TEKNIK SURVEI DAN PEMETAAN

TEKNIK SURVEI DAN PEMETAAN

JILID 1

SMK

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional

TEKNIK SURVEI DAN PEMETAAN

JILID 1

U nt uk SMK

Penulis

: Iskandar Muda

Perancang Kulit

: TIM

Ukuran Buku

: 17,6 x 25 cm

MUD MUDA, Iskandar. t

Teknik Survei dan Pemetaan Jilid 1 untuk SMK oleh Iskandar Muda ---- Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

x, 173 hlm Daftar Pustaka : Lampiran. A Glosarium

: Lampiran. B

Daftar Tabel

: Lampiran. C

Daftar Gambar : Lampiran. D ISBN

: 978-979-060-151-2

ISBN

: 978-979-060-152-9

Diterbitkan oleh

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional

Tahun 2008

KATA SAMBUTAN

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat

Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, telah melaksanakan kegiatan penulisan buku kejuruan sebagai bentuk dari kegiatan pembelian hak cipta buku teks pelajaran kejuruan bagi siswa SMK. Karena buku-buku pelajaran kejuruan sangat sulit di dapatkan di pasaran.

Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK dan telah dinyatakan memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 45 Tahun 2008 tanggal 15 Agustus 2008.

Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak

cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para pendidik dan peserta didik SMK. Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (download), digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh

masyarakat. Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan ditayangkan soft copy ini diharapkan akan lebih memudahkan bagi masyarakat khsusnya para pendidik dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia maupun

sekolah Indonesia yang berada di luar negeri untuk mengakses dan memanfaatkannya sebagai sumber belajar.

Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Kepada para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.

Jakarta, 17 Agustus 2008 Direktur Pembinaan SMK

PENGANTAR PENULIS

Penulis mengucapkan puji syukur ke Hadirat Allah SWT karena atas ridho-Nya buku teks “Teknik Survei dan Pemetaan” dapat diselesaikan dengan baik. Buku teks “Teknik Survei dan Pemetaan” ini dibuat berdasarkan penelitian-penelitian yang pernah dibuat,

silabus mata kuliah Ilmu Ukur Tanah untuk mahasiswa S 1 Pendidikan Teknik Sipil dan D 3 Teknik Sipil FPTK UPI serta referensi-referensi yang dibuat oleh penulis dalam dan luar negeri.

Tahap-tahap pembangunan dalam bidang teknik sipil dikenal dengan istilah SIDCOM (survey, investigation, design, construction, operation and mantainance). Ilmu Ukur Tanah termasuk dalam tahap studi penyuluhan (survey) untuk memperoleh informasi spasial (keruangan) berupa informasi kerangka dasar horizontal, vertikal dan titik-titik detail yang produk akhirnya berupa peta situasi.

Buku teks ini dibuat juga sebagai bentuk partisipasi pada Program Hibah Penulisan Buku Teks 2006 yang dikoordinir oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Penulis mengucapkan terima kasih :

1. Kepada Yth. Prof.Dr. H. Sunaryo Kartadinata, M.Pd, selaku Rektor Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung,

2. Kepada Yth. Drs. Sabri, selaku Dekan Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung,

atas perhatian dan bantuannya pada proposal buku teks yang penulis buat.

Sesuai dengan pepatah “Tiada Gading yang Tak Retak”, penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam proposal buku teks ini, baik substansial maupun redaksional. Oleh sebab itu saran-saran yang membangun sangat penulis harapkan dari para pembaca agar buku teks yang penulis buat dapat terwujud dengan lebih baik di masa depan.

Semoga proposal buku teks ini dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan penulis khususnya serta memperkaya khasanah buku teks bidang teknik sipil di perguruan tinggi (akademi dan universitas). Semoga Allah SWT juga mencatat kegiatan ini sebagai bagian dari ibadah kepada-Nya. Amin.

