Scrap 1 bidang politik dan ekonomi

Scrap 1 bidang politik dan ekonomi
Ciri-Ciri Pokok Kebijakan Pemerintah Orde Baru, Lengkap!
Ciri--ciri pokok kebijakan pemerintah pada masa orde baru yaitu
melaksanakan pembangunan disegala bidang, mengadakan penataran P-4,
mencanangkan pancasila sebagai asas tunggal, adanya dwifungsi ABRI, dan
politik sentralisasi. Untuk lebih jelasnya silahkan simak pembahasannya
berikut ini.
1. Melaksanakan Pembangunan di Segala Bidang
Pemerintah Orde Baru giat melaksanakan pembangunan di segala bidang.
Pelaksanaan Pembangunan tersebut terbagi dalam dua tahap yaitu
Pembangunan Jangka Panjang Tahap Pertama (PJPT I) dan Pembangunan
Jangka Panjang Tahap Kedua (PJPT II).
Dalam setiap tahapan terbagi menjadi lima Pelita. PJPT I dimulai dengan Pelita
I (1 April 1969) sampai dengan Pelita V (31 Maret 1994), sedangkan PJPT II
dimulai dengan Pelita VI (tanggal 1 April 1994 sampai dengan Pelita X (31
Maret 2019).
Itulah sebabnya, masa Orde Baru sering juga dikenal sebagai "masa
pembangunan". Disebabkan keberhasilannya dalam pembangunan, maka
presiden Soeharto kemudian mendapat julukan sebagai "Bapak
Pembangunan". Hal ini dikukuhkan dalam ketetapan MPR No.V/MPR/1983.
Dengan adanya pembangunan di segala bidang, khususnya bidang ekonomi

terutama pertanian maka Indonesia pada tahun 1988 berhasil mencapai
predikat "swasembada pangan".Itulah sebabnya ketika berlangsung
Konferensi Pangan Sedunia di Paris tahun 1988, Presiden Soeharto mendapat
penghargaan dari FAO, karena keberhasilan berswasembada pangan.
2. Mengadakan Penataran P-4
Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (P-4) atau Ekaprasetya
Pancakarsa merupakan penuntun dan pegangan hidup dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi setiap warga negara Indonesia,
setiap penyelenggara negara serta setiap lembaga dan lembaga
kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah dan dilaksanakan secara
bulat dan utuh.
Adanya penataran P4 ini dikukuhkan dalam Ketetapan MPR No. II/MPRS/1978.
Pelaksanaan penataran dimulai dari jajaran pegawai negeri dari tingkat pusat
hingga tingkat daerah.
3. Mencanangkan Pancasila sebagai Asas Tunggal
Pencanangan Pancasila sebagai asas tunggal dimulai dengan adanya
penyederhanaan partai politik yang ada di Indonesia.
Seperti telah kita ketahui bersama bahwa ketika pemilihan umum tahun 1971
diikuti oleh 9 partai politik dan 1 Golongan Karya, maka pada pemilu tahun
1977 dari kesembilan partai politik dan satu Golongan Karya tersebut

disederhanakan menjadi 2 partai politik, yakni Partai Persatuan Pembangunan
(PPP), Partai Demokrasi Indonesia (PDI) dan 1 Golongan Karya.

4. Adanya Dwifungsi ABRI
ABRI melaksanakan fungsi sebagai kekuatan pertahanan keamanan dan
sebagai kekuatan sosial politik. Dalam rangka melaksanakan fungsi sosial
politik maka pembinaan kemampuan ABRI diarahkan agar mampu berperan
sebagai stabilisator dan dinamisator kehidupan nasional serta mampu
melaksanakan fungsinya untuk secara aktif ikut berpartisipasi dalam
pembangunan nasional serta memperkuat kehidupan konstitusional,
demokrasi nasional.
Di samping itu ABRI juga memiliki wakil dalam MPR yang dikenal dengan
nama Fraksi ABRI. Dengan demikian kedudukan ABRI dalam pemerintahan
Orde Baru sangat dominan.
5. Politik Sentralisasi
Pemerintah Orde Baru menjalankan politik sentralistik, semua bidang
kehidupan berbangsa dan bernegara diatur secara sentral dari pusat
pemerintahan di Jakarta. Dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial budaya,
peran pemerintah pusat amat menentukan.
Sebaliknya pemerintah daerah tidak diberi peran yang signifikan, terutama

