Pembangunan Infrastruktur Permukiman dan Kaw

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH
PESISIR DI KECAMATAN DUNGKEK KABUPATEN SUMENEP

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki 17.508 pulau serta garis
pantai sepanjang 81.000 km dan luas laut sekitar 3,1 juta km2. Kawasan pesisir pantai
Indonesia yang memiliki kekayaan sangat besar tersebut harus dijaga kelestariannya dengan
melakukan pemanfaatan fungsi wilayah secara terencana, serasi, seimbang dan bertanggung
jawab dengan memperhatikan aspek kelestarian lingkungan dengan tujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Definisi dari kawasan pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut;
ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih
dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin;
sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses
alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan
oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Soegiarto,
1976; Dahuri et al, 2001).
Sedangkan menurut Naskah Akademik Pengelolaan Wilayah Pesisir (2001),
pengertian dari kawasan


pesisir adalah wilayah pesisir tertentu yang ditunjuk atau

ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan kriteria tertentu, seperti karakteristik fisik, biologi,
sosial,

dan

ekonomi

untuk

dipertahankan

keberadaannya.

Untuk

memudahkan

pembahasannya maka batasan dari kawasan pesisir dalam studi ini dibatasi berdasarkan

batasan administrasi.
Wilayah pesisir merupakan interface antara kawasan laut dan darat yang saling
mempengaruhi dan dipengaruhi satu sama lainnya, baik secara biogeofisik maupun sosial
ekonomi, wilayah pesisir mempunyai karakteristik yang khusus sebagai akibat interaksi
antara proses-proses yang terjadi di daratan dan di lautan. Ke arah darat, wilayah pesisir
meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat
laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut
wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh prosesproses alami yang
Halaman 1

terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh
kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran.
Pengembangan wilayah pada kawasan pesisir sebagaimana pengembangan wilayah
pada kawasan lainnya, tujuan utamanya adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kegiatan ini dilakukan melalui perencanaan pengembangan dalam suatu proses yang
didalamnya terdapat berbagai pendekatan yang harus diperhatikan.
1.2 Rumusan Masalah
Kawasan pesisir di Indonesia pada umumnya belum dikembangkan dengan baik oleh
pemerintah, Hal ini disebabkan setiap pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir dapat
menyebabkan terjadinya perubahan ekosistem dengan skala tertentu. Pemanfaatan dengan

tidak mempertimbangkan prinsip-prinsip ekologi dapat menurunkan mutu lingkungan dan
berlanjut dengan terjadinya kerusakan ekosistem wilayah pesisir yang bersangkutan.
Dengan demikian masalah utama dalam pengelolaan dan pengembangan kawasan
pesisir adalah pemanfaatan ganda terhadap sumberdaya tanpa adanya koordinasi. Oleh
karenanya kawasan pesisir dalam pengelolaannya harus diarahkan kepada pemanfaatan
bermacam sumberdaya wilayah pesisir secara terpadu dan berkesinambungan (sustainable).
1.3 Tujuan
Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui :


Inventarisasi data potensi dan masalah prasarana/sarana bidang permukiman pada
Kawasan pesisir yang dapat dipergunakan sebagai bahan pengendalian dan antisipasi
perkembangan kawasan pesisir

II. GAMBARAN UMUM WILAYAH
2.1 Gambaran Umum Kabupaten
Letak Kabupaten Sumenep yang berada di ujung Timur Pulau Madura merupakan
Wilayah yang unik karena selain terdiri wilayah daratan juga terdiri dari kepulauan yang
tersebar berjumlah 126 pulau (sesuai dengan hasil sinkronisasi luas Kabupaten Sumenep
Tahun 2002). Kabupaten Sumenep terletak diantara 113° 32’ 54" - 116° 16’ 48" Bujur Timur

dan diantara 4° 55’ 00” - 7° 24’ 00” Lintang Selatan (lampiran Peta).
Halaman 2

Gugusan pulau-pulau yang ada di Sumenep, pulau yang paling Utara adalah Pulau
Karamian yang terletak di Kecamatan Masalembu dengan jarak ± 151 mil laut dari Pelabuhan
Kalianget, dan pulau yang paling Timur adalah Pulau Sakala dengan jarak ± 165 miI laut dari
Pelabuhan Kalianget.
Adapun batas wilayah administrasi Kabupaten Sumenep sebagai berikut :





Sebelah Selatan
Sebelah Utara
Sebelah Barat
Sebelah Timur

: Selat Madura
: Laut Jawa

: Kabupaten Pamekasan
: Laut Jawa

Kabupaten Sumenep memiliki wilayah seluas 2.093.457573 km222, terdiri dari luas
daratan 1.146,93 km (54,79%) dan luas kepulauan 946,53 km2 (45,21%) sedangkan luas
wilayah perairan Kabupaten Sumenep ± 50.000 km. Secara admihistrasi Kabupaten Sumenep
terbagi menjadi 27 kecamatan, 18 Kecamatan Daratan, serta 9 Kecamatan Kepulauan. Dari
27 kecamatan terbagi menjadi 4 kelurahan dan 328 desa, yang terdiri dari 242 desa di
daratan dan 86 desa di kepulauan.

