1 SIMBOR LIMBOR REPRESENTASI MUSIK TERHADAP MITOLOGI SIMBOR LIMBOR

  

SIMBOR LIMBOR

REPRESENTASI MUSIK TERHADAP MITOLOGI SIMBOR LIMBOR

Aloysius Mering, Asfar Munir

  

Program Studi Seni Tari dan Musik FKIP Untan Pontianak

Email:rezaedane@gmail.com

  

Abstract

The background of the creation of this work is to revitalize the Simbor Limbor

Mythology which is the old culture of the Sungai Limau village community. the idea of

the creation of this work is: the representative form of music over Simbor Limbor

Mythology by using the Malay music idiom. The steps used in the creation of this work

are: preparation, incubation, illumination and verification with transferen and

syncretic approaches. The information used in the creation of this work is the result of

direct observation and interviews with informants from the villagers of Sungai Limau.

Based on these results the authors describe the subject matter in each Movement

made.

  Keywords : Simbor Limbor Mythology, Sungai Limau, Music Representation. PENDAHULUAN

  Simbor Limbor merupakan Mitologi masyarakat Melayu desa Sungai Limau yang berupa larangan bagi masyarakat keluar disaat sore hari tepatnya disaat senja. Krisis kepercayaan masyarakat terhadap Mitologi merupakan sebuah fenomena yang sangat penting untuk mendapat perhatian, masyarakat sekarang hanya memandang mitos sebagai sebuah hal untuk menakut- nakuti mereka saja, jauh dari reasonable, tanpa fakta serta tidak punya pengaruh dalam kehidupan. Menurut Soemardjo (2006) bahwa,“ Mitologi dapat dianalogikan dengan semacam “kitab suci” masyarakat suku. Dari Mitologilah berbagai norma etik bersumber”.

  Berdasarkan dari pendapat Soemardjo diatas, penulis mencoba melihat Mitologi Simbor Limbor sebagai sebuah sumber norma-norma dalam kehidupan masyarakat, hasil akhir dari sebuah mitos adalah akan munculnya sikap ketaatan masyarakat yang mempercayainya.

  Mitologi merupakan produk kebudayaan yang didalamnya banyak mengandung norma-norma yang sangat luhur, pesanan yang khas dari mitos-mitos yang dibuat oleh orang-orang terdahulu adalah cara mereka berkomunikasi dengan masyarakat setelah mereka. Jika kita sadari lagi, ini adalah konektivitas antar zaman yang memiliki nilai sangat tinggi, namun pada kenyataannya saat ini masyarakat modern hanya memandang mitos sebagai cerita khayal, tak punya pengaruh dalam kehidupan mereka dan cenderung mengada-ada.

  Di era modern ini pengetahuan masyarakat setempat tentang Simbor Limbor mulai terkikis, penulis menganggap perlu adanya penyegaran ulang (Revitalisasi) tentang informasi Simbor Limbor ke dalam bentuk karya musik.

  Mitos Simbor Limbor secara turun menurun disampaikan lewat bahasa, dan fenomena fonetik pada bahasa masyarakat setempat merupakan tradisi yang masih terwarisi hingga sekarang, melewatkannya sebagai sebuah fenomena bunyi sungguh disayangkan bagi penulis, sebab ini bisa menjadi idiom dalam musik masyarakat itu sendiri. Olivier Messiaen melalui karya Bird

  Song, berbicara bagaimana gagak bernyayi

  dalam realitas kemudian diakumulasi kedalam fakta bunyi karyanya. Peristiwa pemindahan ini disebut Memesis kata lain dari representasi. Representasi merupakan sebuah usaha untuk mewakili. Jika dilihat menggunakan pengertian didalam seni, representasi merupakan upaya untuk mengungkapkan bentuk-bentuk kebenaran, kenyataan objektif yang bersifat eksternal dan internal dari dalam diri seorang seniman. Menurut Soemardjo (2006

  ) bahwa, “representasi seni adalah upaya mengungkapkan kebenaran atau kenyataan semesta sebagaimana ditemukan oleh seni mannya”. Merujuk dari pendapat soemardjo diatas, bahwa yang dilakukan penulis adalah sebuah representasi dalam disiplin seni musik, dimana penulis mencoba merepresentasikan Mitologi Simbor Limbor melalui sebuah bentuk karya musik. Terdapat tiga Movement atau gerakan dalam musik ini dengan masing-masing mempunyai judul 1).

