Pembiayaan Pemukiman dan Perumahan dan

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Perumahan merupakan kebutuhan dasar manusia. Pada tahap yang
paling sederhana, orientasi pemenuhan kebutuhan akan perumahan bertujuan
untuk memiliki tempat berlindung dari panas dan hujan. Pada tahap yang lebih
tinggi, perumahan menjadi kebutuhan untuk mencermikan aktualisasi diri dengan
lingkungan sekitar. Hirarki orientasi kebutuhan akan perumahan bergantung pada
kondisi sosial ekonomi masing-masing individu.
Dewasa ini kebutuhan akan perumahan semakin meningkat karena
pertumbuhan penduduk yang sangat pesat. Namun kebutuhan tersebut tidak
dapat diimbangi dengan penyediaan jumlah rumah yang memadai. Akibat yang
muncul adalah harga rumah selalu tinggi sehingga menimbulkan adanya
keterbatasan pada masyarakat dalam rangka memiliki sebuah rumah, khususnya
bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang mengalami keterbatasan
dengan segi pembiayaan.
Pembiayaan perumahan dapat dilakukan secara formal maupun
swadaya. Pembiayaan perumahan formal adalah pembiayaan terkait dengan
perumahan formal yang berupa pembiayaan yang melibatkan pemerintah dan
bank-bank tertentu dengan menyangkut komponen-komponen, antara lain biaya
pembebasan lahan, pematangan lahan, perijinan, penyediaan sarpras serta biaya

konstruksi

(Kuswantojo).

Sedangkan

pembiayaan

swadaya

merupakan

pembiayaan yang diusahakan sendiri oleh masyarakat. Keterlibatan pemerintah
dalam pembiayaan formal memberikan jaminan lebih akan keterjangkauan
pembiayaan perumahan untuk masyarakat dibandingkan pembiayaan swadaya.
Hal ini dikarenakan pemerintah memiliki tanggung jawab dan kekuasaan untuk
menjamin penyediaan rumah bagi seluruh warga negara. Pemerintah manjadi

pelaku dalam penyediaan perumahan dengan sasaran MBR melalui dinas-dinas
terkait dimana salah satunya adalah DPU dalam bidang Cipta Karya. Oleh karena

itu dipelukan kajian untuk mengetahui tupoksi dan sistem pembiaayaan formal
yang dilakukan oleh DPU dalam memenuhi kebutuhan perumahan, khususnya
bagi MBR.
I.2 Rumusan Masalah
1. Apa peran DPU dalam pembiayaan perumahan bagi MBR?
2. Bagaimana mekanisme pembiayaan perumahan yang dilakukan oleh DPU
terkait dengan program sanimas?
I.3 Tujuan
1. Mengetahui peran Dinas Pekerjaan Umum Surakarta dalam pembiayaan
pembangunan perumahan.
2. Mengetahui mekanisme pembiayaan perumahan terkait program Sanimas
DPU Surakarta
I.4 Sasaran
1. Mengidentifikasi tupoksi dan renstra DPU Surakarta.
2. Mengidentifikasi tupoksi dan renstra DPU Surakarta terkait pembiayaan
perumahan dan permukiman.
3. Mengidentifikasi

komponen pembiayaan yang dikelola DPU Surakarta


dalam program sanimas.
4. Mengidentifikasi proses pembiayaan yang dilaksanakan DPU Surakarta
terkait program sanimas.
5. Mengidentifikasi lembaga-lembaga yang terkait dalam pelaksanaan program
sanimas DPU Surakarta dan perannya.
I.4 Metode Penelitian

Metode

penelitian

merupakan

pedoman

yang

digunakan

untuk


melaksanakan penelitian mulai dari tahap persiapan sampai pembahasan. Metode
penelitian membahas bagaimana penelitian dilakukan dan apa yang harus dibahas
dalam penelitian. Metode penelitian terdiri dari tahap persiapan, identifikasi data,
pengolahan data, dan pembahasan.
1. Tahapan Persiapan, yang meliputi:
a) Persiapan Admnistrasi dan Persiapan Teknis
Tahap persiapan adiministrasi dan persiapan teknis meliputi pembuatan
surat ijin survey dan pencarian data, pembuatan kerangka pikir
penelitian, penyiapan instrumen survey, dan pembuatan desain survey
b) Pemasukan Surat Ijin Pencarian Data dan Survey ke Dinas Pekerjaan
Umum (DPU) Surakarta
Tahap ini masuk ke tahapan kedua dengan pertimbangan semua data
yang ingin diperoleh di DPU Surakarta harus dicantumkan dalam surat
tersebut. Sedangkan kebutuhan data diperoleh setelah penentuan
kerangka pikir dan desain survey.
2. Identifikasi data
Pencarian data meliputi data sekunder dan data primer terkait dengan
program sanimas yang dikelola oleh Dinas Pekerjaan Umum. Teknik
pengumpulan data yang digunakan untuk mendukung penelitian antara lain:

a) Studi Dokumen
Studi dokumen dilakukan untuk mendapatkan data-data yang sifatnya
kuantitatif dan kualitatif baik yang berasal dari Dinas Pekerjaan Umum
Surakarta maupun literature-literatur

lain yang relevan dengan

penelitian kami.
b) Survey
Teknik survey digunakan untuk mendapatkan data kualitatif dan
kuantitatif. Data-data ini diperoleh dengan dua cara yaitu field research
dan pembagian kuesioner.

-

Field Research
Field research digunakan untuk mendapatkan data fisik
kawasan yang tidak diperoleh dari dokumen manapun. Field
research digunakan untuk mengupdate data yang diperoleh dari
Dinas Pekerjaan Umum Surakarta yang dirasa sudah tidak relevan

lagi. Selain itu field research juga dilakukan untuk mengenal
kawasan yang menjadi sample studi secara langsung.

-

Pembagian Kuesioner
Kuesioner disusun berdasarkan kebutuhan data yang
membutuhkan

jawaban

berupa

pendapat

atau

argumentasi

masyarakat. Dalam pembuatan kuesioner ini peneliti menghindari

pencantuman pertanyaan yang sifatnya harus memiliki jawaban
pasti atau teknis untuk menghindari adanya subjektivitas.
Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner semi
terbuka jadi ada pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya tertutup dan
tidak membutuhkan alasan, tetapi ada juga pertanyaan-pertanyaan
yang dapat dijawab dengan leluasa karena tidak diberikan option
jawaban. Kuesioner dibagikan dengan menggunakan teknik non
probability samples. Non probability samples diterapkan dengan
cara membagikan kuesioner kepada tokoh yang dianggap lebih tahu
mengenai tema yang diangkat.
Tabel I.1
Identifikasi Kebutuhan Data
No
.

1.

Data yang di cari

Sub Data


Jenis Data

Sumber
Data

Primer
Sekunder
Umum (Peran DPU dalam Pembiayaan Pembangunan Perumahan dan Permukiman)
Tupoksi DPU,

RENSTRA
Kebijakan dan Strategi
1. Tupoksi dan Renstra DPU
DPU
DPU
2. Kebijakan yang diambil DPU
dalam pembiayaan perumahan.