Halaman 3

Halaman 4

Wilayah Kabupaten Sumenep secara umum berada pada ketinggian 0 - 500 meter dpl
dengan luas 208.697,40 Ha atau sekitar 99,72 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten
Sumenep, sisanya pada ketinggian 500 - 1.000 meter dpl dengan luas hanya 578,42 Ha atau
sekitar 0,28 %.
Jumlah penduduk Kabupaten Sumenep pada tahun 2013 terbanyak berada di
Kecamatan Sumenep yaitu sebesar 70.722 jiwa. Dan apabila dikaitkan dengan luas

wilayahnya, Kecamatan Sumenep sebagai Ibukota Kabupaten mempunyai angka kepadatan
penduduk tertinggi yaitu 2.541 jiwa/km2.
Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk di Kabupaten Sumenep dapat
dilihat pada tabel dan peta
Tabel 1 Jumlah Penduduk Kabupaten Sumenep Tahun 2013
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

15.
16.
17.
18
19.
20.
21.
22.
23.
24.

Kecamatan
Pragaan
Bluto
Saronggi
Giligenting
Talango
Kalianget
Sumenep
Batuan

Lenteng
Ganding
Guluk-guluk
Pasongsongan
Ambunten
Rubaru
Dasuk
Manding
Batuputih
Gapura
Batang-batang
Dungkek
Nonggunong
Gayam
Raas
Sapeken

Jumlah
Penduduk
(Jiwa)

64.940
47.297
36.836
24.053
41.275
41.002
70.722
11.730
61.444
38.242
52.915
46.828
39.601
37.861
30.060
28.170
43.929
38.362
53.835
38.043

14.488
35.148
35.729
40.206

Luas
(Km2)
57,84
51,25
67,71
30,32
50,27
30,19
27,84
27,10
71,41
53,97
59,57
119,03
50,54

84,46
64,50
68,88
112,31
65,78
80,36
63,35
40,08
88,40
38,90
201,89

Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Km2)
1.123
923
544
794
822
1.359
2.541
434
861
709
889
394
784
449
467
409
392
584
670
601
362
398
919
200
Halaman 5

25.
26.
27.

Arjasa
Kangayan
Masalembu
Jumlah
2.2 Gambaran Umum Kecamatan

61.447
21.930
23.229
1.079.322

241,99
204.,68
40,85
2.093,47

254
108
569
516

Kecamatan Dungkek mempunyai luas total wilayah 63,35 km 2 yang berarti 3,03% dari
luas Kabupaten Sumenep. Jumlah Desa di Kecamatan Dungkek sebanyak 15 desa dan 11 desa
di antaranya merupakan desa pesisir yaitu antara lain Jadung, Romben Barat, Romben Rana,
Romben Guna, Bicabbi, Dungkek, Lapa laok, Lapa daya, Lapa taman, Bancamara, dan Banraas.
Secara administrasi wilayah Kecamatan Dungkek dibatasi oleh :





Sebelah Utara
Sebelah Selatan
Sebelah Timur
Sebelah Barat

: Laut Jawa
: Laut Jawa
: Laut Jawa
: Kecamatan Gapura.

Kondisi Topografi di Kecamatan Dungkek dapat dillihat dari ketinggian dan kemiringan
Halaman 6

lahan. Kemiringan lahan merupakan salah satu faktor penting yang perlu dilihat dalam aspek
topografi, karena beberapa peruntukan lahan memerlukan persyaratan kemiringan lahan.
Secara umum kecamatan ini berada pada ketinggian antara 0-55 meter di atas permukaan
laut. sedang tingkat kemiringan lahannya bervariasi antara 0 - > 30%.
Penggunaan lahan di Kecamatan Dungkek di dominasi oleh Tanah Ladang dan kebun,
masing-masing 3.432Ha dan 1.040Ha, dimana komoditas utama di wilayah ini adalah
perkebunan kelapa dan siwalan.
Penggunaan lahan lainnya adalah permukiman dengan 828 Ha, Sawah Tadah Hujan
802 Ha, Belukar 149 Ha, Empang/Tambak 109 Ha, Sawah Irigasi 16 Ha, untuk lebih jelasnya
dapat diperhatikan pada Tabel berikut.
Tabel 2 Penggunaan Lahan di Kecamatan Dungkek
No

Penggunaan Lahan

Luas
(Ha)

1
Permukiman
828
2
Sawah Tadah Hujan
802
3
sawah Irigasi
16
4
Tanah Ladang
3432
5
Rumput
14
6
Penggaraman
7
7
Pasir Pantai
5
8
Pasir Darat
29
9
Kebun
1040
10 Empang
109
11 Belukar
149
12 Air Tawar
11
Sumber : Kecamatan Dungkek Dalam Angka Th. 2012
Data kependudukan terakhir Kecamatan Dungkek di tahun 2014, jumlah penduduk
pada 15 desa adalah 36.221 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki adalah 16.947 jiwa dan
perempuan 19.274 jiwa. Dimana dengan jumlah penduduk terbesar berada di Desa
Bancamara dengan jumlah 4.845 jiwa, atau 13,38% dari jumlah penduduk Kecamatan
Dungkek, sedangkan jumlah penduduk terkecil berada di Desa Bunginbungin yaitu sejumlah
314 jiwa atau 0,87 % dari jumlah penduduk Kecamatan Dungkek.

