INTEGRASI SOSIAL ETNIS JAWA DAN ETNIS MADURA DI DESA JAWA TENGAH KECAMATAN SUNGAI AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA ARTIKEL PENELITIAN

INTEGRASI SOSIAL ETNIS JAWA DAN ETNIS MADURA DI DESA JAWA
TENGAH KECAMATAN SUNGAI AMBAWANG
KABUPATEN KUBU RAYA

ARTIKEL PENELITIAN

OLEH :
NELY SELIANA BR SIMARMATA
NIM. F1092141036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU-ILMU SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2018

INTEGRASI SOSIAL ETNIS JAWA DAN ETNIS MADURA DI DESA JAWA
TENGAH KECAMATAN SUNGAI AMBAWANG
KABUPATEN KUBU RAYA
Nely Seliana Br Simarmata, Yohanes Bahari, Fatmawati

Program Studi Pendidikan Sosiologi FKIP Untan Pontianak
Email; :Nelysimarmata49@gmail.com

Abstract
This research aims to determine social integration which includes the binding elements of
social integration and the form of social integration between Javanese and Madurese ethnic
groups in Central Java Village, Sungai Ambawang Subdistrict, Kubu Raya District. The
form of research is qualitative with descriptive method. The informants in this research
were Javanese and Madurese, religious leaders and community leaders from Central Java
Village. The results of the research showed that social integration between Javanese and
Madurese ethnic groups in Central Java Village was considered good. This is seen from the
binding elements of social integration between Javanese and Madurese ethnic groups in the
form of social norms with types of social norms, namely religious norms in which Javanese
and Madurese are integrated on the basis of one belief, namely Islam, politeness norms, that
is good manners, and habit norms are the attitude of giving food supplies to each other
when there is a large event or misfortune. Then there is a good adaptation where the
attitude of tolerance is maintained, and good communication is established and solidarity is
in the form of maternal recitation and the research of fathers. The form of integration is in
the form of mutual respect and mutual help between Javanese and Madurese ethnic groups
in Central Java Village which is quite good.

Keywords: Social Integration, Elements of Binding Social Integration, the Form of Social
Integration

PENDAHULUAN
Masyarakat di Indonesia terdiri dari
berbagai macam etnis yang berbeda. Istilah etnis
yakni mengacu pada suatu kelompok atau
kategori sosial yang perbedaannya terletak pada
kriteria kebudayaan. Realitas keragaman
masyarakat hadir dengan membawa identitas
dasar yang bermacam-macam dengan bentuk
karakter yang berbeda, sehingga akan
memunculkan
beberapa
pandangan,
pemakluman, kalau tidak penolakan dan
pengingkaran ( Liliweri Alo, 2007:15).
Sifat keanekaragaman etnis dari bangsa
Indonesia, selain merupakan kebanggaan juga
hendaknya dilihat sebagai suatu Negara dengan

keanekaragaman etnis yang mengandung
potensi konflik sehingga keanekaragaman
tersebut perlu dikelola dengan arif sehingga
dapat memperkuat rasa persatuan dan kesatuan

dalam keberagaman etnis atau yang lebih
dikenal dengan istilah integrasi sosial.
Apabila dikaitkan dengan konflik dan
kekerasan, integrasi sosial dimaknai sebagai
upaya memperbaiki atau mengembalikan
persatuan dan harmoni sosial dalam masyarakat.
Integrasi sosial merupakan tujuan akhir dari
upaya penyelesaian konflik dan kekerasan
(Rahmawati dan Kusmantoro,2017 : 49).
Integrasi sosial adalah proses penyesuaian
di antara unsur-unsur yang saling berbeda yang
ada dalam kehidupan sosial sehingga
menghasilkan suatu pola kehidupan yang serasi
fungsinya bagi masyarakat tersebut. Individuindividu dalam masyarakat yang semula terkotakotak, berbeda-beda bahkan bersaing atau
bertentangan menjadi rukun, bersatu dan selaras

baik dalam hal kepentingan-kepentingan hidup

serta berbagai masalah pokok dalam kehidupan
sosial, politik dan budaya masyarakat (Redaksi,
2017:29).
Herlan (2015 :2), menyatakan bahwa,
Wilayah Provinsi Kalimantan Barat
(Kalbar), sebagai wilayah yang
penduduknya
tergolong majemuk, konflik antaretnis kerap kali
terjadi, sehingga Kalbar dikenal sebagai daerah
rawan konflik. Alqadrie (dalam Herlan)
mengungkapkan konflik kekerasan antaretnis di
Kalimantan Barat terjadi sebanyak 13 (tiga
belas) kali. Menurut Herlan, sejumlah pihak
memang cenderung melihat akar penyebab
konflik etnis yang terjadi di Kalimantan
bersumber dari ketidakadilan disemua aspeksosial, ekonomi, politik,budaya dan hukum.
Berdasarkan hasil wawancara pra riset
peneliti dengan Kepala Desa , Desa Jawa

tengah, pada 04 Mei 2018, etnis Jawa dan etnis
Madura pernah mengalami konflik. Konflik
terjadi karena kesalahpahaman, yang bermula
dari adanya kecemburuan sosial etnis Madura
terhadap etnis Jawa berkaitan dengan masalah
pembangunan wilayah Desa Jawa Tengah
tersebut. hal ini menyebabkan prasangka negatif
etnis Madura kepada etnis Jawa. Hal ini sudah
diatasi dengan baik. Berdasarkan teori di atas,
integrasi sosial etnis Jawa dan etnis Madura
sudah terjadi.
Sehingga, menarik untuk diteliti lebih
lanjut mengenai integrasi etnis Jawa dan etnis
Madura di Desa Jawa Tengah. Unsur-unsur
pengikat terjadinya integrasi sosial serta adanya
aktivitas yang menunjukkan keharmonisan antar
kedua etnis tersebut sebagai wujud dari integrasi
sosial antara etnis Jawa dan etnis Madura
menjadi daya tarik penulis untuk menjadikan hal
ini sebagai objek penelitian. Bertitik tolok dari