Teknik

Pencarian
Data
Studi
Dokumen

3. Strategi yang
DPU
dalam
perumahan.
4. Jangka waktu/
program
dalam
perumahan.
1.

2.

3.

4.


Alokasi dana yang
disediakan DPU dalam
pembangunan
perumahan dan
permukiman terkait
program sanimas.

diterapkan
pembiayaan
pentahapan
pembiayaan

Khusus (Program Sanimas)
1. Sumber-sumber pendanaan
yang
digunakan
untuk
membiayai program sanimas.
2. Proporsi alokasi dana yang

disediakan DPU terkait dengan
program sanimas.

Komponen Pembiayaan
Perumahan dan
Permukiman terkait
dengan program
sanimas.

1. Jenis-jenis sanimas
yang dapat dibiayai oleh DPU.
2. Komponen sanimas
yang dibiayai oleh DPU.

Proses Pembiayaan
Pembangunan
Perumahan Permukiman
yang dilaksanakan DPU
terkait dengan program
sanimas.
Kerjasama yang
dilakukan DPU dengan
lembaga atau pihak lain
terkait dengan program
sanimas.

1.
Persyaratan
untuk
memperoleh pendanaan dari
DPU terkait dengan program
sanimas.
2. Proses pengimplementasian
program sanimas.
1. Lembaga atau dinas apa saja
yang terkait dalam pelaksanaan
program sanimas.
2. Bentuk kerjasama yang
dilakukan
DPU
dengan
lembaga-lembaga tersebut.

RENSTRA
DPU














Data primer dan sekunder yang diperoleh kemudian diolah untuk
mendapatkan informasi. Pengolahan data terdiri dari tiga tahapan yaitu

c) Analisis Data untuk memperoleh informasi

Wawancara
Studi
Dokumen

3. Pengolahan Data :

b) Pengkategorisasian Data

Studi
Dokumen
Wawancara

Studi
Dokumen

3.
Peran
masing-masing
lembaga dalam pelaksanaan
program sanimas.

a) Pengidentifikasian Data

Studi
Dokumen

Wawancara

4. Pembahasan :
Pembahasan mengenai peran Dinas Pekerjaan Umum dalam pembiayaan
pembangunan perumahan dan permukiman merupakan hasil kajian
perbandingan antara data instansional dan teori dengan kajian di lapangan
yang meliputi 4 kajian pokok, yaitu :
a) Identifikasi Rencana Strategis (RENSTRA) DPU dalam pembangunan
perumahan dan permukiman bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
b) Komponen pembiayaan pembangunan perumahan dan permukiman
yang berkaitan dengan program sanimas yang dikelola oleh DPU.
c) Proses pembiayaan pembangunan perumahan dan permukiman yang
dilaksanakan oleh DPU terkait dengan program sanimas.
d) Kerjasama yang dilakukan DPU dengan pihak lain dalam program
sanimas.

I.5 Batasan Penelitian
Batasan objek dalam penelitian ini adalah DPU dalam pembiayaan pembangunan
perumahan. Sedangkan batasan aspek yang akan dibahas meliputi komponen dan
proses pembiayaan pembangunan perumahan permukiman yang dilakukan oleh
DPU dalam suatu program pembangunan perumahan yang ditanganinya, serta
kerjasama pembiayaan dengan pihak lain baik swasta, pihak pemerintah lainnya,
maupun masyarakat yang dilakukannya dalam program tersebut.
I.6 Kerangka Pikir

Gambar I.1
Kerangka Pikir
Tema
Peran Pemerintah dalam
Pembiayaan Pembangunan
Perumahan
Judul
Peran DPU dalam Pembiayaan
Pembangunan Perumahan Bagi
MBR

Latar Belakang:
MBR memiliki keterbatasan
dalam memiliki sebuah rumah.
Hal ini terjadi karena sulitnya
mendpaat akses pada
pembiayaan. Oleh karena itu
diperlukan pengadaan
perumahan oleh pemerintah
yang salah satunya dilakukan
oleh DPU.
Rumusan Masalah:
Apa peran DPU dalam
pembiayaan perumahan bagi
MBR?
Bagaimana mekanisme
pembiayaan perumahan yang
dilakukan oleh DPU terkait
dengan program sanimas?

Tujuan :

Mengetahui peran Dinas
Pekerjaan Umum Surakarta
dalam pembiayaan
pembangunan perumahan.
Mengetahui mekanisme
pembiayaan perumahan terkait
program Sanimas DPU
Surakarta

Input
Data Sekunder:
Tupoksi DPU, Kebijakan dan Strategi
DPU tentang pembiayaan
pembangunan perumahan.
Alokasi dana yang disediakan DPU
dalam pembangunan perumahan dan
permukiman terkait program
sanimas.
Komponen Pembiayaan Perumahan
dan Permukiman dalam program
sanimas.
Proses Pembiayaan Pembangunan
Perumahan Permukiman yang
dilaksanakan DPU terkait dengan
program sanimas.
Kerjasama yang dilakukan DPU
dengan lembaga atau pihak lain
dalam program sanimas.
Identifikasi data
Metode Pengumpulan data:
Studi Dokumen
Survey

;\
Data Primer:
Komponen Pembiayaan Perumahan
dan Permukiman
Proses Pembiayaan Pembangunan
Perumahan Permukiman yang
dilaksanakan DPU terkait dengan
program sanimas.
Kerjasama yang dilakukan DPU
dengan lembaga atau pihak lain
terkait dengan program sanimas.

Analisis

Analisis Kualitatif,
yaitu mengkaji data
sekunder hasil survey
instansi dan data
primer hasil observasi

Output

Kesimpulan
Komponen dan
proses
pembiayaan
pembangunan
perumahan yang
dilakukan oleh DPU
Kerjasama yang
dilakukan oleh DPU
dalam pembiayaan
pembangunan
perumahan
Rekomendasi

I.6 Sistematika Penulisan
BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini memuat tentang rancangan penelitian yang meliputi
latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, metode
penelitian, kerangka pikir, dan sistematika penulisan laporan
dari hasil penelitian.

BAB II

LANDASAN TEORI
Bab ini memuat tentang pemerintah secara umum dalam
pembiayaan perumahan disertai dengan kebijakan-kebijakan
dan peraturan-peraturan pemerintah ditambah dengan peran
DPU terhadap pembiayaan perumahan.

