Tugas Metode Penelitian Pendidikan dan
Tugas Metode Penelitian Pendidikan dan
Pengajaran Matematika
1. Apa yang terjadi dalam pembelajaran matematika?
Kenyataan/fakta dilapangan :
Banyak siswa yang tidak senang atau merasa bosan dengan penjelasan guru
saat menurunkan dan mendapatkan rumus, siswa hanya ingin cepat saja.
Sehingga siswa banyak yang tidak memperhatikan dan banyak yang tidak
mencatat
Banyak guru yang malas untuk mengajarkan kepada siswanya menurunkan
rumus karena dianggap memerlukan waktu yang lama.
Kurangnya siswa berlatih untuk mengerjakan soal-soal yang memerlukan
penalaran.
Guru memberikan soal-soal rutin yang hanya berfokus pada ujian untuk
siswanya. Sehingga siswa ketika dihadapkan dengan permasalahan yang
berbeda mereka tidak dapat menyelesaikannya.
Siswa tidak mampu untuk melihat hubungan ide dan gagasan didalam soal
yang tidak rutin.
Siswa tidak mampu mengubah soal cerita kedalam model matematika.
Siswa tidak mampu mengubah soal cerita kedalam bentuk simbol, tabel,
diagram dan lain sebagainya.
Siswa tidak mampu menyatakan sebuah konsep dalam sebuah permasalahan
kehidupan sehari-hari yang diberikan.
2. Apa penyebab kejadian itu?
a Pemahaman Konsep
Indikator pemahaman konsep menurut Permendikbud No.58 tahun 2014
1
Menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari
2
Mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi tidaknya persyaratan
yang membentuk konsep tersebut
3
Mengidentifikasi sifat-sifat operasi atau konsep
4
Menerapkan konsep secara logis.
5
Memberikan contoh atau contoh kontra (bukan contoh) dari konsep yang
dipelajari.
6
Menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematis
(tabel, grafik, diagram, gambar, sketsa, model matematika, atau cara lainnya)
7
Mengaitkan berbagai konsep dalam matematika maupun di luar matematika.
8
Mengembangkan syarat perlu dan /atau syarat cukup suatu konsep
N
Fakta dilapangan
O
1
Pemahaman Konsep
2 3 4 5 6 7
Siswa yang tidak senang atau merasa
1
bosan
dengan
penjelasan
guru
saat
menurunkan rumus.
Guru yang malas untuk mengajarkan
2
kepada
siswanya
rumus
karena dianggap memerlukan waktu yang
lama.
Kurangnya
3
menurunkan
siswa
berlatih
untuk
mengerjakan soal-soal yang memerlukan
penalaran.
Guru hanya memberikan soal-soal rutin
4
yang hanya berfokus pada ujian untuk
siswanya.
Siswa tidak
5
6
7
mampu
untuk
melihat
hubungan ide dan gagasan didalam soal
yang tidak rutin.
Siswa tidak mampu mengubah soal cerita
kedalam bentuk simbol, tabel, diagram dan
konsep
dalam
sebuah
permasalahan
kehidupan sehari-hari yang diberikan.
b
Pemecahan Masalah
v
v
v
v
v
v
v
v
kedalam model matematika.
Siswa tidak mampu mengubah soal cerita
lain sebagainya.
Siswa tidak mampu menyatakan sebuah
8
8
Indikator pemecahan masalah menurut Permendikbud No.58 tahun 2014
1
Mengajukan dugaan (conjecture)
2
Menarik kesimpulan dari suatu pernyataan
3
Memberikan alternatif bagi suatu argumen
4
Menemukan pola pada suatu gejala matematis
Pemecahan
N
Fakta dilapangan
O
1
2
3
4
5
6
7
8
1
Masalah
2
3
4
Siswa yang tidak senang atau merasa bosan dengan
penjelasan guru saat menurunkan rumus.
guru yang malas untuk mengajarkan kepada siswanya
menurunkan rumus karena dianggap memerlukan waktu
yang lama.
Kurangnya siswa berlatih untuk mengerjakan soal-soal
yang memerlukan penalaran.
Guru hanya memberikan soal-soal rutin yang hanya
berfokus pada ujian untuk siswanya.