Penulis, Penulis,

DAFTAR ISI

Dasar Vertikal

4.3. Prosedur Pengukuran Sipat Datar

JILID 1

Kerangka Dasar Vertikal

4.4. Pengolahan Data Sipat Datar Pengantar Direktur Pembinaan SMK

Kerangka Dasar Vertikal 103 Pengantar Penulis

4.5. Penggambaran Sipat Datar Daftar Isi iv

ii

Kerangka Dasar Vertikal 104 Deskripsi Konsep

xvi Peta Kompetensi xvii

5. Proyeksi Peta, Aturan Kuadran dan Sistem Kordinat 120

1. Pengantar Survei dan Pemetaan 1

5.1. Proyeksi Peta

5.2. Aturan Kuadran

5.3. Sistem Koordinat 137 Surveying

1.1. Plan Surveying dan Geodetic

1 5.4. Menentukan Sudut Jurusan 139

1.2. Pekerjaan Survei dan Pemetaan

5 JILID 2

1.3. Pengukuran Kerangka Dasar

Vertikal 6

1.4. Pengukuran Kerangka Dasar

6. Macam Besaran Sudut 144

Horizontal 11

1.5. Pengukuran Titik-Titik Detail

18 6.1. Macam Besaran Sudut 144

6.2. Besaran Sudut dari Lapangan 144

6.3. Konversi Besaran Sudut 145 Cara Mengatasinya

2. Macam-Macam Kesalahan dan

25 6.4. Pengukuran Sudut 160

2.1. Kesalahan-Kesalahan pada

Survei dan Pemetaan 7. Jarak, Azimuth dan Pengikatan ke 25 Muka 189

2.2. Kesalahan Sistematis

2.3. Kesalahan Acak

50 7.1. Mengukur Jarak dengan Alat

2.4. Kesalahan Besar

50 Sederhana

7.2. Pengertian Azimuth 192

7.3. Tujuan Pengikatan ke Muka 197

3. Pengukuran Kerangka Dasar

7.4. Prosedur Pengikatan Ke muka 199 Vertikal 60

7.5. Pengolahan Data Pengikatan

3.2. Pengukuran Sipat Datar Optis

60 8. Cara Pengikatan ke Belakang

3.3. Pengukuran Trigonometris

78 Metoda Collins 208

3.4. Pengukuran Barometris

8.1. Tujuan Cara Pengikatan ke Dasar Vertikal 90

4. Pengukuran Sipat Datar Kerangka

Belakang Metode Collins 210

8.2. Peralatan, Bahan dan Prosedur Pengikatan ke Belakang Metode

4.1. Tujuan dan Sasaran Pengukuran

211 Sipat Datar Kerangka Dasar

Collins

8.3. Pengolahan Data Pengikatan ke Vertikal 90 Belakang Metode Collins

4.2. Peralatan, Bahan dan Formulir

8.4. Penggambaran Pengikatan ke Ukuran Sipat Datar Kerangka

Belakang Metode Collins 228 Belakang Metode Collins 228

13. Garis Kontur, Sifat dan Cassini

9. Cara Pengikatan ke Belakang Metoda

Interpolasinya 378

9.1. Tujuan Pengikatan ke Belakang

13.1. Pengertian Garis Kontur 378 Metode Cassini

13.2. Sifat Garis Kontur

9.2. Peralatan, Bahan dan Prosedur

13.3. Interval Kontur dan Indeks Kontur 381 Pengikatan ke Belakang Metode

13.4. Kemiringan Tanah dan Kontur Cassini

9.3. Pengolahan Data Pengikatan ke

13.5. Kegunaan Garis Kontur 382 Belakang Metode Cassini

13.6. Penentuan dan Pengukuran Titik

9.4. Penggambaran Pengikatan ke Detail untuk Pembuatan Garis Belakang Metode Cassini

13.7. Interpolasi Garis Kontur 386

10. Pengukuran Poligon Kerangka 13.8. Perhitungan Garis Kontur 387

Dasar Horisontal 252

13.9. Prinsip Dasar Penentuan Volume 387

13.10. Perubahan Letak Garis Kontur

di Tepi Pantai

10.1. Tujuan Pengukuran Poligon

13.11. Bentuk-Bentuk Lembah dan Kerangka Dasar Horizontal

Pegunungan dalam Garis Kontur 390

10.2. Jenis-Jenis Poligon

13.12.Cara Menentukan Posisi, Cross

10.3. Peralatan, Bahan dan Prosedur Bearing dan Metode Pengukuran Poligon

10.4. Pengolahan Data Pengukuran

13.13 Pengenalan Surfer 393 Poligon

10.5. Penggambaran Poligon

14. Perhitungan Galian dan Timbunan 408

11. Pengukuran Luas 306

14.1. Tujuan Perhitungan Galian dan

Timbunan

11.1. Metode-Metode Pengukuran Luas 306

14.2. Galian dan Timbunan 409

11.2. Prosedur Pengukuran Luas

14.3. Metode-Metode Perhitungan dengan Perangkat Lunak

Galian dan Timbunan 409 AutoCAD

14.4. Pengolahan Data Galian dan

Timbunan

14.5. Perhitungan Galian dan Timbunan 422

JILID 3

14.6. Penggambaran Galian dan Timbunan

12. Pengukuran Titik-titik Detail Metoda

Tachymetri 337

15. Pemetaan Digital 435

12.1.Tujuan Pengukuran Titik-Titik

15.1. Pengertian Pemetaan Digital 435 Detail Metode Tachymetri

15.2. Keunggulan Pemetaan Digital 12.2.Peralatan, Bahan dan Prosedur

Dibandingkan Pemetaan Pengukuran Tachymetri

15.3. Bagian-Bagian Pemetaan Digital 436

12.3. Pengolahan Data Pengukuran

15.4. Peralatan, Bahan dan Prosedur Tachymetri

Pemetaan Digital

12.4. Penggambaran Hasil Pengukuran

15.5. Pencetakan Peta dengan Kaidah Tachymetri

Kartografi

16. Sistem Informasi Geografis 469

16.1. Pengertian Dasar Sistem Informasi Geografis

16.2. Keuntungan SIG

16.3. Komponen Utama SIG

16.4. Peralatan, Bahan dan Prosedur Pembangunan SIG

16.5. Jenis-Jenis Analisis Spasial dengan Sistem Informasi Geografis dan Aplikasinya pada Berbagai Sektor Pembangunan

Lampiran Daftar Pustaka

Glosarium ...............................

DESKRIPSI

Buku Teknik Survei dan Pemetaan ini menjelaskan ruang lingkup Ilmu ukur tanah, pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan pada Ilmu Ukur tanah untuk kepentingan studi kelayakan, perencanaan, konstruksi dan operasional pekerjaan teknik sipil. Selain itu, dibahas tentang perkenalan ilmu ukur tanah, aplikasi teori kesalahan pada pengukuran dan pemetaan, metode pengukuran kerangka dasar vertikal dan horisontal, metode pengukuran titik detail, perhitungan luas, galian dan timbunan, pemetaan digital dan sistem informasi geografis.

Buku ini tidak hanya menyajikan teori semata, akan tetapi buku ini dilengkapi dengan penduan untuk melakukan praktikum pekerjaan dasar survei. Sehingga, diharapkan peserta diklat mampu mengoperasikan alat ukur waterpass dan theodolite, dapat melakukan pengukuran sipat datar, polygon dan tachymetry serta pembuatan peta situasi.

PETA KOMPETENSI

Program diklat

: Pekerjaan Dasar Survei

Tingkat

: x (sepuluh)

Alokasi Waktu

: 120 Jam pelajaran Kompetensi : Melaksanakan Dasar-dasar Pekerjaan Survei

No Sub Kompetensi Pembelajaran

Pengetahuan

Keterampilan

1 Pengantar survei dan

Menggambarkan diagram pemetaan

a. Memahami ruang lingkup plan

surveying dan geodetic

alur ruang lingkup pekerjaan

b. Memahami ruang lingkup

survei dan pemetaan

pekerjaan survey dan pemetaan

c. Memahami pengukuran kerangka dasar vertikal d. Memahami Pengukuran kerangka dasar horisontal e. Memahami Pengukuran titik- titik detail

2 Teori Kesalahan

a. Mengidentifikasi kesalahan- kesalahan pada pekerjaan survey dan pemetaan

b. Mengidentifikasi kesalahan sistematis (systematic error) c. Mengidentifikasi Kesalahan Acak (random error) d. Mengidentifikasi Kesalahan Besar (random error)

e. Mengeliminasi Kesalahan Sistematis f. Mengeliminasi Kesalahan Acak

3 Pengukuran kerangka

Dapat melakukan dasar vertikal

a. Memahami penggunaan sipat

datar kerangka dasar vertikal

pengukuran kerangka dasar

b. Memahami penggunaan

vertikal dengan

trigonometris

menggunakan sipat datar,

c. Memahami penggunaan

trigonometris dan

barometris. 4 Pengukuran sipat dasar

barometris

Dapat melakukan kerangka dasar vertikal

a. Memahami tujuan dan

sasaran pengukuran sipat

pengukuran kerangka dasar

datar kerangka dasar vertikal

vertikal dengan

b. Mempersiapkan peralatan,

menggunakan sipat datar

bahan dan formulir

kemudian mengolah data

pengukuran sipat datar

dan menggambarkannya.

kerangka dasar vertikal c. Memahami prosedur pengukuran sipat datar kerangka dasar vertikal

d. Dapat mengolah data sipat datar kerangka dasar vertikal Dapat menggambaran sipat datar kerangka dasar vertikal

No Sub Kompetensi Pembelajaran

Pengetahuan

Keterampilan

5 Proyeksi peta, aturan

Membuat Proyeksi peta kuadran dan sistem

a. Memahami pengertian

berdasarkan aturan kuadran koordinat

proyeksi peta, aturan kuadran

dan sistem koordinat

dan sisten koordinat

b. Memahami jenis-jenis proyeksi peta dan aplikasinya c. Memahami aturan kuadran geometrik dan trigonometrik d. Memahami sistem koordinat ruang dan bidang e. Memahami orientasi survei dan pemetaan serta aturan kuadran geometrik

6 Macam besaran sudut

a. Mengetahui macam besaran

Mengaplikasikan besaran

sudut

sudut dilapangan untuk

b. Memahami besaran sudut

pengolahan data.

dari lapangan c. Dapat melakukan konversi besaran sudut d. Memahami besaran sudut untuk pengolahan data