fenomena tersebut penulis ingin melakukan
penelitian secara lebih mendalam.
Adapun rumusan masalah yang peneliti
kemukakan, masalah umum pada penelitian ini
adalah “Bagaimana Integrasi Sosial Etnis Jawa
dan Etnis Madura di Desa Jawa Tengah,
Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten
Kubu Raya”. Untuk tidak memperluas masalah,
maka masalah tersebut dipersempit ke dalam
beberapa sub masalah dalam penelitian ini,
1. Apa saja unsur pengikat terjadinya integrasi
sosial etnis Jawa dan etnis Madura di Desa Jawa
Tengah, Kecamatan Sungai Ambawang,

Kabupaten Kubu Raya?, 2. Bagaimana wujud
integrasi sosial antara etnis Jawa dan etnis
Madura di Desa Jawa Tengah, Kecamatan
Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya?
Secara umum, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui penjelasan integrasi sosial

etnis Jawa dan etnis Madura di Desa Jawa
Tengah, Kecamatan Sungai Ambawang,
Kabupaten Kubu Raya. Adapun tujuan khusus
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui 1. Unsur pengikat terjadinya
integrasi sosial etnis Jawa dan etnis Madura di
Desa Jawa Tengah, Kecamatan Sungai
Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, 2. Wujud
integrasi sosial antara etnis Jawa dan etnis
Madura di Desa Jawa Tengah, Kecamatan
Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya.
Untuk
menghindari
kesalahpahaman
terhadap istilah yang digunakan dalam
penelitian ini, maka peneliti perlu memberikan
definisi operasional yang digunakan dalam
kajian pustaka penelitian ini. Adapun definisi
operasional yang dimaksud adalah pengertian
integrasi sosial, unsur penikat terjadinya

integrasi sosial dan wujud integrasi sosial.
Integrasi sosial adalah proses penyesuaian
di antara unsur-unsur yang saling berbeda yang
ada dalam kehidupan sosial sehingga
menghasilkan suatu pola kehidupan yang serasi
fungsinya bagi masyarakat tersebut. Individuindividu dalam masyarakat yang semula terkotakotak, berbeda-beda bahkan bersaing atau
bertentangan menjadi rukun, bersatu dan selaras
baik dalam hal kepentingan-kepentingan hidup
serta berbagai masalah pokok dalam kehidupan
sosial, politik dan budaya masyarakat (Redaksi,
2017:29). Dengan demikian, dalam penelitian
ini yang dimaksud integrasi sosial adalah suatu
proses sosial seperti adanya norma sosial,
adaptasi, dan adanya rasa solidaritas yang yang
membentuk suatu keadaan atau kondisi yang
harmonis pada antara etnis Jawa dan etnis
Madura yang berupa sikap saling menghargai,
saling tolong menolong antar etnis Jawa dan
etnis Madura di Desa Jawa Tengah, Kecamatan
Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya .

Adapun unsur penyebab terjadinya
integrasi sosial adalah 1) adanya unsur-unsur
yang berbeda dan dapat membaur dalam
kehidupan sosial yakni norma sosial, 2) adanya
proses penyesuaian dari unsur-unsur yang

berbeda dan tiap-tiap unsur-unsur tersebut saling
menyesuaikan atau yang dimaksud dengan
adaptasi, 3) terciptanya pola hubungan yang
serasi fungsinya dalam masyarakat sebagai
akibat adanya proses penyesuaian unsur-unsur
yang saling berbeda sehingga timbul adanya
rasa kesatupaduan dalam masyarakat atau
disebut dengan solidaritas (Redaksi, 2017:29).
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan
unsur pengikat terjadinya integrasi sosial adalah
adanya unsur berupa norma sosial, proses
adaptasi, dan rasa solidaritas antar etnis Jawa
dan etnis Madura yang mempengaruhi
terjadinya integrasi sosial antar etnis Jawa dan

etnis Madura di Desa Jawa Tengah, Kecamatan
Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya.
Adapun wujud integrasi sosial yang ideal
adalah keadaan dimana manusia-manusia dalam
masyarakat saling menghargai, sedangkan factor
etnisitas, keturunan, agama, maupun jenis
kelamin tidak relevan, tidak menjadi soal.
Karena sebenarnya tidak ada manusia yang
minta dilahirkan sebagai orang Batak, orang
Minang, orang Jawa, orang Madura, keturunan
Tionghoa atau Arab. Kuasa Tuhan jualah yang
menghendaki adanya keanekaragaman bangsa di
dunia. Jadi, tidak adil rasanya jika seseorang
diperlakukan secara berbeda, hanya karena
suku, keturunan, agama atau bangsanya (Yunus
Yahya, 1983 : 75). Dalam penelitian ini, yang
dimaksud wujud integrasi sosial adalah aktivitas
yang memperlihatkan keadaan atau kondisi
harmonis antara etnis Jawa dan etnis Madura di
Desa Jawa Tengah, Kecamatan Sungai