Siswa tidak mampu untuk melihat hubungan ide dan
gagasan didalam soal yang tidak rutin.
Siswa tidak mampu mengubah soal cerita kedalam model
matematika.
Siswa tidak mampu mengubah soal cerita kedalam bentuk
simbol, tabel, diagram dan lain sebagainya.
Siswa tidak mampu menyatakan sebuah konsep dalam
sebuah
permasalahan
kehidupan
sehari-hari
yang
diberikan.
c
Penalaran
Indikator penalaran menurut Permendikbud No.58 tahun 2014
1
Memahami masalah
2
Mengorganisasi
data
dan
memilih
informasi
yang
relevan
dalam
mengidentifikasi masalah.
3
Menyajikan suatu rumusan masalah secara matematis dalam berbagai bentuk
4
Memilih pendekatan dan strategi yang tepat untuk memecahkan masalah
5
Menggunakan atau mengembangkan strategi pemecahan masalah
6
Menafsirkan hasil jawaban yang diperoleh untuk memecahkan masalah
7
Menyelesaikan masalah.
N
Fakta dilapangan
O
1
Penalaran Matematis
2
3
4
5
6
7
Siswa yang tidak senang atau merasa
1
bosan
dengan
penjelasan
guru
saat
menurunkan rumus.
guru yang malas untuk mengajarkan
2
kepada
siswanya
rumus
karena dianggap memerlukan waktu yang
lama.
Kurangnya
3
menurunkan
siswa
berlatih
untuk
mengerjakan soal-soal yang memerlukan
penalaran.
Guru hanya memberikan soal-soal rutin
4
yang hanya berfokus pada ujian untuk
siswanya.
Siswa tidak
5
6
7
mampu
untuk
melihat
v
v
hubungan ide dan gagasan didalam soal
yang tidak rutin.
Siswa tidak mampu mengubah soal cerita
v
v
v
v
v
v
kedalam model matematika.
Siswa tidak mampu mengubah soal cerita
kedalam bentuk simbol, tabel, diagram dan
lain sebagainya.
Siswa tidak mampu menyatakan sebuah
8
konsep
dalam
sebuah
permasalahan
kehidupan sehari-hari yang diberikan.
d
Komunikasi Matematis
1 Memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran suatu pernyataan
2 Menduga dan memeriksa kebenaran dugaan (conjecture)
3 Memeriksa kesahihan atau kebenaran suatu argumen dengan penalaran induksi
4 Menurunkan atau membuktikan rumus dengan penalaran deduksi
N
O
1
2
3
4
5
6
7
8
Komunikasi
Fakta dilapangan
1
Siswa yang tidak senang atau merasa bosan dengan
Matematis
2
3
4
penjelasan guru saat menurunkan rumus.
guru yang malas untuk mengajarkan kepada siswanya
v
menurunkan rumus karena dianggap memerlukan waktu
yang lama.
Kurangnya siswa berlatih untuk mengerjakan soal-soal
yang memerlukan penalaran.
Guru hanya memberikan soal-soal rutin yang hanya
berfokus pada ujian untuk siswanya.
Siswa tidak mampu untuk melihat hubungan ide dan
gagasan didalam soal yang tidak rutin.
Siswa tidak mampu mengubah soal cerita kedalam model
matematika.
Siswa tidak mampu mengubah soal cerita kedalam bentuk
simbol, tabel, diagram dan lain sebagainya.
Siswa tidak mampu menyatakan sebuah konsep dalam
sebuah permasalahan kehidupan sehari-hari yang diberikan.
v
v
v
Dari tabel diatas dapat kami simpulkan bahwasanya masalah yang kami amati lebih
banyak terjadi pada kurangnya kemampuan penalaran matematis siwa dikarenakan
fakta dilapangan yang dipaparkan diawal tadi.