7 Jarak, azimuth dan

Mengukur jarak baik dengan pengikatan kemuka

a. Memahami pengertian jarak

pada survey dan pemetaan

alat sederhana maupun

b. Memahami azimuth dan sudut

dengan pengikatan ke

jurusan

muka.

c. Memahami tujuan pengikatan ke muka d. Mempersiapkan peralatan, bahan dan prosedur pengikatan ke muka

e. Memahami pengolahan data pengikatan ke muka f. Memahami penggambaran pengikatan ke muka

8 Cara pengikatan ke

Mencari koordinat dengan belakang metode

a. Tujuan Pengikatan ke

metode Collins. collins

Belakang Metode Collins

b. Peralatan, Bahan dan Prosedur Pengikatan ke Belakang Metode Collins

c. Pengolahan Data Pengikatan ke Belakang Metoda Collins d. Penggambaran Pengikatan ke Belakang Metode Collins

9 Cara pengikatan ke

Mencari koordinat dengan belakang metode

a. Memahami tujuan pengikatan

metode Cassini. Cassini

ke belakang metode cassini

b. Mempersiapkan peralatan, bahan dan prosedur pengikatan ke belakang metode cassini

c. Memahami pengolahan data pengikatan ke belakang metoda cassini

d. Memahami penggambaran pengikatan ke belakang metode cassini

No Sub Kompetensi Pembelajaran

Pengetahuan

Keterampilan

10 Pengukuran poligon

Dapat melakukan kerangka dasar

a. Memahami tujuan

pengukuran kerangka dasar horisontal

pengukuran poligon

b. Memahami kerangka dasar

horisontal (poligon).

horisontal c. Mengetahui jenis-jenis poligon d. Mempersiapkan peralatan, bahan dan prosedur pengukuran poligon

e. Memahami pengolahan data pengukuran poligon f. Memahami penggambaran poligon

11 Pengukuran luas a. Menyebutkan metode-metode Menghitung luas pengukuran luas

bedasarkan hasil dilapangan

b. Memahami prosedur

dengan metoda saruss,

pengukuran luas dengan

planimeter dan autocad.

metode sarrus c. Memahami prosedur pengukuran luas dengan planimeter

d. Memahami prosedur pengukuran luas dengan autocad

12 Pengukuran titik-titik

Melakukan pengukuran titik- detail

a. Memahami tujuan

pengukuran titik-titik detail

titik dtail metode tachymetri.

metode tachymetri b. Mempersiapkan peralatan, bahan dan prosedur pengukuran tachymetri

c. Memahami pengolahan data pengukuran tachymetri d. Memahami penggambaran hasil pengukuran tachymetri

13 Garis kontur, sifat dan

Membuat garis kontur interpolasinya

a. Memahami pengertian garis

kontur

berdasarkan data yang

b. Menyebutkan sifat-sifat garis

diperoleh di lapangan.

kontur c. Mengetahui cara penarikan garis kontur d. Mengetahui prosedur penggambaran garis kontur e. Memahami penggunaan perangkat lunak surfer

14 Perhitungan galian dan

Menghitung galian dan timbunan

a. Memahami tujuan

perhitungan galian dan

timbunan.

timbunan b. Memahami metode-metode perhitungan galian dan timbunan

c. Memahami pengolahan data galian dan timbunan d. Mengetahui cara penggambaran galian dan timbunan

No Sub Kompetensi Pembelajaran

Pengetahuan

Keterampilan

15 Pemetaan digital

a. Memahami pengertian pemetaan digital

b. Mengetahui keunggulan pemetaan digital dibandingkan pemetaan konvensional

c. Memahami perangkat keras dan perangkat lunak pemetaan digital

d. Memahami pencetakan peta dengan kaidah kartografi

16 Sisitem informasi

a. Memahami pengertian sistem

geografik

informasi geografik

b. Memahami keunggulan sistem informasi geografik dibandingkan pemetaan digital perangkat keras dan perangkat lunak sistem informasi geografik

c. Mempersiapkan peralatan, bahan dan prosedur pembangunan sistem informasi geografik

d. Memahami jenis-jenis analisis spasial dengan sistem informasi geografik dan aplikasinya pada berbagai sektor pembangunan

1 Pengantar Survei dan Pemetaan

1. Pengantar Survei dan Pemetaan

permukaan bumi baik unsur alam maupun

1.1 Plan surveying dan geodetic

unsur buatan manusia pada bidang yang

surveying

dianggap datar. Plan surveying di batasi

oleh daerah yang sempit yaitu berkisar llmu ukur tanah merupakan bagian rendah

antara 0.5 derajat x 0.5 derajat atau 55 km x dari ilmu yang lebih luas yang dinamakan

55 km.

ilmu Geodesi.

Ilmu Geodesi mempunyai dua maksud : Plan Surveying

a. Maksud ilmiah : menentukan bentuk Geodesi permukaan bumi

b. Maksud praktis : membuat bayangan Geodetic Survaying yang dinamakan peta dari sebagian besar atau sebagian kecil permukaan Bentuk bumi merupakan pusat kajian dan bumi.

perhatian dalam Ilmu ukur tanah. Proses penggambaran permukaan bumi secara

Pada maksud kedua inilah yang sering fisiknya adalah berupa bola yang tidak

disebut dengan istilah pemetaan. beraturan bentuknya dan mendekati bentuk

Pengukuran dan pemetaan pada dasarnya sebuah jeruk. Hal tersebut terbukti dengan

dapat dibagi 2, yaitu : adanya pegunungan, Lereng-lereng, dan x Geodetic Surveying

jurang jurang. Karena bentuknya yang tidak x Plan Surveying

beraturan maka diperlukan suatu bidang

Perbedaan prinsip dari dua jenis matematis. Para pakar kebumian yang ingin pengukuran dan pemetaan di atas adalah :

menyajikan informasi tentang bentuk bumi, Geodetic surveying suatu pengukuran mengalami kesulitan karena bentuknya

untuk menggambarkan permukaan bumi yang tidak beraturan ini, oleh sebab itu, pada bidang melengkung/ellipsoida/bola. mereka berusaha mencari bentuk sistematis Geodetic Surveying adalah llmu, seni, yang dapat mendekati bentuk bumi.

teknologi untuk menyajikan informasi bentuk Awalnya para ahli memilih bentuk bola kelengkungan bumi atau pada sebagai bentuk bumi. Namum pada keiengkungan bola. Sedangkan plan hakekatnya, bentuk bumi mengalami Surveying adalah merupakan llmu seni, dan

pemepatan pada bagian kutub-kutubnya, teknologi untuk menyajikan bentuk

hal ini terlihat dari Fenomena lebih

1 Pengantar Survei dan Pemetaan

panjangnya jarak lingkaran pada bagian adalah bila daerah mempunyai ukuran equator di bandingkan dengan jarak pada terbesar tidak melebihi 55 km (kira-kira 10 lingkaran yang melalui kutub utara dan jam jalan). kutub selatan dan akhirnya para ahli Terbukti, bahwa bentuk bumi itu dapat memilih Ellipsoidal atau yang dinamakan dianggap sebagai bentuk ruang yang ellips yang berputar dimana sumbu terjadi dengan memutar suatu ellips pendeknya adalah suatu sumbu yang dengan sumbu kecilnya sebagai sumbu menghubungkan kutub utara dan sumbu putar. Bilangan - bilangan yang penting kutub selatan yang merupakan poros mengenai bentuk bumi yang banyak perputaran bumi, sedangkan sumbu digunakan dalam ilmu geodesi adalah : panjangnya adalah sumbu yang menghubungkan equator dengan equator yang lain dipermukaan sebaliknya.