yang amat mencolok adalah di bidang ekonomi. Sebagian besar kekayaan dari
daerah diangkut ke pusat, pemerintahan daerah tidak dapat berbuat banyak
karena dominasi pusat terhadap daerah amat kuat.
Masalah pembagian kekayaan yang tidak adil itulah yang kemudian
menimbulkan ketidakpuasan pemerintah dan rakyat di daerah. Akhirnya,
mereka menuntut berpisah dari pemerintah pusat dan itu terjadi di daerahdaerah yang kaya akan sumber daya alam seperti Aceh, Riau, Kalimantan
Timur, dan Irian Jaya.
Jika pemerintah bersikap adil, maka gerakan-gerakan separatis seperti itu
tidak akan berkembang. Itulah lima ciri kebijakan pemerintah pada masa orde
baru.
D. Pemerintahan Orde Baru
1. Pengertian
Orde baru adalah suatu tatanan seluruh perikehidupan rakyat, bangsa, dan
negara yang diletakkan kembali kepada pelaksanaan pancasila secara murni
dan konsekuen. Lahirnya Orde Baru diawali dengan dikeluarkannya Surat
Perintah 11 Maret1966 yang menjadi tonggak lahirnya Orde Baru.
2.Landasan kehidupan Politik Orde Baru
a.Landasan Idil : Pancasila
b.Landasan Konstitusional: uud 1945
c.Landasan Operasional: Tap MPR

3.Kebijakan pemerintahan Orde Baru
Setelah berhasil menciptakan politik dalam negeri , maka pemerintahan
berusaha melakukan pembangunan nasional yang di relisasikan pada

pembangunan jangka panjang dan pembangunan jangka pendek.

Pe mbangunan yang dilakukan bertumpu pada Trilogi Pembangunan yakni:
a.Pembangunan yang dilakukan dan hasil-hassilnya yang menuju pada
terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
b.Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
c.Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
4.Ciri-ciri pokok pemerintahan Orde Baru
a.Bidang Politik
1)Lembaga kepresidenan terlalu dominana
2)Rendahnya kesetaraan diantara lembaga tinggi negara.
3)Rekruitmen politik yang tertutup
4)Birokrasi sebagai instrumen kekuasaan.
5)Kebijakan publik yang tidak transparan.
6)Sentralisasi kekuasaan.
7)Implementasi hak asasi yang masih rendah.

b.Bidang ekonomi
a.Kebijakan mengutamakan pertumbuhan ekonomi.
b.Pinjaman luar negeri.
c.Konglomerasi.Dwi fungsi ABRI
d.Politik Luar Negeri yang bebas aktif
Pengaruh menguatnya Peran Negara pada Masa Orde Baru
a.Bidang Politik
1)Pemerintahahn yang otoriter
2)Pemerintahan yang dominantif
3)Pemerintahan yang sentralisasi.
b.Bidang Ekonomi
1)Terjadi kesenjangan sosial
2)Konglomerasi.
3)Terjadi korupsi, kolusi, dan

nepotisme.

Kehidupan Politik Pada Masa Orde Baru
A.Penataan politik dalam negeri
1. Pembentukan Kabinet Pembangunan

Kabinet awal pada masa peralihan kekuasaan (28 Juli 1966) adalah Kabinet
AMPERA dengan tugas yang dikenal dengan nama Dwi Darma Kabinet Ampera
yaitu untuk menciptakan stabilitas politik dan ekonomi sebagai persyaratan untuk

melaksanakan pembangunan nasional. Program Kabinet AMPERA yang disebut
Catur Karya Kabinet AMPERA adalah sebagai berikut:
1. Memperbaiki kehidupan rakyat terutama di bidang sandang dan pangan.
2. Melaksanakan pemilihan Umum dalam batas waktu yakni 5 Juli 1968.
3. Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan nasional.
4. Melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk
dan manifestasinya.
Selanjutnya setelah sidang MPRS tahun 1968 menetapkan Suharto sebagai
presiden untuk masa jabatan 5 tahun maka dibentuklah kabinet yang baru dengan
nama Kabinet Pembangunan dengan tugasnya yang disebut dengan Pancakrida,
yang meliputi :
*Penciptaan stabilitas politik dan ekonomi
*Penyusunan dan pelaksanaan Rencana Pembangunan Lima Tahun Tahap pertama
*Pelaksanaan Pemilihan Umum
*Pengikisan habis sisa-sisa Gerakan 3o September
*Pembersihan aparatur negara di pusat pemerintahan dan daerah dari pengaruh