Halaman 7

Tabel 3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Dungkek 2013
Luas
No
Desa
Wilayah
(Km)
1
Bancamara
4845
5,15
2
Banraas
3629
4,00
3
Bicabi
2893
3,80
4
Bunginbungin
314
2,57
5
Bunpenang
1331
5,17
6
Candi
2349
4,40
7
Dungkek
3807
3,53
8
Jadung
2865
6,23
9
Lapa daya
875
4,27
10 Lapa laok
2322
3,88
11 Lapa taman
1807
6,78
12 Rombenbarat
1516
1,32
13 Rombenguna
3861
4,49
14 Rombenrana
1515
1,27
15 tTamansare
2292
6,49
JUMLAH
36221
63,35
Sumber : Kecamatan Dungkek Dalam Angka Tahun 2014
Jumlah
Penduduk (jiwa)*

Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Km)
941
907
761
122
257
534
1.078
460
205
598
267
1.148
860
1.193
353
572

Jumlah penduduk Kecamatan Dungkek berdasarkan kelompok pekerjaan lebih banyak
di dominasi di bidang pertanian. Hal ini sesuai dengan dominasi penggunaan lahannya yaitu
untuk kegiatan pertanian.
Selain itu jika melihat letak Kecamatan Dungkek yang berbatasan langsung dengan
selat Madura dan Laut Jawa, maka tumpuan hidup masyarakatnya di wilayah pesisir pasti
akan cendrung untuk kegiatan perikanan, yaitu nelayan.
Banyak masyarakat Kecamatan Dungkek yang memiliki profesi ganda, antara nelayan,
peternak dan petani, hal tersebut dipengaruhi oleh keadaan musim atara berlaut maupun
bercocok tanam, dan kebiasaan masyarakat Dungkek sendiri memiliki hewan ternak berupa
sapi maupun kambing.

Halaman 8

Tabel 4 Jumlah Penduduk berdasarkan Kelompok Pekerjaan Kec. Dungkek 2014
Jenis Mata Pencaharian
NO

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

DESA

Pemerintah
an

Industri

Konstruk
si

JADUNG
21
ROMBEN BARAT
21
ROMBEN RANA
19
ROMBEN GUNA
19
BICABBI
22
1
DUNGKEK
60
24
LAPA LAOK
20
1
LAPA DAYA
19
LAPA TAMAN
21
1
BUNGIN-BUNGIN
15
BUNPENANG
20
TAMAN SARE
21
4
CANDI
23
BANCAMARA
15
1
BANRA AS
18
JUMLAH
334
30
2
Sumber : : Kecamatan Dungkek Dalam Angka Tahun 2014

Swasta

Wiraswas
ta

Perdagang
an

54
22
15
147
128
277
249
21
207
65
19
43
236
29
9
1521

129
87
25
77
141
150
134
84
119
23
82
137
157
187
114
1646

23
10
19
22
31
91
12
12
12
9
15
22
29
35
32
374

Pertanian/
Jasa
Peternaka
Kemasyarakat
n/Perikan
an
an
996
12
349
9
607
11
419
36
341
42
1189
32
413
15
254
5
250
47
54
11
549
8
816
22
601
41
858
7
760
6
8456
304

Lainnya
360
419
281
254
702
404
441
72
195
14
87
126
327
165
260
4107

Halaman 9

2.3 Kondisi Eksisting
Fasilitas Perumahan
Berdasarkan data BPS Sumenep diketahui jumlah rumah di Kecamatan Dungkek
berjumlah 11.680 unit dengan dominasi berjenis rumah tembok.
Tabel 5 Jenis dan Jumlah Rumah Kec. Dungkek Tahun 2014
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Desa / Kelurahan
Bancamara
Banraas
Bicabi
Bungin Bungin
Bunpenang
Candi
Dungkek
Jadung
Lapa Daya
Lapa Laok
Lapa Taman
Romben Barat
Romben Guna
Romben Rana
Taman Sare
Jumlah

Jenis Rumah (Unit)
Permanen
Non Permanen
858
78
824
76
867
63
84
53
556
81
714
53
1267
40
911
46
260
53
939
52
744
66
519
75
778
352
452
62
674
83
10447
1233

Jumlah Rumah
(Unit)
936
900
930
137
637
767
1307
957
313
991
810
594
1130
514
757
11680

Sumber : Kecamatan Dungkek Dalam Angka 2014
Fasilitas Pendidikan
Jenis fasilitas pendidikan yang terdapat di wilayah Kecamatan Dungkek sampai
dengan tahun 2014 sudah cukup lengkap yaitu dari tingkat TK sampai dengan tingkat
SMA/sederajad, dengan kategori Negeri maupun Swasta.
Tabel 6 Jumlah Fasilitas Sekolah Kec. Dungkek 2013
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Desa / Kelurahan
Bancamara
Banraas
Bicabi
Bungin Bungin
Bunpenang

TK
-

Pendidikan
SD
SMP
7
4
3
1
1
2
-

SMU
1
-

Halaman 10

6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

Candi
Dungkek
Jadung
Lapa Daya
Lapa Laok
Lapa Taman
Romben Barat
Romben Guna
Romben Rana
Taman Sare
Jumlah

