Skor Angket Dampak Positif Masa Pubertas No Responden Jumlah No Responden Jumlah

64

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data Dampak Positif Masa Pubertas Peserta Didik
Terhadap Perilaku Psikososial di SMPN 24 Kota Padang
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar dampak
positif masa pubertas terhadap perilaku psikososial. Berdasarkan hasil
pengolahan angket peserta didik kelas di SMPN 24 Padang, di dapatskor
angket dampak positif masa pubertas terhadap perilaku psikososial
sebagaimana pada tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1
Skor Angket Dampak Positif Masa Pubertas
No
1
2
3
4
5

6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Responden
A1
A2
A3
A4
A5
A6

A7
A8
A9
A10
A11
A12
A13
A14
A15
A16
A17

Jumlah
45
52
41
49
48
50
50

54
54
53
51
47
41
51
52
54
51

64

No Responden Jumlah
44
A44
47
45
A45
48

46
A46
57
47
A47
45
48
A48
56
48
A49
52
50
A50
50
51
A51
43
52
A52

60
53
A53
61
54
A54
57
55
A55
57
56
A56
43
57
A57
49
58
A58
51
59

A59
55
60
A60
56

65

18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43

A18
A19
A20
A21
A22

A23
A24
A25
A26
A27
A28
A29
A30
A31
A32
A33
A34
A35
A36
A37
A38
A39
A40
A41
A42

A43

41
38
54
44
45
51
42
45
48
51
55
50
49
44
53
42
48
52

45
41
42
51
45
54
50
43

61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71

72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88

A61
A62
A63
A64
A65
A66
A67
A68
A69
A70
A71
A72
A73
A74
A75
A76
A77
A78
A79
A80
A81
A82
A83
A84
A85
A86
A87
A88

47
55
49
54
55
44
48
45
45
44
50
48
44
35
44
49
52
52
52
48
48
53
51
55
52
49
52
52

Deskripsi statistik data dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2
Deskripsi Statistik Dampak Positif Pubertas
Descriptive Statistics

Dampak
Positif
Valid N
(listwise)

N
88
88

Range
26,00

Min
35,00

Max
61,00

Sum
4325,00

Mean
49,1477

Std.
Deviation
5,01157

Variance
25,116

66

Berdasarkan tabel 4.2 diatas, kemudian dilakukan kategori subjek
secara normatif guna memberikan interprestasi terhadap skor skala. Rata-rata
dampak positif masa pubertas peserta didik di SMPN 24 Padang di peroleh
rentangan minimumnya 35 dan maksimumnya 61. Dengan demikian
meannya 4325/88 = 49,1477 dan skor idealnya 65. Untuk mencari
pengkategorian dampak positif masa pubertas terhadap prilaku psikososial
peserta didik di SMPN 24 Padang dapat dilihat pada Tabel 4.3 sebagai
berikut:
Tabel 4.3
Kategori Dampak Positif Masa Pubertas terhadap prilaku
psikososial peserta didik
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Rentang Persentase
81% - 100%
61 - 80%
41 - 60%
21 - 40%
01 - 20%

Berdasarkan

deskripsi

data

Kategori
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang Baik
Sangat Tidak Baik

di

atas,

dan

didukung

dengan

penghitungan dampak positif masa pubertas peserta didikdiketahui bahwa
dampak positif masa pubertas adalah 75,61% dari yang diharapkan.
Penghitungan tersebut didapat dari pembagian yang dilakukan antara skor
yang didapat dibagi dengan skor ideal, jadi 4325 :5720 = 0,7561 x 100 =
75,61%.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa masa pubertas dapat berdampak positif
bagi peserta didik terhadap perilaku psikosialnya dengan kategori baik,
dengan pencapaian responden sebesar 75,61%.