Ambawang, Kabupaten Kubu Raya.
METODE PENELITIAN
Bentuk penelitian yang digunakan dalam
skripsi ini adalah penelitian kualitatif dengan
metode penelitian deskriptif. Lokasi penelitian
ini dilakukan di Desa Jawa Tengah, Kecamatan
Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya.
Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah
peneliti itu sendiri. Sumber data dalam
penelitian ini yaitu sumber data dalam penelitian
adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.
Sumber data dalam penelitian ini adalah a)
sumber data primer yaitu data yang diperoleh
langsung dari responden atau subjek penelitian.
Dalam penelitian ini data diperoleh dengan
menggunakan panduan wawancara tentang

integrasi sosial etnis Jawa dan etnis Madura di
Desa Jawa Tengah, Kecamatan Sungai
Ambawang, Kabupaten Kubu Raya. Data
didapatkan langsung melalui wawancara pada
masyarakat di Desa Jawa Tengah, Kecamatan
Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, b)
sumber data sekunder yaitu data yang telah
dikumpulkan oleh pihak lain, dan telah
terdokumentasikan, sehingga peneliti tinggal
menyalin data tersebut untuk kepentingan
penelitiannya. Dalam penelitian ini, sumber data
sekunder diperoleh melalui arsip-arsip yang
dimiliki Kepala Desa di Kantor Desa Jawa
Tengah, Kecamatan Sungai Ambawang,
Kabupaten Kubu Raya.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang
dipakai untuk mengumpulkan informasi atau
fakta-fakta dilapangan. Teknik pengumpulan
data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian karena tujuan utama penelitian
adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2016 : 62).
Adapun teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini antara lain 1)
Pengamatan (Observasi). Dalam penelitian ini,
peneliti akan mengamati secara langsung
mengenai Integrasi Sosial Etnis Jawa Dan Etnis
Madura Di Desa Jawa Tengah, Kecamatan
Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya. 2)
Wawancara. Wawancara yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah suatu proses dialogis untuk
mendapatkan informasi mengenai Integrasi
Sosial Etnis Jawa Dan Etnis Madura Di Desa
Jawa Tengah, Kecamatan Sungai Ambawang,
Kabupaten Kubu Raya. 3) Studi Dokumentasi.
Studi dokumentasi dalam penelitian kualitatif
merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara. Hasil dari observasi
atau wawancara akan lebih kredibel atau dapat
dipercaya kalau didukung oleh foto-foto yang
telah ada.
Alat Pengumpulan Data
Adapun alat-alat yang digunakan dalam
memudahkan peneliti memperoleh data dan
informan sebagai berikut 1) panduan observasi
yaitu panduan pengamatan yang memuat
kategori Integrasi Sosial Etnis Jawa Dan Etnis
Madura Di Desa Jawa Tengah, Kecamatan
Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya. 2)

Panduan Wawancara. Pedoman wawancara
merupakan alat pengumpul data dimana peneliti
membuat daftar pertanyaan yang ditujukan
kepada mayarakat yang beretnis Jawa dan
Madura di Desa Jawa Tengah, Kecamatan
Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya
mengenai integrasi sosial etnis Jawa dan etnis
Madura di Desa Jawa Tengah, Kecamatan
Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya. 3)
Alat Dokumentasi. Alat yang berupa catatancatatan hasil yang diperoleh baik melalui
wawancara, arsip-arsip, dokumen-dokumen dan
buku-buku
yang
berkenaan
dengan
permasalahan penelitian ini.
Teknik Analisis Data
Menurut Miles dan Huberman (dalam
Sugiyono 2016 : 91), “Aktivitas dalam analisis
data terdiri atas data reduction yang berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari
tema dan polanya dan membuang yang tidak
perlu, data display yaitu penyajian data
dilakukan dalam bentuk uraian, singkat,
hubungan antar kategori, flowchart dan
sejenisnya, dan conclusion drawing/verification
yaitu temuan dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu objek yang sebelumnya masih
remang-remang atau gelap sehinnga setelah
diteliti menjadi jelas. Dengan demikian
kesimpulan dalam penelitian kualitatif dapat
menjawab rumusan masalah yang telah
dirumuskan sejak awal.
Teknik Pengujian Keabsahan Data
Menurut Sugiyono (2016 : 122), pengujian
keabsahan data penelitian dilakukan dengan
cara: a) perpanjang pengamatan yaitu
perpanjang pengamatan berarti peneliti kembali
ke
lapangan,
melakukan
pengamatan,
wawancara lagi dengan sumber data yang
pernah ditemui maupun yang baru. Dengan
perpanjang pengamatan ini berarti hubungan
peneliti dengan narasumber akan semakin
terbentuk, semakin akrab (tidak ada jarak lagi),
semakin terbuka, saling mempercayai sehingga
tidak ada informasi yang disembunyikan lagi.
Dalam perpanjang pengamatan untuk menguji
kredibilitas data penelitian ini, sebaiknya
difokuskan pada pengujian terhadap data yang
telah diperoleh, apakah data yang diperoleh itu

setelah dicek kembali ke lapangan data sudah
benar atau kredibel, maka waktu perpanjang
pengamatan dapat diakhiri, b) triangulasi yaitu
pengecekan data dari berbagai sumber dengan
berbagai cara, dan berbagai waktu. Dalam
penelitian ini, peneliti akan membandingkan
hasil observasi dan hasil wawancara, selanjutnya
akan dilakukan pengecekan data pada sumber
yang sama yaitu wawancara dengan masyarakat
etnis Jawa dan etnis Madura di Desa Jawa
Tengah, Kecamatan Sungai Ambawang,
Kabupaten Kubu Raya.
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Hasil Penelitian
A. Unsur-unsur
Pengikat
Terjadinya
Integrasi Sosial Etnis Jawa dan Etnis
Madura di Desa Jawa Tengah, Kecamatan
Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya.
Unsur-unsur pengikat terjadinya integrasi
sosial etnis jawa dan etnis madura di Desa Jawa
Tengah, Kecamatan Sungai Ambawang,
Kabupaten Kubu Raya dalam penelitian ini akan
dianalisis melalui norma sosial yang meliputi
norma agama, norma kesopanan serta norma
kebiasaan, kemudian adaptasi dan solidaritas.
1.Norma Sosial
Dalam penelitian ini jenis norma sosial
yang menjadi indikator penelitian yaitu:
a.Norma agama yakni etnis Jawa dan etnis
Madura di Desa Jawa Tengah hidup rukun atas
dasar satu keyakinan. Etnis Jawa dan Etnis
Madura terintegrasikan oleh kesamaan agama
(Islam), b.Norma kesopanan yakni tata krama
dalam bergaul, c.Norma kebiasaan yakni sikap
baik yang dilakukan secara berulang. Ketiga
norma tersebut digunakan etnis Jawa dan etnis
Madura di Desa Jawa Tengah sebagai standar
perilaku yang pantas atau wajar dalam
membentuk integrasi sosial antara entis Jawa
dan etnis Madura yang ada di wilayah Desa
Jawa Tengah, Kecamatan Sungai Ambawang,
Kabupaten Kubu Raya. (1). Norma Agama.
Berdasarkan hasil penelitian, norma agama yang
menjadi patokan etnis Jawa dan etnis Madura
dalam betindak yakni etnis Jawa maupun etnis
Madura yang sesama umat muslim bersamasama beribadah ditempat ibadah terdekat baik
surau maupun masjid. Mereka saling berbaur
dan menjalankan ibadah dengan baik. Agama

