Kemiskinan dan Kesenjangan Global docx

Kemiskinan dan Kesenjangan
Oleh: Asrie Karwanti

Pendahuluan
Kemiskinan dan kesenjangan merupakan problematika global yang sangat
kompleks, baik dari penyebabnya, fenomenanya, maupun cara penyelesaiannya.
Kemiskinan dan kesenjangan adalah dua hal yang berbeda namun saling berkaitan erat.
Problematika ini bukan hal baru jika kita mengingat banyak cerita kemiskinan dan
kesenjangan yang mewarnai sejarah peradaban manusia. Buktinya dalam kitab suci
selalu dikatakan bahwa kita harus menyantuni fakir miskin, hal tersebut menunjukkan
jurang kesenjangan dan fenomena kemiskinan itu sudah ada sejak dulu. Kemudian
dalam peradaban manusia dari dulu sudah banyak diceritakan tercipta kelas-kelas sosial,
seperti kasta, kelas borjuis dan proletar, dan perbudakan.
Masalah kemiskinan dan kesenjangan pada umumnya banyak terjadi di negara
berkembang. Negara maju selama kurang lebih tiga abad telah melangsungkan
kolonoalisme dan imperialisme merupakan salah satu sebab utama dari munculnya
ketimpangan antara Utara dan Selatan.

1

Negara-negara “utara” bisa berhasil karena


terjadi revolusi industri sehingga muncul kapitalisme dan ekspansi besar-besaran.
Namun, yang terjadi di negara “selatan” masih dalam keadaan tertinggal. Ketika negaranegara “Selatan” mendapatkan kemerdekaannya, Eropa dan Amerika Utara telah sampai
dan berhasil mencapai kejayaan serta kemajuan ekonomi dan teknologi.
Ada beberapa kritik terhadap pembangunan yang dianggap melanggengkan
permasalahan ini. Salah satunya seperti yang diungkapkan oleh Raul Prebisch. Prebisch
menganggap cara-cara pembangunan seperti revolusi industri yang dilakukan oleh
negara maju pada masa lampau tidak bisa diterapkan pada negara berkembang saat ini,
dan justru dengan adanya pembangunan membuat negara berkembang menjadi
ketergantungan. Adanya perkembangan dalam pembangunan pada saat ini masih belum
bisa menyelesaikan masalah kemiskinan dan kesenjangan.
1

T. May Rudy. 2007. Ekonomi Politik Internasional. Bandung: Penerbit Nuansa. Hal. 93.
Utara-Selatan mulai sering digunakan saat diadakannya Konvensi Lome pada tahun 1975. Istilah ini
bukan berdasar pada dikotomi letak geografis, tetapi lebih ditinjau dari aspek kemapanan ekonomi.
Negara utara dikategorikan sebagai negara maju seperti Amerika Utara (Kanada dan Amerika Serikat),
Uni Eropa, Jepang, Australia, Korea Selatan, Singapura dan Selandia Baru. Sedangkan kawasan selatan
pada umumnya negara berkembang dan negara yang relatif miskin.


Meskipun demikian, kemiskinan dan kesenjangan tidak semata muncul akibat
neoliberal. Namun juga banyak hal lain yang membuat masalah ini meskipun menjadi
dari prioritas utama dalam pembangunan menjadi sulit terpecahkan. Korupsi, sistem
pemerintahan yang buruk, perubahan iklim, tingginya angka kelahiran manusia,
bencana alam, krisis ekonomi, dan problematika sosial lainnya menjadikan masalah
kemiskinan dan kesenjangan ini menjadi semakin pelik.
Perumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan di atas maka permasalahan dirumuskan menjadi:
1. Apa yang dimaksud dengan kemiskinan dan kesenjangan?
2. Faktor apa saja yang menyebabkan kemiskinan dan kesenjangan di era
globalisasi?
3. Bagaimana respon internasional terhadap kemiskinan dan kesenjangan?
Kemiskinan dan Kesenjangan
Sebelum mengkaji lebih dalam mengenai kemiskinan dan kesenjangan, maka
penulis akan memaparkan terlebih dahulu definisi dari masing-masing konsep ini.
Sebagaimana kajian ilmu sosial lainnya, dalam kemiskinan dan kesenjangan tidak ada
definisi yang disepakati secara global. Menurut United Nations: Fundamentally, poverty
is a denial of choices and opportunities, a violation of human dignity. It means lack of
basic capacity to participate effectively in society. It means not having enough to feed
and clothe a family, not having a school or clinic to go to, not having the land on which