1
1
1
1
4

3
3
4
2
3
2
1
3
1
3
42

1
1
1
1
5

1
1
1
4

Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan di Kecamatan Dungkek cukup memadai, dengan adanya
puskesmas, puskesmas pembantu, poskesdes, , praktek dokter, praktek bidan, dan praktek
mantri kesehatan.
Pada umumnya masyarakat telah memanfaatkan keberadaan fasilitas Kesehatan
tersebut, namun biasanya masyarakat lebih sering berobat di Puskesmas yang terdapat di
IKK Kecamatan, yaitu desa Dungkek, dengan asumsi ketersediaan tenaga medis dan alat
medis lebih lengkap.
Transportasi
a. Prasarana Jalan
Keberadaan prasarana jalan di Kecamatan Dungkek sangat mempengaruhi
pergerakan orang dan barang baik kedalam maupun keluar kecamatan. Selain itu,
keberadaan prasarana jalan tersebut juga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi wilayah setempat.
Dari data terakhir pada tahun 2013, panjang seluruh jalan di Kecamatan Dungkek
yaitu sepanjang 88,78 km dimana klasifikasi jalan yang terdapat di wilayah ini hanya jalan
kabupaten dan jalan desa, dengan panjang jalan kabupaten 48,57 km, dan jalan desa
40,21 km. Untuk jelasnya mengenai jalan dan kondisinya di wilayah studi dapat di lihat
pada tabel dan grafik berikut.
Tabel 7 Kondisi Jalan di Kec. Dungkek 2013
No.
1.
2.

Klasifikasi Jalan
Jalan kabupaten
Jalan Desa
Jumlah

Baik
42,12
12,40
54,52

Kondisi Jalan
Sedang
Rusak Ringan
5,82
0,63
20,10
4,71
25,92
5,34

Rusak Berat
3,00
3,00
Halaman 11

b. Sarana Transportasi
Terdapat 2 macam sarana transportasi di wilayah Kecamatan Dungkek, yaitu alat
transportasi darat yang didominasi oleh sepeda motor dan alat transportasi laut.
Adanya alat transportasi laut karena keberadaan kecamatan lain yang berada disisi
timur Kecamatan Dungkek dan terpisah oleh laut.
Gambar

disamping

transportasi

laut,

menunjukaan
untuk

melayani

kebutuhan dalam Kecamatan Dungkek,
mengingat

kecamatan

ini

memiliki

daratan kepulauan yaitu pulau gili iyang,
dimana

kehidupan

sehari-hari

masyarakat pulau Gili Iyang menuju ke
Kecamatan Dungkek, baik sebagai profesi pekerjaan, pendidikan maupun keperluan
hidup sehari-hari.
c. Sarana Prasana Permukiman
Bidang perumahan
Perumahan di Kecamatan Dungkek dibangun mengikuti jalan utama dan
sebagian besar pola permukimannya dibangun berdekatan dengan perkebunan atau
pertanian miliknya dengan berklaster-klaster ikatan keluarga. Jumlah rumah di
Kecamatan Dungkek menurut data adalah sebesar 11.680 unit dengan jumlah penduduk
36.222 jiwa, maka dapat diasumsikan bahwa 1 unit rumah dihuni oleh 3 jiwa.
Air Bersih
Masyarakat Kecamatan Dungkek memenuhi kebutuhan air bersih menggunakan
sumur bor secara perorangan maupun kelompok. Untuk wilayah pesisir di Kec. Dungkek
air yang diperoleh dari sumur bor adalah air payau sehingga tidak dapat digunakan
sebagai air minum. Bagi masyarakat yang ekonominya cukup, biasanya menggunakan
sumur bor di wilayah daratan yang bukan pesisir untuk kemudian dialirkan mengguakan
pipa ke rumahnya. Saat ini yang dirasa membutuhkan air bersih yaitu di kepulauan gili
iyang, dimana diwilayah tersebut sangat kekurangan air bersih.

Halaman 12

Tabel 8 Jumlah rumah dan sarana air bersih Kec. Dungkek
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

Desa / Kelurahan
Bancamara
Banraas
Bicabi
Bungin Bungin
Bunpenang
Candi
Dungkek
Jadung
Lapa Daya
Lapa Laok
Lapa Taman
Romben Barat
Romben Guna
Romben Rana
Taman Sare
Jumlah

Sarana Air Bersih (Unit)
Sumur
Non Sumur
239
697
294
606
199
731
72
65
195
442
193
574
539
768
201
756
148
165
427
564
236
574
105
489
389
741
113
401
173
584
3523
8157

Persampahan
Persampahan di Kecamatan Dungkek belum diolah dengan cukup baik,
masyarakat hanya membakar dan menimbun sampah. Komposisi terbesar sampah
adalah ranting pohon dan dedaunan. Tidak jarang sampah yang mereka kumpulkan
khususnya ranting pohoh dapat dijual kembali, dijadikan bahan bakar untuk pengolahan
industri siwalan dan kerupuk yang diproduksi skala rumah tangga. Akan tetapi, terdapat
titik-titik dimana tumpukan sampat terlihat seperti yang terlihat di pelabuhan, Pasar
Induk Dungkek, dan terminal menuju pelabuhan, sampah-sampah tersebut kemudian
dibuang begitu saja ke pantai.
Drainase
Drainase yang ada di wilayah Kecamatan Dungkek relatif baik, karena daya resap
yang cukup dan terdapatnya saluran drainase walaupun belum merata di seluruh
kawasan. Masih adanya saluran drainase yang tertutup pasir maupun sampah
menyebabkan terjadinya genangan ketika terdapat limpasan air hujan, meskipun hanya
berlangsung sekitar 3 jaman.

Halaman 13

III. PEMBAHASAN
Ditinjau dari letaknya, Kecamatan Dungkek yang terdiri dari 15 desa mempunyai
kawasan pesisir sebanyak 11 desa, yaitu dari :
1.

Desa Jadung.

2.

Desa Romben Barat.