merupakan alat pemersatu atas dasar
kepercayaan. Etnis Jawa dan etnis Madura
terintegrasikan oleh kesamaan agama yaitu
agama Islam. Dimana dalam norma agama,
hidup rukun tanpa memandang etnisitas adalah
sebuah keharusan. Dengan etnis Jawa dan etnis
Madura bersama-sama melaksanakan ibadah
Salat di masjid itu akan membentuk mereka ke
dalam satu ikatan, yakni adanya satu kesatuan
atas sebuah kepercayaan, (2). Norma
Kesopanan. Adapun norma kesopanan, dalam
bergaul mereka saling menjaga tata krama
dengan baik yakni saling menjaga ucapan dan
perilaku serta tidak ada perlakuan yang khusus
saat berkumpul antara sesama etnis ataupun
berbeda etnis, (3). Norma Kebiasaan.
Berdasarkan hasil penelitian, norma kebiasaan
antara Jawa dan Madura di Desa Jawa Tengah
ialah, saat ada acara seperti acara pernikahan,
khitanan dan selamatan maupun saat ada
kemalangan mereka saling memberi bantuan
berupa bantuan tenaga , bantuan dana sukarela
maupun sembako berupa beras, gula, minyak
goreng dan sebagainya.

Hal ini membuktikan bahwa antara etnis Jawa
dan etnis Madura di Desa Jawa mampu
beradaptasi yakni mampu menyesuaikan hidup
dan menjaga kelanggengan antar kelompok etnis
dalam lingkungannya.

2.Adaptasi.
Dalam penelitian ini yang menjadi
indikator adaptasi yaitu sebagai berikut: a.
Sikap toleransi (menerima perbedaan cara
bicara/logat), b.Etnis Jawa dan etnis Madura
mampu menjalin komunikasi yang baik yakni
saling berinteraksi dan bergaul sebagai proses
penyesuaian antar etnis Jawa dan etnis Madura
di wilayah Desa Jawa Tengah, Kecamatan
Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya.
Berdasarkan hasil penelitian, adaptasi antara
etnis Jawa dan etnis Madura tergolong sangat
baik. Hal ini terlihat dari terjalinnya komunikasi
yang baik antara etnis Jawa dan etnis Madura.
Mampu menjalin komunikasi yang baik
merupakan proses penyesuaian secara efektif
dalam menjalin hubungan baik antar etnis Jawa
dan etnis Madura. Kedua etnis berbeda tersebut
telah mampu untuk saling mengenal, saling
menerima perbedaan terutama perbedaan cara
bicara/logat dan berinteraksi antar etnis Jawa
dan etnis Madura yang berada di lingkungan
sekitar terutama yang bertetangga.Tak jarang,
baik antar etnis Madura maupun etnis Jawa
saling berkunjung kerumah untuk sekadar
ngobrol atau berkumpul bersama disore hari.

B.Wujud Integrasi Sosial antara etnis Jawa
dan etnis Madura di Desa Jawa Tengah,
Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten
Kubu Raya.

3. Solidaritas.
Dalam penelitian ini yang menjadi
indikator solidaritas yaitu sebagai berikut: a.
adanya pengajian ibu-ibu, b. adanya pengajian
bapak-bapak antar etnis Jawa dan etnis Madura
sebagai
aktivitas
atau
kegiatan
yang
menunjukkan rasa kebersamaan di Desa Jawa
Tengah, Kecamatan Sungai Ambawang,
Kabupaten Kubu Raya. Berdasarkan hasil
penelitian, solidaritas etnis Jawa dan etnis
Madura tergolong sangat baik. Hal ini
dibuktikan oleh adanya aktivitas atau kegiatan
yang menunjukkan yakni pengajian. Dimana
saat pengajian baik etnis Jawa maupun etnis
Madura saling berbaur sehingga pengajian dapat
menjadi salah satu wadah dalam menumbuhkan
rasa kebersamaan dan mempererat silaturahmi
antara kedua etnis tersebut.

Wujud integrasi sosial antar etnis Jawa
dan etnis Madura di Desa Jawa tengah
dalam penelitian ini, akan dianalisis melalui
sikap saling menghargai dan saling tolongmenolong antara etnis Jawa dan etnis
Madura di Desa Jawa Tengah.
1.Saling Menghargai.
Berdasarkan hasil penelitian, etnis Jawa
dan etnis Madura di Desa Jawa Tengah saat ini
hidup saling menghargai. Hal ini dibuktkan
tidak adanya perlakuan khusus saat bertamu
baik saat etnis Jawa bertamu kerumah etnis
Madura maupun saat etnis Madura bertamu
kerumah etnis Jawa. Kedua etnis yang berbeda
tersebut saling bersikap sopan, bertata karma
dengan baik dan menjaga lisannya. Tidak ada
kecendrungan kelompok sesama etnis untuk
hidup mengelompok. Baik etnis Jawa maupun
etnis Madura saling berbaur dan juga hidup baik
dalam bertetangga.