3. Apa akibat dari kejadian itu?
Seandainya apabila permasalahan yang terjadi dilapangan saat ini dibiarkan
yaitu siswa hanya ingin cepat saja tidak mau melihat proses mendapatkan rumus dan
di sekolah hanya membahas soal-soal rutin saja, maka pendidikan di Indonesia akan
semakin menurun dan semakin tertinggal. Siswa tidak terbiasa dengan menyelesaikan
soal yang membutuhkan penalaran untuk menjawabnya. Siswa hanya bermain di zona
nyamannya saja, sehingga banyak siswa tidak mampu menyelesaikan persoalan yang
memerlukan logika atau bernalar.
Hal ini ditunjukkan dengan hasil studi PISA (Program for International
Student Assessment) tahun 2015 yang menunjukkan Indonesia baru bisa menduduki
peringkat 69 dari 76 negara.
Sedangkan dari hasil studi TIMSS (Trends in
International Mathematics and Science Study), menunjukkan siswa Indonesia berada
pada ranking 36 dari 49 negara dalam hal melakukan prosedur ilmiah.
(http://www.pikiran-rakyat.com/pendidikan/2016/06/18/peringkat-pendidikanindonesia-masih-rendah-372187)
Prestasi Indonesia pada ajang Internasional seperti PISA untuk siswa berusia
15 tahun yang telah diikuti Indonesia mulai dari tahun 2000 dapat kita amati didalam
tabel berikut.
Tahun
Mata
Studi
Pelajaran
2000
2003
2006
2009
2012
2015
Membaca
Matematik
a
Sains
Membaca
Matematik
a
Sains
Membaca
Matematik
a
Sains
Membaca
Matematik
a
Sains
Membaca
Matematik
a
Sains
Membaca
Matematik
a
Sains
Skor Rata-
Skor Rata-
Rata
Rata
Indonesia
371
Internasional
500
367
500
39
393
382
500
500
38
39
360
500
38
40
395
393
500
500
38
48
56
391
500
50
393
402
500
500
50
57
371
500
61
383
396
500
496
60
61
375
494
64
382
397
501
493
64
64
386
490
63
403
493
62
Dari tabel diatas, dapat dilihat
Peringkat
Indonesia
Jumlah
Negara
Peserta
39
41
57
65
65
72
pada tahun 2012 Indonesia terpuruk
diperingkat kedua dari bawah yang hanya sedikit lebih unggul dari Peru, namun pada
tahun 2015, saat Indonesia telah menerapkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013
yang lebih menenutut keaktifan dan kemandirian siswa serta siswa dilatih dengan
soal-soal non rutin nilai Indonesia di PISA pun menjadi meningkat.
Disini jelaslah bagi pendidikan Indonesia jika tetap melakukan atau
menerapkan pembelajaran yang hanya pada soal rutin saja maka Indonesia akan tetap
dibelakang soal pendidikan. hal ini bertentangan dengan tujuan pendidikan Indonesia
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indoensia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Tujuan pendidikan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia seutuhnya tidak akan tercapai dan ini juga akan membuat tujuan NKRI yang
terdapat dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea keempat yaitu
“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial …”. Juga tidak akan tercapai.
Oleh sebab itu diperlukan metode, dan strategi mengajar yang tepat untuk
meningkatkan kemampuan penalaran siswa serta yang meningkatkan keinginan siswa
dalam belajar. Sehingga tidak adalagi kata bosan dalam pikiran siswa untuk belajar
matematika.
4. Apa Solusinya?
1 PBL (Problem Based Learning)
Sintaknya :
N
Indikator Penalaran Matematis
O
1
Memahami masalah
Mengorganisasi data dan memilih informasi yang
2
relevan dalam mengidentifikasi masalah.
Menyajikan suatu rumusan masalah
3
secara
matematis dalam berbagai bentuk
Memilih pendekatan dan strategi yang tepat untuk
4
memecahkan masalah
Menggunakan atau
5
mengembangkan
strategi
pemecahan masalah
Menafsirkan hasil jawaban yang diperoleh untuk
6
memecahkan masalah
Menyelesaikan masalah.
7
2
1
Sintak PBL
2
3
4
5
Probling prompting
Langkah-langkah pembelajaran probing prompting dijabarkan melalui
tujuh tahapan teknik probing (Sudarti, 2008:14) yang dikembangkan dengan
prompting adalah sebagai berikut:
1.
Guru menghadapkan siswa pada situasi baru, yang mengandung
permasalahan.