PKI.
2. Pembubaran PKI dan Organisasi masanya
Suharto sebagai pengemban Supersemar guna menjamin keamanan, ketenangan,
serta kestabilan jalannya pemerintahan maka melakukan :
*Pembubaran PKI pada tanggal 12 Maret 1966 yang diperkuat dengan
dikukuhkannya Ketetapan MPRS No. IX Tahun 1966..
*Dikeluarkan pula keputusan yang menyatakan bahwa PKI sebagai organisasi
terlarang di Indonesia.
*Pada tanggal 8 Maret 1966 dilakukan pengamanan 15 orang menteri yang
dianggap terlibat Gerakan 30 September 1965. Hal ini disebabkan muncul keraguan
bahwa mereka tidak hendak membantu presiden untuk memulihkan keamanan dan
ketertiban.
3. Penyederhanaan dan Pengelompokan Partai Politik
Setelah pemilu 1971 maka dilakukan penyederhanakan jumlah partai tetapi bukan
berarti menghapuskan partai tertentu sehingga dilakukan penggabungan (fusi)
sejumlah partai. Sehingga pelaksanaannya kepartaian tidak lagi didasarkan pada
ideologi tetapi atas persamaan program. Penggabungan tersebut menghasilkan tiga

kekuatan sosial-politik, yaitu :
a. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) merupakan fusi dari NU, Parmusi, PSII,

dan Partai Islam Perti yang dilakukan pada tanggal 5 Januari 1973 (kelompok partai
politik Islam)
b.Partai Demokrasi Indonesia (PDI), merupakan fusi dari PNI, Partai Katolik, Partai
Murba, IPKI, dan Parkindo (kelompok partai politik yang bersifat nasionalis).
c.Golongan Karya (Golkar)
4. Pemilihan Umum
Selama masa Orde Baru telah berhasil melaksanakan pemilihan umum sebanyak
enam kali yang diselenggarakan setiap lima tahun sekali, yaitu: tahun 1971, 1977,
1982, 1987, 1992, dan 1997.
Penyelenggaraan Pemilu yang teratur selama Orde Baru menimbulkan kesan bahwa
demokrasi di Indonesia sudah tercipta. Apalagi pemilu itu berlangsung secara tertib
dan dijiwai oleh asas LUBER(Langsung, Umum, Bebas, dan
Rahasia).Kenyataannya pemilu diarahkan pada kemenangan peserta tertentu yaitu
Golongan Karya (Golkar) yang selalu mencolok sejak pemilu 1971-1997.
Kemenangan Golkar yang selalu mendominasi tersebut sangat menguntungkan
pemerintah dimana terjadi perimbangan suara di MPR dan DPR. Perimbangan
tersebut memungkinkan Suharto menjadi Presiden Republik Indonesia selama enam
periode pemilihan. Selain itu, setiap Pertangungjawaban, Rancangan Undangundang, dan usulan lainnya dari pemerintah selalu mendapat persetujuan dari MPR
dan DPR tanpa catatan.
5. Peran Ganda ABRI

Guna menciptakan stabilitas politik maka pemerintah menempatkan peran ganda
bagi ABRI yaitu sebagai peran hankam dan sosial. Sehingga peran ABRI dikenal
dengan Dwifungsi ABRI. Peran ini dilandasi dengan adanya pemikiran bahwa TNI
adalah tentara pejuang dan pejuang tentara. Kedudukan TNI dan Polri dalam
pemerintahan adalah sama di lembaga MPR/DPR dan DPRD mereka mendapat
jatah kursi dengan pengangkatan. Pertimbangan pengangkatannya didasarkan pada
fungsi stabilisator dan dinamisator.
6. Pemasyarakatan P4
Pada tanggal 12 April 1976, Presiden Suharto mengemukakan gagasan mengenai
pedoman untuk menghayati dan mengamalkan Pancasila yaitu gagasan Ekaprasetia
Pancakarsa. Gagasan tersebut selanjutnya ditetapkan sebagai Ketetapan MPR

dalam sidang umum tahun 1978 mengenai “Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila” atau biasa dikenal sebagai P4.
Guna mendukung program Orde baru yaitu Pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945
secara murni dan konsekuen maka sejak tahun 1978 diselenggarakan penataran P4
secara menyeluruh pada semua lapisan masyarakat.
Tujuan dari penataran P4 adalah membentuk pemahaman yang sama mengenai
demokrasi Pancasila sehingga dengan pemahaman yang sama diharapkan
persatuan dan kesatuan nasional akan terbentuk dan terpelihara. Melalui penegasan

tersebut maka opini rakyat akan mengarah pada dukungan yang kuat terhadap
pemerintah Orde Baru.
Pelaksanaan Penataran P4 tersebut menunjukkan bahwa Pancasila telah
dimanfaatkan oleh pemerintahan Orde Baru. Hal ini tampak dengan adanya
himbauan pemerintah pada tahun 1985 kepada semua organisasi untuk menjadikan
Pancasila sebagai asas tunggal. Penataran P4 merupakan suatu bentuk indoktrinasi
ideologi sehingga Pancasila menjadi bagian dari sistem kepribadian, sistem budaya,
dan sistem sosial masyarakat Indonesia.
7. Mengadakan Penentuan Pendapat Rakyat (Perpera) di Irian Barat dengan
disaksikan oleh wakil PBB pada tanggal 2 Agustus 1969.
B. Penataan politik luar negeri
Di samping membina stabilitas politik dalam negeri, Pemerintah Orde Baru juga
mengadakan perubahan-perubahan dalam politik luar negeri. Berikut ini upayaupaya pembaharuan dalam politik luar negeri:
1. Indonesia Kembali Menjadi Anggota PBB
Indonesia kembali menjadi anggota PBB dikarenakan adanya desakan dari komisi
bidang pertahanan keamanan dan luar negeri DPR GR terhadap pemerintah
Indonesia. Pada tanggal 3 Juni 1966 akhirnya disepakati bahwa Indonesia harus
kembali menjadi anggota PBB dan badan-badan internasional lainnya dalam rangka
menjawab kepentingan nasional yang semakin mendesak. Keputusan untuk kembali
ini dikarenakan Indonesia sadar bahwa ada banyak manfaat yang diperoleh