BAB III PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN OLEH
DPU UNTUK MBR
Bab ini memuat tentang studi lapangan terkait dengan peran
DPU terkait Tupoksi dan Renstra DPU dan mekanisme
program sanimas yang ditangani oleh DPU dalam rangka
penyediaan perumahan bagi MBR.
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini memuat tentang hal-hal yang tidak sesuai antara teori
dengan kenyataan di lapangan dan hal-hal khusus yang perlu
untuk dikomentari berdasarkan hasil temuan di lapangan
terkait dengan pembiayaan pembangunan perumahan yang
dilakukan oleh DPU secara umum dan terkait dengan
program sanimas.
BAB V

PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan dari penelitian ini dan

rekomendasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gamabar II.1
Kerangka Teori
Pengertian Perumahan
Proses
dan Permukiman
Pembangunan Perumahan dan Permukiman

Permasalahan Perumahan dan Permukiman
Siapa yang Berhak Mengatasi
Kedudukan Perumahan dalam Masyarakat

Pemerintah
Ditinjau dari Komponenya Ditinjau dari Prosesnya
Swasta
Bangunan Rumah
Perencanaan
Swadaya Masyarakat
Sarana, Prasarana, dan Utilitas
Pembangunan
Tanah
Pembiayaan
dll
Pengelolaan dan Pengendalian

Pembiayaan Sanitasi Perumahan

Pemerintah
Dinas Pekerjaan Umum (DPU)

II.1. PENGERTIAN DAN FUNGSI PERUMAHAN DAN
PERMUKIMAN
Dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang
Perumahan dan Permukiman, perumahan dan permukiman
diartikan sebagai berikut,
 Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.
 Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar
kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun
pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal
atau

lingkungan

hunian

dan

tempat

kegiatan

yang

mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Pengertian di atas hanyalah menjelaskan secara harfiah arti
dari perumahan dan permukiman, tetapi tidak menjelaskan
kedudukan atau fungsi rumah bagi masyarakat penggunanya. Dala
Buku Sistem Perumahan Sosial di Indonesia dijelaskan bahwa
perumahan memiliki fungsi yang berbeda bagi masyarakat
penghuninya.

Masyarakat

berpenghasilan

rendah

melihat

perumahan sebagai kebutuhan dasar dan sekaligus suatu sumber
daya modal yang berguna untuk meningkatkan kehidupan dan
penghidupan mereka. Bagi masyarakat golongan berpenghasilan
rendah rumah harus memenuhi syarat sebagai berikut:
-

Dekat dengan tempat kerja atau berlokasi di empat yang
berpeluang dalam mendapakan pekerjaan, minimal pekerjaan
di sector informal.

-

Kualitas fisik hunian dan lingkungan tidak penting sejauh
mereka

masih

mungkin

menyelenggarakan

kehidupan

mereka.
-

Hak-hak penguasaan atas tanah dan bangunan khususnya hak
milik tidak penting. Yang terpenting adalah mereka tidak
diusir atau digusur. Ini sesuai dengan cara piker mereka
bahwa rumah adalah suatu fasilitas.
Rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah merupakan

hasil dari suatu proses keputusan yang mempertimbangkan
berbagai kebutuhan,kepentingan, kemampuan, dan keterbatasan,
pribadi dan lingkungan. Rumah bukanlah soal membangun, tetapi
rumah adalah persoalan mengelola kehidupan, dimana berbagai
kebutuhan,

kepentingan,

kemampuan,

dan

kelemahan

dioptimalisasikan terhadap sumber daya yang serba terbatas yang
dimiliki pribadi dan peluang yang disediakan oleh lingkungan.
Masyarakat berpenghasilan menengah ke atas tidak lagi
hanya memandang perumahan sebagai kebutuhan fisiologis. Akan
tetapi, hirarki perumahan pada golongan ini semakin meningkat.
Semakin tinggi pendapatan masyarakat maka akan semakin tinggi
pula kedudukan perumahan bagi mereka. Menurut Abraham
Maslow perumahan bagi golongan menengah ke atas telah naik ke
strata kedua (rasa aman) bahkan perumahan dipandang sebagai
aktualisasi diri.

eKuhbFRagHAksmtnoDlSEi,r

Golongan Berpenghasilan Tinggi

Golongan Berpenghasilan Menengah

Golongan Berpenghasilan Rendah

II.2. PROSES

PEMBANGUNAN

PERUMAHAN

DAN

PERMUKIMAN
1

Perencanaan

Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi dalam perencanaan
perumahan dan permukiman adalah kesesuaian lokasi dengan
rencana pembangunan Perumahan yang tertera di dalam
RUTRK/RTRW maupun RP4D (apabila ada). Mekanisme
perencanaan

pembangunan

kewilayahan

mulai

dari

Musrenbang Kelurahan, Musrenbang Kecamatan, dan terakhir
pada Musrenbang Kota. Program-program prioritas kemudian
dibawa pada mekanisme penganggaran Daerah (RKA) dan
mendapatkan persetujuan dari DPRD.
2

Pelaksanaan

a. Perijinan

Perijinan yang harus dipenuhi adalah ijin prinsip, ijin
lokasi, dan IMB. Proses perijinan dalam pembangunan
perumahan dan permukiman terdiri dari:
 Ijin Prinsip

Ijin ini dilakukan oleh Bupati/Walikota untuk
menentukan bahwa program yang direncanakan

tersebut sudah sesuai dengan

rencana

Spatial

Daerah/Kota.
 Ijin Lokasi
Ijin Lokasi dilakukan oleh Badan Pertanahan
Nasional dengan proses sertifikasi.
 IMB disetujui oleh Dinas Tata Kota.
 Pengajuan dukungan program menyangkut sarana
prasarana yang diajukan ke DPU.
 Pengajuan dukungan jaringan listrik ke PLN.
 Pengajuan dukungan air bersih dan limbah ke PDAM.
 Dukungan prasarana

sosial kemasyarakat

yang

ditangani oleh Dinas Kesejahteraan Rakyat dan
Pemberdayaan Perempuan Dinas Kesehatan, Dinas
Pendidikan, dll.
Pada era otonomi daerah sekarang ini, banyak daerah yang
mempunyai Unit Pelayanan Terpadu (UPT) yang melayani
perijinan dalam satu atap.
b. Pembiayaan
Pembiayaan Perumahan dapat berbentuk subsidi maupun
non subsidi. Pembiayaan perumahan subsidi dilakuakan
melalui mekanisme APBN dan non-APBN dan skemskem pembiayaan yang disediakan oleh donor (UN
Habitat, UNDP dsb) serta dari lembaga pembiayaan.
Selain itu pembiayaan pembangunan perumahan dapat
juga dilakukan secara swadaya. Sedangkan pembiayaan
perumahan non subsidi dapat diperoleh dari lembaga
perBankan selain Bank yang telah ditunjuk pemerintah
sebagai

partner

perumahan.

dalam

pembiayaan

pembangunan

3

Pendampingan
Pendampingan akan berfungsi sebagai capacity building dan
pengorganisasian masyarakat dalam mengimplementasikan
program

pembangunan

perumahan

sesuai

dengan

direncanakan.
4

Penghunian/ Pemeliharaan, Monitoring, dan Evaluasi
Tahap penghunian menyangkut upaya menjaga sustainabilitas
program menyangkut peningkatan TRIDAYA secara kontinyu
dan berkelanjutan.