3.

Desa Romben Rana.

4.

Desa Romben Guna.

5.

Desa Bicabi.

6.

Desa Dungkek

7.

Desa Lapa Laok

8.

Desa Lapa Daya

9.

Desa Lapa Taman

10.

Desa Bancamara

11.

Desa Banraas.
Kecamatan Dungkek mempunyai total luas wilayah 63,35 km2, dari luas wilayah

tersebut 44,69 km2 merupakan wilayah kawasan pesisir dengan persentase perbandingan
antara kawasan pesisir dan non pesisir 70% banding 30%.
3.1 Rencana Pengembangan Kawasan berdasarkan Pendekatan Kebijakan
Salah satu misi dari Pemerintah Daerah Jawa Timur dan Kabupaten Sumenep adalah
mengoptimalkan

pemanfaatan

pengembangan

keanekaragaman

sumberdaya

alam

pemanfaatan

dan

buatan

sumberdaya

diarahkan

alam

dan

pada
buatan;

pengembangan energi; pendayagunaan sumberdaya alam, pendayagunaan sumberdaya
alam tak-terbarukan; pengembangan potensi sumberdaya kelautan; serta penanganan
kebencanaan. Untuk menjalankan misi ini, maka salah satu kebijakan yang ditempuh adalah
mengarahkan pembangunan pada sektor kelautan dan perikanan.
Pengembangan potensi sumberdaya kelautan diarahkan pada pola pembangunan
berkelanjutan berdasarkan pengelolaan sumberdaya laut berbasiskan ekosistem, yang
meliputi aspek-aspek sumberdaya manusia dan kelembagaan, ekonomi, lingkungan hidup,
sosial budaya, dan teknologi. Agenda terhadap arah kebijakan dimaksud, meliputi :

Halaman 14

1.

Pengelolaan sumberdaya pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil secara efisien, dan lestari
berbasis masyarakat.

2.

Pengelolaan dan pengembangan kawasan konservasi laut, dan rehabilitasi habitat
ekosistem yang rusak seperti terumbu karang, hutan mangrove, padang lamun, dan
estuaria.

3.

Peningkatan dan penguatan peranan sumberdaya manusia beserta kelembagaannya
di bidang kelautan.

4.

Pengembangan ekonomi kelautan secara sinergis, optimal, dan berkelanjutan.

5.

Optimalisasi pemanfaatan sumber kekayaan laut secara berkelanjutan.

6.

Peningkatan kesejahteraan keluarga miskin di kawasan pesisir.

7.

Peningkatan keselamatan, mitigasi bencana pesisir dan pencemaran laut.
3.1.1 Kebijakan Struktur Ruang Kecamatan Dungkek
Fungsi Kecamatan Dungkek berdasarkan Sistem Perkotaan di Kabupaten Sumenep

adalah PPK yaitu Pusat Pegiatan Lokal, dengan fungsi pelayanan adalah pemerintahan
kecamatan, perdagangan dan jasa, pendidikan, kesehatan, pariwisata, perikanan, pertanian
dan pengembangan permukiman perkotaan.
Untuk Kawasan Perkotaan Kecamatan Dungkek berada di Desa Dungkek dan Desa
Lapa Laok, sedangkan perdesaannya meliputi desa Jadung, Romben Barat, Romben Rana,
Romben Guna, Bicabi, Lapadaya, Lapataman, Bungin-bungin, Bunpenang, Tamansare, Candi,
Bancamara dan desa Banraas.
3.1.2 Kebijakan Pengembangan Infrastruktur Wilayah
Kabupaten Sumenep termasuk bagian dari pengembangan wilayah Madura dan
kepulauan yang memiliki peran penting dalam skala nasional dan regional. Dengan demikian
pengembangan Kabupaten Sumenep sangat berkaitan dengan berbagai pengembangan
infrastruktur pendukungnya yang meliputi :
a. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Transportasi Jalan Raya
1) Pengembangan jalan dalam mendukung pertumbuhan dan pemerataan wilayah, dapat
dicapai melalui strategi :
 Pengembangan jalan penghubung perdesaan dan perkotaan;
 Pengembangan jalan arteri primer yang melalui Kecamatan Pragaan, Bluto, Saronggi,
Halaman 15