2.
memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan jawaban atau
melakukan diskusi kecil dalam merumuskannya.
3.
Guru mengajukan persoalan kepada siswa yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran khusus (TPK) atau indikator kepada seluruh siswa.
4.
memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan jawaban atau
melakukan diskusi kecil dalam merumuskannya.
5.
Menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan.
6.
Jika jawabannya tepat maka guru meminta tanggapan kepada siswa lain
tentang jawaban tersebut untuk meyakinkan bahwa seluruh siswa terlibat
dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Namun jika siswa tersebut
mengalami kemacetan jawab dalam hal ini jawaban yang diberikan kurang
tepat, tidak tepat, atau diam, maka guru mengajukan pertanyaanpertanyaan lain yang jawabannya merupakan petunjuk jalan penyelesaian
jawab. Lalu dilanjutkan dengan pertanyaan yang menuntut siswa berpikir
pada tingkat yang lebih tinggi, sampai dapat menjawab pertanyaan sesuai
dengan kompetensi dasar atau indikator. Pertanyaan yang dilakukan pada
langkah keenam ini sebaiknya diajukan pada beberapa siswa yang berbeda
agar seluruh siswa terlibat dalam seluruh kegiatan probing prompting.
7.
Guru mengajukan pertanyaan akhir pada siswa yang berbeda untuk lebih
menekankan bahwa TPK/indikator tersebut benar-benar telah dipahami
oleh seluruh siswa.
N
O
1
2
3
4
1
2
Sintak PBL
3 4 5
mengidentifikasi
Indikator Penalaran Matematis
Memahami masalah
Mengorganisasi data dan memilih informasi
yang
relevan
dalam
masalah.
Menyajikan suatu rumusan masalah secara
matematis dalam berbagai bentuk
Memilih pendekatan dan strategi yang tepat
untuk memecahkan masalah
6
7
5
6
7
Menggunakan
atau
mengembangkan
strategi pemecahan masalah
Menafsirkan hasil jawaban yang diperoleh
untuk memecahkan masalah
Menyelesaikan masalah.
5. Kenapa Solusi itu yang dipilih?
Pengajaran Matematika
1. Apa yang terjadi dalam pembelajaran matematika?
Kenyataan/fakta dilapangan :
Banyak siswa yang tidak senang atau merasa bosan dengan penjelasan guru
saat menurunkan dan mendapatkan rumus, siswa hanya ingin cepat saja.
Sehingga siswa banyak yang tidak memperhatikan dan banyak yang tidak
mencatat
Banyak guru yang malas untuk mengajarkan kepada siswanya menurunkan
rumus karena dianggap memerlukan waktu yang lama.
Kurangnya siswa berlatih untuk mengerjakan soal-soal yang memerlukan
penalaran.
Guru memberikan soal-soal rutin yang hanya berfokus pada ujian untuk
siswanya. Sehingga siswa ketika dihadapkan dengan permasalahan yang
berbeda mereka tidak dapat menyelesaikannya.
Siswa tidak mampu untuk melihat hubungan ide dan gagasan didalam soal
yang tidak rutin.
Siswa tidak mampu mengubah soal cerita kedalam model matematika.
Siswa tidak mampu mengubah soal cerita kedalam bentuk simbol, tabel,
diagram dan lain sebagainya.
Siswa tidak mampu menyatakan sebuah konsep dalam sebuah permasalahan
kehidupan sehari-hari yang diberikan.
2. Apa penyebab kejadian itu?
a Pemahaman Konsep
Indikator pemahaman konsep menurut Permendikbud No.58 tahun 2014
1
Menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari
2
Mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi tidaknya persyaratan
yang membentuk konsep tersebut
3
Mengidentifikasi sifat-sifat operasi atau konsep
4
Menerapkan konsep secara logis.
5
Memberikan contoh atau contoh kontra (bukan contoh) dari konsep yang
dipelajari.
6
Menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematis
(tabel, grafik, diagram, gambar, sketsa, model matematika, atau cara lainnya)
7
Mengaitkan berbagai konsep dalam matematika maupun di luar matematika.