II.3. PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN
Pembiayaan merupakan bagian dari proses pembangunan
perumahan dan permukiman. Terdapat tiga prinsip dasar dalam
pembeayaan perumahan yaitu,
1. Memperluas akses pembiayaan perumahan terutama bagi
masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)
2. Menghindari monopoli salah satu badan penyalur kredit
3. Memperluas lembaga-lembaga pembiayaan untuk terlibat di
dalam penyaluran kredit pembiayaan perumahan.
Pembiayaan sering dianggap sebagai permasalahan yang
paling penting dalam keseluruhan proses pembangunan perumahan
karena menyangkut alokasi sumber dana. Secara mikro, hal ini
disebabkan oleh kemampuan ekonomis masyarakat Indonesia
untuk menjangkau harga rumah yang layak bagi mereka masih
sangat susah sekali, karena sebagian besar masyarakat Indonesia
merupakan masyarakat dengan tingkat perekonomian menengah
kebawah, sedangkan secara makro hal ini juga tidak terlepas dari
kemampuan ekonomi nasional untuk mendukung pemecahan
masalah

perumahan

secara

menyeluruh.

Hal lain yang juga merupakan salah satu bentuk permasalahan

pembiayaan ini adalah adanya kecenderungan meningkatnya biaya
pembangunan, termasuk biaya pengadaan tanah yang tidak
sebanding dengan kenaikan angka pendapatan masyarakat,
sehingga standar untuk memenuhi kebutuhan akan hunian menjadi
semakin tinggi (mahal).
Permasalahan dalam pembiayaan perumahan juga tidak
hanya pada pembangunan rumah saja, tetapi juga pembangunan
prasarana, sarana, dan utilitas yang mendukung lingkungan
perumahan.

Kekopleksitasan

permasalahan

perumahan

ini

kemudian meimbulkan pertanyaan siapakah yang berkewajiban
mengatasi masalah tersebut. Berdasarkan system penyediaan
rumah yang dianut Indonesia saat ini maka lembaga-lembaga yang
berkaitan adalah pemerintah, swasta, dan masyarakat. Pemerintah
dalam operasionalnya dibantu oleh lembaga-lembaga yang berada
di bawahnya seperti BAPPEDA, DRTK, DPU, dll. Masing-masing
lembaga melaksanakan tugas sesuai dengan tupoksi yang
dimilikinya sehingga bidang yang ditangani juga berbeda.

BAB III
Kompilasi Data

A. Profil DPU
a. Struktur Organisasi DPU

Peraturan Walikota Surakarta Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pekerjaan
Umum Kota Surakarta, di jelaskan bahwa Struktur Organisasi
Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta adalah sebagai berikut:
1. Kepala Dinas, membawahkan:
 Sekretariat
 Bidang Bina Marga
 Bidang Drainase
 Bidang Cipta Karya
 Bidang Pemadam Kebakaran
 Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
 Kelompok Jabatan Fungsional
2. Sekretariat, membawahkan:
 Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan
 Subbagian Keuangan
 Subbagian Umum dan Kepegawaian
3. Bidang Bina Marga, membawahkan:
 Seksi Pembangunan Jalan dan Jembatan
 Seksi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan
4. Bidang Drainase, membawahkan:
 Seksi Pembangunan Drainase
 Seksi Operasi dan Pemeliharaan Drainase

5. Bidang Cipta Karya, membawahkan:
 Seksi Gedung Pemerintahan dan Rumah Dinas
 Seksi Perumahan dan Permukiman
6. Bidang Pemadam Kebakaran, membawahkan:
 Seksi Manajemen Penanggulangan Kebakaran
 Seksi Peralatan
Gambar
Bagan Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta
b. Tugas Pokok dan Fungsi DPU
Berdasarkan Peraturan Walikota Surakarta Nomor 17 Tahun
2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Dinas
Pekerjaan Umum Kota Surakarta mempunyai tugas pokok
menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Dinas Pekerjaan
Umum Kota Surakarta mempunyai fungsi :
1) Perumusan kebijakan teknis bidang Pekerjaan Umum
2) Perencanaan program kerja bidang Pekerjaan Umum
3) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum
bidang Pekerjaan Umum
4) Pembinaan dan fasilitasi bidang Pekerjaan Umum lingkup kota
5) Pelaksanaan tugas dibidang Pekerjaan Umum
6) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan bidang Pekerjaan Umum
7) Pelaksanaan kesekretariatan Dinas
8) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya.
Dalam struktur organisasinya Dinas Pekerjaan Umum terdiri dari
sekretariat dan beberapa bidang. Ada pun tugas pokok dan fungsi
dari bidang tersebut antara lain:

Tabel
Tugas Pokok dan Fungsi setiap Bidang DPU
No
.
1

Bidang
Sekretariat

Tugas
Melaksanakan penyiapan perumusan
kebijakan teknis, pembinaan,
pengkoordinasian penyelenggaraan secara
terpadu, pelayanan administrasi, dan
pelaksanaan di bidang Perencanaan,
Evaluasi dan Pelaporan, Keuangan,
Umum dan Kepegawaian

Fungsi
1.

2.

3.

4.
2

Bidang Bina

Melaksanakan penyiapan perumusan

1.

Penyiapan bahan perumusan
kebijakan teknis, pembinaan,
pengkoordinasian penyelenggaraan secara
terpadu, pelayanan administrasi, dan
pelaksanaan di bidang Perencanaan,
Evaluasi dan Pelaporan.
Penyiapan bahan perumusan
kebijakan teknis, pembinaan,
pengkoordinasian penyelenggaraan secara
terpadu, pelayanan administrasi, dan
pelaksanaan di bidang keuangan.
Penyiapan bahan perumusan
kebijakan teknis, pembinaan,
pengkoordinasian penyelenggaraan secara
terpadu, pelayanan administrasi, dan
pelaksanaan di bidang umum dan
kepegawaian.
Pelaksanaan tugas lain yang
diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Penyiapan bahan perumusan kebijakan

Marga

3

Bidang Drainase

4

Bidang Cipta
Karya

kebijakan teknis, pembinaan dan
teknis, pembinaan dan pelaksanaan di
pelaksanaan di bidang pembangunan jalan
bidang Pembangunan Jalan dan Jembatan.
dan jembatan serta pemeliharaan jalan dan 2. Penyiapan bahan perumusan kebijakan
jembatan sesuai dengan kebijakan teknis
teknis, pembinaan dan pelaksanaan di
yang ditetapkan oleh Kepala Dinas.
bidang Pemeliharaan Jalan dan Jembatan.
3. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh
Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Melaksanakan penyiapan perumusan
1. Penyiapan bahan perumusan kebijakan
kebijakan teknis, pembinaan dan
teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang
pelaksanaan dibidang pembangunan,
Pembangunan Drainase.
pengoperasian dan pemeliharaan drainase 2. Penyiapan bahan perumusan kebijakan
sesuai dengan kebijakan teknis yang
teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang
ditetapkan oleh Kepala Dinas.
Operasi dan Pemeliharaan Drainase.
3. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh
Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Penyiapan perumusan kebijakan teknis,
1.
Penyiapan bahan perumusan
pembinaan dan pelaksanaan dibidang
kebijakan teknis, pembinaan dan
pembangunan, rehabilitasi atau
pelaksanaan dibidang Gedung Pemerintah
pemeliharaan gedung pemerintah dan
dan Rumah Dinas.
rumah dinas serta perumahan dan
2.
Penyiapan bahan perumusan
permukiman sesuai dengan kebijakan
kebijakan teknis, pembinaan dan
teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas.
pelaksanaan dibidang Perumahan dan
Permukiman.
3.
Pelaksanaan tugas lain yang

5

Bidang Pemadam
Kebakaran

Melaksanakan penyiapan perumusan
1.
kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksaan di bidang Pemadam Kebakaran.
2.