Sumenep, Kalianget (sebelah Timur), Mandong, Dasuk, Ambunten, dan Pasongsongan
(sebelah Utara).
 Berdasarkan hal tersebut, pengembangan jalan provinsi / kolektor primer di wilayah
Sumenep meliputi ruas-ruas jalan : Kecamatan / Perkotaan Dungkek dan Pantai
Lombang – Kecamatan / Perkotaan Batang-batang – Kecamatan / Perkotaan Gapura –
Kecamatan / Perkotaan Sumenep – Kecamatan / Perkotaan Manding – Kecamatan /
Perkotaan Dasuk – Kecamatan / Perkotaan Ambunten – Kecamatan / Perkotaan
Pasongsongan menuju ke arah barat
 Pengembangan jalan lokal primer pada semua jalan penghubung utama antar
kecamatan dan penghubung dengan fungsi utama di Kabupaten Sumenep yang tidak
terletak di jalan arteri maupun kolektor;
2) Pengembangan infrastruktur pendukung pertumbuhan wilayah berupa terminal, dapat
dicapai melalui strategi :
 Peningkatan infrastruktur pendukung dan pelayanan terminal yang memadai;
 Peningkatan terminal utama tipe A (terminal Arya Wiraraja) di Perkotaan Sumenep;
 Pengembangan terminal tipe C di terminal cargo/kolor, terminal Batuan, Terminal
Pamolokan, Terminal Bangkal, Terminal Dungkek, terminal Kalianget, Terminal Talango
dan terminal Ambunten.
3) Pengembangan infrastruktur permukiman pendukung pengembangan wilayah
Kecamatan Dungkek
Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya kawasan pesisir
Kecamatan Dungkek, maka perlu dikembangkan infrastruktur permukiman yang telah
ada, terutama untuk pelayanan air bersih, perbaikan di sektor persampahan dengan
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan dan membuang
sampah pada tempatnya untuk mengantisipasi kekumuhan pada permukiman kawasan
pesisir, serta merawat jalur drainase yang sudah ada.
3.2 Penentuan Kawasan Pesisir Potensial di Kecamatan Dungkek
Dalam pembahasan sektor potensial, haruslah selaras dengan paradigma ekonomi
pembangunan, dikatakan selaras jika sektor potensial tersebut memenuhi 2 hal berikut,
yaitu merupakan sektor yang benar-benar dirasa mengubah dalam mensejahterakan
masyarakat lokal setempat, dan sektor tersebut berbasis sumber daya domestik.

Halaman 16

Pada dasarnya kegiatan pembangunan semestinya ditujukan dan dilakukan oleh
masyarakat lokal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan yang
memerlukan penyesuaian dengan kapasitas dan keadaan lingkungan sumberdayaalamnya.
Dengan demikian,pendekatan pembangunan di masa sekarang dan di masa datang adalah
pembangunan ekonomi yang berbasis komunitas lokal ( Local Community-Based Economy ).
Pembangunan yang berbasis sumberdaya domestik ( Domestik Resource-Based
Economy ). Reorientasi pendekatan pembangunan saat ini memerlukan diterapkannya
pendekatan pembangunan wilayah yang berbasis sumberdaya domestik.Sumberdaya
domestik yang dimaksud mencakup sumber daya dalam pengertian yang luas mencakup
sumberdaya fisik-alam, sumberdaya manusia, sumberdaya buatan, dan sumberdaya sosial.
Dengan demikian pengembangan sektor kawasan pesisir haruslah benar-benar
didasarkan atas potensi alam domestik, sumberdaya manusia lokal, beserta hasil-hasil
pembangunan lokal selama ini termasuk ketersediaan infrastruktur

fisik dan sosial

(kelembagaan) domestik yang ada.
Sektor potensial yang akan dipergunakan dalam studi kawasan pesisir Kecamatan
Dungkek merupakan ekonomi penggerak wilayah setempat, yaitu dari :
1.

Perikanan

2.

Perkebunan.

3.

Peternakan.

4.

Home industry (gula siwalan dan krupuk)

Identifikasi kawasan pesisir prioritas di Kecamatan Dungkek ditentukan berdasarkan
atas beberapa faktor meliputi pola pendekatan faktor-faktor pendorong terhadap
perkembangan sebuah kawasan sebagai pusat bagi kutub pertumbuhan wilayah-wilayah
yang ada di sekitarnya. Sebagaimana diketahui sebuah wilayah dikatakan sebagai kutub
pertumbuhan bagi wilayah-wilayah sekitarnya apabila kawasan tersebut memiliki karakter
wilayah yang lebih maju dibandingkan dari kawasan–kawasan lain yang ada di sekitarnya dan
memiliki aspek potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, tingkat pelayanan sarana
prasarana wilayah dan memiliki tingkat aksesbilitas yang yang lebih baik dalam sebuah
sistem kewilayahan. Memandang sebuah wilayah yang dikatakan sebagai pusat dari kutub
pertumbuhan pada suatu kawasan yang meliputi faktor-faktor tersebut di atas, maka titik

Halaman 17

tolak penilaian dari tingkat kemajuan kawasan dalam pemilihan lokasi Kawasan pesisir
terpilih di Kecamatan Dungkek adalah :
1.

Mempunyai potensi SDM

2.

Mempunyai Kawasan sebagai lokasi yang memiliki aksesbilitas tertinggi dari sub
wilayah (desa) lainnya dalam satu wilayah kawasan pesisir di sekitarnya

3.

Memiliki tingkat intensitas kegiatan dan fasilitas penunjang perkembangan kawasan.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut diatas, kawasan pesisir prioritas di Kecamatan

Dungkek terdapat di Desa Dungkek dan Lapa Laok.
3.3 Identifikasi Potensi dan Masalah Wilayah Pesisir Prioritas Kecamatan Dungkek
Kecamatan Dungkek merupakan salah satu sentral kegiatan perekonomian dari
sektor perikanan dan kelautan bagi Kabupaten Sumenep, sehingga demi kelangsungan
kegiatan tersebut disediakan PPI (Pangkalan Pendaratan Ikan) Dungkek yang terletak
disebelah selatan kecamatan Dungkek atau tepat digaris perbatasan antar Desa Dungkek dan
Desa Lapa Laok. Wilayah laut Kecamatan Dungkek menyimpan banyak potensi terutama
pada basis perikanan yang saat ini masih belum dikelola dan dimanfaatkan secara optimal.
Adapun jenis-jenis ikan hasil laut diwilayah Kecamatan Dungkek meliputi : Layur, tongkol,
layang, lemuru, selar, cakalang, udang rebon, cucut, tuna, manyung, kakap, kerapu dan
udang barong.
Selain itu potensi yang ada dikawasan pesisir Khususnya terdapat Pelabuhan Negara dan
rakyat sehingga mudah terjangkau, transportasi umum menuju desa dan pelabuhan yang
ada di Dungkek dan ke Lapa Laok tersedia namun pelur adanya peremajaan angkutan untuk
lebih baik.
Umumnya hasil tangkap laut langsung dijual kepada pembeli manapun di PPI
Dungkek. Jikapun tidak terjual maka hasil tangkapan laut tersebut akan diolah lebih lanjut
untuk diproduksi menjadi kerupuk, petis, terasi, dan lain-lain. Disamping itu, wilayah desa
Dungkek dan Lapa Laok masih memiliki potensi