  Bedato’ keramat, 2). Bepangku’ akal , 3). Besangkal.

  Pengalaman penulis dalam melihat perkembangan ilmu dalam seni musik, khususnya di Kalimantan Barat, musik representatif yang menggunakan pandangan antar-disiplin memang sebuah hal yang sering digunakan oleh musisi maupun komponis dalam karya-karya yang mereka ciptakan. M. Yusuf Dahyani merupakan satu di antara contoh seniman Pontianak yang masih aktif hingga sekarang, dalam tiap karya musiknya selalu menggunakan syair yang begitu sarat akan nilai-nilai yang merepresentasikan lingkungannya, pengaruh aspek luar-musikal sangat terasa dalam motif-motif maupun ritmik yang digunakan mengingat dia juga begitu dekat dengan seni tari khususnya dalam kesenian Melayu. Namun musik seperti ini juga sering dianggap sebagai musik yang kurang memiliki kualitas secara akademik. Antar- disiplin dalam musik ini dianggap hanya sebuah hal yang mengada-ada dalam memadu padankan antara aspek dalam- musikal dengan aspek luar-musikal, jauh dari untuk bisa dimengerti serta sulit untuk dianggap ilmiah.

  Dengan diciptkannya karya ini, penulis berharap karya musik Simbor Limbor dapat menjadi daftar literatur musik yang ada di Kalimantan Barat. Musik Simbor Limbor merupakan musik yang mengacu pada musik program, mengingat sebuah konsepsi dalam mitos ini coba diterjemahkan oleh penulis melalui medium bunyi atau musik. Menurut Stein(1979), program music is contrasted

  with architectonic music.In the latter, which includes such abstract or objective forms as the toccata, fugue, suite, or sonata, the total structure, whether free or strict, evolves out of the shaping characteristics inherent in motive, theme, rhythm, harmony, and counterpoint without any necessary verbal explanation.

  Dari penjelasan diatas, Stein menganggap musik program begitu kontras dengan musik arsitektonik. Tidak terikat pada bentuk-bentuk musik baku, mempunyai karakteristik dalam motif, tema, ritme, harmoni, dan kontrapung yang tanpa memerlukan penjelasan verbal. Musik program menggunakan aspek non-musikal sebagai direct dalam penciptaannya, seperti puisi, cerita, dan lain-lain.

  KONSEP, METODE, PENDEKATAN, ESTIMASI DAN VALIDASI PENCIPTAAN 1. Konsep Penciptaan

  Menurut Sidharta (2008) bahwa, “Perkataan “konsep” berasal dari bahasa Latin, yakni dari kata kerja

  “concipere” yang

  berarti: mencakup, mengandung, menyedot, menangkap. Kata bendanya adalah

  “conceptus” yang secara harfiah berarti:

  hasil tangkapan intelek atau akal budi manusia. Sinonimya adalah perkataan “idea” (ide)”. Konsep dari karya musik Simbor Limbor merupakan hasil dari sebuah perenungan penulis terhadap Mitologi, dimana konsep yang dikonstruksi dalam karya ini tidak terlepas dari pemangamatan- pengamatan yang dilakukan oleh penulis, baik itu melalui hasil wawancara terhadap masyarakat setempat maupun pengamatan langsung terhadap objek.

  

Skema 1. Konsep Penciptaan Musik Simbor Limbor

  Berdasarkan pembentukannya, terdapat 2 kualitas atau karakteristik yang dapat ditinjau dari konsep Mitologi Simbor Limbor, kedua kualitas tersebut menjadi dasar berfikir penulis dalam karya musik ini, adapun kualitas tersebut adalah kualitas

  primer dan kualitas sekunder. Berikut ini

  merupakan karakteristik atau kualitas dari Mitologi Simbor Limbor yang menjadi pondasi penulis dalam pembuatan peta konsep karya. (1) Kualitas primer merupakan kualitas yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung misal garis, bentuk, tinggi, lebar, luas dan volume, atau yang bersifat dapat diukur menggunakan rumus- rumus yang dapat diukur seperti kecepatan dan tingkat kebisingan. Maka dengan hal itu penulis mencoba memandang Mitologi Simbor Limbor dalam bentuk yang bersifat fisik-materialis (Dimensi alam), yaitu dengan menggunakan perspektif Ruang (dimensi temporal) dan Waktu (dimensi spasial). (2) kualitas sekunder merupakan sebuah kualitas yang muncul dari sebuah pengamatan yang berupa rasa, warna, kesan-kesan yang didapat pada pengamatan objek atau hal yang konkret.