6

UPT Rumah Sewa

Melaksanakan sebagian kegiatan teknis
operasional dan / atau kegiatan teknis
penunjang Dinas di bidang penanganan
kegiatan teknis di Rumah Sewa sesuai
dengan kebijakan teknis yang ditetapkan
oleh Kepala Dinas.

1.
2.
3.

4.
5.

6.

diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Penyiapan bahan perumusan kebijakan
teknis, pembinaan dan pelaksanaan di
bidang Manajemen Penanggulangan
Kebakaran.
Penyiapan bahan perumusan kebijakan
teknis, pembinaan dan pelaksanaan di
bidang Peralatan.
Menyusun rencana kerja UPT Rumah Sewa
berdaarkan rencana strategis Dinas.
Memberi petunjuk, arahan dan
mendistribusikan tugas kepada bawahan.
Mempelajari, menelaah peraturan
perundang-undangan, keputusan, petunjuk
pelaksanaan dan petunjuk teknis program
kegiatan Dinas sesuai dengan bidang tugas.
Menyusun kebijakan teknis
penyelenggaraan rumah sewa.
Menyusun laporan hasil pelaksanaan
rencana strategis, rencana kerja, LAKIP,
LKPJ, LPPD dan EKPPD UPT Rumah
Sewa.
Melaksanakan monitoring, evaluasi dan
pelaporan untuk pengendalian pelaksanaan
rencana strategis dan rencana kerja UPT

Rumah Sewa.
7. Melaksanakan evaluasi dan analisis hasil
kerja guna pengembangan rencana strategis
dan rencana kerja UPT Rumah Sewa.
8. Melaksanakan pelayanan administrasi
Rumah Sewa, Rumah Susun Sederhana
Sewa dan Rumah Sosial.
9. Melaksanakan pengelolaan Rumah Sewa,
Rumah Susun Sederhana Sewa dan Rumah
Sosial.
10. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi
penyelenggaraan Rumah Sewa, Rumah
Sederhana Sewa dan Rumah Sosial.
11. Melaksanakan pengelolaan ketatausahaan
Rumah Sewa.
12. Melaksanakan pemungutan retribusi daerah
di bidang Rumah Sewa.
13. Melaksanakan penyusunan indikator dan
pengukuran kinerja kinerja penyelenggaraan
Rumah Sewa.
14. Melaksanakan sosialisasi di bidang Rumah
Sewa.
15. Memeriksa dan menilai hasil kerja bawahan
secara periodik.
16. Memberikan usul dan saran kepada atasan.
17. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada

atasan sebagai pertanggungjawaban
pelaksanaan tugas.
18. Melaksanakan tugas lain yang diberikan
oleh atasan.

Sumber: Peraturan Walikota Surakarta Nomor 17 Tahun 2008

B. Progam DPU (secara umum/setiap bidang)
Dinas Pekerjaan Umum terdiri dari berberapa bidang, yaitu:
a. Bidang Bina Marga
Bidang Bina Marga mempunyai tugas penyiapan perumusan
kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang
pembangunan jalan dan jembatan serta pemeliharaan jalan dan
jembatan sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh
Kepala Dinas.
Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, Bidang Bina Marga
dibantu oleh :
1. Seksi Pembangunan Jalan dan Jembatan;
2. Seksi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan.
Masing – masing dipimpin oleh seorang Kepala Seksi, yang berada
dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Bidang Bina Marga.

Seksi Pembangunan Jalan dan Jembatan mempunyai tugas
melakukan Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan
dan pelaksanaan di bidang Pembangunan Jalan dan Jembatan,
meliputi : pelaksanaan survey dan perencanaan teknis
pembangunan, pelaksanaan pembangunan, peningkatan
pengendalian dan pengawasan pembuatan jalan dan jembatan serta
penentuan klasifikasi kelas jalan dan jembatan.

Seksi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan mempunyai tugas melakukan
Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang Pemeliharaan Jalan dan Jembatan, meliputi :
pelaksanaan survey dan perencanaan teknis pemeliharaan,
pelaksanaan pemeliharaan, perbaikan dan pengawasan jalan dan
jembatan.

b. Bidang Drainase
Bidang Drainase mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang
pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan drainase sesuai
dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas.

Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, Bidang Drainase
dibantu oleh:

1. Seksi Pembangunan Drainase;
2. Seksi Operasi dan Pemeliharaan Drainase.
Masing–masing dipimpin oleh seorang Kepala Seksi, yang berada
dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Bidang Drainase.

Seksi Pembangunan Drainase mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan bidang Pembangunan Drainase, meliputi : perencanaan
teknis, pembinaan dan pengawasan pembuatan bangunan pada
sungai dan drainase serta pengelolaan hidrologi dan hidrometri.

Seksi Operasi dan Pemeliharaan Drainase mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan
dan pelaksanaan bidang Operasi dan Pemeliharaan Drainase,
meliputi : pembinaan, pengawasan, pemeliharan drainase dan
pemanfaatan air permukaan serta pengendalian bencana banjir, erosi
dan genangan kota.

c. Bidang Cipta Karya
Bidang Cipta Karya mempunyai mempunyai tugas penyiapan
perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang
pembangunan, rehabilitasi atau pemeliharaan gedung pemerintah
dan rumah dinas serta perumahan dan permukiman sesuai dengan
kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas.

Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, Bidang Cipta Karya
dibantu oleh:
1. Seksi Gedung Pemerintahan dan Rumah Dinas;
2. Seksi Perumahan dan Permukiman.
Masing–masing dipimpin oleh seorang Kepala Seksi, yang berada
dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Bidang Cipta Karya.
Seksi Gedung Pemerintahan dan Rumah Dinas mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan
dan pelaksanaan di bidang Gedung Pemerintahan dan Rumah Dinas,
meliputi: pelaksanaan pengadaan, pemanfaatan den pemeliharaan
gedung pemerintah dan rumah dinas.
Seksi Perumahan dan Pemukiman mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan bidang Perumahan dan Pemukiman, meliputi :

pelaksanaan pengaturan, penyelenggaraan dan pengawasan
perumhan dan pemukiman.

d. Bidang Pemadam Kebakaran
Bidang Pemadam Kebakaran mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksaan di
bidang Pemadam Kebakaran.

Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, Bidang Pemadam
Kebakaran dibantu oleh:
1. Seksi Manajemen Penanggulangan Kebakaran;
2. Seksi Peralatan.
Masing–masing dipimpin oleh seorang Kepala Seksi, yang berada
dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Bidang Pemadam
Kebakaran.

Seksi Manajemen Penanggulangan Kebakaran mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan
dan pelaksanaan di bidang Manajemen Penanggulangan Kebakaran,
meliputi : penyusunan rencana serta pelaksanaan pola operasional
penanggulangan dan pencegahan usaha penanggulangan bahaya
kebakaran, perlindungan keselamatan jiwa termasuk harta benda
akibat kebakaran.
Seksi Peralatan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang
Peralatan, meliputi : perencanaan dan pelaksanaan pengadaan,
pemeliharaan, perbaikan peralatan operasional penanggulangan
bahaya kebakaran.

e. UPT Rumah Sewa
UPT Rumah Sewa mempunyai tugas melaksanakan sebagian kegiatan
teknis operasional dan / atau kegiatan teknis penunjang Dinas di
bidang penanganan kegiatan teknis di Rumah Sewa sesuai dengan
kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas.

Berdasarkan Tujuan, Sasaran, Strategi, dan Kebijakan yang telah dirumuskan pada Renstra, maka dapat
disusun Program dan Kegiatan sesuai dengan Permendagri No 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas
Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagai berikut :

A.
Program dan Kegiatan serta Jadwal Pelaksanaan RENSTRA
SASARAN
PROGRAM
KEGIATAN

Kelancaran
mobilitas
angkutan
barang
dan jasa

Pembangunan
jalan dan
jembatan

1. Perencanaan jalan
dan jembatan

2. Pembangunan
jalan (30 km) dan
pembebasan tanah
3. Pembangunan
Jembatan (7 buah)
3. Monitoring
evaluasi dan

TARGET

201
1
27%

201
2
18%

201
3
18%

201
4
18%

201
5
18%

27%

18%

18%

18%

18%

0%

11%

5%

42%

42%

PENDANAAN INDIKATIF
( DALAM JUTAAN )
201
201
201
201
2015
1
2
3
4
300
200
200
200
200

300

200

200

200

200

10

5

40

40

pelaporan
Rehabilitasi
/pemeliharaan
jalan dan
jembatan

Inspeksi Jalan
dan Jembatan
Tanggap
darurat jalan
dan jembatan
Peningkatan
Sarana dan
Prasarana Ke
Bina Margaan

1. Perencanaan
rehabilitasi/pemeliha
raan jalan dan
jembatan
2. Rehabilitasi/
pemeliharaan jalan
dan jembatan (150
Km)
1. Inspeksi kondisi
jalan dan jembatan
kota
Rehabilitasi tanggap
darurat jalan dan
jembatan
1. Pengadaan Alatalat berat

25%

19%

19%

19%

19%

400

300

300

300

300

20%

20%

20%

20%

20%

15

15

15

15

15

50%

50%

0%

0%

0%

200

200

20%

20%

20%

20%

20%

1

1

1

1

1

50%

50%

0%

0%

0%

2,5

2,5

2. Pemeliharaan Alatalat berat

20%

20%

20%

20%

20%

500

500

500

500

500

Maping
dan
penyusuna
n data
base
pengendali
an banjir,
serta
terpelihara
nya sarana
prasarana
/
insfrastruk
tur
pengendali
an banjir
yang
memadai

Pembangunan
saluran
drainase/goron
g-gorong

Perencanaan
pembangunan sal.
Drainase / goronggorong

20%

20%

20%

20%

20%

105
00

105
00

105
00

105
00

10500

Pembangunan
turap/talud/br
onjong
Pengembanga
n dan
pengelolaan
jaringan
irigasi, rawa,
dan jaringan
lainnya

Perencanaan turap/
talud bronjong

20%

20%

20%

20%

20%

910
0

910
0

910
0

910
0

9100

Perencanaan
pembangunan Pintu /
pompa air

20%

20%

20%

20%

20%

264
00

264
00

264
00

264
00

26400

Pengendalian
Banjir
Menyediak
an Sarana
dan
Prasarana
Pelatihan
bagi
tenaga
kerja yang
siap pakai
di bidang
industry

Pengembanga
n Wilayah
Strategis dan
Cepat Tumbuh

Mengendalikan banjir
pada daerah
tangkapan air dan
badan-badan sungai
Pembangunan/penin
gkatan STP

Gedung STP (R&D,
Kolam Las, Trade
Center, Cooling
System, Teaching
Factory, Tower)

20%

20%

20%

20%

20%

700

700

700

700

700

0%

50%

50%

0%

0%

0

6

6

0

0

0%

17%

17%

5%

62%

350

35

35

10

###
###
#

Meningkat
kan
kualitas
infrastrukt
ur
pelayanan
publik

Peningkatan
Sarana dan
Prasarana
Aparatur

Pembangunan
Infrastruktur Kota
(Koridor Jl. Gatot
Subroto, Jl.
Bayangkara, Jl. S
Parman,Kawasan
Monjari, penataan
perempatan Patung
Wisnu, Simpang
Lima Komplang, Jl.
Tendean)
Penaksiran
Bangunan Dalam
Rangka
Penghapusan
Bangunan Aset
Rehabilitasi Gedung :
1. Rehab. Masjid
Agung
2. Rehab. Gedung
Juang
3. Rehab. Beteng
Vastenberg
4. Rehab. Masjid
Kompleks Balaikota

0%

0%

0%

37%

22%

12%

29%

21%

21%

21%

21%

0%

50%
100
%

50%

0%

0%

0%

50%
100
%

50%

0%

0%

0%

0%

0%

0%

0%

0%

0%

0

39

19

50

11

50

6

50

15

50

0

0

5

5

0

0

0

10

0

0

0

0

1

1

0

0

0

600

0

0

5. Rehab. Pagar
Mangkunegaran
6. Lanjutan
Pembangunan Bank
Pasar
Pemeliharaan
rutin/berkala gedung
kantor

0%
0%

14%
100
%

86%
0%

0%
0%

0

100

600

0

0

0

300

0

0

0

0%
0%

C. Sumber Dana Program Pembangunan DPU

Dinas Pekerjaan Umum dalam melaksanakan fungsinya membagi kewenangan dan tugas dalam bentuk
bidang-bidang, yaitu Bina Marga,Cipta Karya, Drainase, Pemadam kebakaran dan UPT Rumah Sewa.
Masing-masing bidang memiliki fungsi yang berbeda namun terkait. Dari berbagai bidang tersebut, DPU
membuat berbagai program pembangunan yang ditangani masing-masing bidang. Untuk merealisasikan
program-program tersebut tentu DPU memerlukan sumber dana.
Sumber dana dalam pembiayaan program pembangunan DPU berasal dari beberapa sumber, yaitu :
1.
2.
3.
4.