Bentuk jeruk Bentuk bola Bentuk Ellipsoidal

Gambar 1. Anggapan bumi

Bidang Ellipsoide adalah bila luas daerah Sumbu panjang ellipsoid a lebih besar dari 50 Km 2 , ellipsoide ini di

Sumbu panjang ellipsoid b dapat dengan memutar suatu ellips dengan

Angka pergepengan x = a b

sumbu kecilnya sebagai sumbu putar a =

6377.397, dan sumbu kecil b = 6356.078

Yang banyak dipakai adalah m. Bidang bulatan adalah elips dari Bessel

mempunyai sumbu kurang dari 100 km.

Jari-jari bulatan ini dipilih sedemikian, Eksentrisitas kesatu e 2 a = b

2 sehingga bulatan menyinggung permukaan

bumi di titik tengah daerah. Bidang datar

1 Pengantar Survei dan Pemetaan 3

Eksentrisitas kedua e ’2 =

Ellipsoid Bumi Internasional yang terakhir diusulkan pada tahun 1967 oleh: International Assosiation of Geodesy (l.A.G) Pada Sidang Umum International Union of Geodesy and Geophysics, dan diterimanya dengan dimensi :

a = 6.37788.116660,000 m

b = 6.356.774, 5161 m

e 2 = 0, 006.694.605.329, 56 e' 2 = 0, 006..739.725.182, 32

R rata - rata =

= 6.371. Q31, 5Q54 m

Salah satu hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan ellipsoidal bumi adalah bahwa ellipsoide bumi itu mempunyai komponen – komponen sebagai berikut :

x a adalah sumbu setengah pendek atau jari-jari equator, x b adalah setengah sumbu pendek atau jari-jari kutub, x pemepatan atau penggepengan yaitu sebagai parameter untuk menentukan bentuk ellipsoidal/ ellips,

x eksentrisitet pertama dan eksentrisitet kedua.

Gambar 2. Ellipsoidal bumi

1 Pengantar Survei dan Pemetaan

Keterangan : Bentuk bumi yang asli tidaklah bulat

0 = pusat bumi (pusat ellipsoide bumi) sempurna (agak lonjong) namun

Ku = Kutub Utara bumi pendekatan bumi sebagai bola sempurna

Ks = Kutub selatan bumi masih cukup relevan untuk sebagian besar

EK = ekuator bumi kebutuhan, termasuk penentuan

Untuk skala yang lebih luas, asumsi ini kedudukan dengan tingkat presisi yang tidak dapat diterapkan mengingat pada relatif rendah.

kenyataannya permukaan bumi berbentuk Pada kenyataannya kita ingin menyajikan

lengkungan bola. Asumsi bumi datar hanya permukaan bumi dalam bentuk bidang

dapat diterapkan sejauh kesalahan jarak datar. Oleh sebab itu, bidang bola atau

dan sudut yang terjadi akibat efek bidang ellipsoide yang akan dikupas pasti

kelengkungan bumi masih dapat diabaikan. ada distorsi atau ada perubahan bentuk

Lingkar paralel adalah lingkaran yang karena harus ada bagian dari bidang memotong tegak lurus terhadap sumbu speroid itu yang tersobekan dengan putar bumi. Lingkaran paralel yang tepat kenyataan tersebut didekati dengan membagi dua belahan bumi utara-selatan perantara bidang proyeksi. Bidang proyeksi

yaitu lingkar paralel 0 0 disebut lingkaran ini terbagi dalam tiga jenis, yaitu : equator. Lingkar paralel berharga positif ke x Bidang proyeksi bidang datarnya

utara hingga 90 ° pada titik kutub utara dan sebaliknya negatif ke selatan hingga -90 0

sendiri atau dinamakan perantara

azimuthal dan zenithal, pada titik kutub selatan. Lingkar meridian x Bidang perantara yang berbentuk adalah lingkaran yang sejajar dengan

kerucut dinamakan bidang perantara sumbu bumi dan memotong tegak lurus

conical,

bidang equator. Setengah garis lingkar x Bidang proyeksi yang menggunakan meridian yang melalui kota Greenwich di bidang perantara berbentuk silinder UK (dari kutub utara ke kutub selatan) yang dinamakan bidang perantara disepakati sebagai garis meridian utama,

cylindrical.

yaitu longituda 0 0

. Setengah lingkaran tepat

180 0 di belakang garis meridian utama Dari bidang perantara ini ada aspek disepakati sebagai garis penanggalan geometric dari permukaan bumi matematis internasional. Kedua garis ini membagi itu ke bidang datar berhubungan dengan belahan bumi menjadi belahan barat dan luas, maka dinamakan proyeksi equivalent, belahan timur.

berhubungan dengan jarak (jarak di

1 Pengantar Survei dan Pemetaan

permukaan bumi sama dengan jarak pada

bidang datar dalam perbandingan 1.2 Pekerjaan survei dan

pemetaan

skalanya) dinamakan proyeksi equidistance dan berhubungan dengan sudut (sudut

Dalam pembuatan peta yang dikenal permukaan bumi sama dengan sudut di

dengan istilah pemetaan dapat dicapai bidang datar) dinamakan proyeksi conform.

dengan melakukan pengukuran- Contoh aplikasi yang mempertahankan pengukuran di atas permukaan bumi yang

geometric itu adalah proyeksi equivalent mempunyai bentuk tidak beraturan. yaitu pemetaan yang biasanya digunakan Pengukuran-pengukuran dibagi dalam oleh BPN, proyeksi equidistance yaitu pengukuran yang mendatar untuk pemetaan yang digunakan departemen mendapat hubungan titik-titik yang diukur di perhubungan dalam hal ini misalnya atas permukaan bumi (Pengukuran jaringan jalan. Sedangkan proyeksi Kerangka Dasar Horizontal) dan conform yaitu pemetaan yang digunakan pengukuran-pengukuran tegak guna untuk keperluan navigasi laut atau udara.

mendapat hubungan tegak antara titik-titik

Berdasarkan bidang perantara yang yang diukur (Pengukuran Kerangka Dasar diterangkan di atas yaitu ada 3 jenis bidang

Vertikal) serta pengukuran titik-titik detail. perantara dan mempunyai 3 jenis Kerangka dasar pemetaan untuk pekerjaan geometric maka kita bisa menggunakan 27

rekayasa sipil pada kawasan yang tidak kombinasi/ variasi/ altematif untuk luas, sehingga bumi masih bisa dianggap

memproyeksikan titik-titik di atas sebagai bidang datar, umumnya permukaan bumi pada bidang datar.

merupakan bagian pekerjaan pengukuran dan pemetaan dari satu kesatuan paket

Ilmu ukur tanah pada dasarnya terdiri dari pekerjaan perencanaan dan atau

tiga bagian besar yaitu : perancangan bangunan teknik sipil. Titik-

a) Pengukuran kerangka dasar Vertikal titik kerangka dasar pemetaan yang akan

(KDV) ditentukan tebih dahulu koordinat dan

b) Pengukuran kerangka dasar Horizontal ketinggiannya itu dibuat tersebar merata

(KDH) dengan kerapatan tertentu, permanen,

c) Pengukuran Titik-titik Detail mudah dikenali dan didokumentasikan secara baik sehingga memudahkan penggunaan selanjutnya.