  Karya musik Simbor Limbor merupakan bentuk musik representasi terhadap sebuah mitos, dengan pendekatan terhadap kebudayaan masyarakat Melayu desa Sungai Limau sebagai upaya mewakili. adapun beberapa pendekatan yang akan dilakukan penulis adalah terhadap idiom-idiom pada musik Melayu secara umum, serta fenomena fonetik dari bahasa masyarakat setempat. Setiawan (2016) mengatakan bahwa; “Michael Bakan, penulis buku World Music: Tradition and

  transformation

  (2012) meyakini bahwa musik terikat pada budaya setempat yang dilakukan sangat “subyektif”-bahkan cenderung menolak universalitas”. Adapun terkait dengan metode penciptaan terdapat empat tahap proses kreatif menurut Wallas dan Auh (1999 dalam Setiawan, 2016) yang meliputi tahap persiapan , inkubasi ,

  iluminasi , dan verifikasi, sampai sekarang

  masih dipakai. Berikut penjelasan empat tahap tersebut:

  Tahap persiapan

  Pada tahap ini, penulis mencoba mendefinisikan suatu masalah atau tujuan dan mengumpulkan semua informasi terkait mitos Simbor Limbor, dan menentukan kriteria-kriteria untuk memverifikasi apakah sebuah solusi bisa diterima atau tidak. Berikut langkah-langkah yang digunakan penulis pada tahap persiapan ini: (1) Observasi Langsung, pada tahap observasi penulis mencoba mencari informasi tentang Mitologi Simbor Limbor yang dilakukan dengan memberikan wawancara terhadap narasumber-narasumber yang ada pada masyarakat desa Sungai Limau. Selain itu penulis juga mengamati secara langsung fenomena waktu Simbor Limbor di desa Sungai Limau. (2) Studi Literatur, penulis menggunakan beberapa literatur dalam usaha memahami konsep-konsep yang terkandung dalam Mitologi Simbor Limbor dengan beberapa literatur seperti, Estetika Paradoks,

  Filsafat Perenialisme, Filsafat Seni dan Postmoderenisme.

  Musik Mitologi Linguistik

2. Metode Penciptaan

  Inkubasi

  Pada tahap ini, kita mundur dari persoalan dan membiarkan fikiran kita bekerja dibelakang layar. Sama seperti pada tahap persiapan, tahap ini bisa berakhir dalam beberapa menit, minggu, atau bertahun- tahun.

  Tahap iluminasi

  Pada tahap ini, ide-ide bermunculan dari fikiran yang menyediakan dasar untuk respon kreatif.

  Tahap verifikasi

  Tahap ini merupakan tahapan terakhir dimana pengujian dilakukan untuk menentukan apakah inspirasi yang diperoleh dari tahap sebelumnya memenuhi kreteria dan keinginan yang ditentukan pada tahap persiapan.

  Dalam empat tahapan diatas, penulis mencoba mencari pendekatan pada aspek- aspek antar-disiplin yang akan diperlukan dalam merancang konsep atau ide gagasan dalam karya musik Simbor Limbor, baik dari aspek dalam-musikal maupun aspek-luar musikal 3.

   Pendekatan Penciptaan

  Everett dalam Sulistiyanto (2008) menjelaskan beberapa kemungkinan pendekatan dalam penciptaan komposisi, yaitu transferen, sinkretis, dan sintesis. Adapun pendekatan dari aspek musikal yang digunakan penulis dalam karya musik Simbor Limbor ini sebagai berikut: (1) Transferen, Pendekatan transferen mengarah pada proses pengutipan suatu aspek dari medium satu ke medium lainnya. Misalnya dengan meminjam idiom dan aspek musik Melayu yang diterapkan pada instrumen musik Barat. (2) Sinkretis, Sinkretis mengarah pada penggabungan aspek-aspek yang berbeda dari latar belakang yang berbeda pula untuk menemukan kemungkinan baru dalam teknik, maupun pengembangan gaya musik itu sendiri. Misalnya dalam hal ini adalah penggunaan Parole dan fonetik sebagai materi bunyi dalam satu komposisi musik.