8
Mengembangkan syarat perlu dan /atau syarat cukup suatu konsep
N
Fakta dilapangan
O
1
Pemahaman Konsep
2 3 4 5 6 7
Siswa yang tidak senang atau merasa
1
bosan
dengan
penjelasan
guru
saat
menurunkan rumus.
Guru yang malas untuk mengajarkan
2
kepada
siswanya
rumus
karena dianggap memerlukan waktu yang
lama.
Kurangnya
3
menurunkan
siswa
berlatih
untuk
mengerjakan soal-soal yang memerlukan
penalaran.
Guru hanya memberikan soal-soal rutin
4
yang hanya berfokus pada ujian untuk
siswanya.
Siswa tidak
5
6
7
mampu
untuk
melihat
hubungan ide dan gagasan didalam soal
yang tidak rutin.
Siswa tidak mampu mengubah soal cerita
kedalam bentuk simbol, tabel, diagram dan
konsep
dalam
sebuah
permasalahan
kehidupan sehari-hari yang diberikan.
b
Pemecahan Masalah
v
v
v
v
v
v
v
v
kedalam model matematika.
Siswa tidak mampu mengubah soal cerita
lain sebagainya.
Siswa tidak mampu menyatakan sebuah
8
8
Indikator pemecahan masalah menurut Permendikbud No.58 tahun 2014
1
Mengajukan dugaan (conjecture)
2
Menarik kesimpulan dari suatu pernyataan
3
Memberikan alternatif bagi suatu argumen
4
Menemukan pola pada suatu gejala matematis
Pemecahan
N
Fakta dilapangan
O
1
2
3
4
5
6
7
8
1
Masalah
2
3
4
Siswa yang tidak senang atau merasa bosan dengan
penjelasan guru saat menurunkan rumus.
guru yang malas untuk mengajarkan kepada siswanya
menurunkan rumus karena dianggap memerlukan waktu
yang lama.
Kurangnya siswa berlatih untuk mengerjakan soal-soal
yang memerlukan penalaran.
Guru hanya memberikan soal-soal rutin yang hanya
berfokus pada ujian untuk siswanya.
Siswa tidak mampu untuk melihat hubungan ide dan
gagasan didalam soal yang tidak rutin.
Siswa tidak mampu mengubah soal cerita kedalam model
matematika.
Siswa tidak mampu mengubah soal cerita kedalam bentuk
simbol, tabel, diagram dan lain sebagainya.
Siswa tidak mampu menyatakan sebuah konsep dalam
sebuah
permasalahan
kehidupan
sehari-hari
yang
diberikan.
c
Penalaran
Indikator penalaran menurut Permendikbud No.58 tahun 2014
1
Memahami masalah
2
Mengorganisasi
data
dan
memilih
informasi
yang
relevan
dalam
mengidentifikasi masalah.
3
Menyajikan suatu rumusan masalah secara matematis dalam berbagai bentuk
4
Memilih pendekatan dan strategi yang tepat untuk memecahkan masalah
5
Menggunakan atau mengembangkan strategi pemecahan masalah
6
Menafsirkan hasil jawaban yang diperoleh untuk memecahkan masalah
7
Menyelesaikan masalah.
N
Fakta dilapangan
O
1
Penalaran Matematis
2
3
4
5
6
7
Siswa yang tidak senang atau merasa
1
bosan
dengan
penjelasan
guru
saat
menurunkan rumus.
guru yang malas untuk mengajarkan
2
kepada
siswanya
rumus
karena dianggap memerlukan waktu yang
lama.
Kurangnya
3
menurunkan
siswa
berlatih
untuk
mengerjakan soal-soal yang memerlukan
penalaran.
Guru hanya memberikan soal-soal rutin
4
yang hanya berfokus pada ujian untuk
siswanya.
Siswa tidak
5
6
7
mampu
untuk
melihat
v
v
hubungan ide dan gagasan didalam soal
yang tidak rutin.
Siswa tidak mampu mengubah soal cerita
v
v
v
v
v
v
kedalam model matematika.
Siswa tidak mampu mengubah soal cerita
kedalam bentuk simbol, tabel, diagram dan
lain sebagainya.