67

2. Deskripsi Data Dampak Negatif Masa Pubertas Peserta Didik
Terhadap Perilaku Psikososial di SMPN 24 Kota Padang
Berdasarkan hasil pengolahan angket peserta didik kelas di SMPN
24 Padang, di dapat skor angket dampak negatif masa pubertas terhadap
perilaku psikososial sebagaimana pada tabel 4.5 berikut ini:
Tabel 4.5
Skor Angket Dampat Negatif Masa Pubertas
No Responden Jumlah No Responden Jumlah
1
A1
69
44
A44
54
2
A2
73
45
A45
50
3
A3
72
46
A46
72
4
A4
74
47
A47
51
5
A5
79
48
A48
63
6
A6
56
48
A49
64
7
A7
53
50
A50
67
8
A8
69
51
A51
64
9
A9
71
52
A52
68
10
A10
62
53
A53
61
11
A11
70
54
A54
74
12
A12
58
55
A55
74
13
A13
71
56
A56
55
14
A14
62
57
A57
61
15
A15
64
58
A58
64
16
A16
82
59
A59
58
17
A17
63
60
A60
73
18
A18
62
61
A61
54
19
A19
57
62
A62
83
20
A20
61
63
A63
63
21
A21
66
64
A64
74
22
A22
57
65
A65
67
23
A23
76
66
A66
68
24
A24
68
67
A67
63
25
A25
68
68
A68
52
26
A26
65
69
A69
67
27
A27
69
70
A70
71
28
A28
71
71
A71
65

68

29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43

A29
A30
A31
A32
A33
A34
A35
A36
A37
A38
A39
A40
A41
A42
A43

54
80
62
63
73
80
61
52
56
56
51
59
63
74
52

72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88

A72
A73
A74
A75
A76
A77
A78
A79
A80
A81
A82
A83
A84
A85
A86
A87
A88

58
63
73
69
68
66
65
70
69
69
55
89
66
79
66
65
70

Deskripsi statistik data dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini:

Tabel 4.6
Deskripsi Statistik Dampak Negatif Pubertas
Descriptive Statistics

Dampak
negatif
Valid N
(listwise)

N
88

Range
39,00

Min
50,00

Max
89,00

Sum
5764,00

Mean
65,5000

Std.
Deviation
8,15229

Variance
66,460

88

Berdasarkan tabel 4.6 diatas, kemudian dilakukan kategori subjek
secara normatif guna memberikan interprestasi terhadap skor skala. Rata-rata
dampak negatif masa pubertas peserta didik di SMPN 24 Padang di peroleh
rentangan minimumnya 50 dan maksimumnya 89. Dengan demikian
meannya 5764/88 = 65,5000 dan skor idealnya 90. Untuk mencari
pengkategorian dampak negatif masa pubertas terhadap perilaku psikososial

69

peserta didik di SMPN 24 Padang dapat dilihat pada Tabel 4.7 sebagai
berikut:
Tabel 4.7
Kategori Dampak Negatif Masa Pubertas Terhadap Prilaku
Psikososial Peserta Didik
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Rentang Persentase
81 - 100%
61 - 80%
41 - 60%
21 - 40%
01 - 20%

Kategori
Sangat Tidak Baik
Kurang Baik
Cukup Baik
Baik
Sangat Baik

Berdasarkan deskripsi data diatas dan didukung dengan penghitungan
dampak negatif masa pubertas peserta didik diketahui bahwa dampak negatif
masa pubertas adalah 72,77%. Penghitungan tersebut didapat dari pembagian
yang dilakukan antara skor yang didapat dibagi dengan skor ideal, jadi 5764 :
7920 = 0,7277 x 100 = 72,77%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa masa pubertas
dapat berdampak negatif bagi peserta didik terhadap perilaku psikosialnya
dengan kategori kurang baik dengan tingkat pencapaian responden 72%.
Dengan presentase ini cukup menghawatirkan, karena masa pubertas
cukup berpengaruh terhadap perilaku psikososial peserta didik. Jika
dibandingkan antara hasil dampak positif dengan dampak negatif, dengan
presentase 75,61% dan 72,77% itu diartikanbahwa antara keduanya hanya
berbeda beberapa persen, karena kategorinya hampir sama tinggi.
Demikian,dengan adanya peran yang lebih dari guru disekolah dan orang tua
dirumah dampak negatif masa pubertas peserta didik dapat diminimalisir.