1 Pengantar Survei dan Pemetaan

1.3 Pengukuran kerangka dasar

vertikal

Kerangka dasar vertikal merupakan teknik dan cara pengukuran kumpulan titik-titik

yang telah diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya terhadap bidang rujukan ketinggian tertentu.

Bidang ketinggian rujukan ini biasanya berupa ketinggian muka air taut rata-rata (mean sea level - MSL) atau ditentukan

Gambar 3. Aplikasi pekerjaan pemetaan pada

lokal.

bidang teknik sipil

x Metode sipat datar prinsipnya adalah

Mengukur tinggi bidik alat sipat datar Dalam perencanaan bangunan Sipil

misalnya perencanaan jalan raya, jalan optis di lapangan menggunakan rambu ukur.

kereta api, bendung dan sebagainya, Peta merupakan hal yang sangat penting untuk x Pengukuran Trigonometris prinsipnya perencanaan bangunan tersebut. Untuk

adalah Mengukur jarak langsung (Jarak memindahkan titik - titik yang ada pada

Miring), tinggi alat, tinggi, benang peta perencanaan suatu bangunan sipil ke

tengah rambu, dan suclut Vertikal lapangan (permukaan bumi) dalam

(Zenith atau Inklinasi). pelaksanaanya pekerjaan sipil ini dibuat x Pengukuran Barometris pada prinsip-

dengan pematokan/ staking out, atau nya adalah mengukur beda tekanan dengan perkataan lain bahwa pematokan

atmosfer.

merupakan kebalikan dari pemetaan. Metode sipat datar merupakan metode yang paling teliti dibandingkan dengan metode trigonometris dan barometris. Hal ini dapat dijelaskan dengan menggunakan teori perambatan kesalahan yang dapat

diturunkan melalui persamaan matematis diferensial parsial.

Gamba 4. Staking out

1 Pengantar Survei dan Pemetaan

1.3.1. Metode pengukuran sipat datar

nivo yang melalui titik A dan B. Umumnya

optis

bidang nivo adalah bidang yang lengkung,

Gambar 5. Pengukuran sipat datar optis

tetapi bila jarak antara titik-titik A dan B Metode sipat datar prinsipnya adalah

dapat dianggap sebagai Bidang yang Mengukur tinggi bidik alat sipat datar optis

mendatar.

di lapangan menggunakan rambu ukur. Untuk melakukan dan mendapatkan

Hingga saat ini, pengukuran beda tinggi pembacaan pada mistar yang dinamakan

dengan menggunakan metode sipat datar pula Baak, diperlukan suatu garis lurus,

optis masih merupakan cara pengukuran Untuk garis lurus ini tidaklah mungkin

beda tinggi yang paling teliti. Sehingga seutas benang, meskipun dari kawat,

ketelitian kerangka dasar vertikal (KDV) karena benang ini akan melengkung, jadi

dinyatakan sebagai batas harga terbesar

tidak lurus.

perbedaan tinggi hasil pengukuran sipat Bila diingat tentang hal hal yang telah di datar pergi dan pulang.

bicarakan tentang teropong, maka setelah Maksud pengukuran tinggi adalah teropong dilengkapi dengan diafragma,

menentukan beda tinggi antara dua titik. pada teropong ini di dapat suatu garis lurus Beda tinggi h diketahui antara dua titik a ialah garis bidik. Garis bidik ini harus di buat

dan b, sedang tinggi titik A diketahui sama mendatar supaya dapat digunakan untuk dengan Ha dan titik B lebih tinggi dari titik menentukan beda tinggi antara dua titik,

A, maka tinggi titik B, Hb = Ha + h yang ingatlah pula nivo pada tabung, karena pada diartikan dengan beda tinggi antara titik A nivo tabung dijumpai suatu garis lurus yang clan titik B adalah jarak antara dua bidang

dapat mendatar dengan ketelitian besar.

1 Pengantar Survei dan Pemetaan

Garis lurus ini ialah tidak lain adalah garis tengah-tengah antara rambu belakang dan nivo. Maka garis arah nivo yang dapat muka .Alat sifat datar diatur sedemikian rupa mendatar dapat pula digunakan untuk sehingga teropong sejajar dengan nivo yaitu mendatarkan garis bidik di dalam suatu dengan mengetengahkan gelembung nivo. teropong, caranya; tempatkan sebuah nivo Setelah gelembung nivo di ketengahkan tabung diatas teropong. Supaya garis bidik barulah di baca rambu belakang dan rambu mendatar, bila garis arah nivo di datarkan muka yang terdiri dari bacaan benang dengan menempatkan gelembung di tengah- tengah, atas dan bawah. Beda tinggi slag tengah, perlulah lebih dahulu.

tersebut pada dasarnya adalah pengurangan benang tengah belakang

Garis bidik di dafam teropong, dibuat sejajar dengan benang tengah muka.

dengan garis arah nivo. Hal inilah yang

menjadi syarat utama untuk semua alat ukur Berikut ini adalah syarat-syarat untuk alat penyipat datar. Dalam pengukuran Sipat penyipat datar optis : Datar Optis bisa menggunakan Alat

x Garis arah nivo harus tegak lurus sederhana dengan spesifikasi alat penyipat pada sumbu kesatu alat ukur penyipat datar yang sederhana terdiri atas dua tabung datar. Bila sekarang teropong di putar terdiri dari gelas yang berdiri dan di dengan sumbu kesatu sebagai sumbu hubungkan dengan pipa logam. Semua ini putar dan garis bidik di arahkan ke mistar dipasang diatas statif. Tabung dari gelas dan kanan, maka sudut a antara garis arah pipa penghubung dari logam di isi dengan zat nivo dan sumbu kesatu pindah kearah cair yang berwarna. Akan tetapi ketelitian kanan, dan ternyata garis arah nivo dan membidik kecil, sehingga alat ini tidak dengan sendirinya garis bidik tidak digunakan orang lagi. Perbaikan dari alat ini mendatar, sehingga garis bidik yang

adalah mengganti pipa logam dengan slang tidak mendatar tidaklah dapat digunakan

dari karet dan dua tabung gelas di beri skala untuk pembacaan b dengan garis bidik

dalam mm. yang mendatar, haruslah teropong

Cara menghitung tinggi garis bidik atau dipindahkan keatas, sehingga benang tengah dari suatu rambu dengan

gelembung di tengah-tengah. menggunakan alat ukur sifat datar x Benang mendatar diagfragma harus (waterpass). Rambu ukur berjumlah 2 buah

tegak lurus pada sumbu kesatu. Pada masing-masing di dirikan di atas dua patok

pengukuran titik tinggi dengan cara yang merupakan titik ikat jalur pengukuran

menyipat datar, yang dicari selalu titik alat sifat optis kemudian di letakan di

potong garis bidik yang mendatar dengan

1 Pengantar Survei dan Pemetaan

mistar-mistar yang dipasang diatas titik- titik, sedang diketahui bahwa garis bidik

adalah garis lurus yang menghubungkan dua titik potong benang atau garis

diagframa dengan titik tengah lensa objektif teropong.

x Garis bidik teropong harus sejajar

dengan garis arah nivo. Garis bidik

adalah Garis lurus yang

menghubungkan titik tengah lensa Gambar 7. Pita ukur

objektif dengan titik potong dua garis

diafragma, dimana pada garis bidik pada teropong harus sejajar dengan

garis arah nivo sehingga hasil dari

pengukuran adalah hasil yang teliti dan tingkat kesaIahannya sangat keciI.