tinggi yaitu produksi hasil perikanan

berkualitas ekspor yang potensial untuk dibudidayakan. Potensi berkualitas ekspor tersebut
adalah "Terasi" yang telah dikemas serta siap masak/saji, kerupuk ikan, ikan asin dan lainlain. Umumnya penduduk yang tidak bekerja sebagai nelayan akan bekerja pada bidang
industri kecil pengolahan hasil perikanan.

Halaman 18

Belum optimalnya pemanfaatan hasil laut selama ini, karena aktifitas nelayan yang
tersebar di 2 Desa pesisir utama yaitu Desa Dungkek dan Desa Lapa Laok masih
mengandalkan peralatan dan alat tangkap tradisional seperti payang, gill net, trammel net
dan pancing perawe. Karena itu, sebagian besar nelayan menggantungkan hidupnya sebagai
nelayan degan hanya bisa melaut jika saat gelombang pantai dan cuaca 'bersahabat'.
Beberapa masalah yang terdapat di kawasan pesisir Kecamatan Dungkek, yaitu :


Nelayan masih memakai alat tangkap tradisional, karena sulitnya adanya bantuan
sehingga hasil tangkap relative sedikit dibandingkan dengan nelayan dari luar
Kecamatan Dungkek yang menggunakan peralatan yang lebih modern.



Belum adanya penataan parkir perahu, sehingga sering terjadi masalah atau keributan
antara nelayan local dengan nelayan tendon karena berebut tempat parkir.



Banyak lahan masyarakat pesisir yang terkikis laut, dikarenakan belum optimalnya
tembok penahan yang kuat .

3.4 Identifikasi Potensi dan Masalah Sarana dan Prasarana Bidang Permukiman
Air Bersih
Identifikasi potensi sarana dan prasarana air bersih meliputi :


Jumlah rumah yang telah memiliki sumur yaitu 3.523 unit atau 30,16 %
dari rumah yang ada.



Kedalaman air tanah relatif dangkal yaitu antara 5 – 10 meter, dengan
kualitas air yang relative baik, kecuali disepanjang pesisir.

Sarana Drainase
Identifikasi potensi sarana dan prasarana drainase meliputi :


Luas area resapan air hujan masih sangat luas, karena sebagian besar
lahan sekitar 80% masih merupakan lahan terbuka.



Kondisi topografi memungkinkan untuk menerapkan sistem aliran secara
gravitasi sehingga memudahkan dalam mengatur arah aliran air hujan.



Terdapat sungai alam yang masih dapat menampung limpasan air hujan
yang mengalir pada selokan/saluran drainase.

Sarana Sanitasi
Halaman 19

Identifikasi potensi sarana dan prasarana sanitasi meliputi :


Tersedianya lahan pekarangan yang cukup luas pada setiap rumah sangat
memudahkan penduduk untuk membuat jamban keluarga.



Dari 11.680 unit rumah yang ada 2.489 rumah telah memiliki jamban,
walaupun tidak semuanya menggunakan sistem leher angsa, terdapat
pula yang masih menggunakan sistem cubluk.

Sarana Jalan Lingkungan
Identifikasi potensi sarana dan prasarana jalan, meliputi :


Jalan di wilayah Kecamatan Dungkek yang telah diaspal sepanjang 10,6
Km dengan lebar jalan yang ada berkisar antara 3 - 5 meter.



Untuk jalan makadam sepanjang 12,2 km sehingga memudahkan untuk
pengaspalan.

Sarana Perumahan
Identifikasi potensi sarana dan prasarana perumahan, meliputi :


Jumlah rumah yang ada 11.680 unit, sedangkan jumlah penduduk
berjumlah 36.222 jiwa sehingga tingkat hunian hanya 3- 4 jiwa/unit.



Pola pemukiman yang ada adalah linier disepanjang jalan terutama jalanjalan utama.



Sebagian besar jenis rumah yang ada adalah rumah permanen yaitu
berjumlah 10.447 unit atau 89,44 %.

Sarana Persampahan
Identifikasi potensi sarana dan prasarana persampahan meliputi:


Tersedianya lahan terbuka yang masih cukup luas di masing-masing
rumah warga memungkinkan masyarakat untuk mengelola sampah rumah
tangga di lahan pekarangannya sendiri-sendiri secara on-site (ditumpuk,
dibakar, ditimbun).



Masih dominannya sampah alami seperti daun-daunan, kulit buah dan
sayur sangat memungkinkan untuk dijadikan bahan pembuatan pupuk
Halaman 20

kompos.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil identifikasi potensi dan permasalahan sarana dan prasarana
permukiman yang terdapat pada desa-desa pesisir prioritas di Kecamatan Dungkek, maka
untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan sosial ekonomi dikawasan pesisir
diperlukan perluasan sarana dan prasarana kawasan. Program sarana prasarana
permukiman yang dapat dikembangkan di Kecamatan Dungkek diantaranya adalah sebagai
berikut :
1.