70

3. Usaha Guru Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Dampak
Pubertas Terhadap Perilaku Psikososial Peserta Didik di SMP 24
Kota Padang
Dalam menjalankan tugasnya, guru bimbingan dan konseling di
sekolah mengacu kepada BK pola 17 plus karena guru pembimbing sebagai
sosok dalam penentu berhasil atau tidaknya proses konseling itu. Adapun BK
pola 17 plus itu terdiri atas enam jenis bidang bimbingan: bimbingan pribadi,
belajar, sosial, karir, berkeluarga, beragama. Dan sembilan jenis layanan:
layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten,
konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok, konsultasi,
mediasi. Serta lima kegiatan pendukung: aplikasi instrumentasi, himpunan
data, konfrensi kasus, kunjungan rumah, dan alih tangan kasus.
Usaha guru pembimbing dalam mengatasi siswa yang mengalami
masalah sosial.Dalam masalah sosial, guru pembimbing sangat dibutuhkan
dalam menangani masalah ini. Dengan cara mendiagnosis masalah sosial
siswa, diagnosis dilakukan dalam rangka memberikan solusi terhadap siswa
yang mengalami masalah sosial. Sebagaimana wawancara yang penulis lakuan
dengan salah seorang guru BK mengatakan bahwa: “hal yang dapat kami
lakukan untuk

membatu

masalah

sosial

yang dialami anak

yaitu

mengamatinya terlebih dahulu seperti apa masalah sosial yang dialaminya
sebelum dilanjutkan pada tindakan pemberina layanan dan binbingan.”1

1

Rosida,Guru Bimbingan dan Konseling SMPN 24 Padang, Wawancara Langsung,
Padang, tanggal 5 November 2016

71

Untuk mendapatkan solusi secara tepat atas permasalahan sosialnya,
guru pembimbing harus terlebih dahulu melakukan identifikasi dalam upaya
mengenali gejala-gejala secara cermat terhadap fenomena-fenomena yang
menunjukkan kemungkinan adanya permasalahan sosial yang melanda siswa.
Diagnosis dilakukan untuk mengetahui dan menetapkan jenis masalah yang
dihadapi klien lalu menentukan jenis bimbingan yang akan diberikan.
Dalam melakukan diagnostik masalah sosial siswa

tentunya

diperlukan langkah-langkah dalam melakukannya: Hal pertama yang
dilakukan oleh guru BK adalah mengenal peserta didik yang mengalami
masalah sosial. Wawancara yang penulis lakukan dengan guru BK
mengatakan bahwa: “untuk melihat bagaimana hubungan yang terjadi dengan
peserta didik di kelas kami menggunkan alat sosiometri.”2
Untuk mengenali peserta didik yang mengalami masalah sosial, cara
yang paling mudah adalah dengan melaksanakan sosiometri. Sosiometri
merupakan suatu metode untuk mengumpulkan data terntang pola dan struktur
hubungan antara individu-individu dalam suatu kelompok. Sehingga, akan
tergambar siswa yang mengalami masalah sosial.
Hal tersebut di atas dilakukan selain untuk mengetahui masalah sosial
peserta didik juga dilakukan untuk mengenal bagaiamana peserta didik
tersebut. Wawancara dengan guru BK mengatakan bahwa:
“Tentunya untuk mengenal masalah sosial yang dialami oleh anak,
kami terlebih dahulu mengenal anak yang mengalami masalah. Hal itu

2

Ayunda Nidia Resti,Guru Bimbingan dan Konseling SMPN 24 Padang, Wawancara
Langsung, Padang, tanggal 5 November 2016

72

memberikan kemudahan bagi kami para guru dalam mengatasi
masalah yang pada diri anak itu”.3
Selain itu, juga perlu untukmemahami sifat dan jenis masalah sosial.
Langkah kedua dari diagnosis masalah sosial ini mencari dalam hubungan apa
saja peserta didik mengalami masalah sosial. Dalam hal ini guru pembimbing
memperhatikan bagaimana perilaku siswa dalam pergaulan, baik di sekolah,
rumah dan masyarakat.
Pengamatan yang dilakukan oleh guru terhadap anak didiknya juga
unutk melihat dalam hubungan apa saja anak tersebut bermasalah, wawancara
penulis dengan salah seorang BK mengatakan bahwa:
“pengamatan yang bapak lakukan tu, bukan hanya sekedar mengamati
tingkah laku dan langsung pergi. Tidak saya juga harus bertanya
dengan teman dekatnya, masalah apa sebenarnya yang dialami oleh
anak tersebut.”4
Selain itu, juga perlu untuk mengetahui latar belakang masalah sosial.
Mengetahui sebab masalah sosial, ini bertujuan untuk memperoleh
gambaran tentang latar belakang yang menjadi sebab timbulnya
masalah sosial yang dialami siswa. Cara ini dilakukan dengan
mengamati tingkah laku siswa yang bersangkutan, selanjutnya
dilakukan wawancara dengan guru, wali kelas, orang tua dan pihakpihak lain yang dapat memberikan informasi yang luas dan jelas.5
Setelah diketahui sifat dan jenis masalah sosial serta latar
belakangnya, maka langkah selanjutnya ialah menetapkan beberapa tindakantindakan usaha bantuan yang akan diberikan, berdasarkan data yang diperoleh.

