ANALISIS TINGKAT EROSI TANAH DAN PRODUKTIVITAS LAHAN DI DAS JAMBANGAN TAHUN 2011

ANALISIS TINGKAT EROSI TANAH DAN PRODUKTIVITAS LAHAN DI DAS JAMBANGAN TAHUN 2011

Oleh: Raditya Adi Nugraha K5407006 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

commit to user

ii

ANALISIS TINGKAT EROSI TANAH DAN PRODUKTIVITAS LAHAN DI DAS JAMBANGAN TAHUN 2011

Oleh: Raditya Adi Nugraha K5407006

Skripsi

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

commit to user

iii

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Setya Nugraha, S. Si., M. Si NIP. 19670825 199802 1 001

Pembimbing II

Rita Novianni, S.Si., M.Sc. NIP. 19751110 200312 2 003

PERSETUJUAN

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari : ........................... Tanggal : ...........................

Tim Penguji Skripsi : Nama Terang

Tanda Tangan

Ketua

: Dra. Inna Prihartini, M.S.

.......................

Sekretaris

: Dr. Sarwono, M.Pd.

.......................

Anggota I

: Setya Nugraha, S.Si, M.Si.

.......................

Anggota II

: Rita Noviani, S.Si, M.Sc.

.......................

Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. NIP. 19600727 198702 1 001

commit to user

ABSTRAK

Raditya Adi Nugraha . Analisis Tingkat Erosi Tanah dan Produktivitas Lahan di DAS Jambangan Tahun 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, November 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui besar erosi tanah yang terjadi di DAS Jambangan. (2) Mengetahui produktivitas lahan di DAS Jambangan. (3) Melakukan analisis tentang hubungan antara erosi tanah dengan produktivitas lahan di DAS Jambangan.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan spasial. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh satuan satuan lahan yang ada di DAS Jambangan. Teknik pengambilan sampel dengan cara Purposive Sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi lapangan,

wawancara, uji laboratorium dan dokumentasi. Teknik analisis data yang teknik analisis kuantitatif dari faktor-faktor penyebab erosi, besar erosi, produktiviyas lahan dan analisis peta menggunakan aplikasi SIG (Sistem Informasi Geografis).

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Erosi tanah di DAS Jambangan terbagi dalam 5 tingkat yaitu Sangat Ringan (SR), Ringan (R), Sedang (S), Berat (B), Sangat Berat (SB). Tingkat erosi Sangat Ringan (SB) mempunyai besar erosi tanah antara 0,256 ton/ha/th - 14,920 ton/ha/th dengan sebaran paling luas yaitu 1.222,477 ha (56,45%). Tingkat erosi Ringan (R) mempunyai besar erosi tanah 18,205 ton/ha/th - 51,386 ton/ha/th seluas 181,082

ha (8,36 %). Tingkat erosi Sedang (S) mempunyai besar erosi tanah 65,427 ton/ha/th - 120,186 ton/ha/th seluas 355,595 ha (16,42 %). Tingkat erosi Berat (B) mempunyai besar erosi tanah 199.727 ton/ha/th - 338.478 ton/ha/th seluas 329.588 ha (15,22 %). Tingkat erosi Sangat Berat (SB) mempunyai besar erosi tanah 492,947 ton/ha/th - 730,631 ton/ha/th seluas 76,955 ha (3,55 %). (2) Produktivitas lahan dibagi menjadi dua berdasarkan tahun berurutan yaitu Produktivitas Lahan Tahun 2010 dan Produktivitas Lahan Tahun 2011. Pembuatan peta produktivitas lahan DAS Jambangan didasarkan pada rentang produktivitasnya, yaitu: Produktivitas Tinggi (14.433-20.400 kg/ha/th), Produktivitas Sedang (8.465-14.433 kg/ha/th) dan Produktivitas Rendah (2.498- 8.465 kg/ha/th). (3) Hubungan antara tingkat erosi dengan produktivitas lahan dibedakan menjadi 9 (sembilan) klasifikasi berdasarkan tingkat erosi dan perubahan produktivitas lahan dari tahun 2010 sampai 2011. Tingkat Erosi Sangat Ringan dengan Produktivitas Naik merupakan klasifikasi yang paling banyak dan paling luas sebarannya yaitu 570,708 ha (59,76 %), sedangkan klasifikasi paling sedikit dan paling sempit sebarannya yaitu Tingkat Erosi Sangat Berat dengan Produktivitas Naik yang memiliki luas 16,273 ha (1,7 %). Berdasarkan hasil penelitian, produktivitas lahan tidak dipengaruhi oleh besar erosi yang terjadi namun lebih pada faktor lain yaitu: pengelolaan tanaman, luas dan jumlah tanaman yang diusahakan, dan penyakit tanaman.

Kata kunci : Erosi, Produktivitas, DAS

commit to user

vi

ABSTRACT

Raditya Adi Nugraha. Analysis of Soil Erosion Level and Land Productivity in Jambangan Watershed 2011. Thesis, Surakarta: Faculty of Learning and Education Science. Sebelas Maret University, January 2013.

The purposes of this study were to: (1) Identify the soil erosion that occured in Jambangan Watershed. (2) Identify the land productivity in the Jambangan Watershed. (3) Conduct an analysis of the relationship between soil erosion and land productivity in Jambangan Watershed.

This study used descriptive qualitative method with spatial approach. The populations in this study are all units of land that exist in Jambangan Watershed and the technique of sampling is by using purposive sampling. The technique of data collection is by using field observations, interviews, laboratory tests, and documentation while the technique of data analysis in quantitative analysis techniques in which the factors that cause the erosion, the scale of the erosion, the land productivity and the analysis of maps is by using GIS application (Geography Information System).