Siswa tidak mampu menyatakan sebuah
8
konsep
dalam
sebuah
permasalahan
kehidupan sehari-hari yang diberikan.
d
Komunikasi Matematis
1 Memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran suatu pernyataan
2 Menduga dan memeriksa kebenaran dugaan (conjecture)
3 Memeriksa kesahihan atau kebenaran suatu argumen dengan penalaran induksi
4 Menurunkan atau membuktikan rumus dengan penalaran deduksi
N
O
1
2
3
4
5
6
7
8
Komunikasi
Fakta dilapangan
1
Siswa yang tidak senang atau merasa bosan dengan
Matematis
2
3
4
penjelasan guru saat menurunkan rumus.
guru yang malas untuk mengajarkan kepada siswanya
v
menurunkan rumus karena dianggap memerlukan waktu
yang lama.
Kurangnya siswa berlatih untuk mengerjakan soal-soal
yang memerlukan penalaran.
Guru hanya memberikan soal-soal rutin yang hanya
berfokus pada ujian untuk siswanya.
Siswa tidak mampu untuk melihat hubungan ide dan
gagasan didalam soal yang tidak rutin.
Siswa tidak mampu mengubah soal cerita kedalam model
matematika.
Siswa tidak mampu mengubah soal cerita kedalam bentuk
simbol, tabel, diagram dan lain sebagainya.
Siswa tidak mampu menyatakan sebuah konsep dalam
sebuah permasalahan kehidupan sehari-hari yang diberikan.
v
v
v
Dari tabel diatas dapat kami simpulkan bahwasanya masalah yang kami amati lebih
banyak terjadi pada kurangnya kemampuan penalaran matematis siwa dikarenakan
fakta dilapangan yang dipaparkan diawal tadi.
3. Apa akibat dari kejadian itu?
Seandainya apabila permasalahan yang terjadi dilapangan saat ini dibiarkan
yaitu siswa hanya ingin cepat saja tidak mau melihat proses mendapatkan rumus dan
di sekolah hanya membahas soal-soal rutin saja, maka pendidikan di Indonesia akan
semakin menurun dan semakin tertinggal. Siswa tidak terbiasa dengan menyelesaikan
soal yang membutuhkan penalaran untuk menjawabnya. Siswa hanya bermain di zona
nyamannya saja, sehingga banyak siswa tidak mampu menyelesaikan persoalan yang
memerlukan logika atau bernalar.
Hal ini ditunjukkan dengan hasil studi PISA (Program for International
Student Assessment) tahun 2015 yang menunjukkan Indonesia baru bisa menduduki
peringkat 69 dari 76 negara.
Sedangkan dari hasil studi TIMSS (Trends in
International Mathematics and Science Study), menunjukkan siswa Indonesia berada
pada ranking 36 dari 49 negara dalam hal melakukan prosedur ilmiah.
(http://www.pikiran-rakyat.com/pendidikan/2016/06/18/peringkat-pendidikanindonesia-masih-rendah-372187)
Prestasi Indonesia pada ajang Internasional seperti PISA untuk siswa berusia
15 tahun yang telah diikuti Indonesia mulai dari tahun 2000 dapat kita amati didalam
tabel berikut.
Tahun
Mata
Studi
Pelajaran
2000
2003
2006
2009
2012
2015
Membaca
Matematik
a
Sains
Membaca
Matematik
a
Sains
Membaca
Matematik
a
Sains
Membaca
Matematik
a
Sains
Membaca
Matematik
a
Sains
Membaca
Matematik
a
Sains
Skor Rata-
Skor Rata-
Rata
Rata
Indonesia
371
Internasional
500
367
500
39
393
382
500
500
38
39
360
500
38
40
395
393
500
500
38
48
56
391
500
50
393
402
500
500
50
57
371
500
61
383
396
500
496
60
61
375
494
64
382
397
501
493
64
64
386
490
63
403
493
62
Dari tabel diatas, dapat dilihat
Peringkat
Indonesia
Jumlah
Negara
Peserta
39
41
57
65
65
72
pada tahun 2012 Indonesia terpuruk
diperingkat kedua dari bawah yang hanya sedikit lebih unggul dari Peru, namun pada
tahun 2015, saat Indonesia telah menerapkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013
yang lebih menenutut keaktifan dan kemandirian siswa serta siswa dilatih dengan
soal-soal non rutin nilai Indonesia di PISA pun menjadi meningkat.