3

Afrita Triputri,Guru Bimbingan dan Konseling SMPN 24 Padang, Wawancara
Langsung, Padang, tanggal 5 November 2016
4
Ayunda Nidia Resti,Guru Bimbingan dan Konseling SMPN 24 Padang, Wawancara
Langsung, Padang, tanggal 5 November 2016
5
Rosida,Guru Bimbingan dan Konseling SMPN 24 Padang, Wawancara Langsung,
Padang, tanggal 5 November 2016

73

Selanjutnya yaitu melaksanakan tindakan pencegahan yang dapat
dilakukan oleh guru BK. Langkah ini merupakan pelaksanaan dari langkah
sebelumnya, yakni melaksanakan kemungkinan usaha bantuan. Pemberian
bantuan dilaksanakan secara terus menerus dan terarah dengan disertai
penilaian yang tepat sampai pada saat yang diperkirakan. Bantuan untuk
mengentaskan masalah sosial terutama menekankan akan penerimaan sosial
dengan mengurangi hambatan-hambatan yang menjadi latar belakangnya.
Pemberian bantuan ini bisa dilakukan melalui layanan konseling kelompok
yang memanfaatkan dinamikan kelompok.
Melaksanakan tindakan yang dilakukan oleh guru BK melalui
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Sebagimana penjelasan yang
diberikan oleh guru BK, bahwa:
Setelah mengetahui berbagai permasalah yang ada pada diri anak,
maka saya akan melaksanakan layanan bimbingan dan konseling
dalam menyelesaikan masah tersebut. Layanan yang telah bapak
laksanakan hingga saat ini ada beberapa layanan salah satunya
layanan informasi untuk memberikan pemahaman kepada anak
tentang tugas perkembangan dan bagaimana keadaan remaja biasanya
pada masa-masa tersebut khususnya pada masa puber.6
Selain itu guru BK lainnya juga menambahkan bahwa:
Selain melaksankan layanan informasi dalam memberikan
pemahaman kepada anak, saya juga melaksanakan beberapa layanan
lagi contoh, layanan bimbingan dan konseling kelompok. Bimbingan
kelompok bapak khususkan pada pembicaraan prilaku sosial yang
banyak terjadi dikalangan remaja sekarang. Dan konseling kelompok
saya khususkan pada anak yang telah saya amati sebelumnya dan
mencari solusi bersama dengan teman sebayanya.7

6

Ayunda Nidia Resti,Guru Bimbingan dan Konseling SMPN 24 Padang, Wawancara
Langsung, Padang, tanggal 5 November 2016
7
Afrita Triputri,Guru Bimbingan dan Konseling SMPN 24 Padang, Wawancara
Langsung, Padang, tanggal 5 November 2016

74

Berdasarkan data wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam
memecahkan masalah sosial yang dialami oleh peserta didik guru BK
melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah berupa layanan
informasi, bimbingan kelompok, konseling kelompok dan ada juga konseling
individual, sesuai dengan wawancara dengan guru BK, bahwa:
Selain melaksanakan layanan seperti yang tadi itu, bapak juga
melaksanakan layanan konseling individual ketika anak bapak siap
untuk menceritakan masalah yang dialaminya. Jadi tidak bapak
paksakan dalam melaksanakannya karna tiba-tiba seringnya.8
Setelah melaksanakan layanan dalam menuntaskan masalah sosial
peserta didik, tentunya ada penilaian dan tindak lanjut yang digunakan.
Wawancara penulis dengan guru BK dijelaskan bahwa: kalau untuk penilaian
tidak berbeda dengan penilain BK pada umunya contoh Laiseg, Layjapen dan
Layjapan, yang berguna untuk mengamati perkembangan tingkah laku anak
setelah dilakukannya layanan.
Selain itu guru BK lainnya juga menambahkan bahwa:
Setelah dilakukannya penilaian, tindak lanjut yang kami lakukan
tentunya sesuai dengan hasil yang dicapai setelah layanan
dilaksanakan. Terkadang mengadakan layanan lanjutan dan ada juga
bapak melakukan kunjungan rumah dan mengajak wali murid bekerja
sama dalam mengentaskan permasalahan sosial yang dialami oleh
anak didik.9
Berdasarkan keterang di atas, bahwa dilakukan penilaian dan tindak
lanjutnya sesuai dengan ketercapaian yang didapat. Langkah ini ialah untuk
menilai sejauh manakah tindakan pemberian bantuan telah mencapai bantuan