Indonesia selama menjadi anggota PBB pada tahun 1950-1964. Indonesia secara
resmi akhirnya kembali menjadi anggota PBB sejak tanggal 28 Desember 1966.
Kembalinya Indonesia mendapat sambutan baik dari sejumlah negara Asia bahkan
dari pihak PBB sendiri hal ini ditunjukkan dengan ditunjuknya Adam Malik sebagai

Ketua Majelis Umum PBB untuk masa sidang tahun 1974. Kembalinya Indonesia
menjadi anggota PBB dilanjutkan dengan tindakan pemulihan hubungan dengan
sejumlah negara seperti India, Filipina, Thailand, Australia, dan sejumlah negara
lainnya yang sempat remggang akibat politik konfrontasi Orde Lama.
2. Membekukan hubungan diplomatik dengan Republik Rakyat Cina (RRC)
Sikap politik Indonesia yang membekukan hubungan diplomatik dengan RRC
disebabkan pada masa G 30 S/PKI, RRC membantu PKI dalam melaksanakan
kudeta tersebut. RRC dianggap terlalu mencampuri urusan dalam negeri Indonesia.
3. Normalisasi hubungan dengan beberapa negara
a. Pemulihan hubungan dengan Singapura
Sebelum pemulihan hubungan dengan Malaysia Indonesia telah memulihkan
hubungan dengan Singapura dengan perantaraan Habibur Rachman (Dubes
Pakistan untuk Myanmar). Pemerintah Indonesia menyampikan nota pengakuan
terhadap Republik Singapura pada tanggal 2 Juni 1966 yang disampikan pada
Perdana Menteri Lee Kuan Yew. Akhirnya pemerintah Singapurapun menyampikan
nota jawaban kesediaan untuk mengadakan hubungan diplomatik.
b.Pemulihan hubungan dengan Malaysia
Normalisasi hubungan Indonesia dan Malaysia dimulai dengan diadakan
perundingan di Bangkok pada 29 Mei-1 Juni 1966 yang menghasilkan perjanjian
Bangkok, yang berisi:
*Rakyat Sabah diberi kesempatan menegaskan kembali keputusan yang telah
mereka ambil mengenai kedudukan mereka dalam Federasi Malaysia.
*Pemerintah kedua belah pihak menyetujui pemulihan hubungan diplomatik.
Tindakan permusuhan antara kedua belah pihak akan dihentikan.
*Peresmian persetujuan pemulihan hubungan Indonesia-Malaysia oleh Adam Malik
dan Tun Abdul Razak dilakukan di Jakarta tanggal 11 agustus 1966 dan
ditandatangani persetujuan Jakarta (Jakarta Accord). Hal ini dilanjutkan dengan
penempatan perwakilan pemerintahan di masing-masing Negara.
Peran aktif Indonesia juga ditunjukkan dengan menjadi salah satu negara pelopor
berdirinya ASEAN. Menteri Luar Negeri Indonesia Adam Malik bersama menteri luar
negeri/perdana menteri Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand menandatangi
kesepakatan yang disebut Deklarasi Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1967.
Deklarasi tersebut menjadi awal berdirinya organisasi ASEAN.