2. Saling Tolong-menolong.
Kesadaran bersama, rasa saling perhatian
dan saling tolong menolong antar sesama warga
menjadi kebiasaan, karena jika saling membantu
pekerjaan menjadi ringan dan biaya yang
dikeluarkan menjadi ringan. Sebagaimana
menurut Fatmawati, et, all (2015:4) Collective
consciousness built makes them protecting each
other and helping each other.
Berdasarkan hasil penelitian, saling tolongmenolong yang dilakukan yakni adanya gotong
royong membersihkan saluran di desa, jika ada
yang berduka saling datang melayat, membawa
uang untuk keluarga yang berduka jumlahnya
suka rela dan yang ibu-ibu biasanya membawa
beras atau sembako lainnya untuk keluarga yang
berduka, ibu-ibunya tolong-menolong memasak,
bapak-bapaknya memasang tenda, kursi dan lain
disetiap acara yang melibatkan mereka, saling
menjenguk dan memberi bantuan saat ada yang
sakit seperti memberikan dana sukarela
seikhlasnya. Tak hanya itu baik etnis Jawa
maupun etnis Madura juga tak canggung untuk
saling tolong-menolong membantu mendirikan
fondasi rumah.
Pembahasan Penelitian
A. Integrasi Sosial Etnis Jawa dan Etnis
Madura di Desa Jawa Tengah, Kecamatan
Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya.
Integrasi sosial adalah proses penyesuaian
di antara unsur-unsur yang saling berbeda yang
ada dalam kehidupan sosial sehingga
menghasilkan suatu pola kehidupan yang serasi
fungsinya bagi masyarakat tersebut. Individuindividu dalam masyarakat yang semula terkotakotak, berbeda-beda bahkan bersaing atau
bertentangan menjadi rukun, bersatu dan selaras
baik dalam hal kepentingan-kepentingan hidup
serta berbagai masalah pokok dalam kehidupan
sosial, politik dan budaya masyarakat (Redaksi,
2017:29). Adapun yang akan dibahas dalam
pembahasan ini ialah berkaitan dengan unsurunsur pengikat terjadinya integrasi sosial etnis
Jawa dan etnis Madura dan wujud integrasi
sosial antara etnis Jawa dan etnis Madura di
Desa Jawa Tengah, Kecamatan Sungai
Ambawang, Kabupaten Kubu Raya.

1.Unsur Pengikat Terjadinya Integrasi Sosial
Etnis Jawa dan Etnis Madura di Desa Jawa
Tengah, Kecamatan Sungai Ambawang,
Kabupaten Kubu Raya.
Unsur-unsur yang menyebabkan terjadinya
integrasi sosial adalah sebagai berikut : a.
Adanya unsur-unsur yang berbeda dan dapat
membaur dalam kehidupan sosial yakni norma
sosial. Maksudnya adalah unsur-unsur yang
berbeda
merupakan
perbedaan
dalam
masyarakat,
salah
satunya
perbedaan
berdasarkan etnisitas. Perbedaan ini dapat
disatukan melalui norma sosial, b. Adanya
proses penyesuaian dari unsur-unsur yang
berbeda dan tiap-tiap unsur-unsur tersebut saling
menyesuaikan atau dikenal dengan istilah
adaptasi, c. Terciptanya pola hubungan yang
serasi fungsinya dalam masyarakat sebagai
akibat adanya proses penyesuaian unsur-unsur
yang saling berbeda sehingga timbul adanya
rasa kesatupaduan dalam masyarakat atau
disebut dengan solidaritas (Redaksi, 2017:29).
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan
unsur pengikat terjadinya integrasi sosial adalah
adanya unsur berupa norma sosial, proses
adaptasi, dan rasa solidaritas antar etnis Jawa
dan etnis Madura yang mempengaruhi
terjadinya integrasi sosial antar etnis Jawa dan
etnis Madura di Desa Jawa Tengah, Kecamatan
Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya.
1)Norma Sosial
Norma sosial adalah patokan perilaku
dalam suatu kelompok masyarakat tertentu.
Norma akan berkembang disebut pula peraturan
sosial menyangkut perilaku-perilaku yang
pantas dilakukan dalam menjalani interaksi
sosialnya. Keberadaan norma dalam masyarakat
bersifat memaksa individu atau suatu kelompok
agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang
telah terbentuk. Pada dasarnya, norma disusun
agar hubungan di antara manusia dalam
masyarakat
dapat
berlangsung
tertib
sebagaimana yang diharapkan (Wikipedia, 2017
:1). Norma sosial atau adat istiadat merupakan
kebiasaan yang ditradisikan secara turun temuru
dan menjadi suatu kebiasaan yang baik yang
dinamakan kearifan budaya sebagaimana
menurut Fatmawati, et, all (2016:603), Customs
of a particular society reflects the existence of
order and adheres to traditional values and