to grow one’s food or a job to earn one’s living, not having access to credit. It means
insecurity, powerlessness and exclusion of individuals, households and communities. It
means susceptibility to violence, and it often implies living in marginal or fragile
environments, without access to clean water or sanitation.2
Sedangkan menurut World Bank, poverty is pronounced deprivation in wellbeing, and comprises many dimensions. It includes low incomes and the inability to
acquire the basic goods and services necessary for survival with dignity. Poverty also
encompasses low levels of health and education, poor access to clean water and

2

Dalam David Gordon. 2005. Indicator of Poverty and Hunger. New York: Expert Group Meeting on
Youth
Development
Indicators
United
Nations
Headquarters.
Diakses
dari
http://www.un.org/esa/socdev /unyin/documents/ydiDavidGordon_poverty.pdf Pada 02 Juni 2013


sanitation, inadequate physical security, lack of voice, and insufficient capacity and
opportunity to better one’s life. 3
Dari kedua definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemiskinan yaitu
kondisi dimana individu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dengan layak.
Kemiskinan tidak hanya dilihat dari pendapatan saja, namun juga akses terhadap
kesehatan, pendidikan, sanitasi, dan kesempatan hidup yang lebih baik. Secara umum,
kemiskinan dapat dibagi atas tiga kategori kemiskinan yaitu kemiskinan relatif,
kemiskinan absolut, kemiskinan struktural dan kultural. Kemiskinan relatif merupakan
kondisi masyarakat karena kebijakan pemerintah dalam pembangunan masyarakat yang
belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan
ketimpangan distribusi pendapatan. Kemiskinan secara absolut ditentukan berdasarkan
ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan pokok minimum. Kemiskinan struktural
dan kultural merupakan kemiskinan yang disebabkan kondisi struktur dan faktor adat
budaya dari suatu daerah tertentu yang membelenggu seseorang.4
Kemudian, kesenjangan sebagai suatu bentuk adanya ketimpangan dalam
distribusi pembangunan yang terjadi di banyak negara berkembang merupakan dampak
dari kepercayaan para pembuat kebijakan dalam pembangunan yang menitikberatkan
laju pertumbuhan tinggi yang akan memberikan tricke down effect. Namun,
kenyataannya hasil pembangunan yang dirasakan oleh tataran masyarakat bawah sangat

rendah dan berjalan lambat dan kesenjangan antara pembangunan di kota dan di desa
semakin jelas. Kesenjangan merupakan pembahasan utama dalam penetapan kebijakan
pembangunan ekonomi di negara berkembang sejak puluhan tahun lalu. Perhatian ini
timbul karena ada kecenderungan bahwa kebijakan pembangunan yang dirancang untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi justru memperburuk kondisi kesenjangan
ekonomi antar wilayah dalam suatu negara.
Keterkaitan antara kemiskinan dan kesenjangan, keduanya merupakan fenomena
yang muncul salah satunya akibat tidak meratanya pembangunan. Sebagai contohnya,
Asian Development Bank/ ADB mengungkapkan pengentasan kemiskinan di kawasan
Asia Pasifik terhalang oleh semakin melebarnya kesenjangan ekonomi masyarakat
3

Central Bank of Srilanka. 2012. News Survey. Di akses dari: http://www.cbsl.gov.lk/pics_n_docs/10_
pub/_docs/periodicals/news_survey/news_survey_jan_march_2012.pdf Hal. 3. Diakses tanggal 2 Juni
2013
4
Sudantoko dalam http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29235/4/Chapter%20I.pdf Hal 2.
Diakses tanggal 2 Juni 2013