Based on the result of this study, it can be concluded that: (1) The scales of Jambangan Watershed surface erosion are divided into 5 classes. Very Light (SB) erosion rate has soil erosion between 0.256 tons/ha/year - 14.920 tons/ha/year with the widest dissemination, that is 1222.477 ha (56.45%). Light (R) erosion rate has soil erosion between 18.205 tons/ha/year - 51.386 tons/ha/year covering 181.082 ha (8.36%). Medium (S) erosion rate has soil erosion between 65.427 tons/ha/year - 120.186 tons/ha/year covering 355.595 ha (16.42%). Heavy (B) erosion rate has soil erosion between 199,727 tons/ha/year - 338,478 tons/ha/year covering 329,588 ha (15.22%). Very Heavy (SB) erosion rate has soil erosion between 492.947 tons/ha/year - 730.631 tons/ha/yr covering 76.955 ha (3.55%). (2) The land productivity is divided into two, based on sequential years, which are The Land Productivity in 2010 and The Land Productivity in 2011. The making of land productivity map in Jambangan Watershed was based on the productivity range, which are: High Productivity (between 14.433 – 20.400 kg/ha/year), Medium Productivity (between 8.465 – 14.433 kg/ha/year) and Low Productivity (between 2.498 – 8.465 kg/ha/year). (3) The relation between the erosion and the land productivity is analyzed qualitatively, differentiated into 9 classifications based on the erosions and the changes of land productivity from 2010 to 2011. Very Light erosion class with Rising Productivity is the most numerous classification and the widest dissemination, which is 570,708 ha (59,76%), while the least classification and the narrowest dissemination is Very Heavy erosion class with Rising Productivity which has 16,273 ha area (1,7%). Based on this study, land productivity is not affected by the erosion that occurs, but rather on other factors, such as: the crop management, the widht and the amount of the plants that cultivated, and the plant diseases.

Keyword : Erosion, Productivity, Wathershed

commit to user

vii

MOTTO

Ditengah-tengah kesulitan terdapat peluang (Albert Eintein)

Kalau kita kerjakan lebih daripada yang dibayarkan, akhirnya kita akan dibayar lebih daripada yang kita kerjakan (Raplh Waldo Emerson)

Resiko mungkin diturunkan, Manisnya hidup kita yang tentukan (Anonim)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah

kupersembahkan karyaku ini kepada: Bapak Uji Prasetyo dan Ibu Ida Tasilawati

Terimaksih untuk atas segala pengorbanan, perjuangan dan doa yang slalu mengiringi

langkahku

Adikku, Anisa Sekar Arum Wibawani terima kasih telah menjadi bagian dari

semangatku.

Yanuar Sulistiyaningrum, terima kasih atas semua bantuan, semangat, motivasi dan

terima kasih telah menjadi bagian dari hidupku.

Serta Almamater

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullohi Wabarakaatuh, Segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan

rahmat, taufiq, dan hidayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Dalam menyusun skripsi ini penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini diucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin melaksanakan penelitian.

2. Bapak Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin melaksanakan penelitian.

3. Bapak Dr. Gamal Rindarjono, M.Si., Ketua Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin melaksanakan penelitian.

4. Bapak Setya Nugraha, S. Si, M. Si selaku Pembimbing I yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk membimbing dan memotivasi penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Ibu Rita Novianni, S.Si., M.Sc. selaku Pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk membimbing dan memotivasi penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Bapak Drs. Wakino, M.S. selaku Pembimbing Akademis yang telah memberikan motivasi, saran serta bekal ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

7. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Geografi yang telah memberi bekal ilmu selama penulis menempuh studi.

8. Pimpinan dan Staf Kesbanglinmas Kabupaten Karanganyar, Pimpinan dan Staf Bappeda Kabupaten Karanganyar, yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

commit to user

9. PT. Perkebunan Nusantara IX, yang telah memberikan ijin dan data-data yang diperlukan selama penelitian berlangsung.

10. Rekan – rekan Geo’07, semoga persahabatan dan persaudaraan kita tetap terjalin, terimakasih untuk pembelajaran hidup yang pernah aku lalui bersama kalian.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah dengan ikhlas membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih ada kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang membangun penulis terima dengan senang hati demi sempurnanya skripsi ini. Akhirnya penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullohi Wabarakaatuh.

Surakarta, 3 Januari 2013 Penulis

Raditya Adi Nugraha

commit to user

xiv

3. Tingkat Erosi ................................................................... 102

a. Tingkat Erosi Sangat Ringan (SR) ............................. 102

b. Tingkat Erosi Ringan (R) ........................................... 105

c. Tingkat Erosi Sedang (S) ........................................... 106

d. Tingkat Erosi Berat (B) .............................................. 107

e. Tingkat Erosi Sangat Berat (SB) ................................ 109

4. Produktivitas Lahan ........................................................ 111

a. Produktivitas Tanaman ............................................... 111

1) Produktivitas Tanaman Semusim .......................... 111

2) Produktivitas Tanaman Tahunan ........................... 105

b. Kelas Produktivitas Lahan ......................................... 122

1) Produktivitas Lahan Tahun 2010 ........................... 122

2) Produktivitas Lahan Tahun 2011 ........................... 124

5. Hubungan Besar Erosi dan Produktivitas Lahan ............ 133

a. Analisis Tabel Silang .................................................. 133

b. Analisis Keruangan (spatial analist).......................... 133

1) Tingkat Erosi Sangat Ringan – Produktivitas Naik . 135

2) Tingkat Erosi Sangat Ringan – Produktivitas Turun 136

3) Tingkat Erosi Ringan - Produktivitas Naik .............. 137

4) Tingkat Erosi Ringan - Produktivitas Turun ............ 137

5) Tingkat Erosi Sedang - Produktivitas Naik ............. 138

6) Tingkat Erosi Sedang - Produktivitas Turun............ 138

7) Tingkat Erosi Berat - Produktivitas Naik ................ 139

8) Tingkat Erosi Berat - Produktivitas Turun ............... 139

9) Tingkat Erosi Sangat Berat - Produktivitas Naik ..... 140

C Pembahasan Hasil Penelitian ................................................ 142

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...............................

149

A. Kesimpulan ..................................................................... 149

B. Implikasi ......................................................................... 150

C. Saran ............................................................................... 151

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

152

LAMPIRAN ................................................................................................