  4. Estimasi Karya Bentuk Penyajian

  Istilah penyajian dalam sebuah pertunjukan musik dapat diartikan sebagai memperdengarkan sebuah karya musik yang dimainkan oleh satu atau lebih pemusik sebagai media untuk memainkan karya musik tersebut. Aspek ini merupakan sarana untuk mempermudah mengetahui konsep nilai, penggunaan, fungsi dan hubungannya dengan aspek lainya, sehingga dapat dilihat dan dipelajari ciri-ciri musik tersebut sebagai sebuah pertunjukan musik. Karya musik Simbor Limbor disajikan dalam bentuk ansambel campuran.

  Instrumentasi

  Komposisi musik Simbor Limbor menggunakan dua penggolongan yaitu suara manusia dan instrumen musik. Tidak ada keterlibatan alat musik khas Kalimantan Barat dalam karya ini, karena penulis menggunakan vokal sebagai karakteristik utama dalam pengolahan yang mengarah kepada pendekatan musik Melayu melaui fonetik dan parole dalam bahasa masyarakat desa Sungai Limau. Adapun penjelasan jenis instrumentasi yang akan digunakan dalam karya Simbor Limbor sebagai berikut; (1) Suara Sopran, (2) Suara Tenor, (3) Violin, (4) Cello, (5) Klarinet Bb, (6) Piano.

  5. Validitas Karya Terdapat dua cara validitas penelitian

  yaitu validitas internal dan validitas eksternal (Sugiyono, 2016). Maksud dari validitas dalam penciptaan Karya Musik Simbor Limbor untuk menguji keoriginalitas karya musik secara ilmiah. Karya musik dikatakan ilmiah karena karya musik juga menggunakan beberapa teori yang telah dipaparkan di atas sebagai landasan berkarya, maka dilakukan uji validitas internal dengan dua tahap, yaitu tahap pertama dan tahap kedua.

  Validitas eksternal dilakukan dengan pementasan terbuka yang diakhiri dengan diskusi antara penulis dengan masyarakat, mahasiswa-mahasiswa program studi Seni Tari dan Musik, serta seniman- menguji originalitas karya Musik Simbor seniman di kota Pontianak. Fungsinya untuk Limbor yang dibuat penulis.

  PEMBAHASAN DAN ANALISIS bepangku’ akal, movement III besangkal.

KARYA Ketiga movement merupakan sebuah

  Menurut Grove (1904) analysis of representasi penulis terhadap Mitologi

  

compound musical sounds.The separation of Simbor Limbor masyarakat desa Sungai

such sounds into their component elements, Limau. pemilihan

  3 movement

  

or the determination of the elements they menyelaraskan dalam kebiasaan pertunjukan

contain. Analisis musik, merupakan tari jepin yang memiliki 3 gerakan yaitu:

  pemisahan antara bunyi pada karya musik langkah sebagai pembuka, istra (extra- dari beberapa bagian unsur musik, atau dengan properti), dan takhtem sebagai penggabungan dari beberapa unsur musik. penutup. Berikut adalah analisis karya musik Musik Simbor Limbor ini memiliki 3 Simbor Limbor beserta tabel dari instrumen

  

movement dengan masing-masing subjudul. musik, dinamika dan istilah-istilah yang

Movement I digunakan dalam analisis:

bedato’ keramat, movement II

Tabel 1.1 instrumen karya musik Simbor Limbor Label instrumen Nama instrumen

  Vc Cello Vt Vokal tenor Vs Vokal sopran Cl Klarinet Vi Violin Pno Piano

Tabel 1.2 dinamika karya musik Simbor Limbor Label dinamika Nama dinamika

  ppp pianisisimo pp pianisimo p piano mp Mezzo piano mf Mezzo forte f forte ff fortisimo fff fortisisimo

  sforzando

  sfz fp Forte piano

Tabel 1.3 istilah analisis karya musik Simbor Limbor Terminologi Kata asli

  Improv. Improvisasi Interval interval Retro Ritmik retrograde

  Nonretro Ritmik non retrograde Addva Added valeue Parole Adaptasi dari parole Fade-out Fade out Fade- in Fade in Repetisi pengulangan 1.