kendati perekonomian di wilayah ini menunjukkan kinerja yang baik. Menurut Vinod

Thomas Dirjen Evaluasi Independen ADB, beragam studi mengindikasikan bahwa pola
pertumbuhan ekonomi tidak akan cukup dalam menghambat lonjakan kesenjangan yang
mengancam pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Ia memaparkan, jurang
perbedaan jumlah harta benda antara si kaya dan si miskin semakin melebar di sekitar
separuh kawasan Asia Pasifik yang menjadi tempat tinggal dari 80 persen populasi
kawasan tersebut.
Vinod Thomas melihat kesenjangan ekonomi Asia tidak hanya terbatas pada
minimnya penghasilan, tetapi juga dalam ketimpangan yang besar dari beragam aspek
lainnya, seperti pelayanan dasar kesehatan. Terabaikannya kualitas pertumbuhan di
sejumlah kawasan juga berdampak kepada beban yang harus dihadapi masyarakat di
sejumlah negara, seperti malnutrisi anak-anak di India serta menurunnya kesehatan
akibat polusi udara kronis di China.
Secaraa spesifik, Thomas menyebutkan salah satu ketidakadilan dan
kesenjangan sosial terlihat dari hanya 0,22 persen orang Indonesia menguasai 56 persen
aset nasional. Sebesar 87 persen aset yang dikuasai itu berupa lahan tidur, padahal pada
saat yang sama, 80 persen petani kini tak punya tanah.5
Penyebab kemiskinan dan kesenjangan
Kemiskinan merupakan sebuah konsep abstrak yang dapat dijelaskan secara
berbeda tergantung dari perspektif analis dalam memahami kondisi, sifat dan konteks
kemiskinan, bagaimana kemiskinan itu terjadi (sebab-sebab kemiskinan) dan bagaimana

masalah kemiskinan dapat diatasi. Ada banyak hal yang menyebabkan seseorang masuk
kedalam kategori miskin.
Secara umum, penyebab kemiskinan dapat terjadi karena kondisi alamiah dan
ekonomi, kondisi struktural dan sosial, serta kondisi kultural (budaya). Kemiskinan
alamiah dan ekonomi timbul akibat keterbatasan sumber daya alam, manusia, dan
sumberdaya lain sehingga peluang produksi relatif kecil dan tidak dapat berperan dalam
pembangunan. Kemiskinan struktural dan sosial disebabkan hasil pembangunan yang
belum merata, tatanan kelembagaan dan kebijakan dalam pembangunan. Sedangkan

5

Kompas. 2013. ADB: Kesenjangan Ekonomi Makin Melebar. Diakses dari:
kompas.com/read/2013/05/23/19053677/twitter.com tanggal 2 Juni 2013

http://bisniskeuangan.

kemiskinan kultural (budaya) disebabkan sikap atau kebiasaan hidup yang merasa
kecukupan sehingga menjebak seseorang dalam kemiskinan.
Namun, menurut World Bank setidaknya ada tiga faktor utama penyebab
kemiskinan, yaitu:

1. Rendahnya pendapatan dan aset untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti:
makanan, tempat tinggal, pakaian, kesehatan dan pendidikan.
2. Ketidakmampuan untuk bersuara dan ketiadaan kekuatan didepan institusi
negara dan masyarakat.
3. Rentan terhadap guncangan ekonomi, terkait dengan ketidakmampuan
menanggulanginya.
Sementara itu terdapat juga banyak faktor yang mempengaruhi secara langsung
maupun tidak langsung tingkat kemiskinan, mulai dari produktivitas tenaga kerja,
tingkat upah netto, distribusi pendapatan, kesempatan kerja, tingkat inflasi, pajak dan
subsidi, investasi, alokasi serta sumber daya alam, ketersediaan fasilitas umum (seperti
pendidikan dasar, kesehatan, informasi, transportasi, listrik, air bersih dan lokasi
pemukiman), penggunaan teknologi, tingkat dan jenis pendidikan, kondisi fisik dan
alam suatu wilayah, etos kerja dan motivasi pekerja budaya atau tradisi, politik, bencana
alam dan peperangan. Sebagian besar dari faktor-faktor tersebut saling mempengaruhi
satu sama lain. 6
Bank Dunia menyebutkan indikator-indikator kemiskinan yang terdiri dari:
1. Kepemilikan tanah dan modal yang terbatas
2. Terbatasnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan
3. Pembangunan yang bias di kota
4. Perbedaan kesempatan diantara anggota masyarakat

5. Perbedaan sumber daya manusia dan sektor ekonomi
6. Rendahnya produktivitas
7. Budaya hidup yang jelek
8. Tata pemerintahan yang buruk
9. Pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan

6

Tulus Tambunan. Dalam Roy Hendra. Determinan Kemiskinan Absolut di Provinsi Sumatra Utara tahun
2005-2007. 2010. Diakses dari: http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/131195-T%2027312-Determinan%
20kemiskinan-Tinjauan%20literatur.pdf Pada tanggal 02 Juni 2013. Hal 24-25.