155

commit to user

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Klasifikasi Nilai Produktivitas Lahan ....................................

27

Tabel 2.2. Penelitian yang Relevan .........................................................

36

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian ...................................................................

42

Tabel 3.2. Kode Struktur Tanah ..............................................................

52

Tabel 3.3. Kelas kemiringan lereng ........................................................

53

Tabel 3.4. Nilai Faktor C (Pengelolaan Tanaman) .................................

55

Tabel 3.5. Nilai Faktor P untuk Berbagai Tindakan Konservasi Tanah

Khusus ................................................................................... 56

Tabel 3.6. Klasifikasi Besar Erosi ...........................................................

57 Tabel 3.7. Contoh Perhitungan Produktivitas Lahan Setiap Satuan Lahan ..........................................................................

60

Tabel 4.1. Pembagian Administratif DAS Jambangan ...........................

67 Tabel 4.2. Rerata Curah Hujan Perbulan pada empat Stasiun

Pengamatan dalam Kurun Waktu Sepuluh Tahun (2001 - 2010). ........................................................................

70

Tabel 4.3. Rerata Curah Hujan pada Setiap Stasiun Pengamatan ...........

71

Tabel 4.4. Kriteria Tipe Iklim Menurut Schmidt dan Ferguson .............

72 Tabel 4.5. Perhitungan Tipe Curah Hujan di Setiap Stasiun Pengamatan ...............................................................

72

Tabel 4.6. Luas Persebaran Kelas Lereng DAS Jambangan ...................

76

Tabel 4.7. Macam tanah yang terdapat di DAS Jambangan ...................

81

Tabel 4.8. Luas penggunaan lahan di DAS Jambangan ..........................

87

Tabel 4.9. Kepadatan Penduduk di Kecamatan Ngargoyoso ..................

90

Tabel 4.10. Kepadatan Penduduk di Kecamatan Mojogedang .................

91

Tabel 4.11. Kepadatan Penduduk di Kecamatan Kerjo ............................

91

Tabel 4.12. Kemiringan Lereng di DAS Jambangan ................................

94 Tabel 4.13. Rerata Curah Hujan, Hari Hujan, Bulan Basah, Bulan Kering, Intensitas Hujan, dan Erosivitas Hujan (R) ....

98

Tabel 4.14. Tingkat Erosi Sangat Ringan (SR) di DAS Jambangan ........

104

Tabel 4.15. Tingkat Erosi Ringan (R) di DAS Jambangan .......................

106

commit to user

xvi

Tabel 4.16 Tingkat Erosi Sedang (S) di DAS Jambangan .......................

107

Tabel 4.17 Tingkat Erosi Berat (B) di DAS Jambangan .........................

108

Tabel 4.18 Tingkat Erosi Sangat Berat (SB) di DAS Jambangan ...........

109

Tabel 4.19. Produktivitas Tanaman Semusim Tahun 2011 ......................

113

Tabel 4.20. Produktivitas Tanaman Semusim Tahun 2010 ......................

114 Tabel 4.21. Produktivitas Karet 2010 Yang Masuk Dalam DAS Jambangan ....................................................................

120 Tabel 4.22. Produktivitas Karet 2011 Yang Masuk Dalam DAS Jambangan ....................................................................

121

Tabel 4.23. Kelas Produktivitas Lahan .....................................................

122

Tabel 4.24. Kelas Produktivitas Lahan Rendah Tahun 2010 ....................

124

Tabel 4.25. Kelas Produktivitas Lahan Tinggi Tahun 2010 .....................

125

Tabel 4.26. Kelas Produktivitas Rendah Tahun 2011 ...............................

128

Tabel 4.27. Kelas Produktivitas Sedang Tahun 2011 ...............................

129

Tabel 4.28. Kelas Produktivitas Tinggi Tahun 2011 ................................

131

Tabel 4.29. Tabel Silang Erosi Tanah dengan Produktivitas Lahan .........

133

Tabel 4.30. Perubahan Produktivitas Tahun 2010 Sampai Tahun 2011 ...

134 Tabel 4.31. Hubungan Kelas Erosi Sangat Ringan dengan Produktivitas Naik .................................................................

135 Tabel 4.32. Hubungan Kelas Erosi Sangat Ringan Dengan Produktivitas Turun ...............................................................

136 Tabel 4.33. Hubungan Tingkat Erosi Ringan Dengan Produktivitas Naik .................................................................

137 Tabel 4.34. Hubungan Tingkat Erosi Ringan Dengan Produktivitas Turun ...............................................................

137

Tabel 4.35. Hubungan Tingkat Erosi Sedang Dengan Produktivitas Naik

138 Tabel 4.36. Hubungan Tingkat Erosi Sedang Dengan Produktivitas Turun ...............................................................

138

Tabel 4.37. Hubungan Tingkat Erosi Berat Dengan Produktivitas Naik ..

139

Tabel 4.38. Hubungan Tingkat Erosi Berat Dengan Produktivitas Turun

140 Tabel 4.39. Hubungan Tingkat Erosi Sangat Berat Dengan Produktivitas Naik .................................................................

140

commit to user

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1.

Pengamatan Lokasi Pra Penelitian .................................... 5 Gambar 1.2.

Indikasi Konservasi Lahan Yang Belum Maksimal..........

Gambar 1.3. Karet Berumur Kurang Dari 1 Tahun ...............................

6 Gambar 2.1.

Ilustrasi Daerah Aliran Sungai ..........................................

9 Gambar 2.2.

Ilustrasi Batas DAS dan Batas Administratif Kota atau Kabupaten .........................................................

10 Gambar 2.3.

Skema Persamaan USLE...................................................

20 Gambar 2.4.

Kerangka Pemikiran ..........................................................

40

Gambar 3.1. Nomograf Erodibilitas Tanah ............................................

51

Gambar 3.2. Diagram Alir Penelitian ....................................................

65

Gambar 4.1. Tipe Curah Hujan DAS Jambangan tahun 2001-2010 ......

