .”

d. Pendekatan Gestal

  Kata gestalt berasal dari bahasa Jerman yang artinya: bentuk konfigurasi atau keseluruhan, agak sulit kata yang dianalogkan dengan perkataan gestal ini namun yang mendekati arti sebenarnya adalah ”organisasi dari keseluruhan yang

  38 bermakna”. 35 H. Mohamad Surya, Teori-Teori Konseling, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2003), h.51. 36 37 Coory, Teori Dan Prkatekl Konseling Dan Psikoterapi, h.92. 38 Ibid., h.92.

  Sigih D Gusana, Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2007), Asumsi dasar pendekatan terapi ini adalah bahwa individu mampu menangani sendiri masalah-masalah hidupnya secara efektif, tugas utama terapi adalah membantu klien agar mengalami sepenuhnya keberadaannya disini dan sekarang dengan menyadarkan atas tindakannya mencegah diri sendiri merasakan

   

  dan mengalami saat sekarang, oleh karena itu terapi gestal pada dasarnya

  39 noninterpretif dan sedapat mungkin, klien menyelenggarakan terapi sendiri.

  e. Pendekatan Rasional Emotif Terapi Terapi ini dikembanagkan oleh Albert Elis, rasional emotif terapi adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berfikir rasional dan jujur maupun untuk berfikir irasional dan jahat, manusia memiliki kecenderungan-kecendrungan untuk memelihara diri, berbahagia berfikir dan mengatakan, mencintai, bergabung dengan orang lain, serta tumbuh dan mengaktualkan diri, akan tetapi manusia juga memiliki kecendrungan-kecendrungan ke arah menghancurkan diri, menghindari pemikiran, berlambat-lambatan menyesali kesalahan-kesalahan secara tak berkesudahan, takhayul, intoleransi, perfeksionisme dan mencela diri serta menghindari pertumbuhan dan aktualisasi diri. Manusiapun cenderung untuk terpaku pada pola-pola tingkah laku lama yang disfungsional dan mencari

  40 berbagai cara untuk terlibat dalam sabotase diri.

  ”...terapi rasional emotif ini mengajarkan bahwa masalah-masalah dalam hidup berasal dari asumsi irasional (pikiran) yang kita punya tentang dunia intinya adalah mengubah cara kita

  41

Dokumen yang terkait

107 Penerapan Media Boneka Tangan dalam Keterampilan Berbicara Siswa Kelas IIIb MI At-Thayyibah

0 1 10

Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Pasang surut hubungan Aceh dan Turki Usmani : persektif sejarah

0 1 32

Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Religious violence in Indonesia muslim society

0 0 7

Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: PPIM survey : religious courts access and equity

0 0 6

STRATEGI PROMOSI WISATA RELIGI MAKAM SYEKH SURGI MUFTI Devi Noviyanti UIN Antasari Banjarmasin Abstract - STRATEGI PROMOSI WISATA RELIGI MAKAM SYEKH SURGI MUFTI

0 0 29

Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Analisis Hubungan Faktor Sanitasi Sumur Gali Terhadap Indeks Fecal Coliform di Desa Sentul Kecamatan Kragilan Kabupaten Serang Tahun 2017

0 0 142

Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: ANALISIS PERUBAHAN PARAMETER IKLIM DAN MOSQUITO-BORNE DISEASE DI PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2009-2016

0 1 193

IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS DALAM KASUS KEPUASAN KONSUMEN USAHA LAUNDRY Restu Khaliq UIN Antasari Banjarmasin Abstract - IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS DALAM KASUS KEPUASAN KONSUMEN USAHA LAUNDRY

0 0 18

SIARAN DENGAN CONTENT POSITIF DAN EDUKATIF Surianor UIN Antasari Banjarmasin Abstract - SIARAN DENGAN CONTENT POSITIF DAN EDUKATIF

0 0 19

FILOSOFIS KOMUNIKASI QAULAN SYAKILA Fahriansyah UIN Antasari Banjarmasin Abstract - FILOSOFIS KOMUNIKASI QAULAN SYAKILA | Fahriansyah | Alhadharah: Jurnal Ilmu Dakwah

0 2 12