Sebenarnya jika melihat penyebab permasalahan antara kemiskinan dan
kesenjangan, keduanya berdasar pada hal yang sama, yaitu ketidakmampuan individu
dalam memenuhi kebutuhan pokok. Dan ketika pembangunan dilakukan dengan terus
mengejar pertumbuhan ekonomi tanpa distribusi yang adil maka timbullah kesenjangan.
Dalam kesenjangan yang terjadi di beberapa negara berkembang, contohnya seperti di
Indonesia disebabkan karena tidak meratanya pembangunan infrastruktur, sistem
distribusi yang buruk, pemerintah yang korup dan tidak kompeten, ketimpangan skill
antar individu, dan mental yang masih lemah di tataran akar rumput.

Data Statistik
Kemiskinan dan kesenjangan di dunia paling banyak terjadi di negara
berkembang. Bank dunia menunjukkan data extreme poverty dengan pendapatan
sebanyak 1,25 US$ masih banyak terdapat di Sub Sahara Afrika dan Asia Selatan.
Kongo, Liberia, Zimbabwe, Burundi merupakan negara termiskin di dunia dan berada di
daerah Afrika.

Sumber: http://povertydata.worldbank.org/poverty/home/

Sumber: dataworldbank.org
World Bank menyebutkan bahwa kemiskinan dari tahun ke tahun mengalami
penurunan yang cukup signifikan secara global yaitu dari tahun 1990 sampai 2010
mengalami penurunan angka dari 43,1% menjadi 20,6%. Hal ini menunjukkan upaya
yang dilakukan oleh masyarakat global telah mengurangi angka kemiskinan
setengahnya selama 10 tahun. Maka, dari itu Millenium Development Goals memiliki
prioritas utama dalam program penghapusan extreme poverty pada tahun 2015. Hal ini
mungkin saja terwujud jika standar extreme poverty masih berada pada level penetapan
pendapatan sebesar 1.25 US$, tetapi realitanya setiap tahun terjadi inflasi sehingga
pemenuhan kebutuhan pokok pun akan mengalami kenaikan harga. Sehingga perlu
ditinjau ulang dan berkala dalam penetapan batas-batas pendapatan dalam kategori

kemiskinan ini. Penurunan angka kemiskinan terjadi secara bertahap dari tahun 1981
sampai 2008. Untuk lebih jelas bisa dilihat dari gambar dan tabel di bawah ini.

Sumber: World Bank For Result 2012
Kemiskinan banyak sekali terjadi di daerah Afrika. James Watson (penemu
struktur double helix DNA) mengatakan bahwa orang Afrika secara genetis lebih
tertinggal daripada orang Eropa, terlihat dari tingkat kecerdasan IQ-nya.7 Kemudian hal
7

Cokhy Indira Fasha. 2010. Celotehan tentang Evolusi Manusia. Diakses dari: http://cokhy.blogspot.com/
2010/01/eropa-dan-asia.html Tanggal 03 Juni 2013