  maseh, maseh dibuat orang, maseh yaken orang

   Vt, improv. mf  Fade-in 10-21 B Pembuka  Adaptasi terhadap suasana “kesan” gelap saat-saat waktu Simbor Limbor  Seluruh alat musik dan vokal,

  p,sfz,mp,ff,p,sfz,mp

   Vc, improv. p,f

  1-9 A Mawal  Adaptasi terhadap perjalanan matahari menuju senja  Adaptasi terhadap iman kolektif masyarakat lama desa Sungai Limau terhadap Simbor Limbor  Cl, improv. pp, ppp

  batas Konsep Gagasan bunyi

Tabel 1.4 Analisis Movement I No Bar Tanda

  ”. Sebuah wujud akan iman kolektif tersebut diadaptasi penulis dengan menggunakan sifat dari bunyi yang panjang dan berulang-ulang, sebagai ketegasan makna kontinuitas temporal. adapun analisis bentuk dan gagasan dapat dilihat pada tabel berikut

  diberikan penulis adalah sebuah sikap patuh, dan rasa hormat masyarakat desa Sungai Limau terhadap apa yang diwariskan nenek moyang kepada mereka. Hal tersebut terbukti dari hasil wawancara penulis terhadap Martini (49) yang mengatakan bahwa, “sebahagian besak orang maseh pecayak

   Movement I (bedato’ keramat)

  bedato’ keramat yang

  Arti dari

  upaya merepresentasikan “kesan” lewat peristiwa auiditif. Gambar yang dapat dilihat dibawah ini merupakan penggambaran sisi terang (siang) dan sisi gelap (malam) yang terjadi pada bumi diakibatkan arah hadap matahari.

  fifhts , ini hanya salahsatu usaha dalam

  merupakan transferensi dari konsepsi Mitologi Simbor Limbor yang berpola 3 yaitu dunia atas, bawah dan tengah. Simbor Limbor realitasnya adalah fenomena terbenamnya matahari di ufuk barat atau senja. Dapat dikethaui bahwa warna senja memiliki warna yang berbeda dengan siang maupun malam dan memiliki artikulasi waktu tersendiri. Maka berkenaan dengan itu penulis memberi gambaran melalui garis siang dan malam sebagai batas pada pembentukan konsep ruang dan waktu, yang kemudian ditransfer kedalam materi bunyi maupun wilayah orkestrasi. Salahsatu contoh yang dilakukan oleh penulis adalah cara pemilihan nada yang akan digunakan, pemilihan tersebut berdasarkan pengharfiahan batas siang dan malam atau senja pada sebuah Circle of

  bedato’ keramat

  Sifat-sifat dari sebuah warna orkestrasi musik

  scratch tone, inharmoncally

  22-40 C,D,E Tengah  Adaptasi kesibukan pada alam jin “dunia bawah” dalam berburu manusia

  bepangku’ akal pada movement II ini.

   Vokal tenor, improv, parole 10-25 B Tengah  Vc, P5 interval, triplet.

   Piano, chord 5ˉ 6b10, Kontinuitas temporal

  1-9 A Pembuka  Representasi terhadap kemunculan generasi yang mempunyai pandangan bahwa Simbor Limbor bukanlah sebuah kebenran

  batas Materi Gagasan

Tabel 1.6 Analisis Movement II No Bar Tanda

  Pada movement II keleluasaan parole menjadi lebih ditekankan, fenomena bunyi dari bahasa setempat (fonetik) menjadi keutamaan dari movement ini. Faktor dari bahasa adalah kekuatan dalam usaha merepresentasikan keadaan dalam masyarakat desa Sungai Limau dalam memandang mitos. Penulis membuat keadaan dimana seolah-olah terjadi interaksi linguistik pada instrument Klarinet Bb dan Cello, sementara dua vokal dengan teks yang berbentuk parole merupakan iman kolektif masyarakat lama dalam memandang mitos. Penggunaan unsur lingusitik dalam karya ini merupakan upaya dalam memberikan daya represenstasi yang khas dari masyarakat setempat. Adapun bentuk dari Movement II ini dapat dilihat pada tabel analisis berikut:

  itu penulis memberikan judul

   Pemadatan bunyi, adaptasi parole, eksplorasi interval, retro, 2.