73

Gambar 4.2. Singkapan Batuan formasi Endapan Lahar Lawu .............

74

Gambar 4.3. Profil Tanah Latosol Coklat ..............................................

79

Gambar 4.4. Profil Tanah Mediteran Merah Kuning .............................

80

Gambar 4.5. Sungai Jambangan di Desa Kuto.......................................

83

Gambar 4.6. Hidrograf Aliran dan Bentuk DAS ...................................

85

Gambar 4.7. Diagram Luas Jenis Penggunaan Lahan ...........................

95

Gambar 4.8. Lahan pada Tingkat Besar Erosi Sangat Ringan ...............

103

Gambar 4.9. Lahan pada Tingkat Besar Erosi Ringan ...........................

105

Gambar 4.10. Lahan pada Tingkat Besar Erosi Berat..............................

108

Gambar 4.11. Estimasi atau Standar Produksi Karet Berdasarkan Usia ..

119

Gambar 4.12. Kelas Produktivitas Rendah ..............................................

127

Gambar 4.13. Kelas Produktivitas Sedang...............................................

128

Gambar 4.14. Kelas Produktivitas Tinggi ................................................

130

commit to user

xviii

DAFTAR PETA

Halaman

Peta 4.1 Administrasi DAS Jambangan Skala 1 : 40000..........................

68

Peta 4.2. Lereng DAS Jambangan Skala 1 : 40000 ...................................

77

Peta 4.3. Tanah DAS Jambangan Skala 1 : 40000 ....................................

82

Peta 4.4. Penggunaan Lahan DAS Jambangan Skala 1 : 40000 ................

89

Peta 4.5. Satuan Lahan DAS Jambangan Skala 1 : 40000 ........................

96

Peta 4.6. Tingkat Erosi DAS Jambangan Skala 1 : 40000 ........................

110 Peta 4.7. Produktivitas Lahan DAS Jambangan Tahun 2010

Skala 1 : 40000 ...........................................................................

126 Peta 4.8. Produktivitas Lahan DAS Jambangan Tahun 2011

Skala 1 : 40000 ...........................................................................

132 Peta 4.9. Hubungan Erosi Terhadap Produktivitas Lahan DAS Jambangan Tahun 2011 Skala 1 : 40000 ...........................

141

commit to user

xix

DAFTAR LAMPIRAN

1. Tabel Curah Hujan dan Hari Hujan di Setiap Stasiun Pengamatan Curah Hujan di DAS Jambangan Tahun 2001 – 2010

2. Tabel Perhitungan Nilai Erosivitas Hujan

3. Tabel Satuan Lahan di DAS Jambangan

4. Tabel Indeks Faktor Erosivitas Hujan (R) Setiap Satuan Lahan di DAS Jambangan

5. Tabel Indeks Faktor Erodibilitas Tanah (K) Setiap Satuan Lahan di DAS Jambangan

6. Tabel Indeks Faktor Lereng (LS) Setiap Satuan Lahan di DAS Jambangan

7. Tabel Indeks Faktor Penutup Lahan (C) dan Pengelolaan Lahan (P) Setiap Satuan Lahan di DAS Jambangan

8. Tabel Tingkat Erosi Setiap Satuan Lahan di DAS Jambangan

9. Pengaruh Erosi Terhadap Perubahan Produktivitas Lahan di DAS Jambangan

10. Hasil Uji Laboratorium Sampel Tanah

11. Tabel Daftar Isian Lapangan (Check List)

12. Pedoman Wawancara

13. Surat Perijinan

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki banyak fungsi penting dalam ekosistem, diantaranya adalah sebagai tempat pertumbuhan tanaman, habitat bagi jasad renik, media bagi konstruksi (rekayasa), sistem daur ulang bagi unsur hara dan sisa-sisa organik serta sistem bagi pasokan dan penyaringan atau penjernihan air. Tanpa tanah, manusia tidak dapat bertahan hidup. Mengingat tanah memainkan peranan amat penting dalam ekosistem kita, maka kita harus berhati-hati dalam mengelola dan melindunginya dari kerusakan. (Rayes, 2006: 1)

Tanah sesuai dengan sifat dan faktor pembatas yang berbeda mempunyai daya guna yang berbeda pula. Tanah dengan produktivitas tinggi seharusnya dijaga agar penggunaannya tetap sebagai tanah pertanian, bukan dimanfaatkan untuk usaha non pertanian.

Perlu disadari bahwa kegiatan pembangunan disamping akan menghasilkan manfaat juga akan membawa resiko (dampak negatif). Keduanya harus di perhitungkan secara seimbang. Dampak negatif harus kita hilangkan atau kita tekan menjadi seminim mungkin. Kegiatan pembangunan yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap degradasi lahan antara lain kegiatan deforesterisasi, industri, pertambangan, perumahan, dan kegiatan pertanian. Apabila kegiatan tersebut tidak dikelola dengan baik, maka akan mengakibatkan terjadinya degradasi lahan. (Suntoro, 2006)

Salah satu bentuk kerusakan lingkungan adalah terjadinya degradasi tanah. Degradasi tanah adalah penurunan kualitas tanah dan produktivitas potensial dan atau pengurangan kemampuannya, baik secara alami atau karena pengaruh manusia. Erosi sangat menentukan berhasil tidaknya suatu pengelolaan lahan. Oleh karena itu, erosi merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan pengelolaan lahan khususnya untuk pengelolaan tanahnya. Wilayah

commit to user

beriklim tropis seperti di Indonesia, potensi terjadi erosi sangat besar, yang disebabkan oleh tingginya jumlah dan intensitas curah hujan.