8

Afrita Triputri,Guru Bimbingan dan Konseling SMPN 24 Padang, Wawancara
Langsung, Padang, tanggal 5 November 2016
9
Rosida,Guru Bimbingan dan Konseling SMPN 24 Padang, Wawancara Langsung,
Padang, tanggal 5 November 2016

75

telah mencapai hasil yang diharapkan. Tindak lanjut dilakukan secara terus
menerus, baik selama, maupun sesudah pemberian bantuan. Dengan langkah
ini dapat diketahui keberhasilannya.

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan untuk deskripsi dampak
potsitif masa pubertas terhadap prilaku psikososial secara kuatitatif diketahui
rata-rata /meannya 49,1477 dengan skor minimum 35 dan skor maxsimun 61
serta diketahui skor idealnya adalah 65. Kemudian didapati tingkat pencapaian
responden sebesar 75,61% dari yang diharapkan pada baik.
Kemudian untuk deskripsi dampak negatif pubertas terhadap prilaku
psikosisial secara kuantitatif diketahui rata-rata 65,5 dan skor ideanya 90.
Kemudian diketahui skor minamunnya sebesar 50 skor maxsimumnya sebesar
89. Kemudian didapatkan tingkap pencapaian responden sebesar 72% pada
kategori kurang baik. Pengkatergorian dilakukan dengan terbalik karena dua
gambaran hasil penelitian tersebut merupakan hal yang bertolak belakang.
Gambaran penelitia di atam menunjukkan bahwa masa pubertas cukup
berpengaruh kepada prilaku psikososialnya. Untuk itu, pembehasan penelitian
dilanjutkan pada pembahasan upaya yang dilakukan dalam membantu masa
pubertas peserta didik terhadap prilaku psikososialnya. Berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa dalam membantu peserta didik pada masa
pubertasnya dengan memaksimalkan pelayanan bimbingan dan konseling,
seperti pelaksanaan layanan yang ada dalam bimbingan dan konseling.

76

Berdasarkan pemaparan data yang telah dipaparkan sebelumnya
diketahui bahwa sebelum melakukan layanan bimbingan dan konseling,
terlebih dahulu guru bimbingan dan konseling mengidentifkasi permasalahan
yang dialami oleh peserta didik berkenaan prilaku psikososialnya. Kemudian
guru bimbingan dan konseling menentukan layanan apa yang akan diberikan
dalam membantu pada masa pubertasnya yang dapat mengarah kepada arah
yang negatif maupun ke arah positif.

1. Dampak Positif Masa Pubertas terhadap Perilaku Psikososial Peserta
Didik
Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas.Mereka sudah
tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara
penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak dan
orang dewasa. Oleh karena itu, remaja seringkali dikenal dengan fase
“mencari jati diri” yang merupakan proses transisi dari kehidupan yang
cenderung labil, antara topan dan badai.
Secara psikologis, hal itu mempengaruhi pola pikir dan pola sikap dari
dalam jiwa remaja itu sendiri karena remaja masih belum mampu menguasai
dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. Namun,
yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa fase remaja merupakan
faseperkembangan yang tengah berada pada fase amat potensial, baik dilihat
dari aspek kognitif, emosi, maupun fisik. Salah satu bagian penting dari
perubahan perkembangan dalam masa pubertas ini ialah perkembangan aspek