  “jaman sekarang tu, orang banyak yang kuliah, yang SMA, udah ngerti bahwe sekarang tuh udah tak pecaya’ gini’-gini’ ni, ape agi’ yang udah pintar- pintar, yang mane orang awam ya’ yang pecaya’ gitu’-gitu’, agik pon yang gitu’-gitu’ tu hanye dikatekan syirik ya’. Maka dengan

  Penulis dalam hal ini melihat terjadi perubahan sosio-kultural yang sangat besar saat ini pada masyarakat desa Sungai Limau, yang dimana kebudayaan-lama seringkali terancam keberadaannya, ini diakibatkan cara berfikir masyarakat sekarang memandang mitos hanyalah sebuah hal yang mengada-ada dan jauh dari kebenaran. Martini (49) mengatakan bahwa,

  yang dalam hal ini adalah Mitologi. Generasi muda saat ini merupakan generasi pewaris dari generasi sebelumnya, dapat dikatakan mempunyai gaya berfikir terbuka dan segar dalam peristiwa kebudayaan, sesuai zamanya generasi ini mendahulukan akal dengan berfikir secara logis sebagai upaya memahami sebuah hal.

  founding ) sekaligus pewaris dari kebudayaan

  representasi penulis terhadap kecendrungan masyarakat desa Sungai Limau memandang mitos Simbor Limbor. Penulis membagi 2 generasi dalam masyarakat desa Sungai Limau, yaitu generasi lama (tua) dan generasi baru (muda), dimana generasi lama merupakan generasi yang membuat (

   Movement II (bepangku’ akal) Movement II merupakan wujud dari

   Vln, bunyi non harmonis

   Piano, sustain, perkusi efek.  Sopran, teks, parole  Cl, 26-45 C Penutup  Piano, perkusi efek  Vc, repetisi, kontinuitas temporal, colegno, pizzicato  Vln, repetisi  Added value, repetisi 3.

   Movement III (besangkal) Movement

  III (besangkal) adalah

  representasi terhadap kenyataan saat ini bahwa mitos mulai tidak mendapat tempat dari masyarakatnya sendiri, movement ini melengkapi peristiwa yang terjadi di

  Movement

  II. Sebagaimana pernyataan yang dikemukakan oleh Liliana (57),” adelah

  dampak eh, kau liatlah sekarang dengan dulu’, anak-anak dulu’ tuh kalau udah maghreb balek. Kalau sekarang bukan malah die masok rumah maghreb, die keluar rumah”. Terjadi sifat tolak-menolak dalam

  masyarakat memahami mitos dan yang terutama tidak membenarkan. Paham warisan dari masyarakat lama menjadi sebuah polemik dalam masyarakat baru. Tentu dalam kehidupan bermasyarakat ini adalah hal yang wajar mengingat zaman terus akan berkembang, dan saat ini bagi penulis sudah terjadi perubahan tanpa harus membahas dampak positif dan negatif secara keseluruhan, namun kekhawatiran penulis terhadap kelangsungan sebuah kebudayaan adalah hal yang paling mendasar dalam penciptaan konsep-konsep dalam karya Simbor Limbor.

  Didalam Movement

  III penulis

  merepresentasikan sebuah dinamika dalam masyarakat desa Sungai Limau saat ini dengan menggunakan pendekatan transferensi dari sebuah gejala sosio-kultural kedalam idiom musik. Penulis tetap menjaga aspek musikal dalam karya musik Simbor Limbor ini, namun di Movement III tonalitas menjadi lebih diabaikan mengingat penulis membuat sebuah gramatika musik yang sesuai dan representatif dalam keadaan realitasnya. Berikut merupakan analisis dari

  Movement III dari karya musi Simbor

  Limbor. Ini merupakan integrasi antara sifat- sifat dari bunyi sebagai material musik dengan gejala-gejala sosio-kultural.

Tabel 1.7 Analisis Movement III No Bar Tanda batas Gagasan bunyi

  1-17 A pembuka  Pno, mordent, repetisi, pedal.

   Vs, fade-in-fade-out, durasi kontinuitas temporal  Vt, fade-in-fade-out, durasi kontinuitas temporal  Vi,apogiaptura  Vc, harmonic bending

  18-60 B  Cl, parole, banding, apogiaptura  Vc, parole, banding, vibratoglissando, colegno, ascending glissando  Vi, perkusi efek, colegno, pressure bow, double stop, ascending glissando.

   Pno, mordent, pedal, perkusi efek. 61-89

  C, Tengah  Vi, harmonic, repetisi, fade-in-fade-out  Pno, perkusi efek, kontinuitas temporal  Vc, harmonic, colegno, arco  Cl, parole, bending  Vs, kontinutitas temporal  Vt, kontinuitas temporal.