norms that have been preserved generation to
generation as well as forming an indigenous
cultural wisdom.
Adapun jenis norma sosial yang diteliti
dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut : a)
Norma agama ialah peraturan sosial yang
sifatnya mutlak dan tidak dapat ditawar-tawar
atau diubah ukurannya karena berasal dari
Tuhan (Redaksi, 2017 : 14). Dalam penelitian
ini norma agama merupakan pedoman etnis
Jawa dan etnis Madura hidup rukun atas dasar
satu keyakinan. Etnis Jawa dan etnis Madura
terintegrasikan oleh kesamaan agama (Islam), b)
Norma kesopanan ialah peraturan sosial yang
berpengaruh pada hal-hal yang berkenaan
dengan tingkah laku yang wajar dalam
kehidupan bermasyarakat (Redaksi, 2017 : 14).
Dalam penelitian ini, norma kesopanan yang
diteliti yakni tata karma dalam bergaul, c)
Norma kebiasaan ialah sekumpulan peraturan
sosial yang berisi petunjuk atau peraturan yang
dibuat secara sadar atau tidak tentang perilaku
yang diulang-ulang sehingga perilaku menjadi
kebiasaan individu (Redaksi, 2017 : 14). Secara
sederhana dalam penelitian ini norma kebiasaan
yang diteliti yakni sikap baik yang dilakukan
secara berulang sebagai standar perilaku yang
pantas atau wajar antara etnis Jawa dan etnis
Madura di Desa Jawa Tengah, Kecamatan
Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya.
Berdasarkan hasil penelitian, norma agama
menyatukan etnis Jawa dan etnis Madura.
Dimana etnis Jawa dan etnis Madura yang
berbeda dipersatukan oleh agama yang sama
yaitu agama Islam. Dimana berdasarkan hasil
wawancara, baik etnis Jawa dan etnis Madura
menyatakan bahwa walaupun mereka berbeda
etnis namun jika mereka meyakini satu agama
yang sama, artinya mereka bersaudara. Adapun
norma agama ini, disosialisasikan oleh tokohtokoh agama kepada masyarakat Desa Jawa
Tengah, salah satunya melalui ceramah saat
pengajian. Kitab suci Alquran menjadi dasar
petunjuk dalam berperilaku yang pantas dan
wajar dalam menjalin kehidupan yang baik antar
etnis yang berbeda (etnis Jawa dan etnis
Madura) yang hidup berdampingan dalam suatu
lingkungan. Adapun norma kesopanan, dalam
bergaul mereka saling menjaga tata krama
dengan baik yakni saling menjaga ucapan dan
perilaku dan tidak ada perlakuan yang khusus

saat berkumpul antara sesama etnis ataupu
berbeda etnis.Adapun norma kebiasaan antara
Jawa dan Madura di Desa Jawa Tengah ialah,
saat ada acara, baik acara yang senang maupun
saat ada kemalangan mereka saling membenatu
baik berupa dana sukarela maupun sembako
berupa beras, gula, minyak goreng dan
sebagainya. Semua norma yang berlaku dalam
pergaulan etnis Jawa dan etnis Madura adalah
atas dasar kesadaran masing-masing.
2)Adaptasi
Adaptasi merupakan proses penyesuaian
dari unsur-unsur yang berbeda dan tiap-tiap
unsur-unsur tersebut saling menyesuaikan atau
yang dimaksud dengan adaptasi (Redaksi,
2017:29). Proses adaptasi berlangsung dalam
suatu perjalanan waktu yang tidak dapat
diperhitungkan
dengan
tepat. Aminuddin
(dalam Andi Winata, 2014 : 14), menyebutkan
bahwa, penyesuaian dilakukan dengan tujuantujuan tertentu di antaranya yaitu mengatasi
halangan-halangan
dari
lingkungan,
menyalurkan
ketegangan
sosial,
mempertahankan kelanggengan kelompok atau
unit sosial dan bertahan hidup. Adaptasi
diwujudkan melalui cara-cara suatu kelompok
untuk dapat hidup dan berfungsi lebih baik
dalam lingkungannya. Berdasarkan beberapa
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
adapatasi merupakan proses penyesuaian baik
antara masyarakat yang berbeda etnis, agama,
dan lainnya dalam suatu wilayah tertentu untuk
mencapai tujuan bersama baik dalam kurun
waktu yang lama maupun sebentar. Indikator
adaptasi dalam penelitian ini ialah sikap
toleransi
(menerima
perbedaan
cara
bicara/logat) dan adanya komunikasi yang baik
antara etnis Jawa dan etnis Madura di Desa Jawa
Tengah. Berdasarkan hasil penelitian, adaptasi
antara etnis Jawa dan etnis Madura tergolong
sangat baik. Hal ini terlihat dari terjalinnya
komunikasi yang baik antara etnis Jawa dan
etnis Madura. Mampu menjalin komunikasi
yang baik merupakan proses penyesuaian secara
efektif dalam menjalin hubungan baik antar
etnis Jawa dan etnis Madura. Bahkan sebagaian
besar diantara mereka menyatakan bahwa dapat
berkomunikasi baik dengan menggunakan
bahasa Jawa maupun bahasa Madura. Kedua
etnis berbeda tersebut telah mampu untuk saling

mengenal, saling menerima perbedaan seperti
perbedaan cara bicara atau logat atas dasar
toleransi. Tak jarang, baik antar etnis Madura
maupun etnis Jawa saling berkunjung kerumah
untuk sekadar ngobrol atau berkumpul bersama
disore hari. Hal ini membuktikan bahwa antara
etnis Jawa dan etnis Madura di Desa Jawa
mampu beradaptasi yakni mampu menyesuaikan
hidup dan menjaga kelanggengan antar
kelompok etnis dalam lingkungannya. Sehingga
adaptasi sebagai unsur pengikat integrasi sosial
terpelihara dengan baik.

yang dilaksanakan yang melibatkan etnis Jawa
dan etnis Madura memberikan peranan penting
dalam menumbuhkan rasa kebersamaan antara
etnis Jawa dan etnis Madura dimana terlihat
bahwasannya saat mengikuti pengajian etnis
Jawa dan etnis Madura dapat berkumpul
bersama, kegiatan ini juga dilakukan secara
rutin sehingga menjadi wadah untuk mereka
saling mengenal, saling memahami karakter satu
dengan lainnya sebagai dasar memupuk rasa
solidaritas antara etnis Jawa dan etnis Madura di
Desa Jawa Tengah.