77

kognisi sosial remaja, yakni kecenderungan remaja untuk menerima dunia
(dan dirinya sendiri) dari perspektifnya mereka sendiri yang disebut dengan
egosentrisme. Dalam hal ini, remaja mulai mengembangkan suatu gaya
pemikiran egosentris, dimana mereka lebih memikirkan tentang dirinya
sendiri dan seolah-olahmemandang dirinya dari atas. Remaja mulai berpikir
dan menginterpretasikan kepribadian dengan cara sebagaimana yang
dilakukan oleh para ahli teori kepribadian berpikir dan menginterpretasikan
kepribadian, dan memantau dunia sosial mereka dengan cara-cara yang unik.10

2. Dampak Negatif Masa Pubertas Terhadap Perilaku Psikososial
Ada beberapa dampak yang diakibatkan dari perubahan masa pubertas.
Disamping mempengaruhi semua bagian tubuh, baik internal maipun
eksternal, perubahan fisik masa puber juga mempengaruhi kondisi fisik dan
psikologi

remaja.

Walaupun

berlangsung

sementara,

pengaruh

itu

menimbulkan perubahan pada kepribadian, sikap, dan pola tingkah laku.
Masalah yang dialami oleh remaja dalam proses sosialisasinya adalah
bahwa tidak jarang masyarakat bersikap tidak konsisten terhadap remaja.
Disatu sisi remaja dianggap sudah beranjak dewasa, tetapi kenyataannya disisi
lain mereka tidak diberikan kesempatan atau peran penuh sebagimana orangorang yang sudah dewasa. Untuk masalah-masalah yang dipandang penting
dan menentukan, remaja masih dianggap anak kecil atau belum mampu

10

Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2008) h. 205

78

sehingga sering menimbulkan kekecewaan dan kejengkelan. Keadaan
semacam ini seringkali menjadi penghambat perkembangan sosial remaja.11
Kehidupan individu selalu mengalami perubahan baik dari aspek fisik,
psikis, maupun sosialnyaseiring dengan perubahan waktu dan zaman.Struktur
aspek itu semakin membentuk jaringan struktur yang semakin kompleks, tidak
terkecuali pada kehidupan remaja.Semula ia sebagai anak, kini ia beranjak
menjadi seorang individu yang memiliki penampilan fisik seperti orang
dewasa, tetapi dari aspek kognisi maupun sikapnya belum sesuai dengan
orang dewasa/orangtua lainnya. Padahal, tuntutan sosial cenderung meminta
peran dari remaja agar berperilaku seperti halnya sebagai orang dewasa.
Sementara itu, ia masih mencari-cari format yang tepat untuk membentuk
identitas dirinya. Akhirnya, perbedaan tuntutan tersebut memunculkan konflik
batin dalam dirinya.12
Pada fase perkembangan, anak lebih banyak bersikap negatif, atau
sikap menolak. Sikap ini hanya berlaku beberapa bulan saja. Tetapi Karl
Buhler berpendapat bahwa berlangsung lama, dengan alasan bahwa ciricirinya masih tampak juga pada masa-masa berikutnya. Adapun ciri-ciri itu
antara lain ialah:
1. Terhadap segala sesuatu anak bersikap serba ragu, tidak pasti, tidak
senang, tidak setuju, dan sebagainya.

11

AliMohammaddkk.,Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2010), h.97
12

Dariyo Agoes, PsikologiPerkembanganRemaja, (Bogor :Ghalia Indonesia 2004), h. 77

79

2. Anak sering murung, sedih tetapi ia sendiri tidak mengerti apa
sebabnya, sering melamun tidak menentu, dan kadang berputus asa.13
Masa ini hampir selalu merupakan masa-masa sulit bagi remaja
maupun orang tuanya. Karena masa remaja banyak memberikan dampak
dalam kehidupan sosialnya. beberapa dampak yang mungkin dialami oleh
remaja adalah:
1. Variasi kondisi kejiwaan, suatu saat mungkin ia terlihat pendiam,
cemberut, dan mengasingkan diri tetapi pada saat yang lain ia terlihat
sebaiknya, pering, berseri-seri, dan yakin. Prilaku yang sukar ditebak dan
berubah-ubah ini bukanlah abnormal. Ini hanya perlu diperhatikan bila ia
terjerumus ke dalam kesulitan di sekolah atau teman-temannya.
2. Rasa ingin tahu seksual dan coba-coba, hal ini normal dan sehat. Rasa
inginn tahu seksual dan bangkintnya birahi ialah normal dan sehat. Ingat,
bahwa prilaku tertarik pada seks sendiri merupakan ciri yang normal pada
perkembangan masa remaja. Rasa ingin tahu seksual dan birahi jelas
menimbulkan bentuk-bentuk prilaku seksual.
3. Membolos, tidak ada gairah atau malas ke sekolah sehingga ia lebih suka
membolos masuk sekolah..
4. Prilaku antisosial, seperti suka mengganggu, berbohong, kejam dan
agresif. Sebabnya mungkin bermacam-macam dan banyak tergantung pda
budayanya. Akan tetapi, penyebab yang dasar ialah pengaruh buruk teman,