D. Kehidupan Ekonomi Pada Masa Pemerintahan Orde Baru
Pada masa Demokrasi Terpimpin, negara bersama aparat ekonominya mendominasi
seluruh kegiatan ekonomi sehingga mematikan potensi dan kreasi unit-unit ekonomi
swasta. Sehingga, pada permulaan Orde Baru program pemerintah berorientasi
pada usaha penyelamatan ekonomi nasional terutama pada usaha mengendalikan
tingkat inflasi, penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok
rakyat. Tindakan pemerintah ini dilakukan karena adanya kenaikan harga pada awal
tahun 1966 yang menunjukkan tingkat inflasi kurang lebih 650 % setahun. Hal itu
menjadi penyebab kurang lancarnya program pembangunan yang telah
direncanakan pemerintah. Oleh karena itu pemerintah menempuh cara sebagai
berikut:
1. Stabilisasi dan Rehabilitasi Ekonomi
2. Kerja Sama Luar Negeri
3. Pembangunan Nasional
Pelaksanaannya pembangunan nasional dilakukan secara bertahap yaitu:
1) Jangka panjang mencakup periode 25 sampai 30 tahun
2) Jangka pendek mencakup periode 5 tahun (Pelita/Pembangunan Lima Tahun),
merupakan jabaran lebih rinci dari pembangunan jangka panjang sehingga tiap
pelita akan selalu saling berkaitan/berkesinambungan.Selama masa Orde Baru
terdapat 6 Pelita, yaitu :
1. Pelita I
Dilaksanakan pada 1 April 1969 hingga 31 Maret 1974 yang menjadi landasan awal
pembangunan Orde Baru.Tujuannya adalah untuk meningkatkan taraf hidup rakyat
dan sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan dalam tahap berikutnya
dengan sasaran dalm bidang Pangan, Sandang, Perbaikan prasarana, perumahan
rakyat, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani.
2. Pelita II
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1974 hingga 31 Maret 1979. Sasaran utamanya
adalah tersedianya pangan, sandang,perumahan, sarana dan prasarana,
mensejahterakan rakyat dan memperluas kesempatan kerja. Pelaksanaan Pelita II
cukup berhasil pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai 7% per tahun. Pada awal
pemerintahan Orde Baru laju inflasi mencapai 60% dan pada akhir Pelita I laju inflasi

turun menjadi 47%. Selanjutnya pada tahun keempat Pelita II, inflasi turun menjadi
9,5%.
3. Pelita III
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1979 hingga 31 Maret 1984. Pelita III
pembangunan masih berdasarkan pada Trilogi Pembangunan dengan penekanan
lebih menonjol pada segi pemerataan yang dikenal dengan Delapan Jalur
Pemerataan, yaitu:
*Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, khususnya sandang, pangan,
dan perumahan.
*Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.
*Pemerataan pembagian pendapatan
*Pemerataan kesempatan kerja
*Pemerataan kesempatan berusaha
*Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi
generasi muda dan kaum perempuan
*Pemerataan penyebaran pembagunan di seluruh wilayah tanah air
*Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.
4. Pelita IV
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1984 hingga 31 Maret 1989. Titik beratnya adalah
sektor pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang
dapat menghasilkan mesin industri sendiri. Terjadi resesi pada awal tahun 1980
yang berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Pemerintah akhirnya
mengeluarkan kebijakan moneter dan fiskal sehingga kelangsungan pembangunan
ekonomi dapat dipertahankan.
5. Pelita V
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1989 hingga 31 Maret 1994. Titik beratnya pada
sektor pertanian dan industri. Indonesia memiki kondisi ekonomi yang cukup baik
dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,8 % per tahun. Posisi perdagangan luar
negeri memperlihatkan gambaran yang menggembirakan. Peningkatan ekspor lebih
baik dibanding sebelumnya.
6. Pelita VI
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1994 hingga 31 Maret 1999. Titik beratnya masih
pada pembangunan pada sektor ekonomi yang berkaitan dengan industri dan
pertanian serta pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia

sebagai pendukungnya. Sektor ekonomi dipandang sebagai penggerak utama
pembangunan. Pada periode ini terjadi krisis moneter yang melanda negara-negara
Asia Tenggara termasuk Indonesia. Karena krisis moneter dan peristiwa politik
dalam negeri yang mengganggu perekonomian menyebabkan rezim Orde Baru
runtuh.

Screp 2

Kebijakan Politik Dalam Negeri Orde Baru
Kebijakan Politik Dalam Negeri Orde Baru
1. Pembentukan Kabinet Pembangunan
Kabinet pertama pada masa peralihan kekuasaan adalah Kabinet Ampera dengan tu
gasnya Dwi Dharma Kabinat Ampera yaitu menciptakan stabilitas politik dan stabilita
s ekonomi sebagai persyaratan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Progra
m Kabinet Ampera terkenal dengan nama Catur Karya Kabinet Ampera yakni
· Memperbaiki kehidupan rakyat terutama di bidang sandang dan pangan
· Melaksanakan pemilihan umum dalam batas waktu yang ditetapkan, yaitu tanggal
5 Juli 1968
· Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan nasional
· Melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk d
an manifestasinya
· Setelah MPRS pada tanggal 27 Maret 1968 menetapkan Soeharto sebagai preside
n RI untuk masa jabatan lima tahun, maka dibentuklah
Kabinet Pembangunan dengan tugasnya yang disebut Panca Krida yang meliputi:
1. Menciptakan stabilitas politik dan ekonomi
2. Menyusun dan melaksanakan Pemilihan Umum
3. Mengikis habis sisa-sisa Gerakan 30 September
4. Membersihkan aparatur Negara di pusat dan daerah dari pengaruh PKI.
2. Pembubaran PKI dan Organisasi massanya
Dalam rangka menjamin keamanan, ketenangan, serta stabilitas pemerintahan, Soe
harto sebagai pengemban Supersemar telah mengeluarkan kebijakan:
· Membubarkan PKI pada tanggal 12 Maret 1966 yang diperkuat dengan Ketetapan
MPRS No IX/MPRS/1966
· Menyatakan PKI sebagai organisasi terlarang di Indonesia
· Pada tanggal 8 Maret 1966 mengamankan 15 orang menteri yang dianggap terlibat
Gerakan 30 September 1965.