3) Solidaritas
Terciptanya pola hubungan yang serasi
fungsinya dalam masyarakat sebagai akibat
adanya proses penyesuaian unsur-unsur yang
saling berbeda sehingga timbul adanya rasa
kesatupaduan dalam masyarakat atau disebut
dengan
solidaritas
(Redaksi,
2017:29).
Solidaritas sosial adalah adanya rasa
saling
percaya,
cita-cita
bersama,
kesetiakawanan, dan rasa sepenanggungan
diantara individu sebagai anggota kelompok
karena adanya perasaan emosional dan moral
yang dianut bersama. Wujud solidaritas itu
sendiri berupa aktivitas atau kegiatan yang
menunjukkan adanya rasa kebersamaan
(M.Rahmat Budi Nuryanto, 2014 :4). Menurut
Fatmawati, et, all (2015: 1), Emille Durkheim
(Johnson, 1986) says that social solidarity is a
state of the relationship between individuals or
groups based on moral feelings and beliefs held
together and strengthened by shared emotional
experience.
Dalam penelitian ini yang menjadi
indikator solidaritas yaitu sebagai berikut: a)
adanya pengajian Ibu-ibu, b) adanya pengajian
Bapak-bapak antar etnis Jawa dan etnis Madura
sebagai
aktivitas
atau
kegiatan
yang
menunjukkan rasa kebersamaan di Desa Jawa
Tengah, Kecamatan Sungai Ambawang,
Kabupaten Kubu Raya. Berdasarkan hasil
penelitian, solidaritas sebagai unsur pengikat
terjadinya integrasi sosial antara etnis Jawa dan
etnis Madura tergolong baik. Hal ini dibuktikan
oleh adanya aktivitas yang menunjukkan rasa
kebersamaan sehingga mempererat silaturahmi
antara kedua etnis tersebut yakni adanya
pengajian ibu-ibu dan pengajian bapak-bapak.
Pengajian ibu-ibu dan pengajian bapak-bapak

2. Wujud Integrasi Sosial antara etnis Jawa
dan etnis Madura di Desa Jawa Tengah,
Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten
Kubu Raya.
Wujud integrasi sosial yang ideal adalah
keadaan dimana manusia-manusia dalam
masyarakat saling menghargai, sedangkan factor
etnisitas, keturunan, agama, maupun jenis
kelamin tidak relevan, tidak menjadi soal.
Karena sebenarnya tidak ada manusia yang
minta dilahirkan sebagai orang Batak, orang
Minang, orang Jawa, orang Madura, keturunan
Tionghoa atau Arab. Kuasa Tuhan jualah yang
menghendaki adanya keanekaragaman bangsa di
dunia. Jadi, tidak adil rasanya jika seseorang
diperlakukan secara berbeda, hanya karena
suku, keturunan, agama atau bangsanya (Yunus
Yahya, 1983 : 75). Wujud integrasi sosial antar
etnis Jawa dan etnis Madura di Desa Jawa
tengah yang menjadi indikator dalam penelitian
ini adalah sikap saling menghargai dan saling
tolong-menolong antara etnis Jawa dan etnis
Madura di Desa Jawa Tengah.
a. Saling Menghargai
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti
lakukan, etnis Jawa dan etnis Madura di Desa
Jawa Tengah saat ini hidup saling menghargai.
Hal ini dibuktkan tidak adanya perlakuan
khusus saat bertamu baik saat etnis Jawa
bertamu kerumah etnis Madura maupun saat
etnis Madura bertamu kerumah etnis Jawa.
Kedua etnis yang berbeda tersebut saling
bersikap sopan, bertata karma dengan baik dan
menjaga lisannya. Tidak ada kecendrungan
kelompok
sesama
etnis
untuk
hidup
mengelompok. Baik etnis Jawa maupun etnis
Madura saling berbaur dan juga hidup baik

dalam
bertetangga. mereka juga saling
menghargai dengan cara kelompok etnis Jawa
tidak mengganggu adat kelompok etnis Madura
begitupun sebaliknya kelopok etnis Madura
tidak mengganggu adat istiadat kelompok etnis
Jawa. Dan Mereka saling menghadiri baik pada
saat acara-acara besar seperti pernikahan,
khitanan selamatan
maupun saat ada
kemalangan atau musibah.
b. Saling Tolong-menolong
Berdasarkan hasil observasi dan hasil
wawancara yang peneliti lakukan, saling tolongmenolong antara etnis Jawa dan etnis Madura
cukup baik. Saling tolong-menolong yang
dilakukan yakni adanya gotong royong
membersihkan saluran di desa, jika ada yang
berduka saling datang melayat, membawa uang
untuk keluarga yang berduka jumlahnya suka
rela dan yang ibu-ibu biasanya membawa beras
atau sembako lainnya untuk keluarga yang
berduka, ibu-ibunya tolong-menolong memasak,
bapak-bapaknya memasang tenda, kursi dan lain
disetiap acara yang melibatkan mereka, saling
menjenguk dan memberi bantuan saat ada yang
sakit seperti memberikan dana sukarela
seikhlasnya. Tak hanya itu baik etnis Jawa
maupun etnis Madura juga tak canggung untuk
saling tolong-menolong membantu mendirikan
fondasi rumah.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan
penelitian yang telah dilaksanakan melalui
observasi, wawancara dan studi dokumentasi,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Integrasi
Sosial Etnis Jawa Dan Etnis Madura Di Desa
Jawa Tengah, Kecamatan Sungai Ambawang,
Kabupaten Kubu Raya tergolong baik, hal ini
dapat dikaji melalui unsur-unsur terjadinya
integrasi sosial serta wujud integrasi sosial etnis
Jawa dan etnis Madura Di Desa Jawa Tengah,
Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten
Kubu Raya yakni sebagai berikut: 1. Unsurunsur Terjadinya Integrasi Sosial Etnis Jawa dan
Etnis Madura di Desa Jawa Tengah, Kecamatan
Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya
setelah dilakukan penelitian melalui norma
sosial, adaptasi dan solidaritas antara etnis Jawa
dan etnis Madura yakni adapun norma sosial