Alat-alat yang biasa digunakan dalam pengukuran kerangka dasar vertikal metode

sipat datar optis adalah:

x Alat Sipat Datar

Gambar 8. Rambu ukur

x Pita Ukur

x Rambu Ukur

x Statif

x Unting – Unting x Dll

Gambar 9. Statif

Gambar 6 . Alat sipat datar

1 Pengantar Survei dan Pemetaan

1.3.2. Metode pengukuran barometris

dalam hal ini misalnya elevasi ± 0,00 meter permukaan air laut rata-rata.

Pengukuran Barometris pada prinsip-nya adalah mengukur beda tekanan atmosfer.

P=

P hg . g. H

Pengukuran tinggi dengan menggunakan

metode barometris dilakukan dengan 2 MV

FC = - FC =

menggunakan sebuah barometer sebagai

alat utama. Keterangan : p = massa jenis rasa air raksa (hidragirum)

g = gravitasi - 9.8 mJsZ - 10 m/s2 h= tinggi suatu titik dari MSL ( Mean Sea

level )

HAB P A P B p . g a . h a p . g b . h b

1.3.3. Metode pengukuran trigonometris BT

Gambar 10. Barometris

Inklinasi

Seperti telah di ketahui, Barometer adalah

(i)

A alat pengukur tekanan udara. Di suatu dAB

tempat tertentu tekanan udara sama Gambar 11. Pengukuran Trigonometris

dengan tekanan udara dengan tebal

d AB = dm . cos i

tertentu pula. Idealnya pencatatan di setiap

' HAB =dm. sin i + TA – TB

titik dilakukan dalam kondisi atmosfer yang sama tetapi pengukuran tunggal hampir Pengukuran kerangka dasar vertikal tidak mungkin dilakukan karena pencatatan

metode trigonometris pada prinsipnya tekanan dan temperatur udara adalah perolehan beda tinggi melalui jarak

mengandung kesalahan akibat perubahan langsung teropong terhadap beda tinggi kondisi atmosfir. penentuan beda tinggi dengan memperhitungkan tinggi alat, sudut dengan cara mengamati tekanan udara di vertikal (zenith atau inklinasi) serta tinggi suatu tempat lain yang dijadikan referensi garis bidik yang diwakili oleh benang

1 Pengantar Survei dan Pemetaan 11

1.4 Pengukuran kerangka dasar horizontal

tengah rambu ukur. Alat theodolite, target dan rambu ukur semua berada diatas titik ikat. Prinsip awal penggunaan alat theodolite sama dengan alat sipat datar yaitu kita harus mengetengahkan gelembung nivo terlebih dahulu baru kemudian membaca unsur-unsur pengukuran yang lain. Jarak langsung dapat diperoleh melalui bacaan optis benang atas dan benang bawah atau menggunakan alat pengukuran jarak elektronis yang sering dikenal dengan nama EDM (Elektronic Distance Measurement). Untuk menentukan beda tinggi dengan cara trigonometris di perlukan alat pengukur sudut (Theodolit) untuk dapat mengukur sudut sudut tegak. Sudut tegak dibagi dalam dua macam, ialah sudut miring m clan sudut zenith z, sudut miring m diukur mulai ari keadaan mendatar, sedang sudut zenith z diukur mu(ai dari keadaan tegak lurus yang selalu ke arah zenith alam.

Untuk mendapatkan hubungan mendatar titik-titik yang diukur di atas permukaan bumi maka perlu dilakukan pengukuran mendatar yang disebut dengan istilah pengukuran kerangka dasar Horizontal. Jadi untuk hubungan mendatar diperlukan

data sudut mendatar yang diukur pada skafa fingkaran yang letaknya mendatar. Bagian-bagian dari pengukuran kerangka dasar horizontal adalah : x Metode Poligon x Metode Triangulasi x Metode Trilaterasi x Metode kuadrilateral x Metode Pengikatan ke muka x Metode pengikatan ke belakang cara

Collins dan cassini

1.4.1 Metode pengukuran poligon

Poligon digunakan apabila titik-titik yang akan di cari koordinatnya terletak memanjang sehingga tnernbentuk segi banyak (poligon). Pengukuran dan Pemetaan Poligon merupakan salah satu pengukuran dan pemetaan kerangka dasar horizontal yang bertujuan untuk memperoleh koordinat planimetris (X,Y) titik-titik pengukuran. Pengukuran poligon sendiri mengandung arti salah satu metode penentuan titik diantara beberapa metode penentuan titik yang lain. Untuk daerah yang relatif tidak terlalu luas, pengukuran cara poligon merupakan pilihan yang sering di gunakan, karena cara tersebut dapat dengan mudah menyesuaikan diti dengan keadaan daerah/lapangan. Penentuan koordinat titik dengan cara poligon ini membutuhkan,

1 Pengantar Survei dan Pemetaan

1. Koordinat awal ke matahari dari titik yang Bila diinginkan sistem koordinat

bersangkutan. Dan selanjutnya terhadap suatu sistim tertentu,

dihasilkan azimuth kesalah satu haruslah dipilih koordinat titik yang

poligon tersebut dengan sudah diketahui misalnya: titik

ditambahkan ukuran sudut mendatar triangulasi atau titik-titik tertentu yang

(azimuth matahari). mempunyai hubungan dengan lokasi

4. Data ukuran sudut dan jarak yang akan dipatokkan. Bila dipakai

Sudut mendatar pada setiap stasiun system koordinat lokal pilih salah satu

dan jarak antara dua titik kontrol titik, BM kemudian beri harga

perlu diukur di lapangan. koordinat tertentu dan tititk tersebut

dipakai sebagai acuan untuk titik-titik

lainya.

2. Koordinat akhir

Koordinat titik ini di butuhkan untuk

memenuhi syarat Geometri hitungan

koordinat dan tentunya harus di pilih

titik yang mempunyai sistem koordinat

yang sama dengan koordinat awal.

Gambar 12. Pengukuran poligon

3. Azimuth awal Data ukuran tersebut, harus bebas dari

Azimuth awal ini mutlak harus sistematis yang terdapat (ada alat ukur) diketahui sehubungan dengan arah sedangkan salah sistematis dari orang atau orientasi dari system koordinat yang pengamat dan alam di usahakan sekecil dihasilkan dan pengadaan datanya mungkin bahkan kalau bisa di tiadakan. dapat di tempuh dengan dua cara

Berdasarkan bentuknya poligon dapat dibagi yaitu sebagai berikut :

x Hasil hitungan dari koordinat titik - dalam dua bagian, yaitu : x Poligon berdasarkan visualnya :

titik yang telah diketahui dan akan

a. poligon tertutup

dipakai sebagai tititk acuan system

koordinatnya. x Hasil pengamatan astronomis

(matahari). Pada salah satu titik

poligon sehingga didapatkan azimuth

1 Pengantar Survei dan Pemetaan

Untuk mendapatkan nilai sudut-sudut dalam atau sudut-sudut luar serta jarak jarak mendatar antara titik-titik poligon diperoleh atau diukur di lapangan menggunakan alat pengukur jarak yang mempunyai tingkat ketelitian tinggi.