ini pun menyebabkan kontroversi karena pernyataan Watson dinilai rasis dan tidak etis.
Namun jika dilihat dari sejarah evolusi manusia, diceritakan bahwa peradaban manusia
yang semua bermula dari manusia purba di Afrika terdapat homo sapiens, kemudian di
Eropa dan Asia Tengah dan Barat terdapat homo neanderthal, dan di Asia Timur dan
Tenggara yaitu homo erectus. Populasi homo sapiens saat itu sangat banyak, maka
terjadilah penyebaran ke seluruh dunia. Kemudian terjadilah perkawinan dengan homo
neanderthal dan homo erectus yang melahirkan berbagai bentuk ras manusia menjadi
seperti sekarang ini. Populasi homo sapiens yang menyebar di luar Afrika mengalami
proses evolusi yang lebih cepat karena harus beradaptasi dengan lingkungan baru
sehingga kecerdasan mereka lebih terasah. Sementara homo sapiens yang tinggal di
Afrika, masih sama sampai sekarang ini.
Namun jika ditinjau dari aspek kehidupan sekarang, sangat jelas sekali mengapa
di Afrika tergolong miskin. Contohnya di Burkina Faso terjadi kekeringan
berkepanjangan dan kudeta militer, sehingga mereka sangat kesulitan untuk bertahan
hidup dan memenuhi kebutuhan pangan mereka. Krisis politik di Pantai Gading, konflik
dan pemberontakan di Sierra Leone, penyelundupan berlian dan narkoba membuat iklim
pengentasan kemiskinan tidak kondusif. Kemudian, selain itu juga adanya wabah HIV
dan AIDS yang tinggi di Burundi membuat rakyat tidak berdaya untuk memperbaiki
hidupnya dan hampir seluruh hidupnya bergantung pada bantuan asing. Republik
Kongo sebagai negara termiskin di dunia, pada tahun 2010 setidaknya 45.000 orang di
Kongo tewas setiap bulannya karena kelaparan. Bahkan mereka memakan manusia
untuk bertahan hidup.8
Fenomena lainnya mengenai kemiskinan yaitu terjadinya peningkatan
kemiskinan di negara-negara di Uni Eropa seperti Yunani, Portugal, dan Siprus akibat
krisis ekonomi. Angka pengangguran di Yunani meningkat 27% menunjukkan bahwa
ada peningkatan rakyat Yunani yang tidak memperoleh penghasilan dan mengalami
kemiskinan. 9

8

Dede Suprianto. 2012. 10 Negara Termiskin di Dunia. Diakses dari http://bejagat.blogspot.com/2012/
03/10-negara-termiskin-di-dunia.html Tanggal 03 Juni 2013
9

Wahyu Daniel. 2013. Demi Hemat Anggaran, Yunani Pecat 15.000 PNS. Diakses dari:
http://finance.detik.com/read/2013/04/29/094623/2232643/4/demi-hemat-anggaran-yunani-pecat-15000pns Tanggal 03 Juni 2013

Terkait dengan kesenjangan, UNDP melaporkan dalam Human Development
Index tahun 2013 bahwa terjadi penurunan angka kesenjangan dalam akses kesehatan
dan pendidikan. Namun angka kesenjangan dalam pendapatan malah meningkat. Hal ini
sangat menarik, karena menunjukkan bahwa upaya dalam pengentasan kemiskinan
malah memperbesar kesenjangan pendapatan antara gap kaya dan miskin. Ternyata
pengentasan kemiskinan yang biasa dilakukan dengan cara pembangunan malah
membuat kesenjangan pendapatan yang semakin tajam.

Sumber: Human Development Index 2013 UNDP
Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat penurunan kesenjangan
dalam akses pendidikan dan kesehatan atau bisa dikategorikan infrastruktur, hal ini
berarti setiap orang seiring bergulirnya waktu, berbisa mengakses infrastruktur karena
kesenjangannya semakin kecil. Sebagai contohnya, dulu yang bisa mengakses fasilitas
kesehatan dan pendidikan hanya orang-orang yang memiliki uang dan dekat dengan
fasilitas umum tersebut. Namun semakin hari, pembangunan sarana kesehatan dan
pendidikan dalam proses supaya bisa dijangkau oleh setiap orang. Dijangkau disini
dalam arti usaha untuk mengaksenya mudah karena dekat dan harganya terjangkau.