ialah berupa norma agama dimana etnis Jawa
dan etnis Madura terintegrasi oleh kesamaan
agama yaitu agama Islam, dan norma kesopanan
yakni baik etnis Jawa dan etnis Madura saling
bertata krama dengan baik serta norma
kebiasaan yakni saling memberi bantuan moral
dan materil terhadap acara-acara besar maupun
saat adanya musibah atau kemalangan. Adapun
adaptasi antara etnis Jawa dan etnis Madura
sudah berjalan dengan sangat baik. Baik etnis
Jawa maupun etnis Madura mampu saling
berkomunikasi dengan baik, bergaul serta saling
mengisi satu dengan yang lain. Rasa solidaritas
antara etnis Jawa dan etnis Madura juga baik hal
ini ditandai dari adanya kegiatan yang
melibatkan etnis Jawa dan etnis Madura yakni
pengajian ibu-ibu dan pengajian bapak-bapak
yang dapat menumbuhkan rasa solidaritas antara
etnis Jawa dan etnis Madura. 2. Wujud integrasi
sosial berdasarkan hasil penelitian ialah saling
menghargai dan saling tolong-menolong. Saling
menghargai antara etnis Jawa dan etnis Madura
dilakukan dengan cara kelompok etnis Jawa
tidak mengganggu adat kelompok etnis Madura
begitupun sebaliknya kelompok etnis Madura
tidak mengganggu adat istiadat kelompok etnis
Jawa, saling berkunjung waktu ada musibah,
saling jaga sikap dalam bergaul, ikut terlibat
dalam acara jika diundang baik dalam acara
pernikahan, sunatan, selamatan, etnis Jawa dan
etnis Madura. Adapun saling tolong-menolong
antara etnis Jawa dan etnis Madura di Desa ini
seperti adanya bantuan baik secara moril
maupun materil baik dalam acara-acara besar
seperti pernikahan, khitanan, selamatan dan
lainnya maupun saat adanya kemalangan atau
musibah.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, masyarakat
yang terlihat damai dan tentram bukan berarti
tidak mengalami permasalahan seperti konflik
maupun perbedaan pendapat. Oleh karena itu
baik etnis Jawa maupun etnis Madura, tokoh
masyarakat serta tokoh agama, sebaiknya tetap
memupuk norma sosial yang telah ada , menjaga
toleransi dan komunikasi maupun rasa
solidaritas agar integrasi sosial etnis Jawa dan
etnis Madura tetap selalu bertahan.

DAFTAR RUJUKAN
Fatmawati, Garuda Wiko, Salfius Seko
Purwanto. 2016. Social Control Pattern
Based on Local Regulation in the Area
of Falm Plantation in Sanggau Regency.
International Journal of Scientific and
Research Publications, Volume 6, Issue 1,
January 2016. ISSN 2250-3153. Pp. 602609.
Fatmawati, Sy.Hasyim Azizurrahman, Salfius
Seko, M. Qahar Awaka. 2015. Border
Community
Social
Solidarity
in
Maintaining an Area through Local
Wisdom in Bengkayang Regency.
International Journal of Scientific and
Research Publications, Volume 5, Issue 10,
Oktober 2056. ISSN 2250-3153. Pp 1-5.
Herlan. 2015. Integrasi Sosial dan Modal
Sosial. Pontianak : STAIN Pontianak Press.
Liliweri, Alo. 2007. Makna Budaya Dalam
Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta:
PT. LKiS Pelangi Angkasa.
Rahmat.M, Budi Nuryanto. 2014. Studi
Tentang Solidaritas Sosial di Desa
Modang Kecamatan Kuaro Kabupaten
Paser (Kasus Kelompok Buruh Bongkar
Muatan). eJournal Ilmu Sosiatri, Volume
2, Nomor 3, 2014: 53-63. Online. Tersedia
:http://ejournal.sos.fisipunmul.ac.id/site/wp
content/uploads/2014/08/Journal%20M.%2
0Rahmat%20Budi%20Nuryanto%20(0830-14-04-02-59).pdf. Diakses 29 April
2018.

Rahmawati,
Farida
dan
Kusmantoro
S.Muhammad. 2017. Sosiologi Peminatan
Ilmu-Ilmu Sosial. Klaten : PT Intan
Pariwara.
Sugiyono.2016.
Memahami
Penelitian
Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Winata, Andi. 2014. Adaptasi Sosial
Mahasiswa Rantau Dalam Mencapai
Prestasi
Akademik
(Studi
Pada
Mahasiswa Jurusan Ilmu Kesejahteraan
Sosial Angkatan 2008 Fakultas Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik Universitas
Bengkulu Di Kelurahan Kandang Limun
Kota Bengkulu) (Doctoral dissertation,
Universitas Bengkulu). Online. Tersedia :
http://repository.unib.ac.id/9181/. Diakses
19 Mei 2018.
Yahya, Yunus. 1983. Garis Rasial Garis
Usang : Liku-liku Pembauran. Jakarta :
Badan Komunikasi Penghayatan Kesatuan
Bangsa (BAKOM-PKB) Pusat.
Wikipedia. 2017. Norma Sosial. Online.
Tersedia
:
https://id.wikipedia.org/wiki/Norma_sosial.
Diakses 19 Mei 2018.