Poligon digunakan apabila titik-titik yang akan

dicari koordinatnya terletak memanjang

sehingga membentuk segi banyak (poligon).

b. poligon terbuka Metode poligon merupakan bentuk yang

paling baik di lakukan pada bangunan karena

memperhitungkaan bentuk kelengkungan

bumi yang pada prinsipnya cukup di tinjau

dari bentuk fisik di lapangan dan geometrik-

nya. Cara pengukuran polygon merupakan

cara yang umum dilakukan untuk pengadaan

kerangka dasar pemetaan pada daerah yang

c. poligon bercabang tidak terlalu luas sekitar (20 km x 20 km).

Berbagai bentuk poligon mudah dibentuk

untuk menyesuaikan dengan berbagai bentuk

medan pemetaan dan keberadaan titik – titik

rujukan maupun pemeriksa. Tingkat ketelitian

sistem koordinat yang diinginkan dan kedaan

medan lapangan pengukuran merupakan

faktor-faktor yang menentukan dalam

menyusun ketentuan poligon kerangka

dasar.Tingkat ketelitian umum dikaitkan

dengan jenis dan atau tahapan pekerjaan

yang sedang dilakukan. Sistem koordinat

dikaitkan dengan keperluan pengukuran x Poligon berdasarkan geometriknya :

pengikatan. Medan lapangan pengukuran

a. poligon terikat sempurna menentukan bentuk konstruksi pilar atau

b. poligon terikat sebagian patok sebagai penanda titik di lapangan

c. poligon tidak terikat

1 Pengantar Survei dan Pemetaan

dan juga berkaitan dengan jarak selang kepulauan Sunda Kecil, Bali dan Lombik penempatan titik.

dengan datum Gunung Genuk, pulau Bangka dengan datum Gunung Limpuh,

1.4.2 Metode pengukuran triangulasi

Sulawesi dengan datum Moncong Lowe, kepulauan Riau dan Lingga dengan datum

Triangulasi digunakan apabila daerah Gunung Limpuh dan Kalimantan Tenggara

pengukuran mempunyai ukuran panjang dengan datum Gunung Segara. Posisi

dan lebar yang sama, maka dibuat jaring horizontal (X, Y) titik triangulasi dibuat segitiga. Pada cara ini sudut yang diukur

dalam sistem proyeksi Mercator, adalah sudut dalam tiap - tiap segitiga.

sedangkan posisi horizontal peta topografi Metode Triangulasi. Pengadaan kerangka

yang dibuat dengan ikatan dan dasar horizontal di Indonesia dimulai di pemeriksaan ke titik triangulasi dibuat

pulau Jawa oleh Belanda pada tahun 1862. dalam sistem proyeksi Polyeder. Titik

Titik-titik kerangka dasar horizontal buatan triangulasi buatan Belanda tersebut dibuat

Belanda ini dikenal sebagai titik triangulasi, berjenjang turun berulang, dari cakupan

karena pengukurannya menggunakan cara luas paling teliti dengan jarak antar titik 20 -

triangulasi. Hingga tahun 1936, pengadaan

40 km hingga paling kasar pada cakupan titik triangulasi oleh Belanda ini telah

1 - 3 km.

mencakup pulau Jawa dengan datum

Gunung Genuk, pantai Barat Sumatra

dengan datum Padang, Sumatra Selatan

dengan datum Gunung Dempo, pantai

Timur Sumatra dengan datum Serati,

Tabel 1. Ketelitian posisi horizontal (x,y) titik triangulasi

Metode P

Titik Jarak

Ketelitian

Triangulasi S

20 - 40 km

r 0.07

Triangulasi T

10 – 20 km

r 0.53

Mengikat K

Selain posisi horizontal (X Y) dalam sistem dalam sistem geografis (j,I) dan

proyeksi Mercator, titik-titik triangulasi ini ketinggiannya terhadap muka air laut rata- juga dilengkapi dengan informasi posisinya

rata yang ditentukan dengan cara segitiga yang seluruh jarak jaraknya di ukur trigonometris.

di lapangan.

Triangulasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

x Primer x Sekunder x Tersier

Bentuk geometri triangulasi terdapat tiga

buah bentuk geometrik dasar triangulasi,

yaitu :

x Rangkaian segitiga yang sederhana cocok untuk pekerjaan- pekerjaan dengan orde rendah

Gambar 13. Jaring-jaring segitiga

untuk ini dapat sedapat mungkin Pada jaring segitiga akan selalu diperoleh

diusahakan sisi-sisi segitiga sama suatu titik sentral atau titik pusat. Pada titik

panjang. pusat tersebut terdapat beberapa buah x Kuadrilateral merupakan bentuk sudut yang jumlahnya sama dengan 360

yang terbaik untuk ketelitian tinggi,

derajat.

karena lebih banyak syarat yang dapat dibuat. Kuadrilateral tidak

1.4.4. Metode pengukuran pengikatan

boleh panjang dan sempit.

ke muka

x Titik pusat terletak antara 2 titik Pengikatan ke muka adalah suatu metode yang terjauh dan sering di pengukuran data dari dua buah titik di

perlukan. lapangan tempat berdiri alat untuk memperoleh suatu titik lain di lapangan

1.4.3 Metode pengukuran trilaterasi

tempat berdiri target (rambu ukur, benang, unting-unting) yang akan diketahui

Trilaterasi digunakan apabila daerah yang koordinatnya dari titik tersebut. Garis

diukur ukuran salah satunya lebih besar antara kedua titik yang diketahui

daripada ukuran lainnya, maka dibuat koordinatnya dinamakan garis absis. Sudut

rangkaian segitiga. Pada cara ini sudut dalam yang dibentuk absis terhadap target

yang diukur adalah semua sisi segitiga. di titik B dinamakan sudut beta. Sudut beta

Metode Trilaterasi yaitu serangkaian dan alfa diperofeh dari tapangan.

Pada metode ini, pengukuran yang Adapun perbedaan pada kedua metode di

dilakukan hanya pengukuran sudut. Bentuk atas terletak pada cara perhitungannya,

yang digunakan metoda ini adalah bentuk cara Collins menggunakan era perhitungan

segi tiga. Akibat dari sudut yang diukur logaritma. Adapun pada metode Cassini

adalah sudut yang dihadapkan titik yang menggunakan mesin hitung. Sebelum alat

dicari, maka salah satu sisi segitiga hitung berkembang dengan balk, seperti

tersebut harus diketahui untuk menentukan masa kini maka perhitungan umumnya

bentuk dan besar segitinya. dilakukan dengan bantuan daftar logaritma.