Disini jelaslah bagi pendidikan Indonesia jika tetap melakukan atau
menerapkan pembelajaran yang hanya pada soal rutin saja maka Indonesia akan tetap
dibelakang soal pendidikan. hal ini bertentangan dengan tujuan pendidikan Indonesia
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indoensia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Tujuan pendidikan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia seutuhnya tidak akan tercapai dan ini juga akan membuat tujuan NKRI yang
terdapat dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea keempat yaitu
“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial …”. Juga tidak akan tercapai.
Oleh sebab itu diperlukan metode, dan strategi mengajar yang tepat untuk
meningkatkan kemampuan penalaran siswa serta yang meningkatkan keinginan siswa
dalam belajar. Sehingga tidak adalagi kata bosan dalam pikiran siswa untuk belajar
matematika.
4. Apa Solusinya?
1 PBL (Problem Based Learning)
Sintaknya :
N
Indikator Penalaran Matematis
O
1
Memahami masalah
Mengorganisasi data dan memilih informasi yang
2
relevan dalam mengidentifikasi masalah.
Menyajikan suatu rumusan masalah
3
secara
matematis dalam berbagai bentuk
Memilih pendekatan dan strategi yang tepat untuk
4
memecahkan masalah
Menggunakan atau
5
mengembangkan
strategi
pemecahan masalah
Menafsirkan hasil jawaban yang diperoleh untuk
6
memecahkan masalah
Menyelesaikan masalah.
7
2
1
Sintak PBL
2
3
4
5
Probling prompting
Langkah-langkah pembelajaran probing prompting dijabarkan melalui
tujuh tahapan teknik probing (Sudarti, 2008:14) yang dikembangkan dengan
prompting adalah sebagai berikut:
1.
Guru menghadapkan siswa pada situasi baru, yang mengandung
permasalahan.
2.
memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan jawaban atau
melakukan diskusi kecil dalam merumuskannya.
3.
Guru mengajukan persoalan kepada siswa yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran khusus (TPK) atau indikator kepada seluruh siswa.
4.
memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan jawaban atau
melakukan diskusi kecil dalam merumuskannya.
5.
Menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan.
6.
Jika jawabannya tepat maka guru meminta tanggapan kepada siswa lain
tentang jawaban tersebut untuk meyakinkan bahwa seluruh siswa terlibat
dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Namun jika siswa tersebut
mengalami kemacetan jawab dalam hal ini jawaban yang diberikan kurang
tepat, tidak tepat, atau diam, maka guru mengajukan pertanyaanpertanyaan lain yang jawabannya merupakan petunjuk jalan penyelesaian
jawab. Lalu dilanjutkan dengan pertanyaan yang menuntut siswa berpikir
pada tingkat yang lebih tinggi, sampai dapat menjawab pertanyaan sesuai
dengan kompetensi dasar atau indikator. Pertanyaan yang dilakukan pada
langkah keenam ini sebaiknya diajukan pada beberapa siswa yang berbeda
agar seluruh siswa terlibat dalam seluruh kegiatan probing prompting.
7.
Guru mengajukan pertanyaan akhir pada siswa yang berbeda untuk lebih
menekankan bahwa TPK/indikator tersebut benar-benar telah dipahami
oleh seluruh siswa.
N
O
1
2
3
4
1
2
Sintak PBL
3 4 5
mengidentifikasi
Indikator Penalaran Matematis
Memahami masalah
Mengorganisasi data dan memilih informasi
yang
relevan
dalam
masalah.
Menyajikan suatu rumusan masalah secara
matematis dalam berbagai bentuk
Memilih pendekatan dan strategi yang tepat
untuk memecahkan masalah
6
7
5
6
7
Menggunakan
atau
mengembangkan
strategi pemecahan masalah
Menafsirkan hasil jawaban yang diperoleh
untuk memecahkan masalah
Menyelesaikan masalah.
5. Kenapa Solusi itu yang dipilih?