Namun, ternyata pembangunan malah memperbesar jurang pendapatan antara
orang kaya dan orang miskin. Ternyata dari grafik ini menegaskan pendapat “yang kaya
makin kaya, dan yang miskin makin miskin.” OECD mengatakan dalam tiga tahun
terakhir hingga tahun 2010 kesenjangan ekonomi antara orang kaya dan miskin semakin
meningkat. 10 Sebagai contohnya, di Hongkong penghasilan untuk keluarga kelas bawah
naik jadi HK$ 7.000 per bulan pada 2011 dari HK$ 5.000 pada 2006. Sedangkan kelas
atas mengalami kenaikan luar biasa jadi HK$ 100.000 per bulan pada 2011 dari HK$
82.500 pada 2006. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan hanya menguntungkan
segelintir orang yang memiliki power lebih dan melupakan kaum miskin yang
merupakan sasaran pembangunan yang sesungguhnya.
Respon Internasional
Banyak sekali lembaga internasional yang merespon kemiskinan dan membuat
program pengentasan kemiskinan, seperti World Bank, UNDP, ILO, UNICEF, dan
sebagainya. Kesemuanya cukup membantu negara berkembang dalam mengentaskan
kemiskinan. Sebagai sebuah fenomena global, kemiskinan tidak hanya ditemukan di
negara miskin, tetapi juga di negara-negara maju. Namun, nasib orang-orang miskin di
negara maju jelas berbeda. Isu kemiskinan di negara maju tidak sekuat di negara miskin.
Disisi lain, lembaga multilateral seperti Bank Dunia juga mempunyai agenda untuk
pemberantasan kemiskinan. Vandermoortele mengatakan di luar Asia Timur, rata-rata
pengurangan kemiskinan berlangsung lambat. Menyikapi kelambatan tersebut, James
Grant (UNICEF) mengemukakan “the problem is not that we have tried to eradicate
global poverty and failed; the problem is that no serious and concerted attempt has
ever been made.”
Ketiadaan perhatian dan komitmen kuat inilah yang mebuat target Millenium
Development Goals (MDGs) sulit terlampaui pada 2015. MDGs merupakan suatu
bentuk komitmen negara-negara di dunia untuk mengambil berbagai langkah guna
mengatasi kemiskinan global. MDGs merupakan suatu bentuk konkret karena
menyertakan berbagai indikator untuk mengukur keberhasilan pengurangan laju

10

The Real Portal Berita. 2013. OECD: Kesenjangan Ekonomi Dunia Makin Parah. Diakses dari:
http://cyberitabatam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=1961:oecd-kesenjanganekonomi-dunia-makin-parah&catid=47:international&Itemid=95 tanggal 03 Juni 2013

kemiskinan.

11

Sebagai contoh konkrit dari indikator MDG’s bisa dilihat dari tabel

berikut:

Dari tabel di atas, terlihat jelas sekali bahwa dalam pencapaian pengurangan
kemiskinan ada perubahan. Namun, seberapa signifikan penurunan angka tersebut
dengan kondisi realita yang terjadi di lapangan masih menjadi tanda tanya besar jika
melihat pembangunan yang tidak merata dan hanya terpusat di kota-kota besar saja.
Kemudian, selain kemudahan mengakses infrastruktur harus dilihat pula apakah
kelayakannya dan juga perlu disertai kualitas SDM yang mengelola dan bekerja
melayani masyarakat. Percuma saja ada puskesmas, tapi tidak ada dokter. Hal yang
perlu dicermati dari berbagai upaya yang dilakukan oleh lembaga internasional itu tidak
11

Budi Winarno. 2011. Isu-Isu Global Kontemporer. Yogyakarta: CAPS. Hal 73-74

akan terasa perubahannya tanpa disertai dengan usaha dari masing-masing individu dan
pemerintah yang paling dekat dengan masyarakat. Sehingga perlu ada kerjasama dari
keseluruhan komponen masyarakat, pemerintah, dan lembaga internasional dalam
pengentasan kemiskinan secara seutuhnya. Di Indonesia, contohnya dengan adanya
program PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) yang didukung oleh
World Bank melibatkan seluruh komponen masyarakat, pemerintah, dan lembaga
internasional. Meskipun masih berjalan, keberlangsungan PNPM sangat dipertanyakan
melihat kondisi di lapangan UKM-UKM masih berjalan sendiri tanpa perhatian nyata
dari pemerintah.
Kesimpulan
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa kemiskinan dan kesenjangan
adalah permasalahan yang sangat kompleks, sehingga dalam pengentasannya perlu ada
kerjasama antara rakyat, pemerintah, dan lembaga internasional untuk mengupayakan
pembangunan yang pro terhadap rakyat miskin dan tepat sasaran. Sudah banyak
program yang dilakukan, namun masalah kemiskinan ini sangat rentan terhadap
goncangan ekonomi global yang bisa dengan mudah meningkatkan angka kemiskinan.
Upaya pembangunan yang tidak tepat sasaran akan memperlebar jurang kesenjangan
ekonomi dan itulah yang terjadi sekarang ini.