Percepatan laju kehilangan tanah atau erosi adalah hal yang relatif paling mudah diamati di permukaan bumi. Pemanfaatan tanah untuk sebuah aktivitas tertentu dimulai dengan pembukaan lahan atas penutup lahan alami yang berupa vegetasi hutan. Hilangnya dan atau berkurangnya proporsi penutup tanah oleh vegetasi menyebabkan tanah terbuka langsung terhadap pukulan tetes hujan. Tetes hujan yang jatuh dengan kecepatan tinggi akan dapat mengakibatkan rusaknya struktur tanah.kerusakan struktur tanah berakibat lanjut pada pemadatan tanah sehingga proporsi volume limpasan meningkat. Pada sisi lain, hancurnya struktur tanah mengakibatkan partikel tanah tercerai berai sehingga menjadi lebih mudah terangkut oleh tenag aliran air. (Junun, 2012: 156)

Soil from the world’s croplands is being swept and washed away

10 –40 times faster than it is being replenished. Soil erosion is second only to population growth as the biggest environmental problem the world is facing. The United States is losing soil 10 times faster than the natural replenishment rate, while China and India are losing soil 30 –40 times faster (Pimentel 2006). As a result of erosion over the past 40 years, 30%

of the world’s arable land has become unproductive. Around 60% of eroded soil ends up in rivers, streams and lakes, making waterways more

prone to flooding and to contamination from fertilizers and pesticides. Erosion also reduces the ability of the soil to store water and support plant growth, thereby reducing its ability to support biodiversity. (Pradhan Chaudhari, Adinarayana, Buchroithner : 2011)

Pencegahan erosi sangat diperlukan, jika erosi dibiarkan terus-menerus, maka akan menimbulkan adanya ketidakseimbangan lingkungan. Erosi yang terjadi pada lahan pertanian akan mengikis tanah subur yang berada pada lapisan bagian atas (top soil) sehingga lahan tersebut akan berkurang kesuburannya. Akibat lebih jauh adalah menurunnya produktivitas tanah.

Menurut Kartasapoetra (2000: 34), bahaya erosi yang di sana sini telah menurunkan produktivitas tanah merupakan masalah utama yang sepanjang tahun, dari tahun ke tahun tetap harus dihadapi oleh Pemerintah. Bahaya erosi yang menimpa lahan –lahan pertanian serta penduduk sering terjadi pada lahan–lahan yang mempunyai kemiringan lereng sekitar 15 % ke atas. Bahaya ini pun selain

commit to user

oleh perbuatan –perbuatan sementara manusia yang terlalu mementingkan pemuasan kebutuhan diri sendiri, juga dikarenakan pengelolaan tanah dan pengairannya yang keliru.

Tanah yang subur atau yang produktifitasnya tinggi, yaitu tanah yang dapat menyediakan unsur hara yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Besarnya daya dukung dan kelestarian produktivitas sumber daya alam sangat ditentukan oleh interaksi antara cara manusia mengelola sumber daya alam itu sendiri dengan faktor lingkungan biofisik. Apabila penggunaan sumberdaya tanah melampaui batas kemampuannya tanpa ada usaha-usaha atau teknologi tertentu sebagai masukan (input), akan terjadi tanah-tanah gersang yang tidak produktif. Berkurangnya unsur hara dalam tanah karena terangkut saat panen, tercuci, dan terbawa pada saat terjadi erosi. Erosi tidak hanya berpengaruh langsung terhadap kesuburan fisik dan kimia tanah tetapi juga mempengaruhi tingkat produksi tanaman (Sarief, 1985: 117-122)

Dalam praktek budidaya pertanian sendiri sering akan menimbulkan dampak pada degradasi lahan. Dua faktor penting dalam usaha pertanian yang potensial menimbulkan dampak pada sumberdaya lahan, yaitu tanaman dan manusia (sosio kultural) yang menjalankan pertanian. Diantara kedua faktor, faktor manusialah yang berpotensi berdampak positif atau negatif pada lahan, tergantung cara menjalankan pertaniannya. Apabila dalam menjalankan pertaniannya benar maka akan berdampak positif, namun apabila cara menjalankan pertaniannya salah maka akan berdampak negatif. Kegiatan menjalankan pertanian atau cara budidaya pertanian yang menimbulkan dampak antara lain meliputi kegiatan pengolahan tanah, penggunaan sarana produksi yang tidak ramah lingkungan (pupuk kimia dan insektisida) serta sistem budidaya termasuk pola tanam yang mereka gunakan.

Erosi tanah merupakan salah satu faktor penyebab terhentinya kegiatan usahatani di wilayah hulu. Erosi yang intensif di lahan pertanian menyebabkan semakin menurunnya produktivitas lahan karena hilangnya lapisan tanah bagian atas (top soil) yang subur sehingga yang tersisa hanyalah lapisan subsoil atau lapisan tanah bagian bawah dimana unsur hara yang terkandung sangat minim.

commit to user

Penurunan produktivitas lahan secara langsung akan diikuti oleh penurunan pendapatan petani dan kesejahteraan petani.

Pembangunan pertanian konvensional yang telah kita lakukan masa lalu nampaknya belum menjamin keberlanjutan program pembangunan pertanian. Kita berevaluasi diri, setelah lebih dari 30 tahun menerapkan pembangunan pertanian nasional kita menghadapi beberapa indikator yang memprihatinkan : (1) tingkat produktivitas lahan menurun, (2) tingkat kesuburan lahan merosot, (3) konversi lahan pertanian semakin meningkat, (4) luas dan kualitas lahan kritis semakin meluas, (5) tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan pertanian meningkat, (6) daya dukung lingkungan merosot, (7) tingkat pengangguran di pedesaan meningkat, (8) daya tukar petani berkurang, (9) penghasilan dan kesejahteraan keluarga petani menurun, dan (10) kesenjangan antar kelompok masyarakat meningkat. Dari evaluasi tersebut degradasi lahan yang berupa penurunan daya dukung lahan dan pencemaran lahan pertanian nampaknya menjadi ancaman yang serius yang harus perlu kita hindari. (Suntoro Wongso Atmojo, Kompas: 7 November 2006)

Daerah Aliran Sungai Jambangan terletak di Kabupaten Karanganyar, meliputi tiga kecamatan yaitu, Kecamatan Ngargoyoso, Kecamatan Kerjo, dan Kecamatan Mojogedang yang terdiri dari sepuluh desa yaitu, Desa Dukuh, Desa Kuto, Desa Kwadungan, Desa Ganten, Desa Pendem, Desa Pereng, Desa Nglegok, Desa Jatirejo, Desa Tamansari, Desa Ngadirejo. Dengan luas keseluruhan 2165,697 Ha.