3. Penyederhanaan Partai Politik
Pada tahun 1973 setelah dilaksanakan pemilihan umum yang pertama pada masa O
rde Baru pemerintahan pemerintah melakukan penyederhaan dan penggabungan (f
usi) partai- partai politik menjadi tiga kekuatan social politik. Penggabungan partaipartai politik tersebut tidak didasarkan pada kesamaan ideology, tetapi lebih atas per
samaan program. Tiga kekuatan social politik itu adalah:
· Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang merupakan gabungan dari NU, Parmu
si, PSII, dan PERTI
· Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang merupakan gabungan dari PNI, Partai Katol
ik, Partai Murba, IPKI, dan Parkindo
· Golongan Karya
Penyederhanaan partai-partai politik ini dilakukan pemerintah Orde Baru dalam upay
a
menciptakan stabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara. Pengalaman sejarah p
ada masa pemerintahan sebelumnya telah memberikan pelajaran, bahwa perpecaha
n yang terjadi dimasa Orde Lama, karena adanya perbedaan ideologi politik dan keti
dakseragaman persepsiserta pemahaman Pancasila sebagai sumber hukum terting
gi di Indonesia.
4. Pemilihan Umum
Selama masa Orde Baru pemerintah berhasil melaksanakan enam kali pemilihan um
um, yaitu tahun 1971, 1977, 1985, 1987, 1992, dan 1997. Dalam setiap Pemilu yang
diselenggarakan selama masa pemerintahan Orde Baru, Golkar selalu memperoleh
mayoritas suara dan memenangkan Pemilu.[ Pada Pemilu 1997 yang merupakan pe
milu terakhir masa pemerintahan Orde Baru, Golkar memperoleh 74,51 % dengan p
erolehan 325 kursi di DPR, dan PPP memperoleh 5,43 %dengan peroleh 27 kursi. D
an PDI mengalami kemorosotan perolehan suara hanya mendapat11 kursi. Hal dise
babkan adanya konflik intern di tubuh partai berkepala banteng tersebut, dan PDI pe
cah menjadi PDI Suryadi dan PDI Megawati Soekarno Putri yang sekarang menjadi
PDIP .Penyelenggaraan Pemilu yang teratur selama masa pemerintahan Orde Baru
telah menimbulkan kesan bahwa demokrasi di Indonesia telah berjalan dengan baik.
Apalagi Pemilu berlangsung dengan asas LUBER (langsung, umum, bebas, dan rah
asia). Namun dalamkenyataannya Pemilu diarahkan untuk kemenangan salah satu k
ontrestan Pemilu yaituGolkar.Kemenangan Golkar yang selalu mencolok sejak Pemil
u 1971 sampai dengan Pemilu 1997 menguntungkan pemerintah di mana perimban
gan suara di MPR dan DPR didominasi oleh Golkar. Keadaan ini telah memungkinka
n Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia selama enam periode, karena pad
a masa Orde Baru presiden dipilih oleh anggota MPR. Selain itu setiap pertanggungj
awaban, rancangan Undang-undang, dan usulan lainnya dari pemerintah selalu men
dapat persetujuan MPR dan DPR tanpa catatan.
5. Peran Ganda (Dwi Fungsi) ABRI