APBN
APBD/DAK
Swasta
Masyarakat

Dana dari APBN berasal dari pemerintah pusat yang khusus dialokasikan untuk pembangunan
infrastruktural. Dalam mekanisme pencairan dana dapat berbeda-beda di tiap programnya, dalam
beberapa program yang merupakan program nasional seperti pembangunan RUSUNAWA, pencairan dana
dikelola langsung oleh pemerintah pusat. Sedangkan untuk program-program daerah seperti pengelolaan
prasarana dikelola dengan mekanisme yang dilaksanakan dengan kerjasama antara pemerintah pusat,
pemerintah daerah dan DPU. Dana dari APBD berasal dari dana alokasi khusus. Dana tersebut dikelola
dengan kerjasama oleh pemerintah daerah dan DPU.
Untuk menunjang pembangunan maka dilakukan sinergitas dengan masyarakat dan Swasta. Hal ini
dilakukan agar masyarakat dan swasta ikut terlibat dalam pelaksanaan pembangunan sehingga tercipta
kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat serta untuk menumbuhkan rasa memiliki dan
menghargai program pembangunan yang dilaksanakan. Pihak swasta yang ikut terlibat biasanya berupa
bank dan LSM.

C.

PROGRAM SANIMAS
1. Pengertian Sanimas
Secara definitif, Sanimas adalah sebuah inisiatif untuk mempromosikan penyediaan
prasarana dan sarana pengelolaan air limbah permukiman yang berbasis masyarakata
dengan pendekatan tanggap kebutuhan. Fokus kegiatan Sanimas adalah penanganan air
limbah rumah tangga khususnya tinja manusia dan tidak menutup kemungkinan limbah
cair “home indsutri”, misalnya industri tahu dan tempe.
Sanimas merupakan usaha penyehatan lingkungan permukiman pada skala
komunitas (kampung, RT) dengan cara membanguna sarana dan prasarana sanitasi yang
dilakukan secara inisiatif dalam semangat kebersamaam di antara pemangku
kepentingan, seperti warga masyarakat setempat, LSM atau swasta, pemerintah daerah

dan pemerintah pusat. Pendekatan Sanimas adalah pemberdayaan masyarakat (comunity
empowerment).
Walaupun sebagai gagasan Sanimas berasal dari pemerintah pusat, namun tingkat
keberhasilan progam ini ditentukan oleh kontribusi dan peranan masyrakat setempat
sesuai namanya, Sanitasi oleh masyarakat. Sebab, merekalah yang akan memanfaatkan,
mengoperasikan, serta memelihara prasarana sanitasi di lingkungannya. Baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah lebih bertindak sebagai fasilitator.
Fasilitas Sanimas terdapat beberapa macam, tergantung pilihan teknologinya,
yakni : Sistem Perpipaan komunal, Sistem MCK Plus ++, dan “septictank” bersama
(biasanya satu “septictank” untuk 3-15 KK).
Fasilitas Sanimas MCK Plus ++ yang dilengkapi “bio-digester” dapat menghasilkan
biogas sebagai sumber energi alternatif. Sesuai dengan namanya, MCK Plus ++
memberikan banyak manfaat.
2. Penjelasan Progam Sanimas dari Pemerintah
Pemerintah sudah mengembangkan program perbaikan kampung sejak tahun 1980
secara besar-besaran dengan nama KIP dimana dari 7 komponen kegiatannya adalah
pembangunan prasarana dan sarana sanitasi lingkungan (MCK, Persampahan dan
Drainase). Meskipun secara fisik terlihat berhasil baik, tetapi sebenarnya program
tersebut masih memiliki kekurangan terutama aspek keberlanjutan dimana peran
masyarakat sangat minimal.
Untuk menindak lanjuti progam tersebut saat ini Pemerintah menyediakan program
sanitasi lingkungan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) dalam penyediaan prasarana
dan sarana air limbah permukiman, persampahan dan drainase bagi masyarakat
berpenghasilan rendah di lingkungan padat penduduk, kumuh dan rawan sanitasi, yang
disebut dengan kegiatan DAK Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM); yaitu
sebuah inisiatif untuk mempromosikan penyediaan prasarana dan sarana air limbah
permukiman, persampahan dan drainase yang berbasis masyarakat dengan pendekatan
tanggap kebutuhan.
Kegiatan DAK Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) ini mencakup:
(1) pengembangan prasarana dan sarana air limbah komunal, (2) pengembangan
fasilitas pengurangan sampah dengan pola 3R (reduce, reuse dan recycle) dan (3)
pengembangan prasarana dan sarana drainase mandiri yang berwawasan lingkungan.
Melalui pelaksanaan kegiatan DAK Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM)

ini, masyarakat memilih sendiri prasarana dan sarana air limbah permukiman,
persampahan dan drainase yang sesuai, ikut aktif menyusun rencana aksi, membentuk
kelompok dan melakukan pembangunan fisik termasuk mengelola kegiatan operasi dan
pemeliharaannya, bahkan bila perlu mengembangkannya, dalam rangka meningkatkan
kondisi sanitasi lingkungan permukiman kumuh perkotaan.
3. PENDEKATAN, PRINSIP dan POLA PENYELENGGARAAN
a. Pendekatan
DAK Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) merupakan salah satu
kegiatan pembangunan prasarana air limbah, persampahan dan drainase yang
menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat melalui :
1) Keberpihakan pada warga yang berpenghasilan rendah, dimana orientasi kegiatan
baik dalam proses maupun pemanfaatan hasil ditujukan kepada penduduk miskin
yang bermukim di permukiman padat perkotaan berdasarkan kebutuhan;
2) Otonomi dan desentralisasi, dimana masyarakat memperoleh kepercayaan dan
kesempatan yang luas dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
pemanfaatan dan pengelolaan hasilnya;
3) Mendorong prakarsa lokal dengan iklim keterbukaan, dimana masyarakat
menyampaikan permasalahan dan merumuskan kebutuhannya secara demokratis
dan transparan;
4) Partisipatif, dimana masyarakat terlibat secara aktif dalam proses perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, pemanfaatan dan pengelolaan;
5) Keswadayaan, dimana kemampuan masyarakat menjadi faktor pendorong utama
dalam keberhasilan kegiatan, baik proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
maupun pemanfaatan hasil kegiatan.
b. Prinsip-Prinsip DAK Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM)
Prinsip Dasar DAK Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) adalah :
1. Program ini bersifat tanggap kebutuhan, masyarakat yang layak mengikuti DAK
Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) akan bersaing mendapatkan
kegiatan ini dengan cara menunjukkan komitmen serta kesiapan untuk
melaksanakan sistem sesuai pilihan mereka.
2. Pengambilan keputusan berada sepenuhnya di tangan masyarakat, peran
LSM/Swasta, sedangkan pemerintah hanya sebatas sebagai fasilitator.
3. Masyarakat menentukan, merencanakan, membangun dan mengelola sistem yang
mereka pilih sendiri, dengan difasilitasi oleh LSM atau konsultan pendamping