Berdasarkan pengamatan awal di DAS Jambangan, praktek konservasi yang telah dilakukan terdiri dari dua macam, yaitu konservasi mekanik dan vegetatif. Meskipun telah dilakukan konservasi pada daerah hulu baik di areal pertanian maupun non-pertanian tetapi masih banyak terlihat kenampakan erosi tanah. Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa bentuk konservasi yang ada sekarang belum mampu mencegah terjadinya erosi secara maksimal seperti yang terlihat pada Gambar 1.1. Penggunaan lahan untuk tegalan dan permukiman pada kelas lereng V (sangat curam) yang tidak diimbangi dengan tindakan konservasi yang baik juga dapat berakibat terjadinya bencana erosi.

commit to user

Gambar 1.1. Pengamatan Lokasi yang Menunjukan Konservasi Lahan Belum Maksimal di Areal Permukiman

Indikasi erosi juga nampak pada lahan pertanian yang digunakan untuk perkebunan karet seperti pada Gambar 1.2. Terjadinya pada lahan perkebunan tentu akan menghambat pertumbuhan tanaman dan selanjutnya akan berdampak lebih lanjut pada produksi tanaman tersebut.

Gambar 1.2. Indikasi Koservasi Lahan yang Belum Maksimal di Areal Perkebunan

Pada saat dilakukan pengamatan juga ditemukan fakta dilapangan bahwa pada daerah hulu terdapat banyak lahan yang baru ditanami karet dengan usia kurang dari 1 tahun sehingga sistem perakaran tanaman belum mampu menahan pergerakan tanah dan juga banyak dari lahan-lahan tersebut yang tidak terdapat tanaman penutup seperti rumput. Berdasarkan data curah hujan yang diperoleh

commit to user

dari Subdin Pengairan, Dinas Pekerjaan Umum Kab. Karanganyar, rata-rata curah hujan di DAS Jambangan sebesar 2280,84 mm/th. Curah hujan yang cukup tinggi ini tentu akan berpengaruh terhadap besar erosi yang terjadi di daerah hulu Daerah Aliran Sungai Jambangan.

Gambar 1.3. Karet Berumur Kurang Dari 1 Tahun Pengamatan awal yang dilakukan menggunakan peta RBI skala 1:25000

lembar Karangpandan (1408-622) menunjukan lebih dari 50% lahan yang berada di Daerah Aliran Sungai Jambangan digunakan untuk pertanian (sawah, tegalan dan kebun). Hal ini diperkuat oleh data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karanganyar tahun 2010, yang menunjukan bahwa mayoritas tenaga kerja di wilayah DAS Jambangan masih bekerja di sektor pertanian. Ketergantungan masyarakat yang tinggi terhadap pertanian tentu saja memunculkan kekhawatiran bahwa besarnya erosi yang terjadi di DAS Jambangan akan berakibat pada penurunan produktivitas lahan yang secara langsung akan diikuti oleh penurunan pendapatan dan kesejahteraan petani.

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut penulis mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Tingkat Erosi Tanah Dan

Produktivitas Lahan Di DAS Jambangan Tahun 2011 ”.

commit to user

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana tingkat erosi tanah yang terjadi di DAS Jambangan tahun 2011?

2. Bagaimana produktivitas lahan di DAS Jambangan?

3. Bagaimana hubungan antara erosi tanah dengan produktivitas lahan di DAS Jambangan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui tingkat erosi tanah yang terjadi di DAS Jambangan.

2. Mengetahui produktivitas lahan di DAS Jambangan.

3. Melakukan analisis tentang hubungan antara erosi tanah dengan produktivitas lahan di DAS Jambangan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis yang dapat diberikan dalam bidang geografi tanah khususnya mengenai hubungan erosi tanah terhadap produktivitas lahan, dengan harapan penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah:

a. Dapat digunakan oleh pemerintah daerah sebagai bahan pertimbangan menetapkan arahan penggunaan lahan yang sesuai dengan kemampuan lahan di Daerah Aliran Sungai Jambangan.

commit to user

b. Memberikan informasi berupa data tingkat erosi tanah yang terjadi serta dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam arahan konservasi yang memadai untuk mempetahankan atau bila memungkinkan meningkatkan produktivitas lahan di DAS Jambangan.

c. Dapat digunakan sebagai inventarisasi sumber daya lahan khususnya produktivitas baik pertanian maupun perkebunan sehingga potensi lahan di Daerah Aliran Sungai Jambangan dapat dimanfaatkan sebai- baiknya.

d. Dapat menunjukan luas daerah, relief, dan lereng dari setian satuan pemetaan sehingga sangat berguna dalam usaha konservasi tanah dan memberikan banyak data serta informasi untuk memperkirakan kemampuan lahan di Daerah Aliran Sungai Jambangan.

e. Memberikan sumbangan pemikiran kepada peneliti yang akan datang untuk mengadakan penelitian yang serupa.

f. Bagi pembelajaran dapat digunakan untuk media pembelajaran geografi di SMA kela X pada kompetensi dasar “Menganalisis Dinamika dan Kecenderungan Perubahan Lithosfer dan Pedosfer Serta Dampaknya

Terhadap Kehidupan di Muka Bumi ”

commit to user

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Erosi Tanah

a. Daerah Aliran Sungai

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkan ke laut melalui sungai utama. Wilayah daratan tersebut dinamakan daerah tangkapan air (DTA atau catchment area) yang merupakan ekosistem dengan unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam (tanah, air, dan vegetasi) dan sumberdaya manusi sebagai pemanfaat sumberdaya alam (Asdak, 1995: 4).