Adapun metode Cassini menggunakan alat hitung karena teori ini muncul pada saat

adanya alat hitung yang sudah mulai berkembang. Pengikatan kebelakang metode Collins merupakan model

perhitungan yang berfungsi untuk mengetahui suatu letak titik koordinat, yang diukur melalui titik-titik koordinat lain yang sudah diketahui. Pada pengukuran pengikatan ke belakang metode Collins,

Gambar 15. pengukuran pengikatan ke muka

alat theodolite ditegakkan di atas titik yang ingin atau belum diketahui koordinatnya.

1.4.5 Metode pengukuran Collins

Misalkan titik itu diberi nama titik P. titik P

dan Cassini

ini akan diukur melalui titik-titik lain yang

koordinatnya sudah diketahui terlebih Metode pengukuran Collins dan Cassini

merupakan salah satu metode dalam dahulu. Misalkan titik lainnya itu titik A, B,

dan titik C.

pengukuran kerangka dasar horizontal

untuk menentukan koordinat titik-titik yang Pertama titik P diikatkan pada dua buah diukur dengan cara mengikat ke belakang titik lain yang telah diketahui koordinatnya, pada titik tertentu dan yang diukur adalah yaitu diikat pada titik A dan titik B. Ketiga sudut-sudut yang berada di titik yang akan

titik tersebut dihubungkan oleh suatu ditentukan koordinatnya. Pada era lingkaran dengan jari-jari tertentu, sehingga mengikat ke belakang ada dua metode titik C berada di luar lingkaran. hitungan yaitu dengan cara Collins dan Cassini.

Kemudian tariklah titik P terhadap titik C. Pada cara perhitungan Cassini Dari hasil penarikan garis P terhadap G memerlukan dua tempat kedudukan untuk akan memotong tali busur lingkaran, dan menentukan suatu titik yaitu titik P. Lalu titik potongannya akan berupa titik hasil dari P diikat pada titik-titik A, B dan C. pertemuan persilangan garis dan tali busur.

Kemudian Cassini membuat garis yang Titik itu diberi nama titik H, dimana titik H ini

melalui titik A dan tegak lurus terhadap merupakan titik penolong Collins. Sehingga

garis AB serta memotong tempat dari informasi koordinat titik A, B, dan G kedudukan yang melalui A dan B, titik serta sudut-sudut yang dibentuknya, maka tersebut diberi nama titik R. Sama halnya koordinat titik P akan dapat diketahui.

Cassini pula membuat garis lurus yang

melalui titik C dan tegak lurus terhadap garis BC serta memotong tempat

A (Xa,Ya)

kedudukan yang melalui B dan C, titik

D B (Xb,Yb)

tersebut diberi nama titik S. E

Sekarang hubungkan R dengan P dan S

H dengan P. Karena 4 BAR = 90 0 , maka garis BR merupakan garis tengah lingkaran,

sehingga 4 BPR = 90 0 . Karena ABCS= 90 Gambar 15. Pengukuran Collins 0 maka garis BS merupakan garis tengah

1. titik A, B ,dan C merupakan titik lingkaran, sehinggga DBPR = 90 0 . Maka koordinat yang sudah diketahui.

titik R, P dan S terletak di satu garus lurus.

2. titik P adalah titik yang akan dicari Titik R dan S merupakan titik penolong koordinatnya.

Cassini. Untuk mencari koordinat titik P,

3. titik H adalah titik penolong collins yang lebih dahulu dicari koordinat-koordinat titik-

dibentuk oleh garis P terhadap C titik penolong R dan S, supaya dapat dengan lingkaran yang dibentuk oleh dihitung sudut jurusan garis RS, karena PB titik-titik A, B, dan P.

1 RS, maka didapatlah sudut jurusan PB,

Sedangkan Metode Cassini adalah cara dan kemudian sudut jurusan BP untuk dapat menghitung koordinat-koordinat titik

pengikatan kebelakang yang menggunakan mesin hitung atau kalkulator. Pada cara ini

P sendiri dari koordinat-koordinat titik B. theodolit diletakkan diatas titik yang belum

diketahui koordinatnya.

A (Xa, Ya)

d ab

B (Xb, Yb)

d cb

D C (Xc, Yc)

Cassini (1679)

Gambar 16. Pengukuran cassini

Rumus-rumus yang akan digunakan adalah

x 1 x 2 d 12 sin a 12 y 2 y 1 d 12 cos a 12

tgna 12 ( x 2 x 1 ) : ( y 2 y 1 )

cot a 12 ( y 2 y 1 ) : ( x 2 x 1 )

Gambar 17. Macam – macam sextant

Metode Cassini dapat digunakan untuk Metode penentuan ini dimaksudkan sebagai metode penentuan posisi titik acuan dan pegangan dalam pengukuran menggunakan dua buah sextant.

penentuan posisi titik-titik pengukuran di perairan pantai, sungai, danau dan muara.

Tujuannya untuk menetapkan suatu Sextant adalah alat pengukur sudut dari dua

penentuan posisi titik perum menggunakan titik bidik terhadap posisi alat tersebut, posisi

dua buah sextant, termasuk. membahas titik ukur perum adalah titik-titik yang

tentang ketentuan-ketentuan dan tahapan mempunyai koordinat berdasarkan hasil

pelaksanaan pengukuran penentuan posisi

pengukuran.

titik perum.

1.5 Pengukuran titik-titik detail

Untuk keperluan pengukuran dan pemetaan selain pengukuran Kerangka

Dasar Vertikal yang menghasilkan tinggi

titik-titik ikat dan pengukuran Kerangka Dasar Horizontal yang menghasilkan koordinat titik-titik ikat juga perlu dilakukan

pengukuran titik-titik detail untuk menghasilkan yang tersebar di permukaan

bumi yang menggambarkan situasi daerah pengukuran.

Dalam pengukuran titik-titik detail Gambar 18. Alat pembuat sudut siku cermin

prinsipnya adalah menentukan koordinat dan tinggi titik-titik detail dari titik-titik ikat. Metode yang digunakan dalam pengukuran titik-titik detail adalah metode offset dan metode tachymetri. Namun metode yang sering digunakan adalah metode Tachymetri karena Metode tachymetri ini

relatif cepat dan mudah karena yang Gambar 19. Prisma bauernfiend

diperoleh dari lapangan adalah pembacaan

rambu, sudut horizontal (azimuth magnetis), sudut vertikal (zenith atau inklinasi) dan tinggi alat. Hasil yang diperoleh dari pengukuran tachymetri adalah posisi planimetris X, Y dan ketinggian Z.

Gambar 20. Jalon

1.5.1. Metode pengukuran offset

Metode offset adalah pengukuran titik-titik

menggunakan alat alat sederhana yaitu pita

ukur, dan yalon. Pengukuran untuk pembuatan peta cara offset menggunakan

alat utama pita ukur, sehingga cara ini juga

biasa disebut cara rantai (chain surveying).

Alat bantu lainnya adalah :

Gambar 21. Pita ukur

Dari jenis peralatan yang digunakan ini, cara lurus dan jarak miring "direduksi" menjadi offset biasa digunakan untuk daerah yang jarak horizontal dan jarak vertikal. relatif datar dan tidak luas, sehingga

Pada gambar, sebuah transit dipasang pada kerangka dasar untuk pemetaanyapun juga