  90-149 D  Semua instrumen  Kontinuitas temporal  Perkusi efek  Colegno, apogiaptura, mordent, bending 150-180 E Penutup  Semua instrumen  Kontinuitas temporal  Perkusi efek  Colegno, apogiaptura, mordent, bending

  

PENUTUP regenerasi masyarakat desa Sungai Limau

A.

  yang memahami tentang Mitologi Simbor

   Simpulan Dalam disiplin keilmuan musik, karya Limbor sudah semakin sulit ditemui.

  musik Simbor Limbor merupakan komposisi Melalui karya ini penulis mendapat musik program, yang dimana didalam sebuah banyak pelajaran atas segala kekurangan konsep musikal dipengaruhi oleh konsep yang penulis miliki selama proses penciptaan non-musikal yang menjadi panduan dalam yang telah dilalui, dan dengan kehadiran pengolahan, bunyi, ritme, motif, frasa, hingga karya ini, diharapkan mampu menjadi utuh menjadi sebuah komposisi. Karya musik motivasi bagi penulis secara pribadi dan simbor Limbor diciptakan sebagai upaya masyarakat secara umum untuk lebih peduli revitalisasi terhadap kebudayaan masyarakat terhadap kebudayaan-kebudayaan lama yang desa Sungai Limau yang saat ini mulai semakin hari semakin dilupakan. terancam keberadaannya. kepedulian terhadap hal tersebut merupakan hal yang

  B. Saran

  harus dibangun kembali kepada masyarakat Keberadaan seni musik yang dapat luas, sebab mitos bagi masyarakat yang menjadi media ungkap diharapkan mampu mempercayainya bukan hanya sebagai menggali lebih banyak peristiwa-peristiwa pelengkap hidup, melainkan formula dalam yang terjadi di Kalimantan Barat yang tatanan hidup bermasyarakat mereka. sesungguhnya memiliki keberagaman perubahan sosio-kultural masyarakat saat ini khasanah budaya. Maka dengan itu, perlu mendapat perhatian yang lebih, karena kolektifitas berbagai lapisan masyarakat dalam hal ini sangat diperlukan. kebudayaan merupakan representasi dari nilai-nilai yang dibuat oleh masyarakat itu sendiri, dan akan sangat disayangkan jika harus punah dilingkungan yang melahirkannnya. Maka dengan ini penulis ingin memberikan saran terhadap pihak-pihak sebagai berikut: (1) Bagi masyarakat agar dapat lebih mengenal, serta mampu menjaga sebuah kebudayaan, kebiasaan, maupun tradisi yang telah diwariskan, selain itu diharapkan juga masyarakat mampu melestraikan dengan cara tetap mempertahankan, lalu menurunkan kepada generasi-generasi setelelahnya. (2) Bagi lembaga kesenian agar tetap menjaga kemurnian dari sebuah nilai yang diwariskan, serta mampu mengembangkan kesenian-kesenian yang ada di kalimantan barat guna menjadi budaya kesenian yang lebih baik. (3) Bagi mahasiswa agar menjadi referensi dalam penciptan karya seni musik.

DAFTAR RUJUKAN

  Kualitatif, dan R&D. Bandung, Alfabeta.

  atas modernisme dan postmodernisme. Yogyakarta . .

  Wora, Emanuel. 2006. Perenialisme: kritik

  edisi revisi. Bandung, Sunan Ambu Press, STSI Bandung.

  Soemardjo, jakob. 2010. Estetika Paradoks:

  Sinkretik Sebagai Salah Satu Pengembangan Idiom Musik Kontemporer. Yogyakarta.

  Sulistiyanto, Gatot Danar. 2008. Pendekatan

  Grove D.L.C., Sir George.1890 A Dictionary of Music And Musicians Vol.IV.

  London. Oxford: Macmillan and Co. Hardjana, Suka. 2003. Corat Coret: Musik Komtemporer dulu dan kini. Jakarta.

  Study And Analysis of Musical Forms. Miami. United States of

  Stein, Leon. 1979. Structure & Style The

  Aditama.

  Sebuah Langkah PertamaPengenalan Media Telaah. Bandung, PT Refika

  Indonesia: Art Music Today Sidharta, Arief B. 2008. Pengantar Logika

  Musikal dan Yang Alamiah Dari Peristiwa Musik. Yogyakarta.

  Ford Foundation dan Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. . Setiawan, Erie. 2016. Serba-serbi Intuisi

  America: Summy-Birchard Inc. Sugiyono. 2016. Metode Kuantitatif,