Gambar 2.1. Ilustrasi Daerah Aliran Sungai

Batas DAS adalah punggung perbukitan yang membagi satu DAS dengan DAS lainnya. Karena air mengalir dari tempat yang tinggi menuju tempat yang lebih rendah sepanjang lereng maka garis batas sebuah DAS adalah punggung bukit sekeliling sebuah sungai. Garis batas DAS tersebut merupakan garis khayal yang tidak dapat dilihat, tetapi dapat digambarkan pada peta.

commit to user

Batas DAS kebanyakan tidak sama dengan batas wilayah administrasi. Akibatnya DAS bisa berada lebih dari satu wilayah adnistrasi. Bahkan ada Daerah Aliran Sungai yang melewati batas administrasi negara (misalnya DAS Nil), sedangkan di Indonesia banyak pula DAS yang melewati batas provinsi seperti DAS Bengawan Solo dan DAS Musi.

Gambar 2.2. Ilustrasi Batas DAS Dan Batas Administratif Kota Atau Kabupaten

Asdak (1995: 11-12) memberikan deskripsi tentang bagian-bagian ekosistem DAS sebagai berikut :

1) Daerah Hulu Ekosistem daerah hulu merupakan daerah tangkapan air utama dari pengatur aliran. Daerah hulu dicirikan oleh hal-hal sebagai berikut :

 Mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi.  Merupakan daerah dengan kemiringan lereng besar (>15%)  Pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase.  Pola penggerusan tubuh sungai berbentuk “v”.

2) Daerah Tengah Ekosistem tengah sebagai daerah distributor dan pengaturan air. Bagian tengah DAS merupakan daerah peralihan antara bagian hulu dengan bagian hilir dan mulai terjadi pengendapan. Dicirikan dengan

commit to user

daerah yang relatif datar. Derah Aliran Sungai bagian tengah menjadi daerah transisi dari kedua karakteristik biogeofisik DAS yang berbeda antara hulu dengan hilir.

3) Daerah Hilir (zona sedimentasi) Ekosistem hilir merupakan pemakai air. Bagian hilir dicirikan sebagai berikut :

 Kerapatan drainase lebih kecil.  Pada beberapa tempat merupakan daerah banjir (genangan).  Pengaturan pemakaian air ditentukan oleh bangunan irigasi.

Aktivitas perubahan tataguna lahan dan tindakan pengolahan lahan yang mengabaikan kaidah konservasi di daerah hulu DAS tidak hanya memberikan dampak di daerah hulu saja, melainkan juga akan memberikan dampak di daerah tengah dan hilir yang dapat berupa perubahan fluktuasi debit dan transpor sedimen serta material terlarut dalam sistem aliran air lainnya.

b. Tanah

Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagian besar permukaan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki saifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula. (Darmawijaya, 1990: 9)

Syarat utama terbentuknya tanah ada dua yaitu: (1) tersedianya bahan asal atau bahan induk, (2) adanya faktor-faktor yang mempengaruhi bahan induk. Bahan induk tanah berbeda dengan batuan induk. Bahan induk tanah merupakan bahan hasil pelapukan batuan induk. Bahan induk besifat lepas-lepas (unconsolidated), sementara itu batuan bersifat padu. Faktor-faktor lain yang bekerja setelah pelenggokan bahan induk tanah dapat dikelompokan menjadi faktor aktif dan faktor pasif. Faktor aktif dalam pembentukan tanah adalah iklim dan organisme tanah. Faktor pembentuk tanah yang bersifat pasif alah lokasi tempat terdapatnya bahan induk dan kurun waktu berlangsungnya pembentukan tanah. (Junun, 2012: 10)

commit to user

Menurut Hardjowigeno (1987: 4) tanah tersusun atas empat bahan utama, yaitu:

1) Bahan Mineral Bahan mineral dalam tanah berasal dari pelapukan batuan. Oleh karena itu susunan mineral di dalam tanah berbeda-beda sesuai dengan susunan mineral batuan-batuan yang terlapuk. Bahan mineral dalam tanah terdapat dalam berbagai ukuran, yaitu:

 Pasir : 2 mm – 50 µ  Debu : 50 µ - 2 µ  Liat : < 2 µ

2) Bahan Organik Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya 3-5 % tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Adapun pengaruh bahan organik terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya terhadap perubahan tanaman adalah:

 Sebagai granulator, yaitu memperaiki struktur tanah.  Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro dan lain-lain.  Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara

(Kapasitas Tukar Kation menjadi tinggi)  Sumber energi bagi mikro organisme

3) Air Air terdapat di dalam tanah karena ditahan (diserap) oleh massa tanah, tertanah oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi oleh tekstur tanah. Tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air yang lebih kecil daripada tanah bertekstur halus.

4) Udara Udara dan air mengisi pori-pori tanah. Banyaknya pori-pori di dalam tanah kurang lebih 50 persen dari volume tanah, sedang jumlah air dan udara di dalam tanah berubah-ubah.

commit to user

c. Erosi

Erosi tanah adalah suatu peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat terkikis dan terangkut yang kemudian diendapkan pada suatu tempat lain. Pengangkutan atau pemindahan tanah tersebut terjadi oleh media alami yaitu air atau angin. (Arsyad, 1989: 30)

Ever since mankind started agriculture, soil erosion has been the single largest threat to soil productivity and has remained so till date. This is so because removal of the topsoil by any means has, through research and historical evidence, been severally shown to have many deleterious effects on the productive capacity of the soil as well as on ecological wellbeing. Doran and Parkin captioned the impact of soil erosion in their

popular maxim that “the thin layer of soil covering the earth’s surface represents the difference between survival and extinction for most

terrestrial life.” Although fertile topsoils could be lost when scraped by heavymachineries, the key avenues of topsoil loss include water erosion and wind erosion. Sometimes erosion can be such gradual for so long a

time as to elude detection in one’s lifetime, thus making its adverse effects hard to detect. Eswaran et al. propose an annual loss of 75 billion tons of

soil on a global basis which costs the world about US $400 billion per year. A review of the global agronomic impact of soil erosion identifies two severity groups of continents and reveals that Africa belongs to the more vulnerable group. (Obalum, et all: 2012)