Sarana Perumahan dan Jalan Lingkungan
-

Perbaikan rumah dari non permanen (RTLH) menjadi permanen.

-

Pembuatan rumah permanen/rumah sehat bagi Kepala Keluarga yang
belum memiliki tempat tinggal.

2.

Perbaikan jalan atau peningkatan kualitas perkerasan jalan.
Sarana Air Bersih

-

Bantuan penambahan prasarana air bersih berupa sumur gali bagi Kepala
Keluarga yang belum memperoleh pelayanan air bersih.

3.

Sarana Sanitasi
-

Menambah jamban keluarga untuk rumah-rumah yang belum memiliki
prasarana sanitasi tersebut.

-

Menambah pembangunan sanimas di kelompok pemukiman

-

Penambahan kran umum/Tandon untuk sistem perpipaan dari Wslick.

4.

Sarana Persampahan
Sistem persampahan pada kawasan pesisir hingga saat ini belum menggambarkan
permasalahan yang serius sehingga pada pengembangan selanjutnya hanya memerlukan
pengelolaan sistem yang selama ini telah ada sebagai upaya penyehatan terhadap
lingkungan sekitar.
Berikut ini adalah beberapa bentuk pengelolaan sampah yang dapat dilakukan di desa
kawasan pesisir prioritas yaitu:
a.

Ditanam (LandFill), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang di tanah
kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah.
Halaman 21

b. Dibakar, yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar dan hal ini dapat
dilakukan perorangan.
c.

Dijadikan pupuk (Composting), yaitu pengelolaan sampah organik menjadi pupuk
tanaman yang dapat dipakai sendiri untuk pertanian, dalam pengelolaan sampah
jenis ini memerlukan lahan yang jauh dari permukiman penduduk.

d. Penyediaan TPS untuk kawasan pelabuhan, TPI dan pasar.
Selain itu juga perlu diperhatikan hal-hal lain yang dapat untuk dijadikan sebagai
rekomendasi dalam pelaksanaan pembangunan untuk wilayah pesisir di Kecamatan Dungkek
Kabupaten Sumenep, yaitu sebagai berikut :
1. Penerapan

peraturan

secara

konsisten

demi

menjaga

keberlangsungan

perkembangan wilayah pesisir di Kecamatan Dungkek Kabupaten Sumenep serta
melibatkan peran semua stakeholder (pelaku).
2. Peningkatan kapasitas kelembagaan dari tingkatan desa hingga tingkat kecamatan
melalui pelatihan-pelatihan ataupun sosialisasi-sosialisasi pengelolaan wilayah
pesisir terutama dari sektor perikanan dan kelautan.
3. Peningkatan kualitas taraf hidup masyarakat wilayah pesisir, terutama mengenai Pola
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) untuk dewasa maupun anak-anak
4. Menjaga dan melestarikan keseimbangan lingkungan wilayah pesisir demi
keberlanjutan (kontinyuitas) ekosistem melalui pengendalian lingkungan wilayah
pesisir. Adapun aspek-aspek yang perlu menjadi point utama untuk dikendalikan
adalah sebagai berikut.
a. Kerusakan Lingkungan Perumahan
b. Kualitas Air Laut
c. Kerusakan Terumbu Karang
d. Kerusakan Ekosistem Mangrove
e. Pengendalian Bangunan Bermasalah
Sektor ekonomi perikanan merupakan sektor ekonomi basis dari wilayah Desa
Dungkek dan Desa Lapa Laok. Sehingga ekonomi perikanan merupakan potensi dan
kontribusi terbesar bagi wilayahnya. Hampir sebagian besar hasil tangkapan ikan laut di
kawasan pesisir Desa Dungkek dan Desa Lapa Laok dijual langsung dalam bentuk segar untuk

Halaman 22

diolah di tempat lain. Hanya sebagian kecil ikan hasil tangkapan yang dilakukan pengolahan
seperti : pemindangan, pengasinan dan diproduksi menjadi kerupuk dan terasi.
Jenis ikan yang diolah ini pun merupakan ikan yang nilai jualnya tidak begitu tinggi
atau ikan yang merupakan hasil sampingan dari target penangkapan. Dengan tersedianya
potensi ikan laut di wilayah pantai Selatan Kabupaten Sumenep yang belum dimanfaatkan
secara optimal, maka di masa mendatang produksi tangkapan ikan laut tentunya dapat
ditingkatan semaksimal mungkin.
Meningkatnya hasil tangkapan ikan laut ini harus disertai adanya kegiatan
penanganan dan pengolahan ikan yang secara keseluruhan diharapkan dapat memberikan
dampak peningkatan kesejahteraan masyarakat dan perekonomian wilayah Kecamatan
Dungkek pada umumnya dan wilayah Desa Dungkek dan Desa Lapa Laok pada khususnya
Dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan pesisir, pembangunan infrastruktur
permukiman dalam rangka pengembangan wilayah pesisir seharusnya tidak akan merusak
lingkungan/ekosistem yang sudah ada, akan tetapi justru ikut serta dalam mengendalikan
perkembangan yang akan merusak kawasan pesisir.

Halaman 23

Halaman 24