13

Agoes Soejanto, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), h. 171

80

kedisiplinan yang salah dari orang tua terutama bila terlalu keras atau
terlalu lunak dan sering tidak ada sama sekali.
5. Penyalahgunaan obat bius.
6. Psikosis, bentuk psikosis yang paling dikenal orang adalah skizofernia.14
Terhadap sikap seperti ini orang tua, guru sering bersikap jengkel,
marah atau berputus asa, bingung dan bertanya-tanya, tanpa mengetahui
apasebabnya. Tetapi bagi orang tua dan guru yang mengerti, akan bersikap
membiarkan keadaan itu berlalu untuk kebeberapa bulan. Sebab sikap itu
justru menunjukan bahwa anaknya telah melalui suatu fase yang biasa dilalui
oleh semua orang. Suatu tanda bahwa anaknya adalah normal, yang sebentar
lagi akan memncapai kedewasaanya.15

3. Peran Guru Bimbingan dan Konseling
Diperlukan suatu cara pendekatan yang komprehensif dari semua
pihak baik orang tua, guru maupun masyarakat sekitar agar memahami
perkembangan

jiwa remaja dengan

harapan

masalah

remaja dapat

tertanggulangi.Perilaku berisiko tinggi yang dilakukan remaja perlu dicermati
dengan bijaksana karena di satu pihak dapat merupakan perilaku sesaat tapi
juga dapat pula merupakan pola perilaku yang terus menerus yang dapat
membahayakan diri, orang lain maupun lingkungan.
Sangat penting seorang guru bimbingan dan konseling dalam
mendidik peserta didik dalam suatu lembaga pendidikan serta memberikan
14

YudrikYahya, PsikologiPerkembangan, (Jakarta: KENCANA, 2011), ed. 1 cet. 1, h.

226-227
15

Ibid.

81

perhatian penuh apalagi pada usia atau masa-masa remaja yang rentan
terhadap perilaku menyimpang. Bahwa berada dalam lingkungan yang baik
maka kemungkinan seorang anak dapat tumbuh dan berkembang pula menjadi
baik.
Layanan bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien adalah
merupakan tanggung jawab bersama antara semua unsur di sekolah, artinya
semua personil sekolah seharusnya melibatkan diri secara efektif. Namun
yang kita jumpai dilapangan pada umumnya memiliki seorang tenaga atau
lebih tenaga yang ditugaskan menangani masalah ini (bimbingan dan
konseling) yang dikenal dengan sebutan “guru Bimbingan dan Konseling”
atau “Teacher Counseling” walaupun sebagian besar belum berjalan dengan
baik dan belum mampu membawa hasil yang maksimal.16
Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan di atas, bahwa pada
masa pubertas sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan prilaku
psikososialnya. Kemudian dari data kuantitatif yang telah dijelaskan pada sub
sebelumnya pubertas dapat berdampak secara positif dan juga sebaliknya
dapat berdampat negatif. Jadi, dengan adanya upaya yang dilakukan di
sekolah sebagai pencegah bagi peserta didik agar dapat meningkatkan kinerja
menjadi lebih baik lagi dan dapat menjalin kerja sama dengan wali murid dan
masyarakat setempat agar dapat memantau perilaku peserta didik yang tidak
memungkinkan bagi seorang pendidik untuk dapat memantaunya selama 24
jam penuh. Sehingga dengan adanya kerja sama yang baik dengan berbagai
16

Wingkel, BimbingandanKonseling, (Jakarta: PT. GramediaWidiasarana Indonesia,
1997), h. 39

82

pihak, dapat menyelamatkan generasi penerus agama dan bangsa sehingga
tidak terjerumus kejalan yang tidak diinginkan atau dampak negatif dari
pubertas.