Untuk menciptakan stabilitas politik, pemerintah Orde Baru memberikan peran gand
a kepada ABRI, yaitu peran Hankam dan sosial. Peran ganda ABRI ini kemudian ter
kenal dengan sebutan Dwi Fungsi ABRI. Timbulnya pemberian peran ganda pada A
BRI karena adanya pemikiran bahwa TNI adalah tentara pejuang dan pejuang tentar
a. Kedudukan TNI dan POLRI dalam pemerintahan adalah sama. di MPR dan DPR
mereka mendapat jatah kursi dengan cara pengangkatan tanpa melalui Pemilu. Perti
mbangan pengangkatan anggota MPR/DPR dari ABRI didasarkan pada fungsinya s
ebagai stabilitator dan dinamisator.Peran dinamisator sebanarnya telah diperankan
ABRI sejak zaman Perang Kemerdekaan. Waktu itu Jenderal Soedirman telah melak
ukannya dengan meneruskan perjuangan, walaupun pimpinan pemerintahan telah di
tahan Belanda. Demikian juga halnya yang dilakukanSoeharto ketika menyelamatka
n bangsa dari perpecahan setelah G 30 S PKI, yangmelahirkankan Orde Baru. Bole
h dikatakan peran dinamisator telah menempatkan ABRI pada posisiyang terhormat
dalam percaturan politik bangsa selama ini.
6. Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera)
Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) adalah referendum yang diadakan pada tahu
n 1969 di Papua Barat yang untuk menentukan status daerah bagian barat Pulau Pa
pua, antara milik Belanda atau Indonesia. Pemilihan suara ini menanyakan apakah s
isa populasi mau bergabung dengan Republik Indonesia atau merdeka. Para wakil y
ang dipilih dari populasi dengan suara bulat memilih persatuan dengan Indonesia da
n hasilnya diterima oleh PBB, meskipun validitas suara telah ditantang dalam retrosp
eksi.
Sebagai bagian dari perjanjian New York , Indonesia sebelum akhir tahun 1969 wajib
menyelenggarakan Penentuan Pendapat Rakyat di Irian Barat. Pada awal tahun 196
9, pemerintah Indonesia mulai menyelenggarakan Pepera. Penyelenggaraan Pepera
dilakukan 3 tahap yakni sebagai berikut,
· Tahap pertama dimulai pada tanggal 24 maret 1969. Pada tahap ini dilakukan kons
ultasi dengan deewan kabupaten di Jayapura mengenai tata cara penyelenggaraan
Pepera.
· Tahap kedua diadakan pemilihan Dewan Musyawarah pepera yang berakhir pada b
ulan Juni 1969.
· Tahap ketiga dilaksanakan pepera dari kabupaten Merauke dan berakhir pada tang
gal 4 Agustus 1969 di Jayapura.
Pelaksanaan Pepera itu turut disaksikan oleh utusan PBB, utusan Australia dan utus
an Belanda. Ternyata hasil Pepera menunjukkan masyarakat Irian Barat menghenda
ki bergabung dengan NKRI. Hasil Pepera itu dibawa ke sidang umum PBB dan pada
tanggal 19 November 1969, Sidang Umum PBB menerima dan menyetujui hasilhasil Pepera
7. Pedomanan Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila (P4)
Pada tanggal 12 April 1976 Presiden Soeharto mengemukakan gagasan mengenai
pedoman untuk menghayati dan mengamalkan Pancasila, yang terkenal dengan na

maEkaprasatya Pancakarsa atau Pedomanan Pengahayatan dan Pengamalan Panc
asila (P4). Untuk mendukung pelaksanaan Pancasila dan Undang-undang Dasar 19
45secara murni dan konsekuen, maka sejak tahun 1978 pemerintah menyelenggara
kan penataran P4 secara menyeluruh pada semua lapisan masyarakat. Penataran P
4 ini bertujuan membentuk pemahaman yang sama mengenai demokrasi Pancasila,
sehingga dengan adanya pemahaman yang sama terhadap Pancasila dan Undangundang Dasar 1945 diharapkan persatuan dan kesatuan nasional akan terbentuk da
n terpelihara. Melalui penegasan tersebut opini rakyat akan mengarah pada dukung
an yang kuat terhadap pemerintah Orde Baru. Dan sejak tahun 1985 pemerintah me
njadikan Pancasila sebagai asas tunggal dan kehidupan berorganisasi. Semua bent
uk organisasi tidak boleh menggunakan asasnya selain Pancasila. Menolak Pancasil
a sebagai sebagai asas tunggal merupakan pengkhianatan terhadap kehidupan ber
bangsa dan bernegara. Dengan demikian Penataran P4 merupakan suatu bentuk in
doktrinasi ideologi, dan Pancasila menjadi bagian dari sistem kepribadian, sistem bu
daya, dan sistem sosial masyarakat Indonesia. Pancasila merupakan prestasi terting
gi Orde Baru, dan oleh karenanya maka semua prestasi lainnya dikaitkan dengan na
ma Pancasila. Mulai dari sistem ekonomi Pancasila, pers Pancasila, hubungan indus
tri Pancasila, demokrasi Pancasila, dan sebagainya. Dan Pancasila dianggap memili
ki kesakral
Kabijakan Ekonomi Pada Masa Orde Baru
1. Dikeluarkannya beberapa peraturan pada tanggal 3 oktober 1966


Kebijakan ini dapat dijabarkan sebagai berikut:



Menerapkan anggaran belanja berimbang (balance budget). Fungsinya
adalah untuk mengurangi salah satu penyebab terjadinya inflasi.



Menerapkan kebijakan untuk mengekang proses ekspansi kredit bagi usahausaha sektor produktif, seperti sektor pangan, ekspor, prasarana, dan industri.