Dua peristiwa utama erosi, yaitu pelepasan dan pengangkutan merupakan penyebab erosi tanah yang penting. Dalam proses erosi, pelepasan butir tanah mendahului peristiwa pengangkutan, tetapi pengangkutan tidak selalu diikuti oleh pelepasan. Agen pelepasan tanah yang penting adalah tetesan butir hujan yang jatuh di permukaan tanah. Tetesan air hujan akan memukul permukaan tanah, mengakibatkan gumpalan tanah menjadi butir-butir yang lebih kecil dan terlepas. Butir-butir tanah yang terlepas tersebut sebagian akan terlempar ke udara dan jatuh lagi di atas permukaan tanah, dan sebagian kecil akan mengisi pori-pori kapiler tanah, sehingga akan menghambat proses infiltrasi. (Undang Kurnia, 2004).

commit to user

a. Penyebab Erosi Di daerah beriklim tropika basah, air merupakan penyebab utama erosi

tanah, sedangkan angin tidak mempunyai pengaruh yang berarti. Proses erosi oleh air merupakan kombinasi dua sub proses yaitu penghancuran struktur tanah menjadi butir-butir primer oleh energi tumbuk butir-butir hujan yang menimpa tanah dan perendaman oleh air yang tergenang (proses dispersi) dan pemindahan (pengangkutan) butir-butir tanah oleh percikan hujan dan penghancuran struktur tanah diikuti pengangkutan butir-butir tanah tersebut oleh air yang mengalir di permukaan tanah (Arsyad, S. 1989: 30).

Pada daerah tropis dengan curah hujan lebih dari 1500 mm/tahun seperti indonesia maka air menjadi sumber penyebab utama terjadinya erosi. Proses erosi tanah yang disebabkan oleh air meliputi tiga tahap yaitu: pemecahan bongkah dan partikel tanah; pengangkutan butir-butir yang sangat kecil dan halus; pengendapan partikel-partikel tersebut ke tempat yang lebih rendah (Sarief, 1985: 9).

b. Macam-Macam Erosi Suripin (2004: 29) mengungkapkan bahwa secara garis besar dikenanl

adanya dua macam erosi yaitu:

1) Erosi Alami atau Erosi Geologi (Geological Erosion)

Erosi alami atau erosi geologi adalah proses pengikisan kulit bumi secara alamiah. Peristiwa ini terjadi secara alamiah dan berlangsung sangat lambat, sehingga akibat yang ditimbulkan baru muncul setelah berpuluh bahkan beratus tahun kemudian. Penyebab erosi geologi ini semata-mata proses alam, tanpa adanya campur tangan manusia. Pada tahap erosi geologi, alam akan mampu membentuk keseimbangan dinamis, sehingga ketebalan tanah tetap stabil. Erosi secara alamiah dapat dikatakan tidak menimbulkan musibah yang hebat bagi kehidupan manusia atau keseimbangan lingkungan dan kemungkinan kerugian yang ditimbulkan hanya kecil, ini dikarenakan banyaknya partikel-partikel tanah yang dipindahkan atau terangkut seimbang dengan banyaknya tanah yang terangkut seimbang dengan banyaknya

commit to user

tanah yang terbentuk di tempat-tempat yang lebih rendah. (Kartasapoetra, 1985: 35)

2) Erosi Dipercepat (Accelerated Erosion) Erosi dipercepat adalah proses erosi yang dipercepat akibat tindakan atau perbuatan yang diluar batas kemampuan lahan dalam pengelolaan tanah pada pelaksanaan pertanian, artinya proses kecepatan erosi sudah melebihi proses pembentukan tanah. Dari pengertian ini kita tahu bahwa manusialah yang membantu mempercepat terjadinya proses erosi. Erosi yang dipercepat ini banyak menimbulkan malapetaka dan kerugian seperti banjir, kekeringan atau turunnya produktivitas tanah.

c. Faktor-Faktor Penyebab Erosi Indonesia merupakan daerah tropis yang lembab dengan curah hujan yang

tinggi, sehingga erosi yang terjadi terutamadisebabkan karena penghanyutan- penghanyutan oleh air hujan (rata-rata curah hujan melebihi 1.500 mm/th). Secara keseluruhan yang berpengaruh terhadap besarnya erosi ada lima faktor yaitu iklim, tanah, bentuk kewilayahan (topografi), tanaman penutup tanah (vegetasi), tindakan campur tangan manusia. (Kartasapoetra, 1991: 36-37)

1) Iklim Faktor iklim yang berpengaruh besar terhadap erosi tanah adlah hujan, temperatur dan suhu. Hujan merupakan faktor yang paling penting, hujan memainkan peranan dalam melalui tenaga pengelupasan dari pukulan butir-butir hujan pada permukaan tanah dan sebagian melalui kontribusinya terhadap aliran. Karakteristik hujan yang mempengaruhi terhadap erosi tanah meliputi jumlah atau kedalaman hujan, intensitas dan lamanya hujan. Jumlah hujan yang besar tidak selalu menyebabkan erosi berat jika intensitasnya rendah dan sebaliknya hujan lebat dalam waktu singkat mungkin juga hanya menyebabkan sedikit erosi karena jumlah hujannya hanya sedikit. Jika

commit to user

jumlah dan intensitas hujan sama-sama tinggi, maka erosi tanah yang terjadi cenderung tinggi.

2) Tanah Menurut Asdak (1995: 451), sifat-sifat tanah yang berperan besar menentukan erodibilitas (mudah-tidaknya tanah tererosi) adalah:

a) Tekstur Tanah Tekstur tanah adalah perbandinga relatif dari tiga besar pertikel tanah dalam suatu massa tanah terutama perbandingan antara fraksi-fraksi lempung (clay), debu (silt) dan pasir (sand) (Darmawijaya, 1990: 163). Tekstur tanah turut menentukan tata air dalam tanah, yaitu berupa kecepatan infiltrasi, penetrasi, dan kemampuan pengikatan air oleh tanah.