yang bergerak secara profesional dalam bidang teknologi pengolahan limbah,
persampahan, drainase maupun bidang sosial.
4. Pemerintah daerah tidak sebagai pengelola sarana, hanya memfasilitasi inisiatif
kelompok masyarakat.
Prinsip Penyelenggaraan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM)
adalah :
1. Dapat diterima, pilihan kegiatan berdasarkan musyawarah sehingga memperoleh
dukungan dan diterima masyarakat.
2. Transparan, pengelolaan kegiatan dilakukan secara terbuka dan diketahui oleh
seluruh lapisan masyarakat dan aparatur sehingga dapat diawasi dan dievaluasi
oleh semua pihak.
3. Dapat dipertanggungjawabkan, pengelolaan kegiatan harus dapat dipertanggung
jawabkan kepada seluruh lapisan masyarakat.
4. Berkelanjutan, pengelolaan kegiatan dapat memberikan manfaat kepada
masyarakat secara berkelanjutan, yaitu ditandai dengan adanya manfaat bagi
pengguna serta pemeliharaan dan pengelolaan sarana dilakukan secara mandiri
oleh masyarakat pengguna.
c. Pola Penyelenggaraan
Pola penyelenggaraan kegiatan DAK Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat
(SLBM) dilakukan oleh masyarakat dengan difasilitasi Lembaga Swadaya Masyarakat
PERSIAPAN

Sosialisasi
(LSM) atau Konsultan Pendamping yang
memiliki kemampuan teknis dan sosial

kemasyarakatan, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring
PENYIAPAN TFLkonstruksi terdapat kegiatan yang
dan evaluasi. Namun jika dalam tahap pelaksanaan
(Seleksi, Pelatihan)

secara teknis tidak mampu dilaksanakan oleh masyarakat sendiri, maka KSM dapat
menunjuk pihak ketiga melalui Kerja Sama Operasional (KSO)
4. Tahap Pelaksanaan

SELEKSI LOKASI
Longlist, Shortlist

Lokasi terpilih

Tahapan pelaksanaan DAK Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM)
PEMBENTUKAN KSM

PENYUSUNAN
meliputi
: Persiapan,
Seleksi Kab/Kota,
SeleksiRKMlokasi, Penguatan
Kelembagaan,
PELATIHAN
KSM
Organisasi, Pilihan
Dokumen RKM
PELATIHAN MANDOR

Teknologi dan Sarana,
Penyusunan
RKM, Konstruksi, Operasi
danRAB
Pemeliharaan
sarana terbangun.
Pelatihan Tukang
DED,
dan Jadwal
Kegiatan

PELATIHAN
OPERATOR
Sosialisasi
pengguna

KONSTRUKSI
Pelaksanaan dan
pengawasan /
pengendalian oleh
masyarakat

O&M
Operasi, Pemeliharaan

Sarana Siap
Digunakan

Efluen dari IPAL
memenuhi standar
Penyakit terkait air
menurun
Sarana berkelanjutan

5. Pembiayaan
a. Sumber Pendanaan
Pembiayaan kegiatan DAK Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) ini
berasal dari berbagai sumber pembiayaan, yaitu: Pemerintah Pusat (APBN), Pemerintah
Kabupaten/Kota (DAK dan APBD), swadaya masyarakat dan swasta/donor.

APBN

APBD

SANITASI BERBASIS MASYARAKAT

Bagan Sumber Pendanaan
b. Rencana Pembiayaan
SWASTA/DONOR/L

Masyarakat

SM

Untuk setiap lokasi diperlukan kontribusi pendanaan dari masing-masing pemangku
kepentingan sebagai berikut:
1. Biaya sosialisasi DAK, pelatihan TFL dan pelatihan Ketua KSM serta mandor
dibiayai dari dana APBN dan APBD, sedangkan biaya pelatihan bendahara, tukang
dan operator dari dana APBD.
2. Biaya pendampingan masyarakat (gaji TFL) dibiayai dari dana APBD.
3. Biaya Konstruksi
Biaya Konstruksi dibiayai oleh:
a. Pemerintah Daerah (DAK dan APBD) untuk biaya material dan upah.
b. Swadaya Masyarakat
Kontribusi dari masyarakat berupa dana tunai (on cash) serta kontribusi dalam

bentuk barang (in kind) berupa lahan, tenaga kerja, material dan lain-lain.
c. Dana pihak swasta lainnya dapat dikumpulkan melalui berbagai upaya lain yang
saling menguntungkan.
4. Biaya Operasi dan Pemeliharaan
Biaya operasi dan pemeliharaan di tanggung oleh masyarakat.
c. Pembiayaan per Komponen Kegiatan
Komponen utama kegiatan DAK Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM),
terdiri dari: Persiapan, Seleksi, Penyusunan RKM, Pemberdayaan, Konstruksi,
Pendampingan, Pengoperasian dan Pemeliharaan, Monitoring dan Evaluasi.
d. Penyaluran Dana
1) Dana APBN
1. Penyaluran dana APBN dilakukan melalui Satker Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Permukiman Departemen PU di Provinsi yang digunakan untuk
melakukan pelatihan TFL, KSM dan mandor.
2) Dana DAK dan APBD
1. Dana DAK dan APBD berupa bantuan (langsung) ke masyarakat diwujudkan
dalam bentuk tunai yang ditransfer langsung ke rekening KSM.
2. Penyaluran dana DAK dan APBD dilakukan melalui Satker Perangkat Daerah
sesuai dengan tata cara penyaluran dan pencairan dana yang berlaku setelah
ada rencana kerja masyarakat/RKM.
3) Dana Masyarakat
1. Dana masyarakat dikumpulkan berdasarkan kesepakatan hasil musyawarah
masyarakat calon pengguna/penerima manfaat program dalam bentuk iuran
pembangunan setiap minggu atau setiap bulan.
2. Pengumpulan dana masyarakat dilakukan oleh panitia/KSM yang dibentuk
dimulai dari sejak terpilihnya sarana teknologi sanitasi.
3. Dana dari masyarakat dalam bentuk tunai dimasukkan ke rekening bersama
atas nama 3 (tiga) orang yaitu: ketua KSM, wakil Dinas Penanggung Jawab
Pemerintah Kabupaten/Kota dan fasilitator/LSM.
4) Dana Swasta/Donor/LSM
1. Dana swasta/donor/LSM adalah dalam bentuk hibah sebagai bentuk kontribusi
swasta dalam kegiatan perbaikan sanitasi masyarakat
2. Pencairan dana dilakukan sesuai peraturan yang berlaku di masing-masing
perusahaan/lembaga atau institusi yang bersangkutan setelah ada rencana kerja

masyarakat/RKM.
3. Dana dari Swasta/Donor/LSM diwujudkan dalam bentuk tunai yang ditransfer
langsung ke rekening bersama KSM.