Menerapkan kebijakan penundaan pembayaran utang luar negeri
(rescheduling), serta berusaha untuk mendapatkan pembiayaan atau kredit
luar negeri baru.



Menerapkan kebiakan penanaman modal asing untuk membuka kesempatan
bagi investor luar untuk turut serta dalam pasar dan perekonomian Indonesia.

2. Dikeluarkannya peraturan 10 Februari 1967 tentang persoalan harga dan tarif.
3. Dikeluarkannya peraturan 28 Juli 1967. Kebijakan ini dikeluarkan untuk
memberikan stimulasi kepada para pengusaha agar mau menyerahkan
sebagian dari hasil usahanya untuk sektor pajak dan ekspor Indonesia.
4. Menerapkan UU No.1 Tahun 1967 tentang penanaman modal asing.
5. Mengesahkan dan menerapkan RUU APBN melalui UU no.13 tahun 1967.
6. Pemerintahan Soeharto juga menerapkan kebijakan ekonomi yang
berorientasi luar negeri, yaitu dengan melakukan permintaan pinjaman dari
luar negeri.
7. Indonesia juga tergabung ke dalam institusi ekonomi internasional, seperti

International Bank for Rescontruction and Development (IBRD), International
Monetary Fund (IMF), International Development Agency (IDA) dan Asian
Development Bank (ADB).
Dampak kebijakan ekonomi pada masa Orde Baru dapat dijabarkan sebagai
berikut.
1. Dampak Positif


Pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena setiap program pembangunan
pemerintah terencana dengan baik dan hasilnya pun dapat terlihat
konkret.



Indonesia mengubah status dari negara pengimpor beras terbesar
menjadi bangsa yang memenuhi kebutuhan beras sendiri (swasembada
beras).



Penurunan angka kemiskinan yang diikuti dengan perbaikan
kesejahteraan rakyat.



Penurunan angka kematian bayi dan angka partisipasi pendidikan dasar
yang semakin meningkat.



Perkembangan GDP per kapita Indonesia yang pada tahun 1968 hanya
AS$70 dan pada tahun 1966 telah mencapai lebih dari AS$1.000.

2. Dampak negatif


Kenaikan harga pada awal tahun 1966 yang menunjukkan tingkat inflasi
kurang lebih 650% setahun. Hal itu menjadi penyebab kurang lancarnya
program pembangunan yang telah direncanakan pemerintah.



Perbedaan ekonomi antardaerah, antargolongan pekerjaan, dan
antarkelompok dalam masyarakat terasa semakin tajam.



Terciptanya kelompok yang terpinggirkan (marginalisasi sosial).



Menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang erat dengan KKN (Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme).



Pembangunan yang dilakukan hasilnya hanya dapat dinikmati oleh
sebagian kecil kalangan masyarakat, pemangunan cenderung terpusat
dan tidak merata.



Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa
diimbangi kehidupan politik, ekonomi, dan sosial yang demokratis dan
berkeadilan.

Kebijakan ekonomi pada masa orde baru
1. Dikeluarkannya beberapa peraturan pada 3 oktober 1966
Kebijakan ini antara lain :


Menerapkan anggaran belanja berimbang (balanced budget). Fungsinya
adalah untuk mengurangi salah satu penyebab terjadinya inflasi



Menerapkan kebijakan untuk mengekang proses ekspansi kredit bagi usahausaha sector produktif, seperti sector pangan, ekspor, prasarana dan industry



Menerapkan kebijakan penundaan pembayaran utang luar negeri (rescheduling), serta berusaha untuk mendapatkan pembiayaan atau kredit luar
negeri baru



Menerapkan kebijakan penanaman modal asing untuk membuka kesempatan
bagi investor luar negeri untuk turut serta dalam pasar dan perekonomian
Indonesia

2. Dikeluarkannya peraturan 10 februari 1967 tentang persoalan harga dan tariff
3. Dikeluarkannya peraturan 28 juli 1967. Kebijakan ini dikeluarkan untuk
memberikan stimulasi kepada para pengusaha agar mau menyerahkan sebagian
dari hasil usahanya untuk sektor pajak dan ekspor Indonesia
4. Menerapkan UU no.1 tahun 1967 tentang penanaman modal asing
5. Mengesahkan dan menerapkan RUU APBN melalui UU no.13 tahun 1967


Soeharto juga menerapkan kebijakan ekonomi yang berorientasi luar negeri,
yaitu dengan melakukan permintaan pinjaman dari luar negeri



Indonesia juga tergabung ke dalam institusi ekonomi internasional, seperti
International Bank for Rescontruction and Development (IBRD), International
Monetary Fund (IMF), International Development Agency (IDA) dan Asian
Development Bank (ADB)